Anda di halaman 1dari 19

Makalah Biokimia

ENZIM TRANSFERASE

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2 (DUA)

SINAR DESI PRATIWI (H311 15 007)


NURFINA S. (H311 15 013)
ALEXANDER TANDILAYUK (H311 15 011)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah
Biokimia dengan judul Enzim Transferase di Universitas Hasanuddin.
Terima kasih disampaikan kepada Bapak selaku dosen mata kuliah
Biokimia yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat
memenuhi tugas mata kuliah Biokimia ini.

16 November 2016

Kelompok 2

DAFTAR ISI
Kata pengantar..

Daftar Isi.

BAB I

Pendahuluan.

BAB II

A. Pengertian Enzim Transferase

B. Penggolongan Kode Enzim Transferase

C. Contoh Lain dari Enzim Transferase.

BAB III

Penutup

Daftar Pustaka..

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, yang


dilakukan dalam laboratorium memerlukan suatu kondisi yang ditentukan
oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan, waktu dan lain-lain. Apabila
salah satu kondisi tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dibutuhkan
maka reaksi tidak dapat berlangsung dengan baik. Tubuh kita merupakan
laboratorium yang sangat rumit, sebab di dalamnya terjadi reaksi kimia
yang beraneka ragam. Penguraian zat-zat yang terdapat dalam makanan,
penggunaan hasil uraian untuk membentuk persediaan makanan dalam
tubuh serta banyak macam reaksi lain yang apabila dilakukan di dalam
laboratorium atau in vitro membutuhkan keahlian khusus serta waktu yang
lama, dapat berlangsung dengan baik di dalam tubuh atau in vivo tanpa
memerlukan suhu tinggi dan dapat terjadi dalam waktu yang relatif
singkat. Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik dalam
tubuh kita ini dimungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim
(Poedjiadi, 1994).
Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh Sumner
pada tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urease dari kara
pedang (jack bean). Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea
menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunitz
dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin. Selanjutnya makin banyak
enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim
tersebut ialah suatu protein (Poedjiadi, 1994).
Beberapa sifat unik enzim adalah: dapat aktif dalam jumlah yang
sangat kecil, aksi katalitiknya spesifik dan merupakan katalis sejati karena
tidak terpengaruh reaksi dan mempercepat reaksi dengan menurunkan
energi aktivasi reakis tanpa mempengaruhi kesetimbangan reaksi yang
bersangkutan. Sifat enzim yang sangat penting lainnya adalah tingginya
efisiensi dan derajat spesifitas katalik enzim terhadap substrat. Efisiensi
katalitik enzim berkaikaitan dengan orientasi optimum gugus aktif enzim
dan substrat. Orientasi keduanya sangat mendukung sehingga saat
terjadi reaksi tidak memerlukan energi yang besar untuk mengatur
posisi. Spesifitas enzim berkaitan dengan reaksi enzim yang sangat
spesifik, satu enzim hanya akan bereaksi dengan satu substrat atau
setiap enzim menyebabkan perubahan satu langkah pada substratnya
(Murray, dkk., 2009).
Semua enzim diberi nama menurut system yang dirancang oleh
Komisi Enzim (Enzyme Commission, EC) dari International Union of Pure
and Applied Chemistry (IUPAC), dan berdasarkan pada tipe reaksi yang
dikatalisis enzim tersebut. Setiap tipe enzim mempunyai empat digit
nomor EC yang spesifik, serta nama yang kompleks namun jelas dan bisa
menepis kebingungan tentang enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi
yang serupa tetapi tidak identik. Dalam praktiknya, banyak enzim yang
lebih dikenal dengan nama umum, yang biasanya berasal dari nama
reaktan utamanya yang spesifik, dengan ditambahkan akhiran ase.
Beberapa nama umum tidak memiliki akhiran ase, yang biasanya
merupakan enzim yang dipelajari dana diberi nama sebelum klasifikasi
sistematik enzim dibuat (Ngili, 2013).
Contoh nama-nama enzim yang lazim yakni arginase, yang bekerja
pada arginin; dan urease, yang bekerja pada urea. Dua nama umum yang
tidak lazim yakni pepsin, suatu enzim proteolitik dalam jalur pencernaan
(nomor EC 3.4.23.1); dan rodanese (tiosulfat: sianida sulfurtransferase,
EC 2.8.1.1), yang berada dalam hati dan ginjal mamalia untuk
mengkatalisis penghilangan sianida dana tiosulfat dari tubuh (Ngili, 2013).
Penamaan enzim harus memperhatikan: 1). sifat kimia enzim; 2).
sifat kimia substrat; 3). sifat reaksi yang dikatalisis. Cara penamaan enzim
terdiri atas cara lama, trivial, sistimatik, cara baru-lama, dan cara lain.
Cara lama memberikan akhiran ase pada substratnya yang dikatalisis,
misalnya karbohidrase (enzim pengurai karbohidrat), protease (enzim
pengurai protein), dan lain-lainnya (Sadikin, 2002).
Cara trivial merupakan sistem penamaan yang tidak mengikuti
ketiga hal penting dalam penamaan di atas. Contoh penamaan sistem ini
adalah pepsin, tripsin, sianogen bromide, dan lain-lainnya. Kedua cara
penamaan ini, disebut cara penamaan non-sistematik, tidak dapat
menerangkan sifat dan macam reaksi kimia yang terjadi namun banyak
digunakan karena sederhana (Sadikin, 2002).
Cara sistematik, menempatkan semua enzim ke dalam enam kelas
dan masing-masing dibagi lagi dengan subkelas berdasarkan jenis
reaksinya yang dikatalis, sehingga tiap-tiap enzim ditetapkan ke dalam 4
tingkat nomor kelas dan diberikan suatu nama sistematik (Sadikin, 2002).
Tabel 1. Kelas-kelas Utama Enzim
Digit Kelas Enzim Tipe Reaksi yang Dikatalisis
Pertama EC
1 Oksidoreduktas Oksidasi-readuksi. Pendonor
e hidrogen atau elektron adalah salah
satu substratnya.
2 Transferase Transfer gugus kimia dari bentuk
umum AX + B A + B--X
3 Hidrolase Pemotongan hidrolitik pada CC,
CN, CO, dan ikatan lainnya.
4 Liase Pemotongan (bukan hidrolitik) pada
CC, CN, CO, dan ikatan
lainnya, meninggalkan ikatan
rangkap; atau alternatifnya yakni
penambahan gugus pada suatu
ikatan tangkap.
5 Isomerase Perubahan penataan geometris
(special) suatu molekul.
6 Ligase Ligasi (menghubungkan) dua
molekul dengan mengikutsertakan
hidrolisis senyawa yang memiliki G
besar untuk hidrolisis.

Dalam makalah ini, kami akan membahas lebih dalam lagi


khususnya pada kelas enzim transferase.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertianyu Enzim Transferase
Enzim transferase adalah enzim yang bekerja sebagai katalis
pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada
senyawa lain. Seperti: gugus l-karbon, gugus aldehid dan keton,
gugus asil, gugus glikosil, gugus fosfat, dan gugus mengandung S
(Iswari dan Yuniastuti, 2006).
Enzim kelas 2 ini mengkatalisis pemidahan atau transfer suatu
gugus yang bukan H antara suatu substrat dengan suatu senyawa
penerima gugus. Jika gugus tersebut adalah H, dengan sendirinya
enzim tersebut tergolong ke dalam kelas 1, oksidoreduktase. Reaksi
yang dikatalisis oleh kelas 2 ini ialah: SG adalah substrat yang
mengandung gugus G yang akan dipindahkan, A adalah penerima gugus
G (Sadikin, 2002).
Sred + Aoks Soks + Ared
SG + A S + AG

B. Penggolongan Kode Enzim Transferase


Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang terdiri dari 4
nomor. Nomor pertama menunjukkan klas enzim yang bersangkutan (digit
pertama), subklas (digit kedua), dan subsubklas (digit ketiga). Digit
keempat adalah untuk enzim spesifik. Berikut ada beberapa kode enzim
pada enzim transferase (Sadikin, 2002):
1. Enzim transglutaminase
Enzim ini mempunyai nama sistematika yaitu amin-
glutamiltransferase yang termasuk ke dalam kelas enzim transferase
(EC 2), asiltransferase (E C 2.3), aminoasiltransferase (EC 2.3.2), protein
glutamin--glutamiltransferase dan mempunyai nama alternatif yaitu
fibrinoligase. Transglutaminase memiliki pH optimum berkisar antara 5-8,
tetapi pada pH 4 atau 9, transglutaminase masih menunjukkan aktivitas
enzimatik, suhu optimum untuk aktivitas enzimatik adalah 50-55 oC dan
dapat melakukan aktivitas enzimatik terus menerus secara penuh meski
o
berlangsung pada suhu 500 C selama 10 menit. Transglutaminase
kehilangan aktivitas enzimatik dalam beberapa menit pada pemanasan
o
mencapai 700 C. Transglutaminase masih mengeluarkan aktivitas
enzimatik pada suhu 100 oC, dan masih menunjukkan beberapa aktivitas
pada suhu sedikit di atas titik beku (Mayashopha, dkk., 2015).
2. Glutation -S-Transferase (EC 2.5.1.18)
Enzim ini terklasifikasi dalam sub kelas enzim yang mentransfer
gugus alkil dan aril (selain metil). Enzim ini mengkatalisis reaksi konjugasi
antara xenobiotic atau berbagai senyawa toksik elektrofilik endogen dan
eksogen, termasuk beberapa karsinogen dan antineoplastik dengan GSH.
O O SH O
H H H
N
O N O
H
NH2 O
Glutathione (GSH)
Sumber enzim ini berasal dari organisme prokariotik dan eukariotik.
Di dalam sel terdapat pada organel sitosol, mitokondria, dan mikrosom.
Secara umum struktur enzim ini adalah dimer. Peran enzim ini antara lain
dalam detoksifikasi dan metabolisme senyawa xenobiotik dan endobiotik.,
mengurangi efektifitas agen antikanker / antiparasit yang digunakan untuk
pengobatan kanker dan penyakit parasit. Dalam modifikasinya pada
bidang medis ikatan yang stabil antara cyPG dan GSTP l-l, dapat
digunakan sebagai perspektif baru untuk pengembangan inhibtor GST
irreversibel sebagai agen antikanker (Sadikin, 2002).

3. Asfartat Amino Transferase (EC 2.6.1.1)


Enzim ini termasuk dalam subkelas enzim yang mentrasfer nitrogen
dan tergolong sub-subkelas transminase (aminotransferase). Sumbernya
berasal dari organisme prokariotik maupun eukariotik. Termasuk hewan,
tumbuhan, dan manusia. Enzim ini berperan dalam proses
gliseroneogenesis hati, yaitu mampu mengkatalisis interkonversi dari
aspartat (Sadikin, 2002).
O O O

O
aspartat transminase
O + O O

O NH3 O
O O O

O
O + O O

O O NH3

Di dalam bidang medis enzim ini dimanfaatkan sebagai penanda


adanya kerusakan sel hati akibat paparan pelarut organik karsinogen
(CCl4,CHCl3, bahan kimia pada dry clean) dan sebagai investigasi pada
pre-klinik obat baru pada pengukuran kadar AST dalam serum
(Sadikin, 2002).

4. Enzim Fosfotransferase dengan akseptor gugus alcohol (EC


2.7.1.1)
Enzim ini berasal dari suatu kelas 2 (suatu transferase), subkelas 7
(transfer phosphat), subsubkelas 1 (alkohol sebagai akseptor phosphat)
dan enzim spesifik 1: heksokinase, yang dimana memindahkan fosfat
(2.7), ke suatu gugus hidroksil penerima (2.7.1), substrat adalah ATP dan
senyawa hiodroksil penerima fosfat adalah suatu heksosa dan nama
khusus yang dikenal (1 terakhir) adalah heksokinase. Enzim tersebut
resmi ditulis EC 2.7.1.1. ATP: D-heksosa-6-fosfottransferase
[heksokinase]. Reaksi yang dikatalisis enzim yang lebih dikenal dengan
nama heksokinase ini sudah terbanyang dalam nama sistematik ini, yaitu
(Sadikin, 2002):
Heksosa + ATP Heksosa-6-fosfat
5. Enzim Fosfotransferase dengan gugus karboksil sebagai akseptor
(EC 2.7.2)

6. Enzim fosfotransferase dengan gugus nitrogen sebagai akseptor


(EC 2.7.3)

7. DNA Polimerase (EC 2.7.7.7)


Berdasarkan penamaanya, enzim ini termasuk dalam sub kelas
enzim yang bekerja pada gugus fosfat dan termasuk sub-subkelas
nucleotidiltransferase. DNA Polimirase berperan dalam replikasi
(pemanjangan rantai nukleotida) dan respirasi (mengenali bagian yang
keliru untuk kemudian dipotong dan diperbaiki) DNA. Enzi mini mampu
mengkatalisis reaksi polimerisasi deoksiribonukleotida menjadi rantai
DNA. Secara umum reakisnya sebagia berikut (Sadikin, 2002).:
Dntp + DNA diphosphate + DNA
Bagian terpenting dalam strukturnya yaitu tumb, palm, dan finger.
Berdasarkan strukturnya terdapat beberapa jenis DNA Pol, yaitu DNA
Polimerase I, II, III, dan RT (Reverse Transcriptase). Enzim ini dapat
bersumber dari organisme prokariotik seperti bakteri E. Coli dan Thermus
anacticus organisme eukariotik seperti archea. Enzim ini dimanfaatkan
dalam proses elongasi pada teknik PCR (Sadikin, 2002).

8. Hidroksi metiltransferase
Enzim metiltransferase bekerja pada reaksi pembentukan keratin
dari asam guanidine asetat,. Pembentukan glisin dari serin dengan
dibantu oleh enzim hidroksimetil transferase(Sadikin, 2002).
Dengan rumus umum yaitu:
CH3-CH-COOH CH2-COOH
OH NH2 THFA NH2

C. Contoh Lain dari Enzim Transferase


Sedangkan dibawah ini akan dijelaskan beberapa contoh enzim
yang juga termasuk dalam golongan enzim transferase:
Enzim transferase tergolong enzim-enzim yang dapat menguraikan
cincin aromatik pada ikatan gandanya, misal pada enzim oksigen-
transferase dapat diterangkan dengan reaksi berikut (Kusnawidjaja, 1983):
1. Oksigen-transfarase
OH

OH OH
O C O
O

O2 R
C O

Pada reaksi ini terlihat perubahan ikatan ganda C=C menjadi 2 gugus

C O C O

C=O yaitu OH dan R

2. Fenolase
Fenolase disebut fenolase kompleks yang terdiri aras tirosinase
dan fenoloksidase. Dapat merubah menjadi tirosin menjadi
dihidroksifenilalanin (dopa), kemudian difenol ini dioksidasi menjadi kinion
dan akhirnya terbentuklah melanin (pigmen hitam-coklat pada kulit, mata,
dsb) (Kusnawidjaja, 1983)
Reaksinya:

H2 H2
C COOH HO
C COOH
CH CH

NH2
NH2
HO tirosin HO dopa

H2
O
C COOH
CH
melanin
NH2
HO
dopakinon
Fenolase dan tironase terdapat banyak sekali dalam tumbuhan,
seperti dalam pisang,kentang, magga, dsb. Jika dipotong atau diiris oleh
pisau, maka pada bagian irisan itu timbul warna hitam-coklat. Begitu juga
pada insekta, pembentkan melanin adalah amat penting terhubung selalu
memberikan warna coklat juga sebagai pengeras kutikulanya
(Kusnawidjaja, 1983).
Enzim-enzim yang masuk dalam kelas ini merupakan enzim-enzim
yang dapat mengkatalisis reaksi transfer gugus fungsi dari suatu molekul
ke molekul lain. Enzim transferase yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pemindahan gugus yang bukan hidrogen seperti gugus satu-karbon
(metil), aldehida, gugus keton, atau gugus fosfor atau gugus amino dan
lain-lain dari suatu substrat ke substrat lainnya. Kelompok lain dalam
penggelongan ini adalah enzim hidrolase yang mengkatalis reaksi
pemecahan ikatan dengan penambahan air, seperti pemecahan ikatan
C-O, C-N, C-C, P-O, dan ikatan tunggal lain. Yang termasuk dalam
kelompok enzim ini adalah esterase, peptidase, glikosidase, fosfatedase,
dan lain-lain (Hamid, 2001).
Contoh reaksi pembentukan glisin dan serin merupakan reaksi
pemindahan gugus hidriksil metil dengan enzim hidroksi metil transferase.

H hidroksil metil transferase


H2C C COOH H2C COOH

OH NH2 NH2
serin glisin

3. Metiltransferase
Enzim metiltransferase bekerja pada reaksi pembentukan keratin
dari asam guanidine asetat. Pembentukan glisin dari serin merupakan
reaksi pemindahan gugus hidroksil metil. Gugus ini dilepaskan dari
molekul serin dengan dibantu oleh enzim hidroksimetil transferase. Metil
transferase memelihara grup metil untuk nukleotida yang dihasilkan
melalui replikasi DNA, memastikan bahwa salinan DNA termetilasi. Metil
transferase adalah enzim yang bekerja pada reaksi pembentukan glisin
dan serin (Kusnawidjaja, 1983).

4. Transamirase
Memindahkan gugus amino dari satu asam amino ke asam amino
alfa keto penerima ,menghasilkan dan membentuk asam amino baru dan
asam keto baru. Secara umum, gugus yang dipindahkan harus
diaktifkan,sehingga secara kimiawi akan menjadi labil sebelum
pemindahan dapat terjadi (Kusnawidjaja, 1983).
Transaminase merupakan proses katabolisme asam amino yang
melibatkan pemindahan gugus amino dari satu asam amino kepada asam
amino lain. Dalam reaksi transaminase ini gugus amino dari suatu asam
amino dipindahkan kepada salah satu dari 3 senyawa keto, yaitu asam
piruvat, -ketoglutarat, atau oksaloasetat, sehingga senyawa keto ini
diubah menjadi asam amino, sedangkan asam amino semula diubah
menjadi asam keto. Ada dua enzim penting dalam reaksi transaminase
yaitu alanin transaminase dan glutamat transaminase yang bekerja
sebagai katalis dalam reaksi berikut (Kusnawidjaja, 1983):
Alanin transaminase
Asam amino + asam piruvat Asam keto
+ alanin
glutamat transaminase
Asam amino + asam ketoglutarat Asam
keto + asam glutamat
Pada reaksi ini tidak ada gugus amino yang hilang, karena gugus
amino yang dilepaskan oleh asam amino diterima oleh asam keto. Alanin
transamirase merupakan enzim yang mempunyai kekhasan terhadap
asam piruvat-alanin. Glutamat transaminase merupakan enzim yang
mempunyai kekhasan terhadap glutamat-ketoglutarat sebagai satu
pasang substrak (Kusnawidjaja, 1983).
Gugus R sekarang dapat ditransfer ke penerima untuk membentuk
senyawa baru:
O CH3 O O NH2
H
H2N C C OH + C O C C OH + H3C CH

CH2 C O CH2 C O

CH2 OH CH2 OH

C O C O

OH OH
asam amino 1 asam keto 2 asam keto 1 asam amino 2

ATP + R-OH R-O-ADP + Pi

R1 C COO + R2 C COO

NH3 O

Transminase
H

R1 C COO + R2 C COO

NH2 O

COO COO

COO CH2 COO CH2

CH2 CH2 CH2 CH2

CH NH3 + C O C O + CH NH3

COO COO COO COO


aspartate a -ketoglutarate oxaoacetate glutamate
Aminotransferase (Transaminase)

Reaksi transaminase terjadi di dalam mitokondria maupun dalam


cairan sitoplasma. Semua enzim transaminase tersebut dibantu oleh
piridoksalfosfat sebagai koenzim. Telah diterangkan bahwa piridoksalfosfat
tidak hanya merupakan konzim pada reaksi-reaksi metabolisme yang lain
(Kusnawidjaja, 1983).
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau juga
dinamakan AST (Aspartat Aminotransferase) merupakan enzim yang
dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi
sedang dijumpai pada otot rangka, dan ginjal dan juga merupakan enzim
mitokondria yang berfungsi mengkatalisis pemindahan bolak-balik gugus
amino dari asam aspartat ke asam -oksaloasetat membentuk asam
glutamat dan oksaloasetat (Price dan Wilson,1995).
Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel hepar
konsentrasinya rendah. Fungsi dari enzim-enzim hepar tersebut hanya
sedikit yang diketahui. Nilai normal kadar SGOT < 35 U/L dan SGPT < 41
U/L. (Pratt, 2010).
SGOT-SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan
terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel liver rusak, misalnya pada kasus
hepatitis atau sirosis, biasanya kadar kedua enzim ini meningkat.
Makanya, lewat hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi
gambaran adanya gangguan pada hati. Jadi, Enzim SGOT dan SGPT
mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel-sel hati. Adanya peningkatan
enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati.
Makin tinggi peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi
tingkat kerusakan sel-sel hati. Enzim-enzim yang mengatalisis
pemindahan reversible satu gugus amino antara suatu asam amino dan
suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau transaminase oleh
tata nama lama yang masih popular. Dua aminotransferase yang paling
sering diukur adalah alanine aminotransferase (ALT), yang dahulu disebut
glutamate-piruvat transaminase (GPT), dan aspartate aminotransferase
AST yang dahulu disebut glutamate oxaloacetate transaminase (GOT).
Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6)
sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk
meningkatkan pengukuran enzimenzim ini seandainya terjadi defisiensi
vitamin b6 (misal: hemodialysis, malnutrisi) (Poedjiadi, 1994).
Kerusakan membran sel menyebabkan enzim Glutamat
Oksaloasetat Transaminase (GOT) keluar dari sitoplasma sel yang rusak,
dan jumlahnya meningkat di dalam darah. Sehingga dapat dijadikan
indikator kerusakan hati (Pratt, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Lee, et al pada tahun 2010 di Turki
menyatakan peningkatan kadar enzim SGOT/SGPT secara bermakna
pada trauma hepar. Nilai peningkatan enzim SGOT yang bermakna
adalah lebih dari 100 U/L dengan nilai p<0,001 dan kadar enzim SGPT
yang bermakna lebih dari 80 U/L dengan p<0,001 (Kusnawidjaja, 1983).

5. Piruvatkinase
Enzim Piruvat Kinase merupakan katalis pada reaksi pemindahan
gugus fosfat dari Asam Fosfoenol piruvat kepada ADP sehingga terbentuk
molekul ATP dan molekul Asam Piruvat. Dalam reaksi ini diperlukan ion
Mg++ dan K+ sebagai aktivator. Firuvat kinase merupakan enzim yang
memiliki struktur protein tetramer. Reaksi terakhir glikolisis menghasilkan
firuvat glikolisis, menghasilkan piruvat ATP. Transfer gugus fosforil dari
fosfoenolpiruvat ke ADP yang irreversibel dikatalisis enzim ini. Enzim
piruvat kinase ini dapat diinhibisi oleh konsentrasi ATP dan juga alanin
PIRUVAT KINASE. Pengendalian aktivasi piruvat kinase pada glikolisis
(fruktase 2,6- Bifosfat) dan pengendalian aktivasi piruvat kinase oleh asam
sitrat. Kemudian inhibitor piruvat kinase oleh ATP konsentrasi ATP yang
tinggi menghambat piruvat kinase dalam glikolisis (Kusnawidjaja, 1983).

6. Glukokinase
Enzim Glukokinase atau heksokinase merupakan katalis pada
proses glikolisis dimana pengubahan glukosa menjadi glukosa 6-fosfat
dengan reaksi fosforilasi. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam reaksi
dibantu oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Heksesokinase yang berasal dari
ragi dapat merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari
ATP tidak hanya kepada glukosa tetapi juga kepada fruktosa, manosa,
glukosamina. Dalam otak, otot, dan hati terdapat enzim heksesokinase
yang multi substrat ini. Disamping itu ada pula enzim-enzim yang khas
tetapi juga kepada fruktosa, manosa, dan glukosamin. Dalam kinase. Hati
juga memproduksi fruktokinase yang menghasilkan fruktosa-1-fosfat
(Kusnawidjaja, 1983).
Contoh Glukokinase:
Heksokinase/Glukokinase
-D-glukosa + ATP -Dgglukosa-6-fosfat + ADP

Enzim heksesokinase dari hati dapat dihambat oleh hasil reaksi


sendiri. Jadi apabila glukosa-6-fosfat terbentuk dalam jumlah banyak, mak
senyawa ini akan menjadi inhibitor bagi enzim heksesokinase tadi.
Selanjutnya enzim akan aktif kembali apabila konsentrasi glukosa-6-fosfat
menurun pada tingkat tertentu (Hamid, 2001).

7. Transkarboksilase

Enzim transkarboksilase ini berfungsi dalam pengubahan asam

organik secara bolak balik, contoh pengubahan asam piruvat menjadi

asetaldehid dibantu oleh karboksilase piruvat (Kusnawidjaja, 1983).

BAB III

PENUTUP

Dari uraian diatas didapatkan, enzim adalah protein yang


mengkatalisis reaksi biokimia. Enzim biasanya terdapat dalam konsentrasi
yang sangat rendah di dalam sel, dalam hal ini mereka meningkatkan laju
reaksi tanpa mengubah posisi kesetimbangan. Sedangkan Enzim
transferase, adalah enzim yang bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain, dan
juga dapat menguraikan cincin aromatik pada ikatan gandanya.
Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang terdiri dari 4
nomor. Nomor pertama menunjukkan kelas enzim yang bersangkutan
(digit pertama), subkelas (digit kedua), dan subsubkelas (digit ketiga).
Digit keempat adalah untuk enzim spesifik. Pada enzim transferase, digit
kedua merupakan gugus yang ditransfer (subkelas):
1. Satu gugus karbon
2. Gugus adehid atau keton
3. Gugus asil
4. Gugus glikosil
7. Gugus fosfat
8. Gugus belerang
9. Gugus selenium
dan digit ketiga menjelaskan lebih lanjut gugus yang ditransfer
(subsubkelas):
EC 2.1.1: metiltransferase
EC 2.1.2: hidroksimetiltransferase
EC 2.1.3: karboksil atau karbamoil transferase

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Abdul, 2001, Biokimia: Metabolisme Biomolekul, Alfabeta, Jakarta.

Iswari, R. S., 2006, Biokimia, Graha Ilmu, Jakarta.

Kusnawidjaja, Kurnia, 1983, Biokimia, Alumni.

Mayashopha, A. Y., Fitria, H., dan Aji, S., 2015, Aplikasi Enzim
Transglutaminase Pada Produk Pangan: Kajian Pustaka, Jurnal
Pangan dan Agroindustr, 2(3): 1145-1151.
Murray, R. K., Daryl, K. G., dan Victor, W. R., 2009, Biokimia Harper Edisi
27, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Ngili, Yohanis, 2013, Protein dan Enzim, Rekayasa Sains, Bandung.

Poedjiadi, Anna, 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI Press, Jakarta.

Pratt, D. S., Liver Chemistry and Function test. In: Feldma, M., Friedma, L.
S., Brandt, L. J., eds. Scheisenger and Fordtrans Gastrointestinal
and Liver disease, Saunders Elsevier, Philadelphia.

Price, A., dan Wilson, L., 1995, Patofisiologi Buku 2 Edisi 27, Kedokteran
EGC, Jakarta.

Sadikin, Muhammad, 2002, Biokimia Enzim, Widya Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai