Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Belt conveyor adalah mesin pemindah yang paling universal karena kapasitas
cukup besar (500 s.d 5000 m3/jam atau lebih), sanggup memindahkan material
pada jarak relatif besar (500 s/d 1000 m atau lebih), desain yang sangat sederhana
dan pengoperasian yang baik (http://www.hksystems.com,conveyor). Belt
conveyor dapat digunakan untuk memindahkan berbagai unit material sepanjang
arah horizontal atau pada suatu kemiringan tertentu pada berbagai industri.
Contohnya pada industri pengecoran logam, tambang batubara, produksi beton,
industri makanan dan lain-lain.
Tabel 2.1 Sudut kemiringan maksimum yang diizinkan pada geometri belt
conveyor untuk beberapa jenis material.
Maximum Maximum
angle of angle of
Material Material
incline incline
() ()
Coal briquetted 12 Sand, dry 18
Gravel, washed and sized 12 Sand, clamp 27
Grain 18 Ore, large-lumped 18
Foundry sand, shaken out 24 Ore, crushed 25
(burnt)
Foundry sand, damp (ready) 26 Anthracite, pebbles 17
Crushed stone, unsized 18 Coal, run of mine 18
Coke, sized 17 Coal, sized, small 22
Coke unsized 18 Cement 20
Sawdust, fresh 27 Slag, anthraciote, 22
Lime, powdered 23 damp
Sumber : Charles G. Wilson head Agronomist 1964.
2.1.3.1 Belt
Belt terbuat dari bahan tekstil, baja lembaran atau jalinan kawat baja. Belt
yang terbuat dari tekstil berlapis karet paling banyak ditemukan dilapangan.
Syarat-syarat belt:
1) Tahan terhadap beban tarik.
2) Tahan beban kejut.
3) Perpanjangan spesifik rendah.
4) Harus fleksibel.
5) Tidak menyerap air.
6) Ringan.
Belt yang digunakan pada belt conveyor terdiri dari beberapa tipe seperti
bulu unta, katun dan beberapa jenis belt tekstil berlapis karet. Belt harus
memenuhi persyaratan, yaitu kemampuan menyerap air rendah, kekuatan tinggi,
ringan, lentur, regangan kecil, ketahanan pemisahan lapisan yang tinggi dan umur
pakai panjang. Untuk persyaratan tersebut, belt berlapis karet adalah yang terbaik.
Belt tekstil berlapis karet terbuat dari beberapa lapisan yang dikenal dengan plies.
Lapisan-lapisan tersebut dihubungkan dengan menggunakan (vulkanisasi) atau
dengan karet alam maupun sintetis. Belt dilengkapi dengan cover karet untuk
melindungi tekstil dari kerusakan-kerusakan. Karena beberapa jenis material yang
Tabel 2.3 Tebal cover yang disarankan pada belt tekstil berlapis karet untuk beban
tumpukan dan beban satuan.
Cover thickness, mm
Load characteristics Material Loaded Return
slide 1 slide, 2
Granular and powdered, non Section 1.01 Bulk 15 1.0
abrasive load Grain, col dust
Light load in paper and clocth Section 1.02 Unit 1.0 1.0
packing loads
2.1.3.2 Idlers
Belt disangga oleh idler. Jenis idler yang digunakan kebanyakan adalah
roller idler. Berdasarkan lokasi idler di conveyor, dapat dibedakan menjadi idler
atas dan idler bawah. Gambar susunan idler atas dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Sudut antara idler bawah dan idler atas dapat divariasikan sesuai keperluan.
Idler atas menyangga belt yang membawa beban. Idler atas bisa
merupakan idler tunggal atau tiga idler. Sedangkan untuk idler bawah digunakan
idler tunggal. Gambar idler bawah dapat dilihat pada Gambar 2.5 di bawah ini.
B
Idler dibuat sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibongkar pasang. Ini
dimaksudkan untuk memudahkan perawatan. Jika salah satu komponen idler
rusak, dapat dilakukan penggantian secara cepat. Kontruksi idler dapat dilihat
pada Gambar 2.6.
Diameter (D) idler tergantung pada lebar belt (B) yang disangganya.
Hubungan antara lebar belt dengan diameter idler dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Hubungan antara diameter roller idler dengan lebar belt.
(D) Roller diameter (mm) (B) Belt width (mm)
108 400 to 800
159 800 to 1600
194 1600 to 2000
Sumber : Sularso, 1987
Dalam perancangan, panjang idler Lid dibuat lebih panjang 100 s/d
200 mm dari lebar belt. Untuk saluran pemasangan komponen belt conveyor dapat
dilihat pada Gambar 2.7.
Jika idler pada loading zone adalah 11 0.51 dan pada belt bagian bawah
12 21. Training idler berfungsi untuk menjaga agar belt berjalan lurus dan
efektif jika dipasang pada belt conveyor yang panjangnya lebih dari 50 meter.
Jarak idler tergantung pada belt dan berat jenis dari beban seperti tertera pada
Tabel 2.7.
(a (b)
)
(d)
(c)
(e) (f)
Gambar 2.8 Susunan puli pengegrak belt conveyor a dan b puli tunggal;
c dan d sistem dua puli; e dan f menggunakan bagian penekan
Untuk kondisi tak ada slip antara belt dengan puli seperti pada Gambar
2.8, diperoleh persamaan berikut :
St Ss1 e (2.3)
Keterangan notasi :
St = gaya tarik pada sisi belt yang kencang
St = gaya tarik pada sisi belt pembalik
= koefisien gesekan antara belt dengan puli
= sudut lilit
e 2,718
W0 = St St1 (2.4)
Sehingga:
Wo = St Ss1 St1 e Ss1
= Ss1 (e 1) (2.5)
e
Atau; Wo -1
Sumber : Bell, Idler An Pulley Catalogue
Dari persamaan di atas, besar gaya tarik yang dapat ditransmisikan oleh
puli penggerak ke belt meningkat dengan penambahan sudut kontak. Koefisien
gesek dan tegangan belt. Besar koefisien gesek tergantung pada permukaan puli
dan sudut kontak. Dan dapat dilihat pada Tabel 2.7, yaitu hubungan antara sudut
kontak dan bagaimana belt dililitkan pada puli. Tegangan belt tergantung dari
kekuatan belt. Sedangkan kekuatan belt ditentukan lebar dan jumlah lapisan belt.
Wood or ruber 0.15 1.60 1.73 1.87 2.19 2.57 2.87 3.51
lagged pulley and
very humid (wet)
atmophere; dirty
Cast iron or steel 0.20 1.87 2.08 2.31 2.85 3.51 4.04 5.34
pulley and humid
atmosphere; dirty
Cast iron or steel 0.30 2.56 3.00 3.51 4.81 6.59 8.17 12.35
pulley and dry
atmosphere; dusty
Wood lagged 0.35 3.00 3.61 4.33 6.25 9.02 11.62 18.78
pulley and dry
atmosphere; dusty
Rubber lagged 0.45 3.15 4.33 5.34 8.12 12.35 16.41 28.56
pulley and dry
atmosphere; dusty
Sumber : Bell, Idler An Pulley Catalogue
Puli penggerak terbuat dari besi cor atau baja lembaran (sheet steel) yang
dibuat menggunakan proses pengelasan. Permukaan puli harus lebih besar 100 s.d
200 mm dari lebar belt. Diameter puli Dp ditentukan oleh jumlah lapisan belt yang
diberikan oleh persamaaan berikut :
Dp > Kp . i, mm (2.6)
Dimana :
Dp = diameter puli, mm
Kp = faktor proporsional
I = jumlah lapisan belt
Harga Kp adalah 125 s.d 150 (Kp = 150 untuk I = 8 s/d 12). Diameter puli dihitung
dari persamaan diatas dan dibulatkan ke diameter terdekat yaitu: 250, 320, 400,
500, 630, 800, 1000, 1250, dan 1600 mm.
a
b
Untuk kondisi pada gambar 2.10a, jika B adalah lebar belt maka harga R
12 B dan I2 = (0,4-0,5). Sedangkan untuk kondisi seperti gambar 2.10b, lintasan
belt berubah dari arah horizontal menjadi miring. Harga jari-jari kelengkungan
minimum (Rmin) diberikan pada persamaan berikut :
Rmin S K1 (m) (2.7)
qb
Dimana :
S = Gaya tarik belt pada akhir lengkungan (kg)
qb = Berat beban tiap meter panjang belt (kg/m)
K1 = Factor numerik (K1 = 1 untuk 7, k1 =1,05)
untuk = 8-25 ) dan K1 = 1, 1 untuk = 16-20
Diameter dan panjang idler yang digunakan untuk penekuk belt sama dengan
digunakan untuk system horizontal.
Luas penampang irisan aliran material pada gambar 2.11 dibagian atas (A 1 )
adalah luas segitiga :
bh
A1 = C1
2
0,8 0,4C1 tan 1
=
2
Bila kemiringan idler samping adalah 20 dan panjang idler tengah 11 = 0,4B
maka luas penampang irisan A2 adalah luas trapezium, yaitu :
A2 = 0,0435B2 (2.8)
Maka luas total aliran tersebut adalah :
A = A1 + A 2
= 0,16B2C 1 tan 0,35 + 0,043B2 (2.9)
Jika persamaan tersebut disubstitusikan ke persaaman sebelumnya maka didapat
persamaan untuk kapasitas yaitu :
Q = 3600AFv = F2v [576C1 tan (0,35) + 1 ]
= 160 B2 v [3,6C1 tan (0,35) + 1 ] (ton/ jam) (2.10)
Harga factor koreksi bervariasi tergantung harga sudut kemiringan idler.
Harga C1 = 1, untuk = 0-10, C1 = 0,95 untuk = 10-15, C1 = 0,85 untuk
20.
Lebar belt yang dihitung dari persamaan diatas disesuaikan dengan ukuran ukuran
butir material (lump-sized) sesuai dengan ukuran berikut :
Untuk unsized material :
B 2a + 200 mm (2.11)
Untuk sized material :
B 3,3a + 200 mm (2.12)
Lebar belt yang dipilh adalah pembulatan terhadap harga terbesar yang
terdekat dari lebar standar. Kecepatan belt tergantung pada sifat material yang
dibawa, lebar belt dan kemiringan konstruksi conveyor, kecepatan belt dengan
berbagai variasi diberikan pada Tabel 2.8 berikut :
Pada persamaan diatas, tanda plus berarti gerakan naik dan tanda minus
berarti gerakan turun. Berat idler tergantung pada disainnya. Jika berat bagian
berotasi untuk satu idler adalah Gp maka berat permeter dari bagian berotasi idler
dari persamaan berikut :
Gp
qp = (kg/m)
I
Gp
q p = (kg/m)
I2
Arti notasi :
I = jarak idler yang menahan beban (m)
I2 = jarak idler pembalik (m)
Harga koefisien tahanan rolling bearing diberikan pada tabel 2.9, sedangkan
untuk sliding bearing harga akan lebih besar 3 s/d 4 dari rolling hearing.
Tahanan gerak puli penekuk diberikan oleh persamaan berikut dengan harga
faktor K = 1.05 untuk sudut lilit = 180 dan K = 1.07 untuk sudut lilit = 180
Wov
= (KW) (2.19)
102 g
pasir silika dimanfaatkan untuk memisahkan kotoran dari baja cair pada
pengecoran baja. Selain itu, pasir juga adalah material yang paling utama dalam
kegiatan konstruksi bangunan seperti pada pembuatan tiang beton, hingga ke-
industri kerajinan, dekorasi maupun kegiatan lainnya.
1) Ukuran Butir
Menurut ukuran butir, bulk material dikenal sebagai nilai bongkah (a) dan
mempunyai satuan mm. Dimensi linier material terdiri dari diagonal besar amaks
dan diagonal kecil amin yang menentukan karakteristik partikel serta jumlah
parameter untuk perhitungan alat pemindahan dan peralatan pembantunya. Bentuk
ukuran bongkah dapat dilihat pada Gambar 2.13.
a maks
a min
Untuk menentukan ukuran bongkah material yang lebih besar dari 0,1 mm,
dilakukan penyaringan secara bertingkat. Ukuran bongkah bulk material dengan
ukuran partikel lebih kecil dari 0,1 mm ditentukan melalui metoda khusus, yaitu
berdasarkan kecepatannya jika dimasukkan kedalam air atau udara.
a maks + a min
a = (2.22)
2
Karakteristik material tak terukur ditentukan oleh ukuran bongkah yang terbesar
(amaks).
Menurut ukuran partikelnya, bulk material diklasifikasikan menjadi
bongkah dengan ukuran besar, sedang, kecil, granular atau bubuk. Ukuran
bongkah partikel dapat dilihat pada Tabel 2.10 berikut.
Ukuran bongkah bulk material harus diperhatikan karena akan berpengaruh dalam
menentukan ukuran mesin pemindah material, hopper serta sistem salurannya.
2) Berat Spesifik
Berat spesifik/massa jenis bulk material adalah berat material per satuan
volume dengan satuan ton/m3 atau kg/m3. Berat dari bulk material yang berbentuk
butiran atau serbuk diukur dengan peralatan khusus yang terdiri dari container
dengan volume tertentu (1-3 liter), batang yang dipasangkan ke container dan
kerangka berputar pada batang. Makin besar ukuran bongkah maka makin besar
ukuran container yang dibutuhkan. Untuk menentukan berat bulk material,
material dimasukkan kedalam container melalui kerangka sampai penuh. Putaran
kerangka akan membuang kelebihan material dalam container. Selanjutnya
container di timbang. Container ini dapat dilihat pada Gambar 2.14.
Berat bulk material dihitung sebagai berat bersih material dalam container
relatif terhadap volume. Perbedaan dibuat antara berat bulk material yang terbuka
() dan material yang dikemas (packed). Bulk material yang dikemas mengalami
kompresi statis atau dinamis yang seragam akibat goncangan.
Gambar 2.14 Container untuk menghitung berat bulk material aliran bebas
3) Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat partikel yang mengikis permukaan saat terjadi
kontak dalam pergerakannya. Permukaan saluran belt dan pin, merupakan objek
yang akan mengalami abrasivitas oleh material yang dipindahkan. Pengikisan
akan terus terjadi tergantung pada kekerasan, kondisi permukaan, bentuk, serta
ukuran partikel. Beberapa material seperti abu, bouksit, aluminium oksida, semen,
pasir, dan kokas bersifat abrasif.
4) Angle of Refose
Sudut antara kemiringan tumpukan material dengan garis horizontal
disebut angle of repose yang dilambangkan dengan . Besarnya sudut
tergantung pada mobilitas partikel. Jika mobilitas partikel semakin besar maka
sudut semakin kecil. Angle of repose bisa berbentuk statik atau dinamik (dyn).
Angle of repose dinamik besarnya sekitar 0,7.
Koefisien gesekan suatu bulk material terhadap baja, kayu, beton, karet,
dan lainya harus diperhatikan dalam perancangan mesin pemindah material.
Faktor gesekan menentukan sudut kemiringan dinding dan sisi hopper, saluran
dan inklinasi maksimum suatu mesin pemindah (conveyor). Hubungan antara
faktor gesekan dan sudut gesekan material diberikan dalam bentuk :
f0 = tan 0 (2.23)
atau:
f = tan (2.24)
Tabel 2.12 Berat bulk, angle of repose dan faktor gesekan bulk material.
Dalam pasir yang jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau
butiran dan air pori.Dalam keadaan tidak jenuh, pasir terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian padat atau butiran, pori-pori udara, dan air pori. Bagian-bagian pasir dapat
digambarkan dalam bentuk diagram fase seperti gambar dibawah ini.
Vu
Udara
Vv
Va Air Ma
V M
Vt Mt
Tanah
Gambar 2.16 diatas menunjukkan elemen pasir yang mempunyai volume V dan
berat total W dan hubungan berat dan volumenya. Dari gambar tersebut dapat
dibentuk persamaan berikut : (E.Bowks, 1995)
W = Ws + Ww dimana :
Kadar air (w) didefenisikan sebagai perbandingan antara berat air (W w ) dengan
Ww
w (%) = 100 (2.25)
Ws
dengan volume total (V). Dalam hal ini dapat digunakan dalam benntuk persen
maupun decimal.
Vv
n= (2.26)
V
Angka pori (e), disefinisikan sebagai perbandingan volume rongga (V v ) dengan
Vv
e= (2.27)
Vs
Berat volume basah ( b ), adalah perbandingan antara berat butiran tanah termasuk
Ws
b = (2.29)
V
Berat butiran padat ( s ), didefinisikan sebagai perbandingan antara berat butiran
Ws
s = (2.30)
Vs
antara berat volume butiran padat ( s ) dengan berat volume air ( w ) pada
temperatur 4C.
s
Gs=
w (2.31)
G s tidak berdimensi. Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,65
sampai 2,75. Nilai berat jenis sebesar 2,67 biasanya digunakan untuk tanah-tanah
tak berkohesi. Sedangkan untuk tanah kohesip tak organik berkisar antara 2,68
sampai 2,72. (Hardyanto, 1992) Untuk melihat berat jenis dari pasir dapat dilihat
pada tabel berbagai jenis tanah dibawah ini.
Vw
S (%) = 100 % (2.32)
Vv
(4,76 mm) # 4
(2,00 mm) # 10
(0,84 mm) # 20
(0,42 mm) # 40
(0,25 mm) # 60
(0,147 mm)#100
dan persentase tehadap berat kumulatif pada tiap saringan dihitung. Contoh
nomor-nomor saringan dan diameter lubang dari standar Amerika dapat dilihat
dari tabel dibawah ini.
Saat material dipindahkan dalam saluran atau pipa yang mempunyai luas
penampang A0 dalam satuan (m2), efisiensi pembebanan , maka luas
penampang :
A = A0.
Sehingga:
q = 1000A0.. (kg/m) (2.36)
Dengan mensubtitusikan persamaan diatas dengan persamaan yang sebelumnya
maka untuk material dalam aliran kontinu, didapatkan kapasitas per jam :
Q = 3600A.v.
= 3600A0.v.. (ton/jam ) (2.37)
Kapasitas mesin pemindah tersebut dapat dinyatakan tanpa berat per unit, atau Q
(ton/jam), dan selanjutnya dapat juga dinyatakan dalam bentuk volume per unit
V (m3/jam). Bila kapasitas mesin pemindah tanpa berat per unit, maka Q
dinyatakan dalam ton/jam seperti persamaan berikut :
Q = V. (ton/jam) (2.38)
Sedangkan untuk kapasitas mesin pemindah dalam bentuk bulk, maka
kapasitasnya dapat dihitung dengan persamaan :
massapasir (kg )
Q= , atau
waktutransfer (m)
m
Q= (2.39)
t
2.4.1 Pengaruh Beban Terhadap Laju
Dalam penelitian ini yang akan menjadi topik utama pembahasan
adalah bagaimana pengaruh Beban terhadap Laju pada conveyor yang
yang digunakan pada PT.WIKA BETON. Untuk menghindari salah penafsiran
1 (d12 d 02 )
V = . Is (2.41)
2 4
= .
(
1 11 2,7
2 2
)
15
2 4
= 670
Kapasitas curahan hopper akan bervariasi tergantung putaran sudu (nh) dan jenis
material yaitu :
Q h = 0,00067. n h . (ton/menit) (2.42)
= 0,0402. n h . (ton/jam)
Arti notasi:
Q h = kapasitas curaahan hopper (ton/jam)