PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit
Kanal auditori eksterna (CAE) dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis
yang bersambungan dengan kulit pinna dan epitel tersebut juga
menutupi (melapisi) membran timpani. Lapisan subkutan bagian
tulang rawan dari kanal mengandung folikel rambut, kelenjar
sebaseus, dan kelenjar serumen, dan tebalnya mencapai 1 mm.
sedangkan kulit dari CAE bagian tulang tidak memiliki elemen
subkutan dan ketebalannya hanya 0,2 mm.2
Persarafan
Sensasi ke daun telinga dan CAE disuplai oleh saraf cranial dan kulit,
dengan peran dari cabang-cabang aurikulotemporal dari saraf
trigeminal (V), fasialis (VII), glossofaringeal (IX), dan vagus (X) dan
saraf aurikularis yang lebih besar yaitu dari pleksus servikal (C2-3).
Otot vestigial ekstrinsik telinga, aurikula anterior, superior, dan
posterior, dipersrafi oleh saraf fasialis (VII).
Membran timpani adalah selaput tipis dan halus yang merupakan bagian
awal dari sistem konduksi pada telinga tengah. Bentuk membrannya oval
dengan bagian superior lebih lebar. Membran ini memiliki panjang vertikal
rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm dengan
ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Pada bagian tepi membran ini terdapat
bagian yang mengalami penebalan, suatu bagian yang disebut dengan
annulus fibrocartilago. Membran timpani dapat dibagi menjadi dua
bagian, bagian superior, tempat dimana annulus fibrocartilago terbuka
terdapat area dengan ketebalan membran yang lebih tipis dan lebih
longgar disebut dengan pars flaksida. Bagian lain yang menyusun
mayoritas dari membran timpani terdiri dari pars tensa, yang ukurannya
lebih tebal dan kaku.
Pars tensa mempunyai satu lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri
dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier
di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Tulang pendengaran di
dalam telinga saling berhubungan. Prosessus longus maleus melekat pada
membran timpani, maleus melekat dengan inkus, dan inkus melekat pada
stapes.
Kavum Timpani
Secara umum kavum timpani adalah suatu ruang yang berbatasan
dengan :
a. Paries tegmentalis
Merupakan bagian atap dari telinga tengah yang terdiri dari selapis
tulang tipis yang memisahkan telinga tengah dengan fossa cranii media.
b. Paries jugularis
Adalah bagian telinga tengah yang terdiri dari selapis tulang untuk
memisahkan telinga tengah dengan vena jugularis interna.
c. Paries membranacea
Dibentuk oleh membran timpani, terutama oleh annulus
fibrocartilago tempat membran ini melakukan insersi. Annulus
fibriocartilago yang merupakan lingkaran yang terbuka pada bagian
atasnya membentuk notch of rivinus.
d. Paries mastoideum
Membentuk dinding posterior telinga tengah, bagian superior
recessus epitympani berlanjut ke pembukaan (aditus) antrum
mastoideum.
e. Dinding anterior
Terdiri dari tulang tipis yang memisahkan kavum timpani dengan
arteri carotis interna, bagian superiornya terdapat dua ostium tuba
eustachius dan ostium tempat insersi musculus tensor timpani (Drake et
al., 2009).
Area Mastoid
Di bagian posterior recessus epitympani terdapat auditus ke antrum
mastoideum. Antrum mastoideum merupakan suatu kavitas yang terdiri
dari ruangan-ruangan kecil berisi udara yang disebut sel mastoid. Antrum
mastoideum dipisahkan dengan fossa cranii media oleh tegmentum
timpani.
Tuba Eustachius
Tuba eustachii disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani,
berbentuk seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang
menghubungkan antara kavum timpani dengan nasofaring. Tuba eustachii
terdiri dari 2 bagian yaitu : bagian tulang yang terdapat pada bagian
depan (2/3 bagian).
Tuba eustachii berfungsi untuk ventilasi telinga yang
mempertahankan keseimbangan tekanan udara di dalam kavum timpani
dengan tekanan udara luar, drainase sekret yang berasal dari kavum
timpani menuju ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari
nasofaring menuju ke kavum timpani.
Pembuluh Darah
Suplai arteri berasal dari cabang-cabang kecil arteri faringeal
asenden, yang merupakan cabang dari arteri karotis eksterna. Perdarahan
juga berasal dari dua buah cabang arteri maksilaris, yakni arteri meningea
media dan arteri vidianus. Drainase vena bermuara pada pleksus
pterigoid di fossa infratemporal.
Persarafan
Tuba eustachius, membran timpani, antrum mastoideum dan sel
mastoid menerima persarafan dari pleksus timpani yang dibentuk oleh
cabang nervus glossofaringeus. Muskulus tensor timpani diinervasi oleh
cabang mandibular nervus trigeminus dan muskulus stapedius diinervasi
oleh nervus fasialis (Moore, Dalley, dan Agur 2008).
2.1.1 Defenisi
Perforasi membran timpani adalah suatu keadaan dimana
ditemukan lubang pada gendang telinga. umumnya timbul sebagai akibat
dari trauma, otitis media atau komplikasi bedah. Membran timpani telah
menunjukkan kemampuan luar biasa untuk regenerasi dan penyembuhan
secara spontan, namun perforasi kronis masih dapat muncul sehingga
membutuhkan miringoplasti untuk perbaikan.
Beberapa teknik miringoplasti yang tidak invasif, mudah dan efektif
seperti kauterisasi, kemoterapi, metode patch dan tandur lemak telah
dilakukan baik secara sendiri atau kombinasi, namun, efektivitas
pengobatan tersebut tetap kontroversial.4
2.1.2 ETIOLOGI
2.1.3 EPIDEMIOLOGI
Sampai saat ini, belum ada survei epidemiologi tentang angka
kejadian penderita perforasi membrana timpani. Dalam lingkup
internasionalpun angka kejadian perforasi membrana timpani juga belum
diketahui. Penelitian terhadap anak-anak suku Aborigin, mendapatkan 136
dari 436 telinga (31,2%) mengalami perforasi membrana timpani .
Di Medan mendapatkan 36 telinga perforasi total, perforasi sentral
sebanyak 26 telinga, perforasi subtotal dan atik masing-masing 1 telinga.
Ologe dan Nwawolo mendapatkan 6% siswa SD negeri di desa dengan
OMSK yang ditandai dengan perforasi persisten membran timpani lebih
dari 3 bulan.4
b. Sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi mempengaruhi kejadian OMSK dimana
kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.
Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan secara umum termasuk status
imunisasi, diet dan tempat tinggal yang padat juga memengaruhi kejadian
OMSK. (Browning, 1997; Akinpelu et al, 2008).
f. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah
baik aerob ataupun anaerob menunjukkan organisme yang multipel.
Organisme yang terutama dijumpai adalah gram negatif, bowel-type flora
dan beberapa organisme lainnya (Browning, 1997). Nursiah di Medan
(2000) mendapatkan jenis kuman aerob terbanyak adalah S. aureus
(36,1%), diikuti E. coli (27,7%), Proteus sp (19,4%), S. albus (5,6%), S.
viridan (5,6%), Klebsiella sp (2,8%) dan P. aeroginosa (2,8%). Park (2008)
memeriksa 1.360 pasien OMSK dan mendapatkan 54% merupakan kuman
staphylococcus. Yeo et al melakukan studi retrospektif pada 1102 pasien
dengan OMSK dari 6 RS di Korea sejak Januari 2001 hingga Desember
2005, hasilnya bakteri pathogen yang paling banyak adalah pseudomonas
(Yeo et al, 2007).
g. Genetik
i. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih
tinggi dibanding yang bukan alergi (Browning, 1997). Susilo (2010) di
Medan memeriksa 54 objek dan mendapatkan reaksi alergi pada
penderita OMSK tubotimpanal lebih besar dibandingkan dengan reaksi
alergi pada penderita non OMSK yaitu sebesar 741% pada kelompok
penderita OMSK tipe tubotimpanal dan 407% pada kelompok non OMSK.
Lasisi et al (2007) mendapatkan dari 189 anak dengan OMSK sebanyak
28% menderita alergi. Lasisi et al (2008) melakukan tes kulit kepada 20
pasien
dengan OMSK, sebanyak 80% tes kulit positif terhadap satu atau lebih
jelas alergen.7
2.1.9 Diagnosa
Diagnosis OMSK dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan
otoskopi, pemeriksaan audiometri, pemeriksaan radiologi dan
pemeriksaan bakteriologi. Melalui anamnesa dapat diketahui tentang awal
mula penyakit, riwayat penyakit terdahulu, faktor risiko, gejala klinis serta
hal-hal lainnya yang mengarah ke diagnosis yang mungkin terjadi.
Diagnosis pasti OMSK dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan
penunjang lainnya.
Pada pemeriksaan otoskopi dapat dibedakan jenis OMSK
berdasarkan perforasi pada membran timpani, yang terdiri dari perforasi
sentral, marginal dan atik. Gambaran yang terlihat dengan otoskopi pada
perforasi sentral adalah tampak perforasi yang letaknya sentral pada pars
tensa, dapat berbentuk bundar, oval, bentuk ginjal atau hati. Perforasinya
dapat subtotal atau total, masih terlihat pinggir membran timpani
(annulus timpanikus), melalui perforasi tampak mukosa kavum timpani
bewarna pucat, bila ada eksaserbasi akut maka warna mukosa menjadi
merah dan jarang terdapat granulasi atau polip.
Gambaran otoskopi pada perforasi marginal adalah tampak
perforasi yang letaknya marginal, pada pars tensa belakang atas biasanya
besar, atau pada pars flaksida muka atau belakang (kecil), prosesnya
bukan hanya pada mukosa kavum timpani dan tulang-tulang pendengaran
ikut rusak, sering terdapat granulasi atau polip, annulus timpanikus tidak
terlihat lagi dan terlihat gambaran nekrosis tulang. Sedangkan gambaran
pada perforasi atik adalah perforasi yang letaknya di pars flaksida.
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif, tetapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga
kronis nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi
dan audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid
yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit
dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang,
terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom. Pemeriksaan
bakteriologi sekret telinga penting untuk menentukan bakteri penyebab
OMSK dan antibiotika yang tepat.7
2.1.10 Komplikasi
Komplikasi OMSK terbagi dua, yaitu komplikasi intratemporal
(komplikasi ekstrakranial) dan komplikasi ekstratemporal. Komplikasi
intratemporal terdiri dari parese n. fasial dan labirinitis. Komplikasi
ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses ekstradural,
abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses otak dan
hidrosefalus otitis.
Pada OMSK ini walaupun telinga berair sudah bertahun-tahun
lamanya telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit
disertai demam, sakit kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi
komplikasi ke intrakranial.7
2.1.11 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan OMSK dapat dibagi atas penatalaksanaan
medis dan bedah. Penatalaksanaan medis adalah aural toilet, yaitu
pembersihan telinga dari sekret, dan terapi antimikroba topikal, yaitu
pemberian tetes telinga antibiotik topikal.
Penatalaksanaan bedah dari OMSK adalah operasi mastoidektomi,
yang terdiri dari mastoidektomi sederhana yang bertujuan untuk
mengevakuasi penyakit yang hanya terbatas pada rongga mastoid, dan
mastoidektomi radikal yang bertujuan untuk mengeradikasi seluruh
penyakit di mastoid dan telinga tengah, di mana rongga mastoid, telinga
tengah, dan liang telinga luar digabungkan menjadi satu ruangan
sehingga drainase mudah.
Untuk kasus-kasus yang akan dilakukan perbaikan fungsi
pendengaran dilakukan timpanoplasti.7
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ibu Terinfeksi HIV ke Bayi yang Dilahirkan. Volum: 59, Nomor: 10,
Oktober 2009
3. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis dan
http;//www.perhati.kl.or.id/v1/wp-content
5. emedicine: L,Matthew. 2008. Tympanic Membrane Perforation.
http;//www.emedicine.com /ent/topic206.html.
6. jurnal.unismus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/116/97
7. Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38669/4/chapter
%20II.pdf