BAB III
ORIENTASI LAPANGAN
19
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
20
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
diawali dari air sungai Musi yang diolah dalam beberapa tahapan seperti yang
terdapat pada Gambar 3.2
21
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
kemudian aliran dikirim ke premix tank dalam clarifier (1001-U) dengan tekanan
3,8 kg/cm2. Kualitas dari air sungai yang akan diolah dapat diketahui dengan
analisa harian berdasarkan parameter pH, turbidity, dan SiO2.
2. Penginjeksian Zat-zat Kimia
Untuk membantu proses pengolahan air sungai menjadi air bersih
diperlukan bantuan dari beberapa chemical yang memiliki kegunaan masing-
masing. Pada proses penginjeksian zat kimia (chemical) dilakukan pada pipa inlet
flocculator atau premix tank. Jumlah injeksi bahan kimia tergantung dari mutu air
sungai dan keadaan operasi di lapangan. Pada PUSRI-IB, jenis chemical yang
digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan pusri lainnya, yaitu:
1. Alumunium Sulfat
Chemical ini berfungsi sebagai zat yang akan membantu menetralkan
muatan ion-ion yang terkandung dalam air baku sehingga menjadi netral
dan akhirnya membentuk flok- flok yang nantinya akan mengendap.
2. Caustic Soda
Berbeda dengan alumunium sulfat, chemical ini akan membantu
mengendalikan pH air baku sehingga pH tidak akan menjadi terlalu asam
karena reaksi yang disebabkan oleh alumunium sulfat dan air. Hal ini juga
akan menghindari terjadinya flok-flok yang akan pecah akibat pH yang
terlalu tinggi. Apabila pH pada air menjadi tinggi maka flok akan pecah
sehingga tidak akan didapatkan air yang bersih.
3. Kaporit (Ca(ClO)2)
Kaporit digunakan sebagai pengganti gas chlorine yang memiliki fungsi
yang sama yaitu membunuh mikroorganisme dan lumut. Gas chlorine
sudah tidak digunakan lagi akibat sering terjadi kebocoran.
a) Proses Koagulasi, Flokulasi, dan Penjernihan
Zat-zat pengotor dalam bentuk senyawa suspensi koloidal tersusun dari
ion-ion bermuatan negatif yang saling tolak-menolak. Dengan adanya penambahan
aluminium sulfat dalam air sungai yang digunakan sebagai bahan baku, maka
aluminium sulfat akan larut membentuk ion Al +3 dan OH- serta menghasilkan asam
sulfat dengan reaksi sebagai berikut :
Al2(SO4)3 + 3H2O Al2O3 + 3H2SO4 (1)
22
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
Ketika ion yang bermuatan positif dalam koagulan (Alum, Al +3) bertemu
dengan ion negatif dalam air pada kondisi pH tertentu, maka akan terbentuk flok
(butiran partikel). Butiran partikel (flok) ini akan terus bertambah besar dan berat
sehingga cenderung akan mengendap ke bawah. Pada proses ini pH air cenderung
turun karena terbentuk juga H2SO4. Pembentukan flok untuk air sungai Musi
paling baik terjadi pada pH 5,8-6,2. Apabila parameter dari suatu pH air
meningkat, maka flok-flok yang telah terbentuk akan pecah kembali.
Untuk menjamin proses koagulasi yang efisien pada dosis bahan kimia
yang minimal maka koagulan harus dicampur secara cepat dengan air. Proses
pencampuran bahan kimia ini dilakukan di premix tank dengan bantuan agitator
(1003-M) dengan kecepatan putaran 6 rpm. Tahap selanjutnya adalah menjaga
pembentukan dari flok (flokulasi) dan mengendapkan partikel flok sambil
memperhatikan pembentukan lapisan lumpur (sludge blanket) dengan pengadukan
pelan oleh (1002-M), sehingga air yang jernih akan terpisah dari endapan flok.
Proses ini terjadi di dalam alat clarifier. Level pada suatu lapisan lumpur (sludge)
harus dijaga setinggi 2 meter dari dasar clarifier. Cara yang diterapkan yaitu
dengan melakukan blow down yang diatur oleh kontrol waktu.
b) Penampungan di Clear Well (5204-F)
Air bersih dari clarifier dialirkan ke clear well yaitu sebuah tangki yang
terbuat dari beton dan memiliki diameter dengan ukuran 12 m dan tinggi 4,7 m,
penampung air ini dipakai sebelum dipompakan ke unit sand filter. Di clear well
ini pH dijaga 7,0 7,5 dan kapasitas pada clear well ini adalah sebesar 1000
m3/jam. Clear well ini dilengkapi dengan level switch untuk mematikan pompa
transfer 31-3002-JA/JB/JC bilamana level air rendah.
c) Penyaringan Dengan Sand filter (31-5001-UA-UF)
Di sand filter, dilakukan penyaringan pada air yang dialirkan dari clear
well. Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan kotoran halus yang masih
terdapat dalam air bersih dan mengurangi ion nitrat atau nitrit yang tidak
terendapkan dengan flokulasi. Sand filter berjumlah 6 buah dan beroperasi secara
paralel. Sand filter ini terdiri beberapa bagian, yaitu fine sand (0,6-1,8 mm) dan
coarse sand (2,4-8,8 mm). Apabila bagian penyusun sand filter telah jenuh, maka
23
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
dilakukan backwash. Backwash dilakukan secara otomatis bila high pressure drop
tercapai atau dengan tercapainya waktu operasi (duration time) pada timer.
d) Penampungan di Filter Water Storage Tank (5201-F)
Hasil proses penyaringan dari sand filter sebelum ditampung di filter water
storage tank diinjeksikan larutan caustic pada line header outlet dari sand filter
untuk mengatur pH filter water product yang masuk ke tangki penyimpanan filter
water. Filter water storage tank ini memiliki kapasitas sebesar 4.500 m3 yang
berfungsi sebagai tempat untuk penampungan air bersih yang selanjutnya akan
dikirim ke unit lain sebagai make up cooling tower, bahan baku demin plant, dan
keperluan domestic seperti perumahan atau perkantoran.
e) Pendistribusian
Air produk dari water treatment akan didistribusikan sebagai:
1. Make up Cooling tower
2. Keperluan pembuatan air demin (bahan baku)
3. Keperluan air minum dan Service water
24
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
Pada demin plant terdapat 4 unit carbon filter. Peralatan ini berisi karbon
aktif yang digunakan untuk menghilangkan senyawa organik, bau, dan kotoran
yang masih bersisa. Filter water dialirkan dari atas tangki melewati lapisan karbon
aktif yang terdapat dalam tangki lalu mengalir keluar dari bawah tangki. Karbon
aktif yang digunakan lama kelamaan akan mengalami kejenuhan sehingga perlu
dilakukan backwash untuk mengembalikan efektivitas karbon aktif tersebut. Dari
carbon filter, air akan mengalir ke cation exchanger yang berisi resin kation. Resin
ini berikatan dengan kation dalam air dan akan melepaskan ion positif (+).
3.1.2.2. Cation Exchanger (31-5004-UA~C)
Air yang sudah melalui carbon filter akan mengalir ke tangki cation
exchanger dari bagian atas. Air tersebut akan melalui lapisan-lapisan resin kation
sehingga ion-ion positif akan lepas. Pada unit ini terdapat 3 tangki cation
exchanger (2 service dan 1 regen). Cation exchanger yang digunakan di Pusri 1B
terbuat dari material carbon steel dan rubber lining yang berisi resin sebanyak
4350 liter/vessel.
Reaksi pengikatan kation :
Contoh : ion Ca++, dengan H2Z sebagai resin penukar ion.
Ca++ + H2Z CaZ + 2H+ (2)
3.1.2.3. Anion Exchanger (31-5005-UA~C)
Air dari cation exchanger mengalir menuju bagian atas tangki anion
exchanger. Ion-ion negatif dalam air akan lepas digantikan dengan ion negatif dari
resin anion (OH-). Jumlah tangki anion exchanger yang digunakan di plant ini
sebanyak 3 buah (2 service dan 1 regen atau standby) sama seperti cation
exchanger. Pada aliran keluar anion exchanger dilengkapi dua buah analyzer
untuk menganalisa conductivity dan kandungan silica. Resin anion lama kelamaan
akan jenuh sehingga harus dilakukan proses regenerasi.
Reaksi pengikatan anion :
ROH + A- RA + OH- (3)
Ion-ion H+ yang berasal dari permukaan kation menetralkan ion-ion OH dari
permukaan resin anion. Reaksi netralisasi ion-ion :
H2O H+ + OH- (4)
Tabel 3.2. Syarat-Syarat Regenerasi Cation atau Anion exchanger
25
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
Parameter Nilai
Throwput (m3) 3000
Silica (ppm) 0,20
Conductivity (s/m) 500
(Sumber: PUSRI-IB, 2015)
Bila syarat-syarat tersebut telah terpenuhi, maka dilakukan regenerasi cation dan
anion exchanger dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Backwash
Backwash yaitu suatu proses pembalikkan arah dari aliran air di Dallam
suatu tabung untuk merenggangkan resin-resin yang sudah mampat pada bagian
bottom cation exchanger atau anion exchanger.
2. Regeneration
Yaitu dengan menginjeksikan asam sulfat yang akan menggantikan ion-ion
Ca, Mg dan sebagainya, sehingga resin tersebut aktif kembali. Larutan asam sulfat
(98%) dialirkan ke inlet cation exchanger melalui chemical distributor ke bagian
bawah lapisan-lapisan resin dan sisanya dikeluarkan ke neutralized pond yang
berfungsi untuk menampung larutan buangan dari unit-unit penukar pada waktu
regenerasi, yang tujuannya untuk menetralisir atau membuat agak basa larutan
yang mengandung sisa-sisa bahan kimia selama regenerasi sebelum air ini dibuang
ke kolam pengolah limbah. Unit anion dapat diregenerasi secara normal dengan
memakai larutan caustic soda (45%) yang telah dilarutkan dalam caustic
dissolving tank dengan cara yang sama dengan proses regen di unit cation
exchanger.
Reaksi regenerasi cation:
CaZ + H2SO4 H2Z + CaSO4
Reaksi regenerasi anion:
RA + NaOH ROH + NaA
3.1.2.4. Mixed Bed Exchanger (31-5006-UA/B)
Mixed bed exchanger berisi dua resin sekaligus yaitu resin kation dan resin
anion. Mixed bed exchanger ini akan mengikat ion-ion yang masih lolos/bersisa
dari proses sebelumnya. Reaksi yang terjadi:
RH + ROH + C + H RC + RH + H2O
Terdapat dua tangki mixed bed exchanger yang service dalam demin plant
ini, ada saatnya resin di dalam mixed bed jenuh. Akan tetapi mixed bed biasanya
memiliki rentang waktu untuk dilakukan regen yaitu sekitar 20 hari sekali atau
26
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
apabila total galon mencapai 55.000 m3 dan high silica> 0,05 ppm pada air yang
keluar dari mixed bed. Regen pada mixed bed memiliki tahapan proses yang sama
seperti anion exchanger dan cation exchanger, hanya saja ada satu step tambahan
yaitu pencampuran resin dalam tangki menggunakan air mix. Resin kation yang
digunakan ialah acid dan resin anion berupa caustic. Proses peninjeksian caustic
dilakukan dari bagian atas tangki, sedangkan acid dari bagian bawah tangki.
3.1.2.5. Demineralized Water Tank (5001-F)
Air yang telah diproses menjadi air demin disimpan dalam Demineralized
Water Tank dengan kapasitas 250 m3/jam yang selanjutnya akan didistribusikan
menggunakan pompa. Demin water akan didistribusikan ke deaerator sebagai air
make up untuk pembuatan BFW yang akan digunakan di WHB, package boiler,
dan ammonia plant, serta sebagai air proses di urea plant.
27
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
untuk mengubah air panas menjadi air dingin menggunakan udara yang akan
digunakan kembali di ammonia dan urea plant. Jumlah air sirkulasi Cooling tower
(32-5204-UF) yang ada di PUSRI-IB sebanyak 23.020 m3/jam.
Air tersebut didinginkan dengan cara menggontakkannya dengan udara
yang mengalir berlawanan arah. Akibat kontak dengan aliran udara, terjadi proses
pengambilan panas dari air oleh udara dan juga terjadi proses penguapan sebagian
air dengan melepas panas laten yang akan mendinginkan air yang jatuh ke bawah.
Cooling water return yang berasal dari amoniak dan urea plant akan masuk
melalui riser pada cooling tower. Terdapat sembilan riser dengan 6 riser (riser 1-
6) digunakan untuk CWR dari ammonia plant dan 3 riser (riser 7,8,9) merupakan
riser untuk CWR dari urea plant. Temperatur air dingin kembalian dari ammonia
plant dan urea plant biasanya memiliki temperatur berkisar 40C-42C dan air
yang dihasilkan dari proses pada cooling tower berkisar 28C-32C.
Air dingin yang turun ditampung di basin kemudian diinjeksikan dengan
Cl2 (chlorin) liquid sebagai desinfektan, phospat sebagai pembentuk lapisan film
yang bertujuan untuk mencegah kontak air yang mengadung O 2 dengan logam
sehingga dapat mencegah korosi, bromin sebagai desinfektan dan anti lumut,
calcium hipoclorite (konsentrasi 100%) untuk mengatur pH pada air dan
menghilangkan lumut, dan dispersant untuk mengendalikan phospat.
Air yang telah menjadi dingin ditampung di basin dan dipergunakan
kembali sebagai cooling water. Air dingin dari basin dikirim kembali ke pabrik
dengan menggunakan pompa sirkulasi cooling water. Terdapat 5 buah pompa
sirkulasi cooling water dengan pembagian 3 pompa untuk sirkulasi ke ammonia
plant dan utilitas, lalu 2 buah pompa untuk sirkulasi ke urea plant. Akibat adanya
proses penguapan air pada proses pendinginan, maka di basin cooling tower harus
ditambahkan air make up untuk menggantikan air yang hilang.
28
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
29
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
cadangan ini dapat digerakkan dengan motor AC dan DC. Media pendingin dari
lube oil ini adalah air pendingin yang ada di dalam alat penukar panas.
30
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
31
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
Gam
bar 3.6. Diagram Alir Deaerator
3.1.5.2. Waste Heat Boiler
Waste Heat Boiler berfungsi menghasilkan steam untuk menggerakkan
peralatan-peralatan yang bertenaga turbin. Waste Heat Boiler memanfaatkan sisa
panas dari GTG PUSRI-IB sekitar 25% dari panas total yang dibutuhkan di WHB
dengan temperatur 4000C. GTG menghasilkan 13 MW (maksimal) tapi normalnya
menghasilkan 22 MW. Pada waktu start up, maka panas dari GTG dibuang
terlebih dahulu dengan membuka damper stack sedangkan damper ke burner
ditutup. Untuk meningkatkan panas hingga sekitar 8000C maka dilakukan
pembakaran gas alam di burner yang dilengkapi 9 buah pemicu api. Total panas
yang dihasilkan dari pembakaran gas alam sekitar 75% dari panas yang
dikonsumsi oleh WHB.
Boiler feed water berasal dari deaerator dimasukkan ke economizer tube
yang dipanaskan dengan panas sisa pembakaran. Kemudian masuk ke steam drum
yang selanjutnya menuju ke boiler tube. Keluar dari boiler tube, sebagian fluida
berubah menjadi steam dan sebagian lagi masih berupa liquid. Fluida yang masih
32
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
33
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
34
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
Flash Drum
Superheater
Evaporator
Economizer
pH : 9.6 10.2
F.D. Fan
PO4 : 15 20 ppm
CondStack
: < 100
SiO2 < 0.50 ppm
35
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
36
Gas Alam
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
point -40oC pada tekanan 7.0 kg/cm2. Selama normal operasi, salah satu vessel
beroperasi dan yang lain regenerasi atau standby.
Udara
3.2. Unit Ammonia
Proses sintesa amoniak yang dibuat secara komersil saat ini adalah
berdasarkan reaksi yang dikembangkan oleh Frizt Haber dan Carl Bosch. Bahan
baku untuk pembuatan amoniak antara lain gas alam, napta, batubara, LPG, heavy
hydrocarbon, hidrokarbon elektrolisis, dan lain-lain. Bahan baku yang berbeda-
beda ini memberikan proses yang berbeda pula dalam pembuatannya. Bagian
amoniak merupakan tempat berlangsungnya reaksi antara H2 dan N2 dengan
perbandingan 3:1. Gas H2 dan N2 diperoleh dari proses reforming gas alam, steam,
dan udara. Selain amoniak, juga diperoleh produk samping CO 2 yang menjadi
bahan baku pembuatan urea. Pabrik amoniak PUSRI-IB menggunakan proses
Kellog yang merupakan proses pembuatan amoniak yang banyak dipakai di
Indonesia.
Proses pembuatan amoniak secara umum terbagi dalam beberapa tahapan
proses sebagai berikut:
a) Tahap Feed treating
1. Desulfurisasi anorganik (pemisahan sulfur anorganik)
2. Pemisahan CO2
3. Desulfurisasi organik (pemisahan sulfur organik)
b) Tahap Pembentukan Gas Sintesa (Reforming)
1. Primary reformer
2. Secondary reformer
c) Tahap Pemurnian Gas Sintesa (Purification dan Methanasi)
1. High temperatur shift converter
2. Low temperatur shift converter
3. Pemisahan CO2
4. Methanator
d) Tahap Sintesa Amoniak dan Refrigeration
1. Kompresi gas sintesa
2. Sintesa amoniak
3. Pendinginan dan pemisahan amoniak
e) Purge Gas Recovery Unit (PGRU)
37
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
38
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
39
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
40
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
3.2.2.1. Hidrogen
Hidrogen untuk start-up PUSRI-IB disuplai dari PUSRI-IIB, PUSRI-III,
dan PUSRI-IV dengan komposisi dapat dilihat pada tabel 3.6. Tekanan dan
temperatur gas tersebut masing-masing 67 kg/cm2G dan 177oC. Jumlah gas
hidrogen yang digunakan sebanyak 1301,44 Nm3/jam. Pada kondisi normal
operasi, gas hidrogen didapatkan dari hasil sintesa gas alam pada seksi reforming.
Tabel 3.6. Komposisi Gas untuk Start-Up
Komponen Kuantitas Satuan
Hidrogen 74,01 % volume
Nitrogen 24,61 % volume
Argon 0,344 % volume
Metana 1,03 % volume
(Sumber: PT. PUSRI, 2017)
41
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
3.2.2.3. Katalis
Katalis pada pabrik PUSRI hanya digunakan pada pabrik amoniak karena
pabrik urea tidak memerlukan katalis dalam reaksinya. Jenis katalis yang
digunakan pada pabrik amoniak dapat dilihat pada tabel 3.8. di bawah ini.
Tabel 3.8. Jenis-Jenis Katalis pada Pabrik Amoniak
Nama katalis Lokasi penggunaan
Unicat Desulfurizer
Co-Mo (Cobalt-Molybdenum) Hydrotreater
ZnO Guard chamber
NiO Reformer, methanator
Fe3O4 / Cr2O3 HTSC
Cu / ZnO LTSC
Besi berpromotor Konverter amoniak
(Sumber : Laboratorium Analitical Report Pusri)
42
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
ke KO Drum dimana cairan yang terkandung dalam feed gas dipisahkan, kemudian
masuk ke vessel anorganic sulphur removal untuk dihilangkan sulfur
anorganiknya (H2S), lalu kandungan CO2 diserap di CO2 absorber dan CO2
tersebut dipisahkan di CO2 stripper. Kemudian gas alam masuk ke vessel organic
sulphur removal untuk dihilangkan kandungan sulfur organiknya. Prosesnya
adalah sebagai berikut:
43
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
44
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
katalis CoMo (Cobalt Molebdenum) yang ada, dimana senyawa sulfur organik
terdekomposisi dan sulfurnya mengalami hidrogenasi menjadi H2S.
Reaksi yang terjadi di Cobalt Moly Hydrotreator:
RSH + H2 H2S + HR (Katalis CoMo) (15)
H2S diubah menjadi ZnS di Zine Oxide Guard Chamber.
Reaksi yang terjadi:
H2S + ZnO ZnS + H2O (Katalis ZnO) (16)
Reaksi di atas berlangsung pada temperatur 350 400 0C dengan tekanan
44,7 kg/ cm2. Senyawa sulfur ketika keluar dari hydrotreator maksimum 0,1 ppm
(vol.) dan H2S 0,05 ppm.
45
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
burner untuk pembakaran terlebih dahulu dipanaskan (bertukar panas) dengan flue
gas yang akan ke stack. Selanjutnya udara dengan temperatur 220 oC dikirim ke
setiap burner. Di dalam primary reformer terdapat 5 row yang setiap row terdiri
dari 56 tube katalis dan dilengkapi dengan 110 arch burner. Primary reformer
bertujuan untuk membentuk H2 dari CH4 pada temperatur radiant section sekitar
1033C agar hasil keluarannya bisa mencapai temperature 824 C. Panas primary
reformer dimanfaatkan untuk memanaskan coil udara dan steam. Sedangkan panas
sisa dikeluarkan oleh ID fan dengan temperatur sekitar 2000C.
Reaksi yang terjadi di Primary Reformer adalah sebagai berikut:
CH4 + H2O CO + 3 H2 (reaksi endotermis) (17)
CO + H2O CO2 + H2 (reaksi eksotermis) (18)
Apabila reaksi berlangsung sempurna maka total reaksi yang terjadi adalah:
CH4 + 2H2O CO2 + 4H2 (19)
(metana) (air) (karbon dioksida) (hidrogen)
Kondisi reaksi diatas pada temperature 900 1000 oC serta tekanan 37,19
kg/cm2. Secara keseluruhan reaksi yang terjadi bersifat endotermis sehingga
dibutuhkan temperatur yang tinggi agar reaksi dapat berlangsung. Panas untuk
melangsungkan reaksi diperoleh dari pembakaran gas alam. Gas keluaran dari
primary reformer memiliki konsentrasi CH4 tidak lebih dari 12,5%.
46
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
47
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
turun dan dikhawatirkan akan terjadi cooking. Jika lebih akan menambah
kebutuhan akan fuel gas dan steam. Panas yang dihasilkan di alat ini dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan steam di 101-CA/CB dan 102-C, yang
merupakan pemasok steam terbesar untuk Ammonia plant yaitu sekitar 85%
kebutuhaan steam. Secara keseluruhan reaksi pada proses ini bersifat eksotermis.
48
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
Gas dari proses reformer masuk dari bagian atas HTSC dan direaksikan
dengan steam. Setelah gas mengalir dari atas menuju unggun katalis, gas akan
keluar dari bagian bawah converter. Karena tidak semua CO bisa berubah menjadi
CO2, maka CO tersebut akan diturunkan lagi sekecil mungkin pada LTSC. Kadar
CO yang akan keluar dari HTSC 3,5% dry basis dengan temperatur 432oC - 437oC.
Gas keluaran dari HTSC ini akan mengalami pendinginan oleh boiler feed water.
3.2.5.2. Low Temperatur Shift Converter
Unit ini merubah CO menjadi CO2 yang belum terkonversi di HTSC
dengan bantuan katalis tembaga alumina.
Reaksi yang terjadi adalah:
CO + H2O CO2 + H2 (24)
Reaksi ini bersifat eksotermis sehingga pada suhu rendah 210C,
konversinya bisa tinggi. Pada LTSC ini temperaturnya rendah sehingga dapat
memanfaatkan kondisi kesetimbangan dimana dapat dicapai konversi yang lebih
tinggi. Maksimum CO yang keluar dari LTSC dalam gas campuran < 0,3% dry
basis dan temperatur operasi tidak boleh melebihi 260oC.
3.2.5.3. Pemisahan CO2
Gas sintesa yang telah bersih dari uap-uap airnya akan melalui tahap
berikutnya yaitu pemisahan CO2 dari gas tersebut. Pemisahan CO2 pada unit ini
secara prinsip sama dengan pemisahan CO2 di tahap penyiapan gas umpan. Pada
fungsi dari flash tank ini adalah untuk melepaskan gas terlarut pada larutan
benfield sehingga beban stripper menjadi lebih rendah. Pemisahan CO 2 ini sangat
penting karena pada saat sintesa amoniak keberadaan CO2 dapat meracuni katalis
ammonia converter dan akan bereaksi membentuk karbamat. Karbamat apabila
terdapat pada sistem loop gas akan membeku sebab sistem beroperasi pada
temperatur rendah. Hal ini akan menyebabkan kebuntuan pada sistem-sistem
pemprosesan yang ada.
3.2.5.4. Metanasi
Kedua tahapan proses diatas masih menyisakan kadar CO sebesar 0,35%
dan CO2 dalam jumlah kecil < 10 ppm. Untuk itu CO dan CO 2 diubah menjadi
CH4. Reaksi terjadi pada temperatur 280-360 0C dengan katalis nikel alumina.
49
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
50
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
Gas proses yang keluar dari metanator dengan perbandingan gas hidrogen
dan nitrogen adalah 3:1, ditekan atau dimampatkatkan (dikompres) untuk
mencapai tekanan yang diinginkan oleh ammonia converter agar terjadi reaksi
pembentukan. Compression ini bertujuan untuk menaikkan tekanan gas sintesa
dari 27 kg/cm2 menjadi 180 kg/cm2 dan temperatur 35oC menjadi 70,6oC dengan
menggunakan 2 tingkat kompressor. Tingkatan kompressor ini terdiri atas LP Case
dan HP Case, diantara LP Case dan HP Case terdapat beberapa penukar panas dan
separator dengan maksud agar proses gas atau synthesis gas yang dikirim ke
daerah synthesis loop benar-benar memenuhi persyaratan. Reaksi yang terjadi:
3H2 + N2 2NH3 + Q (27)
Konsentrasi NH3 inlet sekitar 2 %, sedangkan NH3 outlet, Ammonia
converter sebesar + 15-17 %.
Pada temperatur 454-482 C dan tekanan 173-177 kg/cm2g sebagian dari gas
sintesa yang melewati katalis akan berubah menjadi amoniak dengan reaksi
sebagai berikut:
N2 + 3 H2 2 NH3 + Q (eksotermis) (28)
51
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
Reaksi diatas merupakan reaksi eksotermis, dimana rasio N 2/H2 adalah 1:3,
konsentrasi ammonia dalam gas alam yang akan keluar dari bed terakhir ammonia
converter sekitar 17,2%. Gas outlet yang bertemperatur tinggi digunakan untuk
memanasakan gas inlet 105-D. Gas didinginkan kembali hingga -17,8 oC pada
ammonia utilized chiller untuk mengkondensasikan ammonia yang terbentuk
3.2.6.3. Pendinginan dan Pemurnian Produk
Amoniak harus terus-menerus dipisahkan dari recycle gas yang menuju
ammonia converter karena keberadaannya yang cepat menumpuk dalam reaktor
yang akan mempengaruhi kesetimbangan reaksi. Hal ini dilakukan dengan jalan
mendinginkan aliran recycle gas sintesis melalui beberapa pendingin atau chiller
untuk mengembunkan produksi amoniak yang dihasilkan. Pemurnian produk
amoniak dilakukan dengan memanfaatkan sistem refrigrerasi yang mempunyai dua
macam kegunaan, yaitu:
a) Mem-flash cairan amoniak secara terus-menerus pada batas tekanan yang
lebih rendah untuk melepaskan gas-gas yang terlarut.
b) Proses pendinginan akan mengambil panas dari gas sintesa dalam loop gas
sintesa untuk mendinginkan sebagian gas recycle untuk mendapatkan
pengambilan hasil amoniak yang memuaskan dari loop sintesis.
Hal ini memanfaatkan tekanan dan temperatur yang berbeda pada masing-
masing tingkat refrigeration. Ammonia separator (106-F), menerima cairan
amoniak hasil kondensasi amoniak yang telah dipisahkan dari gas sintesa dalam
sistem refrigrasi (120-C) dengan tambahan sedikit aliran dari purge gas separator,
tekanan pada ammonia separator diatur pada 14,2 kg/cm2 dan membuang
kelebihan tekanan ke sistem purge gas tekanan rendah. Pengkondensasian
amoniak dalam refrigerant system akan menurunkan kadar ammonia dalam gas
dari 17,2% menjadi 2,34%. Amoniak cair yang terkumpul dalam (106-F) dialirkan
ke dalam ammonia let down drum (107-F). Liquid amoniak dari (107-F) akan di
let down di refrigeration system sebagai media pendingin dalam kompartemen
120-C.
Amoniak yang telah menguap dalam sistem dihisap dan dimampatkan oleh
kompresor amoniak (105-J) dan kemudian dikumpulkan di dalam refrigerant
receiver dan tekanan dijaga kira-kira 10 % diatas tekanan uap amoniak pada
52
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
temperatur operasi. Amoniak panas dari drum refrigerant receiver dipompakan dan
bergabung dengan arus dingin dari refrigerant flash drum tingkat 3 yang
dipompakan pada battery limits sehingga akan diperoleh temperatur amoniak yang
diinginkan, yaitu 30oC. Produk amoniak panas ini akan dikirim ke pabrik diuapkan
dengan penurunan tekanan secara bertahap, yaitu pada refrigerant flash drum
tingkat pertama yang memiliki temperatur sebesar 14,6oC.
Amoniak yang tidak dikirim ke battery limit diuapkan kembali di
refrigerant flash drum tingkat pertama. Temperatur dari refrigerant flash drum
tingkat pertama tidak berubah-ubah, bertahan pada tekanan menengah dari case
kedua kompresor amoniak, tekanannya kira-kira 6,25 kg/cm2. Drum ini berfungsi
sebagai head drum dan memberikan supply amonia pada chiller. Tekanan dari
refrigerant flash drum tingkat kedua tidak berubah-ubah bertahan pada tekanan
masuk dari case kedua kompresor amoniak, tekanannya kira-kira 2,2 kg/cm 2
dengan temperatur -7,8oC. Cairan amoniak yang menguap dari flash drum tingkat
pertama masuk ke refrigerant flash drum tingkat kedua dan disirkulasikan dengan
pengaruh termosyphon melalui chiller tingkat dua. Hasil cairan dari refrigerant
flash drum tingkat kedua diuapkan purge gas chiller dalam loop sintesa dalam
chiller gas alam untuk memberikan pendinginan. Compressor refrigerant
beroperasi pada sistem pemurnian dengan melalui dua cara, yaitu:
a) Untuk menaikkan tekanan semua uap amoniak sehingga amoniak
dapat diembunkan sampai temperatur sedikit di bawah titik embunnya
dengan air pendingin dalam ammonia converter.
b) Untuk menjaga tekanan-tekanan yang dikehendaki dalam flash drum
tingkat satu, dua dan tiga.
53
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
design H2 : 61,1% mol, N2 : 20,2% mol, Ar : 3,79% mol, CH4 : 12,78% mol dan
NH3 : 2,13% mol, diolah dengan proses tersebut menjadi produk sebagai berikut :
a) Produk utama berupa gas kaya H2 dengan kemurnian 75-90% yang
selanjutnya dimanfaatkan kembali ke pabrik ammonia.
b) Produk samping berupa tail gas dengan komposisi H2 15,29% mol dan CH4
34,15% mol yang dimanfaatkan untuk tambahan bahan bakar di primary
reformer sehingga diharapkan dapat mengurangi pemakaian gas bumi.
54
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
55
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
Ciri-ciri proses ini adalah mudah operasinya, rendah modal pembuatannya, rendah
biaya operasinya, dan tinggi kualitas produksinya.
56
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
Temperatur
o
-Minimal 20.0 C
o
-Normal 30.0 C
(Sumber: PT. PUSRI)
58
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
59
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
2. Purifikasi
3. Recovery
4. Kristalisasi dan Pembutiran
5. Seksi Process Condensate Treatment
3.3.2.1. Sintesa
Urea diproduksi melalui reaksi sangat eksotermis antara NH 3 liquid dan
gas CO2 yang akan menghasilkan ammonium carbamate. Selanjutnya ammonium
carbamat secara dehidrasi endotermis akan berubah menjadi urea dan air. Reaksi
kimia yang terjadi di dalam reaktor urea terdiri dari dua tahap. Reaksi tersebut
adalah bolak-balik. Variabel yang mempengaruhi reaksi adalah suhu,tekanan,
komposisi feed, dan waktu tinggal. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Pembentukkan ammonium carbamate
2 NH3(l) + CO2(g) NH2COONH4(l) + Q1 (eksotermis) (29)
Dehidrasi ammonium carbamate
NH2COONH4(l) NH2CONH2(l) + H2O(l) Q2 (endotermis) (30)
Reaksi berlangsung pada temperatur operasi 190oC (top) dengan tekanan
175 kg/cm2 dan dengan rasio NH3/CO2 = 3,5-4,0 dan rasio H2O/CO2 = 0,46. Pada
kondisi operasi seperti ini, akan didapatkan konversi reaksi sebesar 70%.
Temperatur rendah pada reaktor akan menurunkan konversi carbamate menjadi
urea. Akibatnya larutan recycle carbamate akan bertambah, sehingga
membutuhkan lebih banyak dekomposisi dan absorpsi pada seksi recovery, yang
berarti penurunan konversi urea keseluruhan. Tetapi jika suhu top reaktor melebihi
190oC, proses korosi dan lining di dalam reaktor akan naik dengan cepat.
Demikian juga tekanan kesetimbangan dari campuran reaksi akan melebihi
tekanan dalam reaktor. Sehingga konversi dari zat carbamate menjadi urea
semakin rendah.
Reaksi (29) yang membentuk ammonium carbamate mengeluarkan panas
(Q1) yang besar atau disebut eksotermik kuat. Reaksi akan berlangsung sampai
selesai dengan kecepatan yang besar, asalkan panas reaksinya segera dapat
dipindahkan sehingga temperatur campuran reaksi tidak naik melebihi temperatur
yang setimbang dengan tekanan disosiasi yang terdapat dalam reaktor.
60
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
carbamate yang tidak terkonversi menjadi urea, dari larutan urea yang berasal dari
reaktor dimana cara pemisahannya dengan cara pemanasan oleh steam dan
stripping oleh CO2 pada kondisi operasi yang sama. Terjadi reaksi samping
hidrolisa urea dan pembentukan biuret. Reaksi yang terjadi:
Reaksi Hidrolisa Urea
NH2CONH2 + H2O CO2 + 2NH3 (31)
Reaksi Pembentukan Biuret
2NH2CONH2 H2CONHCONH2 + NH3 (32)
Karena di dalam stripper ini terbentuk biuret maka kondisi operasinya
harus benar-benar dijaga. Faktor-faktor yang berpengaruh pada stripper adalah:
1. Tekanan operasi berbanding terbalik dengan efisiensi stripping dimana jika
tekanan naik maka efisiensi stripping turun.
2. Suhu operasi dimana suhu naik maka efisiensi stripping akan naik dan suhu
naik maka hidrolisa urea dan pembentukan biuret naik.
3. Tekanan uap air dimana tekanan naik maka efisiensi stripping naik dan
hidrolisa urea dan pembentukan biuret juga naik.
4. Level larutan dimana jika tekanan naik maka berpengaruh pada waktu
tinggal, pembentukan biuret dan hidrolisa urea naik.
5. Tray yang dapat menaikkan efisiensi stripping.
Stripper dioperasikan pada tekanan sedikit diatas tekanan urea dan suhu
bagian atas 192C dan bagian bawah 175-180C. Gas dari bagian atas stripper
(DA-101) dikondensasikan dan diserap oleh larutan karbamat di dalam carbamate
condenser sehingga akan menghasilkan panas. Di dalam carbamate condenser 1
(EA-101) tekanan uap air yang terbentuk berkaitan erat dengan suhu di reaktor
urea akan menimbulkan panas yang dimanfaatkan untuk membangkitkan uap air
pada steam drum dengan tekanan 5,5 kg/cm2, sedangkan di dalam carbamate
condenser 2 (EA-102) suhu larutan urea yang keluar dari sisi shell dijaga pada
156oC dengan cara mengatur laju alir gas dari bagian atas stripper dan di dalam
karbamat kondenser panas yang timbul digunakan untuk memanaskan larutan urea
dari bagian bawah stripper yang akan dikirim ke HPD. Tekanan operasinya sedikit
diatas tekanan reaktor urea, sedangkan suhu bagian atas 185C sedangkan bagian
bawah 175C. Gas yang berasal dari top reaktor akan masuk ke scrubber (DA-102)
yang berfungsi mengabsorbsi gas NH3 dan CO2 ke dalam larutan karbamat yang
62
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
63
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
64
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
65
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
recovery. Larutan urea setelah dipisahkan dari gas di LPD dikirim ke tingkat akhir
dari purifikasi, dialirkan menuju Urea Solution Separator (2-FA-205).
3.3.2.5. Urea Solution Separator
Urea Solution Separator (FA-205) berfungsi untuk memisahkan larutan
urea dan sejumlah kecil gas yang berasal dari Low Pressure Decomposer (LPD)
sebelum masuk ke crystalizer. Pada alat ini menggunakan tekanan 0,3 kg/cm2
dimana gas akan naik ke atas dan liquid-nya akan ditampung di urea solution tank
(2-FA-201). Gas yang naik ke atas akan dikondensasikan dalam flash gas
condenser (2-EA-506) dan kondensatnya diolah pada process condensate stripper.
Larutan urea di urea solution tank yang mengandung sekitar 73% berat dan
amoniak sekitar 0,5% berat dipompakan ke seksi kristalisasi.
3.3.2.6. Seksi Recovery
Seksi recovery berfungsi untuk menyerap sisa gas CO2 dan NH3 yang
keluar dari seksi dekomposisi dengan menggunakan air dan larutan urea di dalam
absorber untuk kemudian di recycle ke reaktor urea. Inert gas diserap di washing
coloumn dan di-vent ke atmosfer. Seksi ini terdiri dari HPAbsorber (2-EA-401),
LPAbsorber (2-EA-402), Washing Coloumn (2-DA-401), HPAbsorbent Pump (2-
GA-402A,B), karbamat boost up pump (2-GA-401A,B), Karbamat solution tank
(2-FA-401), dan Karbamat solution pump (2-GA-403).
3.3.2.7. High Pressure Absorber (HPA)
Sistem High Pressure Absorber terdiri dari dua High Pressure Absorber
(HPA) dan washing column. Gas NH3 dan CO2 dari HPD masuk ke HPA bagian
bawah dimana sekitar 70% campuran gas tersebut akan terserap sedangkan sisanya
akan terserap di HPA bagian atas. Tekanan operasi HPA adalah 16,5 kg/cm2 sedikit
dibawah HPD dengan suhu bagian atas adalah 93oC dan bagian bawah 108oC. Gas
keluar dari bagian atas High Pressure Absorber (HPA) masuk ke washing column
yang terdiri atas dua bagian, bagian atas dan bagian bawah. Bagian bawah untuk
menyerap NH3 dan CO2 menggunakan larutan recycle yang berasal dari Low
Pressure Absorber (LPA) dengan suhu 67oC, sedangkan bagian atas menggunakan
penyerap larutan mother liquor dari seksi kristalisasi dengan temperatur operasi
62oC untuk menyerap secara sempurna sisa-sisa NH3 dan CO2.
66
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
67
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
rendah, maka sejumlah larutan mother liquor yang banyak mengandung biuret di-
recycle ke seksi recovery sebagai larutan penyerap karbon dioksida (CO2) dan NH3
yang kemudian dikirim lagi ke reaktor urea sehingga biuret akan bereaksi dengan
kelebihan NH3 untuk kembali menjadi urea.
NH2CONHCONH2 + NH3 2NH2CONH2 (36)
(Biuret) (Amoniak) (Urea)
68
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
3.3.3. Produk
Produk utama dari pabrik PUSRI-1B adalah butiran-butiran urea (urea
prill), Kapasitas produksi yang dimiliki pabrik urea ini adalah 1725 ton per hari
dengan spesifikasi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
69
Universitas Sriwijaya
Laporan Kerja Praktek Unit Operasi PT. PUSRI-IB
70