Anda di halaman 1dari 11

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PABRIK

KELAPA SAWIT TANJUNG MEDAN PTPN V PROVINSI RIAU

Disusun oleh:
Wilada Nafi Royani
21030114060011
D3 Teknik Kimia 2014 A

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai
dengan semakin berkembangnya perindustrian dengan mendayagunakan tekhnologi tinggi,
sehingga diperlukan peningkatan kualitas sumberdaya manusia serta pelaksanaan yang
konsisten dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, selamat, dan nyaman, serta terbebas dari
resiko bahaya yang mungkin timbul. Sehingga perusahaan akan memperoleh pekerja yang
sehat dan produktif.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor industri masih belum menunjukkan
hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang relative masih
tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala menengah dan
kecil. Sedangkan pada industry besar dan strategis lainnya pelaksanaan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja umumnya cukup baik dan angka kecelakaan relatif kecil
karena didukung oleh kemampuan sumberdaya manusia dan dana yang tersedia.
Pekerja pada industri pabrik kelapa sawit Tanjung Medan Provinsi Riau tidak terlepas
dari kecelakaan kerja. Namun, kecelakaan yang sering terjadi secara umum tidak
menyebabkan terganggunya hari kerja di lingkungan pabrik tersebut. Berdasarkan survey
awal kecelakaan yang sering terjadi adalah para pekerja terkena duri buah segar kelapa sawit
dimana pada saat menurunkan serta memasukkannya ke dalam lori, pekerja yang tidak
menggunakan sarung tangan atau memakai sarung tangan yang tidak standar selalu tertusuk
duri buah kelapa sawit. Demikian halnya pekerja pada bagian pembongkaran tandan buah
segar (TBS) yang menurunkan tandan buah segar sering tertimpa. Kecelakaan lainnya adalah
terkena uap pemanasan pada bagian perebusan.
Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka perlu dilakukan
berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui penerapan program K3 yang
berkesinambungan. Diantara beberapa pengendalian, pengendalian yang paling efektif adalah
pengendalian secara teknis tekhnologi pada sumber bahaya itu sendiri.

I.2 Rumusan Masalah

1. Program-program apakah dari sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja yang telah dilaksanakan di pabrik kelapa sawit Tanjung
Medan ?
2. Berapakah persentasi penggunaan alat pelindung diri yang
dilakasanakan pekerja, dibandingkan dengan target penggunaan yang
diharapkan ?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengganalilsis program-program apakah dari sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dilaksanakan
oleh pengelola pabrik kelapa sawit Tanjung Medan.
2. Untuk menganalisis presentasi penggunaan alat pelindung diri yang
dilaksanakan pekerja, dibandingkan dengan target penggunaan yang
diharapkan.

I.4 Manfaat

1. Ilmu pengetahuan, sebagai bahan masukan untuk pengembangan


wahana ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan tentang program Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap
pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja, serta lokasi kerja yang
selalu terjadi kecelakaan di lingkungan pabrik kelapa sawit Tanjung
Medan Provinsi Riau
2. Masyarakat, sebagai informasi tentang program Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan terhadap
pencegahan kecelakaan kerja pada pabrik kelapa sawit serta lokasi
kerja yang sering terjadi kecelakaan
3. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka kebijakan
penanggulangan penyebab kecelakaan kerja pada pabrik kelapa sawit
BAB II

ISI

A. Penerapan Kebijakan di Bidang K3


Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor industri masih belum
menunjukkan hasil yang diharapkan. Hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja
yang relative masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada
industri skala menengah dan kecil. Sedangkan pada industry besar dan strategis lainnya
pelaksanaan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja umumnya cukup baik dan
angka kecelakaan relatif kecil karena didukung oleh kemampuan sumberdaya manusia
dan dana yang tersedia.
Akan tetapi, kerugian yang tidak diharapkan dapat dikontrol melalui bermacam usaha
yang dapat dilakukan oleh jajaran pimpinan dengan melibatkan karyawan secara aktif.
Berikut merupakan tanggung jawab yang penting untuk mencapai suksesnya kebijakan
ini :
1. Jajaran Pimpinan Bertanggung Jawab :
a) Menyertakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam aspek-aspek kerja
b) Menyebarluaskan komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
bagian aspek kerja
c) Merencanakan, mengembangkan, menjalankan dan memantau program-
program keselamatan dan kesehatan kerja
d) Melakukan tindakan yang efektif untuk menyediakan dan menjaga tempat
kerja aman, selamat dan sehat
2. Karyawan Bertanggung Jawab :
a. Melakukan pekerjaan dengan cara yang selamat dan juga mendorong rekan
kerjanya bekerja selamat
b. Bekerjasama mendukung dan mempromosikan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat bekerja
c. Melapor dan/atau mengkoreksi cara kerja, atau keadaan yang tidak sesuai
denan standar yang berlaku
d. Melakukan pekerjaan dengan benar yang sesuai prosedur

Beberapa hal yang berhubungan dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja yang direncanakan di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan adalah :

1. Rekruitmen
Rekruitmen yang dilakukan pada para pekerja juga dengan
mempertimbangkan pengetahuan calon pekerjaterhadap SMK3, calon pekerja
akan diuji dengan tata cara penyelamatan diri dari kecelakaan kerja, serta
tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan oleh calon pekerja jika terjadi
kecelakaan kerja dilingkungan kerjanya. Seluruh hasil ujiterhadap kemampuan
dan keterampilan terhadap SMK3 akan menjadi bahan pertimbangan umtuk
manajemen dalam menentukan diterima atau tidaknya calon pekerja tersebut.

2. Pelatihan dan pendidikan


Pendidikan/pelatihan yang telah dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit
Tanjung Medan adalah pelatihan tentang manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja, pencegahan dan pemadam kebakaran, serta pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K). Pendidikan dan pelatihan ini dilakukan setelah pekerja tersebut
dilaksanakan dengan panduan ahli P2K3 yang didatangkan dari instansi lain.

3. Penyuluhan
Penyuluhan tentang SMK3 telah dilaksanakan secara berkala di
lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan,penyuluhan selalu melibatkan
seluruh pekerja pabrik, bahkan adakala hanya dihadiri oleh pengambil kebijakan
seperti manajer dan supervisor. Seluruh kegiatan ini dilakukan untuk memastikan
bahwa kemampuan dan keterampilan pekerja terhadap SMK3 semakin
meningkat.

4. Alat Pelindung Diri


a. Helm Pelindung
Helm pelindung kepala secara umumdigunakan pekerja yang berada di
lokasi pabrik kelapa sawit. Presentasi pemakaian helm ini sangat tinggi, sekitar
89,48%.
b. Sarung Tangan
Sarung tangan pada umumnya digunakan pekerja pada bagian penerimaan
tandan buah segar (TBS), sortisasi bahan baku, maupun pekerja di boiler,
penggunaan sarung tangan ini mencapai persentase 72,73%, besar persentase
ini diakibatkan masih banyaknya dijumpai pekerja penerima TBS yang tidak
menggunakan sarung tangan, dengan alasan menggunakan sarung tangan dapat
menghambat kerja, tidak bebas dalam bekerja mengangkat, menurunkan dan
serta memindahkan Tandan Buah Segar yang rata-rata berbobot 61 kilogram
pertandannya.
c. Sepatu Boot
Sepatu boot banyak digunakan pekerja pada bidang pengelolaan limbah,
penerimaan buah, perebusan buah serta boiler, hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada kaki, baik berupa tertindih, terjepit,
terendam air limbah genangan. Besar persentase penggunaannya adalah 63,34
%. Kecilnya penggunaan ini disebabkan pada pekerja limbah banyak yang
kurang menyukai penggunaannya karena dianggap dapat memperlambat proses
bekerja, seperti dalam menggali drainase jika menggunakan sepatu boot
pergerakan kaki dalam menggali drainase dan kolam penampungan limbah
menjadi sangat terbatas.
d. Penutup Telinga
Penutup telinga secara umum digunakan pekerja pada bagian mesin,
daerah pengelasan yaitu daerah yang mengeluarkan suara ribut. Presentase
penggunaan penutup telinga ini sebesar 88,34 %, sedangkan sisanya responden
enggan menggunakan penutup telinga karena arealnya bekerja di kantor
pengontrol ruang mesin, dengan tingkat keributan relatif rendah.
e. Kaca Mata Hitam
Penggunaan kaca mata hitam secara umum hanya digunakan pekerja pada
bidang pengelasan. Penggunaan kaca mata hitam ini dapat mencapai tingkat
persentase 100%. Hal ini disebabkan tingginya tingkat kesadaran pekerja serta
pengaruh teknik pengelasan untuk dapat melihat benda-benda metal yang akan
dilas memang harus menggunakan kaca mata hitam, jika tidak menggunakan
kaca mata hitam material yang akan dilas tidak terlihat, dengan demikian
seluruh pekerja pengelasan memiliki kaca mata hitam masing-masing serta
memakainya saat bekerja.
f. Pelindung Radiasi Komputer
Pelindung radiasi komputer secara umum disarankan pada para pekerja
yang berhubungan langsung dengan komputer (penghasil radiasi). Namun
penggunaan pelindung ini relatif rendah sekitar 62,50 %, hal ini disebabkan
penggunaan pelindung radiasi komputer mengakibatkan layar komputer lebih
buram serta resiko dari tidak menggunakan pelindung radiasi tidak nampak
secara langsung. Faktor lainnya adalah beberapa pekerja bertugas dengan
menggunakan note book, yang secara teknis sudah dipasang alat pelindung
radiasi.
g. Penutup Mulut
Penutup mulut secara umum digunakan pekerja bagian limbah cair dan
limbah padat, namun penggunaannya hanya 77,78 %. Berdasarkan wawancara,
pekerja yang tidak menggunakan penutup mulut merasa terganggu pada saat
bicara, serta merasa pengap menggunakannya. Di samping itu juga pekerja
sudah tidak merasa asing dengan aroma yang ditimbulkan oleh limbah tersebut,
sehingga secara umum para pekerja tersebut tidak merasa terganggu.
h. Pelapis Dada
Pekerja yang umum menggunakan pelapis dada adalah kurir yang
menggunakan sepeda motor, dan perebusan buah. Namun penggunaan alat
pelindung diri terendah adalah pekerja ini, hal ini disebabkan alat pelindung
diri ini lebih sulit mengenakannya, serta mendatangkan perasaan kurang
nyaman di bagian dada dan perut, sehingga banyak pekerja yang memilih tidak
menggunakannya.
5. Papan Pengumuman Peringatan
Papan pengumuman juga sudah terlihat sejak memasuki areal pabrik yaitu
peringatan dilarang merokok dan membuang puntung rokok di sembarang tempat,
karena dikhwatirkan dapat menyulut bahaya kebakaran. Demikian halnya anjuran
menggunakan baju laboratorium bagi pekerja dan pengunjung yang akan
memasuki ruangan laboratorium. Seluruh papan peringatan itu bertujuan untuk
memastikan tidak terjadinya kecelakaan kerja di areal Pabrik Kelapa Sawit
Tanjung Medan tersebut.

6. Penghargaan dan Sanksi


Penghargaan selalu diberikan kepada karyawan atau unit yang telah
melaksanakan program kerja K3. Karyawan yang sepenuhnya melaksanakan
program K3, seperti penggunaan alat pelindung diri sesuai aturan yang telah
diprogramkan akan mendapatkan penghargaan, baik berupa liburan singkat,
intensif tambahan, peralatan pelindung diri, maupun kenaikan pangkat/jabatan.
Penilaian tersebut dilakukan secara terbuka dan diumumkan kepada seluruh
pekerja. Sehingga dapat menambah semangat para pekerja.

7. Perawatan Peralatan
Perawatan peralatan dilakukan secara berkala sesuai dengan keberadaan
peralatan tersebut. Peralatan permesinan produksi dilakukan perawatan berkala
sekali dalam 3 (tiga) bulan yang dilakukan oleh tenaga ahli mesin perusahaan,
namun untuk perawatan menyeluruh terhadap mesin dilaksanakan 1 kali dalam
setahun, perawatan ini umumnya ditangani oleh tenaga ahli mesin yang
didatangkan dari kantor pusat sesuai dengan petunjuk mesin.
Untuk perawatan mesin-mesin pendukung seperti perebusan, pemisah
brondolan buah, ban berjalan dilakukan 1 (kali) dalam sebulan, perawatan ini
sepenuhnya dilakukan tenaga ahli dari pabrik. Sedangkan untuk perawatan
peralatan administrasi seperti mesin ketik, komputer, saluran telekomonikasi
telepon, handy talki dilakukan sekali dalam tiga bulan, perawatan ini dilakukan
tenaga ahli pabrik.
Perawatan transportasi secara umum dilakukan sesuai dengan keadaan alat
transportasi tersebut, namun untuk perawatan/penggantian oli dilakukan setiap
2500 km, seluruh perawatan tersebut telah dilaksanakan oleh tenaga ahli pabrik.

B. Pengawasan Kebijakan di Bidang K3


Pengawasan terhadap kebijakan K3 di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan hanya
dilakukan oleh pihak perusahaan (internal pabrik). Sampai saat ini pengawasan dari
instansi lain belum pernah dilakukan, hal ini disebabkan tenaga kerja yang dilatih untuk
menangani masalah K3 telah direkrut dan bertugas di lingkungan Pabrik Kelapa Sawit
Tanjung Medan.
Program pengawasan terhadap program K3 yang dilakukan personil P2K3
dilaksanakan setiap bulannya untuk melihat sejauhmana program K3 sudah berjalan dan
setiap hari anggota P2K3 memastikan departemen yang dibawahinya telah menjalankan
program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Personil P2K3 melakukan
pengawasan terhadap program kerja P2K3 dengan menggunakan daftar cheklist dan chek
dokumen yang berisikan tentang seluruh tindakan pengawasan yang harus dilakukan
seperti pemeriksaan lingkungan kerja, pemeriksaan kondisi yang dapat membahayakan
dan pemeriksaan sikap yang dapat membahayakan masing- masing seksi seperti di
administration section, quality section, water waste treatmen plant section, process
section, shore tank section, dan lain-lain. Ketua P2K3 melaksanakan pengawasan dengan
inspeksi (meninjau lapangan) ke lapangan dan menerima laporan dari pengawasan yang
dilakukan anggota P2K3.
Pelaksanaan pengawasan yang dilaporkan berupa daftar isian program K3 pada
tahun selanjutnya. Menurut Widjanarko (1997) bahwa pengawasan yang harus dilakukan
oleh anggota P2K3 di unit kerja adalah melakukan pemeriksaan K3 untuk mengetahui
sampai sejauhmana penerapan K3 di unit kerja tersebut telah dilaksanakan dan
bagaimana perkembangannya.

C. Evaluasi Program Kebijakan K3


Evaluasi program kerja P2K3 terhadap kebijakan K3 membuahkan hasil yaitu
diperolehnya zero accident di lingkungan kerja pabrik kelapa sawit, di lingkungan pabrik
serta tidak ditemui kacelakaan kerja yang menyebabkan hilangnya hari kerja karyawan.
Beberapa hal hasil evaluasi terhadap keberadaan pabrik yang menunjang program
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja pada tahun 2007 adalah perlunya penegasan
kembali penggunaan alat pelindung diri pada setiap tingkatan pekerja, sehingga seluruh
personil Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan harus mengenakan alat pelindung diri
secara baik dan benar.
Penerimaan tandan buah segar di lapangan, tandan buah segar hendaknya dibatasi
waktu kerja yaitu mulai dari jam 09.00 hingga jam 15.00 WIB untuk menghindari
terjadinya kecelakaan akibat penerangan yang kurang, atau alternatif lainnya adalah
dengan menambah penerangan yang lebih baik lagi pada areal tersebut. Demikian halnya
agar meniadakan kegiatan penerimaan tandan buah segar di luar jam yang telah
ditentukan yang dapat menimpa para pekerja.
Parkir kenderaan roda dua hendaknya ditempatkan pada satu pool, sehingga
menghindari bahaya kebakaran, serta terhindar dari kesemrawutan perparkiran roda dua
di areal pabrik kelapa sawit tersebut.

D. Pengaruh Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Pengaruh dari penerapan SMK3 dapat terlihat dari minimnya angka kecelakaan
kerja di lingkungan pabrik kelapa sawit, serta diperolehnya beberapa penghargaan
tentang keselamatan kerja.

E. Pencegahan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja yang dominan dan potensial terjadi, selalu mendapat perhatian
khusus dalam penanganannya, demikian halnya pelatihan-pelatihan serta penyuluhan-
penyuluhan dari kesehatan kerja juga berpatron dari besarnya potensi kecelakaan yang
dapat terjadi pada unit-unit kerja yang ada. Untuk mempermudah pengenalan dan
identifikasi dari bahaya potensial tersebut, maka seluruh bahaya tersebut ditabulasi
seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel Identifikasi Bahaya Potensial, Usulan/Pemecahan/Rekomendasi

N Bahaya Potensial Kemungkinan Usulan/Pemecahan


o Kecelakaan /Rekomendasi

1 Terjatuh Cidera/ Cacat, Kematian, Kenakan alat pelindung diri


Kerugian riil
2 Tersembur Steam/minyak Cidera/ Cacat, Kematian, Patuhi rambu-rambu K3
Kerugian riil
3 Tertimpa besi Cidera/ Cacat, Kematian, Lengkapi perlengkapan P3K
Kerugian riil dan obat-obatan
4 Terkena Sengatan Listrik Cidera/ Cacat, Kematian, Lebih berhati-hati dalam
Kerugian riil bekerja
5 Terganggu Pendengaran Cidera/ Cacat, Kematian, Buat tutup pelindung terhadap
Kerugian riil mesin dan alat produksi yang
mengandung resiko berbahaya
6 Terjepit Lori Cidera/ Cacat, Kematian, Lebih berhati-hati dalam
Kerugian riil bekerja
7 Ledakan Boiler Cidera/ Cacat, Kematian, Lobang-lobang ditutup
Kerugian riil dengan bordes
8 Terpeleset Cidera/ Cacat, Kematian, Bersihkan pabrik dari
Kerugian riil sisa oli dan minyak
9 Terlibas/Terlilit Tali Cidera/ Cacat, Kematian, Lakukan pemeriksaan berkala
Kerugian riil
10 Kepala Terhantuk Cidera/ Cacat, Kematian, Lebih berhati-hati dalam
Kerugian riil bekerja
11 Terkena Conveyor Cidera/ Cacat, Kematian, Pastikan ban conveyor dalam
Kerugian riil keadaan baik
Sumber: PKS Tanjung Medan, 2008

Pengidentifikasian dari potensi bahaya kerja tersebut dihimpun dari setiap unit kerja,
sehingga diperoleh beberapa kejadian yang patut dianggap sebagai sumber bahaya yang
potensial. Potensi-potensi bahaya ini setiap tahunnya dianalisis bagaimana teknik dan cara
pencegahan dan mengatasinya jika kelak terjadi.
Bahaya kecelakaan kerja terjatuh diatasi dengan melaksanakan pemagaran areal kerja
pada tempat-tempat ketinggian, serta pada ketinggian-ketinggian khusus para pekerja dibantu
dengan tali pengaman, sehingga bahaya kecelakaan terjatuh dapat diminimalisir.
Tersembur minyak/air panas diatasi dengan melakukan evaluasi tekanan tabung
minyak/air secara berkala, sehingga tekanan dari tabung tersebut tidak melebihi tekanan yang
diizinkan, demikian halnya pekerja yang bekerja pada bagian ini diharuskan menggunakan alat
pelindung diri berupa helm, kaca mata, sarung tangan serta baju pelindung dada.
Terkena sengatan listrik dicegah dengan melakukan pemeriksaan berkala terhadap wayar-
wayar yang selalu bersentuhan dengan para pekerja, seperti wayar cok, demikian halnya pekerja
selalu disarankan bekerja dengan menggunakan alas kaki untuk mencegah terjadinya kontak
listrik.
Terpeleset dicegah dengan cara membersihkan seluruh ceceran oli dan cairan yang
tergenang di sekitar pabrik dan lantai-lantai kerja. Kecelakaan terlilit ban dicegah dengan cara
melengkapi ban berjalan dengan terali besi dalam lintasan ban berjalan tersebut.
Kepala terantuk dicegah dengan penggunaan helm pengaman di seluruh areal pabrik, sehingga
kemungkinan bahaya terantuk dapat dihindari, serta pada bagian-bagian kantor yang flaponnya
terlalu rendah dilakukan renovasi untuk ditinggikan.
Terkena conveyor dicegah dengan membuat pagar pada kedua sisi ban berjalan
(conveyor), atau minimal membuat pengaman besi pada kedua sisi conveyor. Demikian halnya
pekerja di sekitar conveyor disarankan menggunakan sarung tangan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Program Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah diterapkan di Pabrik
kelapa Sawit Tanjung Medan seperti rekruitmen, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan,
penggunaan alat pelindung diri, papan peringatan/rambu-rambu kecelakaan kerja,
penghargaan dan sanksi, serta perawatan peralatan.
2) Jumlah pekerja yang menggunakan alat pelindung diri antara lain helm dipakai sekitar
89,48% pekerja yang seharusnya menggunakan, sarung tangan yang dipakai 72,73%
pekerja, sepatu boot dipakai 63,34% pekerja, penutup telinga dipakai 88,24% pekerja,
penahan radiasi komputer dipakai 62,50% pekerja, pelindung mulut dipakai 77,78%
pekerja, pelindung dada dipakai 53,34% pekerja yang menggunakan.

B. Saran
1. Perlunya pengawasan yang lebih baik seperti pengecekan penggunaan alat pelindung diri,
perawatan berkala pada peralatan, untuk menjamin terlaksananya program keselamatan
dan kesehatan kerja, dengan melibatkan seluruh pekerja.
2. Diperlukannya suatu penyuluhan yang lebih baik dari manajemen pabrik kelapa sawit
kepada seluruh pekerja, dengan cara mengadakan kursus singkat dengan mendatangkan
ahli keselamatan dan kesehatan kerja, serta melakukan simulasi pencegahan kecelakaan
kerja di lingkungan pabrik.
3. Perlunya menghitung volume bak penampungan tandan buah segar sesuai dengan
besarnya volume tandan buah segar yang diterima pabrik setiap harinya, penambahan
penerangan di lokasi tersebut. Serta memperbaiki seluruh jaringan komputer/printer
untuk memastikan tidak ada kabel yang terkelupas dan servis dilakukan pada saat seluruh
listrik telah dimatikan.

Anda mungkin juga menyukai