Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Sekam padi adalah kulit yang membungkus butiran beras, dimana kulit padi
akan terpisah dan menjadi limbah atau buangan. Abu sekam padi apabila dibakar
secara terkontrol pada suhu tinggi sekitar (500 600 oC) akan menghasilkan abu
silika yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai proses kimia (Prasetyoko, 2001).

Sel atau enzim imobilisasi adalah suatu sel yang secara fisik terlokalisasi/terjerat
pada suatu daerah tertentu. Sel/enzim tersebut tetap mempunyai aktivitasnya
sebagai biokatalisator/katalis, serta sel/enzim tersebut dapat dipergunakan secara
terus menerus dan sangat penting untuk proses berkesinambungan.

Imobilisasi dapat dilakukan terhadap sel maupun terhadap enzim. Imobilisasi


enzim dapat dianggap sebagai metode yang merubah enzim dari bentuk larut
dalam air bergerak menjadi keadaan tak begerak yang tidak larut.
Imobilisasi mencegah difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan
mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk dengan
teknik pemisahan padat/cair yang sederhana. Imobilisasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain melalui pengikatan pada pembawa, ikatan silang dan
penjeratan (Palmer, 1991).

Imobilisasi enzim berkembang sebelum adanya imobilisasi sel. Dalam teknologi


imobilisasi enzim terdapat hambatan pada regenerasi koenzim dan keterbatasan
metode yang dapat diterapkan untuk menyusun molekul enzim dalam rangkaian
tertentu, sehingga dapat melakukan tahapan reaksi katalitis enzim yang
berkesinambungan. Untuk mencegah hambatan tersebut dilakukan penelitian-
penelitian, sehingga terjadi pengembangan pada imobilisasi enzim yang dapat
digunakan sebagai biokatalis. Hal ini memungkinkan untuk melakukan
imobilisasi enzim tetap hidup (viabel). Dalam praktiknya, metode yang
digunakan adalah penyarapan fisik. Selain itu, pengontrolan perlu dilakukan
untuk mencegah inaktivasi dari aktivitas metabolisme yang penting, sehingga
pemisahan biokatalis dari produk lebih mudah dan membuat biokatalis lebih
stabil (Sumo, 1993).

Imobilisasi enzim diketahui memiliki banyak manfaat karena dapat digunakan


berulang kali dan berkesinambungan. Karena banyaknya manfaat imobilisasi
enzim terseut, maka dilakukan praktikum imobilisasi enzim secara penyarapan
fisik untuk mempelajari cara imobilisasi enzim amilase secara penyarapan fisik
menggunakan bahan pengamobil limbah abu sekam padi.

2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara imobilisasi enzim amilase secara penyarapan fisik
menggunakan bahan pengamobil limbah abu sekam padi?

3 Tujuan Percobaan
Mempelajari cara imobilisasi enzim amilase secara penyarapan fisik
menggunakan bahan pengamobil limbah abu sekam padi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abu Sekam Padi


Sekam padi adalah kulit yang membungkus butiran beras, dimana kulit padi
akan terpisah dan menjadi limbah atau buangan. Sekam dikategorikan sebagai
biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku
industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar ataupun sebagai adsorpsi
pada logam-logam berat. Jika sekam padi dibakar akan menghasilkan abu sekam
padi. Kandungan silika (SiO2) dalam abu sekam padi adalah 94 96% dan
apabila nilainya mendekati atau dibawah 90% kemungkinan disebabkan oleh
sampel sekam yang telah terkontaminasi oleh zat lain yang kandungan silikanya
rendah. Abu sekam padi apabila dibakar secara terkontrol pada suhu tinggi
sekitar (500 600 oC) akan menghasilkan abu silika yang dapat dimanfaatkan
untuk berbagai proses kimia (Prasetyoko, 2001).

Sekam padi merupakan bahan berligno-selulosa seperti biomassa lainnya namun


mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri atas 50%
selulosa, 2530% lignin, dan 1520% silica (Ismail and Waliuddin,1996).

2.2 Enzim Amilase


Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup,
dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang terjadi
dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai
1011 kali lebih cepat dari pada reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Berat
molekul mulai dari 12.000 sampai lebih dari 1 juta. Enzim bersifat spesifik
dalam kerja katalitiknya. Kespesifikan ini disebabkan oleh bentuknya yang unik
dan adanya gugus-gugus polar atau nonpolar dalam struktur enzim (Fessenden
dan Fessenden, 1992).

Kestabilan enzim amilase termasuk golongan enzim hidrolase. Enzim amilase


merupakan enzim yang mempunyai aktivitas memecah ikatan-ikatan pada
amilum hingga terbentuk maltose. Amilase dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu -amilase, -amilase, dan glukoamilase (Rahman, 1992).

Aktivitas -amilase dapat diukur berdasarkan penurunan kadar pati yang larut,
kadar dekstrin yang terbentuk, dan pengukuran viskositas atau jumlah gula
pereduksi yang terbentuk. Pati bereaksi secara kimiawi dengan iodium, reaksi ini
terlihat sebagai warna biru-kehitaman. Warna ini terjadi bila molekul iodium
masuk ke dalam bagian yang kosong pada molekul zat pati (amilosa) yang
berbentuk spiral. Bila zat pati ini telah diuraikan menjadi maltosa atau glukosa,
warna biru tidak terjadi karena tidak adanya bentuk spiral (Lay, 1994).

Terdapat beberapa macam enzim amylase, enzim -amilase bertindak pada


lokasi yang acak di sepanjang rantai polisakarida, memecah rantai panjang
karbohidrat, terutama menghasilkan maltotriosa dan maltosa dari amilosa atau
maltose. Karena dia dapat bertindak di mana pun pada substrat, -amilase
cenderung bertindak lebih cepat dibanding -amilase. Pada manusia, baik saliva
maupun amylase dari kelenjar pankreas adalah -amilase. Selain -amilase, ada
juga -amilase. Enzim ini bekerja pada ujung non pereduksi. Selama proses
pematangan buah, enzim ini memecah pati menjadi maltose, manghasilkan rasa
manis pada buah yang matang. Enzim ini bekerja pada pH optimum 4-5. Jenis
lainnya dari enzim amylase adalah -amilase (Mahbub, 2008).

2.3 Enzim Amobil


Imobilisasi merupakan istilah yang digunakan untuk mengubah enzim alamiah
menjadi enzim termodifikasi. Dengan kata lain, imobilisasi merupakan cara
mengubah enzim dari bentuk bebas bergerak menjadi bentuk tidak bebas
bergerak (gerak terbatas) (Mappiratu, 2017).

Enzim amobil dapat diartikan sebagai enzim yang tidak larut air, terjerat, tak
gerak dan enzim matriks-penyangga. Suatu enzim yang secara fisik maupun
kimia tidak bebas bergerak sehingga dapat dikendalikan atau diatur kapan enzim
harus kontak dengan substrat. Imobilisasi enzim adalah suatu proses di mana
pergerakan molekul enzim ditahan pada tempat tertentu dalam suatu ruang
reaksi kimia yang dikatalisnya (Mappiratu, 2017).
Salah satu kelebihan enzim amobil adalah dapat digunakan secara continu atau
dapat digunakan secara berulang. Penggunaan berulang tersebut akan berakibat
terhadap penurunan aktivitas yang disebabkan karena terlepasnya enzim dari
permukaan karier untuk imobilisasi secaara fisik. Aktivitas enzim pada sekian
kali penggunaan dibagi dengan aktivitas enzim awal dinyatakan sebagai retensi
aktivitas (Tim Dosen Imobilisasi Enzim dan Sel, 2017).
2.4 Imobilisasi Enzim Metode Penyerapan Fisik
Imobilisasi enzim secara penyerapan fisik termasuk salah satu metode atau
teknik imobilisasi yang sangat sederhana. Bahan pengamobil dapat berupa bahan
organik seperti selulosa, kitin, kitosan, karbon aktif, bahan anorganik seperti
silica gel, batu merah, pasir dan abu sekam padi. Teknik pelaksanaannya dapat
berlangsung dalam kolom kromatografi adsorpsi dan dapat pula berlangsung
dalam kolom penyaringan vakum. Enzim diimobilisasi dapat berupa enzi bentuk
padat maupun enzim bentuk cair, baik kasar (enzim kasar) maupun murni. Untuk
tujuan produksi, enzim yang diimobilisasi pada umumnya adalah enzim kasar
dalam bentuk cair atau bentuk koagulasi dan bentuk padat. Imobilisasi secara
penyerapan memungkinkan bahan pengamobilnya mencapai kejenuhan. Hal ini
dapat dimonitoring melalui analisis kadar protein cairan yang melawati bahan
pengamobil (Tim Dosen Imobilisasi Enzim dan Sel, 2017)

Metode pengikatan pada pembawa merupakan salah satu metode untuk


membuat suatu enzim amobil dengan menggunakan karier atau pembawa yang
dapat berikatan atau menempel dengan enzim sehingga terbentuk enzim amobil.
Metode pengikatan pada pembawa ini memiliki macam metode yaitu metode
adsorpsi (penyerapan fisik), metode ikatan ion, dan metode ikatan kovalen.
Metode adsorpsi (penyerapan fisik) pada dasarnya merupakan Penyerapan fisik
protein enzim dan atau sel pada permukaan karier atau pembawa tidak larut air
dapat berupa senyawa organik maupun non organik. Metode penyerapan fisik ini
sendiri dapat dilakukan dengan tida cara yaitu pencampuran, penyerapan pada
kolom adsorbsi dan penyerapan pada corong buchner (Mappiratu, 2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 10 April 2017 pukul 14.30
WITA sampai selesai di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako Palu.

2 Alat dan Bahan


1 Alat
Alat alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca analitik, gelas
ukur 5 mL, tabung reaksi, kuvet, spektronik 20, batang pengaduk, gelas
kimia 50 mL dan 150 mL, rak tabung reaksi, pipet tetes, cawan petri,
corong kaca, penangas air, hotplate dan seperangkat corong buchner.

2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan pati
1%, larutan iodium 1%, enzim -amilase, kertas saring, tissue,
alummunium foil, kertas label, akuades dan abu sekam padi.

3 Prosedur Kerja
Perlakuan pertama pada percobaan ini adalah imobilisasi enzim amilase dengan
abu sekam padi. Abu sekam padi ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke
dalam corong Buchner. Enzim amilase bentuk cair sebanyak 2,5 mL
ditambahkan air senyak 2,5 mL dan dicampurkan dengan abu sekam padi di atas
corong Buchner dan disaring hingga kering. Ditimbang enzim amobil yang
dihasilkan dan ditentukan rendemennya menggunakan persamaan rendemen
enzim amobil, serta simpan untuk dilakukan pengujian aktivitas. Diukur kadar
protein filtrate menggunakan metode spektrofotometri.

Berat enzim amilase


Rendemen Enzim Amobil= x 100
Berat enzim+berat abu sekam padi
Perlakuan ke dua yaitu pengujian aktivitas alfa amilase amobil hasil imobilisasi.
Larutan pati 1% sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berkode A, B, dan C, kemudian masing-masing tabung ditambahkan 0,05 mL
larutan iodium 10%. Tabung reaksi A ditambahkan 1 mL enzim amilase, tabung
B ditambahkan 2 gr amilase amobil dengan bahan pengamobil abu sekam padi,
tabung C ditambahkan 1 mL air destilata. Ketiga tabung dikocok hingga
homogen, kemudian dimasukkan kedalam air bersuhu 60 oC selama 30 menit,
selanjutnya dimasukkan ke dalam air mendidih selama 10 menit. Dipindahkan
produk reaksi ke dalam Erlenmeyer 100 mL dan ditambahkan air destilata
sebanyak 50 mL. Disaring, filtrate yang dihasilkan diukur serapannya pada
panjang gelombang 500 nm. Ditentukan aktivitasnya, yaitu nilai serapan awal
tanpa enzim (tabung reaksi C) nilai serapan setelah penambahan enzim (tabung
A dan B)/menit/mL atau gram.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Hasil Pengamatan
1 Imobilisasi Enzim -Amilase Dengan Abu Sekam Padi

No Perlakuan Hasil
1. Berat enzim amilase 6,156 gram
2. Berat enzim amobil 10,878 gram

2 Penentuan Aktivitas -Amilase Amobil Hasil Imobilisasi

No Tabung reaksi Warna Absorbansi


1. A Kekuningan 0,027
2. B Kekuningan 0,031
3. C Biru tua 0,105

Keterangan
Tabung reaksi A = larutan pati 1% + enzim amilase
Tabung reaksi B = larutan pati 1% + enzim amilase amobil
Tabung reaksi C = larutan pati 1% + akuades
2 Pembahasan
Immobilisasi enzim merupakan perubahan enzim dari keadaan bergerak yang
larut dalam air menjadi keadaan tak bergerak yang tidak larut air. Immobilisasi
enzim dapat mencegah difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan
mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk dengan
teknik pemisahan padat atau cair yang sederhana. Teknik pelaksanaanya dapat
berlangsung berlangsung dalam larutan yang dilanjutkan dengan penyaringan
vakum. Salah satu kelebihan enzim amobil adalah dapat digunakan secara
kontinu atau dapat digunakan secara berulang (Palmer, 1991).

Pada percobaan ini digunakan enzim -amilase dan abu sekam padi sebagai
pengamobilnya. Imobilisasi enzim amilase dilakukan dengan teknik
pencampuran dimana mengunakan corong buchner sebagai penyerapnya.
Corong buchner memiliki prinsip kerja yaitu memisahkan endapan dari
pelarutnya atau cairan dari residunya dengan cara menyedot udara didalam
corong dengan pump buchner atau pompa vakum sehingga tekanan didalamnya
lebih kecil daripada yang didalamnya, yaitu hampir sama dengan nol dan air
yang ada dalam corong dapat menetes serta dapat menghasilkan filtrat yang
lebih banyak dan residu atau ampasnya dapat tetap ditinggalkan didalam corong
tersebut. Sedangkan enzim -amilase memiliki pola kerja yaitu menghidrolisis
ikatan -1,4 glikosidik di bagian dalam molekul substrat.

Pertama-tama membuat enzim -amilase amobil dengan bahan pengamobil abu


sekam padi. Abu sekam padi adalah sisa pembakaran dari sekam padi. Abu
sekam padi mengandung SiO2 yang cukup tinggi sekitar 80 90 % setelah
melewati proses pirolisis. Oleh karena itu abu sekam padi dapat digunakan
sebagai pengamobil karena silika merupakan pengadsorpsi yang baik.

Imobilisasi enzim dilakukan dengan memasukkan abu sekam padi kedalam


corong buchner yang terlebih dahulu telah diletakkan kertas saring didalamnya.
Lalu mencampurkannya hingga rata bertujuan untuk mengimobilisasi enzim -
amilase kedalam abu sekam padi. Saat pencampuran, terjadi penyerapan enzim
-amilase oleh abu sekam padi. Enzim milase amobil terbentu saat abu sekam
telah kering. Berat enzim amilase amobil yang diperoleh yaitu 10,878 gram
dengan rendemen sebesar 97,5085%.

Pengujian aktivitas enzim dilakukan dengan menggunakan 3 tabung reaksi


berkode A, B dan C. Masing-masing tabung diisi dengan larutan pati dan larutan
iodium. Pati bereaksi dengan larutan iodium menghasilkan warna biru. Pada
tabung A ditambahkan enzim amilase, pada tabung B ditambahkan enzim
amilase amobil terjadi perubahan warna menjadi kekuningan. Sedangkan tabung
C ditambahkan dengan air destilata. Semua tabung dikocok hingga homogen
lalu dipanaskan pada suhu 60oC. Dipanaskan bertujuan untuk menginaktifasi
enzim agar tidak beraktivitas untuk menghidrolisis pati secara terus-menerus
agar tidak terbentuk produk yang tidak diinginkan. Sedangkan menggunakan
suhu 60oC karena suhu ini merupakan suhu yang optimum dan enzim akan rusak
dan terdenaturasi pada suhu tinggi. Setelah dilakukan pemanasan, warna larutan
masing-masing yaitu untuk tabung A kuning, tabung B kekuningan dan C biru
tua.

Kemudian semua larutan ditambahkan akuades sebagai pelarut. Kemudian


disaring untuk menghilangkan pengotor dan diperoleh larutan bening untuk
diukur adsorbansinya dengan metode spektrofotometri yaitu spektronik 20.
Prinsip kerja alat ini adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh
pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan,
sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan, nilai yang keluar
dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki
hubungan dengan konsentrasi sampel.

Dari data yang diperoleh diketahui bahwa Nilai absorbansi tabung A dengan
penambahan enzim bebas yaitu 0,027, tabung B dengan penambahan enzim
amobil yaitu 0,031 dan tabung C tanpa penambahan enzim yaitu 0,105.
Penentuan aktivitas enzim amobil dapat dilakukan melalui selisih nilai serapan
awal tanpa enzim dengan serapan setelah penambahan enzim. Sehingga
diperoleh aktivitas enzim untuk tabung A adalah 0,078 gram/menit dan tabung B
adalah 0,074 gram/menit. Dari data tersebut diketahui bahwa aktivitas enzim
setelah diimobilisasi hanya sedikit mengalami penurunan aktivitas. Menurut
Mappiratu (2017), aktivitas enzim diadsorbsi pada permukaan (fisik) tidak
mengalami perubahan aktivitas enzim yang disebabkan karena tidak berubahnya
konformasi dan pusat aktif enzim. Jadi, hasil yang kami peroleh telah sesuai
dengan literatur karena selisih dari aktivitas enzim bebas dan enzim amobil tidak
mengalami penurunan aktivitas yang signifikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Imobilisasi enzim -amilase secara penyerapan fisik menggunakan bahan
pengamobil limbah abu sekam padi didasarkan pada proses adsorpsi atau
penyerapan.
2. Nilai absorbansi tabung A dengan penambahan enzim bebas yaitu 0,027,
tabung B dengan penambahan enzim amobil yaitu 0,031 dan tabung C tanpa
penambahan enzim yaitu 0,105.
3. Rendemen yang dihasilkan untuk enzim -amilase amobil dengan bahan
pengamobil abu sekam padi yaitu 97,5080%.
4. aktivitas enzim untuk enzim amilase adalah 0,078 mL/menit dan enzim
amilase amonil adalah 0,074 mL/menit

2 Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan maka disarankan saat melakukan
praktikum agar memerhatikan suhu dan waktu saat melakukan pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R. J., Fessenden, J. S. 1992. Kimia Organik, Jilid 2, Edisi ketiga.


Erlangga. Jakarta

Ismail, M. S. dan Waliuddin, A. M. 1996. Effect of Rice Husk Ash on High Strength
Concrete.Construction and Building Materials. 10 (1):521 526

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta

Mahbub. 2008, Deteksi dan produksi amilase. http://www.junes.blogspot.com.


Diakses pada tanggal 04 Mei 2017. Palu

Mappiratu. 2017. Kuliah Imobilisasi Enzim dan Sel. Jurusan Kimia Fakultas MIPA
UNTAD. Palu

Palmer, T. 1991. Understanding Enzymes. Ellis Horwood. England

Prasetyoko, D. 2001. Pengoptimuman Sintesa Zeolit Beta Daripada Silika Sekam


Padi. Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Teknologi
Malaysia

Rahman, A.S. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. IPB-Press. Bogor

Sumo. 1993. Prinsip Bioteknologi. Gramdium. Jakarta

Tim Dosen Imobilisasi Enzim dan Sel. 2017. Penuntun Praktikum Imobilisasi Enzim
dan Sel. FMIPA UNTAD. Palu
LAMPIRAN

1. Analisa Data
a). Imobilisasi Enzim -amilase dengan Abu Sekam Padi
Diketahui :
Berat enzim = 6,156 gram
Berat enzim amobil = 10,878 gram
Berat abu sekam padi = 5 gram

Berat enzim amobil


Rendemen enzim amobil = x
Berat enzim +berat abu sekam padi
100%

10,878 gr
= x 100
6,156 gr +5 gr

= 97,5080 %
b). Penentuan Antivitas Enzim -amilase Amobil
Diketahui :
Absorbansi awal tanpa enzim (tabung C) = 0,105
Absorbansi setelah penambahan enzim amilase bebas (tabung A) = 0,027
Absorbansi setelah penambahan enzim amilase amobil (tabung B) = 0,031

Aktivitas enzim amobil = nilai serapan awal tanpa enzim (tabung C) nilai
serapan setelah penambahan enzim (tabung A dan
B)

Aktivitas enzim A = 0,105 0,027


= 0,078

Aktivitas enzim B = 0,105 0,031


= 0,074

Anda mungkin juga menyukai