Anda di halaman 1dari 25

1

MAKALAH
Pupuk ZA (Amonium Sulfat)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aplikasi Komputer
Dosen pengampu:
Nanang Krsdianto, ST., M.Kom

Disusun oleh:
Lia Fauziah
4441160086
II C

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
2

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah pupuk ZA (Amonium Sulfat) ini. Dan juga, kami
berterima kasih kepada Ibu Ir. Hj. Sri Mulyati, Ir., MM selaku dosen mata kuliah
Kimia Umum yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk
menamah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang. Tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang
berkenan dan kami mohon untuk kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Serang, Mei 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................5
2.1 Definisi Pupuk ZA...................................................................................................5
2.2 Macam-Macam Proses Pembuatan Pupuk ZA.........................................................7
2.2.1 Proses Netralisasi Langsung..............................................................................7
2.2.2 Proses Karbonasi Batubara................................................................................7
2.2.3 Reaksi antara Amonium Karbonat dengan Gypsum..........................................9
2.3 Produk Pupuk ZA dengan Proses Netralisasi..........................................................10
2.4 Aplikasi Pupuk ZA dan Penggunaannya dalam......................................................13
Pertanian......................................................................................................................13
2.4.1 Aplikasi ZA di Bidang Industri........................................................................13
2.4.2 Cara Penggunaan Pupuk ZA............................................................................14
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

2
1

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Pupuk kimia mulai diperkenalkan pada awal tahun 70-an, petama kali
pupuk ditemukan oleh Justus Von Liebig seorang ahli kimia dari jerman,
pupuk tersebut berupa tulang yang dihaluskan kemudian penemuanya
dikembangkan lagi oleh John Bannet untuk meningkatkan hasil pertanian
yang sebelumnya hanya melakukan pemupukan secara tradisional. Pada
awalnya tidak banyak petani yang langsung percaya. Akan tetapi setelah
diedukasi melalui penyuluhan-penyuluhan, bimbangan masyarakat, dan
terbukti peningkatan yang signifikan, maka kini semakin banyak petani yang
mulai mengaplikasikan pupuk kimia, hingga akhirnya diterapkan hampir di
seluruh pelosok Nusantara.

Saat ini pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas
areal pertanian. Upaya pembudidayaan tanaman dengan pupuk za merupakan
pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan unsur hara belerang, tetapi tidak
baik jika digunakan berlebihan.

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
non organik. Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses
metabolisme.

Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan (pupuk anorganik) yang dirancang


untuk memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA
adalah singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang
berarti amonium sulfat (NH4SO4). Pada umumnya, amonium sulfat banyak
2

digunakan sebagai pupuk untuk memberikan unsur hara nitrogen dan sulfur
pada tanaman pertanian dan perkebunan. Amonium sulfat merupakan pupuk
yang baik bagi tanaman padi, tanaman jeruk, tumbuhan-tumbuhan yang
merambat, dan terutama dapat digunakan untuk tanah yang mempunyai pH
yang tinggi. Manfaat dari pupuk ZA adalah dapat meningkatkan produksi dan
kualitas panen, menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama,
penyakit, dan kekeringan, serta memperbaiki rasa dan warna hasil panen
(Horties, 2011).

Dalam pupuk ZA mengandung beberapa unsur hara, diantaranya unsur


hara belerang (S) memiliki manfaat yg besar untuk pertumbuhan tanaman.
Adapun manfaat dari unsur hara belerang (S) yaitu untuk membantu
pembentukan butir hijau sehingga daun lebih hijau, menambah kandungan
protein dan vitamin tanaman, berperan dalam sintesis minyak yang berguna
pada proses pembuatan gula, dan memacu pertumbuhan anakan produktif
(Ihsan, 2012). Keberadaan unsur belerang dapat dianalisis dengan metode
gravimetri. Metode ini dipilih karena unsur belerang (S) pada pupuk ZA
termasuk unsur makro yaitu sebesar 23,8 % (SNI 02-1760, 2005).

Selain mengandung unsur hara belerang (S), Ammonium Sulfat (ZA) juga
mengandung unsur hara nitrogen (N). Unsur hara nitrogen (N) yang berasal
dari Urea dan ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K
dan seringkali menjadi factor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut
Gardner dkk, (1991), definisi nitrogen (N) membatasi pembesaran sel dan
pembelahan sel. nitrogen (N) berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan
asam amino, pembentukan protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan
komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta
meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz,
1982).

Di samping digunakan sebagai pupuk, amonium sulfat juga digunakan


sebagai nutrisi penambah kadar nitrogen dalam proses fermentasi, sebagai
campuran cairan pemadam kebakaran, penyamakan, makanan ternak,
termasuk proses pembuatan makanan (Hal. 726-728, Kirk-Othmer, 1994).

3
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah.
Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk
urea, karena reaksi kerja pupuk ZA agak lambat sehingga digunakan sebagai
pupuk dasar dan susulan, senyawa kimianya stabil sehingga tahan disimpan
dalam waktu lama, dapat dicampur dengan pupuk lain, serta aman digunakan
untuk semua jenis tanaman. Karena ion sulfat larut secara kuat, sedangkan ion
amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang
terkena aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan
pemberiannya.
Pupuk ZA mengandung belerang 24 % (dalam bentuk sulfat) dan nitrogen
21 % (dalam bentuk ammonium). Kandungan nitrogennya hanya separuh dari
urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok
hara belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun demikian,
pupuk ini menjadi pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi
pertanaman tebu karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk
urea.

1.2Rumusan Masalah

a. Apa definisi pupuk ZA?

b. Bagaimana cara pembuatan pupuk ZA?

c. Metode apa yang sering digunakan dalam pembuatan pupuk ZA?

d. Bagaimana aplikasi dan cara penggunaan pupuk ZA dalam kehidupan


sehari-hari?

1.3Tujuan Masalah

a. Mengetahui definisi pupuk ZA sebagai pupuk anorganik.

b. Mengetahui cara pembuatan pupuk ZA dalam industri.

4
c. Mengetahui metode yang paling sering digunakan dalam pembuatan pupuk
ZA.

d. Mengetahui macam-macam aplikasi dan cara penggunaan pupuk ZA


dalam kehidupan sehari-hari.

5
6

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pupuk ZA

Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang
mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal ZA merupakan hara
makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi faktor
pembatas dalam produksi tanaman. Menurut Gardner dkk. (1991), defisiensi
N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan
penyusun klorofil dan asam amino, pembentuk protein, esensial bagi aktivasi
karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan
aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain
(Olson dan Kurtz, 1982).

Amonium Sulfat [(NH4)2SO4] adalah senyawa kimia yang berwujud


padat, berwarna putih, berbentuk kristal (pada T > 513oC), larut dalam air,
tidak larut dalam alkohol, dan memiliki titik leleh 235-280 oC pada tekanan 1
atm. Menurut Hilman dkk. (1993, dalam Widyastuti, 1996), pupuk N dalam
bentuk ammonium sulfat (ZA) yang diberikan ke dalam tanah pertama-tama
akan diserap (adsorpsi) oleh kompleks koloid tanah dan bentuk N (NH 4+)
cenderung tidak hilang dan tercuci air. Wujud pupuk ini butiran kristal mirip
garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap
air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat larut secara kuat,
sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH
tanah.

Ammonium Sulfat banyak dimanfaatkan sebagai pupuk nitrogen dan


biasa disebut pupuk ZA (Zwuafel Ammonium), terutama pada tanaman
industri dan perkebunan diantaranya tebu, tembakau, cengkeh, kopi, lada,
7

kelapa sawit, dan teh. Selain sebagai pupuk, senyawa Amonium Sulfat juga
digunakan dalam bidang industri seperti untuk pengolahan air, fermentasi,
bahan tahan api dan penyamakan. Amonium Sulfat merupakan jenis pupuk
anorganik yang terdiri
dari unsur Sulfur (24% berat) dalam bentuk ion Sulfat dan unsur Nitrogen
(21% berat) dalam bentuk ion Amonium (James G. Speight, 2002).

Pupuk ZA diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur


hara Nitrogen (N) dan Belerang (S). Adapun manfaat dari unsur hara
Belerang adalah :

1. Membantu pembentukan butir hijau sehingga daun lebih hijau.

2. Menambah kandungan protein dan vitamin tanaman.

3. Berperan dalam sintesa minyak yang berguna pada proses pembuatan


gula.

4. Memacu pertumbuhan anakan produktif.

5. Memperbaiki warna, aroma, dan kelenturan daun tembakau ( khusus


pada tembakau omprongan).

6. Memperbaiki aroma, mengurangi penyusutan selama penyimpangan,


memperbesar umbi bawang merah dan bawang putih.

Pemberian belerang mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil


produksi padi sawah. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang selalu
membutuhkan amonium sulfat sebagai pupuk nitrogen. Keuntungan
penggunaan Amonium Sulfat (pupuk ZA) dibandingkan pupuk nitrogen
lainnya yaitu :

1. Mengandung unsur nitrogen dan sulfur sedangkan unsur sulfur ini


tidak dimiliki pupuk nitrogen lainnya, misal urea (CO(NH 2)2),
amonium nitrat (NH4NO3) dan sendawa chili (NaNO3). Kedua unsur
ini merupakan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar atau disebut makronutrient (Setyamidjaja, 1986).

8
2. NH4+ dapat diserap secara langsung oleh tanaman sehingga tidak
membutuhkan mikroorganisme tanah untuk mengurai senyawa NH 4+
menjadi unsur nitrogen, seperti pada pupuk urea (CO(NH2)2).

2.2 Macam-Macam Proses Pembuatan Pupuk ZA


2.2.1 Proses Netralisasi Langsung
Amonium sulfat dibuat dalam suatu unit netralizer dan crystalizer
dengan mereaksikan langsung gas amonia dengan asam sulfat yang
masuk melalui alur recycle slurry, direaksikan dan dipanaskan di slurry
recycle. Slurry kemudian di flash pada upper chamber dibawah tekanan
vakum yaitu sekitar 55 - 58 mmHg. Panas reaksi yang terjadi dalam
reaktor dikontrol dan dihilangkan dengan penambahan air atau
pendinginan dengan udara ke dalam reaktor. Unit netralizer dan
crystalizer dibuat terpisah untuk memudahkan sistem operasi dan
control proses. Kesetimbangan optimum antara energi udara pendingin
dengan yield kristal diperoleh ketika unit crystalizer di- control pada
suhu 63 66C.
Dalam proses ini kondisi pH yaitu berkisar 3-3,5. pH perlu dijaga
agar tetap pada range tersebut untuk menghindarkan yield minimum,
dan kristal yang tipis. Kelebihan asam akan menyebabkan pertumbuhan
kristal berlebih terutama di pipa, sehingga memerlukan pelarutan
kembali kristal dengan steam. Sebaliknya, kekurangan asam
menyebabkan mutu kristal yang rendah, sehingga akan menyebabkan
sistem pencucian dan storage sulit, serta kandungan nitrogen juga
rendah (Gowariker,dkk., 2009). Reaksi:
2 NH3 (g) + H2SO4(aq) (NH4)2SO4(s) H=-274 KJ/mol (-
65,5 kcal/mol)
2.2.2 Proses Karbonasi Batubara

9
Amonium sulfat dapat diproduksi dari hasil samping pembakaran
batubara (coke-oven gas). Batubara bituminous digunakan untuk
pabrikasi gas dan produksi coke (arang). Batubara ini mengandung 1-
2% nitrogen (N) dan dapat diperoleh 15-20% NH3, yaitu berkisar 2,5-3
kg NH3/ ton batubara. Gas NH3 yang diperoleh akan digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan amonium sulfat. Ada tiga metode yang
bisa digunakan, yaitu direct method, indirect method dan semi direct
method.
1. Direct Method
Dalam direct method, semua gas yang terbentuk didinginkan
terlebih dahulu untuk menghilangkan sejumlah tar, kemudian
dialirkan ke- bubble saturator spray, dimana kemudian dicuci asam
sulfat untuk membentuk slurry amonium sulfat. Kristal amonium
sulfat yang terbentuk dalam cairan turun kemudian dipisahkan dan
dicuci dalam centrifuge lalu dikeringkan. Kristal kering yang
dihasilkan dikirim lewat conveyor untuk disimpan.
Kelebihan:
a. Biaya investasi dan operasi yang rendah.
Kekurangan:
a. Di dalam kristal yang diperoleh didapati sejumlah tar dan
pyridin, sehingga memerlukan rekristalisasi kembali sebelum
dipasarkan.
b. Tingkat korosinya tinggi, klorid dari minyak dan tampungan air
yang digunakan akan menghasilkan Amonium Klorida dan
menyebabkan korosi, kecuali telah dipasangi peralatan khusus
pencegah korosi.
c. Sulit untuk mengatur tingkat optimum asam bebas yang
dibutuhkan untuk menekan impurities dan optimum pH untuk
menaikkan pertumbuhan kristal.
2. Indirect Method

10
Pada proses ini, gas panas dari oven utama didinginkan dengan
resirkulasi cairan pencuci dan water scrubbing. Campuran cairan
kemudian dipanaskan dengan steam dalam kolom stripper tipe
bubble untuk melepaskan amonia bebas dalam senyawa garam.
Steam lewat melalui kolom kedua stripper kemudian amonia dan
cairan dicampur dengan uap sehingga diperoleh amonia mentah
yang selanjutnya didestilasi ulang atau diubah menjadi amonium
sulfat dalam saturator kristaliser. Amonium sulfat yang diperoleh
bebas dari impurities serta prosesnya fleksibel.
Kelebihan:
a. Hasil Amonium Sulfat yang lebih murni dan dengan yield
recovery Ammonia yang lebih tinggi.
Kekurangan:
a. Limbah buangan yang perlu diolah kembali agar tidak
mencemari lingkungan.
b. Amonia yang hilang besar karena reaksi dan absorpsi yang tidak
sempurna.
3. Semi Direct Method
Metode ini merupakan gabungan dari direct method dan indirect
method. Dalam proses ini gas mula mula didinginkan dan dicuci
untuk menghilangkan sejumlah tar dan untuk memproduksi larutan
kondensat yang banyak mengandung amonia bentuk gas.
Kemudian amonia cair dipanaskan sampai suhu 70 0C dan
diabsorbsi dengan asam sulfat encer 5-6% dan menghasilkan
larutan amonium sulfat jenuh dengan suhu 50700C. Semi -direct
method memproduksi amonium sulfat atau posfat dan amonia
dengan yield yang tinggi. (Gowariker,dkk., 2009)
2.2.3 Reaksi antara Amonium Karbonat dengan Gypsum
Metode ini disebut juga dengan dengan proses Merseburg.
Metode ini didasarkan pada penggabungan amonia dan karbon dioksida
untuk menghasilkan larutan amonium karbonat. Larutan amonium

11
karbonat yang terbentuk direaksikan dengan gypsum (CaSO4.2H2O)
sehingga diperoleh amonium sulfat dan kalsium karbonat.
Reaksi:
NH3 + H2O NH4OH
2NH4OH + CO2 (NH4)2CO3 + H2O
CaSO4.2H2O + (NH4)2CO3 (NH4)2 SO4 + CaCO3 + 2 H2O

Reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses Merseburg bersifat eksotermik.

Keuntungan:

a. Proses menggunakan bahan baku gypsum (Gypsum FGD) dari


buangan PLTU batu bara yang berharga murah.

b. Prosesnya tidak membutuhkan supply sulfur (Gowariker,dkk., 2009).

c. Proses reaksi pada suhu dan tekanan rendah (kondisi vakum).

d. Proses pembuatan amonium sulfat dari gypsum sintetik


menghasilkan konversi 83% dan kemurnian hingga 99% (Chou,
1995).

e. Kalsium karbonat sebagai hasil samping yang dapat digunakan untuk


produksi semen, dan pupuk.

Secara umum perbedaan antara ketiga proses tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Proses
No. Pembanding
Karbonasi
Netralisasi Batubara Merseburg

1 Katalis - - -

2 Reaksi samping -

3 Reversibel - -

12
4 Suhu (oC) ++ + +

5 Tekanan (atm) + + +

6 Konversi (%) +++ + ++

7 Jenis bahan baku + ++ +++

8 Jumlah alat proses + +++ +++

Keterangan: ( + = rendah, ++ = sedang, +++ = tinggi )

2.3 Produk Pupuk ZA dengan Proses Netralisasi

Ammonium sulfat (ZA) dapat dibuat dengan berbagai cara yang telah
diuraikan. Namun ada beberapa pertimbangan dalam memilih metode yang
tepat dilakukan di Indonesia. Pada tahun 1920-an, proses karbonasi
batubara sangatlah populer di kalangan industri. Namun pada
perkembangannnya, proses ini semakin berkurang seiring dengan
meningkatnya instalasi oil-gas proccess dan penggunaan minyak serta gas
alam untuk pemanasan. Proses Merseburg pertama kali dilakukan di Inggris
pada tahun 1951 dan di India pada tahun 1967. Proses ini cocok untuk
digunakan di berbagai negara dimana suplay gypsum tersedia dalam jumlah
besar seperti Inggris, Prancis, Jerman dan India.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut proses yang cocok


digunakan dalam pembuatan ZA di Indonesia adalah proses netralisasi,
karena memiliki banyak keuntungan. Bahan baku yang digunakan dalam
proses pembuatan pupuk ZA dengan metode netralisasi adalah amoniak dan
asam sulfat (reaktan murni). Metode netralisasi lebih banyak digunakan
terutama di Indonesia karena mudah, cepat, memiliki konversi yang tinggi,
dan menggunakan bahan baku yang mudah didapat.

Berikut ini merupakan gambar diagram alir proses pembuatan pupuk


ZA dengan metode netralisasi:

13
Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan ZA dengan Proses Netralisasi

Tahapan dalam proses netralisasi adalah sebagai berikut:

a. Tahap penguapan

Dalam proses pembuatan pupuk ZA alat yang digunakan saat


penguapan adalah vavorizer. Amonia atau NH3 merupakan zat yang
pada suhu ruangan memiliki fase liquid atau cair. Maka dari itu amonia
perlu diuapkan untuk memperoleh fase gasnya. Dengan begitu gas
amonia bisa bereaksi dengan asam sulfat membentuk amonium sulfat
(ZA).

b. Tahap netralisasi

Alat yang digunakan pada tahap netralisasi pada proses pembuatan


pupuk ZA adalah saturator. Kebanyakan dari produk Amonium Sulfat
dibuat dari netralisasi, yaitu reaksi yang melibatkan basa dengan asam
sebagai reaktannya. Dalam hal ini gas amonia (basa) dan asam sulfat

14
(asam kuat). Reaksi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Reaksi
netralisasinya adalah sebagai berikut :
2 NH3 (g) + H2SO4(aq) (NH4)2SO4(s) H=-274 KJ/mol (-65,5
Kcal/mol)

Reaksinya adalah reaksi eksotermis, yaitu reaksi yang menghasilkan


panas, dalam hal ini sebanyak 65,5 kcal/gmol. Panas yang timbul ini
dikendalikan dengan pendinginan menggunakan air pada reaktor.
Dalam proses ini lebih effisien karena reaksi antara Amoniak dan Asam
Sulfat terjadi di Saturator yang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
penetral (netralisasi) dan pembentukan kristal (kristalisasi).

c. Tahap Pemisahan

Pada tahap pemisahan pada proses pembuatan pupuk ZA, alat yang
digunakan adalah centrifuge. Amonium Sulfat yang terbentuk pada tahap
netralisasi, kemudian dipompakan ke centrifuge lalu dipisahkan antara
kristal dan mother liquor. Mother liquor dialirkan kembali ke tahap netralisasi.

d. Tahap Pengeringan

Tahap akhir dalam proses pembuatan pupuk ZA adalah tahap


pengeringan. Tahap pengeringan adalah proses untuk menghilangkan
sejumlah cairan volatile yang terdapat dalam padatan dengan cara
evaporasi. Dalam industri pupuk seperti ammonium sulfat (ZA), proses
pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan rotary dryer.
Untuk dapat mendesain dan menganalisa kinerja suatu rotary dryer , perlu
diketahui terlebih dahulu karakteristik pengeringan bahan padat yang
dikeringkan. Hal ini dapat dilaksanakan secara eksperimen dengan
menggunakan alat tray dryer. Selama proses pengeringan dalam tray
dryer terjadi peristiwa- peristiwa fundamental secara bersamaan yang
meliputi transfer panas dari media pengering (biasanya udara) ke

15
padatan yang dikeringkan dan transfer massa air dari padatan yang
dikeringkan ke media pengering (udara).

e. Tahap Penyerapan

Tahap penyerapan dilakukan jika setelah tahap pengeringan masih


tersisa cairan yang tidak volatile.

f. Tahap Penampungan Produk


Produk atau hasil yang didapatkan ditampung untuk selanjutnya
dianalisis kadar nitrogen, kadar sulfur, kadar air, dan ukuran butirannya.

2.4 Aplikasi Pupuk ZA dan Penggunaannya dalam


Pertanian

2.4.1 Aplikasi ZA di Bidang Industri

Senyawa amonium sulfat atau lebih dikenal juga dengan nama ZA


biasa digunakan sebagai pupuk sumber nitrogen bagi tanaman. Namun
ZA juga bisa digunakan dalam bidang industri, antara lain adalah
sebagai berikut:

a. Dalam industri penyamakan digunakan untuk proses deliming


ataupun menghilangkan zat kapur dari kulit (ISTT, 2010).

Pembuangan kapur bertujuan untuk menetralkan kulit dari basa


akibat pengapuran (pH 11) menjadi mendekati pH netral yaitu 8
keadaan pH netral ini digunakan dalam proses agar dapat bekerja
dengan baik. Disamping itu juga untuk menghindari pengerutan
kulit dan timbulnya endapan kapur yang terdapat bereaksi dengan
bahan penyamak. Bahan-bahan kimia yang diperlukan adalah asam
sulfat, asam semut atau garam amonium sulfat. Penggunaan bahan
kimia tersebut biasanya dilakukan dengan cara mencampur garam
monium sulfat (ZA) dengan salah satu asam tersebut.

16
b. Dalam industri makanan digunakan dalam bumbu, penyedap rasa,
isolasi protein, makanan ringan, selai, jeli, dan minuman non-
alkohol (IFICF, 2009).

c. Dalam industri tekstil digunakan sebagai aditif pada proses


pewarnaan (Martin Resources, 2008).

d. Dalam bidang mikrobiologi digunakan sebagai nutrisi pada kultur


bakteri dan mikroorganisme penghasil enzim (Martin Resources,
2008).

Lapisan Nata yang terbentuk merupakan hasil samping dari


metabolisme bakteri Acetobacter xylinum, yaitu merupakan kapsul
selubung bakteri yang tersusun atas selulosa. Seperti halnya
tumbuhan atau mahluk hidup lainnya, bakteri Acetobacter
xylinum mebutuhkan nutrien untuk metabolisme tubuhnya. ZA
adalah salah satu nutrisi/makanan yang berperan sebagai
sumber Nitrogen pada metabolisme bakteri tersebut, selain
gula, dan substrat air kelapa yang digunakan pada proses
fermentasi nata. ZA.

2.4.2 Cara Penggunaan Pupuk ZA

Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk


memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Pupuk ZA
dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman. Berikut ini adalah
cara penggunaan pupuk ZA:

a. Cara penggunaan pupuk ini adalah dengan menebarkannya di


tanah.

ZA merupakan pupuk akar, yaitu pupuk yang penyerapannya lewat


akar tanaman. Maka dari itu pupuk ini digunakan dengan cara
penebaran di tanah.

17
b. ZA termasuk pupuk fast release.

Pupuk fast release yaitu pupuk yang jika ditebarkan ke tanah maka
dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung
dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah
terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi
juga menguap atau tercuci oleh air.

c. Tidak menyerap banyak air (higroskopis), sehingga meskipun


pupuk ini termasuk fast release akan tetap menguntungkan jika
digunakan.

d. Reaksi kerjanya lambat sehingga sangat dianjurkan sebagai pupuk


dasar dan pupuk susulan untuk semua jenis tanaman. Selain itu
adalah karena unsur hara belerang dibutuhkan tanaman sejak awal
pertumbuhan.

e. Pupuk ZA dapat dicampur dengan pupuk yang lain.

f. Pemakaiannya harus disertai kapur, jika tidak maka dapat bersifat


racun bagi tanah. Tanpa adanya batuan kapur, ammonium sulfat
akan bebas bereaksi dengan besi, aluminium, dan mangan
membentuk racun besi, aluminium, dan mangan.

g. Pupuk ini harus diberikan pada tanah yang bersifat basa dan
pemberiannya tidak boleh berlebihan. Karena sifat reaksinya asam,
sehingga kelebihan pupuk ammonium sulfat mengakibatkan tanah
besifat asam.

h. Dianjurkan untuk dipakai pada daerah yang panas.

i. Tahan disimpan dalam waktu lama karena senyawa kimianya


stabil.

18
19
20

BAB 3

PENUTUP

3.1KESIMPULAN

a. Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang
mengandung unsur hara nitrogen dalam bentuk ion ammonium dan unsur
hara sulfur dalam bentuk ion sulfat.

b. Macam-macam proses pembuatan pupuk ZA yaitu proses netralisasi


langsung, Proses Karbonasi Batubara, Reaksi antara Amonium Karbonat dengan
Gypsum.

c. Aplikasi penggunaan pupuk ZA dalam bidang industri diantaranya :

1. Dalam industri penyamakan digunakan untuk proses deliming


ataupun menghilangkan zat kapur dari kulit.

2. Dalam industri makanan digunakan dalam bumbu, penyedap rasa,


isolasi protein, makanan ringan, selai, jeli, dan minuman non-
alkohol.

3. Dalam industri tekstil digunakan sebagai aditif pada proses


pewarnaan.

4. Dalam bidang mikrobiologi digunakan sebagai nutrisi pada kultur


bakteri dan mikroorganisme penghasil enzim.

d. Penggunaan pupuk ZA dapat dilakukan dengan cara menebarkan langsung ke


tanah, dan pemakaiannya harus disertai kapur, jika tidak maka dapat bersifat
racun bagi tanah.
21

e. Pupuk ZA merupakan pupuk fast release karena dalam waktu singkat


unsur hara langsung dapat dimanfaatkan oleh tanah.

DAFTAR PUSTAKA

3.2 Fajriyanti, F. (2016, Desember 13). Diambil kembali dari


feronikafajriyanti.blogspot.com/2012/pupuk-za.html
3.3 Lingga, P. (2003). Petunjuk penggunaan pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
3.4 Sutedjo, M. M. (2010). Pupuk dan Cara Penggunaan. Jakarta: Rineka Cipta.
3.5

3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
3.13
3.14
3.15
3.16
3.17
3.18
3.19
3.20
3.21
3.22
3.23
3.24
3.25

Anda mungkin juga menyukai