MAKALAH
Pupuk ZA (Amonium Sulfat)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aplikasi Komputer
Dosen pengampu:
Nanang Krsdianto, ST., M.Kom
Disusun oleh:
Lia Fauziah
4441160086
II C
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
2
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah pupuk ZA (Amonium Sulfat) ini. Dan juga, kami
berterima kasih kepada Ibu Ir. Hj. Sri Mulyati, Ir., MM selaku dosen mata kuliah
Kimia Umum yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk
menamah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang. Tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang
berkenan dan kami mohon untuk kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................5
2.1 Definisi Pupuk ZA...................................................................................................5
2.2 Macam-Macam Proses Pembuatan Pupuk ZA.........................................................7
2.2.1 Proses Netralisasi Langsung..............................................................................7
2.2.2 Proses Karbonasi Batubara................................................................................7
2.2.3 Reaksi antara Amonium Karbonat dengan Gypsum..........................................9
2.3 Produk Pupuk ZA dengan Proses Netralisasi..........................................................10
2.4 Aplikasi Pupuk ZA dan Penggunaannya dalam......................................................13
Pertanian......................................................................................................................13
2.4.1 Aplikasi ZA di Bidang Industri........................................................................13
2.4.2 Cara Penggunaan Pupuk ZA............................................................................14
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
2
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pupuk kimia mulai diperkenalkan pada awal tahun 70-an, petama kali
pupuk ditemukan oleh Justus Von Liebig seorang ahli kimia dari jerman,
pupuk tersebut berupa tulang yang dihaluskan kemudian penemuanya
dikembangkan lagi oleh John Bannet untuk meningkatkan hasil pertanian
yang sebelumnya hanya melakukan pemupukan secara tradisional. Pada
awalnya tidak banyak petani yang langsung percaya. Akan tetapi setelah
diedukasi melalui penyuluhan-penyuluhan, bimbangan masyarakat, dan
terbukti peningkatan yang signifikan, maka kini semakin banyak petani yang
mulai mengaplikasikan pupuk kimia, hingga akhirnya diterapkan hampir di
seluruh pelosok Nusantara.
Saat ini pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas
areal pertanian. Upaya pembudidayaan tanaman dengan pupuk za merupakan
pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan unsur hara belerang, tetapi tidak
baik jika digunakan berlebihan.
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
non organik. Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses
metabolisme.
digunakan sebagai pupuk untuk memberikan unsur hara nitrogen dan sulfur
pada tanaman pertanian dan perkebunan. Amonium sulfat merupakan pupuk
yang baik bagi tanaman padi, tanaman jeruk, tumbuhan-tumbuhan yang
merambat, dan terutama dapat digunakan untuk tanah yang mempunyai pH
yang tinggi. Manfaat dari pupuk ZA adalah dapat meningkatkan produksi dan
kualitas panen, menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama,
penyakit, dan kekeringan, serta memperbaiki rasa dan warna hasil panen
(Horties, 2011).
Selain mengandung unsur hara belerang (S), Ammonium Sulfat (ZA) juga
mengandung unsur hara nitrogen (N). Unsur hara nitrogen (N) yang berasal
dari Urea dan ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K
dan seringkali menjadi factor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut
Gardner dkk, (1991), definisi nitrogen (N) membatasi pembesaran sel dan
pembelahan sel. nitrogen (N) berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan
asam amino, pembentukan protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan
komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta
meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz,
1982).
3
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah.
Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk
urea, karena reaksi kerja pupuk ZA agak lambat sehingga digunakan sebagai
pupuk dasar dan susulan, senyawa kimianya stabil sehingga tahan disimpan
dalam waktu lama, dapat dicampur dengan pupuk lain, serta aman digunakan
untuk semua jenis tanaman. Karena ion sulfat larut secara kuat, sedangkan ion
amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang
terkena aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan
pemberiannya.
Pupuk ZA mengandung belerang 24 % (dalam bentuk sulfat) dan nitrogen
21 % (dalam bentuk ammonium). Kandungan nitrogennya hanya separuh dari
urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok
hara belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun demikian,
pupuk ini menjadi pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi
pertanaman tebu karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk
urea.
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan Masalah
4
c. Mengetahui metode yang paling sering digunakan dalam pembuatan pupuk
ZA.
5
6
BAB 2
PEMBAHASAN
Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang
mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal ZA merupakan hara
makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi faktor
pembatas dalam produksi tanaman. Menurut Gardner dkk. (1991), defisiensi
N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan
penyusun klorofil dan asam amino, pembentuk protein, esensial bagi aktivasi
karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan
aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain
(Olson dan Kurtz, 1982).
kelapa sawit, dan teh. Selain sebagai pupuk, senyawa Amonium Sulfat juga
digunakan dalam bidang industri seperti untuk pengolahan air, fermentasi,
bahan tahan api dan penyamakan. Amonium Sulfat merupakan jenis pupuk
anorganik yang terdiri
dari unsur Sulfur (24% berat) dalam bentuk ion Sulfat dan unsur Nitrogen
(21% berat) dalam bentuk ion Amonium (James G. Speight, 2002).
8
2. NH4+ dapat diserap secara langsung oleh tanaman sehingga tidak
membutuhkan mikroorganisme tanah untuk mengurai senyawa NH 4+
menjadi unsur nitrogen, seperti pada pupuk urea (CO(NH2)2).
9
Amonium sulfat dapat diproduksi dari hasil samping pembakaran
batubara (coke-oven gas). Batubara bituminous digunakan untuk
pabrikasi gas dan produksi coke (arang). Batubara ini mengandung 1-
2% nitrogen (N) dan dapat diperoleh 15-20% NH3, yaitu berkisar 2,5-3
kg NH3/ ton batubara. Gas NH3 yang diperoleh akan digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan amonium sulfat. Ada tiga metode yang
bisa digunakan, yaitu direct method, indirect method dan semi direct
method.
1. Direct Method
Dalam direct method, semua gas yang terbentuk didinginkan
terlebih dahulu untuk menghilangkan sejumlah tar, kemudian
dialirkan ke- bubble saturator spray, dimana kemudian dicuci asam
sulfat untuk membentuk slurry amonium sulfat. Kristal amonium
sulfat yang terbentuk dalam cairan turun kemudian dipisahkan dan
dicuci dalam centrifuge lalu dikeringkan. Kristal kering yang
dihasilkan dikirim lewat conveyor untuk disimpan.
Kelebihan:
a. Biaya investasi dan operasi yang rendah.
Kekurangan:
a. Di dalam kristal yang diperoleh didapati sejumlah tar dan
pyridin, sehingga memerlukan rekristalisasi kembali sebelum
dipasarkan.
b. Tingkat korosinya tinggi, klorid dari minyak dan tampungan air
yang digunakan akan menghasilkan Amonium Klorida dan
menyebabkan korosi, kecuali telah dipasangi peralatan khusus
pencegah korosi.
c. Sulit untuk mengatur tingkat optimum asam bebas yang
dibutuhkan untuk menekan impurities dan optimum pH untuk
menaikkan pertumbuhan kristal.
2. Indirect Method
10
Pada proses ini, gas panas dari oven utama didinginkan dengan
resirkulasi cairan pencuci dan water scrubbing. Campuran cairan
kemudian dipanaskan dengan steam dalam kolom stripper tipe
bubble untuk melepaskan amonia bebas dalam senyawa garam.
Steam lewat melalui kolom kedua stripper kemudian amonia dan
cairan dicampur dengan uap sehingga diperoleh amonia mentah
yang selanjutnya didestilasi ulang atau diubah menjadi amonium
sulfat dalam saturator kristaliser. Amonium sulfat yang diperoleh
bebas dari impurities serta prosesnya fleksibel.
Kelebihan:
a. Hasil Amonium Sulfat yang lebih murni dan dengan yield
recovery Ammonia yang lebih tinggi.
Kekurangan:
a. Limbah buangan yang perlu diolah kembali agar tidak
mencemari lingkungan.
b. Amonia yang hilang besar karena reaksi dan absorpsi yang tidak
sempurna.
3. Semi Direct Method
Metode ini merupakan gabungan dari direct method dan indirect
method. Dalam proses ini gas mula mula didinginkan dan dicuci
untuk menghilangkan sejumlah tar dan untuk memproduksi larutan
kondensat yang banyak mengandung amonia bentuk gas.
Kemudian amonia cair dipanaskan sampai suhu 70 0C dan
diabsorbsi dengan asam sulfat encer 5-6% dan menghasilkan
larutan amonium sulfat jenuh dengan suhu 50700C. Semi -direct
method memproduksi amonium sulfat atau posfat dan amonia
dengan yield yang tinggi. (Gowariker,dkk., 2009)
2.2.3 Reaksi antara Amonium Karbonat dengan Gypsum
Metode ini disebut juga dengan dengan proses Merseburg.
Metode ini didasarkan pada penggabungan amonia dan karbon dioksida
untuk menghasilkan larutan amonium karbonat. Larutan amonium
11
karbonat yang terbentuk direaksikan dengan gypsum (CaSO4.2H2O)
sehingga diperoleh amonium sulfat dan kalsium karbonat.
Reaksi:
NH3 + H2O NH4OH
2NH4OH + CO2 (NH4)2CO3 + H2O
CaSO4.2H2O + (NH4)2CO3 (NH4)2 SO4 + CaCO3 + 2 H2O
Keuntungan:
Secara umum perbedaan antara ketiga proses tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Proses
No. Pembanding
Karbonasi
Netralisasi Batubara Merseburg
1 Katalis - - -
2 Reaksi samping -
3 Reversibel - -
12
4 Suhu (oC) ++ + +
5 Tekanan (atm) + + +
Ammonium sulfat (ZA) dapat dibuat dengan berbagai cara yang telah
diuraikan. Namun ada beberapa pertimbangan dalam memilih metode yang
tepat dilakukan di Indonesia. Pada tahun 1920-an, proses karbonasi
batubara sangatlah populer di kalangan industri. Namun pada
perkembangannnya, proses ini semakin berkurang seiring dengan
meningkatnya instalasi oil-gas proccess dan penggunaan minyak serta gas
alam untuk pemanasan. Proses Merseburg pertama kali dilakukan di Inggris
pada tahun 1951 dan di India pada tahun 1967. Proses ini cocok untuk
digunakan di berbagai negara dimana suplay gypsum tersedia dalam jumlah
besar seperti Inggris, Prancis, Jerman dan India.
13
Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan ZA dengan Proses Netralisasi
a. Tahap penguapan
b. Tahap netralisasi
14
(asam kuat). Reaksi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Reaksi
netralisasinya adalah sebagai berikut :
2 NH3 (g) + H2SO4(aq) (NH4)2SO4(s) H=-274 KJ/mol (-65,5
Kcal/mol)
c. Tahap Pemisahan
Pada tahap pemisahan pada proses pembuatan pupuk ZA, alat yang
digunakan adalah centrifuge. Amonium Sulfat yang terbentuk pada tahap
netralisasi, kemudian dipompakan ke centrifuge lalu dipisahkan antara
kristal dan mother liquor. Mother liquor dialirkan kembali ke tahap netralisasi.
d. Tahap Pengeringan
15
padatan yang dikeringkan dan transfer massa air dari padatan yang
dikeringkan ke media pengering (udara).
e. Tahap Penyerapan
16
b. Dalam industri makanan digunakan dalam bumbu, penyedap rasa,
isolasi protein, makanan ringan, selai, jeli, dan minuman non-
alkohol (IFICF, 2009).
17
b. ZA termasuk pupuk fast release.
Pupuk fast release yaitu pupuk yang jika ditebarkan ke tanah maka
dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung
dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah
terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi
juga menguap atau tercuci oleh air.
g. Pupuk ini harus diberikan pada tanah yang bersifat basa dan
pemberiannya tidak boleh berlebihan. Karena sifat reaksinya asam,
sehingga kelebihan pupuk ammonium sulfat mengakibatkan tanah
besifat asam.
18
19
20
BAB 3
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
a. Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang
mengandung unsur hara nitrogen dalam bentuk ion ammonium dan unsur
hara sulfur dalam bentuk ion sulfat.
DAFTAR PUSTAKA
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
3.13
3.14
3.15
3.16
3.17
3.18
3.19
3.20
3.21
3.22
3.23
3.24
3.25