Anda di halaman 1dari 21

PABRIK PUPUK ZA MENGGUNAKAN PROSES SULFATASI

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Proses Industri Kimia II

Dosen pengampu :

Shinta Amelia,S.T.,M.Eng

Disusun Oleh :

M Kresna islami (1700020006)

Anisa Salsabila (1700020034)

Resnia Nurahmawati (1700020040)

Winda Dwi Anggraini (1700020041)

Refah Syauqi (1700020053)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah proses industri kimia
II yang berjudul “ Pabrik Pupuk ZA Menggunakan Proses Sulfatasi ”.

Adapun makalah ini tentang proses pembuatan pupuk ZA ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak
lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah Proses Industri Kimia II ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini kita dapat mengambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 03 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ..................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Amonium Sulfat (ZA) ........................................................................................................ 3
2.2 Pengertian Sulfatasi ............................................................................................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................................................... 5
3.1 Bahan Baku ......................................................................................................................................... 5
3.2 Kegunaan Produk ............................................................................................................................... 7
3.3 Proses .................................................................................................................................................. 8
3.4 Blok Diagram ..................................................................................................................................... 15
3.5 Flowsheet Pembuatan Ammonium Sulfat (ZA)................................................................................. 16
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan air,
udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman, namun
demikiakemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal ini
terbukti dengan pemakaian tanah yang terus mene rus seacra intensif
tanpa penambahan unsur hara mengakibatkan merosotnya produktifitas tanah,
Menurunkan hasil panenan dan rusaknya sifat fisik, kimia dan biologi
tanah dan kesuburan tanah. Pengambilan sisa tanaman serta bahan -bahan
buangan turut membantu s u p l a i n i t r o g e n .
Suplai alami demikian ditambah pula dengan
p e m b e r i a n pupuk nitrogen misalnya ZA yang mengandung nitrogen dan belerang.
Meningkatnya perkembangan populasi manusia yang mendorong meningkatkan
kebutuhan pangan dunia akan berarti pula peningkatan suplai nitrogen pada
tanah.
Penggunaan pupuk ZA merupakan pupuk yang marak
d i g u n a k a n d i kalangan para petani karena kegunaan dari pupuk ini adalah
membantu proses perumbuhan tanaman para petani, menambah daya tahan tanaman
terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan, memperbaiki rasa dan warna
hasil panen. untuk itu tidak heran jika para petani beralih pupuk ke pupuk ZA ini
karena macam manfaat tersebut.
Di Indonesia, produsen pupuk ZA hanya satu, yaitu PT Petrokimia Gresik,
dengan kapasitas produksi per tahun 650.000 ton pupuk ZA. Produksi pupuk ZA yang
ada belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pupuk ZA dalam negeri, yang
diperkirakan akan mencapai lebih dari3 juta ton pada tahun 2015. Keadaan ini
memaksa Indonesia harus melakukan impor pupuk ZA untuk memenuhi kekurangan
kebutuhan pupuk ZA per tahun. Kebutuhan pupuk ZA di Indonesia ini diperkirakan
akan meningkat terus pada tahun-tahun berikutnya karena memiliki tanah yang subur
dan berpotensi untuk mengembangkan industri pertanian dan perkebunan. Berikut ini

1
adalah data kebutuhan dan kapasitas produksi pupuk ZA di Indonesia sampai tahun
2015 dari Departemen Perindustrian dan Departemen Pertanian.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja bahan baku dalam proses pembuatan pupuk ZA?
2. Apa saja keguanan pupuk ZA ?
3. Bagaimana mekanisme reaksi bahan baku menjadi produk ?
4. Bagaimana proses, kondisi proses, dan penanganan proses dalam pembuatan pupuk
ZA?
5. Bagaimana rangkaian alat dan prinsip alat kerja yang digunakan dalam proses
pembuatan pupuk ZA?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pupuk ZA


2. Mengetahui kegunaan pupuk ZA
3. Mengetahui mekanisme reaksi bahan baku menjadi produk dalam proses pembuatan
pupuk ZA
4. Mengetahui proses, kondisi proses, dan penanganan proses yang terjadi dalam
pembuatan pupuk ZA
5. Mengatahui rangakaian alat dan prinsip alat kerja yang digunakan dalam proses
pembuatan pupuk ZA

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Amonium Sulfat (ZA)

Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan
hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa
Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4)2SO4. Pupuk ZA
diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara nitrogen (N) dan belerang
(S). Unsur nitrogennya sebesar 21 % dan sulfur (belerang) sebesar 24 % (Ihsan, 2012).
Pupuk ZA aman digunakan untuk semua jenis tanaman. Manfaat dari pupuk ZA
adalah dapat meningkatkan produksi dan kualitas panen, menambah daya tahan tanaman
terhadap gangguan hama, penyakit, dan kekeringan, serta memperbaiki rasa dan warna
hasil panen (Horties, 2011).
Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang
mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal dari Urea dan ZA merupakan hara
makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi factor pembatas dalam
produksi tanaman. Menurut Gardner dkk, (1991), definisi N membatasi pembesaran sel
dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino,
pembentukan protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta
menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-
unsur hara yang lain (Aditya et al, 2012).
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk
ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion
sulfat larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi
menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam
penyimpanan dan pemberiannya.
Pupuk ZA mengandung belerang 24 % dan nitrogen 21 %. Kandungan
nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan
sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun

3
demikian, pupuk ini menjadi pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi
pertanaman tebu karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea.

(http://anekaragampupuk.blogspot.com)

2.2 Pengertian Sulfatasi

Reaksi sulfatasi ialah reaksi pemasukan gugus –OSO3H dengan penambahan


asam sulfat (R-OSO2OH) ke dalam suatu senyawa, sedangkan sulfonasi adalah reaksi
pemasukan gugus -SO3H ke dalam suatu senyawa. Proses ini banyak dilakukan atau
dikenakan terhadap senyawa-senyawa organic. Jadi proses sulfatasi hampir sama dengan
proses sulfonasi hanya beda pada gugus yang dimasukkan,kedua proses tersebut dapat
terjadi bersama-sama untuk suatu kondisi tertentu,tergantung senyawa yang diproses.

Umumnya proses ini dikenakan terhadap gliserida-gliserida asam lemak jenuh


atau tidak jenuh yang mengandung gugus OH karena hasilnya lebih mahal atau
bermanfaat.Penggunaan hasil-hasil proses sulfatasi dan sulfonasi antara lain:

1. Sebagai bahan pencuci yang berfungsi sebagai pemerataan kebasaan dari serat
sebelum siberi warna.
2. Sebagai bahan setengah jadi/antara untuk bahan yang akan mengalami proses
selanjutnya.
3. Sebagai katalisator pada reaksi-reaksi kimia bahan organic.

(https://ceeta.wordpress.com)

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan yaitu Amonia, Asam Sulfat dan bahan pembantu.
3.1.1 Spesifikasi bahan baku dan produk
 Amonia
Ammonia (gas) terdiri dari hidrogen dan nitrogen yang mempunyai perbandingan
koefisien 3 : 1. Ammonia disintesis menggunakan reaksi reversibel antara hidrogen
dengan nitrogen.
 Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) ΔH0 = -92.0 KJ
 Komposisi Amonia (NH3) :
Kadar NH3 = 99,97 %
Kadar H2O = 0.03 %
 Sifat fisik ammonia (NH3)
 Sifat fisik amonia menurut Perry RH,1986 :
Rumus molekul : NH3
Berat molekul : 17,04 gr/mol
Sifat Fisik : gas tidak berwarna, berbau menyengat, dapat
dicairkan melalui kompersi
Titik leleh : -77,70C
Titik didih : -33,350C
Densitas :
 Pada 00C : 0,771 gr/ml
 Pada -790C : 0,817 gr/ml
 Tekanan uap : 10 atm pada 25,70C
 Densitas uap : 0,6 gr/ml
 Sifat kimia Ammonia ( NH3)
Sifat kimia ammonia menurut Vogel,1985 :
 Sangat larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol

5
 Senyawa NH3 dalam air akan bereaksi menjadi basa yang dapat
ditunjukkan dengan cara mencelupkan kertas lakmus merah kedalamnya,
dimana kertas lakmus merah tersebut akan berubah warna menjadi biru.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
NH3(g) + H2O(l) NH4OH(l)
ammonia ammonium hidroksida

 Asam Sulfat ( H2SO4)


Menurut GT. Austin (1984), asam sulfat adalah asam kuat yang bervalensi dua,
disamping itu asam sulfat merupakan bahan pengoksidasi dan pendehidrasi berlebih
terhadap senyawa organik. Larutan asam pekat dapat dipekatkan secara ekonomis sekitar
93% berat H2SO4. Asam yang lebih pekat lagi dibuat dengan melarutkan sulfur trioksida
kedalam asam sulfat hingga kepekatannya menjadi 98,5% sampai 99%.
Reaksi pembentukan asam sulfat :
SO3 (g) + H2SO4 (aq) H2S2O7 (aq)
sulfur trioksida as.sulfat oleum

H2S2O7 (aq) + H2O (l) 2 H2SO4 (aq)


oleum air as.sulfat

 Komposisi Asam Sulfat ( H2SO4) :


Kadar H2SO4 = 98,71 %
Kadar H2O = 1,29 %
Kadar Fe 3+ = 6, 242 ppm
 Sifat Fisik Asam Sulfat ( H2SO4)
Sifat fisik asam sulfat menurut Perry RH,1986 :
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,08 gr/mol
Sifat fisik : cairan tak berwarna, tak berbau dan bersifat seperti
minyak
Titik leleh : 10,490C
Densitas : 1,834 gr/ml
Tekanan uap : 1mm pada 145,80C
Titik didih : 2900C, terdekomposisi pada 3400C

6
 Sifat kimia Asam Sulfat ( H2SO4)
Sifat kimia asam sulfat menurut Vogel,1985 :
 Merupakan asam polibasa ( asam berbasa banyak ), yaitu menghasilkan lebih
dari satu ion hidrogen per molekul. Asam sulfat merupakan berbasa dua.
H2SO4 H+ + HSO4-
HSO4- H+ + SO42-
 Mudah menguap
 Sering digunakan sebagai katalis
 Akan membentuk endapan PbSO4 nila bereaksi dengan Pb2+
Pb 2+ + SO42- PbSO4
trimbel sulfat timbel sulfat

3.1.2 Bahan Pembantu


Bahan pembantu yang digunakan adalah petrocoat, yaitu larutan anti caking
(petrocoat) 5%. Larutan petrocoat ini kemudoan di injeksikan dengan konsentrasi 150
ppm/ton. Larutan petrocoat ini digunakan sebagai zat anticaking dalam dryer, dimana
larutan ini akan melapisi tiap – tiap molekul kristal sehingga kristal ammonium sulfat
tidak akan menggumpal.

3.2 Kegunaan Produk


 Mampu memperbaiki rasa sekaligus warna.
 Mampu meningkatkan produksi dan juga kualitas bahan bahkan juga nilai gizi hasil
dari panen dan juga pakan ternak.
 Tanaman akan lebih tahan terhadap hama dan juga lebih sehat.

7
3.3 Proses
3.3.1 Persiapan Bahan

Pada departemen produksi I PT. Petrokimia Gresik, pembuatan amonia sulfat


menggunakan bahan baku asam sulfat dan amonia, berdasarkana pada rekasi
irreversible. Reaksi yang terjadi adalah:

H2SO4 + 2NH3 (NH4)2SO4 ∆H= - 66, 64 kkal/mol

Reaksi yang terjadi di dalam rekasi tersebut bersifat eksotermis karena


menghasilkan panas sebesar 66, 64 kkal/mol. Panas yang dilepas dari reaksi akan
menaikkan suhu campuran dalam reaktor sehingga terjadi pemekatan dan
pengkristalan hasil reaksi. Berdasarkan hasil tersebut reaktor ini disebut juga
saturator atau crystalizer.

Panas yang dihasilkan oleh reaksi sebagian besar akan menguapkan air
dari larutan dalam saturator, dan sebagian kecil panas hilang melalui dinding
saturator. Reaksi pembentukan amonium sulfat dari asam sulfat dan amonia
merupakan reaksi gas-cair yang dioperasikan pada suhu 105-1100C, tekanan
atmosfer, level larutan 3,5-4,3 meter, dengan perbandingan mol reaktan H2SO4
dan NH3 sebesar 1:2. Kandungan nitrogen dalam amonium sulfat minimal 20,8%
berat, asam sulfat bebas maksimal 0,1% berat dan H2O maksimal 0,15% berat.

1. Persiapan Ammonia (NH3)

Gas ammonia yang digunakan sebagai bahan baku di ambil dari plant
ammonia dengan cara mengalirkan langsung ke saturator, tetapi jika plant
ammonia tidak berproduksi, ammonia diambil dari tangki ammonia cair (TK
801). Amonia cair yang digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

NH3 : minimal 99, 97%

H2O : maksimal 0, 03%

Apabila diambil dari tangki ammonia cair,ammonia cair tersebut di jadikan


uap terlebih dahulu di dalam Vapourizer (E 304) dengan media pemanas adalah

8
Low Pressure Steam (LPS ,10 kg/cm2) dengan suhu 180-195o C dari unit
utilitas. Uap yang dihasilkan mempunyai suhu 1o C an bertekanan 3,5-4,5
kg/cm2. Uap ammonia tersebut kemudian dialirkan ke dalam saturator.

2. Persiapan Asam Sulfat

Asam Sulfat cair yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

H2SO4 : minimal 98, 71%

Fe 3+ : maksimal 6, 242 ppm

Kadar Air : minimal 1,29 %

Asam Sulfat cair yang diambil dari plant Asam Sulfat pabrik III akan
ditampung dalam tangki (TK 200) kemudian dipompa dengan pompa P 305
AB pada suhu kamar menuju Saturator.

3. Persiapan Udara Pengaduk

Udara dalam proses pembuatan ammonium sulfat yaitu berfungsi sebagai


homogenizing atau pengaduk larutan dalam saturator. Udara tersebut juga
berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan Kristal ammonium sulfat pada
dasar saturator (bottom cone saturator).

Udara dimbil dari atmosfer (ambient) dan ditekan hingga tekanannya


mencapai 1,55 kg/cm2 dan suhunya 60° C dengan Air Compressor (C 303AB),
kemudian suhu udara di turunkan dengan didinginkan pada Air after cooler (E
303) sehingga suhunya menjadi 50 °C media pendingin yang digunakan adalah
colling water yang masuk lewat tube side dan udara lewat shell side.

Udara kemudian masuk ke oil separator (D 310) untuk dipisahkan


kandungan minyak pelumas yang terbawa dalam udara saat udara ditekan.
Udara yang keluar dari oil separator kemudian menuju ke Oil Filter Drum (D
308 ABC) untuk dimurnikan kembali. Udara yang telah murni kemudian

9
masuk ke dalam Compressed Air Drum (D 304) untuk memisahkan airnya
yang masih terbawa udara kemudian udara keluar pada suhu 50° C dengan
tekanan 1,55 kg/cm2 kemudian masuk saturator.

4. Persiapan Larutan Induk (Mother Liquor)

Pada proses pembetukan kristal amonium sulfat penambahan larutan induk


(Mother Liquor) sangat diperlukan untuk mempercepat pembentukan kristal.
Larutan induk (Mother Liquor) tersebut diperoleh dari sisa proses pembentukan
kristal amonium sulfat yang dimanfaatkan kembali untuk mempercepat
pembentukan kristal. Proses Pembentukan Mother Liquor adalah sebagai
berikut :

Kristal Amonium Sulfat bersama larutan induknya (mother liquor) yang


dihasilkan dari saturator masuk secara gravitasi ke separator hopper (D 302
AB). Separator hopper (D 302 AB) tersebut akan mendistribusikan ke
centriguge separataor (M 301 AB). Centrifuge separator ini akan memisahkan
antara kristal amonium sulfat dengan mother liquor, kristal amonium sulfat
yang masih bersifat basah akan dibawa ke unit pengeringan dan mother
liquornya akan ditampung didalam tangki Mother Liquor (D 301 AB). Mother
Liquor ini mengandung impuritas berupa Fe maka sebelum direcycle ke
saturator Fe dalam mother liquor perlu diikat terlebih dahulu dengan cara
menambahkan larutan Asam Phospat (H3PO4) ke dalam tangki mother liquor.
Larutan induk ini kemudian direcycle ke saturator dengan bantuan pompa (P
301 AB).

Reaksi pengikatan Fe :

Fe2O3 + 2H3PO4 2FePO4 + 3H2O

10
3.3.2 Tahapan Proses

Proses pembuatan pupuk ammonium sulfat (ZA) di Departemen Produksi I PT


Petrokimia Gresik dapat digolongkan menjadi 5 tahapan proses,yaitu :

1. Tahapan Penyiapan Bahan


2. Tahapan Reaksi Pembentukan Kristal Amonium Sulfat
3. Tahap Pemisahan Kristal
4. Tahap Pengeringan Produk Kristal
5. Tahap Penyimpanan dan Pengantongan Produk

1. Tahap Penyiapan Bahan Baku

Tahap penyiapan bahan telah dijelaskan diatas. Setelah persiapan bahan


adalah tahap reaksi pembentukan ammonium sulfat.

2. Tahap Reaksi Pembentukan Kristal Amonium Sulfat

Pada reaktor R 301 ABCD terjadi reaksi antara asam sulfat cair dan gas
amonia yang masuk secara kontinyu dengan perbandingan mol reaktan 1:2.
Reaksi yang terjadi bersifat eksotermis pada suhu 105-110oC. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :

105-110oC, 1 atm
H2SO4 (l) + 2NH3(g) (NH4)2SO4(s) ΔH = - 66, 64 kkal/mol

Pembentukan kristal amonium sulfat di dalam reaktor melalui beberapa


tahapan berikut:

a) Pembentukan Larutan Amonium Sulfat Jenuh


Mother liquor atau kondensat dimasukkan ke dalam reaktor, kemudian
asam sulfat dan uap amonia dimasukkan secara kontinyu ke dalam reaktor
melalui sparger sehingga terjadi reaksi dan membentuk amonium sulfat.
Gas amonia dan asam sulfat cair dimasukkan secara terus menerus
sehingga tercapai kondisi larutan jenuh.

11
b) Pembentukan Kristal Amonium Sulfat
Larutan amonium sulfat yang telah mencapai kondisi jenuh, dialiri gas
amonia dan asam sulfat secara terus menerus, sehingga akan diperoleh
kondisi lewat jenuh (super saturasi) dari larutan amonium sulfat, yang pada
akhirnya akan membentuk kristal amonium sulfat.
c) Keasaman
Larutan amonium sulfat di saturator dijaga dalam kondisi asam
(H2SO4 bebas = 2 - 4 gr/l) dengan pH netral sedikit asam. Hal ini
dimaksudkan agar semua gas NH3 dapat bereaksi dengan H2SO4 cair
sehingga tidak terjadi kehilangan gas NH3. Larutan Amonium Sulfat tidak
boleh terlalu asam karena akan mengganggu pembentukan kristal. Hal
yang perlu diperhatikan adalah keasaman larutan tidak boleh lebih dari
konsentrasi normal 1%, karena pada posisi ini, larutan amonium sulfat
bersifat sangat korosif.
d) Suhu Reaksi
Suhu reaksi dalam saturator pada kondisi normal operasi
dipertahankan pada suhu 1050C – 1060C. Sebagian uap yang terbentuk
diembunkan dan dikembalikan kembali ke saturator sebagai kondensat
untuk mengatur konsentrasi dan menyerap panas reaksi.
e) Level
Level dalam saturator harus dijaga antara 70 – 80 % tinggi
saturator. Apabila level larutan terlalu tinggi maka akan banyak uap NH3
yang lepas ke udara sehingga akan terjadi pengkristalan pada kondensor.
Apabila level terlalu rendah, maka saluran H2SO4 tidak akan terendam
dalam larutan di saturator yang menyebabkan jatuhnya H2SO4 akan
memercik pada dinding saturator dan sparger yang mengakibatkan korosi.
Untuk menjaga level ditambahkan mother liquor atau larutan induk berupa
larutan amonium sulfat yang pekat.

f) Jumlah Kristal

12
Jumlah kristal didasar saturator tidak boleh lebih dari 50 % volume.
Apabila jumlah kristal terlalu banyak akan terjadi gumpalan – gumpalan
kristal yang akan menyumbat saluran – saluran dalam saturator.
3. Tahap Pemisahan Kristal

Produk keluar reactor berupa campuran Kristal dan mother liquor dengan
perbandingan 50:50. Kristal ammonium sulfat bersama larutan induknya
(mother liquor) masuk secara gravitasi ke separator hopper (D 302 AB).
Separator hopper akan menampung slurry dari 4 buat saturator dan kemudian
mendistribusikan pada 2 buah centrifuge separator (M 301 AB). Penggunaan
separator hopper tergantung dari rate produksi ataupun jumlah saturator yang
digunakan. Secara gravitasi, slurry masuk kedalam centrifuge separator (M 301
AB) yang sedang berputar dengan kecepatan 1200-1500 rpm. Slurry masuk
melalui pipa stasioner yang merupakan corong pengumpan. Adanya putaran
basket yang sangat cepat, menyebabkan terjadinya gaya centrifugal yang
melempar slurry ke dinding basket yang dilapisi dengan filter tang berukuran
30 mesh. Cairan akan mengalir keluar dinding basket dan Kristal yang
berukuran rata-rata 25 mesh akan tertahan dan membentuk lapisan Kristal
setebal 11-30 in.

Kristal ammonium sulfat yang masih bersifat basah akan dibawa ke unit
pengeringan dan mother liquornya akan ditampung di dalam tangki Mother
Liquor (D 301 AB). Mother liquor ini mengandung impuritas berupa Fe maka
sebelum direcycle ke saturator perlu diendakpan dulu impuritasnya. Cara untuk
mengendapkan impuritas Fe dengan ditambahkan Asam Phospat (H3PO4)
kedalam tangki Mother Liquor. Larutan induk ini direcycle ke saturator dengan
bantuan pompa (P 301 AB).

4. Tahap Pengeringan Produk Kristal

Pengeringan produk dilakukan untuk mengurangi kandungan air dalam


kristal amonium sulfat sehingga kandungan air dalam kristal amonium sulfat

13
maksimal 0,15% berat. Alat yang digunakan dalam pengeringan ini adalah
rotary dryer (M302) yang bertipe Co-Current denga kapasitas 34.430 kg/jam.

Kristal basah diangkut belt conveyor (M 303) kemudian melalui screw


conveyor (M 307) dimasukan dalam rotary dryer (M 302). Pada belt conveyor
tersebut diinjeksikan larutan anti caking Petrocoat dengan konsentrasi 150
ppm/ton di peroleh dengan melarutkan cairan Petrocoat yang dilakukan dalam
tangki pelarutan (TK 303) dengan perbandingan Petrocoat dengan air adalah
1:50. Larutan ini dengan cara gravitasi dialirkan menuju belt conveyor dengan
konsentrasi 150 ppm/ton. Larutan Petrocoat tersebut digunakan sebagai zat anti
caking dalam drying, karena larutan ini akan melapisi tiap-tiap molekul kristal
sehingga kristal amonium sulfat tidak akan menggumpal. Pengeringan
dilakukan dengan penambahan udara panas yang telah dilewatkan filter. Udara
panas dan uap air ditarik ke udara dengan bantuan exhaust fan (C 302). Adanya
debu amonium sulfat yang terikut dalam udara, maka exhaust fan (C 302)
dilengkapi dengan wet cyclone (D 303) dan wet cyclone (D 309) untuk
menangkap debu tersebut. Pada wet cyclone tersebut debu panas dari rotary
dryer disemprot dengan H2O sehingga debu amonium sulfat tersebut menjadi
basah. Debu basah tersebut dialirkan ke tangki (D 307) untuk dilarutkan
kembali dan dialirkan ke tangki (D 301). Udara dari wet cyclone cukup bersih
dan dihisap oleh exhaust fan (C 302) untuk di buang ke atmosfer.

5. Tahap Penampungan dan Pengantongan Produk

Kristal amonium sulfat yang telah keluar dari drying kemudian dilewatkan
ke vibrating feeder (M 308) menuju bucket elevator (M 306). Pada
pengangkutan kristal amonium sulfat di bucket elevator tersebut, debu yang
dihasilkan karena proses pengangkutan akan terhisap masuk wet cyclone
bersama-sama dengan debu dari rotary dryer. Kristal amonium sulfat
diteruskan ke belt conveyor (M 309) dan ditampung dalam hopper (D 306 A)
dan dilewatkan kembali dalam belt conveyor (M 309) kemudian ditampung
kembali kedalam hopper (D 306 A) dan kemudian dialirkan ke dalam sebuah

14
bin melalui belt conveyor (M 662 AB). Proses selanjutnya dari bin ini adalah
kristal amonium sulfat akan masuk ke proses pengantongan (bagging).

3.4 Blok Diagram

15
3.5 Flowsheet Pembuatan Ammonium Sulfat (ZA)

16
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk Ammonium Sulfat
III atau ZA III adalah ammonia dalam wujud gas dan asam sulfat dalam wujud cair.
Ammonia (gas) terdiri dari hidrogen dan nitrogen yang mempunyai perbandingan
koefisien 3 : 1. Ammonia disintesis menggunakan reaksi reversibel antara hidrogen
dengan nitrogen. Asam sulfat adalah asam kuat yang bervalensi dua, disamping itu asam
sulfat merupakan bahan pengoksidasi dan pendehidrasi berlebih terhadap senyawa
organik. Proses pembuatan pupuk ammonium sulfat (ZA) terbagi menjadi 5 tahapan
proses, yaitu : tahapan penyiapan bahan, tahapan reaksi pembentukan kristal amonium
sulfat, tahap pemisahan kristal, tahap pengeringan produk kristal, tahap penyimpanan dan
pengantongan produk.

17
DAFTAR PUSTAKA
Aneka Ragam Pupuk, “ Maanfaat Pupuk ZA Untuk Tumbuhan “, manfaat dan kegunaan pupuk

ZA, http://anekaragampupuk.blogspot.com/2015/09/manfaat-pupuk-za-untuk-
tumbuhan.html

Anjani Putri. Adela. Laporan kerja praktek PT.Petrokimia gresik Jawa timur asam sulfat
Produksi I. yogyakarta

Arief. Adiba., dkk. 2016. “Penggunaan pupuk ZA sebagai pestisida anorganik untuk
meningkatkan hasil dan kualitas tomat dan cabai besar”. Vol. 4 no. 3

Fatmalasari, Ira. 2010. Laporan Kerja Praktek PT. Petro Kimia Gresik Amonium Sulfat plan III.
Semarang

Ginting. Galih. Laporan kerja praktek PT. Pertrokimia gresik proses produksi asam sulfat.
Surabaya

Rahayu, dheka rahayu. Proses sulfatasi. https:// www. academia. edu/7475704/


PROSES_SULFATASI-diakses tanggal 3 maret 2019 pukul 14:30 wib

Risnojatingsih, sri. 2009. Jurnal penelitian ilmu teknik. ’’Pemanfaatan limbah padat pupuk ZA
sebagai bahan baku pembuatan kalsium karbonat (CaCo3 ) ’’. Vol. 9, No 1 38-47

18

Anda mungkin juga menyukai