Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Proses Industri Kimia II
Dosen pengampu :
Shinta Amelia,S.T.,M.Eng
Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah proses industri kimia
II yang berjudul “ Pabrik Pupuk ZA Menggunakan Proses Sulfatasi ”.
Adapun makalah ini tentang proses pembuatan pupuk ZA ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak
lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah Proses Industri Kimia II ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini kita dapat mengambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ..................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Amonium Sulfat (ZA) ........................................................................................................ 3
2.2 Pengertian Sulfatasi ............................................................................................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................................................... 5
3.1 Bahan Baku ......................................................................................................................................... 5
3.2 Kegunaan Produk ............................................................................................................................... 7
3.3 Proses .................................................................................................................................................. 8
3.4 Blok Diagram ..................................................................................................................................... 15
3.5 Flowsheet Pembuatan Ammonium Sulfat (ZA)................................................................................. 16
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
adalah data kebutuhan dan kapasitas produksi pupuk ZA di Indonesia sampai tahun
2015 dari Departemen Perindustrian dan Departemen Pertanian.
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan
hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa
Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4)2SO4. Pupuk ZA
diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara nitrogen (N) dan belerang
(S). Unsur nitrogennya sebesar 21 % dan sulfur (belerang) sebesar 24 % (Ihsan, 2012).
Pupuk ZA aman digunakan untuk semua jenis tanaman. Manfaat dari pupuk ZA
adalah dapat meningkatkan produksi dan kualitas panen, menambah daya tahan tanaman
terhadap gangguan hama, penyakit, dan kekeringan, serta memperbaiki rasa dan warna
hasil panen (Horties, 2011).
Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang
mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal dari Urea dan ZA merupakan hara
makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi factor pembatas dalam
produksi tanaman. Menurut Gardner dkk, (1991), definisi N membatasi pembesaran sel
dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino,
pembentukan protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta
menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-
unsur hara yang lain (Aditya et al, 2012).
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk
ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion
sulfat larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi
menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam
penyimpanan dan pemberiannya.
Pupuk ZA mengandung belerang 24 % dan nitrogen 21 %. Kandungan
nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan
sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun
3
demikian, pupuk ini menjadi pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi
pertanaman tebu karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea.
(http://anekaragampupuk.blogspot.com)
1. Sebagai bahan pencuci yang berfungsi sebagai pemerataan kebasaan dari serat
sebelum siberi warna.
2. Sebagai bahan setengah jadi/antara untuk bahan yang akan mengalami proses
selanjutnya.
3. Sebagai katalisator pada reaksi-reaksi kimia bahan organic.
(https://ceeta.wordpress.com)
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
Senyawa NH3 dalam air akan bereaksi menjadi basa yang dapat
ditunjukkan dengan cara mencelupkan kertas lakmus merah kedalamnya,
dimana kertas lakmus merah tersebut akan berubah warna menjadi biru.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
NH3(g) + H2O(l) NH4OH(l)
ammonia ammonium hidroksida
6
Sifat kimia Asam Sulfat ( H2SO4)
Sifat kimia asam sulfat menurut Vogel,1985 :
Merupakan asam polibasa ( asam berbasa banyak ), yaitu menghasilkan lebih
dari satu ion hidrogen per molekul. Asam sulfat merupakan berbasa dua.
H2SO4 H+ + HSO4-
HSO4- H+ + SO42-
Mudah menguap
Sering digunakan sebagai katalis
Akan membentuk endapan PbSO4 nila bereaksi dengan Pb2+
Pb 2+ + SO42- PbSO4
trimbel sulfat timbel sulfat
7
3.3 Proses
3.3.1 Persiapan Bahan
Panas yang dihasilkan oleh reaksi sebagian besar akan menguapkan air
dari larutan dalam saturator, dan sebagian kecil panas hilang melalui dinding
saturator. Reaksi pembentukan amonium sulfat dari asam sulfat dan amonia
merupakan reaksi gas-cair yang dioperasikan pada suhu 105-1100C, tekanan
atmosfer, level larutan 3,5-4,3 meter, dengan perbandingan mol reaktan H2SO4
dan NH3 sebesar 1:2. Kandungan nitrogen dalam amonium sulfat minimal 20,8%
berat, asam sulfat bebas maksimal 0,1% berat dan H2O maksimal 0,15% berat.
Gas ammonia yang digunakan sebagai bahan baku di ambil dari plant
ammonia dengan cara mengalirkan langsung ke saturator, tetapi jika plant
ammonia tidak berproduksi, ammonia diambil dari tangki ammonia cair (TK
801). Amonia cair yang digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
8
Low Pressure Steam (LPS ,10 kg/cm2) dengan suhu 180-195o C dari unit
utilitas. Uap yang dihasilkan mempunyai suhu 1o C an bertekanan 3,5-4,5
kg/cm2. Uap ammonia tersebut kemudian dialirkan ke dalam saturator.
Asam Sulfat cair yang diambil dari plant Asam Sulfat pabrik III akan
ditampung dalam tangki (TK 200) kemudian dipompa dengan pompa P 305
AB pada suhu kamar menuju Saturator.
9
masuk ke dalam Compressed Air Drum (D 304) untuk memisahkan airnya
yang masih terbawa udara kemudian udara keluar pada suhu 50° C dengan
tekanan 1,55 kg/cm2 kemudian masuk saturator.
Reaksi pengikatan Fe :
10
3.3.2 Tahapan Proses
Pada reaktor R 301 ABCD terjadi reaksi antara asam sulfat cair dan gas
amonia yang masuk secara kontinyu dengan perbandingan mol reaktan 1:2.
Reaksi yang terjadi bersifat eksotermis pada suhu 105-110oC. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
105-110oC, 1 atm
H2SO4 (l) + 2NH3(g) (NH4)2SO4(s) ΔH = - 66, 64 kkal/mol
11
b) Pembentukan Kristal Amonium Sulfat
Larutan amonium sulfat yang telah mencapai kondisi jenuh, dialiri gas
amonia dan asam sulfat secara terus menerus, sehingga akan diperoleh
kondisi lewat jenuh (super saturasi) dari larutan amonium sulfat, yang pada
akhirnya akan membentuk kristal amonium sulfat.
c) Keasaman
Larutan amonium sulfat di saturator dijaga dalam kondisi asam
(H2SO4 bebas = 2 - 4 gr/l) dengan pH netral sedikit asam. Hal ini
dimaksudkan agar semua gas NH3 dapat bereaksi dengan H2SO4 cair
sehingga tidak terjadi kehilangan gas NH3. Larutan Amonium Sulfat tidak
boleh terlalu asam karena akan mengganggu pembentukan kristal. Hal
yang perlu diperhatikan adalah keasaman larutan tidak boleh lebih dari
konsentrasi normal 1%, karena pada posisi ini, larutan amonium sulfat
bersifat sangat korosif.
d) Suhu Reaksi
Suhu reaksi dalam saturator pada kondisi normal operasi
dipertahankan pada suhu 1050C – 1060C. Sebagian uap yang terbentuk
diembunkan dan dikembalikan kembali ke saturator sebagai kondensat
untuk mengatur konsentrasi dan menyerap panas reaksi.
e) Level
Level dalam saturator harus dijaga antara 70 – 80 % tinggi
saturator. Apabila level larutan terlalu tinggi maka akan banyak uap NH3
yang lepas ke udara sehingga akan terjadi pengkristalan pada kondensor.
Apabila level terlalu rendah, maka saluran H2SO4 tidak akan terendam
dalam larutan di saturator yang menyebabkan jatuhnya H2SO4 akan
memercik pada dinding saturator dan sparger yang mengakibatkan korosi.
Untuk menjaga level ditambahkan mother liquor atau larutan induk berupa
larutan amonium sulfat yang pekat.
f) Jumlah Kristal
12
Jumlah kristal didasar saturator tidak boleh lebih dari 50 % volume.
Apabila jumlah kristal terlalu banyak akan terjadi gumpalan – gumpalan
kristal yang akan menyumbat saluran – saluran dalam saturator.
3. Tahap Pemisahan Kristal
Produk keluar reactor berupa campuran Kristal dan mother liquor dengan
perbandingan 50:50. Kristal ammonium sulfat bersama larutan induknya
(mother liquor) masuk secara gravitasi ke separator hopper (D 302 AB).
Separator hopper akan menampung slurry dari 4 buat saturator dan kemudian
mendistribusikan pada 2 buah centrifuge separator (M 301 AB). Penggunaan
separator hopper tergantung dari rate produksi ataupun jumlah saturator yang
digunakan. Secara gravitasi, slurry masuk kedalam centrifuge separator (M 301
AB) yang sedang berputar dengan kecepatan 1200-1500 rpm. Slurry masuk
melalui pipa stasioner yang merupakan corong pengumpan. Adanya putaran
basket yang sangat cepat, menyebabkan terjadinya gaya centrifugal yang
melempar slurry ke dinding basket yang dilapisi dengan filter tang berukuran
30 mesh. Cairan akan mengalir keluar dinding basket dan Kristal yang
berukuran rata-rata 25 mesh akan tertahan dan membentuk lapisan Kristal
setebal 11-30 in.
Kristal ammonium sulfat yang masih bersifat basah akan dibawa ke unit
pengeringan dan mother liquornya akan ditampung di dalam tangki Mother
Liquor (D 301 AB). Mother liquor ini mengandung impuritas berupa Fe maka
sebelum direcycle ke saturator perlu diendakpan dulu impuritasnya. Cara untuk
mengendapkan impuritas Fe dengan ditambahkan Asam Phospat (H3PO4)
kedalam tangki Mother Liquor. Larutan induk ini direcycle ke saturator dengan
bantuan pompa (P 301 AB).
13
maksimal 0,15% berat. Alat yang digunakan dalam pengeringan ini adalah
rotary dryer (M302) yang bertipe Co-Current denga kapasitas 34.430 kg/jam.
Kristal amonium sulfat yang telah keluar dari drying kemudian dilewatkan
ke vibrating feeder (M 308) menuju bucket elevator (M 306). Pada
pengangkutan kristal amonium sulfat di bucket elevator tersebut, debu yang
dihasilkan karena proses pengangkutan akan terhisap masuk wet cyclone
bersama-sama dengan debu dari rotary dryer. Kristal amonium sulfat
diteruskan ke belt conveyor (M 309) dan ditampung dalam hopper (D 306 A)
dan dilewatkan kembali dalam belt conveyor (M 309) kemudian ditampung
kembali kedalam hopper (D 306 A) dan kemudian dialirkan ke dalam sebuah
14
bin melalui belt conveyor (M 662 AB). Proses selanjutnya dari bin ini adalah
kristal amonium sulfat akan masuk ke proses pengantongan (bagging).
15
3.5 Flowsheet Pembuatan Ammonium Sulfat (ZA)
16
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk Ammonium Sulfat
III atau ZA III adalah ammonia dalam wujud gas dan asam sulfat dalam wujud cair.
Ammonia (gas) terdiri dari hidrogen dan nitrogen yang mempunyai perbandingan
koefisien 3 : 1. Ammonia disintesis menggunakan reaksi reversibel antara hidrogen
dengan nitrogen. Asam sulfat adalah asam kuat yang bervalensi dua, disamping itu asam
sulfat merupakan bahan pengoksidasi dan pendehidrasi berlebih terhadap senyawa
organik. Proses pembuatan pupuk ammonium sulfat (ZA) terbagi menjadi 5 tahapan
proses, yaitu : tahapan penyiapan bahan, tahapan reaksi pembentukan kristal amonium
sulfat, tahap pemisahan kristal, tahap pengeringan produk kristal, tahap penyimpanan dan
pengantongan produk.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aneka Ragam Pupuk, “ Maanfaat Pupuk ZA Untuk Tumbuhan “, manfaat dan kegunaan pupuk
ZA, http://anekaragampupuk.blogspot.com/2015/09/manfaat-pupuk-za-untuk-
tumbuhan.html
Anjani Putri. Adela. Laporan kerja praktek PT.Petrokimia gresik Jawa timur asam sulfat
Produksi I. yogyakarta
Arief. Adiba., dkk. 2016. “Penggunaan pupuk ZA sebagai pestisida anorganik untuk
meningkatkan hasil dan kualitas tomat dan cabai besar”. Vol. 4 no. 3
Fatmalasari, Ira. 2010. Laporan Kerja Praktek PT. Petro Kimia Gresik Amonium Sulfat plan III.
Semarang
Ginting. Galih. Laporan kerja praktek PT. Pertrokimia gresik proses produksi asam sulfat.
Surabaya
Risnojatingsih, sri. 2009. Jurnal penelitian ilmu teknik. ’’Pemanfaatan limbah padat pupuk ZA
sebagai bahan baku pembuatan kalsium karbonat (CaCo3 ) ’’. Vol. 9, No 1 38-47
18