Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 38, NO. 2, DESEMBER 2011: 199 214

Validitas Konstruk Ikhlas: Analisis Faktor Eksploratori


terhadap Instrumen Skala Ikhlas
Luluatul Chizanah1
M. Noor Rochman Hadjam2
Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada

Abstract

In this study, the construct validity of ikhlas was examined. Exploratory factor analysis was
conducted and followed with testing the correlation among the factors of ikhlas, metaneeds, and
altruism. The subjects in this study amounted to 205 people who participated in the fulfilling
scale. The results show that the construct of ikhlas consists of four dimensions i.e transcendental
motives, emotional control, superiority feeling, and conception as the Servant of God. Emotional
control is a region that overlaps with metaneeds and altruism. This indicates that the construct of
ikhlas has some areas that overlap with the other constructs, but rather as a whole, it still can be said
that there is a unique region described by ikhlas.
Keywords: ikhlas, construct validity, transcendental motive, superiority feeling, emotional
control, servant of god

Ikhlas1 merupakan istilah yang lekat hanya dengan mengikhlaskan segala sesua-
dalam keseharian masyarakat. Dalam kon- tunya.
teks memberi pertolongan, kalimat Saya Hal tersebut di atas mengesankan bah-
ikhlas menjadi jaminan ketulusan dari wa ikhlas dipandang sebagai strategi yang
pemberi. Di tengah situasi bencana, ikhlas berkenaan dengan persepsi, artinya bagai-
menjadi pesan yang sering didengung- mana seseorang memandang situasi yang
dengungkan. Ketika mengalami kegagalan, dihadapi. Ikhlas memiliki potensi untuk
ikhlas menjadi semacam usaha terakhir dikembangkan menjadi model terapi dalam
yang dapat dilakukan. Berada di tengah pengembangan kesehatan mental. Hal ini
situasi yang menekan, ikhlas menjadi kurang lebih seperti halnya yang dikem-
strategi ampuh untuk menghindarkan diri bangkan oleh Erbe Sentanu (2008) melalui
dari frustasi, depresi, serta kondisi negatif Quantum Ikhlas. Erbe Sentanu mengem-
yang lain. Hal tersebut mengesankan bah- bangkan Quantum Ikhlas berdasarkan
wa ikhlas mampu menjadi bentuk terapi hukum gaya tarik (the law of attraction) yang
yang efektif dalam menghadapi kondisi- dicetuskan oleh Rondha Byrne (2007) dan
kondisi yang tidak menyenangkan. Seseo- pemaknaan ikhlas secara umum.
rang dapat melepas semua beban yang ada
Secara umum, ikhlas dimaknai sebagai
sebuah ketulusan dalam memberi perto-
longan (Goddar, 2001), kerelaan, dan pene-
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat mela- rimaan. Padanan kata dalam bahasa Inggris
lui: luluatul_ch@mail.ugm.ac.id
untuk ikhlas sesuai definisi tersebut adalah
2 Atau melalui : nrochman@ugm.ac.id

JURNAL PSIKOLOGI 199


CHIZANAH & HADJAM

sincerity, genuine, dan letting go. Istilah yang kepada Tuhan. Dalam kesehariannya, sese-
disebut terakhir merupakan konsep yang orang tidak dapat dipaksa atau ditekan
diperkenalkan oleh Corey (2005) yang me- oleh pihak atau situasi tertentu. Individu
rujuk pada proses melepaskan segala ben- itu juga tidak lagi merasakan ketergan-
tuk perasaan-perasaan negatif yang me- tungan atau kebutuhan yang besar terha-
nyertai suatu peristiwa. Dalam konteks dap kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
Jawa, ikhlas menurut Poerwadarminta Hal ini sejalan dengan metaneeds Maslow
(1939) diistilahkan dengan eklas, yang ber- (1954, dalam 1970) yang menyatakan ada-
makna nriman, kanthi lega lila terusing batin. nya tingkatan kebutuhan di atas kebu-
Makna tersebut merupakan makna yang tuhan-kebutuhan dasar manusia. Individu
digunakan oleh umumnya masyarakat yang berhasil mencapai tingkat tertinggi
Jawa. Menelisik lebih dalam ke akar kata- dalam hierarkhi kebutuhan adalah indivi-
nya, ikhlas berasal dari kata kholasho du yang memiliki aktualisasi diri. Individu
(Bahasa Arab) yang berarti murni. Ikhlas ini memiliki beberapa karakteristik penting,
dalam konteks ini dimaknai sebagai niat salah satunya adalah otonomi atau self-
yang murni semata-mata mengharap pene- directed.
rimaan dari Tuhan dalam melakukan suatu Penelitian yang dilakukan Chizanah
perbuatan, tanpa menyekutukan Tuhan (2009) terkait konstruk psikologi ikhlas
dengan yang lain (Qalami, 2003). dengan metode hermeneutika menunjuk-
Penjelasan secara etimologis di atas kan bahwa ikhlas merupakan suatu kondisi
menyiratkan tiga hal, pertama ikhlas di- mental yang berkaitan dengan proses beri-
maknai sebagai bentuk ketulusan dalam deologi sebagai hamba Tuhan. Konsep diri
melakukan suatu perbuatan bagi orang sebagai hamba Tuhan merupakan aspek
lain. Perilaku tulus dalam menolong meru- terpenting dalam ikhlas yang menunjukkan
pakan karakteristik dari perilaku altruisme. bahwa ikhlas merupakan konstruk yang
Ini mengindikasikan adanya keterkaitan bernuansa spiritual. Spiritualitas sendiri
antara ikhlas dengan altruisme. Altruisme memiliki peranan penting dalam pengem-
merupakan bentuk perilaku spesifik dari bangan kesehatan mental (e.g Bonab,
perilaku yang menguntungkan orang lain Hamikirad, & Habibi, 2010; Cotton,
tanpa adanya ekspektasi untuk memper- Zebracki, Rosenthal,Tsevat, & Drotar, 2006;
oleh keuntungan pribadi (Crisp & Turner, Cotton, Larkin, Hoopes, Cromer, &
2007). Rosenthal, 2005), kualitas hidup (e.g Boero,
Kedua, ikhlas dimaknai sebagai bentuk et.al, 2005), proses rehabilitasi (Chally &
kerelaan, penerimaan atas situasi yang Carlson, 2004), dan kebermaknaan hidup
dihadapi. Hal ini memiliki kemiripan de- (e.g Camordy, Reed, Kristeller, & Merriam,
ngan konsep letting go yang dicetuskan 2008).
Corey (2005). Letting go merupakan cara Sebagai sebuah konstruk yang sifatnya
untuk melepaskan prilaku yang menggang- baru dibangun, ikhlas rentan mengalami
gu hubungan sosial seseorang (Fortunas, kesalahpahaman dalam penerimaan dan
2003), yang berhubungan dengan proses pemaknaan masyarakat terhadapnya. Da-
melepaskan emosi (Bedell, 2002). lam bahasa keseharian, misalnya, ikhlas
Dan ketiga, ikhlas merupakan suatu dimaknai sebagai sebuah ketulusan dalam
kondisi di mana individu yang ikhlas memberi pertolongan (Goddar, 2001), kere-
adalah individu yang telah memiliki satu laan, dan penerimaan.Dalam konteks Jawa,
konsep hidup yang berorientasikan hanya ikhlas menurut Poerwadarminta (1939)

200 JURNAL PSIKOLOGI


VALIDITAS KONSTRUK IKHLAS

diistilahkan dengan eklas, yang bermakna and actual feeling. Ikhlas, in contrast, is
nriman, kanthi lega lila terusing batin. Makna not primarily about ones true motives and
feelings, but about the goodness of ones
tersebut merupakan makna yang diguna- intentions.
kan oleh umumnya masyarakat Jawa.
Perbedaan makna tersebut menunjukkan Ikhlas dikaitkan dengan niat yang baik
bahwa ikhlas memiliki dualisme makna, dalam menolong. Ikhlas muncul apabila
yaitu makna secara populer dan makna pertama pelaku ingin melakukannya,
secara substantif. Konstruksi ikhlas secara kedua, pelaku berpikir bahwa hal ini baik
substantif dilakukan oleh Chizanah (2009) untuk dilakukan, dan ketiga, perbuatan
dengan metode hermeneutika. Pemahaman dilakukan tidak untuk alasan yang lain (hal
yang diperoleh melalui pendekatan herme- 668). Berdasar penjelasan tersebut, ikhlas
neutika adalah pemahaman yang ontologis dapat diartikan sebagai bentuk perilaku
(Arnold & Fischer, 1994) sehingga bersifat menolong didasari niat yang baik, tanpa
teoritis. Oleh karenanya, pembangunan pamrih, demi keuntungan orang lain
konstruk menuju pemahaman yang empiris sebagaimana definisi altruisme menurut
mutlak diperlukan dalam hal ini. Crisp & Turner (2007). Ikhlas dan altruisme
bisa jadi merupakan sinonim atau konsep
Seorang yang ikhlas dapat dikatakan
ikhlas terakomodir dalam altruisme.
sebagai seorang yang religius-spiritual.
Seorang yang religius, sebagaimana diung- Ikhlas apabila dikembalikan pada ta-
kapkan oleh Emmons, Barrett, & Schnitker taran tasawuf, merupakan bagian tak
(2008), adalah seorang yang prososial kare- terpisahkan dalam tasawuf. Studi yang
na mudah berempati, jujur, adil, dan dilakukan Muhammad (2002) mengaitkan
menunjukkan penghargaan pada norma- tasawuf dengan psikologi humanistik
norma prososial. Perilaku yang ditunjuk- Maslow dan menunjukkan adanya kemi-
kan dalam konteks sosial adalah perilaku ripan konsep di antara keduanya, terutama
menolong, altruisme, serta memiliki sikap dalam peak experience. Peak experience dihu-
anti-kekerasan dan menghindari konflik. bungkan dengan tahapan kebutuhan tran-
Oleh karena itu tidak mengherankan apa- sendental, yang merupakan pengembangan
bila ikhlas dimaknai dalam wujud mani- dari teori tentang kebutuhan aktualisasi
fetasi dan efeknya yaitu sebagai perilaku diri. Kebutuhan transendental kemudian
menolong. mengarah pada kemunculan motif transen-
dental. Motif transendental ini merupakan
Goddard (2001) melalui studi semantik
salah satu aspek dalam ikhlas.
meneliti makna ikhlas dalam bahasa perca-
kapan Melayu sehari-hari. Penggunaan Hal-hal tersebut menyiratkan bahwa
kata ikhlas, selalu diiringi kata memberi, ikhlas bisa dikaitkan dengan altruisme dan
menolong, dan kata kerja benevatife lain metaneeds Maslow. Altruisme dan metaneeds
(hal. 666). Ikhlas ternyata juga tidak tepat tentu dua bentuk konstruk yang berbeda.
dipadankan dengan kata sincere dalam Kemudian pertanyaannya, di mana sebe-
Bahasa Inggris. Ini sebagaimana dinyata- narnya posisi ikhlas di antara kedua kons-
kan oleh Goddard (2001: 671): truk tersebut. Apakah ikhlas merupakan
After our discussion of the range of use of
bagian dari altruisme? Apakah ikhlas
sincere, and in the light of explication (El), merupakan bagian dari metaneeds Maslow?
it should be plain that its resemblance to Ataukah ikhlas sesungguhnya merupakan
Malay ikhlas is rather superficial. As konstruk yang independen?
Trilling (1972: 2) says, sincere refers
primarily to a congruence between avowal

JURNAL PSIKOLOGI 201


CHIZANAH & HADJAM

Terkait pertanyaan tersebut Chizanah validitas konstruk ikhlas sebagai konstruk


(2009) menunjukkan bahwa ikhlas meru- yang independen dengan mengajukan
pakan sebuah konstruk psikologi yang altruisme dan metaneeds sebagai konstruk
independen, dan berbeda dengan konstruk pembanding. Pemilihan altruisme dan
psikologi yang telah ada seperti metaneeds metaneeds sebagai konstruk pembanding
Maslow dan prososial. Ketiga konstruk didasarkan atas, pertama, bahwa ikhlas
tersebut (ikhlas, metaneeds, dan prososial) dalam terminologi umum dikaitkan de-
secara umum sama-sama mengusung ngan perilaku menolong secara tulus
sebuah wacana yang normatif-idealis, dan (Goddard, 2001), dan kedua, ikhlas secara
secara khusus ada kedekatan konstruk substantif terkait dengan tasawuf dan tasa-
antara ikhlas dengan metaneeds Maslow. wuf sendiri dalam studi yang dilakukan
Akan tetapi terdapat perbedaan mendasar oleh Muhammad (2002) dihubungkan de-
di antara keduanya. Perbedaan tersebut ngan konsep metaneeds dari Maslow.
terletak pada asumsi dasar mengenai Validitas konstruk diperlukan untuk mene-
konsep diri.Ikhlas memandang manusia gaskan apakah konstruk ikhlas merupakan
sebagai seorang hamba, hamba dari Tuhan. konstruk yang independen ataukah meru-
Implikasinya adalah nilai-nilai khas dalam pakan bagian dari konstruk altruisme atau
agama sebagai lembaga Tuhan, tidak dapat metaneeds Maslow.
dikesampingkan. Sementara metaneeds,
sebagaimana dijabarkan oleh Goble (1987)
Metode
memandang manusia sebagai master of life
yang meliputi segenap potensi besar, mer-
Subyek
deka, humanis, memisahkan antara spiri-
tualitas dengan religiusitas, serta menolak Subyek penelitian dalam tahap kedua
asumsi manusia sebagai budak. ini berjumlah 205 orang, dengan kriteria:
Penjelasan Chizanah (2009) sebagai- 1. Beragama Islam
mana di atas serta studinya terkait kons- 2. Mampu baca-tulis
truk psikologi ikhlas dilakukan dengan
3. Berusia di atas 20 tahun, yang berarti
metode hermeneutika yang menghasilkan
masuk dalam masa remaja akhir menu-
pemahaman secara teoritis. Hasil kajian
ju dewasa awal. Hal ini sesuai dengan
tersebut perlu dibuktikan secara empiris,
kriteria tahap perkembangan keimanan
terutama dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh James W. Fowler,
terkait posisi ikhlas di antara altruisme dan
bahwasanya pada masa dewasa awal
metaneeds Maslow. Oleh karena itu diperlu-
merupakan tahapan individuasi-reflek-
kan penelitian lanjutan guna menguji
tif. Seseorang dalam tahapan ini telah
validitas konstruk ikhlas secara empiris.
memiliki kesadaran akan komitmen
Manfaat penting dari pengujian tersebut
beragama serta mencerminkan keman-
adalah untuk membuktikan apakah ikhlas
dirian dan tanggung jawab (Hood,
merupakan sebuah konstruk yang unik dan
dkk., 2009).
belum terakomodir dalam konsep-konsep
psikologi yang ada sehingga akan meleng- 4. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian
kapi pemahaman terhadap wilayah-wila-
yah psikologis manusia. Desain

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka Penelitian ini pada dasarnya bertujuan


penelitian ini ditujukan untuk menguji untuk menguji validitas konstruk ikhlas

202 JURNAL PSIKOLOGI


VALIDITAS KONSTRUK IKHLAS

sebagai konstruk yang independen.Dalam digunakan untuk mengukur kecukupan


uji validitas ini, konstruk ikhlas diperban- sampel dengan cara membandingkan be-
dingkan dengan konstruk altruisme dan sarnya koefisien korelasi yang diamati
metaneeds Maslow. Konstruk pembanding dengan koefisein korelasi parsialnya.
tersebut dipilih dengan pertimbangan, Hasil perhitungan menunjukkan besar-
pertama, ikhlas dalam termonologi umum an nilai Barlett Test of Sphericity adalah
dikaitkan dengan perilaku menolong secara 1028,817 dengan taraf signifikansi 0,000
tulus (Goddard, 2001), dan kedua, ikhlas yang berarti ada korelasi yang signifikan di
secara substantif terkait dengan tasawuf antara variabel pengamat. Hasil perhitung-
dan tasawuf sendiri dalam studi yang an KMO sebesar 0,786 menunjukkan bahwa
dilakukan oleh Muhammad (2002) dihu- kecukupan sampel termasuk kategori
bungkan dengan konsep metaneeds dari menengah.
Maslow. Uji validitas dilakukan dengan
Tabel berikut menunjukkan bahwa
menyebarkan skala ikhlas, altruisme, dan
seluruh aitem layak untuk dianalisis faktor
metaneeds Maslow. Data yang dikumpulkan
karena mempunyai koefisien korelasi anti
kemudian dianalisis dengan pendekatan
image di atas 0,5.
analisis faktor eksploratori kemudian dii-
kuti dengan uji korelasi skor faktor di Tabel 1
antara konstruk ikhlas, altruisme, dan Korelasi Anti-Image dan NIlai Keiser
metaneeds Maslow. Meyer Olkin (KMO) Skala Ikhlas

Korelasi Keiser Meyer


Hasil Aitem
Anti Image Olkin
Penelitian ini menerapkan EFA untuk Ikhlas1 0,724 0,785 (p<0,001)
menguji validitas konstruk ikhlas. Penje- Ikhlas2 0,825
lasan mengenai hasil penelitian ini dibagi Ikhlas3 0,819
menjadi dua yaitu pertama analisis faktor Ikhlas4 0,766
eksploratori pada skala ikhlas, dan kedua Ikhlas5 0,768
adalah menguji independensi konstruk Ikhlas6 0,814
ikhlas dibandingkan dengan kosntruk Ikhlas7 0,830
metaneeds dan altruisme. Ikhlas8 0,580
Ikhlas9 0,766
Analisis faktor eksploratori terhadap skala Ikhlas10 0,742
ikhlas Ikhlas11 0,755
Ikhlas12 0,827
a. Memilih variabel
Ikhlas13 0,772
Tahap ini merupakan tahap awalan
Ikhlas14 0,740
sebelum dapat dilakukan analisis faktor.
Ikhlas15 0,716
Dalam tahap ini, ada dua hal yang perlu
Ikhlas16 0,739
dilakukan agar analisis faktor dapat dilak-
Ikhlas17 0,820
sanakan, yang pertama yaitu menentukan
Ikhlas18 0,850
besaran nilai Barlett Test of Sphericity, yang
Ikhlas19 0,790
digunakan untuk mengetahui apakah ada
Ikhlas20 0,804
korelasi yang signifikan antar variabel, dan
Ikhlas21 0,876
kedua adalah Keiser-Meyers-Oklin (KMO)
Ikhlas22 0,768
Measure of Sampling Adequacy, yang

JURNAL PSIKOLOGI 203


CHIZANAH & HADJAM

b. Ekstraksi faktor Tabel 3 menunjukkan besar muatan


faktor yang dimiliki tiap aitem setelah
Ekstraksi faktor dilakukan terhadap
dilakukan rotasi dengan metode varimax.
semua variabel sehingga terdapat 22 aitem
Rotasi yang dilakukan ternyata masih
yang diekstraksi. Gambar 1 menunjukkan
menyisakan tiga aitem yang memiliki
grafik scree plot. Berdasar pada grafik,
muatan faktor di atas 0,4 pada dua faktor
tampak bahwa terdapat 5 komponen faktor
sekaligus. Aitem tersebut adalah aitem
dengan nilai kumulatif varians sebesar
ikhlas9, ikhals18, dan ikhlas21.
50,299%. Akan tetapi dijumpai bahwa se-
baran aitem dalam 5 komponen faktor Aitem ikhlas 9 memiliki muatan faktor
tidak beraturan dan sulit diinterpretasikan, sebesar 0,455 di faktor 2 dan 0,513 di faktor
maka ditetapkan 4 komponen faktor de- 3. Pada kasus ini dipiliha muatan faktor
ngan nilai kumulatif varians sebesar yang lebih besar sehingga aitem ikhlas9
45,262%. Nilai kumulatif varians tersebut masuk di faktor 3.
tidak jauh selisihnya dengan nilai kumu- Aitem ikhlas18 memiliki muatan faktor
latif varians dari 5 komponen faktor. sebesar 0,553 di faktor 1 dan 0,434 di faktor
Tabel 2 menjelaskan hasil ekstraksi 2. Pada kasus ini dipilih muatan faktor
faktor yang menghasilkan 4 faktor yang yang lebih besar, sehingga aitem ikhlas18
belum dirotasi dengan menggunakan meto- masuk di faktor1.
de ekstraksi Principal Component Analysis. Aitem ikhlas21 memiliki muatan faktor
Faktor pertama menjelaskan varians sebe- sebesar 0,478 di faktor 1 dan 0,439 di faktor
sar 21,49%, faktor kedua 8,98%, faktor 2. Selisih muatan faktor yang demikian
ketiga 8,409%, dan faktor keempat 6,379%. kecil kemudian memerlukan pertimbangan
tersendiri untuk dapat menentukan faktor
c. Rotasi faktor mana yang lebih tepat untuk dimasuki.
Langkah berikut dalam analisis faktor Berdasar atas kemiripan konten pernyataan
adalah melakukan rotasi faktor untuk aitem maka aitem ikhlas22 lebih tepat
memaksimalkan pengelompokan variabel. masuk di faktor 2.
Rotasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode varimax karena metode ini d. Penamaan faktor
berusaha memaksimalkan jumlah varians Penamaan faktor ditentukan oleh
dalam muatan faktor. Sebuah variabel bisa muatan faktor yang dijelaskan oleh faktor
jadi mempunyai muatan faktor atau faktor terhadap setiap variabel. Faktor pertama
loading yang rata-rata tinggi atau rata-rata adalah faktor yang terbesar variansnya da-
rendah dalam setiap variabelnya. Metode lam menjelaskan variabel. Hal ini menun-
varimax berusaha untuk menjadikan muat- jukkan bahwa faktor pertama adalah faktor
an faktor menjadi tinggi atau mendekati 1 umum dari skala ikhlas. Aitem yang terma-
atau -1 pada salah satu faktor. suk ke dalam faktor pertama dengan meli-
Hasil rotasi dengan metode varimax hat besarnya faktor loading adalah 1, 2, 14,
menghasilkan muatan-muatan faktor seba- 15, 17, 18, dan 22. Berdasarkan pada konten
gai berikut pada tabel 3. pernyataannya maka faktor pertama dina-
makan motif transendental.

204 JURNAL PSIKOLOGI


VALIDITAS KONSTRUK IKHLAS

Scree Plot

Eigenvalue
3

Gambar 1 Grafik Scree Plot

Tabel 2
Faktor-faktor Tidak Ditoratasi, Komunalitas, dan Varians yang Dijelaskan Setiap
Faktor Skala Ikhlas

Aitem 1 2 3 4 Komunalitas
Ikhlas1 .462 -.036 -.618 -.318 .698
Ikhlas2 .645 -.081 -.371 -.227 .612
Ikhlas3 .411 .238 -.117 -.075 .245
Ikhlas4 .402 .221 -.467 .195 .467
Ikhlas5 .412 .453 -.084 .236 .438
Ikhlas6 .371 .092 -.239 .451 .406
Ikhlas7 .339 -.322 -.064 .344 .341
Ikhlas8 .248 .487 .249 -.460 .572
Ikhlas9 .465 .044 .487 .125 .471
Ikhlas10 .446 .367 .329 -.095 .451
Ikhlas11 .381 .572 .086 .213 .526
Ikhlas12 .371 .371 -.210 .127 .335
Ikhlas13 .436 .320 .346 .003 .412
Ikhlas14 .342 -.196 .258 -.305 .315
Ikhlas15 .301 -.373 .018 -.182 .263
Ikhlas16 .395 -.197 .432 .248 .442
Ikhlas17 .659 -.024 -.130 -.264 .522
Ikhlas18 .656 -.279 -.225 .063 .563
Ikhlas19 .476 -.229 .246 .292 .425
Ikhlas20 .487 -.384 .058 .253 .452
Ikhlas21 .618 -.261 .084 -.065 .461
Ikhlas22 .569 -.205 .243 -.342 .541
Varians yang dijelaskan 4,728 1,976 1,850 1,403
Varians dalam % 21,490 8,984 8,409 38,883
Kumulatif variasn dalam % 21,490 30,474 38,883 45,262

JURNAL PSIKOLOGI 205


CHIZANAH & HADJAM

Tabel 3
Faktor-faktor Terrotasi Skala Ikhlas

Motif Pengendalian Superiority Hamba


Aitem
transendental emosi feeling Tuhan
ikhlas1 .732
ikhlas2 .711
ikhlas17 .630
ikhlas18 .553 .434
ikhlas22 .531
ikhlas21 .478 .439
ikhlas15 .409
ikhlas14 .357
ikhlas19 .618
ikhlas20 .616
ikhlas16 .600
ikhlas7 .519
ikhlas8 .664
ikhlas10 .635
ikhlas13 .589
ikhlas9 .455 .513
ikhlas4 .630
ikhlas5 .587
ikhlas6 .546
ikhlas11 .543
ikhlas12 .537
ikhlas3 .332
Varians yang dijelaskan 2,850 2,452 2,372 2,283
Varians dalam % 12,956 11,145 10,782 10,379
Kumulatif varians dalam % 12,956 24,101 34,883 45,262

Aitem yang termasuk ke dalam faktor dental, pengendalian emosi, superiority


kedua adalah 7, 16, 19, 20, dan 21. Berda- feeling, dan hamba Tuhan.
sarkan konten pernyataannya maka faktor
kedua dinamakan pengendalian emosi. Uji Independensi Konstruk Ikhlas
Faktor ketiga terdiri dari aitem 8, 9, 10, dan
Konstruk ikhlas diuji independensinya
13, kemudian berdasar konten pernyata-
dengan konstruk metaneeds dan altruisme.
annya diberi nama superiority feeling. Faktor
Independensi yang dimaksud merujuk
keempat terdiri dari aitem 3, 4, 5, 6, 11, dan
pada analisa validitas diskriminan dengan
12 yang kemudian dengan memperhatikan
menguji korelasi di antara skala-skala yang
konten pernyataannya diberi nama hamba
mengukur konstruk-konstruk tersebut. Ap-
Tuhan.
abila korelasi ikhlas dengan metaneeds, serta
Dengan demikian, dapat disimpulkan ikhlas dengan altruisme lebih besar dari 0,7
bahwa skala ikhlas terdiri dari 4 dimensi maka dapat dikatakan bahwa konstruk ikh-
atau faktor yang meliputi motif transen- las sangat terkait dengan kedua konstruk

206 JURNAL PSIKOLOGI


VALIDITAS KONSTRUK IKHLAS

dan bisa jadi bukan merupakan konstruk nilai Kolmogorov-Smirnov Z (KS-Z) sebesar
yang independen. 0,737 dengan signifikansi p = 0,648 (p>0,05).
Berikut tabel 4 merupakan deskripsi SISa memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov Z
data hasil pengukuran pada skala ikhlas, (KS-Z) sebesar 1,222 dengan signifikansi p =
short index of self-actualization (SISa), dan self 0,101 (p>0,05). SRAS memiliki nilai Kolmo-
report altruism scale (SRAS). gorov-Smirnov Z (KS-Z) sebesar 0,622 de-
ngan signifikansi p = 0,834 (p>0,05).
a. Verifikasi Asumsi Normalitas
b. Estimasi reliabilitas
Uji asumsi normalitas data dilakukan
untuk mengetahui apakah data hasil peng- Pendekatan estimasi reliabilitas yang
ukuran terdistribusi secara normal atau digunakan dalam penelitian ini adalah
membentuk kurva normal. Dalam konteks reliabilitas konsistensi internal alpha-
penelitian ini, uji asumsi normalitas dilaku- cronbach. Koefisien reliabilitas berkisar dari
kan sekedar sebagai keperluan praktis. skor 0,00 hingga 1,00 dengan asumsi bahwa
Analisis yang digunakan untuk menguji semakin mendekati angka 1,00 maka sema-
hal tersebut adalah One-Sample Kolmogorov- kin reliabel-lah alat ukur tersebut. Estimasi
Smirnov Test. Data dikatakan terdistribusi reliabilitas seluruh aitem dalam skala ikhlas
secara normal apabila memiliki nilai pro- menghasilkan skor alpha 0,809. Koefisien
babilitas lebih besar dari 0,05 (p>0,05). ini menunjukkan bahwa skala ikhlas memi-
Tabel 5 berikut menunjukkan hasil uji liki reliabilitas yang baik dan dapat diper-
asumsi normalitas. caya hasil pengukurannya.

Berdasarkan hasil uji normalitas seba- Estimasi reliabilitas konsistensi internal


gaimana tertera pada Tabel 5, dapat dike- pada masing-masing faktor dalam skala
tahui bahwa data pengukuran skala ikhlas, ikhlas tertera dalam Tabel 6.
SISa, dan SRAS yang dimodifikasi memiliki
distribusi normal. Skala ikhlas memiliki

Tabel 4
Deskripsi Hasil Pengukuran

Data Hipotetik Data Empirik


Skala Skor Skor
SD SD
Mean Max Min Mean Max Min
Ikhlas 67.5600 82,00 56,00 6.27697 68.1707 85.00 51.00 6.77981
SISa 41.7100 54,00 30,00 3.92942 42.2049 54.00 29.00 4.19348
SRAS 54.6800 88,00 34,00 11.19964 55.4634 90.00 27.00 11.46798

Tabel 5
Hasil Uji Asumsi Normalitas Data

Skala ikhlas SISa SRAS


Kolmogorov-Smirnov Z 0,737 1,222 0,622
Asymp. Sig (probabilitas) 0,648 0,101 0,834
Intepretasi skor p Normal Normal Normal

JURNAL PSIKOLOGI 207


CHIZANAH & HADJAM

Tabel 6 tidak dapat didasarkan pada skor total


Estimasi konsistensi internal berdasar skor masing-masing skala. Korelasi didasarkan
alpha pada skor faktor masing-masing skala. Ber-
kenaan dengan hal tersebut, maka masing-
Faktor Skor alpha
masing skala harus ditemukan skor faktor-
Motif transendental 0,711
nya.
Pengendalian diri 0,624
SISa yang merupakan instrumen untuk
Superiority feeling 0,637
metaneeds dan SRAS yang merupakan
Hamba Tuhan 0.637
instrumen untuk altruisme, masing-masing
dikenai analisis faktor dengan PCA dan
c. Uji validitas rotasi varimax. Hasil dari analisis faktor
Uji validitas dilakukan dengan meng- dapat disimak pada bagian Lampiran. Hal
uji korelasi di antara skala ikhlas, SISa dan terpenting yang dibutuhkan adalah skor
SRAS. Jenis validitas yang diuji adalah faktor dalam skala untuk kemudian saling
validitas diskriminan. Bagozzi & Yi (1991) dikorelasikan.
mengajukan kategorisasi validitas diskri- Hasil uji korelasi skor faktor ikhlas dan
minan berdasar nilai korelasinya. Validitas metaneeds dapat disimak pada tabel 7.
diskriminan dianggap tinggi apabila nilai Tabel 7 menunjukkan bahwa signifi-
korelasi setidaknya di bawah 0,05. Nilai kansi korelasi di antara faktor-faktor dalam
korelasi di antara 0,05 hingga 0,33 maka ikhlas dan metaneeds adalah bervariasi.
validitas diskriminannya masuk kategori Faktor 1 ikhlas memiliki korelasi dengan
sedang. Nilai korelasi di atas 0,33 maka Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, Faktor 4, Faktor
validitas diskriminannya masuk kategori 5, dan Faktor 6 metaneeds secara berurutan
rendah. sebesar 0,092 (p>0,05); -0.047 (p>0,05); 0,142
Konstruk-konstruk yang diuji merupa- (p<0,05); -0,052 (p>0,05); 0,177 (p<0,05); dan
kan konstruk laten, oleh karena itu korelasi 0,013 (p>0,05). Berdasar nilai korelasi dan

Table 7
Matriks korelasi skor faktor ikhlas dan metaneed

SISa (Metaneeds)
Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4 Faktor 5 Faktor 6
Faktor 1 Pearson correlation .092 -.047 .142(*) -.052 .177(*) .013
Sig. (2-tailed) .188 .506 .043 .458 .011 .854
N 205 205 205 205 205 205
Faktor 2 Pearson correlation .334(**) .147(*) .343(**) .221(**) .008 .054
Sig. (2-tailed) .000 .035 .000 .001 .910 .444
Ikhlas

N 205 205 205 205 205 205


Faktor 3 Pearson correlation .156(*) -.257(**) .115 .069 .088 .202(**)
Sig. (2-tailed) .025 .000 .102 .322 .210 .004
N 205 205 205 205 205 205
Faktor 4 Pearson correlation -.061 -.122 .138(*) .177(*) .072 .061
Sig. (2-tailed) .383 .083 .048 .011 .303 .381
N 205 205 205 205 205 205
Keterangan : **: p<0,01 (korelasi 2 ekor)
* : p<0,05 (korelasi 2 ekor)

208 JURNAL PSIKOLOGI


VALIDITAS KONSTRUK IKHLAS

nilai p, dapat dikatakan bahwa Faktor 1 (p<0,01); 0,115 (p>0,05); 0,069 (p>0,05); 0,088
ikhlas memiliki korelasi yang signifikan (p>0,05); dan 0,202 (p<0,01). Berdasar nilai
dengan Faktor 3 dan Faktor 5 metaneeds de- korelasi dan nilai p, dapat dikatakan bahwa
ngan nilai korelasi yang tergolong rendah. Faktor 3 ikhlas memiliki korelasi yang
Secara umum rentang tingkat validitas signifikan dengan Faktor 1, Faktor 2, dan
diskriminan Faktor 1 adalah tinggi (r<0,05) Faktor 6 metaneeds dengan nilai korelasi
hingga menengah (0,33>r>0,05). yang tergolong rendah. Secara umum ren-
Faktor 2 ikhlas memiliki korelasi de- tang tingkat validitas diskriminan Faktor 3
ngan Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, Faktor 4, adalah menengah (0,33>r>0,05).
Faktor 5, dan Faktor 6 metaneeds secara ber- Faktor 4 ikhlas memiliki korelasi de-
urutan sebesar 0,334 (p<0,01); 0,147 ngan Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, Faktor 4,
(p<0,05); 0,343 (p<0,01); 0,221 (p<0,01); 0,008 Faktor 5, dan Faktor 6 metaneeds secara
(p>0,05); dan 0,054 (p>0,05). Berdasar nilai berurutan sebesar -0,061 (p>0,05); -0,122
korelasi dan nilai p, dapat dikatakan bahwa (p>0,05); 0,138 (p<0,05); 0,177 (p<0,05); 0,072
Faktor 2 ikhlas memiliki korelasi yang sig- (p>0,05); dan 0,061 (p>0,05). Berdasar nilai
nifikan dengan Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3 korelasi dan nilai p, dapat dikatakan bahwa
dan Faktor 4 metaneeds dengan nilai kore- Faktor 4 ikhlas memiliki korelasi yang
lasi yang tergolong rendah. Secara umum signifikan dengan Faktor 3 dan Faktor 4
rentang tingkat validitas diskriminan Fak- metaneeds dengan nilai korelasi yang tergo-
tor 2 adalah tinggi (r<0,05) hingga rendah long rendah. Secara umum rentang tingkat
(r>0,33). validitas diskriminan Faktor 4 adalah me-
Faktor 3 ikhlas memiliki korelasi de- nengah (0,33>r>0,05).
ngan Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, Faktor 4, Hasil uji korelasi skor faktor ikhlas dan
Faktor 5, dan Faktor 6 metaneeds secara altruismedapat disimak pada tabel 8.
berurutan sebesar 0,156 (p<0,05); -0,257

Table 8
Matriks korelasi skor faktor ikhlas dan altruisme

SRAS (Altruisme)
Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4 Faktor 5
Faktor 1 Pearson correlation -.005 .044 .016 .015 -.022
Sig. (2-tailed) .939 .536 .819 .826 .750
N 205 205 205 205 205
Faktor 2 Pearson correlation .266(**) .136 .124 .119 .121
Sig. (2-tailed) .000 .052 .077 .089 .084
Ikhlas

N 205 205 205 205 205


Faktor 3 Pearson correlation .034 .147(*) .020 .081 .101
Sig. (2-tailed) .628 .035 .778 .249 .151
N 205 205 205 205 205
Faktor 4 Pearson correlation .078 -.001 .115 -.110 .142(*)
Sig. (2-tailed) .267 .994 .100 .117 .042
N 205 205 205 205 205
Keterangan : **: p<0,01 (korelasi 2 ekor)
* : p<0,05 (korelasi 2 ekor)

JURNAL PSIKOLOGI 209


CHIZANAH & HADJAM

Tabel 8 menunjukkan bahwa signifi- dikatakan bahwa Faktor 4 ikhlas memiliki


kansi korelasi di antara faktor-faktor dalam korelasi yang signifikan dengan Faktor 5
ikhlas dan altruisme adalah bervariasi, altruisme dengan nilai korelasi yang tergo-
akan tetapi secara umum tidak berkorelasi long rendah. Secara umum rentang tingkat
secara signifikan. Faktor 1 ikhlas memiliki validitas diskriminan Faktor 4 adalah tinggi
korelasi dengan Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, (r<0,05) hingga menengah (0,33>r>0,05).
Faktor 4, dan Faktor 5 altruisme secara ber- Perbandingan antara korelasi ikhlas-
urutan sebesar -0,005 (p>0,05); 0.044 metaneeds dan ikhlas-altruisme menunjuk-
(p>0,05); 0,016 (p>0,05); 0,015 (p>0,05); dan kan bahwa faktor-faktor dalam ikhlas lebih
0,022 (p>0,05). Berdasar nilai korelasi dan banyak memiliki korelasi yang signifikan
nilai p, dapat dikatakan bahwa Faktor 1 dengan metaneeds dibandingkan dengan
ikhlas tidak memiliki korelasi yang signi- altruisme. Hal tersebut mempengaruhi
fikan faktor-faktor dalam altruisme. Secara tingkat validitas diskriminan ikhlas terha-
umum rentang tingkat validitas diskrimi- dap metaneeds yang secara umum bergerak
nan Faktor 1 adalah tinggi (r<0,05). dalam rentang menengah. Sedangkan ting-
Faktor 2 ikhlas memiliki korelasi de- kat validitas diskriminan ikhlas terhadap
ngan Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, Faktor 4, altruisme secara umum bergerak dalam
dan Faktor 5 altruisme secara berurutan rentang tinggi.
sebesar 0,266 (p<0,01); 0.136 (p>0,05); 0,124
(p>0,05); 0,119 (p>0,05); dan 0,121 (p>0,05).
Diskusi
Berdasar nilai korelasi dan nilai p, dapat
dikatakan bahwa Faktor 2 ikhlas memiliki Secara umum, tingkat validitas diskri-
korelasi yang signifikan dengan Faktor 1 minan ikhlas terhadap metaneeds bergerak
altruisme dengan nilai korelasi yang tergo- dalam rentang menengah. Sedangkan ting-
long rendah. Secara umum rentang tingkat kat validitas diskriminan ikhlas terhadap
validitas diskriminan Faktor 2 adalah altruisme secara umum bergerak dalam
menengah (0,33>r>0,05). rentang tinggi.
Faktor 3 ikhlas memiliki korelasi de- Berdasar hal di atas, dapat dikatakan
ngan Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, Faktor 4, bahwa pada dasarnya ikhlas merupakan
dan Faktor 5 altruisme secara berurutan konstruk yang terpisah dari altruisme wa-
sebesar 0,034 (p>0,05); 0.147 (p<0,05); 0,020 lau terdapat sedikit bagian yang berkore-
(p>0,05); 0,081 (p>0,05); dan 0,101 (p>0,05). lasi. Hal tersebut wajar mengingat altruis-
Berdasar nilai korelasi dan nilai p, dapat me dan ikhlas sama-sama konstruk yang
dikatakan bahwa Faktor 3 ikhlas memiliki terkait dengan nilai-nilai kebajikan. Ikhlas
korelasi yang signifikan dengan Faktor 2 dapat dikatakatan berbeda dengan altruis-
altruisme dengan nilai korelasi yang tergo- me. Hal ini berbeda dengan temuan
long rendah. Secara umum rentang tingkat Goddard (2001) yang menunjukkan bahwa
validitas diskriminan Faktor 3 adalah tinggi ikhlas berkaitan dengan perilaku meno-
(r<0,05) hingga menengah (0,33>r>0,05). long, memberi, atau yang bersifat
Faktor 4 ikhlas memiliki korelasi de- benevatife. Ikhlas dalam temuan Goddard
ngan Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, Faktor 4, dibatasi dalam konteks budaya Melayu,
dan Faktor 5 altruisme secara berurutan sementara ikhlas dalam penelitian ini
sebesar 0,078 (p>0,05); -0,001 (p>0,05); 0,115 terkait dengan nilai-nilai spiritualitas dan
(p>0,05); 0,110 (p>0,05); dan 0,142 (p<0,05). religiusitas.
Berdasar nilai korelasi dan nilai p, dapat

210 JURNAL PSIKOLOGI


VALIDITAS KONSTRUK IKHLAS

Hasil korelasi menunjukkan bahwa Faktor 2, dan Faktor 6. Faktor 1 metaneeds,


terdapat 3 korelasi yang signifikan antara bila ditilik dari konten, berkaitan dengan
faktor dalam ikhlas dengan faktor dalam penerimaan diri atau harga diri; Faktor 2
metaneeds. Bagian yang memiliki korelasi berkaitan dengan kebebasan dalam peng-
yang signifikan adalah Faktor 2 ikhlas yaitu ungkapan emosi; dan Faktor 4 berkaitan
pengendalian emosi dengan Faktor 1 dengan kebutuhan akan dukungan sosial.
altruisme yang berkaitan dengan kejujuran Menilik dari konten masing-masing faktor,
dan ketulusan; Faktor 3 ikhlas yaitu maka tidak mengherankan apabila terdapat
superiority feeling dengan Faktor 2 altruisme korelasi yang signifikan mengingat adanya
yang berkaitan dengan kepedulian sosial; kesamaan konteks yaitu otonomi diri terha-
dan Faktor 4 ikhlas yaitu konsepsi sebagai dap sosial. Akan tetapi perlu diperhatikan
hamba Tuhan dengan Faktor 5 altruisme bahwa korelasi Faktor 3 ikhlas dengan
yang berkaitan dengan pengorbanan. Yang faktor-faktor tersebut tidak lebih dari 0,33,
menarik pada bahasan ini, Faktor 1 ikhlas sehingga dapat dikategorikan memiliki
yaitu motif transendental tidak memiliki validitas diskrimanan yang baik.
korelasi signifikan dengan faktor-faktor Hasil korelasi juga menunjukkan bah-
dalam altruisme. Hal tersebut mengindika- wa bagian dari metaneeds yang cenderung
sikan bahwa altruisme sama sekali tidak berhubungan dengan ikhlas adalah Faktor
terkait dengan motif-motif yang bersifat 3 yang berkaitan dengan komitmen dan
spiritual. Altruisme lebih merupakan ben- tanggung jawab. Faktor 3 tersebut memiliki
tuk perilaku menolong yang tulus yang korelasi yang signifikan dengan 3 faktor
sifatnya universal dengan motif-motif yang dalam ikhlas yaitu motif transendental,
bersifat evolutif dan sosial. pengendalian emosi, dan konsepsi diri
Ikhlas mengandung bagian yang over- sebagai Hamba Tuhan. Menilik dari konten
lap dengan metaneeds. Hasil korelasi me- masing-masing faktor, maka tidak menghe-
nunjukkan bahwa Faktor 2 ikhlas yaitu rankan apabila terdapat korelasi yang sig-
pengendalian emosi memiliki korelasi yang nifikan mengingat adanya kesamaan kon-
signifikan terhadap 4 dari 6 faktor meta- teks yaitu konsistensi diri dan kestabilan
needs, yaitu Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, dan emosi.
Faktor 4. Faktor 1 metaneeds, bila ditilik dari Secara umum, bagian dari ikhlas yang
konten, berkaitan dengan penerimaan diri tampak overlap adalah pengendalian diri,
atau harga diri; Faktor 2 berkaitan dengan sedangkan wilayah unik yang dapat dije-
kebebasan dalam pengungkapan emosi; laskan dalam konstruk ikhlas adalah motif
Faktor 3 berkaitan dengan komitmen dan transendental, superiority feeling, dan hamba
tanggung jawab; dan Faktor 4 berkaitan Tuhan. Motif transendental merujuk pada
dengan keyakinan-keyakinan positif. Meni- dorongan dalam berperilaku yang didasari
lik dari konten masing-masing faktor, maka oleh tujuan untuk memiliki kedekatan
tidak mengherankan apabila terdapat kore- dengan Tuhan. Tujuan untuk memiliki
lasi yang signifikan mengingat adanya hubungan transendental yang harmonis
kesamaan konteks yaitu kehandalan dalam tersebut menunjukkan adanya sebuah ben-
menyikapi situasi, baik yang dirasa menye- tuk kebutuhan transendental. Kebutuhan
nangkan maupun tidak menyenangkan. ini muncul karena adanya ketergantungan
Faktor 3 ikhlas yaitu superiority feeling terhadap kekuasaan di luar diri, yaitu
memiliki korelasi yang signifikan terhadap Tuhan. Tuhan dipandang sebagai muara
3 dari 6 faktor metaneeds, yaitu Faktor 1, harapan dalam menghadapi ketidakpastian

JURNAL PSIKOLOGI 211


CHIZANAH & HADJAM

dan resiko-resiko dalam kehidupan. Harap- interpersonal maupun intrapersonal. Supe-


an, resiko, dan ketidakpastian merupakan riority feeling dalam lingkup intrapersonal
unsur paling esensial dalam dinamika berkenaan dengan kebanggaan atas peme-
motivasi manusia dan bersifat subyektif nuhan standar internal yang telah dica-
(Riyono, 2010). nangkan. Superiority feeling dalam lingkup
Motif transendental dilandasi oleh interpersonal berkenaan dengan opini
konsepsi diri sebagai hamba Tuhan. Impli- orang lain atas dirinya. Kedua jenis domain
kasi dari konsepsi ini adalah munculnya tersebut, yaitu interpersonal dan intraper-
bentuk ideal orientation yaitu Tuhan. Kedua sonal, merujuk pada wilayah orientasi
aspek ini hampir sama, karena sama-sama perbuatan. Domain interpersonal atau
menyertakan atribut Tuhan. Akan tetapi domain sosial merujuk pada hal-hal yang
perlu ditegaskan bahwa konsepsi diri seba- berkaitan dengan diri akan tetapi didasar-
gai hamba Tuhan berkaitan dengan pan- kan pada perspektif orang lain, sedangkan
dangan-pandangan filosofis terhadap diri domain intrapersonal mencakup apa-apa
dan Tuhannya. Sedangkan motif transen- yang terkait dan didasarkan pada kepen-
dental mengarah pada penunggalan motif tingan diri (Buss, 2001). Superiority feeling
dalam berperilaku dan pemenuhan kebu- dapat muncul dalam bentuk yang sangat
tuhan transendental. samar, bahkan tidak dikenali. Hal ini terja-
di karena adanya rasionalisasi dan manipu-
Motif transendental dan konsepsi seba-
lasi emosi untuk mengingkari kemunculan-
gai hamba Tuhan menunjukkan adanya
nya.
konsep keimanan dalam ikhlas. Seorang
yang ikhlas dipastikan adalah seseorang Seorang yang ikhlas atau disebut
yang beriman. Seorang yang beriman atau mukhlis, memiliki ketaatan yang murni
disebut mumin dalam konteks Islam kepada Tuhan. Mujib (2007) menganjurkan
berdasar kitab suci Al-Quran memiliki ciri- bahwa keikhlasan seseorang seyogyanya
ciri emosional seperti cinta kepada Tuhan, dilihat dari sejauhmana ia membersihkan
takut kepada siksa Tuhan, berharap akan tingkah lakunya dari segala campuran
rahmat Tuhan, cinta kepada sesama manu- yang mengotorinya, seperti keinginan
sia dan senang untuk berbuat kebajikan hawa nafsu dari pujian, sanjungan, harta
untuk mereka, menahan amarah dan me- benda, dan motif-motif lain yang tidak
ngendalikan emosi marah, tidak melanggar diridhoi Tuhan. Ikhlas membutuhkan kon-
dan menyakiti orang lain, tidak dengki sistensi antara yang ditampakkan dengan
kepada orang lain, tidak membanggakan yang disembunyikan. Jika yang ditampak-
diri sendiri, kasih sayang, mencela diri kan lebih baik dari apa yang disembunyi-
sendiri, dan merasa menyesal ketika ber- kan maka mendekati superiority feeling.
buat dosa (Najati, 2005: 193). Tampak ber- Sebagai konsekuensi dari karakter ikhlas,
dasar ciri tersebut dijumpai beberapa poin maka seluruh perilaku individu harus
yang juga menjadi bagian dari ikhlas, yaitu disunyikan dari berbagai motif-motif selain
takut kepada siksa/murka Tuhan, memiliki kepada Tuhan.
pengharapan positif kepada Tuhan, pe- Temuan penelitian ini menunjukkan
ngendalian emosi, dan tidak memiliki bahwa skala ikhlas memiliki sebagian wila-
superiority feeling (tidak dengki, tidak yah yang overlap dengan wilayah konstruk
bangga diri). lain, tapi bukan secara keseluruhan.
Superiority feeling adalah suatu kondisi Sehingga dapat dikatakan bahwa masih
seseorang merasa hebat baik dalam lingkup ada wilayah unik yang dijelaskan oleh

212 JURNAL PSIKOLOGI


VALIDITAS KONSTRUK IKHLAS

ikhlas. Wilayah yang overlap dalam kons- Chizanah, L. (2009) Konstruk Psikologi
truk ikhlas adalah aspek pengendalian Ikhlas (Sebuah Kajian Hermeneutika
emosi. Wilayah yang unik dalam konstruk atas Teks Ihya Ulumiddin Bab Ikhlas).
ikhlas adalah adanya motif transendental, Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
konsepsi sebagai hamba Tuhan, dan Fakultas Psikologi UGM.
superiority feeling. Corey, G. (2005).Theory and Practice of
Analisis dalam penelitian ini dilakukan Counseling and Psychotherapy 7th Edition.
dengan pendekatan EFA. Pendekatan ini Belmont: Brooks/Cole Thompson
memungkinkan peneliti untuk menguji learning.
validitas konstruk melalui pengamatan
Cotton, S., Larkin, E., Hoopes, A., Cromer,
terhadap korelasi antar konstruk secara
B.A. & Rosenthal, S.L. (2005) The
dimensional. Ke depan perlulah kiranya
impact of adolescent spirituality on
diterapkan pendekatan CFA untuk menguji
depressive symptoms and health risk
temuan-temuan dalam penelitian ini.
behaviors. Journal of Adolescent Health
36, 529529.
Kepustakaan Cotton, S., Zebracki, K., Rosenthal, S.L.,
Tsevat, J., & Drotar, D. (2006) Religion/
Arnold, S.J. & Fischer, E. (1994) Herme-
spirituality and adolescent health out-
neutics and consumer research, The
Journal of Consumer Research21 (1),55-70. comes: a review. Journalof Adolescent
Health 38, 472480.
Bagozzi, R.P. & Yi, Y. (1991) Multitrait-
multimethod matrices in consumer Emmons, R.A., Barrett, J. L., & Schnitker,
S.A. (2008) Personality and the capa-
research, Journal of Consumer Research,
city for religious and spiritual expe-
17 (4), 426-439.
rience, Handbook of Personality: Theory
Bedell, T.M. (2002).The Role of Religiosity and Research (edited by Oliver P. John,
in Forgiveness.Dissertation. Graduate Richard W. Robins, & Lawrence A.
School of OhioState University, Ohio. Pervin). New York: The Guilford Press.
Boero, et. al (2005) Spirituality of health Fortunas, D. (2003). The Express of Letting
workers: A descriptive study. Interna- go: A Phenomenological study. Diser-
tional Journal of Nursing Studies 42, 915 tation. Pretoria: Departement of Psycho-
921. logy University Pretoria.
Buss, A.H. (2001) Psychological Dimension of Goble, F.G. (1987) Mazhab Ketiga Psikologi
The Self. California: SAGE Publication. Humanistik Abraham Maslow (Terj. A.
Camordy, J., Reed, G., Kristeller, J., & Supratiknya). Yogyakarta: Kanisius.
Merriam, P. (2008) Mindfulness, spiri- Goddard, C. (2001) Sabar, ikhlas, setia -
tuality, and health-related symptoms. patient, sincere, loyal? Contrastive
Journal of Psychosomatic Research 64, semantics of some virtuesin Malay
393403. and English, Journal of Pragmatics 33
Chally, P.S. & Carlson, J.M. (2004) Spiri- (2001) 653-681.
tuality, rehabilitation and aging: A lite- Hood, R.W., Hill, P.C., & Spilka, B. (2009).
rature review. Arch Phys Med Rehabil The Pychology of Religion: An Empirical
Vol 85, Suppl 3, July 2004. Approach 4th Ed. New York: The
Guilford Press.

JURNAL PSIKOLOGI 213


CHIZANAH & HADJAM

Maslow, A.H. (1970) Motivation and Perso- Poerwadarminta, W. J. S. (1939) Baoesastra


nality (2nd Ed.). New York: Harper & Djawa. Batavia: B. Wolters Uitgevers-
Row Publisher. Maatschappij.
Muhammad, H. (2002) Dialog antara Tasa- Qalami, A.F. (2003) Ringkasan Ihya Ulu-
wuf dan Psikologi: Telaah atasPemikiran middin. Surabaya: Gitamedia Press.
Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Riyono, B. (2010) In search for anchor: The
Yogyakarta: Pustaka PelajarOffset. fundamental motivational force in com-
Mujib, A. (2007) Kepribadian Dalam Psikologi pensating human vulnerability, Diser-
Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persa- tasi. (Tidak dipublikasikan) Yogyakar-
da, 2007 ta: Fakultas Psikologi UGM.
Najati, M.U. (2005) Alquran dan Psikologi. Sentanu, Erbe (2007) Quantum Ikhlas. Jakar-
Diterjemahkan oleh Tb. Ade Asnawi ta: Elex Media Komputindo.
Syihabuddin. Jakarta: Aras Pustaka.

214 JURNAL PSIKOLOGI

Anda mungkin juga menyukai