Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA


INDONESIA PADA POKOK BAHASAN
MENDENGARKAN PENJELASAN NARASUMBER
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SAVI SISWA
KELAS V SDN 03 NAMBANGAN KIDUL KECAMATAN
MANGUHARJO KOTA MADIUN

Di Susun Oleh :
RISMA INDRIANING PUTRI
NMP 09141187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas


limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga pada kesempatan
yang baik ini, penulis masih diberi kesehatan dan kekuatan untuk dapat menyusun
dan menyelesaikan proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penulis dalam menyusun laporan PTK ini tidak lepas dari beberapa unsur
pendukung, untuk itulah penulis mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang
baik dan harmonis dengan para unsur tersebut, sehingga tersusunlah laporan ini.
Pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Kepala Sekolah Dasar Negeri 03 Nambangan Kidul Kecamatan Manguharjo
Kota Madiun yang telah membantu dan memberikan fasilitas sarana dan
prasarana secukupnya.
2. Bapak/Ibu guru beserta staf SDN 03 Nambangan Kidul yang telah bersedia
melayani kami dengan senang hati dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam penyusun laporan ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Maka
dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang positif dari
pembaca demi kesempurnaan dan kelengkapan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita teman
teman mahasiswa serts para guru Sekolah Dasar dan setidak-tidaknya menjadi
referensi untuk lebih meningkatkan pross pembelajaran di kelas.

Madiun, Desember 2012


Penulis
RISMA INDRIANING P
NPM. 09141187

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3
D. Hipotesis Penelitian ............................................................. 4
E. Manfaat Penelitian .............................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................. 6
A. Minat Belajar ....................................................................... 6
B. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD................................. 7
C. Pembelajaran Mendengarkan / Menyimak di SD ................ 8
D. Penjelasan Narasumber......................................................... 13
E. Metode Pembelajaran SAVI ................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 19
A. Rancangan Penelitian ........................................................... 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 20
C. Indikator Keberhasilan ......................................................... 20
D. Prosedur Penelitian .............................................................. 21
E. Instrument Penelitian ........................................................... 23
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 24
G. Teknik Analisi Data............................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada kegiatan pembelajaran di sekolah guru memegang peranan
penting dalam menciptakan keberhasilan proses belajar mengajar. Guru
juga bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikannya.
Profesionalisme guru sangat penting, dan dibutuhkan dalam memberikan
pendidikan pada siswa, sehingga hasil pendidikan yang diterima dapat
dipahami dan dapat diterapakan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan efisien apabila
didukung dengan kemahiran guru mengatur strategi pembelajaran. Cara
guru mengatur strategi pembelajaran sangat berpengaruh pada cara siswa
belajar. Hal ini akan sangat menentukan keberhasilan dalam proses
pembelajaran dan prestasi belajar, karena minat siswa untuk belajar tinggi.
Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, dan juga
untuk meningkatkan kemampuan penguasaan siswa dalam menerima
materi pelajaran, guru harus memiliki kemampuan dasar yang sangat
diperlukan untuk memajukan prestasi anak didik. Dengan diadakannya
pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran ini, maka keterbelakangan
siswa dalam menerima pelajaran dapat ditingkatkan melalui proses
belajarannya.
Bangsa Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidikan
dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas
muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Mewujudkan
pendidikan yang bermutu sebagai investasi jangka panjang memerlukan
usaha dan dana yang cukup besar. Meski diakui bahwa pendidikan adalah
investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan
sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar,
tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problematika
(permasalahan) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan.
Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah
bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu dari mana
mesti harus diawali.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada
jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai saat ini
masih jauh dan apa yang di harapkan. Ada banyak faktor yang bisa
menjadi penyebab munculnya problematika dalam pendidikan khususnya
pendidikan Sekolah Dasar (SD), antara lain rendahnya kemampuan
berbahasa pada masing masing siswa. Padahal kemampuan berbahasa
merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan mata pelajaran dan
sebagai bekal untuk memasuki dunia informasi.
Pada prinsipnya pembelajaran bahasa harus tetap menekankan pada
pembelajaran berbahasa bukan pembelajaran bahasa. Hal ini telah
ditegaskan sejak dalam kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994) dan tetap
dipertahankan pada kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Depdiknas, 2004), sebagai pengganti kurikulum 1994 tersebut, serta pada
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006).
Berkaitan dengan hal itu, ada beberap hal yang perlu medapatkan
perhatian bagi para guru dalam mengelola pembelajaran Bahasa Indonesia
di kelas. Pertama, pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan untuk
lebih banyak memberikan porsi kepada perlatihan berbahasa yang nyata.
Kedua, aspek kebahasaan (tata bahasa) diajarkan hanya untuk
membetulkan kesalahan ujar siswa. Ketiga, ketrampilan berbahasa nyata
yang menjadi tujuan utama. Keempat, membaca sebagai alat untuk belajar
(reading for learning). Kelima, menulis dan berbicara sebagai alat
berekspresi dan menyampaikan gagasan. Keenam, kelas menjadi tempat
berlatih menulis, membaca dan berbicara dalam bahasa. Ketujuh,
penekanan pengajaran sastra pada membaca sebanyak- banyaknya karya
sastra. Kedelapan, pengajaran kosakata harus diarahkan untuk menambah
kosakata siswa.
Berdasarkan prinsip-prinsip umum di atas, terlihat bahwa fokus
pembelajaran bahasa adalah memperbanyak berlatih di dalam kelas dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, baik yang nyata
senyatanya melalui diskusi, misalnya, maupun yang nyata tidak
senyatanya, misalnya melalui kegitan bermain peran.
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa minat belajar bahasa
Indonesia sangat menurun (rendah), yang implikasinya terhadap prestasi
belajar dan keterampilan berbahasa Indonesia juga rendah (Hasil belajar
siswa rendah).
Atas dasar kenyataan itu penulis mengadakan penelitian kelas yang
berjudul Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Indonesia Pada Pokok
Bahasan Mendengarkan Penjelasan Narasumber Melalui Model
Pembelajaran SAVI Siswa Kelas V Sdn 03 Nambangan Kidul Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun.
Dengan maksud setelah selesai melakukan penelitian tindakan
kelas ini, melalui refleksi diri guru dan siswa, diharapkan siswa terampil
dalam berbahasa Indonesia sehingga prestasinya meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atasa maka Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini rumusan masalahnya sebagai berikut :
a. Bagaimana meningkatkan minat belajar bahasa Indonesia pada
pokok bahasan mendengarkan penjelasan narasumber melalui
model pembelajaran SAVI siswa kelas V SDN 03 Nambangan
Kidul Kecamatan Manguharjo Kota Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasakan masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan peningkatan minat belajar bahasa Indonesia pada
pokok bahasan mendengarkan penjelasan narasumber melalui
model pembelajaran SAVI siswa kelas V SDN 03 Nambangan
Kidul Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.

1.4 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan masalah dan tujuan peneitian yang telah dirumuskan
di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. 75 % minat belajar bahasa Indonesia siswa pada pokok bahasan
mendengarkan penjelasan narasumber melalui model pembelajaran
SAVI siswa kelas V SDN 03 Nambangan Kidul Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun meningkat.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain :
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan pengalaman dalam
mengatasi masalah pembelajaran mengenai meningkatkan minat
belajar bahasa Indonesia siswa di kelas. Penelitian ini juga
memberikan pengalamana kepada peneliti dalam menyusun dan
mengembangkan karya tulis ilmiah, khususnya dalam membuat
laporan penelitian.
b. Bagi Guru
Hasil PTK akan memberikan masukan dan wawasan tentang cara
atau strategi yang tepat ntuk mengatasi masalah pembelajaran,
khusunya yang terkait dengan masalah meningkatkan minat belajar
bahasa Indonesia pada siswa.
c. Bagi Siswa
Hasil PTK akan mendorong siswa untuk mencapai prestasi yang
lebih baik dan meningkatkan minat siswa untuk melakukan
aktivitas belajar yang lebih bergairah, karena suasana belajar yang
diciptakan lebih menyenangkan.

d. Bagi Orang Tua Siswa


Hasil PTK akan memberikan masukan yang berharga tentang
prestasi belajar anaknya sehingga orang tua siswa akan dapat
memberikan pembinaan kepada anaknya untuk tetap menjaga dan
meningkatkan proses dan prestasinya.
e. Bagi Pejabat di Lingkungan Dinas DIKBUDMUDORA
Hasil PTK dapat memberikan masukan yang berharga, terutama
dalam pembinaan akademik bagi guru dan siswa dalam hal
peningkatan mutu proses dan hasil belajar.
Dengan demikian PTK ini berarti memberikan sumbangan yang
positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan
kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar
belajar siswa serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut.

BAB II
KAJIAN TEORI

2. 1Minat Belajar
2. 1. 1 Pengertian Minat
Minat adalah kesediaan jiwa yang aktif, untuk menerima pengaruh
dari dunia luar diri siswa.
Slameto (1991: 57) menerangkan minat adalah
Kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat
besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab
dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan
sesuatu

Slameto (1991: 57) Pengertian minat secara istilah telah banyak


dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard
menyatakan Interest is persisting tendency topay attention to end enjoy
some activity and content, yang memiliki arti, minat adalah
kecenderungan yang gigih untuk memperhatikan, mengakhiri, menikmati,
beberapa inti kegiatan tersebut.
Sardiman A. M. (1988: 76) berpendapat bahwa minat adalah
sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau
arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
minat belajar adalah suatu keinginan seseorang yang kuat untuk
melakukan perubahan tingkah laku guna memperoleh ilmu pengetahuan.
Oleh sebab itu guru mempunyai kewajiban menumbuhkan minat
belajar pada siswa melalui motivasi ekstrensik (pengaruh dari luar
siswa). Meningkatkan motivasi ektresnsik belajar bahasa Indonesia siswa
kelas V yang mengacu pada langkah-langkah awal rencana refleksi dan
siklus yang telah direncanakan.

2. 2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


2. 2. 1 Hakikat Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang membelajarkan
siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi ini dapat
dilakukan baik secara lisan maupun tulisan. Dengan kesimpulan tersebut,
maka standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penugasan,
pengetahuan, ketrampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan
sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi siswa
untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan
global.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia dirumuskan
karena, diharapkan mampu menjadikan: (1) siswa dapat mengembangkan
potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta
dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesusastraan dan
hasil intelektual bangsa sendiri, (2) guru dapat memusatkan perhatian
kepada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan
berbagai kegiatan berbahasa, (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam
menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan
sekolah dan kemampuan siswanya, (4) orang tua dan masyarakat dapat
secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan di sekolah, (5)
sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai dengan
keadaan siswa dengan sumber belajar yang tersedia, dan (6) daerah dapat
menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi
kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional
(BSNP:2006).
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus
diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang
dihasilkan dari alat ucap (artikulasi) yang bersifat sewenang-wenang dan
konvensional (melalui kesepakatan) yang dipakai sebagai alat komunikasi
untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Selain itu, bahasa juga merupakan
percakapan atau alat komunikasi dengan sesama manusia. Sedangkan
bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang menjadi salah satu ciri
khas bangsa Indonesia dan digunakan sebagai bahasa nasional. Hal ini
yang merupakan salah satu sebab mengapa bahasa Indonesia harus
diajarkan pada semua jenjang pendidikan, terutama di SD karena
merupakan dasar dari semua pembelajaran.
2. 2. 2 Kedudukan Bahasa Indonesia
Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa pembelajaran
bahasa Indonesia wajib diberikan di semua lembaga pendidikan formal.
Dalam pelajaran ini siswa tidak boleh mendapat nilai kurang dari 6, artinya
semua peserta didik sekurang kurangnya harus mempunyai kemampuan
sedang dalam penggunaan bahasa Indonesia. Ini tentu saja menuntut upaya
guru dan siswa serta perhatian orang tua di rumah dalam hal belajar siswa.
Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat
penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan siswa untuk
tahap perkembangan selanjutnya. Selain itu, pembelajaran harus dapat
membantu siswa dalam pengembangan kemampuan berbahasa di
lingkungannya, bukan hanya untuk berkomunikasi, namun juga untuk
menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui
bahasa, siswa mampu mempelajari nilai-nilai moral atau agama, serta
nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat, melalui bahasa, siswa juga
mampu mempelajari berbagai cabang ilmu.

2. 3 Pembelajaran Mendengarkan / Menyimak di SD


2. 3. 1 Pengertian Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian,pemahaman,apresiasi,serta
intrprestasi untuk memperoleh informasi, menamgkap isi atau pesan, serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya
merupakan sarana untuk menerima informasi dalam kegitan komunikasi,
perbedaanya teretak dalam jenis komunikasi lisan, sedangkan membaca
berhubungan dengan komunikasi tulis.
2. 3. 2 Tahap-Tahap Menyimak
Ruth G. Strickland menyimpulkan ada sembilan tahap menyimak,
kesembilan tahap tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut:
a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak mersakan
keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat
gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-
hal di luar pembicaraan;
c. Setengah meyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu
kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa
yang terpendap dalam hati sang anak;
d. Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau
mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan
penjaringan pasif yang sesungguhnya;
e. Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang
disimak; perhatian secara seksama bergantian dengan keasyikan
lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik
hatinya saja;
f. Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman
pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang menyimak benar-
benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan
sang pembicara;
g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan
membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan;
h. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti
jalan pikiran sang pembicara;
i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan
pikiran,pendapat, dan gagasan sang pembicara (Strickland,1957:
(Dawson [et all], 1963;154).
2. 3. 3 Ragam Menyimak
Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (ekstensive listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap
suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.
Menyimak ekstensif dapat pula memberi kesempatan dan
kebebasan bagi para siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata
dan struktur-struktur yang masih asing atau baru baginya yang terdapat
dalam arus ujaran yang berada dalam jangkauan dan kapasitas untuk
menanganinya.
Guru merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu
tujuan menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengan
cara baru, kerap kali sangat baik bila hal ini dilakukan dengan pertolongan
pita-pita otentik yang merekam pembicaraan dalam masyarakat. Yang jauh
lebih efektif serta meyakinkan adalah kutipan-kutipan dari ujaran yang
nyata dah hidup. Pada umumnya, sumberyang paling baik bagi berbagai
aspek menyimak ektensif adalah rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru
sendiri karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang
hendak dicapai. Rekaman-rekaman tersebut dapat memanfaatkan berbagai
sumber, seperti suara siaran radio dan televisi (Brouhton [et all],1978)
a. Menyimak Sosial
Dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial (social
listening) paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:
a) Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian
terhadap percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi
sosial dengan suatu maksud.
b) Menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan
penyimak dalam proses komunikasi tersebut (Andreson;
1972;69). Orang-orang yang dapat menanti kedua hal
tersebut anggota masyarakat yang baik.
Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder (secondary listening) sejenis kegiatan
menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif
(extensive listening). Berikut ini kita berikan dua buah contoh.
a. Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian
rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-
sayup sementara kita menulis surat pada seorang teman dirumah.
b. Sambil menikmati musik, kita ikut berpartisipasi dalam kegiatan
tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah liat, membuat
seketsa, dan latihan menulis indah (Dawson [et all], 1963:153;
Tarigan, 1972:69).
Menyimak Estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut
menyimak apresiasif (appreciational listening) adalh fase terakhir dan
kegiatan termasuk kedalam menyimak secara kebetulan dan menyimak
secara ekstensif, mencakup:
a. Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan
rekaman-rekaman.
b. Menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-
lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa atau aktor Dawson
[et all], 1963:153).
Menyimak Pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran yanpa upaya sadar
yang biasanya menandai uapaya-upaya kita pada saat belajar dengan
kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai serta
menguasai suatu bahasa.

Menyimak Intensif
Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih
diawasi,dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah
diadakan suatu pembagian penting, sebagai berikut.
a. menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan sebagai bagian dari
program pengajaran bahasa, atau
b. terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian secra
umum. Jelas bahwa dalm butir kedua ini makna bahasaudah secara umum
sudah diketahui oleh para siswa.
Jenis-jenis yang termasuk kedalam menyimak intensif ini, yaitu
menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak
eksploratif, menyimak interogatif dan menyimak selektif.
2. 3. 4 Tujuan Menyimak
Tujuan seseorang menyimak sesuatu itu sangat beraneka ragam,
antara lain:
a. Menyimak untuk belajar.
b. Menyimak untuk menikmati keindahan audial.
c. Menyimak untuk mengevaluasi.
d. Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
e. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan,
ataupun persaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancer dan
tepat.
f. Menyimak agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.
g. Menyimak agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan
analisis.
h. Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau
pendapat yang selama ini dia ragukan.
2. 3. 5 Proses Menyimak
Menyimak adalh suatu kegiatan yang merupakan suatu proses.
Dalam proses menyimakpun terdapat tahap-tahap, antara lain;
a. Tahap mendengar
b. Tahap memahami
c. Tahap menginterprestasi
d. Tahap mengevaluasi
e. Tahap menanggapi

2. 4 Penjelasan Narasumber
2. 4. 1 Pengertian Narasumber
Narasumber adalah orang yang terkait dengan rangkaian fakta yang
akan diberitakan yang dimintai keteranganan, dan pernyataannya oleh
seorang wartawan. Secara umum narasumber ini terbagi dalam dua bagian
besar, yakni narasumber utama (primer), dan narasumber pendamping
(sekunder).
Narasumber utama adalah orang yang terkait langsung dengan
rangkaian fakta yang diberitakan. Narasumber utama adalah orang yang
harus mendapat prioritas utama untuk "dikejar". Berita sering tak cukup
layak untuk dapat menjadi lengkap tanpa adanya keterangan atau
pernyataan dari nara sumber utama tersebut.
Narasumber sekunder adalah orang yang sengaja dikaitkan
wartawan karena keterangan dan pernyataannya dapat digunakan
wartawan untuk memperkuat beritanya sekaligus memberi warna dalam
tulisannya.
Terkait narasumber, kita juga mengenal istilah narasumber resmi,
yakni orang yang pernyataannya dinilai mewakili dinas, instansi, atau
lembaga resmi. Di lembaga pemerintahan, orang setingkat lurah, kades,
camat, kepala dinas, kabag humas, atau orang-orang yang secara resmi
ditunjuk untuk mewakilinya untuk memberikan pernyataan bisa disebut
sebagai nara sumber resmi. Untuk banyak sekali peristiwa, kedudukan
nara sumber resmi ini sangat penting, sebab keterangan yang diberikannya
adalah keterangan resmi yang "memiliki kekuatan hukum".
Selain narasumber resmi, dunia kewartawanan juga mengenal apa
yang disebut narasumber tak resmi. Narasumber tak resmi adalah orang-
orang yang dinilai tahu tentang informasi yang diperlukan terkait sebuah
berita. Mengutip pernyataannya tak dibenarkan kecuali disertai tanggapan
dari sumber-sumber resmi.
Posisi narasumber tak resmi ini juga sangat penting dalam sebuah
proses peliputan berita. Sebab, informasi yang diberikannya seringkali
akurat bahkan mengejutkan, dan kita tinggal mengonfirmasikannya dengan
sumber-sumber resmi.

2. 5 Metode Pembelajaran SAVI


2. 5. 1 Pengertian Model Pembelajaran SAVI
SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori
yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori
otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan
kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh;
belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran
SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar
yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera,
dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar
individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara
yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang
nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
2. 5. 2 Prinsip Dasar
Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan
Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL
yaitu:
a. pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
b. pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
c. kerjasama membantu proses pembelajaran
d. pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan.
e. belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.
f. emosi positif sangat membantu pembelajaran.
g. otak citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
2. 5. 3 Karakteristik
Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori,
Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:
a. Somatic
Somatic berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh soma.
Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan
bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah
pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera
peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh
sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).
b. Auditori
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih
kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus
menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari.
Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area
penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam
pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa
yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa
dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan
masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat
rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan
pengalaman belajar, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi
diri mereka sendiri.

c. Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam
otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses
informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa
yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat
melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau
sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar
visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata,
diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.
d. Intektual
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.
Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran
mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan,
makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini
diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang
merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.
2. 5. 4 Kerangka Perencanaan Pembelajaran SAVI

Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam


empat tahap:

a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan


perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang,
dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
Secara spesifik meliputi hal:

a) memberikan sugesi positif.

b) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa.

c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna.

d) membangkitkan rasa ingin tahu

e) menciptakan lingkungan fisik yang positif.

f) menciptakan lingkungan emosional yang positif

g) menciptakan lingkungan sosial yang positif

h) menenangkan rasa takut.

i) menyingkirkan hambatan-hambatan belajar.

j) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah.

k) merangsang rasa ingin tahu siswa


l) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

b. Tahap Penyampaian (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan


materi belajar yang baru dengan cara menari, menyenangkan,
relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya
belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:

a) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan.

b) pengamatan fenomena dunia nyata.

c) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh.

d) presentasi interaktif.

e) grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni.

f) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar

g) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim.

h) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok).

i) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual.

j) pelatihan memecahkan masalah

c. Tahap Pelatihan (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan


dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai
cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:

a) aktivitas pemrosesan siswa.


b) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali.

c) simulasi dunia-nyata.

d) permainan dalam belajar.

e) pelatihan aksi pembelajaran.

f) aktivitas pemecahan masalah.

g) refleksi dan artikulasi individu.

h) dialog berpasangan atau berkelompok.

i) pengajaran dan tinjauan kolaboratif.

j) aktivitas praktis membangun keterampilan mengajar balik.

d. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan


memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil
akan terus meningkat. Hal hal yang dapat dilakukan adalah:

a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera.

b) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi.

c) aktivitas penguatan penerapan.

d) materi penguatan prsesi.

e) pelatihan terus menerus.

f) umpan balik dan evaluasi kinerja.


g) aktivitas dukungan kawan.

h) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.

BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1 Rancangan Penelitian
3. 1. 1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk
melakukan perbaikan perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi,
dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan
menguji cobakan suatu id ke dalam praktik atau situasi nyata dalam
harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar.
3. 1. 2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan ( Action
Research) berdasarkan pendekatan Naturalistik Kualitatif. Pendekatan ini
memandang kenyataan sebagai sesuatu yang berdimensi jamak, utuh dan
merupakan kesatuan. Karena itu tidak mungkin disusun rancangan
penelitian yang terinci sebelumnya. Rancangan penelitian berkembang
selam proses penelitian berlangsung.
Penerapan penelitian didalam kelas diharapkan mampu memotivasi
guru memiliki kesadaran diri, melakukan refleksi diri dan kritik diri
terhadap aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan. Maka penelitian
tindakan ini didasarkan pada prinsip situasional yang berkaitan dengan
realitas lapangan yang dalam hal ini adalah suasana kelas. Membiarkan
kelas dalam suasana kewajaran, sebagaimana keadaan sebenarnya , artinya
tindakan dan penelitian yang akan dilakukan bertolak dari informasi-
informasi yang aktual yang diperoleh dari realitas yaitu guru, siswa dan
proses-proses selama pembelajaran berlangsung. Kemudian dijadikan
bahan dasar refleksi diri dalam menyusun rencana tindakan yang akan
dilakukan.

3. 1. 3 Perencanaan Siklus
Kegiatan yang akan dilakuakan dalam kegiatan penelitian nanti,
antara lain :
a. Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
b. Refleksi dari kegiatan pada siklus I, memungkinkan peneliti untuk
mengadakan perbaikan pada siklus I untuk diterapkan pada siklus II.
c. Siklus II, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup. Dengan
adanya perbaikan pada strategi pembelajaran, model pembelajaran
ataupun yang lainnya, yang dianggap oleh peneliti bisa memberi
peneingkatan dari siklus I.
d. Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus siklus tersebut
untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.

3. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di SDN 03 Nambangan Kidul Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun. Tindakan penelitian ini dikenakan pada siswa
kelas VA semester I dengan jumlah siswa 29 orang. Pelaksanaan tindakan
dikerjakan mulai pada tanggal 28 Desember 2012. Jam pelajaran 2
pertemuan setiap minggu dengan pertemuan 2 x 35 menit.

3. 3 Indikator Keberhasilan
Indikator yang ingin dicapai oleh peneliti, antara lain sebagai
berikut :
a. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan.
b. Ketepatan waktu siswa dalam melakukan kegiatan diskusi.
c. Interasksi antar siswa pada kegiatan pembelajaran.
d. Keaktifan siswa menanggapi perwakilan kelompok lain pada
kegiatan presentasi.

3. 4 Prosedur Penellitian
3. 4. 1 Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan RPP yang
akan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran wicara
dengan kompetensi dasar menanggapi penjelasan narasumber (petani,
pedagang, nelayan, dll) dengan memperhatikan santun bahasa dengan
model pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visalization Intellectualy).
Penyusunan RPP tersebut dilaksanakan pada tanggal 25-28 Oktober 2012.
Selain itu, seorang peneliti (guru) juga menyusun lembar evaluasi untuk
menguji kemampuan siswa dalam menanggapi penjelasan narasumber.
Lembar evaluasi ini disusun menjadi dua yaitu lembar penilaian untuk
guru dan siswa. Peneliti sebagai pengumpul data juga mempersiapkan
pertanyaan pertanyaan untuk kegiatan wawancara, lembar observasi,
lembar evaluasi / tes dan catatan lapangan.

3. 4. 2 Pelaksanaan Tindakan
Perencanaan siklus I direncanakan satu pertemua. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Jumat 28 Desember 2012. Sesuai dengan
RPP yang sudah disusun, langkah langkah pembelajaran yang akan
dilakukan oleh guru mengacu pada langkah langkah pembelajaran model
SAVI (Somatic Auditory Visalization Intellectualy). Langkah langkah
tersebut adalah sebagai berikut :
Pra Kegiatan
a. Guru mengucapkan salam.
b. Guru dan siswa berdoa bersama.
c. Guru memeriksa kehadiran siswa (presensi).
Guru mengkondisikan siswa untuk belajar.
Kegiatan Awal
a. Apersepsi
Guru bertanya jawab dengan siswa, untuk menggali
pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Guru memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan aktif.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari kompetensi yang
akan dipelajari.
Kegiatan Inti (45 menit)
Eksplorasi
a. Guru memperdengarkan rekaman narasumber.
b. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tantang rekaman yang
telah diputar.
c. Guru menjelaskan hal hal yang harus dilakukan untuk
memperoleh gagasan pokok penjelasan narasumber serta cara
memberi tanggapan terhadap penjelasan narasumber yang didengar
dengan bahasa yang santun.
Elaborasi
a. Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 5-
6 anak.
b. Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada masing
masing kelompok.
c. Guru memperdengarkan rekaman penjelasan narasumber.
d. Siswa memperhatikan isi penjelasan yang disampaikan
narasumber.
e. Siswa dalam kelompok berdiskusi untuk saling mengutarakan hasil
pemikiran masing masing.
f. Perwakilan dari masing masing kelompok bergantian
menyampaikan hasil diskusi.
g. Kelompok lain memperhatikan, memberikan komentar dan
memberikan nilai pada kelompok yang presentasi.
Konfirmasi
a. Guru meluruskan konsep siswa yang mungkin belum dipahami
siswa.
b. Guru memberi penghargaan pada kelompok yang hasilnya baik dan
memberi motivasi pada siswa yang kurang aktif dalam proses
diskusi.
Kegiatan Akhir
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.
b. Evaluasi, siswa mengerjakan soal tes akhir yang diberikan guru
secara individu.
c. Guru memberikan refleksi kepada siswa serta memberikan pesan
agar siswa bersikap kritis terhadap penjelasan yang didegar.
d. Pemberian tugas rumah sebagai tindak lanjut.
e. Guru mengucap salam penutup.

3. 4. 3 Tahap Pengamatan
Selama tahap pelaksanaan tindakan, peneliti berusaha melakukan
pengamatan dan perekaman terhadap aktivitas belajar siswa dan suasana
pembelajaran yang terjadi di kelas. Semua aktivitas siswa direkam dean
cara mencatat apa yanga dilakukannya, pengalaman apa yang
diperolehnya, tanggapan apa yang disampaikannya berkaitan dengan
aktivitas pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI.

3. 4. 4 Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil
analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi
terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.

3. 5 Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : RPP,
wawancara, lembar observasi, lembar evaluasi / tes prestasi belajar, dan
catatan lapangan. RPP digunakan untuk pedoman pelaksanaan praktik
pembelajaran (tindakan). Kuis atau tes prestasi belajar digunakan untuk
mengetahui kualitas hasil belajar.
3. 6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan
tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal
siswa.
b. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan
berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada
selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disusun.
c. Lembar Evaluasi / Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk
mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan.
Test tersebut berbentuk multiple choise dan subyektif agar banyak
materi tercakup.
d. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian
sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam
observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini.

3. 7 Teknik Analisis Data


3. 7. 1 Kemampuan Berfikir
Data hasil observasi dan catatan guru dianalisis secara deskriptif
untuk mengetahui kualitas proses belajar mengajar. Untuk megetahui
peningkatan kualitas hasil belajar dilakukan dengan cara membandingkan
skor individu dan kelompok dengan tes atau kuis sebelumnya. Selain itu
kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian
untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan
jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan
dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada
siklus II.
3. 7. 2 Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognitif dari hasil test dianalisis dengan
teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan
menggunakan kriteria ketuntasan belajar. Siswa dianggap telah belajar
tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, secara kelompok dianggap
tuntas jika telah mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya
serap minimal 65 %.

DAFTAR PUSTAKA

Broughtton, Geoffrey [et all]. 1978. Teaching English as a Foreign Language.


London. Routledge. Kegan Paul
Malawi, Ibadullah dan Edy, Siswanto. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Madiun.
IKIP PGRI Fakultas Ilmu Pendidikan
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Yulianto, Bambang. 2008. Aspek Kebahasaan dan Pembelajarannya. Surabaya.
Unesa University Press
http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/pengertian-minat-belajar.html
http://www.sekolahdasar.net/2012/04/hakikat-dan-kedudukan-
pembelajaran.html#ixzz2H0mt2mzz
http://www.sekolahdasar.net/2012/04/hakikat-dan-kedudukan-
pembelajaran.html#ixzz2H0nN3QSi
http://mysexy.webnode.com/news/narasumber1/
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-savi/

Anda mungkin juga menyukai