Anda di halaman 1dari 3

DIURETIK OSMOTIK

Tubulus proksimal dan ansa henle desendens sangat permeable terhadap air.
Diuretik osmotik yang tidak di transportasimenyebabkan air dipertahankan di segmen
ini, yang dapat menimbulkan diuresis air. Salah satu contoh, manitol, yang digunakan
terutama untuk menurunkan peningkatan intrakranial, tetapi obat ini jarang digunakan
untuk menghilangkan toksin ginjal, yang mungkin dibutuhkan hemolisis atau setelah
penggunaan zat radiokontras (Katzung, 2011)

Farmakokinetik
Manitol tidak dimetabolisme terutama oleh Glomerulus Filtrasi, sedikit atau
tampa mengalami reabsobsi dan sekresi di tubulus atau bahkan praktis dianggap tidak
direabsrbsi. Manitol meningkatkan tekanan Osmotik pada Glomerulus Filtrasi dan
mencegah tubulus mereabsorbsi air dan sodium. Sehingga Manitol paling sering
digunakan diantara obat ini. Sesuai dengan definisi, diuretic osmotic absobsinya jelek
bila diberikan peroral, yang berarti bahwa obat ini harus diberikan secara parenteral.
Manitol diekresikan melalui Filtrasi Glomerulus dalam waktu 30 60 menit setelah
pemberian. Efek yang segera dirasakan klien adalah peningkatan jumlah urine. Bila
diberikan peroral manitol menyebabkan diare Osmotik. Karena Efek ini maka Manitol
dapat juga digunakan untuk meningkatkan efek pengikatan K+ dan resin atau
menghilangkan bahan-bahan toksin dari saluran cerna yang berhubungan dengan zat
arang aktif (Katzung, 2011).

Farmakodinamik
Diuretik osmotik membatasi reabsorbsi air terutama pada segmen-segmen di
mana nefron sangat permeableterhadap air: rubulus proksimal dan ansa Hele
descendens. Adanya bahan yang tidak dapat direabsorbsi air normal seperti manitol,
dapat mencegah absorbsi air normal dengan memasukan tekanan osmotik melawan
keseimbangan. Akibatnya, volume urin mwnigkat bersamaan dengan eksresi manitol.
Peingkatan bersamaan dalam laju aliran urin menurunkan waktu kontak antara cairan
dan epitel tubulus sehingga menurunkan reabsorbsi natrium. Namun demikian,
nutriensyang terjadi kurang berarti dibandingkan dengan diuresis air, yang mungkin
menyebabkan hipernatremia (Katzung, 2011)

Indikasi
Terapi penatalaksanaan untuk menurunkan peningkatan Tekanan intra cranial
dimulai bila mana tekanan Intra cranial 20-25 mmHg. Managemen Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan Intra cranial salah satunya adalah pemberian obat DIuretik
Osmotik (Manitol), khususnya pada keadaan patologis Oedema Otak. Tidak
direkomendasikan untuk penatalaksanaan Tumor Otak. Seperti yang telah dijelaskan
diatas, Diuretik Osmotik (Manitol) menurunkan cairan total tubuh lebih dari kation total
tubuh sehingga menurunkan volume cairan intraseluler (Chasani, 2008).

Kontraindikasi
Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau
udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila akan
dilakukan kraniotomi. Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda
gangguan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru (Pannu, 2008).

Efek Samping Obat

Manitol secara cepat didistribusikan ke ruangan Ekstraseluler dan mengeluarkan


air dari ruang Intraseluler. Awalnya, hal ini akan menyebabkan ekspansi cairan
ektraseluler dan hiponatremia. Efek ini dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung
kongestif dan akan menimbulkan edema paru. Sakit kepala, mual, dan muntah
ditemukan pada penderita yang mendapatkan diuretic ini. Penggunaan Manitol
berlebihan tanpa disertai pergantian air yang cukup dapat menimbulkan dehidrasi berat,
kehilangan air dan hipernatremia. Komplikasi ini dapat dihindari dengan
memperhatikan ion serum dan keseimbangan cairan. Meskipun osmotic ini telah lama
dipertimbangkan memnyebabkan resiko balik, dengan Tekanan Intra cranial kem,bali
tinggi. Atau menjadi lebih tinggi dari tekanan awal penanganan, fenomena seperti ini
sekaran dipertayakan kembali. Bebarapa peneliti percaya bahwa resiko ini harusnya
tidak terjadi bila pembarian obat dilakukan dengan tepat. Karena alasan ini pembarian
manitol harus hati-hati, tepat dan pengawasan atau monitoring respon klien yang benar
dan adekuat (Batubara, 2008)

Katzung, B.G. 2011. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

Chasani, S. 2008. Antibiotik Nefrotoksik : Penggunaan pada Gangguan Fungsi Ginjal.


Devisi Ginjal Hipertensi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNDIP/ RS Kariadi.
Semarang

Pannu, N., K. Mitra., M.D. Nadim. 2008. An Overview of Drug-Induced Acute Kidney
Injury. Crit Care Medicine Vol 36 No 4

Batubara, P. L. 2008. Farmakologi Dasar edisi II. Jakarta:Lembaga Studi dan


Konsultasi Farmakologi.

Anda mungkin juga menyukai