(AKAMIGAS)
ALAT PENGOLAHAN
PETROKIMIA-I
Disusun oleh
y^&#saigaEg&^
KATA SAMBUTAN
Dengan mengucap puji sukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Tim Penyusun Buku
Bahan Ajar AKAMIGAS yang didanai oleh Proyek Pendidikan Migas tahun anggaran
2001 telah menyelesaikan tugasnya menyusun 50 (lima puluh) Buku Bahan Ajar
AKAMIGAS untukjurusan :
_.r_, Desember2001
4'' Ka. PU^&iKLATNMlGAS
Tulisan ini sengaja disusun untuk membantu kelancaran program Pendidikan dan
Pelatihan dilingkungan AKAMIGAS dan kursus-kursus dibidang Industri Minyak
dan Gas Bumi. Dengan tersusunnya tulisan ini diharapkan dapat memberikan nilai
tambah bagi diri penulis sendiri dan para pembaca khususnya di daiam upaya
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan di bidang operasi proses pengolahan
migas.
Tulisan yang diberi judul ALAT PENGOLAHAN PETROKIMIA - I ini disusun
sebagai materi kuliah Program Deploma I Jurusan Petrokimia.
Atas segala kekurangan dan keterbatasan penulis, disadari bahwa masih banyak
hal-hal yang perlu disempurnakan, oleh karena itu sumbang saran dan umpan
balik dari para pembaca sangat saya harapkan.
Sungguh bahagia yang akan penulis rasakan jika tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Cepu, Mi 2001
Penyusun,
kaesa
DAFTARISI
KATAPENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
i, 1. PIPA DAN TUBE 1
1.1. Pipa dan spesifikasinya 1
1.1.1. Bahan-bahab pipa 1
1.1.2. Komponen perpipaan 2
1.1.3. Metodapenyambungan 3
1.1.4. Ukuran pipa 3
1.2. Penetapan diameter pipa 4
1.2.1. Pumping cost 5
1.2.2. Fixed charge untuk sistem perpipaan 7
1.2.3. Optimum pipe diameter 8
2. ISOLASI PANAS 12
2.1. Bahan isolasi 12
2.2. Bahan dan bentuk isolasi 13
2.2.1. Bahan isolasi termal berbentuk serat 14
2.2.2. Bahan isolasi dalam bentuk bubuk dan bata 14
n
2.7.4. Kerugian panas melalui dinding pipa berisolasi 23
3. POMPA 28
3.1. Klasifikasi pompa 28
3.2. Pompa sentrifugal 29
3.2.1. Karakteristik pompa sentrifugal 30
3.2.2. Hukum affinitet 32
3.3. Pompa rotary 33
3.3.1. Karakteristik pompa rotary 33
3.3.2. Pemilihan pompa rotary 34
3.4. Pompa reciprocating 34
3.5. Tekanan pompa 36
3.6. Head pompa 37
3.7. Net Positive Suction Head (NPSH) 39
3.7.1. NPSHa 40
3.7.2. NPSHr . 40
3.8. Tenaga pompa 41
4. KOMPRESOR 44
4.1. Klasifikasi kompresor 44
4.1.1. Kompresor reciprocating 44
.4.1.2. Kompresor rotary 46
4.1.3. Kompresor sentrifugal 46
4.1.4. Kompresor aksial 47
4.2. Kelebihan masing-masing kompresor 48
4.3. Spesifikasi kompresor 48
4.3.1. Persyaratan dalam pembelian kompresor 49
4.3.2. Kapasitas 50
4.3.3. Tekanan 50
4.3.4. Kerja kompresor 51
f.
4.4. Single stage compressor 52
4.4.1. Kerja yang dilakukan sepanjang kompresi isotermis 53
4.4.2. Kerja yang dilakukan sepanjang kompresi politropis 53
4.4.3. Kerja yang dilakukan sepanjang kompresi adiabatis 53
4.5. Tenagateoritis yang diperlukan kompresor 54
kaesa
111
4.5.1. Tenaga isotermis (Pi) 54
4.5.2. Tenaga politropis (Pp) 55
4.5.3. Tenaga adiabatis (Pa) 56
4.6. Efisiensi kompresor 56
5. HEAT EXCHANGER 60
5.1. Definisi 60
5.2. Tipe dan bentuk HE 61
5.2.1. Double pipe exchanger 62
5.2.2. Shell and tube exchanger 63
5.3. Bagian-bagian shell and tube exchanger 71
5.3.1. Tube 71
5.3.2. Shell 73
5.3.3. Baffle 73
5.3.4. Tie rode dan spacer 75
5.3.5. Pass 76
5.4. Perpindahan panas 77
5.4.1. Perpindahan panas konduksi 77
5.4.2. Perpindahan panas konveksi 79
5.4.3. Perpindahan panas radiasi 80
5.5. Perpindahan panas melalui dinding pipa 81
5.5.1. Koefisien perpindahan panas 82
5.5.2. Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD) 83
6. FURNACE 88
6.1. Konstruksi furnace 88
6.2. Radiasi 92
6.2.1. Radiation absorption rate 93
6.2.2. Metoda Lobo-Evans 100
DAFTAR PUSTAKA
kaesa iv
y-nwww*. ^,.Trg^^Vi^'g'-^^
1. PIPA DAN TUBE
Pada dasarnya sistem perpipaan untuk setiap industri tidak jauh berbeda,
perbedaan-perbedaan yang mungkin terjadi hanya pada kondisi operasi.
Pabrikasi pipa dapat dilakukan pada bengkel-bengkel di lapangan atau pada
suatu pabrikasi khusus di tempat tertentu yang kemudian dikirim ke lapangan,
sehingga di lapangan hanya tinggal melakukan penyambung saja. Hal ini
menguntungkan dari segi waktu, biaya operasi dan pekerjaan di lapangan.
Pengambilan keputusan untuk pabrikasi pipa di suatu bengkel di lapangan atau di
suatu tempat di luar lapangan bahkan di negara lain, memerlukan pertimbangan
teknis dan ekonomis secara cermat.
b) Carbon moly
c) Galvanees
d) Ferro nikel
$&
e) PVC (poly vinyl chloride)
f) Chrome moly
Sedangkan secara khusus pipa dapat dibuat dari bahan-bahan berikut:
a) Fibber glass
b) Aluminium
kaesa
c) Wrought iron (besi tempa)
d) Copper (tembaga)
e) Red brass (kuningan merah)
f) Nickel copper (monel)
g) Nickel chrom iron (inconel)
Pemilihan bahan perpipaan hams disesuaikan dengan penggunaannya, dan hal ini
telah ditetapkan oleh lembaga internatsional seperti ASTM dan ANSI yang telah
membuat pengelompokan sebagai berikut:
a) Perpipaan utnuk pembangkit tenaga
b) Perpipaan untuk industri gas
c) Perpipaan untuk prose pengolahan minyak
d) Perpipaan untuk pengangkutan minyak
e) Perpipaan untuk proses pendinginan
f) Perpipaan untuk tenaga nuklir
g) Perpipaan untuk distribusi dan transmisi gas
Selain berdasarkan penggunaannya seperti yang telah dijelaskan di atas, perlu pula
diketahui bahwa faktor-faktor lain yang perlu dijadikan sebagai bahan
pertimbangan adalah suhu, tekanan, sifat korosivitas fluidanya, karakteristik
lingkungannya, dan lain sebagainya.
c) Fitting (sambungan)
kaesa
d) Valve (katup)
e) Bolting (baut)
f) Gasket (perapat)
kaesa
c) Skedul extra strong (XS)
d) Skedul double extra strong (XXS)
e) Skedul khusus
SN=Moop
(1-1)
s
Turbulent Flow
Reasonable
Type of Fluid velocity
ft/s
Water or fluid similar to water 3-10
kaesa
High-pressure steam (100 psig and up) 100 - 200
Untuk kondisi aliran yang telah ditetapkan, semakin besar diameter pipa yang
dipilih akan mengakibatkan semakin besar biaya investasi (dalam hal ini fixed
charge), tetapi untuk biaya pemompaan akan semakin kecil. Dengan demikian
diameter pipa yang optimum hams ditetapkan dengan membuat perhitungan-
perhitungan.
Untuk kondisi operasi yang ditetapkan yang meliputi laju alir fluida
incompressible yang dipompakan melalui pipa, maka neraca total energi mekanik
dapat dinyatakan seperti berikut.
, 2fv2L(l +J)
W = ^ J- +B d-2)
dimana:
kaesa
L = panjang pipa, ft
J = friction loss karena fitting dan belokan, dinyatakan sebagai equivalent
fractional loss dalam suatu pipa lurus.
gc = conversion factor dalam hukum Newton, 32,17 ft.lbm/(s2)(lbf)
D = diameter dalam pipa, ft
B = konstanta untuk neraca energi mekanik.
'-^ 1,1 Re
0-3)
dimana NRe =
f = -^ (1-4)
NRe
0,273 qfV'84//c'16K(l + J) H
^pumping -r.4,84 t. T D Vi--V
Dr e
dimana:
kaesa
m,. = viskositas fluida, cp
K = harga energi listrik, $/kWh
Hy = jam operasi per tahun
E = efisiensi motor dan pompa dinyatakan dalam fraksi
B' = konstanta yang harganya tidak tergantung D;
Dengan menggabungkan persamaan (1-2) dan (1-5) serta dengan menggunakan
faktor konversi yang diperlukan diperoleh persamaan untuk menentukan annual
pumping cost untuk kondisi laminer sebagai berikut:
0,024 q? juc K (l + J) Hv
C =-
^ pumping \ E
D ,JL +B' (1-6)
c pipe
. =XDni (1-7)
x '
dimana:
kaesa
Annual cost untuk sistem perpipaan terpasang dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan berikut.
dimana:
-pipe biaya sistem perpipaan terpasang per foot panjang pipa per tahun, $/tahun
F = ratio of total cost untuk fitting dan instalasi terhadap harga pembelian
KF = annual fixed charge termasuk pemeliharaan
D i.opt
(1-9)
n(l + F)XEKt
D i.opt
(1-10)
n(l + F)XEKF
kaesa
Harga nuntuk steel pipe sekitar 1,5 jika diameter pipa 1in atau lebih besar, dan 1
untuk pipa yang diametrnya lebih kecil dari satu. Dengan demikian persamaan (1-9)
dan (1-10) menjadi seperti persamaan berikut.
D; > 1 in:
0,158
D; < 1 in:
0,171
D; > 1 in:
0,182
Tk 0,364 ,,0,182
"0,064 K(l + J)Hy" (1-13)
Di,oPt - qf Mo (1 + F)XEKF
D; < 1 in:
0,20
D
q0,40 ^0,20 0,096 K(l + J)Hy (1-14)
i.opt
(1 + F)XEK,
Exponen yang ada di dalam persamaan (1-11) hingga (1-14) menunjukkan bahwa
optimum diameter relative tidak peka terhadap kebanyakan besaran yang terlibat.
Karena harga exponen viskositas dalam persamaan (1-11) dan (1-12) sangat kecil
maka harga |a.c0'025 dan |ac0'027 dapat dianggap sama dengan satu.
Berikut adalah harga-harga yang sering digunakan pada kondisi industri:
K = $0,055/kWh
kaesa
J = 0,35 atau 35 %
Hy = 8.760 jam/tahun
E = 0,50 atau 50 %
F = 1,4
KF = 0,20 atau 20 %
X = $0,45/foot panjang pipa berdiameter 1 in
Di 1 in:
2,2_w?;45
D0PI -3,9qrV- ^f-- d-15)
P
Dj < 1 in:
D A n JM9 0,14 ,A - r.
i.opt -4,7 qf p (1-16)
Dj 1 in:
Dj < 1 in:
Reynold Number:
Untuk penggunaan mmus-mmus tersebut, harga bilangan Reynold dapat dihitung
langsung dengan menggunakan persamaan berikut.
kaesa
10
22.800/7 qf
N = d. , i.opt r*c (1-19)
Contoh:
Tentukan optimum inside pipe diameter untuk mengalirkan 10 ft3/min cairan yang
mempunyai densitas 62,4 lb/ft3 dan viskositas 1,13 cp.
Penyelesaian:
qf= 10 ft3/min = 0,167 ft3/s
r = 62,4 lb/ft3
nic = 1,13 cp
AnggapNRe < 2.100:
kaesa
11
2. ISOLASI PANAS
Seperti halnya dengan jenis energi lainnya, energi panas juga harus dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin atau dengan kata lain harus dihindari terjadinya
kebocoran-kebocoran pada penggunaannya. Isolasi panas adalah suatu bahan pelapis
yang berfungsi menahan kebocoran panas. Meningkatnya harga energi dewasa ini
membuat fungsi isolasi panas menjadi semakin penting. Dewasa ini, selaras dengan
perkembangan teknologi, telah dapat dihasilkan berbagai jenis isolasi panas untuk
berbagai macam keperluan, misalnya untuk keperluan industri dan bangunan. Fungsi
isolasi panas berkembang tidak hanya untuk menghindari kebocoran panas, tetapi juga
untuk mencegah kebakaran, mengontrol suhu, meningkatkan produksi dan menciptakan
kondisi kerja yang aman dan lebih baik.
Bahan isolasi panas memiliki daya penghambat aliran panas atau biasanya disebut
tahanan panas (heat resistance). Bahan isolasi panas dapat dibuat dari satu jenis
bahan maupun kombinasi dari beberapa jenis bahan. Baik atau tidaknya mutu isolasi
panas tergantung dari jenis bahannya dan cara memproses bahan-bahan isolasi
tersebut.
Untuk dapat memanfaatkan isolasi panas seefektif mungkin, perlu dipahami beberapa
sifat dasar bahan isolasi panas. Sifat-sifat dasar ini terutama menyangkut kelakuan
atau sifat bahan terhadap kemampuan menahan aliran panas. Sebelum sifat-sifat dasar
bahan isolasi dipahami, pengertian dasar tentang mekanisme perpindahan panas perlu
diketahui terlebih dahulu.
Bahan isolasi anorganik dari mineral alam telah lama dipergunakan di dalam industri.
Pada masa sekarang permintaan akan bahan ini sangat meningkat dimulai dari
penghematan energi mengarah kepada perbaikan sifat-sifat dan pengembangan bahan
bam. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penggunaan isolasi termal adalah
sebagai berikut:
a) Mengurangi kerugian panas, yang akibatnya akan memberikan keuntungan dari segi
biaya operasi.
b) Mengurangi penumnan suhu dalam pipa dan peralatan lain (suhu tumn sebagai akibat
mengalirnya panas ke lingkungan sekitarnya.
c) Menurankan/menjaga suhu permukaan luar pipa atau peralatan lain untuk melindungi
setiap orang yang menyentuhnya dari bahaya panas maupun dingin.
d) Menjaga kondisi suatu zat agar tetap pada fase tertentu, misalnya gas tidak
mengembun dan sebaliknya cairan tidak menguap.
kaesa
e) Menjaga kondisi suatu fluida agar tetap pada keadaan yang dapat mengalir atau tidak
membeku selama penyimpanannya dan transportasinya.
Bahan isolasi termal dari kebanyakan bahan anorganik dapat digolongkan menumt
bentuknya seperti berikut:
* Bubuk atau butiran
Salah satu sifat dasar yang diperlukan bagi bahan isolasi adalah hantaran panas yang
rendah. Umumnya konduktivitas termal dari bahan keramik lebih rendah dari bahan
logam. Gas memiliki konduktivitas termal yang lebih rendah dari pada bahan padat, dan
bahan yang mengandung banyak udara memberikan struktur yang menahan perpindahan
panas dengan konveksi oleh udara sehingga memiliki isolasi termal yang baik sekali.
Dibanding dengan isolasi jenis lain seperti yang digunakan dalam bidang bangunan,
maka ciri khas isolasi termal adalah mampu bekerja pada suhu berkisar antara - 250 C
sampai 1.500 C.
Dewasa ini bahan isolasi tidak saja berasal dari bahan tambang (mineral), tetapi telah
banyak diproduksi dari bahan-bahan sintetis yang menggunkannya entah sebagai bahan
campuran ataukah sebagai bahan utama dalam pembuatan isolasi. Dengan beraneka
ragamnya penggunaan isolasi di dalam industri sekarang ini, maka produser dituntut
untuk dapat menyediakan isolasi yang sesuai dengan kebutuhan. Sudah barang tentu
tidak hanya itu saja, tetapi dari segijumlah dan mutunya hams tetap dapat dijaga.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan dalam penyediaan isolasi ialah dari segi
konstruksinya. Untuk pemakaian isolasi di dalam sistem perpipaan ataupun bejana ada
kaesa
13
kecendemngan orang untuk memilih isolasi yang mudah dipasang dan dibentuk sesuai
dengan situasi perpipaan itu sendiri, sehingga hal yang praktis ini sangat
menguntungkan dari segi waktu dan tenaga.
Asbes adalah bahan mineral yang bempa serat dan terbentuk secara alamiah, ditemukan
di alam sebagai krisotil, amosit, krosidolit, dan sebagainya. Asbes dapat dipakai sebagai
bahan isolasi setelah mineral tersebut dilepaskan menjadi bentuk seperti kapas. Dewasa
ini telah banyak tersedia isolasi dalam bentuk kain asbes, tali asbes dan spon asbes.
Spon asbes akhir-akhir ini dikembangkan sebagai bahan isolasi termal yang mempunyai
sifat fleksibel dan ketahanannya terhadap panas yang baik sekali.
Slag wool dan rock wool bertumt-tumt dibuat dari slag tanur tinggi dan dari batuan
gunung berapi. Bahan baku dicairkan dalam bentuk kopala atau tanur listrik dan dibuat
menjadi serat halus. Permukaannya dilapisi resin agar tahan terhadap air. Bahan ini
dipergunakan terutama sebagai isolasi pada pekerjaan konstruksi.
Serat keramik termasuk glass wool kuarsa, serat Al203-Si02 dan serat alumina. Serat
keramik ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Tahan terhadap suhu tinggi
b) Ringan dan sangat baik sebagai isolasi
c) Tahan terhadap kejutan termal
d) Stabil (tidak bereaksi)
e) Dapat dibuat dalam berbagai bentuk
Bahan ini dibuat berbentuk seperti kapas, felt dan lembaran tipis dan dipakai sebagai
bahan isolasi yang baik sekali untuk lapisan dinding tanur. Disamping itu juga banyak
digunakan sebagai bahan isolasi untuk ketel uap, turbin, cerobong asap, dan peralatan-
peralatan proses lainnya.
Bahan otoklaf kalsium silikat secara kasar dapat digolongkan atas bahan yang temtama
terdiri dari tobermorit Ca5(Si6018H5).8H20 dan yang temtama terdiri dari ksonotlit
Ca6Si6017(OH)2. Kedua bahan tersebut hampir memiliki sifat yang sama dalam hantaran
kaesa 14
termal, tetapi bahan isolasi termal ksonotlit lebih unggul dari pada bahan isolasi yang
terbuat dari tobermorit karena tahan terhadap gas karbon dioksida, dan memiliki nilai
susut rendah pada suhu tinggi. Bahan tersebut digunakan sebagai bahan isolasi tahan api
pada bangunan bertingkat, bahan isolasi pemmahan, bahan penyekat antara bagian
panas dan bagian dingin, dan sebagainya.
Jika ukuran porous dibuat lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata dari gas yang
terperangkap dalam porous, maka penembusan gas sangat terhalang, hal ini akan
menumnkan laju perpindahan panas oleh pergerakan gas. Berdasarkan azas ini, maka
dibuat bahan isolasi termal dari butiran halus silika gel, karbon hitam dan oksida
titanium. Bahan isolasi untuk tanur adalah bahan isolasi termal yang sejak lama telah
dipergunakan yang memiliki sifat refraktori baik sekali. Bahan ini hams memiliki sifat-
sifat seperti berikut:
a) Ringan
b) Refraktori yang baik sekali
c) Baik sebagai isolasi termal
Bata tahan api alumina sebagai isolasi untuk suhu tinggi terdiri dari 90 - 99 % A1203,
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Tahan terhadap korosi slag asam dan basa
b) Tahan terhadap gas peredukdi seperti H2
c) Tahan rontok (spalling) yang sangat baik
Bahan ini dipakai untuk lapisan tanur penganil baja tahan karat, tungku penyolder,
tungku perlakuan panas untuk semikonduktor dan tungku bergas hidrogen.
Bata tahan api isolasi termal terbuat dari bahan bersifat silikat memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a) Suhu pelunakan beban tinggi
b) Stabil secara termal pada suhu tinggi
c) Tidak bereaksi dengan bata silika pada suhu tinggi
Bata ini dipergunakan sebagai lapisan refraktori silikat dalam tanur tinggi, lapisan
penahan pada tanur pelebur gelas dan sebagainya.
kaesa 15
2.2.3 Isolasi dalam bentuk selimut (blanket)
Banyak macam isolasi berbentuk selimut seperti fleksibel blanket, rock wool blanket, felt
blanket dan lain sebagainya. Jenis isolasi ini biasanya banyak digunakan pada peralatan
yang sering dilakukan bongkar pasang. Untuk menahan pengamh dari lingkungannya
umumnya dilapisi dengan kawat ram atau kertas aluminized kraft.
2.3 Terminologi
Beberapa istilah penting yang menunjukkan sifat-sifat isolasi dan perlu dimengerti oleh
berbagai kalangan adalah sebagai berikut:
* Abrasion resistance: sifat ketahanannya terhadap abrasi yang ditunjukkan oleh
besarnya nilai susut berat.
* Alkalinity/acidity: sifat keasaman, sifat ini akan mempengaruhi peralatan yang
diisolasi temtama terhadap perusakan/korosi.
* Breaking load: sifat ketahanannya terhadap beban, dalam hal ini menunjukkan sampai
sejauh mana kegetasannya apabila isolasi dikenai beban.
* Capilarity: sifat kemampuannya menyerap cairan, dalam hal ini menunjukkan sejauh
mana isolasi dapat ditembus oleh cairan dan tinggal di dalamnya.
* Chemicalreaction: sifat kecenderungannya untuk befeaksi dengan zat lain.
* Coefficientexpansion: sifat pengembangannya terhadap perubahan suhu.
* Combustibility: sifat kecenderungannya untuk dapat terbakar sebagaimana senyawa
hidrokarbon.
kaesa lg
* Compressivestrenght: sifat yang menunjukkan ketahanannya terhadap tekanan.
* Corrosion to subtrates: sifat yang menunjukkan pengamh kimianya terhadap metal
yang diisolasi.
* Density: jumlah massa per satuan volume, hal ini untuk mempertimbangkan berat-
ringannya isolasi.
* Hardness: sifat yang menunjukkan kekerasannya untuk menahan penetrasi.
* Hygroscopicity: sifat yang menunjukkan daya serap air untuk tetap tinggal di
dalamnya.
* Incidence of cracking: sifat kecendemngannya untuk pecah apabila digunakan pada
permukaan yang panas.
* Resistance to acid: sifat yang menunjukkan ketahanannya terhadap asam.
* Resistance to caustic: sifat yang menunjukkan ketahanannyaterhadap soda.
* Shear strenght: sifat yang menunjukkan kekuatan untuk menahan belahan/sobekan.
* Shrinkage: sifat yang menunjukkan kecendemngannya untuk menyusut akibat
menurunan suhu.
* Specific heat: sifat yang menunjukkan jumlah panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan satu derajad suhu setiap satuan masa.
* Temperature limit: sifat yang menunjukkan batasan suhu maksimumyang diijinkan.
* Temperature rise-self internal heating: sifat yang menunjukkan jika dipanasi di atas
suhu tertentu akan terjadi reaksi internal, yang menyebabkan suhu internal naik jauh
melampaui suhu yang sebenarnya. Suhu internal tidak hanya menyebabkan kemsakan
pada material, tetapi juga dapat menimbulkan kebakaran.
* Tensile strenght: sifat yang menunjukkan ketahanannya terhadap gaya tarik.
* Thermal conductivity: sifat yang menunjukkan sampai sejauh mana daya hantar
panasnya.
* Thermal diffusivity: Sifat yang menunjukkan laju perubahan suhu di dalam isolasi.
Temtama untuk proteksi panas, isolasi hams mempunyai thermal diffusivity sekecil
mungkin.
* Thermla shock resistance: Sifat yang menunjukkan ketahanannya terhadap kemsakan
akibat suhu yang mendadak.
kaesa \7
2.4 Klasifikasi isolasi menurut suhu operasinya
Disamping ada beberapa jenis dan bentuk isolasi yang tersedia, ada juga isolasi yang
diklasifikasikan menumt suhu operasinya.
a) Isolasi suhu rendah: penggunaannya untuk suhu operasi di bawah suhu kamar,
misalnya untuk keperluan mengisolasi pada sistem refrigerasi.
b) Isolasi suhu menengah: penggunaannya untuk suhu operasi dari suhu kamar sampai
1.000 C. Kebanyakan dalam pemakaiannya untuk sistem perpipaan.
c) Isolasi suhu tinggi: penggunaannya untuk suhu 1.000 C keatas. Sebagai contoh
misalnya digunakan sebagai refraktori, dan pemasangannya dapat dilakukan dengan
cara penguapan atau pengecoran.
Isolasi untuk pipa yang pembuatannya dengan cara penuangan, ditetapkan dengan suatu
sistem standard ukuran ASTM yang mana memberikan fleksibilitas yang besar dalam
memilih ketebalannya. Ketebalan isolasi pipa yang sebenarnya adalah satu setengah kali
dari perbedaan antara diameter luar dari pada pipa yang tertutup lapisan dikurangi
celahnya (clearance). Isolasi tersebut dibuat untuk pipa yang berukuran mulai dari 1/2
sampai 30 NPS (Nominal Pipe Size), oleh karena itu isolasi pipa dibuat dengan
ketebalan nominal 1; 1,5; 2 atau 2,5 inci. Di samping untuk keperluan pipa, tersedia
juga untuk fitting, flange dan valve. Dan bentuknya juga beraneka ragam seperti
misalnya flat atau curved block, blankets, molded brick dan cast cements.
Pemilihan bahan isolasi mempakan suatu masalah teknis yang tidak dapat dilakukan
secara sembarangan. Prinsip-prinsip tertentu dapat digunakan sebagai petunjuk
pemilihan isolasi adalah sebagai berikut:
a) Pemilihan bahan yang sesuai dengan rentang suhu kerja
b) Pilihlah jenis isolasi yang mempunyai konduktivitas panas rendah.
kaesa 18
c) Pilihlah satu tipe dan bentuk yang sesuai agar mampu menahan tegangan yang timbul
karena perubahan panas. Termasuk juga ketahanan terhadap air dan bahan kimia
sebagaimana yang ada dilingkungannya.
d) Tentukan cara-cara penggunaannya yang baik dengan maksud untuk menjamin agar
tetap seperti bentuk aslinya dan nilai-nilai pengisolasiannya.
e) Pilihlah ukuran optimum yang berdasarkan atas pertimbangan faktor teknis dan
ekonomis.
Isolasi dingin pada umumnya lebih mahal dari pada isolasi panas. Sebagai contoh
misalnya Houdry cracking unit memerlukan 9,1 % dari total biaya pembangunannya
untuk isolasi, dan sementara untuk sistem refrigerasi memerlukan 21,4 % dari total
biaya pembangunannya untuk isolasi.
kaesa 19
2.6. Cara pemasangan isolasi
Disamping pemilihan isolasi yang tepat, keberhasilan isolasi juga ditentukan oleh cara
pemasangan yang benar. Adanya "short circuit" (sirkuit singkat) akan mengakibatkan
pemborosan panas yang berlebihan.
Terjadinya celah pada sambungan isolasi atau karena keretakan akan mengakibatkan
timbulnya paparan langsung sehingga pancaran panas keluar melalui celah tersebut
kemungkinannya besar sekali. Demikian juga adanya benda yang mempunyai
konduktivitas panas yang cukup tinggi di dalam isolasi.
Lembaran busa plastik fleksibel juga dapat digunakan pada duct dan bejana bulat yang
besar dengan bantuan contact adhesives. Adhesive dilapiskan pada permukaan metal
dan permukaan lembaran isolasi. Posisi lembaran isolasi yang dipasang diatur
sedemikian rupa untuk penekanan lateral agas isolasi dalam kedudukan yang kokoh.
20
Busa urethane adalah mempakan bahan yang mudah terbakar, oleh karena itu
penggunaan isolasi jenis ini direkomendasikan hanya untuk bejana atau pipa yang tidak
berisikan zat yang tidak mudah terbakar, dan tempatnya di daerah yang bebas bahaya
kebakaran.
Isolasi block banyak tersedia dalam berbagai ukuran tebal maupun diameternya dan
telah distandarisir sesuai dengan standard ukuran nominal pipa, oleh karena itu di dalam
perancanganpun tidak ada kesulitan untuk menerapkan metoda pengisolasian dengan
cara ini.
Bagi pipa yang dilengkapi jaket, diameter dalam isolasi (Dj) ditentukan oleh diameter
luar (d0) isolasi tersebut. Sedapat mungkin diameter luar jaket tersebut memenuhi
standard NPS sehingga ukuran isolasi yang standardpun dapat dipasang.
Apabila tube pemanas atau pendingin berbentuk spiral yang mempakan bagian
tambahan, maka diameter dalam isolasi ditetapkan berdasarkan diameter pipa ditambah
dua kali diameter tube. Dalam hal ini pipa yang dilengkapi trace parallel, maka diameter
dalam isolasi ditetapkan berdasarkan diameter pipa ditambah diameter tube.
kaesa 21
berlangsung dari suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah. Pada umumnya panas
berpindah melalui dua atau bahkan tiga cara perpindahan panas tersebut. Oleh karena
itu, pengertian dasar mengenai ketiga mekanisme perpindahan panas tersebut penting
untuk dipahami.
kaesa 22
ditambah biaya pemasangan isolasi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu
mempakan biaya yang paling minimal.
Pertimbangan ketebalan optimum bahan isolasi ini didasarkan atas pertimbangan
terhadap faktor-faktor berikut:
n Harga bahan bakar (harga bahan bakar ditambah biaya tenaga kerja, pemeliharaan,
dan Iain-lain,
Untuk jenis fluida, pipa, dan isolasi yang diketahui, maka besarnya laju perpindahan
panas yang hilang sangat tergantung pada tebalnya isolasi.
Dengan menganggap pipa berisolasi seperti yang ditunjukkan dalam gambar (1) berikut,
di dalam pipa dialirkan steam dengan suhu ts dan suhu udara di sekelilingnya t^
Perbedaan suhu keselumhan adalah ts - ta.
kaesa 23
n Tahanan panas pada lapisan steam (steam film) yang mengembun di dinding bagian
dalam pipa pada tj sangat kecil, karena perbedaan suhu antara ts dan tj sangat kecil
dan hampir sama.
n Tahanan panas pada dinding pipa juga sangat kecil, karena perbedaan suhu antara t!
dan t2 sangat kecil dan hampir sama.
fi Tahanan panas pada isolasi tergantung pada harga konduktivitas panas dan perbedaan
suhu antara t2dan t3.
fi Tahanan panas pada lapisan udara cukup kecil dan harganya tergantung pada
koefisien perpindahan panas dan perbedaan suhu antara t3dan ta.
f
r
T i.iv >:^U-r^ :>>
ts
i , ' "' -
';}.^;:IJ\:''\ ''
L
<
* V >
Tahanan panas untuk lapisan udara tetap diperhitungkan meskipun panas mengalir
secara konveksi alami dan radiasi. Secara keselumhan, aliran panas dari lapisan dalam
pipa ke udara luar biasanya disebut sebagai kemgian panas. Dan besarnya panas yang
mengalir pada keselumhan lapisan harganya sama untuk setiap lapisan, dan masing-
masing dapat dihtung dengan menggunakan persamaan sepeti berikut:
Aliran panas melalui lapisan fluida di dalam pipa yang berlangsung secara konveksi
kaesa 24
Aliran panas melalui dinding pipa yang berlangsung secara konduksi
2 ;rk.
(t, - t2) (2-2)
In
2;rk2
(t2 -13) (2-3)
Id,.
Aliran panas melalui lapisan udara yang berlangsung secara radiasi dan konveksi
In In
1 Id, J + +
i
(2-5)
+
t, -t. = q
h. ttD,
*s "-"\
2 xk. Ink, ha "^i
7rD
Keempat tahanan yang dinyatakan dalam kumng, tahanan pertama dan kedua biasanya
diabaikan, sehingga persamaanmenjadi.
kaesa 25
dimana: q = laju perpindahan panas yang hilang, Btu/hr.ft panjang pipa
Di = diameter dalam pipa, ft
D2 = diameter luar pipa, ft
D3 = diameter isolasi pipa, ft
ki = thermal conductivity pipa, Btu/hr.ft2.F/ft
k2 = thermal conductivity isolasi, Btu/hr.ft2.F/ft
ha =film coefficient ofheat transfer udara, Btu/hr.ft2.F
ts = suhu steam, F
ti= suhu lapisan fluida di dalam pipa, F
t2 = suhu interface antara pipa dan isolasi, F
t3 = suhu permukaan luar isolasi, F
ta = suhu udara luar, F
Penyelesaian:
Anggapt3 =150F - t3 -ta= 150 - 70 =80 F -> ha =2,23 Btu/hr.ft2. F/ft
^(tl-ta) 3,14(300-70) 104,8 Btu/hr.ft
D_"\ , , 3,375
In In
X) V 1 U1 ^W 4- 1
2k +hD 2x0,033 2,23x3,375/12
kaesa 26
Anggapt3=125F -> t3-ta= 125 - 70 =55 F -> ha =2,10 Btu/hr.ft2. F/ft
*(*! " t.) _ 3,14 (300 - 70) = 103,2 Btu/hr.ft
"3,375
ln^ In
VD2J + 1 ^2,375.
+
1
2 k, 2x0,033 2,10x3,375/12
haD3
2 ;rk2 2x3,14x0,033
q = 103,2 (t2 -13) = (300 - t3)
3,375
In
Id,. 2,375.
t3 = 125 F (sesuai)
kaesa 27
3. POM PA
Pompa adalah suatu alat pengangkut untuk memindahkan zat cair dari satu
tempat ke tempat lain dengan memberikan gaya tekan terhadap cairan yang akan
dipindahkan. Gaya tekan yang diberikan inipada dasarnya untuk mengatasifriksi
yang timbul karena mengalimya cairan di dalam pipa saluran, beda elevasi
(ketinggian), dan tekanan yang harus dilawan.
Perpindahan zat cair dapat terjadi menurut arah horisontal maupun vertikal
Perpindahan zat cair yang mengarah mendatar, hambatan-hambatan yang timbul
berupa gesekan dan turbulensi. Hambatan yang dikarenakan gesekan akan
bertambah besar dengan pangkat dua dari kecepatan pengangkutannya dan
dengan bertambahnya panjang pembuluh. Hambatan yang dikarenakan
turbulensi temtama tergantung pada kecepatan pada fitting dan yang sejenisnya
yangsifatnya tidak terus-menerus dalam pembuluh. Padaperpindahan zat cair ke
arah vertikal, hambatan yang timbul terdiri dari hambatan-hambatan seperti
halnya pada arah horisontal dan hambatan yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan tinggi antara permukaan isap (suction) dan permukaan tekan
(discharge).
Berbagai macam pompa yang paling banyak dipakai untuk memindahkan zat cair
pada umumnya menggunakan pompa torak dan pompa sentrifugal, disamping itu
adapompa-pompa tertentu yang digunakan untuk keperluan khusus.
4. Periperal 4. Vane
5. Turbine 5. Lobe
kaesa
digunakan untuk kapasitas yang tinggi dengan head yang rendah sampai menengah.
Agar tekanan discharge dapat tinggi, pompa dapat dilengkapi dengan impeller yang
dipasang secara bertingkat (multi stage) sebagai ganti sebuah pompa single stage.
Pompa rotary bekerja dengan memberi tekanannya yang diperoleh dari akibat gaya
aksial pada cairan yang melewatinya. Pompa reciprocating, karena gaya desaknya
memberikan tekanan pada cairan yang akan dipindahkan.
Pompa sentrifugal terdiri dari bagian utama bempa kipas (impeler) yang dapat
berputar di dalam sebuah casing (mmah pompa), casing tersebut dihubungkan
dengan saluran isap dan saluran tekan. Untuk pompa yang hams mengisap cairan
dibawah sumbu pompa, untuk menjaga agar di dalam casing selalu terisi cairan
maka pada bagian saluran isap hams dilengkapi dengan katup kaki (foot valve).
Impeler yang berputar akan memberikan gaya sentrifugal sehingga air yang ada
dibagian pusat impeler akan terlempar keluar dari impeler yang kemudian ditahan
oleh casing yang selanjutnya menimbulkan tekanan. Cairan bergerak sedemikian
mpa dan tems-menems dari saluran isap melalui pompa diteruskan ke saluran
tekan.
kaesa 29
3.2.1 Karakteristik Pompa Sentrifugal
Karakteristik pompa digambarkan sebagai hubungan antara laju alir dan head
(tekanan) pada berbagai kondisi. Beberapa hal yang mempengaruhi karakteristik
pompa adalah kecepatan putaran dan diameter impeler. Dalam gambar (3-1)
menunjukkan pembahan kurva karakteristik pompa pada berbagai putaran.
. 1500rpm
*
120 -,
/
100 -
/ MOO rpm
C Ou "
/j 1inn rpm
bu -
1700rpni
o
ra
3 4D
on
n .
kaesa 30
dimaksudkan untuk membagi beban diantara dua atau lebih pompa-pompa yang
lebih kecil dari pada satu pompa tunggal yang besar, atau untuk melakukan
penambahan kapasitas pada suatu sistem dalam waktu yang cukup singkat, atau
untuk beberapaalasan yang lain.
120 -j
100 -
Pompa 1 & 2 serie
e an
s^ 1
/
Pompa 2
E 60- pc
co
Pompa 1
40-
on
j 10 00 20 00 3000 4000 50 00 60 00
120
Pompa 2
Pompa 1
kaesa 31
Gambar (3-3) menunjukkan kurva karakteristik dua buah pompa yang mempunyai
karakteristik sama diopersikan secara parallel. Masing-masing pompa memberikan
separo kapasitasnya pada kondisi tekanan system. Dalam susunan parallel dari dua
atau lebih pompa yang kurva karakteristiknya sama atau berbeda, laju alir dari
masing-masing pompa dijumlahkan dalam head yang sama pada suatu sistem.
Masing-masing pompa tidak hams memberikan jumlah aliran yang sama, tetapi ia
akan bekerja pada kurva karakteristiknya sendiri-sendiri, dan hams menyampaikan
tekanan yang diperlukan. Pada sebuah titik potong bersama pada bagian tekan dari
semua pompa, head akan menjadi sama untuk masing-masing pompa tanpa
memandang besarnya aliran. Kurva karakteristik dari masing-masing pompa hams
dinaikkan terus-menerus seperti yang ditunjukkan pada pompa tunggal
sebagaimana terlihat dalam gambar (3-3).
2 (3-1)
Q2 =Q vn,y
H2=H,N2 <3"2)
BHP2 = BHP, Bl] (3-3)
....... - - - 32
kaesa
Kapasitas pompa jenis ini umumnya rendah per unitnya, dan pada saat-saat tertentu
ia digunakan untuk metering (pengukuran).
kaesa 33
perbedaan tekanan. Besarnya laju alir dinyatakan dalam bentuk persamaan seperti
berikut:
d" (\ E ^
V " n' liter/menit (3-7)
(1 -En) +En(p/Pl)
dimana:
BHP bembah secara langsung dengan tekanan dan kecepatan, untuk kecepatan dan
tekanan konstan BHP bembah dengan viskositas cairan yang dipompakan.
kaesa 34
yang bempa mesin uap atau motor listrik. Jumlah silinder dan torakyang terangkai
dalam satu unit pompamenunjukkan jenis pompa, satu piston (simplex), dua piston
(duplex), tiga piston (triplex). Gerakan piston dapat dinyatakan sebagai gerakan
tunggal (single acting) dan gerakan ganda (double acting). Pada pompa single
acting hanya melakukan kerja satu stroke setiap putaran, dan double acting dua
stroke setiap putaran.
Untuk pompa yang digerakkan oleh mesin uap, ukuran pompa dinyatakan dengan
menggunakan kode X" x Y" x Z", yang artinya:
X = diameter silinder mesin uap, inch
Y = diameter silinder pompa, inch
Z = panjang langkah (stroke), inch
Untuk pompa torak yang bekerja ganda, pada prinsipnya dapat menggunakan
mmus yang sama, akan tetapi hams memasukkan sebuah faktor. Pada sebuah
pompa kerja ganda hams diperhatikan bahwa dengan adanya batang torak, laju alir
pada salah satu sisi torak menjadi sedikit lebih kecil. Bila diameter batang torak
sama dengan d meter, maka pada satu sisi, luas torak yang bekerja dikurangi
dengan %/4.d2.
kaesa 35
Rumus dasarnya adalah:
bembah menjadi:
qv =^D2.,n)+(fD2.,n-^d2.,n
qv =^s.n(D2 +D2 - d2)
qv =- s.n(2D2 - d2), m3 /menit...... (3-10)
Pompa torak sangat cocok untuk bekerja dengan jarak isap yang besar. Dengan
jarak yang besar antara tempat pompa dan ujung isap di bawah sumbu pompa akan
memerlukan tenaga yang cukup besar pula. Pompa torak dapat juga memompakan
cairan yang mengandung gelembung-gelembung udara dalam jumlah besar dengan
baik sekali.
Tekanan (p) dinyatakan sebagai gaya (F) yang dibebankan setiap satuan luas (A)
yang besarnya dapat dihitung menumt persamaan berikut:
Tekanan hidrostatik adalah istilah yang sering dijumpai dalam operasi, yaitu
menyatakan tekanan yang ditimbulkan oleh zat cair dalam ketinggian tertentu. Jika
kaesa 36
sebuah tabung berisi zat cair yang mempunyai densitas (p) dengan ketinggian (h),
maka besarnya tekanan pada dasar tabung adalah
P = P-h (3-12)
H = hp + hk + hz + hf (3-13)
dimana:
H = head pompa, m
hp = head karena perbedaan tekanan antara sisi tekan dan sisi isap, m
hp = hpd - hps, m
hPd = head karena tekanan pada sisi tekan, m
hpd = -(3-14)
P
hps= =- (3-15)
P
hk = head kecepatan, m
hk = hkd - hks, m
kaesa
37
hkd = head kecepatan pada sisi tekan, m
*kd (3-16)
2g
Vd = kecepatan pada sisi tekan, m/s
g = percepatan gravitasi, 9,81 m/s2
poros
hP,
m
pompa
potnpa
hks = (3-17)
2g
vs = kecepatan pada sisi isap, m/s
hz = head statis, m
kaesa
38
Head ini mempakan perbedaan tinggi antara permukaan air di sisi tekan dan
sisi isap, tanda positif (+) dipakai apabila permukaan air di sisi tekan lebih
tinggi dari pada sisi isap.
hz = hzd - hzs (jika permukaan air di sisi isap lebih tinggi dari sumbu pompa).
h2 =hzd + ha O'ika permukaan air di sisi isap lebih rendah dari sumbu pompa).
hzd = head satatis di sisi tekan, m
hzs = head statis di sisi isap, m
hf = head karena gesekan (friksi), m
hf=hfd-hfs, m
hfd = head karena friksi pada sisi tekan, m
hfS = head karena friksi pada sisi isap, m
kaesa ~Q
tersisa pada bagian isap atau net positive suction head (NPSH) yang digunakan
sebagai ukuran keamanan pompa terhadap terjadinya kavitasi.
Pengertian NPSH ada dua macam, yaitu NPSH yang tersedia pada sistem (istalasi
yang diistilahkan sebagai NPSHA (NPSH available), dan NPSH yang diperlukan
oleh pompa yang diistilahkan sebagai NPSHr (NPSH required).
3.7.1 NPSHA
NPSH yang tersedia adalah head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap pompa
(setara dengan tekanan mutlak pada sisi isap pompa) dikurangi dengan tekanan uap
jenuh zat cair di tempat tersebut. Dalam hal pompa yang mengisap zat cair dari
tempat terbuka (dengan tekanan atmosfir pada permukaan zat cair), maka besarnya
NPSH yang tersedia (NPSHA) dapat ditulis dalam bentuk persamaan seperti
berikut:
dimana:
3.7.2 NPSHR
Tekanan terendah di dalam pompa biasanya terdapat di suatu titik terdekat setelah
bagian masuk sudu impeler. Di tempat tersebut, tekanan lebih rendah dari tekanan
pada lubang isap pompa. Hal ini disebabkan oleh kemgian di bagian lubang isap,
kenaikan kecepatan aliran karena penampang yang menyempit, dan kenaikan
kecepatan aliran karena tebalnya sudu setempat.
kaesa 40
Untuk menghindari terjadinya penguapan zat cair, maka tekanan pada lubang
masuk pompa dikurangi penumnan tekanan di dalam pompa hams lebih tinggi dari
pada tekanan uap zat cair. Head tekanan yang besarnya sama dengan penumnan
tekanan ini disebut NPSH yang diperlukan (NPSHr). Besarnya NPSH yang
diperlukan berbeda untuk setiap pompa. Untuk suatu pompa tertentu, NPSH yang
diperlukan bembah menumt kapasitas dan putarannya. Agar pompa dapat bekerja
tanpa mengalami kavitasi, maka hams dipenuhi syarat berikut:
Harga NPSH yang tersedia dapat dihitung dari kondisi instalasi, sedangkan harga
NPSH yang diperlukan ditentukan oleh pabrik yang bersangkutan. Namun untuk
penaksiran secara kasar, NPSH yang diperlukan dapat dihitung dari konstanta
kavitasi (a) seperti berikut. Jika head pompa pada titik efisiensi maksimum
dinyatakan sebagai HN, dan NPSH yang diperlukan untuk titik ini Hsvn, maka s
dinyatakan sebagai
a = 5=*L (3-19)
Berat zat cair yang dipindahkan dapat dinyatakan sebagai massa (kg) kali gravitasi:
G = m.g
kaesa
41
Tenaga (P) dapat didefinisikan sebagai laju kerja yang dilakukan, yakni kerja yang
dilakukan (W) per satuan waktu (t), satuan waktu yang digunakan adalah scond
(detik).
W
P = , N.m/s
t
atau
Jika pompa bekerja dengan laju alir volumetrik (Q m3/s) dan densitas cairan p
kg/m3, maka besarnya massa cairan (mkg) dinyatakan sebagai berikut:
m - Q.p.t, kg (3-21)
Perlu diketahui bahwa konversi satuan: 1 Watt = N.m/s = 0,001 kW, oleh karena
itu
Tenaga yang dimaksud di atas adalah disebut tenaga hidrolik (Phdr), dan dinyatakan
Tenaga yang dibutuhkan oleh pompa (tenaga poros pompa) sesungguhnya lebih
besar dari tenaga hidrolik, hal ini dikarenakan adanya kemgian gesek pada bagian
kaesa 42
poros pompa dan bagian-bagian lain yang bergerak. Perbandingan tenaga hidrolik
(Phdr) terhadap tenaga poros (Ppre) menunjukkan besarnya efisiensi pompa (riP).
Dengan demikian tenaga poros yang dibutuhkan oleh pompa dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Contoh
Sebuah pompa bekerja dengan laju alir 108 m3/jam dan head pompa 16 m. Zat cair
yang dipompakan tersebut mempunyai densitas 1.000 kg/m3. Jika diketahui daya
poros pompa sebesar 6 kW, tentukan besarnya efisiensi pompa tersebut.
Penyelesaian:
Q = 108 mVjam = 0,03 m3/s
H=16m
p= 1.000 kg/m3
g = 9,81 m/s2
Pprs = 6 kW = 6.000 Watt = 6.000 N.m/s
Q.p.g.H 108x1.000x9,81x16 non/
= VHS = : = 0,7848 atau 78,48 %
P, 6.000
kaesa
43
4. KOMPRESOR
Kompresor merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menaikkan tekanan
gas untuk keperluan transportasi maupun untuk tujuan tertentu. Kompresor
menarik gas melalui bagian isap kemudian menekan dan mengirimnya ke sebuah
bejana penampung sementara pada tekanan yang cukup tinggi. Gas dari sebuah
bejana penampung sementara dialirkan melalui sebuah pipa ke suatu tempat
dimana gas bertekanan akan digunakan.
Kompresor udara biasanya mengisap iidara dari atmosfir, namun ada pula yang
mengisap udara atau gas yang bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfir.
Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai penguat (booster). Sebaliknya ada pula
kompresor yang mengisap gas yang bertekanan lebih rendah daripada tekanan
atmosfir, dalam hal ini kompresor disebut sebagai pompa vakum. Untuk menekan
gas, kompresor melakukan kerja sesuai dengan laju alir gas dan tekanan yang
dikehendaki, oleh karena itu sebuah kompresor harus digerakkan oleh mesin
penggerak mula (primeover).
Penggunaan udara bertekanan (compressed air) di dalam industri sangat luas
sekali seperti untuk penggerak instrument, penggerak alat-alat mekanik sistem
hidrolis, penyemprot cat, pengemasan minuman dalam botol, pencucian filter
padaperusahaan air minum, sand blasting, dan lain sebagainya.
Positive displacement
0 Reciprocating (torak)
0 Rotary (putar)
Non-positive displacement
0 Centrifugal
0 Axial flow
kaesa
bertingkat. Jumlah tingkat ditentukan oleh perbandingan tekanan (pressure ratio)
p2/pi. Kompresor reciprocating dapat digolongkan menurut:
a) Dilihat dari langkahnya
Single acting
Double acting
b) Dilihat dari tingkatnya
Single stage
Multi stage
c) Dilihat dari posisi silindernya
Vertikal
Horisontal
Miring
d) Dilihat dari media pendinginnya
Pendingin air
Pendingin udara
e) Dilihat dari tekanan yang dihasilkan
Tekanan rendah
Tekanan sedang
Tekanan tinggi
kaesa 45
Kebanyakan kompresor menggunakan minyak pelumas untuk melumasi silinder. Di
dalam beberapa kompresor, walaupun sedikit kontaminasi minyak terhadap gas
atau udara yang ditekan, namun hal ini untuk suatu pemakaian kompresor yang
khusus sangat dihindari. Sebagai contoh misalnya udara bertekanan yang
digunakan untuk menggerakkan instmmen, salah satu syaratnya adalah hams bersih
dan kering, oleh karena itu ia lebih disukai jika untuk keperluan ini menggunakan
non-lubricated compressor (kompresor yang tidak menggunakan pelumasan pada
silindernya).
kaesa 46
Prisip kerja centrifugal compressor sama seperti pompa sentrifugal, perbedaan
pokonya adalah bahwa compressor digunakan unmk menangani fluida
compressible sedangkan pompa untuk menangani fluida incompressible. Untuk
memilih ukuran kompresor sentrifugal hams memperhatikan kondisi-kondisi seperti
berikut:
kaesa
47
Kompresor jenis ini mempunyai bagian yang berputar (rotating element) yang
terdiri dari sebuah single dmm yang ditahan beberapa deret blade yang semakin
pendek dan mempunyai penampang berbentuk airfoil. Di antara setiap deret blade
ada sebuah deretan tetap yang membalikkan arah dan melakukan beberapa tingkat
konversi dari head kecepatan menjadi tekanan.
kaesa 4g
^^r-^-^ir^'r^!^T'^Tr"nr'
berikutnya. Karena itu untuk memilih sebuah kompresor udara untuk suatu
keperluan misalnya, hams terlebih dahulu diketahui jumlah udara dan tekanan yang
diperlukan oleh peralatan yang akan dilayaninya. Jika kebutuhan tersebut tidak
ditentukan dengan benar, maka kompresor yang dibeli dapat terlalu kecil sehingga
tidak berguna, atau terlalu besar sehingga menimbulkan pemborosan.
h) Cara pendinginannya (dengan udara atau dengan air). Luas permukaan, suhu,
dan tekanan air pendingin bila menggunakan air pendingin.
i) Sumber tenaga (frekuensi, tegangan, kapasitas, sumber daya)
j) kondisi dan lingkunan tempat instalasi
k) Putaran penggerak mula
1) Jenis penggerak mula (motor listrik atau motor bakar)
m)Jenis kompresor
Pelumasan minyak atau bebas minyak
Kompresor reciprocating atau centrifugal
Jumlah tingkat kompresi
Permanen atau portable
n) Jumlah kompresor
kaesa .n
49
Apabila dari butir-butir di atas ada yang tidak dapat ditentukan oleh pemakai, maka
pabrik pembuat kompresor yang bersangkutan hams dimintai nasehat.
4.3.2 Kapasitas
Pada kompresor reciprocating, kapasitas atau laju alir volumetris yang tertulis di
dalam katalog menyatakan perpindahan torak (swept volume) dan bukan laju
volume yang dihasilkan. Hal ini sering menimbulkan salah pengertian, sehingga
perlu kejelasan. Laju alir gas mempakan hasil perkalian antara perpindahan torak
dan efisiensi volumetris. Adapun kompresor rotay, apa yang tertulis di dalam
katalog pada umumnya menyatakan volume sesungguhnya yang dihasilkan.
Pada kapasitas normal, kompresor mempunyai efisiensi adiabatik keselumhan yang
maksimum. Apabila kompresor dioperasikan pada kapasitas atau beban yang lebih
rendah, maka efisiensinya akan menumn. Karena itu pemilihan kapasitas
kompresor hams dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam pemakaiannya nanti
kompresor akan dapat dioperasikan pada atau di sekitar titik normalnya. Selain itu,
apabila kebutuhan udara atau gas sangat berfluktuasi, sebaiknya dipilih kompresor
dengan kapasitas normal sebesarpuncakkebutuhan.
4.3.3 Tekanan
Dalam menentukan tekanan kompresor yang diperlukan hams diingat bahwa gas
atau udara hams disalurkan ke tangki tekan dan peralatan yang memerlukannya.
Karena itu besarnya tekanan kompresor hams diambil sama dengan tekanan yang
diperlukan oleh peralatan yang bersangkutan ditambah dengan kemgian tekanan di
pendingin akhir dan di pipa-pipa saluran. Sebagai contoh, sebuah instalasi atau
peralatan memerlukan tekanan 5,5 kgf/cm2. Kemgian tekanan di pendingin akhir
0,2 kgf/cm2 dan di dalam pipa 0,5 kgf/cm2. Maka kompresor yang dipilih hams
dapat memberikan tekanan yang lebih besar dari (5,5 + 0,2 + 0,5 = 6,2) kgf/cm2.
Dari perhitungan ini kemudian dapat dicari (dari dalam katalog) kompresor yang
mempunyai tekanan normal sedikit lebih tinggi dari 6,2 kgf/cm2. Tekanan
kompresor yang diambil tidak boleh jauh melebihi tekanan kerja sistem, sebab
kaesa en
apabila kompresor bekerja dengan tekanan jauh di bawah tekanan normalnya maka
efisiensi adiabatis keselumhannya akan menjadi terlalu rendah. Variasi tekanan
yang masih dapat dianggap tidak memgikan adalah tidak lebih dari 20 % di bawah
tekanan spesifikasi kompresor. Dengan variasi sebesar ini efisiensi kompresor tidak
terlalu banyak berkurang dari harga maksimumnya.
Biasanya kompresor yang berdaya 300 kW atau kurang dibuat secara masal
menumt model-model standard. Kompresor semacam ini harganya lebih murah,
dapat dipesan dalam waktu singkat, suku cadang mudah didapat, sehingga sangat
ekonomis. Karena itu jika tekanan dan kapasitasnya agak berbeda dengan yang
diperlukan, seringkali masih dapat menguntungkan secara keselumhan.
kaesa
51
4.4 Single stage compressor
Diagram p-V sebagai mana yang ditunjukkan dalam gambar (4-1) memberikan
ilustrasi langkah kerja reciprocating compressor single-stage-single-acting (S-S-S-
A) dengan clearance nol. Dalam gambar tersebut menunjukkan ada tiga
kemungkinan langkah kerja kompresor pada saat melakukan kompresi, yakni:
Isothermic compression
Polytropic compression
Adiabatic compression
Adiabatic, pV = konstan
Isothermic, pV = konstan
V2
Dalam diagram p-V menggambarkan bahwa luas daerah yang dibatasi oleh garis
perubahan tekanan dan perubahan volume menunjukkan besarnya langkah kerja
yang dilakukan oleh kompresor. Kerja maksimum dilakukan di sepanjang lintasan
kompresi adiabatic dan kerja minimum dilakukan di sepanjang lintasan isothermis.
kaesa 52
4.4.1 Kerja yang dilakukan sepanjang kompresi isothermis
Gas diisap masuk sepanjang langkah isap (suction stroke) AB pada tekanan pi.
Pada akhir langkah isap udara ditekan di sepanjang langkah baliknya pada suhu
konstan. Selama langkah kompresi tekanan naik hingga mencapai pi yang cukup
untuk membuka katup tekan pada Ci, setelah itu tidak ada lagi kenaikan tekanan
meskipun langkah kompresi masih berlangsung. Pengiriman terjadi sepanjang sisa
langkah balik CiD, yakni pada volume V2.
Kerja yang dilakukan (W) untuk setiap siklus dinyatakan sebagai berikut:
P2 V2 - p, V, n
w =. p2 v2 + "2 2 f1 ' - p, V, = - ^ p2 V2 - Pl V,
n - 1 n - 1
n-l n-l
Mr (~ \
n n
P,V, 2l - 1 mRT, (4-2)
n-1 n-l \VxJ
kaesa 53
Kaerja yang dilakukan untuk setiap siklus sepanjang kompresi adiabatic dapat
diselesaikan dengan cara yang sama seperti pada kompresi polytropis. Indeks
polytropis n diganti dengan indeks adiabatis y.
W = PiV, fPi i r
r
mRT (4-3)
r-\ Ui- r-\ VPi^
Tenaga isotermis,
p = nw.p,.V1lnr kW
6.120
atau
_ nw.m.R.T, lnr
kW (4-4)
i 6.120
kaesa 54
Jika Qi dinyatakan sebagai laju alir volumetris gas (nrVmenit) pada kondisi isap,
dan w dinyatakan sebagai laju alir massa gas (kg/menit, maka persamaan (4-4)
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Pl - h^l kW
6.120
atau
w.B.T.1.,
(4-5)
6.120
dimana:
Pi = tenaga isotermis, kW
pi = tekanan gas memasuki kompresor, kgf/cm2
Qi = laju alir volumetris gas memasuki kompresor, m3/menit.
r = rsaio kompresi, Vi/V2 atau p2/pi
w = laju alir massa gas memasuki kompresor, kg/menit
R = konstanta gas, kgf.m/(kg.m.K)
Ti = suhu mutlak gas saat memasuki kompresor, K
w =
n
Pi-Qi ^ r -i kW
n-l 6.120 vp,j
atau
kaesa
55
n-l
n
Mr
W w.R.T, l - 1 (4-6)
n^l -Pi>
f ~ "\
r P. Q, 1 kW
y-\ 6.120 \V\J
atau
r-i
y w. R. T,
kW (4-7)
y-\ 6.120
kaesa 56
(b). Efisiensi mekanik
tenaga politropis
*lm = - -xl00% (4-9)
tenaga poros penggerak v '
tenaga isotermis
Ho = 7 -xl00% (4-10)
tenaga poros penggerak v '
tenaga adiabatis
*!. = 7 " 7x100% (4-11)
tenaga poros penggerak ;
Contoh
Sebuah kompresor mengisap udara dengan laju alir 42,5 m3/menit ke dalam silinder
pada tekanan 1,05 kgf/cm2 absolut. Udara dikompresi secara politropis dengan
mengikuti persamaan p.V1'3 = konstan hingga mencapai tekanan 4,2 kgf/cm2
absolut sebelum dikirim ke reservoar.
Jika dianggap besarnya efisiensi mekanik 80 %, maka hitung:
kaesa' 57
(a). Tenaga politropis
(b). Tenaga poros penggerak
(c). Efisiensi keselumhan
Penyelesaian:
QI = 42,5 m3/menit
pl = 1,05 kgf/cm2 = 1,05 x 104 kgf/m2
p2 = 4,2 kgf/cm2 = 4,2 x 104 kgf/m3
hm = 80 % = 0,8
n=l,3
n p,.Q, *V
W = - 1 kW
n-l 6.120 VP,^
1,3- 1
tenaga politropis
Tim = xl00%
tenaga poros penggerak
kaesa 58
m p^Q.lnr kw
6.120
p, 4 2
dimana r = = ? = 4
P, 1,05
I,05xl04x42,5xln4=l()ikw
6.120
Efisiensi keselumhan
tenaga isotermis ,
Tl0 = x 100%
tenaga poros penggerak
101
Ti0 = x 100% = 67,9%
148,8
kaesa
59
5. HEAT EXCHANGER
5.1 Definisi
Alat penukar panas adalah suatu peralatan yang dapat memindahkan panas dari
satu bagian ke bagian yang lain, dengan adanya macam-macam zat baik itu zat
padat, zat cair, maupun gas. Kebanyakan alat penukar panas menggunakan dua
fluida, dimana antara dua fluida tersebut tidak terjadi pencampuran. Sehingga alat
penukar panas dapat juga di artikan bahwa panas yang diberikan oleh fluida dingin.
Prinsip perpindahan panas pada dasamya adalah mengalimya energi panas dari
fluida yang bersuhu tinggi ke fluida yang bersuhu rendah, sehingga fluida panas
akan menumn suhunya dan fluida yang dingin akan naik suhunya. Macam-macam
kaesa
alat penukar panas banyak sekali, berdasarkan fungsinya dalam proses jenis alat
penukar panas dapat dibedakan antara lain seperti berikut:
(4). Heater berfiingsi untuk memanaskan fluida cair atau uap dengan
menggunakan steam atau air panas.
(5). Evaporator berfungsi untuk menguapkan fluida cair dengan menggunakan
steam atau media pemanas lainnya.
(6). Chiller berfungsi untuk mendinginkan fluida pada suhu rendah (dibawah suhu
atmosfir), dan sebagai pendinginnya biasa digunakan air, propane, freon,
amonia, dan sebagainya.
(7). Reboiler berfungsi untuk menguapkan atau mendidihkan kembali suatu fluida
dengan media pemanas yang dapat bempa steam atau media lainnya.
(8). Air Cooled Exchanger (Air Cooler) berfungsi untuk mendinginkan fluida
pada suhu ambient, dengan media pendingin udara.
(9). Furnace berfungsi untuk memanaskan cairan atau gas dengan media pemanas
api secara langsung (panas pembakaran).
61
5.2.1 Double pipe exchanger
Double pipe exchanger seperti yang terlihat dalam gambar (5-1) adalah tipe
exchanger yang paling sederhana yang digunakan bila aliran fluida tidak terlalu
besar. Double pipe exchanger terdiri dari dua bagian pipa yang konsentris, dua
sambungan "Tee" yaitu "return head" dan "return bend". Pipa sebelah dalam
dihubungkan dengan pipa sebelah luar dengan "packing gland" dan aliran fluida
masuk pipa sebelah dalam melalui koneksi yang dipasang diluar. Sambungan "Tee"
mempunyai lubang tempat aliran keluar dan masuk dari pipa luar. Dua pipa bagian
dalam disambung pada "return bend" yang biasanya terbuka.
-Return Bend
Flange
JTfT
~73T.
.-A.
Lt
Shell
-Tube
M
A .t
Bila double pipe exchanger ini terdiri dari 2 saluran maka exchanger ini disebut
Hairpin. Exchanger double pipe banyak digunakan, karena mudah dibuat dari
pipa-pipa standar dan murah harganya. Tetapi mempunyai kelemahan bahwa luas
permukaan perpindahan panasnya kecil dan sering terjadi kebocoran. Sehingga
apabila untuk memindahkan sejumlah panas yang besar memerlukan pipa yang
panjang atau perlu exchanger jenis ini yang banyak dalam hal ini akan
membutuhkan tempat yang luas.
62
Untuk memperbaiki perpindahan panas dan mengurangi perbedaan tekanan yang
terjadi pada exchanger, maka beberapa double pipe exchanger disusun secara seri
atau paralel. Dan susunan paralellah yang memberikan perbedaan tekanan yang
lebih rendah dibanding susunan seri.
63
G = split flow
H = doble split flow
J = divided flow
REMOVABLE CHANNEL M
AND COVER
FIXED TUBE SHEET
LIKE "B" STATIONARY HEAD
2 PASS SHELL
WITH LONGITUDINAL BAFFLE
B N
T
FIXED TUBE SHEET
LIKE "C" STATIONARY HEAD
I
X OUTSIDE PACKED
FLOATING HEAD
H
~L 1"
DOUBLE SPLIT FLOW
FLOATING HEAD
WITH BACKING DEVICE
INTEGRAL WITH TUBE SHEET
REMOVABLE COVER
i r
DEVIDEDFLOW
FULL-THROUGH
FLOATING HEAD
Gambar (5-2): Type Shell, Front head, dan Rear head Exchanger
64
(3). Humf ke tiga menunjukkan jenis head pada bagian ujung belakang, dengan
notasi:
65
masa tidak tergantung pada diameter shell. Baffle spacing biasanya tidak lebih
besar dari jarak yang setara dengan seperlima dari diameter dalam shell. Ada
beberapa macam baffle yang dapat digunakan untuk menjaga turbulensi aliran,
tetapi kebanyakan yang digunakan adalah segmental baffle. Segmental baffle
bempa plat yang berlubang dan biasanya tingginya 75 %dari diameter dalam shell,
atau sering disebut sebagai 25 % cut baffle.
Hot Fluid
Cold Fluid
Inlet
Outlet
Jenis baffle lain yang juga digunakan untuk menjaga turbulensi adalah "disk and
dougnut baffle".
66
panas dan fluida dingin hendaknya menggunakan expansion joint. Karena dalam
kenyataan dilapangan banyak dijumpai kemsakan peralatan penukar panas
diakibatkan oleh thermal stress yang kurang mendapatkan perhatian.
*2
Cold Fluid Hot Fluid
Inlet Outlet
67
dimasukkan dalam tube. Persoalan yang sering dirasakan pada exchanger jenis ini
adalah terjadinya ekspansi di dalam pass yang menimbulkan thermal stress pada
tube-sheet.
Hot Fluid
Cold Fluid
Inlet
Outlet
i4-
T2 ,t
H
Hot Fluid Cold Fluid
Outlet Inlet
68
Hot Fluid Cold Fluid
Inlet Outlet
.4* .T
Hot Fluid Cold Fluid
Outlet Inlet
Split Ring-
Type dari split ring bermacam-macam, namum mempunyai tujuan yang sama yaitu
menambah permukaan dibanding dengan pull through floating head pada
ukuran-ukuran yang sama. Channelnya dapat menggunakan removable channel
cover atau nonremovable channel cover.
69
Hot Fluid Cold Fluid
Inlet Outlet
s
jE
"t
3E
.t
Hot Fluid Cold Fluid
Outlet Inlet
70
ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan deformasi pada permukaan tube. Dengan
demikian pada bagian tengah tidak dipasang tube.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi karena kebocoran pada
roller (tempat lekatnya tube pada tube-sheet) antara cairan satu dengan lainnya,
maka dipasang dua buah tube-sheet. Bila terjadi kebocoran, bocoran cairan yang
akan keluar ke udara sebelum bercampur dengan fluida yang lain.
5.3.1 Tube
Tube adalah mempakan komponen utama yang memegang peranan penting dalam
perpindahan panas yang terjadi dalam shell side dan tube side. Tube berfungsi
untuk pembatas dan sekaligus penghantar panas dalam exchanger. Tube yang
digunakan dalam exchanger dan kondenser berbeda dengan pipa pada umumnya.
Diameter dari tube mempakan diameter luarnya, sedang ketebalan tube tergantung
nomor BWG (Birmingham Wire Gage). Bahan tube dapat dibuat dari baja,
tembaga, admiralty, logam muth, 70-30 tembaga-nickel, alumunium-pemnggu, dan
stainless steel. Diameter tube yang banyak digunakan dari 3/8 - 1 inchi. Untuk
fluida yang kotor dapat digunakan tube dengan diameter 1 1/4 inchi. Panjang tube
bergerak antara 8-20 feet, tetapi yang paling banyak digunakan adalah 16 feet.
Macam-macam tube yang digunakan pada heat exchanger meliputi:
(a). Tube polos, tube ini paling banyak digunakan dalam exchanger,
(b). Tube bersirip adalah tube yang pada bagian luarnya diberi ship dengan tujuan
untuk menambah luas perpindahan panas. Tube ini ada dua macam yaitu,
Circular dan Lengitudinal type.
71
Tube-tube dalam exchanger diatur dengan jarak dan jenis susunan tertentu. Jarak
terdekat antara pusat tube dengan pusat tube lainnya disebut tube pitch. Tube yang
dipasang pada tube sheet mempunyai susunan tertentu, diantaranya:
(a). Square pitch (bujur sangkar), baik untuk pressure drop yang rendah, tetapi
mempunyai koefisien perpindahan panas yang kecil.
00000 Pitch
(KKHK^
(KKKK5
0000 0>- OD Tube
Pitch
(b). Triangular pitch "non fouling atau fouling service", mempunyai pressure drop
sedang sampai tinggi dengan koefisien perpindahan panas yang lebih baik
dibanding squarepitch.
(c). Triangular pitch horizontal (segitiga horizontal), mempunyai koefisien
perpindahan panas yang tidak begitu besar, tetapi lebih baik dari pada square
pitch, baik untuk kondisi fouling, dan mempunyai pressure drop sedang sampai
tinggi.
72
(d). Diamond square pitch (belah ketupat), mempunyai koefisien perpindahan
panas yang baik dan pressure drop-nya rendah, tetapi tidak serendah square
pitch.
Untuk square pitch biasanya digunakan diameter tube (OD) 3/4 inchi dengan jarak
1 inchi, dan diameter tube (OD) 1 inchi dengan jarak 1 1/4 inchi. Sedang untuk
triangular pitch diameter tube (OD) 3/4 inchi dengan jarak 15/16 inchi, diameter
tube (OD) 3/4 inchi dengan jarak 1 inchi, dan diameter tube (OD) 1 inchi dengan
jarak 1 1/4 inchi.
5.3.2 Shell
Shell berfungsi untuk mendapatkan mangan shell side dimana proses stream yang
satu mengalir didalamnya, menahan tekanan kerja fluida. Disamping itujuga untuk
menempatkan dan mengikat tube sheet dan shell side baffle sehingga kokoh dalam
shell. Sebagai penyangga, shell hams mempunyai ketebalan yang cukup, agar kuat
menerima beban karena beratnya sendiri, getaran akibat getaran fluida, dan tekanan
serta korosifitas dari aliran fluida.
Shell dibuat dari pipa baja dengan diameter nominal IPS (Iron Pipe Standart)
minimum 12 feet. Pipa diameter 12-24 feet mempunyai diameter luar sebenarnya
sama dengan diameter nominalnya, dengan tebal pipa 3/8 feet yang mampu
menahan tekanan operasi diatas 300 psi. Shell yang lebih tebal digunakan untuk
exchanger yang mempunyai tekanan operasi yang lebih tinggi. Shell yang
diameternya lebih dari 24 feet dibuat dengan mengerol plat baja. Pada bagian shell
ini terdapat lubang masukan dan keluaran guna mengalimya fluida dalam shell.
5.3.3 Baffle
73
perpindahan panas akan semakin efektif. Untuk membuat aliran yang turbulen
tersebut dapat dengan cara memasang perintang (baffle) disebelah luar tube atau
didalam "return head" dan "return end" dari exchanger. Sehingga aliran fluida
berbelok-belok searah dengan tube.
Jarak antara baffle satu dengan baffle lainnya disebut baffle pitch atau baffle
spacing. Baffle spacing biasanya lebih kecil dari diameter dalam shell dan lebih
besar dari setengah diameter dalam shell. Kelonggaran (clearance) antara tube pada
baffle adalah 1/32 feet untuk jarak antar baffle lebih kecil dari 36 ft dan 1/64 feet
untuk jarak antar baffle lebih besar dari 36 ft.
Ada beberapa macam baffle yang digunakan dalam head exchanger, diantaranya
adalah:
a. Segmental baffle
Baffle ini paling banyak digunakan dan sangat populer, karena dapat bempa
vertical segmental cut, horizontal segmental cut, dan rorated segmental cut. Baffle
ini dibuat dari plat baja yang dilobangi dan mempunyai tinggi 75 % dari diameter
shell.
Baffle ini juga disebut 25 % cut baffle, karena yang terpotong 25 % dari diameter
shell. Horizontal segmental cut baffle biasanya hanya digunakan untuk fluida gas
atau cairan saja, karena jika campuran antara gas dan cairan akan memberikan
akumulasi gas dan cairan yang dapat menghambat perpindahan panas. Demikian
juga kotoran-kotoran akan mengendap pada bagian bawah yang akan menutup
bagian luar tube dan bagian dalam dari shell. Untuk fluida-fluida yang membawa
kotoran atau mudah membentuk fouling lebih baik digunakan vertical cut
segmental baffle.
74
yang digunakan hams bersih, jika tidak maka akan terbentuk sendimen disekitar
dougnut. Kotoran akan cendemng mengumpul dibagian belakang baffle dan akan
mengurangi laju perpindahan panas.
c. Oriface baffle
Baffle jenis ini hanya untuk keperluan atau rancangan khusus, dimana fluida hams
benar-benar bersih. Pressure drop yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan
baffle jenis lain. Aliran turbulen dicapai lewat annulus yang diameternya 1/16 feet
lebih besar dari tube-nya.
d. Longitudinal baffle
Baffle jenis ini digunakan untuk membagi aliran dalam shell menjadi dua bagian
atau lebih, yang akan memberikan kecepatan lebih tinggi untuk perpindahan panas
yang lebih baik. Baffle ini hams dipasang cukup rapat menempel pada shell.
Disamping keempat jenis baffle tersebut, dalam exchanger juga dilengkapi dengan
impengement baffle yang dipasang dibagian inlet untuk melindungi tube dari
benturan butiran-butiran cairan atau padatan yang dapat menyebabkan msaknya
tube. Dengan membagi aliran fluida tersebut maka akan terdistribusi secara merata,
sehingga tidak mengenahi bagian yang sama dari tube, tetapi hal ini akan
mengurangi kecepatan aliran.
75
(c). Menjaga dan mempertahankan sambungan tube, agar tidak mengalami
pembahan bentuk sewaktu diadakan pengangkatan atau pengeluaran tube
bundle untuk perbaikan.
5.3.5 Pass
Pass dalam shell and tube exchanger berfungsi untuk menentukan atau mengatur
arah aliran dan kecepatan fluida. Dengan dipasangnya pass pada channel, maka
arah aliran dalam tube tidak melewati selumh lubang tube, tetapi akan melewati
sebagian tergantung jumlah pass yang ada. Disamping itu dengan adanya pass akan
menambah kecepatan aliran. Semakin banyak pass yang dipasang pada head
exchanger semakin tinggi kecepatannya dan akan semakin besar pula pressure
dropnya dan semakin jauh penyimpangan aliran counter current, sehingga semakin
kecil koreksi suhunya.
Dengan semakin banyaknya pass berarti semakin berat tube bundle, dan apabila
terjadi kebocoran-kebocoran sulit untuk memindahkannya. Untuk mendapatkan
aliran counter current yang sempuma, dibutuhkan single pass exchanger. Bila
beban panas yang dibutuhkan besar dilakukan pemasangan secara paralel, tetapi hal
ini kurang menguntungkan. Ditinjau dari segi operasinya, single pass exchanger
mempunyai keuntungan sebagai berikut:
Ketebalan plate pass pada channel atau bonnet pada diameter kurang dari 24 feet,
tebalnya 3/8 feet untuk carbon steel dan 1/4 feet untuk alloy material. Untuk
diameter lebih dari 24 feet, tebalnya 1/2 feet untuk carbon steel dan 3/8 feet untuk
alloy material.
76
5.4 Perpindahan panas
Peristiwa perpindahan energi dalam bentuk panas banyak dijumpai didalam industri
kimia maupun industri-industri yang lain. Ilmu perpindahan panas tidak hanya
membahas bagaimana energi panas itu dipindahkan dari satu benda ke benda lain,
tetapi juga meramalkan laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi kondisi
tertentu. Mekanisme perpindahan panas ada tiga cara yang dalam prakteknya dapat
berlangsung secara serempak yakni, konduksi, konveksi dan radiasi.
->*2
77
-dt
dQ = kA (5-1)
dx
dimana dQ adalah laju perpindahan panas dan dt/dx disebut gradien suhu kearah
perpindahan panas. Konstanta k disebut konduktivitas atau hantaran termal benda
yang dilalui aliran panas, sedangkan tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum
kedua termodinamika, yaitu bahwa panas mengalir ke tempat yang lebih rendah
skala suhunya. A adalah luas penampang yang dilalui panas.
78
5.4.2 Perpindahan panas konveksi
Perpindahan panas dengan cara konveksi adalah perpindahan yang dilakukan antara
bagian fluida yang relatif lebih panas ke bagian yang lebih dingin dengan
percampuran. Sebagai gambaran pemanasan air yang dilakukan didalam sebuah
bejana seperti tampak dalam gambar (5-12). Air yang berada dibagian bawah
bejana relatif lebih panas dan densitasnya (kerapatannya) lebih kecil, sebagai
akibatnya air yang densitasnya lebih kecil cendemng naik sedangkan yang lebih
berat cendemng tumn dan terjadilah percampuran. Selama percampuran ini terjadi
maka terjadi pula perpindahan panas dari fluida yang relatif panas ke fluida yang
lebih dingin.
Perpindahan panas konveksi yang terjadi secara bebas (alami) seperti yang
digambarkan diatas disebut konveksi alamiah (natural convection). Sedangkan
apabila pencampuranya dilakukan dengan bentuan alat seperti pengadukan dan lain
sebagainya maka perpindahan panas konveksi seperti ini disebut konveksi paksa
(forced convection).
79
dQ = hAdt (5-2)
Konveksi paksa:
Aliran udara 2 m/s di atas plat D 0,75 m 12 2,1
Aliran udara 35 m/s di atas plat 0,75 m 75 13,2
Udara 2 atm mengalir dim tabung 0 2,5 cm 65 11,4
Air 0,5 kg/s mengalir dalam tabung 0 2,5 cm 3500 616
Air mendidih di dalam bejana 2500-35000 440 - 6200
Air mendidih mengalir dari pipa 5000 -100000 880 - 17600
Pengembunan uap air, 1 atm di luar tabung 4000-11300 700 - 2000
dQ = h A At (5-3)
80
menetapkan bahwa laju perpindahan panas yang mana suatu sumber meberikan
panasnya dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
dQ = oedAT4 (5-4)
Q = UAAt (5-5)
81
At = perbedaan suhu, F
T2 T, T2 T,
*"^/ \ Fluida panas f \' "*!r \ Fluida panas / \
-1>M Fluida dingin | (] =H Fluida dingin
D-
x L x L
(a). Counter Flow (b). Parallel Flow
Seperti yang terlihat didalam gambar (5-13), jika suhu proses untuk kedua fluida
diketahui maka besarnya laju perpindahan panas dapat dihitung berdasarkan neraca
panas seperti brikut:
82
5.5.1 Koefisien perpindahan panas
Gambar (5-13) menunjukkan arah aliran dua fluida yang saling melakukan
pertukaran panas. Suhu kedua fluida bervariasi dari saat masuk sampai keluar.
Dalam hal seperti ini tahanan yang terjadi karena adanya lapisan (film) fluida dan
dinding pipa itu sendiri dinyatakan sebagai berikut:
R=r +r +f <5-7>
dimana: R = tahanan panas, j.ft2.F/Btu
hi = koefisien film dibagian dalam pipa dalam, Btu/j.ft2.F
h0 = koefisien film dibagian luar pipa dalam, Btu/j.ft2.F
L = panjang pipa, ft
k = konduktivitas termal, Btu/j.ft2.F
l-
U ll;
+tk + J-
h
(5.8)
^ J
Jika luas permukaan luar A yang digunakan sebagai acuan, maka harga h; hams
dikalikan dengan (A/A). Karena harga L/k umumnya sangat kecil, maka dalam
prakteknya dapat diabaikan sehingga persamaan (5-8) dapat disusun kembali
seperti berikut:
83
Biasanya kedua fluida yang melakukan pertukaran panas akan mengalami
pembahan suhu yang pembahannya tidak linier jika diplot seperti yang terlihat
dalam gambar (5-13). Untuk menumnkan perbedaan suhu antara kedua fluida perlu
diambil anggapan-anggapan sebagai berikut:
a) Koefisien perpindahan panas U adalah konstan disepanjang lintasan
aliran.
Jika a" adalah luas permukaan persatuan panjang pipa (ft2/ft) dan T - t adalah
perbedaan suhu (At = T -1), maka persamaan (5-6) dapat disusun kembali dalam
bentuk diferensial seperti berikut.
Dari persamaan neraca panas, persamaan (5-6) dapat disusun kembali dalam
bentuk difernsial seperti berikut:
dimana Q adalah batas dQ yang bembah dari 0 sampai Q. Pada setiap titik
disepanjang pipa, panas yang diberikan oleh fluida panas sama dengan panas yang
diterima oleh fluida dingin. Untuk panjang pipa dari L = 0 sampai L = X, dengan
memperhatikan gambar (5-6) untuk counterflow maka:
84
atau
T =T2 -^ (t - O (5-13)
2 WC V "
atau
U a" dL dt
(5-14)
wc wc f wc
t, +
WC WC J
UA
wc wc
fa.T'T -l'
- t
(4-15)
i2 i,
WC
wc Tl " T2
WC t2-t,
UA
wc
^Ti -T2 . x m5^
T2 - t,
t2 -t,
t2 -t, T, -t3
In
(T, - t2) - (T2 - t.) T2 - t
85
Karena w c (t2 - ti) = Q, At2 = Ti - t2 dan At! = T2 - ti, maka dengan
mensubstitusikan ke dalam persamaan diatas diperoleh:
Q=UA^4^ (5-16)
ln^-
At,
atau
Untuk aliran parallel: At2 = Ti - ti dan Ati = T2 -12, sehingga persamaan diatas
dapat disusun kembali seperti berikut:
Contoh
Suatu fluida panas memasuki sebuah alat penukar panas berbentuk pipa pada suhu
300 F dan keluar pada suhu 200 F, sedangkan fluida dingin masuk pada suhu 100
F dan keluar pada 150F. Hitung LMTD untuk counterflow maupun parallel flow.
Penyelesaian:
a). Counterflow:
Fluida panas Fluida dingin Selisih suhu
T! = 300F t2=150F At2 = T1-t2=150F
T2 = 200F ti = 100F Ati = T2-ti=100F
86
At2 - At, _ 150 - 100
150
In
At, 100
LMTD untuk suhu proses yang sama, dalam parallel flow lebih rendah dari pada
dalam counterflow.
87
6.FURNACE
Bagian-bagian uatama heating section sebuah furnace adalah radiant section dan
convection section. Radiant section adalah bagian yang menerima panas langsung
dari nyala api atau radiasi, dan convection section adalah bagian yang menerima
panas dari gas panas hasil pembakaran yang menuju ke cerobong asap (stack).
kaesa
Gambar (6-1) menunjukkan skema sederhana susunan tube dan arah aliran fluida di
dalam furnace. Beberapa bentuk susunan seperti itu disebut:
(a). Large BoxType (g). Large isoflow (petrochem)
(b). Separate-Convection (Lumnus) (h). Small isoflow (Petrochem)
(c). Down-Convection (i). Equiflux (UOP)
(d). Straight-Up (Born) (j). Double-Upfired (UOP)
(e). A-Frame (Kellog) (k). Radiant Wall (Selas)
(f). Circular (De Florez)
Dari sekian macam furnace tersebut adahal-hal yang berbeda seperti berikut:
K36S3 oq
In
To stack
QPPQQOOOOJ
I
To stack
r r ? wmmm
Id stack
t.
fflfif <In
OOOO
06660000000c
<In
Out <
u u:
Burners
Out Out Burners Out
tt- -Ttt-
(c). Down-Convection (d). Stralght-Up(Born) (e). A-Frame (Kellogg)
To stock To stack
To stack
I ^ I ir preheat
Air_
[55351
}- n<In
In-
%
0000
u u u u
Burners
(f). Circular (De Florez) (3). Large Isoflow (Petrochem) (h). Small Isoflow (Petrochem)
Burners 'Burners
>Out
'Burners
Burners'
kaesa 90
(4). Heat Distribution
Distribusi panas satu fase kurang memberikan panas yang baik, di samping itu laju
panasnya bervariasi cukup luas pada bagian-bagian yang berada dalam furnace
seperti gambar (b) dan (c). Meskipun demikian furnace vertikal dapat
dipertahankan distribusi panasnya yang seragam.
(7). Capacity
Furnace seperti dalam gambar (c), (d), (h), (i) dan (k) dapat dirancang untuk
kapasitas kecil, dan jenis (a), (b), (c) dan (j) sangat cocok untuk kapasitas besar.
(8). Stack
Furnace seperti dalam gambar (a), (b), (c), dan (e) memerlukan stack yang tinggi,
tetapi hampir tidak ada stack yang tinggi (kecuali untuk melepas gas pada level
yang tinggi) diperlukan untuk memberikan draft yang cukup.
(9). Cost
Bentuk konstmksi atap furnace seperti dalam gambar (a), (b), dan (c) adalah
sangat mahal. Dinding-dinding yang tidak tertutupi dengan tube seperti (a), (b),
kaesa 9J
(c), dan (e) cendemng terjadi pemanasan yang berlebihan (overheat) dan hams
mempunyai konstmksi yang lebih baik.
6.2 Radiasi
Q = b AT4 (6-1)
dimana: Q = panas yang ditransfer, Btu/hr
b = konstanta radiasi, untuk black body nilainya 1,72 x 10"9 Btu/(F.ft2.hr)
perhatikan tabel (6-1).
A = luas permukaan radiasi, ft2
T = suhu absolut, R
kaesa
92
Suatu permukaan tidak dapat meradiasikan semua panas ke permukaan yang lain
karena permukaan yang lebih dingin juga meradiasikan panas. Oleh karena itu
persamaan (6-1) dapat dimodifikasi menjadi:
Q = Net Heat Transfer = b A(T24 - T,4) '.. (6-2)
R=~^pr
1+ ia-K
.'
4.200
Q= total panas yang dihasilkan oleh nyalaapi, Btu/hr (terdiri dari panas
pembakaran bahan bakar, panas sensibel udara, gas yang
disirkulasikan, bahan bakar dan atomizing steam).
AcP = luas dinding furnace yang dipasangi tube, ft2
a = faktor pengali luas permukaan (a = 0,986 untuk dua baris tube),
Gambar (6-2).
kaesa
93
1.5 2 2.5 3 3,5 4 4.5 5 5,5 6
Jika dinding furnace yang dipasangi tube mempunyai panjang (L, ft), center-to-
center spacing (C, in) dan jumlah tube per baris (N), maka besarnya luas dinding
furnace yang dipasangi tube dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Dan luas tube terproyeksi (A) untuk tube yang mempunyai diameter (D, in) dan
jumlah baris (n) dinyatakan sebagai berikut:
A = LxnxNx (6-5)
kaesa
94
A = nACD
cP
c
atau
Acp =-x n D
(6-6)
Jika q dinyatakan sebagai panas yang diserap per sqft luas tube terproyeksi, maka
besarnya total panas radiasi yang diserap:
R.Q = A.q
dan selanjutnya
Q-f-^^S. (6.7)
Jika persamaan (6-4) dan persamaan (6-7) digabung, maka diperoleh
R
rG,/x
Q x
n
D
1+ iR a C
4.200
dan selanjutnya
D iA (1 - R) 17.640.000
llox7J
C J =
X =
n
R
xX 2;
G2 (6"8)
Kebanyakan furnace mempunyai harga D/C = 0,5 dan n = 2, dan secara empiris
yang diplot dalam Gambar (6-3) dinyatakan dalam persamaan berikut.
kaesa
95
Khusus q' dalam Gambar (6-3) dapat dikoreksi ke q yang mempunyai harga jumlah
baris dan tube spacing dengan menggunakan persamaan berikut:
'.
V.
V
\
\\
\
0%* r excess air
(0
45000
D
a.
40000
',
s \-.30 %\ ' V
35000
.90
\.60 %\
%\.
\ ". \
a.
ra
i_
30000
* v. \
a>
en
25000
% \ \\
'-.
s 20000 \ \ \- \
\ \
= 15000 \
CO
\ ^S \
" 10000 .. Gp ada 3i ) % eiccessair
1
"-y
'--.
^S \ <^
5000 11 0 API fuel 17 S-
s fueP * "*^ "^T:
' ! "c
0 ii 1- I
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
Faktor a dapat diperoleh dari gambar (6-2) tetapi untuk susunan tube normal,
seperti misalnya dua deret tube dengan sepasi pusat ke pusat sekitar 2 kali diameter
tube, harga a adalah 0,986.
kaesa
96
Secara umum, center-to-center spacing untuk tube dan perkiraan panjang ekivalen
belokan untukmenghitung friksi ditunjukkan dalam tabel (6-2).
Peyerapan
Fuel Heating value Flue gas panas
Gross Net lb/lb fuel Btu/f2 pro.
H2-rich reformer gas 641 569 26,6 13.200
Jenis bahan bakar yang digunakan juga mempunyai pengamh yang cukup
signifikan, tabel (6-3) didasarkan pada nalisis bahan bakar. Faktor penyerapan
kaesa
97
radiant dan laju penyerapan per ft2 projected area dihitung untuk 30 % excess air
ketika setengah dari panas yang dibebaskan diserap di dalam mang radiasi.
Pengamh persentase udara berlebihan ditunjukkan dalam gambar (6-3). Laju panas
radiasi untuk dua macam bahan bakar, yakni refinery gas (G pada 30 % excess air)
dan bahan bakar berat (heavy fuel) ditunjukkan untuk 0 hingga 90 % excess air.
Grafik tersebut dapat digunakan secara langsung dalam perancangan furnace
sederhana, tetapi tidak dapat digunakan untuk furncace yang menggunakan air
preheat atau flue-gas recirculation.
Penyelesaian:
- Panas yang dipancarkan di dalam ruang radiasi (Q)
Q = 7.110x20.560 = 146.000.000
C 10
C =10 in; D = 5in; = = 2
D 5
kaesa no
Jumlah tube (N)
A = 1.500 sqft; L = 40 ft
A 1-500 nnt ,
N = = = 90 buah
LxnxD/12 40x1 5/12
A C 1.500 10 ^nnn*2
Ac = x = x = 3.000 ft2
p n D 15
r= ^== = . 1 =04596
GrOl 146.000.000 -
. . V-K i + V 2.640
4.200 4-20
kaesa
99
R.Q 67.101.600 AAAn /,
q = = = 44.734 Btu/hr.sq. ft
A 1.500 H
Haraga q di atas untuk bahan bakar gas dengan G = 21,5, maka garis untuk gas
khusus dalam contoh ini yang mempunyai harga G = 21 hams dikoreksi dengan
menganggap garis tersebut terletak 1/8 jarak diantaragaris gas dan garis fuel oil:
12.000
q = 42.831 + = 44.331 Btu/hr.sq. ft
Metoda perancangan furnace yang secara teoritis dikembangkan oleh Lobo dan
Evans melibatkan banyak hubungan yang suatu pengembangan teoritis tidak dapat
dijelaskan di sini, meskipun demikian dapat dijelaskan dengan menggunakan grafik
seperti dalam Gambar (6-2), (6-4) sampai (6-9). Hal ini dapat diterapkan hanya
pada perancangan yang telah selesai untuk melihat bagaimana perilakunya.
Tahapan perhitungan yang diberikan melibatkan penentuan faktor-faktor seperti
berikut:
kaesa
100
(1). Effective surface (a.Acp):
Hal ini telah dibahas dan dinyatakan sebagaimana dalam persamaan (6-4) dan
Gambar (6-2).
100 -,
i 1 ~B ~
90 p11 * -
80 i ih 6
i 1
70 4 W si
s >
a o 60 't 1 ' si3
S
s =
o a.
50
ill f
Ml
a u
ft 40 *
Mh V
3 <E
3 a 30 -1 a
CO
20 w,rft. h ~
io 4 v/'''l N-
0 *"? *?'/'// Ml 1 "^r^
0 400 800 1200 1600 2000 2400 2800 3200 3600
Suhu,F
4600
W7// 410
3600
-3100
2600
2100
r: 1600
1600 2000 2400 2800 3200 3600 4000 4400
kaesa
101
(2). Mean Length of Radiant Beam (L):
Hal ini telah dievaluasi oleh Hottel sebagaimana ditunjukkan dalam tabel (6-4).
Panjang rata-rata dinyatakan dalam istilah ratio of length, width, dan height,
dan dalam istilah diameter dan height.
4600
4100
3600
-3100 *
2600
-2100
1600
1600 2000 2400 2800 3200 3600 4000 4400
kaesa
102
(6). Exchange Factor ($):
Overall exchange factor dievaluasi dalam Gambar (6-9) dalam istilah flame
emissivity (PF) dan perbandingan AR terhadap (a.AcP).
RQ
(7). Rate of Heat Absorption Factor
U-Acp.^J
Q adalah total panas yang dipancarkan per jam dan R adalah fraksi panas yang
diserap oleh radiant surface. Dengan demikian RQ adalah Btu yang diserap
per jam di dalam radiant section. Hal ini dapat dievaluasi secara langsung
dengan menetapkan harga RQ yang dikehendaki atau suatu harga laju radiant
absorptionyang sesuai dengan harga q dari persamaan (6-9) atau tabel (6-5).
a.
+
ii
_i
a.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
kaesa
103
sekala sebelah kanan. Jika tg error karena lebih dari 100 F, maka harga PF dan
(f> (butir 4 dan 6 di atas) hams direvisi.
kaesa
104
o
o_o_oo ooooooooooo
To To to cj "^ *. "01 "in "a> ~<j> Si Vi "00 "co "to
tn tn en ui oi en ui
Exchange Factor - 4
Data Furnace:
x40ft
Kondisi operasi:
kaesa
105
Net heat input ke coil (QR) = 70.650.000
Btu/hr
Excess Air = 30 %
Penyelesaian:
(1). Effective surface (a.Acp):
C/D = 10/5 = 2 > dari Gambar (6-2) > a = 0,88
fLxNxC^ f40x90xl0^| ^nnn ^
kaesa
106
Suhu bridge wall (tg) yang diasumsikan = 1.800 F
Dari Gambar (6-7) > PF = 0,495
f RQ ^ ( 70.650.000
= 47.788 Btu/hr. sq.ft
va.Acp.^y V2.640 x 0,56^
f RQ ^ = 47.788 Btu/hr.sq.ft
ts= 1.000 F
kaesa
107
Suhu bridge wall (gas) = 1.850 F
Dari Gambar (6-5) > t'F = 3.600 F
ts= 1.000 F
R.Q 70.650.000
R = - = = 0,484
Q 146.000.000
R.Q 70.650.000 ,_ ; ,
q = = Ttkv/TTi = 47100Btu/sq- ft luas terproyeksi
Outside Area
Catatan: ProjectedArea =
n
kaesa
108
3 /
i;
DAFTAR PUSTAKA