Anda di halaman 1dari 28

TUGAS GEOMODEL

Geologi dan Pemodelan Potensi Sumber Daya Mineral di Papua

Disusun Oleh :

1. Muhammad Danang Prasetyo 410014035

2. Alfino Wahyu Santoso 410014026

3. Dede Septa Putra 410014034

4. Novalia P Hj. Salim 410014095

5. Taufik Firdaus Ramadhan 410014012

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

2017

TUGAS GEOMODEL | KATA PENGATAR i


KATA PENGATAR

Puji syukur senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT karena berkat
limpahan rahmat, taufik serta hidayahnya akhirnya kami kelompok kami dapat
menyelesaikan tugas geomodel tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih kepada Ibu Siti Nuraini, S.T., M.T. dan Ibu Fatimah
S.Si., M.T selaku dosen mata kuliah Geomodel yang telah memberikan
pemahaman mengenai mata kuliah tersebut serta kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan tugas tersebut.

Penulis menyadari masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam pembuatan
laporan praktikum ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Atas kekurangannya mohon maaf. Terimakasih.

Yogyakarta, 5 Juni 2017

Penulis

TUGAS GEOMODEL | KATA PENGATAR ii


DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.3 Administrasi Daerah Penelitian ................................................................ 2
BAB II GEOLOGI DAERAH PENELITIAN ........................................................ 3
4.1 Geologi Regional Daerah Penelitian ........................................................ 3
4.2 Struktur Geologi ....................................................................................... 6
4.3 Stratigrafi Regional .................................................................................. 7
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 8
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................... 9
4.1 Mineralisasi Grasberg............................................................................... 9
4.2 Perkembangan Struktur .......................................................................... 10
4.3 Hasil Pengamatan ................................................................................... 10
4.4 Analisis Struktur Geologi dalam Schmidt Net ........................................ 11
4.5 Analisis Data PT Freeport Indonesia Depth. Geotech. Underground ... 11
4.6 Pengamatan Perubahan Permukaan ........................................................ 12
4.7 Sistem Penambangan di PT Freeport Indonesia ................................ 17
4.8 Pengaruh Penambangan Bawah Tanah .................................................. 19
4.9 Analisa Petrografi ................................................................................... 19
4.10 Cadangan atau Tonase ............................................................................ 20
4.11 Pemodelan Geologi ................................................................................ 21
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 22
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 22
5.2 Kritik dan Saran ...................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

TUGAS GEOMODEL | DAFTAR ISI iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Administrasi Daerah Penelitian ....................................................... 2

Gambar 2. 1 Geologi Daerah Penelitian ( Sumber : PT.Freeport Indonesia ) ..... 3


Gambar 2. 2 Stratigrafi Batuan Sedimen Wilayah PT. Freeport Indonesa .......... 7

Gambar 4. 1 Bentuk Cave IOZ/GBT dan DOZ 3D diprediksi Maret 2004,


ketinggian belakang Cave 818 m ( Sumber : PT.Freeport ) ..... 13
Gambar 4. 2 Kemajuan Cave di Level DOZ pada arah Selatan ......................... 14
Gambar 4. 3 Dimensi bentuk IOZ/GBT dan DOZ di prediksi pada bulan Juni
2004 ( Sumber : PT. Freeport Indonesia ) ..................................... 15
Gambar 4. 4 Kemajuan vertikal cave pada arah NE SW ................................ 16
Gambar 4. 5 3D dari posisi Dimple yang relatif di atas tambang IOZ, GBT dan
DOZ dan beberapa kondisi permukaan. ........................................ 18
Gambar 4. 6 Foto sayatan poles KL98-10-22 kedalaman 1455,55m perbesaran
100x. B2-J6) Pirit, FeS2 warna kuning pucat; E3-G4) Kalkopirit,
CuFeS2,warna kuning tembaga dan bornit, (Cu3FeS4) warna
tarnish-pink-kehijauan; D3-E4) Kovelit, (CuS), warna biru ......... 20
Gambar 4. 7 Pemodelan Geologi (Sumber : PT.Freeport Indonesia) ................ 21

TUGAS GEOMODEL | DAFTAR GAMBAR iv


DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Analisa Foto Udara ( Sumber : PT. Freeport Indonesia ) ................... 11

TUGAS GEOMODEL | DAFTAR TABEL v


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geomodel merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
pemodelan geologi guna memberikan informasi mengenai berbagai macam
potensi geologi yang dapat disajikan berupa data visual baik 2d maupun 3d.
Dengan demikian diharapkan informasi geologi dapat terwakili dengan data visual
tersebut sehingga mempermudah dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kelimpahan sumber daya alam,
salah satunya yang terdapat di Pulau Papua yang menyimpan kekayaan berupa
sumber daya mineral yang sangat melimpah yang kini sedang diolah oleh
PT.Freeport Indonesia. PT Freeport Indonesia adalah perusahaan tambang emas
dan tembaga yang beroperasi dengan menggunakan dua macam sistem
penambangan, yaitu sistem tambang terbuka dengan metode open pit dan
sistem tambang bawah tanah dengan metode block caving.

Tambang terbuka PT Freeport Indonesia mulai berproduksi pada tahun


1972 dengan menambang cadangan bijih di Gunung Bijih (Ertsberg) yang
dilanjutkan dengan penambangan di Grasberg, sedangkan tambang bawah tanah
di PT. Freeport Indonesia produksinya mulai pada tahun 1980, ketika
diketemukannya cadangan bijih tembaga di sebelah timur Gunung Bijih atau
dikenal dengan GBT (Gunung Bijih Timur).

Saat ini, daerah PT. Freeport Indonesia sedang melakukan penambangan


bawah tanah dengan menggunakan metode block caving, meliputi IOZ
(Intermediet Ore Zone), DOZ (Deep Ore Zone), DOM (Deep Ore Zone).

Daerah PT Freeport Indonesia terdapat area subsidence atau amblesan


berada di daerah Ertsberg yang dioperasikan penambangan bawah tanah dan
menggunakan metode block caving, meliputi daerah GBT area 1 dan 2, IOZ
(Intermediet Ore zone), DOZ (Deep Ore Zone), DOM (Deep ore Mineralization).

TUGAS GEOMODEL | BAB I 1


PENDAHULUAN
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu antara lain :
Mengaplikasikan teori yang telah diajarkan di kelas kuliah sehingga
diharapkan menambah pemahaman dan sebagai wujud
penerapannya.
Mengetahui pentingnya geologi model sebagai sarana penyampaian
informasi geologi dalam bentuk data visual baik 2 D maupun 3 D.
Mengetahui potensi geologi berupa cebakan mineral di Papua yang
diolah oleh PT.Freeport Indonesia yang disajikan dalam data visual.
Mengetahui faktor pengontrol dalam sudut pandang geologi yang
berperan dalam terdapatnya cebakan mineral di Papua.

1.3 Administrasi Daerah Penelitian

Lokasi penambangan PT Freeport Indonesia (PTFI) secara administratif


terletak di wilayah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, sekitar 500 kilometer
sebelah barat daya Jayapura, ibukota provinsi Papua. Secara geografis, PTFI

berada antara 04o 02 30 sampai 04o 11 30 LS dan 137o 02 30

sampai 137o 10 00 BT pada jajaran pegunungan Sudirman.

Gambar 1. 1 Administrasi Daerah Penelitian

TUGAS GEOMODEL | BAB I 2


PENDAHULUAN
BAB II
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

4.1 Geologi Regional Daerah Penelitian

Gambar 2. 1 Geologi Daerah Penelitian ( Sumber : PT.Freeport Indonesia )

Geologi Papua secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok
batuan penyusun utama, yakni: (a) batuan Kraton Australia, (b) batuan Lempeng
Pasifik, (c) batuan campuran dari kedua lempeng. Litologi campuran merupakan
batuan bentukan dari orogenesa Melanesia.

Batuan yang berasal dari Kraton Australia utamanya tersusun oleh basement
rock berupa batuan metamorf berderajat rendah-tinggi yang telah terintrusi oleh
batuan granitik di sebelah barat dengan umur Paleozoikum Akhir.

TUGAS GEOMODEL | BAB II 3


GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Litologi ini kemudian secara selaras ditutupi oleh sedimen paparan
Mesozoikum dan yang lebih muda, batuan vulkanik dan batuan metamorf hingga
Tersier Akhir (Dow dan Sukamto, 1984).

Batuan lempeng pasifik umumnya berumur lebih muda dan tersusun oleh
batuan ultrabasa, tuf halus dan batuan sedimen laut dalam berumur Jura, kompleks
ofiolit dan juga batuan plutonik berkomposisi mafik. Kelompok batuan ini
terakresikan di atas Lempeng Kontinen Australia karena bertumbukan dengan
Lempeng Pasifik. Sebagai akibatnya, terbentuk pola jalur pegunungan kasar di
daerah pegunungan tengah bagian utara. Jalur ofiolit membentang kearah timur-
barat sejauh 400km dengan lebar lebih dari 50km (Dow dan Sukamto, 1984).

Wilayah PTFI berada pada zona subduksi antara Lempeng Australia yang
bergerak ke utara dan Lempeng Indopasifik yang bergerak ke arah barat
daya. Pada zona subduksi ini terjadi intrusi magma yang menembus lapisan
batuan sedimen yang telah terbentuk terlebih dahulu. Adanya intrusi
tersebut memungkinkan terjadinya proses mineralisasi yang kompleks yang
menghasilkan zona-zona yang kaya mineral- mineral berharga. Kelompok
batuan yang terdapat pada wilayah kerja PTFI adalah:
a. Kelompok batu gamping Irian (New Guinea Group) dari zaman
tersier. Kelompok ini mencakup empat formasi yang merupakan batuan
limestone yang didominasi carbonat, yaitu :
Formasi Waripi, merupakan pengendapan awal dari kelompok
ini yang terdiri dari batuan dolomit sukrosik berlapis tipis, batu
gamping (limestone) rekristalisasi, dan batu gamping arenit. Berasal
dari periode paleocene dan memiliki tebal sekitar 300 meter.
Formasi Faumai, yang berasal dari periode Eocene.
Dicirikan oleh terdapatnya batu gamping packstone dengan tebal
sekitar 200 meter.
Formasi Sirga, yang berasal dari periode Oligocene.
Dicirikan oleh terdapatnya batu pasir kwarsa dan semen kalsit
dengan tebal sekitar 35 meter.
Formasi Kais, yang berasal dari periode Oligocene akhir

TUGAS GEOMODEL | BAB II 4


GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
sampai pada pertengahan Miocene. Dicirikan oleh terdapatnya
batu gamping packstone yang mengandung poraminifera, dan fosil
ganggang merah. Kais memiliki ketebalan mencapai 1100 m, terdiri
dari 4 bagian yang masing-masingnya adalah 300 m 350 m
lapisan Mg-limestone, 80 m lapisan limestone, shale, sandstone,
200 m lapisan sandstone dan sekitar 500 m lapisan limestone
dengan sisipan shale dan coal.
b. Kelompok Kembelangan dari zaman Mesozoic (Jurassic sampai
Cretaceous) Formasi Kembelangan terdiri dari rangkaian batu pasir
dan batu gamping. Batuan sedimen ini telah mengalami intrusi magma
yang berkomposisi Diorit. Kelompok ini mencakup empat formasi, yaitu :
Formasi Kopai, yang berasal dari periode pertengahan sampai
jurassic akhir. Dicirikan oleh terdapatnya sandstone,
conglomerate, limestone, dan mudstone dengan ketebalan sekitar
350 m
Formasi Woniwagi, yang berasal dari periode jurassic
akhir sampai crestaceous awal. Dicirikan oleh terdapatnya
sandstone, shale, dan siltstone dengan ketebalan sekitar 500 m.
Formasi Piniya, yang berasal dari periode crestaceous awal
sampai pertengahan crestaceous. Dicirikan oleh terdapatnya
shale dan siltstone dengan ketebalan sekitar 600 m
Formasi Ekmai, yang berasal dari periode crestaceous akhir. Total
ketebalan formasi ini adalah sekitar 700 m. Batuan penyusun
formasi Ekmai terdiri atas 3 bagian yaitu quartz sandstone dengan
ketebalan 600 m, Kembelangan Limestone (limestone, silty, sandy
limestone) dengan tebal sekitar 90 meter dan Kembelangan Shale
yang merupakan calcareous shale dengan tebal 4 m.
c. Kelompok Glaciatill, Peat, Aluvium
Kelompok ini hadir pada lapisan teratas permukaan perbukitan dan
pergunungan. Endapan glaciatill terbesar terdapat di daerah Cartenszewide. Di
daerah ini juga terdapat sekitar 100 m lapisan alluvial.

TUGAS GEOMODEL | BAB II 5


GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
d. Kelompok batuan intrusi
Dua buah intrusi primer yang ada di wilayah PTFI adalah Grasberg
Intusive Complex (GIC) dan Ertsberg Diorite. Selain dua intrusi primer
tersebut juga ditemukan tubuh batuan beku lainnya di Wanagon, South
Wanagon, Idenberg, dan Lembah Tembaga, yang ukurannya lebih kecil dari
intrusi primer. Pada dua intrusi primer tersebut, terdapat 2 formasi yaitu
Dalam dan Kali yang pada umumnya merupakan jenis diorite sampai quartz
diorite.
4.2 Struktur Geologi

Dua sistem deformasi utama diketahui didaerah GBT (Gunung bijih

timur). Lipatan berskala kilometer (kilometers scale folds) dengan arah N 1100
E (dikenal Yellow Sincline) merupakan struktur geologi utama yang melalui
districk GBT ini. Lokasi penelitian pada surface subsidence terletak pada daerah
Irian Jaya mobile belt yang merupakan bagian perbatasan antara Lempeng Indo-
Australia dan Lempeng Pasifik bagian baratlaut. Lempeng Indo-Australia
mengandung batuan klastik yang nerupakan bagian grup Kambelangan dan
mengandung batuan karbonat. Struktur yang berkembang di daerah subsidence

adalah sesar, kekar dan rekahan., Left strike-slip fault berarah N 2550 E-N 700
E merupakan batas antara daerah skarn yang mengandung bijih dibagian selatan
dengan daerah diorit alterd di bagian utara yang mengandung mineral. Patahan
bersudut besar dan memotong sistem skarn gunung bijih timur (EESS) sepanjang
baratlaut sampai tenggara dari batas mineralisasi. Penyebaran batuan dasar pada

daerah subsidence mempunyai strike dan dip N 280o E/45o dengan penyebaran
batuan: sebelah utara limestons, sebelah timur zona mineralisasi (skarn) sebelah
selatan Etsberg diorit.
Sesar Ertsberg (SE) 1 berarah baratdaya- timurlaut melewati atau pada
bagian tambang bawah tanah IOZ (Intermediet Ore Zone) dan DOZ (Deep Ore

Zone). Sesar geser menganan N 120 E slickenside-nya N 800 E - N 900 E.


Sesar ini adalah sesar penyerta antitetic faul. SE 2 ditemukan bagian timur daerah
penelitian. Sesar ini dengan pergerakan sesar geser mengiri (sinistral strike slip

fault) mempunyai arah N 2050 E, cermin sesarnya N 700 E.

TUGAS GEOMODEL | BAB II 6


GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
4.3 Stratigrafi Regional
Dua formasi yang ditemukan telah mengalami ubahan akibat adanya
intrusi batuan beku berkomposisi intermediet yang dikenal sebagai intrusi
diorit Ertsberg. Secara kompleks, litologinya dibagi dua kelompok besar, terdiri
dari kelompok formasi dan batuan intrusi. Kelompok formasi, Formasi Waripi
(Tw), berumur Paleocene dengan ketebalan mencapai 300 m yang merupakan
lapisan Mg dolomite dengan sisipan silt dan sand. Formasi Faumai (Tf), berumur
Eocene dengan ketebalan antara 120-150 m terdiri dari lapisan massive
limestone. Formasi Sirga (Ts), berumur Oligocene dengan ketebalan 30-50 m
yang tersusun oleh quartzone sandston dengan semen berupa calcite,silstone

Gambar 2. 2 Stratigrafi Batuan Sedimen Wilayah PT. Freeport Indonesa


( Sumber : PT. Freeport Indonesia )

TUGAS GEOMODEL | BAB II 7


GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN

Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah geologi dan pemodelan
sumberdaya mineral di Papua dibawah pengolahan PT.Freeport Indonesia.
Dimana akan membahas tentang potensi geologi berupa sumberdaya mineral di
Papua serta pemodelannya maupun berbagai perkembangan struktur geologi.
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah dari studi pustaka dari
paper yang sudah dipublikasikan dimana dalam paper tersebut menggunaka
metode penelitian berupa :
a. Metode pengamatan
studi literatur
kondisi geologi daerah subsidence
pengambilan sampel
b. Metode analisis
perhitungan analisis kekar dengan software dips
Analisis petrografi

TUGAS GEOMODEL | BAB III 8


METODE PENELITIAN
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Mineralisasi Grasberg

Mineralisasi emas-tembaga di daerah Grasberg terpusat dalam dike yang


terjadi dalam beberapa tahapan, dan secara umum mengandung komposisi
quartz monzodiorite. Tahapan ini dibagi menjadi 3 fase yaitu Dalam, Main
Grasberg, dan Kali.

a. Intrusi Diorit Dalam.

Intrusi ini dicirikan dengan adanya perbedaan tekstur pada batuan


daerah di bawah Carstensweide, Diorit Dalam mempunyai tekstur batuan
intrusive biasa. Sementara sebelah atasnya batuan bertekstur batuan vulkanik dan
pada bagian puncak Grasberg struktur batuan diduga berasal dari lubang
gunungapi. Diduga intrusi Diorit Dalam ini tidak hanya terbentuk akibat
peristiwa tunggal saja, tetapi terjadi akibat dari beberapa peristiwa dan
merupakan intrusi paling tua.

b. Intrusi utama Grasberg atau Main Grasberg Intrusive (MGI).

Intrusi ini diinterpretasikan sebagai retas yang menembus Satuan


Breksi Vulkanik Trakhit dan Intrusi Dalam. Kenampakan tekstur asli yang
belum terubah dapat terlihat dari arah Barat Laut Tenggara dan dari Timur
Barat. Semakin ke arah kontak Satuan Breksi Vulkanik Trakiandesit dan Intrusi
Kali, maka tekstur aslinya tidak tampak lagi karena sudah terubah kuat
menjadi ubahan potasik dan umumnya dipotong oleh urat belalit kuarsa
magnetit kalkopirit yang sangat kuat. Intrusi kedua terjadi setelah intrusi Diorit
Dalam selesai. Intrusi kedua ini adalah intrusi utama Grasberg atau disebut juga
Main Grasberg Intrusive. Intrusi ini membentuk bagian kandungan mineral
terkaya pada endapan. Setelah intrusi ini terjadi, intrusi utama Grasberg
mengalami perubahan hidrotermal, yang menyebabkan pembentukan Stockwork
urat kuarsa dan membawa kandungan mineralisasi tembaga terkaya di

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 9


PEMBAHASAN
Grasberg. MGI dicirikan oleh penoktis plagioklas berukuran 0.5 2.5mm
hornblende, biotit yang berukuran sama dengan plagioklas. Mempunyai
kesan aliran dan menempati sekitar 600 x 430 m secara horizontal dan variabel
secara vertikal.

c. Kali Phase

Intrusi ini datang dari bidang vertikal sepanjang rekahan yang


ada, meninggalkan struktur yang disebut Kali Dyke. Batuannya sedikit
termineralisasi dan hanya mengandung kadar emas dan tembaga yang rendah
saja.

4.2 Perkembangan Struktur


Pengamatan dan pemetaan struktur Geologi, dilakukan di lokasi amblesan,
yaitu di empat level penambangan, yaitu : GBT 1 dan 2, IOZ, DOZ dan DOM
yang mempunyai ketinggian rata-rata 3975 m dan 4600 m di atas permukaan
laut. Pengamatan struktur geologi di permukaan dengan cara mencatat
pengukuran kekar dan sesar yang terdapat pada batuan-batuan yang tersingkap,
dan pengambilan contoh batuan, sedangkan pengamatan TDR (time domain
reflection) ini digunakan dalam melihat kemajuan cave di level undercut dan
level extraction DOZ dengan cara mengambil data sekunder dari PT. Freeport
Indonesia di depth geotech underground. Setiap bidang jenis batuan yang meliputi
jurus,kemiringan dari batuan diorit, calcareous sandstone, diorite altered dan
marble diamati dengan menggunakan pengukuran kekar dan sesar sebanyak
302 buah.

4.3 Hasil Pengamatan


Analisis struktur geologi dilakukan terhadap hasil pengamatan pemetaan
adalah :
1. Pengelompokan pengukuran kekar dan sesar pada grafik schmidt net.
2. Pengamatan struktur geologi dengan foto radar dengan data sekunder
PT Freeport Indonesia.

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 10


PEMBAHASAN
4.4 Analisis Struktur Geologi dalam Schmidt Net
Pengukuran kekar di LP-1 sampai LP-8, memperlihatkan arah jurus
kemiringan yang berbeda berarah timurlaut-baratdaya, utara-selatan, tenggara-
baratlaut. Penyebaran cave pada subsidence lebih cenderung ke arah timurlaut -
baratdaya.

4.5 Analisis Data PT Freeport Indonesia Depth. Geotech. Underground


Analisis struktur geologi dan arah subsidence dari foto radar. Foto radar
digunakan untuk melihat perkembangan subsidence pergerakan subsidence
sampai Januari 2004 (Foto 1), dan pergerakan subsidence sampai Mei 2004.

Foto 1. Kemajuan Cave Daerah Foto 2. Kemajuan Cave yang diambil


Subsidence pada tanggal 8 Januari pada bulan Mei 2004
2004

Tabel 4. 1 Analisa Foto Udara ( Sumber : PT. Freeport Indonesia )


Analisis pengamatan penambangan dengan TDR (Time Domain
Reflectometry). Pengamatan diawali dengan melakukan pemboran dengan
orientasi arah kedalaman tertentu sesuai rencana yang menembus cave,
selanjutnya memasukan kabel sedalam lubang pemboran panjang dari kabel ini
akan menjadi berkurang, jika terjadi pergerakan cave dengan tujuan untuk
mengamati dan mencatat panjang kabel TDR tertentu dalam keadaan putus atau
fault/break cable, sehingga dapat diketahui batas dari cave.

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 11


PEMBAHASAN
Di level penambangan DOZ diindikasikan bahwa secara vertikal
menyebar ke arah selatan. PT Freeport Indonesia membuat program dalam
memonitoring kemajuan cave di tahun 2004, sebagai berikut :

Periode I bulan Januari-Maret 2004 (1st quarter)


Bentuk DOZ Cave. Berdasarkan data TDR dan total material yang di
drawpoint, perbandingan dari tinggi penarikan baijih dan tinggi cave 1 : 3,42 dan
batas dari ketinggian cave adalah 818 m, terdapat pada panel 16/17 DB-3.
untuk memprediksi tingginya cave di beberapa panel.
Penyebaran cave DOZ. Petunjuk penyebaran cave di permukaan dapat
dipengaruhi oleh topografi dan struktur, meliputi sesar dan bidang perlapisan.
Gambar 3, beberapa fakta di daerah subsidence dan putusnya TDR adalah: (a)
struktur di daerah Ertsberg dengan arah orientasi timur- barat dan jurus

kemiringan N 700 E. Tekanan dari sesar mempengaruhi perkembangan


subsidence dari pergerakan vertikal dari cave berbelok pada bidang sesar
Ertsberg; (b) pada akhir periode, kabel TDR yang putus pada daerah selatan. Ini
mengindikasi- kan bahwa DOZ cave secara vertikal bergerak ke arah selatan.
Posisi dimple ke undercut footprint tidak tepat pada titik tertinggi pada DOZ
cave (panel#16/17 DB#3), dibelokkan ke bagian selatan.
4.6 Pengamatan Perubahan Permukaan

Perubahan permukaan dilihat pergerakan cave horisontal dan vertikal,


secara umum aktivitas dari cave dibagi, yaitu : (a) Pengamatan bentuk cave.
Pengamatan periode I memperlihatkan pergerakan ke utara. Mekanisme dari
subsidence dikontrol oleh aktivitas tambang DOZ; (b) Pengamatan kekar,
umumnya berarah timurlaut, kecuali CM-05a (timur) dan CM-07 (utara). Arah
dari pergerakan kekar ini mengidentifikasikan bahwa subsidence mengikuti DOZ
cave.

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 12


PEMBAHASAN
Gambar 4. 1 Bentuk Cave IOZ/GBT dan DOZ 3D diprediksi Maret
2004, ketinggian belakang Cave 818 m ( Sumber :
PT.Freeport )

Periode I I Bulan April - Juli 2004 (2nd Quarter)


Bentuk DOZ Cave. Prediksi bentuk DOZ cave diperbaharui berdasarkan
pada produksi rata- rata dari masing-masing drawpoint sampai dengan Juni
2004 dan berdasarkan pada data perekaman TDR. Rata-rata perbandingan dari
tinggi penarikan dan tinggi cave 1: 4. prediksi dari cave tertinggi untuk
masing-masing panel dilihat pada Gambar 4.
Penyebaran cave DOZ. Penyebaran cave di permukaan dapat dipengaruhi
oleh topografi dan struktur sesar, bidang perlapisan dan aktifitas
penambangan. Pergerakan vertikal DOZ cave dibelokan ke arah selatan.,
beberapa fakta di daerah subsidence dan putusnya TDR.

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 13


PEMBAHASAN
Pengamatan Cave di Level Undercut dan Level Extraction di Periode II
Pengamatan terakhir pada caving dilakukan pada bulan Juni 2004 dari
pemeriksaan ini didapatkan daerah-daerah yang merupakan daerah kritis, IOZ
conveyor, 3426/I; G#18 waste conveyor drift, 3586/L, G#2 service
drift,3616/L; main adit,3686/L; GRS#53, 3686/L; G#1, 3616/L G#9, 3616/L;
DOM service, 3646/L; dan daerah 2 extraction, 3625/L GHL#9.
Kondisi Daerah Subsidence
PT. Freeport Indonesia di daerah Ertsberg terdapat Subsidence di atas
tambang IOZ, GBT dan DOZ. Subsidence ini di kontrol melalui pemeriksaan
kabel TDR (time domain reflectometry) untuk mengetahui luas amblesan pada
permukaan, dibagi 2 periode, yaitu :
Periode 1 (Bulan Januari - April 2004)
Foto udara periode I adalah salah satu alat yang digunakan untuk kontrol
permukaan subsidence, terutama ketika gua telah menerobos mencapai ke
permukaan. Pada tanggal 8 Januari 2004 menunjukkan perubahan di bagian timur
subsidence area, nampak punggung bukit Guru Ridge dan letusan yang
membuka pada bagian atas sisi Yellow Valley di zona subsidence.
Kondisi Daerah Subsidence pada Periode- I
4.1 Dimple
Dimple adalah tekanan berbentuk kerucut disebabkan oleh subsidence
dengan massa batuan dari material cave yang bergerak ke arah bawah, karena
pengaruh gravitasi meluncur dari bagian atas lereng yang curam.

Gambar 4. 2 Kemajuan Cave di Level DOZ pada arah Selatan


TUGAS GEOMODEL | BAB IV 14
PEMBAHASAN
Arah Perkembangan Subsidence
Daerah subsidence terletak di atas tambang IOZ, GBT dan DOZ
berdasarkan mekanisme penye- baran cave. Beberapa area subsidence dibedakan
oleh:
area yang berpengaruh langsung
area yang tidak berpengaruh

Area yang berpengaruh langsung adalah material batuan dengan sudut


berasal dari cave boundary secara vertikal dan horizontal atau yang disebut
angel of draw dan angel of break atau subsidence.

Gambar 4. 3 Dimensi bentuk IOZ/GBT dan DOZ di prediksi pada bulan Juni
2004 ( Sumber : PT. Freeport Indonesia )
Area yang tidak berpengaruh adalah area yang di perluas di sebabkan oleh
aktifitas yang terus berlangsung. Terutama arah jatuhan material pada lapisan atas
atau hangging wall searah dengan kemiringan.

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 15


PEMBAHASAN
Gambar 4. 4 Kemajuan vertikal cave pada arah NE SW
Pada periode I tahun 2004, penyebaran dari subsidence arah tenggara, batas
garis cave dan batas garis rekahan di daerah subsidence dari data monitor bawah
tanah (pengamatan bentuk cave dan pengamatan rekahan) melalui observasi foto.

Batas garis cave periode ini 1,232,013 m2,dibandingkan pada bulan


Desember 2003 berkisar 9,4% luas cave (Gambar 7) dan batas rekahan

periode ini 1,684,676 m2, perbandingan pada bulan Desember 2003 berkisar 18.6
%.

Periode II (Mei 2004 - Desember 2004)


Foto udara periode II adalah alat monitor perkembangan permukaan
subsidence; terutama gua yang menembus sampai ke permukaan dimple. Foto 3
dan 4 foto perkembangan daerah subsidence dari periode I ke periode II Bulan
Maret hingga Juni 2004, foto ini menunjukan pergerakan bagian Timur
subsidence meliputi Guru Ridge; dan rekahan di Yellow Valley. Level tambang
DOZ menunjukan telah menerobos permukaan, sehingga pada permukaan
berbentuk dimple.

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 16


PEMBAHASAN
Kondisi Daerah Subsidence pada Periode-II

Massa batuan di cave berkurang, maka batuan permukaan yang telah


mengalami rekahan akan runtuh di bawah gravitasi kondisi geomorfologi
yang sangat curam. Pada periode-2, penyebaran subsidence di permukaan ke
arah bagian timur, batas garis cave dan batas garis rekahan di monitor pada
level tambang bawah tanah dan permulaan di monitor oleh foto udara. Daerah

subsidence, batas garis cave mencapai 1.304.921 m2, dan garis batas

rekahan mencapai 1.674.533 m2.

Kondisi Umum Geologi Daerah Subsidence

Struktur geologi pada daerah subsidence saling memotong antara Sesar


Ertsberg-1 berarah timurlaut-baratdaya dan Sesar Ertsberg-2 berarah utara-
selatan, selain itu struktur kekar yang berada di daerah subsidence, sebagian besar
searah dengan sesar. Material runtuhan dari hasil ledakan sistem blasting dari
level undercut membuat massa batuan yang di bawah tanah dan permukaan akan
lemah atau massa batuan berkurang, nampak pada permukaan arah jatuhan dari
material searah dengan sesar dan dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi yang
sangat curam.

4.7 Sistem Penambangan di PT Freeport Indonesia

PT Freeport indonesia dalam memproduksi tambang menggunakan sistem


block caving dan metode blasting dengan cara kerja dibagi per level sebagai
berikut:

Level Undercut. Level ini dirancang khusus untuk pemboran dan


peledakan ore.
Level Produksi. Level ini adalah hasil ore diteruskan pada level
produksi, guna untuk membawa ore ke bagian grizly atau penghan- curan
batuan, sehingga berukuran kecil dan yang diangkut dengan truk dan
dilanjutkan ke belt conveyor, ada yang diteruskan hingga pada tempat
penampungan, dan ada juga yang dijadikan konsentrat.

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 17


PEMBAHASAN
Level Truck Haulage. Level ini adalah jalan truk pengangkutan yang
membawa ore pada permukaan menuju ke bagian pengahancur batuan.
Level Ventilasi. Level ini berguna untuk memberikan udara masuk
dan keluar pada setiap level.

Gambar 4. 5 3D dari posisi Dimple yang relatif di atas tambang IOZ, GBT dan
DOZ dan beberapa kondisi permukaan.

4.8 Arah Struktur Geologi dan Penyebaran Subsidence

Arah struktur geologi di daerah subsidence berperan terhadap melebarnya


batas cave, sehingga jatuhan material didominasi dengan kondisi geologi.
Setiap lokasi pengamatan arah struktur geologi mempengaruhi cave, sehingga
jatuhan material akibat blasting akan mengikuti arah gravitasi
pengunungan yang sangat curam.

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 18


PEMBAHASAN
4.8 Pengaruh Penambangan Bawah Tanah

Penambangan bawah tanah IOZ, GBT dan DOZ lokasinya terdapat


diatas subsidence area, dan aktivitas penambangan dalam sistem block caving.
Sistem block caving ini turun, karena diledakan dengan metoda blasting,
akibatnya di permukaan akan bergerak dan material jatuh sesuai dengan kondisi
gemorfologi yang ada.

Pada daerah sekitar di PT Freeport Indonesia lokasi tambang bawah


tanah selain dari IOZ,GBT dan DOZ akan menambah lokasi yang akan ditambang
meliputi Guru Ridge, Kucing Liar dan DOM, kondisi geomorfologi lokasi
ini sama dengan sistem penambangan yang lama yaitu menggunakan sistem
block caving dan metoda blasting.

4.9 Analisa Petrografi

Mineral Mineral
(%) Cnt
Primer Tambahan
Kuarsa 3% Mineral opak 5%
Mineral
sekunder
(Secondary
min.)/ Cnt
Plagioklas 44%
Mineral (%)
B n
(Alteration
min.)
Biotit
K-feldspar 3% 10%
Sekunder
Amphibole 20% Serisit 10%
Biotit 5%

Dalam pengamatan secara mikroskopis, sampel Tpi diamati menggunakan


mikroskop dengan perbesaran 40x hingga 100x. Pengamatan dilakukan pada 2
jenis sayatan yaitu sayatan tipis dan sayatan poles. Sayatan tipis diamati dengan
bantuan mikroskop cahaya bias dan sayatan poles diamati menggunakan
mikroskop cahaya pantul. Dari hasil pengamatan mikroskopis, transparan
kecoklatan, porfiritik, subhedral anhedral, inequigranular, holokristalin dan
hipidiomorf allotriomorf.

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 19


PEMBAHASAN
Gambar 4. 6 Foto sayatan poles KL98-10-22 kedalaman 1455,55m perbesaran
100x. B2-J6) Pirit, FeS2 warna kuning pucat; E3-G4)
Kalkopirit, CuFeS2,warna kuning tembaga dan bornit,
(Cu3FeS4) warna tarnish-pink-kehijauan; D3-E4) Kovelit,
(CuS), warna biru

4.10 Cadangan atau Tonase

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 20


PEMBAHASAN
4.11 Pemodelan Geologi

Gambar 4. 7 Pemodelan Geologi (Sumber : PT.Freeport Indonesia)

TUGAS GEOMODEL | BAB IV 21


PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mineralisasi emas-tembaga di daerah Grasberg terpusat dalam dike yang
terjadi dalam beberapa tahapan, dan secara umum mengandung
komposisi quartz monzodiorite. Tahapan ini dibagi menjadi 3 fase yaitu
Dalam, Main Grasberg, dan Kali.
Daerah subsidence di PT Freeport Indonesia sangat dipengaruhi oleh
system penambangan bawah tanah dan kondisi geologi daerah
setempat, khususnya berupa struktur kekar dan sesar.
Daerah subsidence ini di waktu yang akan datang dapat berkembang dan
meluas mengikuti arah pola struktur geologi dan arah pengembangan
daerah PT. Freeport Indonesia.
Pada pengamatan secara megaskopis dan mikroskopis dapat diamati
mineral ubahan serisit yang mengubah mineral plagioklas dan biotit
sekunder yang mengubah amfibol. Hal ini membuktikan Tpi sudah
mengalami alterasi dengan intensitas lemah. Selain mineral ubahan
dapat diamati mineralisasi pirit (FeS2), kovelit(CuS), kalkopirit
(CuFeS2), dan bornit(Cu3FeS4) yang tersebar pervasif.
5.2 Kritik dan Saran

Data yang kami gunakan adalah data sekunder dari berbagai sumber yang
kami ringkas sedemikian rupa sehingga harap dimaklumi terhadap keterbatasan
data yang kami munculkan.

TUGAS GEOMODEL | BAB V 22


PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Corbett, G.J., dan Leach, T.M., 1998, Southwest Pacific Rim Gold-Copper
Systems; Structure, Alteration, and Mineralization, SGG Bull, Spec. Pub.
No.6, 237 hal.
A.C., Mc Lean and C.D., Gribble, Geology for Civil Engineers.
Benyamin Sapiie, 1998 Geology Structure, Institut Teknologi Bandung.
Corrbet G.J., dan Leach T.M., 11/94 Edition, Exploration Workshop SW
Pacific Rim Au/Cu System : Structure Alteration and Mineralisation .
George H. Davis The University of Arizona Tucson and Stephen J.
Reynolds Arizona State University Tempe. Structural Geology of Rocks
and Regions. Second Editon.
George Allen dan Unwin London, B.H.G. Brady, Australia dan E.T. Brown,
London Rock Mechanics for Underground Minning.
G. Wilson, Introduction to small-scale Geological Structures.
Keller, AE., 1976, Environmental Geology, Charles E Merill Publishing Co., A
bell & Howel Co., Columbus Ohio
Krynine,DP., Judd,WR., Prinsiples of Engineering Geology and Geotechnis,
Mc. Graw Hill Book Company Inc, New York.
Lawless J.V., White P. J.,Bogie I., Peterson L.A., Cartwright A.J Hydrothermal
Mineral Deposits In The Arc Settling, Exploration Based On Mineralisation
Models. August 1998.
Mc Clay, K.R., Department of Geology Royal Holloway and Bedford New
College University Of London. The Mapping of Geologycal Structure
Handbook.
R.J., Mitchell, Earth Structures Engineering, Statistical Methods in Geology.
Syd S. Peng Coal Mine Ground Control Second Edition.
Trefethen, JM.,1965, Geology for Engineers, Sond ed, D Van Nostrand Co Inc,
Princeton New York- New Jersey,.
Van Leeuwen T.M., Hedenquist J.W., James L.P., and Dow J.A.S.,
(Editors). Journal of Geochemical Exploration Special Issue
Sapiie, B and Cloos, M., Strike-slip faulting in the core of Central-Range of
west New Guinea Ertsberg Mining District, Indonesia: Geological Society
of America Bulletin 116; 277-293, 2004

TUGAS GEOMODEL | DAFTAR PUSTAKA 23

Anda mungkin juga menyukai