Anda di halaman 1dari 39

Vol2 no1 pengoptimalisasian kegiatan bongkar muat untuk meningkatkan

produktifitas kerja, luhur prasetyo, benny a setiono


1. 1. PENGOPTIMALISASIAN KEGIATAN BONGKAR MUAT UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS KERJA TERMINAL JAMRUD UTARA PT. PELINDO III TANJUNG
PERAK SURABAYA Luhur Prasetyo, Benny Agus Setiono Jurusan Ketatalaksanaan
Pelayaran Niaga, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang TuahAbstrak:
Transportasi melalui laut memainkan peran penting dalam sistem perdagangan saat ini.
Berbagaijenis barang di seluruh dunia bergerak dari satu tempat ke tempat lain melalui
laut. Pergerakan barangdalam proses impor dan ekspor juga perlu berada dalam kontrol.
Di sinilah pelabuhan memainkan peranpenting. Aktivitas perdagangan baik jasa dan
barang merupakan salah satu pembangunan ekonomi negarakita, tumbuh terus-menerus
dalam fungsi dikembangkan. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi pergerakanbarang dan
jasa untuk mendukung kegiatan perdagangan, membutuhkan suatu fasilitas transportasi
yangtepat, baik darat, laut, dan udara. Partisipasi pengusaha bongkar muat yang
kegiatannya meliputi bongkarmuat; stevedoring, cargodoring, menerima (receiving) dan
pengiriman (delivery) secara tidak langsungmembantu memajukan perekonomian dan
membangun pelayanan publik dan keamanan untuk kelancaranarus barang di
pelabuhan. Aktivitas kerja di pelabuhan adalah kegiatan yang kompleks yang
dimaksudkantidak hanya menjadi salah satu jenis aktivitas di sana, mulai dari yang
sederhana hingga yang berskalainternasional. Sebagai contoh, antar-pulau pengiriman
barang untuk ekspor dan impor barang dari luarnegeri. Khususnya di pelabuhan gerbang
utama perekonomian negara kita dan sebagian besar kegiatanekonomi di negara kita
prateknya dilakukan melalui pelabuhan laut. Tetapi dalam menangani pemuatan
danpembongkaran tidak selalu dilakukan secara aman dan benar, tidak sedikit dari
mereka mengabaikanya.Jadi dalam hal ini fungsi dari kegiatan bongkar muat dapat
melakukan tugas-tugas yang sangat besar untukkapal barang dan jasa bongkar muat
dari kapal tiba sampai kapal berangkat. Terminal Jamrud Utara adalahsalah satu
terminal di PT. PELINDO III Cabang Tanjung Perak kesempatan untuk menjalankan
bisnisutamanya sebagai penyedia layanan fasilitas pelabuhan, memiliki peran kunci
menjamin kelangsungan dankelancaran transportasi laut, serta Terminal Jamrud Utara
juga bisa sebagai perusahaan bongkar muat(PBM). Tapi Terminal Jamrud Utara masih
memiliki keterbatasan sebagai PBM yang hanya dapat melayanibongkar muat barang
seperti curah kering, curah cair dan kontainer, sehingga PBM banyak dari luar
yangmengambil bagian dalam kegiatan bongkar terjadi di Terminal Jamrud Utara, semua
menyebabkanterbatasnya sarana bongkar yang dimiliki oleh Terminal Jamrud Utara.
Untuk meningkatkan produktivitastenaga kerja bongkar muat, manajer terminal Jamrud
membeli alat bongkar HMC tujuh unit yangberoperasi di Terminal Jamrud Utara dan
beberapa beroperasi pada Terminal Jamrud Barat. Denganmembawa alat-alat bongkar
muat perusahaan mengharapkan peningkatan hasil produktivitas tenaga kerja diTerminal
Jamrud Utara, tetapi keinginan ini tidak sepenuhnya berjalan mulus, peralatan baru yang
datangmengalami kemacetan atau mesin rusak sehingga kegiatan bongkar muat
berhenti, bukan hanya kemacetanalat, operasi kurang mahir peralatan bongkar membuat
bongkar muat barang kurang stabil. Bukan hanyaitu, dengan membawa HMC atau
peralatan bongkar tidak berarti kegiatan bongkar di Terminal JamrudUtara menjadi
lancar, karena meskipun membawa HMC, HMC terletak dalam dermaga sejauh ini,
karenakekuatan dermaga tidak memungkinkan HMC yang ditempatkan dekat dermaga
bongkar sehingga hasilkegiatan tidak memenuhi target yang diinginkan oleh
perusahaan.Kata kunci: stevedoring, cargodoring, receiving, delivery.Abstract: Transport
by sea plays an important role in the trading system the present. Various kinds ofgoods
all over the world on the move from one place to another by sea. Movement of goods in
the importand export process also needs to be in control. This is where the port plays an
important role. Tradingactivities both services and goods is one of the economic
development of our countrys economy, growingconstantly in the developed functions.
Therefore, to facilitate the movement of goods and services tosupport the trading
activities, in need of a proper transport facilities, whether by land, sea, and
air.Participation stevedoring employers whose activities include stevedoring, cargodoring,
receiving anddelivery indirectly helped advance the economy and build public services
and security for the smooth flowof goods at the port. Work activities in the port are
complex activities that are meant not only be one kindof activity there, ranging from the
simple to the international scale. For example, inter-island shippinggoods to exporting
and importing goods from abroad. Particularly in the main the gateway of our countrys 68
2. 2. 69 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September
2011economy and most of the economic activity in our country is done through the port.
But in handling loadingand unloading is not always done safely and correctly, not a few of
them are neglectful. So in this case thefunction of the loading and unloading activities
can perform enormous tasks to service boats and unloadinggoods from ships arriving up
until the ship departed. Jamrud Utara Terminal is one of the terminals at PT.PELINDO III
Tanjung Perak Branch a chance to run its core business as a provider of port
servicesfacilities, has a key role ensures continuity and a smooth sea transport, as well
as the Jamrud UtaraTerminal can also be as a stevedoring company (PBM). But Jamrud
Utara Terminal still have limitations asa PBM that can only serve the loading and
unloading of goods such as dry bulk, liquid bulk and container,therefore many PBM from
outside who took part in unloading activities occurring in the Jamrud UtaraTerminal, all of
it in caused the limited tools unloading owned by the Jamrud Utara Terminal. To
increasethe labor productivity stevedoring, Jamrud terminal manager buying a tool
unloading the HMC seven unitswhich are operating in the Jamrud Utara Terminal and
some operate at Jamrud Barat Terminal by bringingthese tools unloading the company
expects the increase in labor productivity results in Jamrud UtaraTerminal, but the desire
is not entirely a going concern, the new equipment just have to come areexperiencing
congestion or broken in the engine so it had stopped loading and unloading activities, not
justtool jams, operating equipment unloading was less adept at making loading and
unloading of goods lessstable. Not only that, by bringing the HMC or unloading
equipment does not mean unloading activities inthe Jamrud Utara Terminal to be
smooth, because although brought HMC, HMC lies within the dock so far,because the
strength of the dock does not allow an HMC placed near the dock so unloading activity
resultsdid not meet the desired target by the company.Keywords : stevedoring,
cargodoring, receiving, delivery.Alamat korespondensi: Benny Agus Setiono, Program
Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah, JalanA. R. Hakim 150, Surabaya.e-mail:
bennyagussetiono@yahoo.co.idPENDAHULUAN lebih optimal yang memerlukan
dukungan tidak hanya dari pemerintah Indonesia merupakan suatu negara daerah,
pemerintah pusat tetapi juga dariyang saat ini sedang menggalakkan masyarakat dan
dunia usaha (swasta).pembangunan di segala bidang yang Sistem transportasi
merupakanbertujuan untuk meningkatkan kebutuhan yang sangat pokok
dalamperkembangan ekonomi daerah, menunjang sistem perekonomian
suatuperkembangan ekonomi nasional dan wilayah dalam memberikan
layananperubahan-perubahan lainya. Perubahan terhadap arus manusia, barang, dan
jasa.yang terjadi akibat dari adanya Sebagai suatu alat, transportasipembangunan
membawa beberapa bermanfaat memberikan layanandampak positif maupun negatif.
Dampak pengangkutan sampai ke tujuan denganpositif dari adanya pembangunan di
cepat dan aman. Tentunya hal ini perlusegala bidang adalah adanya diimbangi dengan
komponen-komponenperkembangan suatu wilayah baik di transportasi dan sarana
prasarana yangbidang ilmu, politik, teknologi dan yang memadai dan menunjang.paling
terlihat jelas adalah bidang Transportasi melalui lautekonomi, sedangkan dampak
negatifnya memegang peranan penting dalam sistemberupa penurunan kualitas
lingkungan, perdagangan seperti ini. Berbagai macamterjadinya kesenjangan wilayah
maupun barang di seluruh penjuru duniakesenjangan sosial-ekonomi, dan dipindahkan
dari suatu tempat ke tempatsebagainya. Kondisi seperti ini tentunya lain melalui laut.
Perpindahan barangmemerlukan suatu penanganan yang lebih dalam proses impor dan
ekspor ini jugabaik melalui arahan kebijakan yang perlu dikendalikan. Di sinilah
pelabuhanmendukung pembangunan daerah secara memegang peranan sangat
penting.
3. 3. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ...
70 Kegiatan perdagangan baik jasa dengan kegiatan pengangkutan melaluimaupun
barang merupakan salah satu laut, seperti misalnya Perusahaanfaktor pembangunan
ekonomi Bongkar Muat (PBM) dan perusahaanperekonomian negara kita, senantiasa
Ekspedisi Muatan Kapal Lautditumbuh kembangkan fungsinya. Oleh mempunyai
peranan yang sangat penting.sebab itu untuk memperlancar gerakan Sejalan dengan
berkembangnya kegiatanarus barang dan jasa guna menunjang pengangkutan di laut
maka pemerintahkegiatan perdagangan tersebut, di mengatur kegiatan
perusahaanperlukan adanya sarana pengangkutan pengangkutan yang ada di laut
melaluiyang memadai, baik dari darat, laut, penerbitan Inpres No. 4 Tahun 1985maupun
udara. Sehubungan Indonesia tentang kebijakan arus barang untukadalah negara
kepulauan dimana yang menunjang kegiatan ekonomi tentangmempunyai lautan yang
lebih luas kegiatan bongkar muat barang dilakukandibanding daratannya maka sarana
oleh agen, perusahaan pelayaran danpengangkutan melalui laut besar PBM yang
kemudian diperbarui denganperanannya dalam menghubungkan kota- Inpres No. 3
Tahun 1991 tentangkota pulau-pulau yang tidak bisa kebijakan kelancaran arus barang
untukdijangkau dengan alat transportasi darat menunjang kegiatan ekonomi. Di
dalamyang ada di tanah air. Inpres tersebut antara lain mengatur Transportasi laut
sebagai bagian bahwa untuk mengurangi biaya bongkardari sistem transportasi nasional
maka muat barang yang meliputi stevedoring,sebab itu perlu adanya lebih cargodoring,
receiving, dan delivery,dikembangkan lagi dalam mewujudkan maka sebab itu kegiatan
bongkar muatkawasan nusantara yang mempersatukan tersebut harus dilakukan oleh
instasi yangseluruh wilayah Indonesia, termasuk diberi wewenang oleh pemerintah
yaitulautan nusantara sebagai kesatuan Perusahaan Bongkar Muat (PBM).wilayah
nasional. Dengan hal ini Adapun pengertian PBM yang diangkutan laut sangat
memegang peranan maksud lebih lanjut di atur olehpenting dalam sarana perhubungan
yang Keputusan Menteri Perhubungan yaitumengangkut barang-barang dan
Perusahaan yang secara khusus bekerjapenumpang yang kira-kira 70% dari di bidang
bongkar muat barang dari danseluruh angkutan, sisanya yang dilayani ke kapal baik dari
dan ke gudang lini 1angkutan darat dan angkutan udara. maupun langsung ke alat
angkutan.Pengembangan transportasi laut harus Pada prinsipnya PBM ini
merupakanmampu menggerakkan pembangunan salah satu mata rantai dari
kegiatanIndonesia bagian timur, dengan pengangkutan barang melalui
laut.mengutamakan keteraturan kunjungan Dimana barang yang akan diangkut kekapal
yang dapat menggairahkan kapal memerlukan pembongkaran untuktumbuhnya
perdagangan dan kegiatan dipindahkan baik dari gudang lini 1pembangunan umumnya.
maupun langsung dari alat angkutannya. Berkembangnya perdagangan dari Seperti
halnya barang yang akantransportasi laut baik itu barang atau jasa, diturunkan dari kapal
juga memerlukanmaka keberadaan pelayanan yang pembongkaran dan dipindahkan
kebergerak di bidang perusahaan jasa gudang lini 1 maupun langsung ke
alatpengangkutan maupun perusahaan jasa angkutan berikutnya.yang memiliki
keterkaitan, kaitannya
4. 4. 71 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September
2011 Usaha bongkar muat yang kejelasan tanggung jawab daridilakukan oleh
perusahaan bongkar muat perusahaan bongkar muat barang,merupakan kegiatan jasa
yang bergerak kejelasan resiko terhadap barang yangdalam kegiatan bongkar muat dari
dan ke dikirim oleh pengguna jasa. Kegiatankapal, yang terdiri dari kegiatan kerja di
suatu pelabuhan adalah kegiatanstevedoring, cargodoring, dan yang bersifat komplek
artinya tidakreceiving/delivery. Perusahaan bongkar hanya satu macam saja kegiatan
yang adamuat untuk melakukan usahanya tentunya di sana, mulai dari yang
sederhanaharus mempunyai ijin usaha yang di sampai yang berskala
internasional.keluarkan oleh Menteri atau Pejabat yang Sebagai contoh pengiriman
barang antarditunjuk, ijin usaha tersebut diberikan pulau sampai dengan mengekspor
danoleh Kepala Kantor Wilayah Departemen mengimpor barang dari dan ke
luarPerhubungan atas nama Menteri atau negeri. Khususnya di pelabuhan utamapejabat
yang ditunjuk. Selain harus yang merupakan pintu gerbangmempunyai ijin dari Menteri,
PBM harus perekonomian negara kita dan sebagianmemenuhi persyaratan sebagai
berikut. besar kegiatan ekonomi di negara kita1. Berbentuk badan hukum Indonesia
dilakukan melalui pelabuhan laut.yaitu Perseroan Terbatas (PT), Badan Penanganan
bongkar muat barang harusUsaha Milik Negara, dan koperasi sesuai sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yangdengan peraturan perundang-undangan telah ditetapkan,
dengan adanyayang berlaku. ketentuan-ketentuan tersebut diharapkan2. Memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak semua perusahaan bongkar muat dapat(NPWP). melaksanakan
ketentuan tersebut agar3. Berbentuk badan hukum Indonesia tercipta kelancaran arus
barang danyaitu Perseroan Terbatas (PT). keharmonisan dalam bekerja. Tetapi4.
Memiliki modal dasar dan modal dalam praktiknya penanganan bongkarkerja untuk
menjamin kelangsungan muat tidak selalu dilakukan dengan amanusahanya. dan benar,
tidak sedikit dari mereka yang5. Memiliki peralatan bongkar muat dan mengabaikannya.
Kebanyakan darimenguasai alat bongkar muat serta perusahaan bongkar muat tersebut
hanyamemiliki tenaga ahli. mementingkan keuntungan saja tanpa Keikutsertaan
pengusaha bongkar memperhatikan dan memikirkan dampak-muat barang yang
kegiatannya antara lain dampak yang akan timbul bilastevedoring, cargodoring, receiving
dan penanganan bongkar muat dilakukandelivery dapat tidak langsung memajukan
secara tidak aman dan tidak benar atauperekonomian dan membangun tidak sesuai
dengan ketentuan. Makapelayanan pada masyarakat demi dalam hal ini fungsi dari
kegiatankelancaran dan keamanan lalu lintas bongkar muat dapat menjalankan tugas-
barang di pelabuhan. Namun banyak tugas sangat besar terhadap pelayananpengguna
jasa pengirim maupun kapal dan bongkar muat barang mulaipenerima barang yang
kecewa dengan dari kapal tiba hingga sampai kapalpelayanan jasa bongkar muat barang
berangkat.karena banyaknya resiko yang timbul Terminal Jamrud Utara merupakan
salahterhadap barang yang dikirim oleh satu Terminal di PT. PELINDO IIIpengguna jasa,
sehingga mengakibatkan Cabang Tanjung Perak yang kebetulankerugian. Maka dari itu
harus ada menjalankan bisnis inti sebagai penyedia
5. 5. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ...
72fasilitas jasa kepelabuhanan, memiliki kekuatan dermaga tidak memungkinkanperan
kunci menjamin kelangsungan dan apabila HMC diletakkan di dekatkelancaran angkutan
laut, dan juga dermaga sehingga hasil kegiatan bongkarTerminal Jamrud Utara juga
dapat muat barang tidak memenuhi target yangsebagai Perusahaan Bongkar Muat
diinginkan oleh perusahaan.(PBM). Namun Terminal Jamrud Utara Berdasarkan latar
belakang, makamasih mempunyai keterbatasan sebagai rumusan masalahnya
adalahPBM yaitu hanya dapat melayani Bagaimanakah cara optimalisasibongkar muat
barang berupa curah kegiatan bongkar muat barang dalamkering, curah cair maupun
kontainer, oleh meningkatkan produktivitas kerja disebab itu banyak PBM dari luar yang
ikut Terminal Jamrud Utara PT. Pelindo IIIandil dalam kegiatan bongkar muat Tanjung
Perak Surabaya?barang yang terjadi di Terminal Jamrud Tujuan penelitian ini adalah
untukUtara, semua itu disebabkan masih mengetahui apa yang dilakukan
olehterbatasnya alat-alat bongkar muat yang Terminal Jamrud Utara PT. Pelindo
IIIdimiliki oleh Terminal Jamrud Utara. Tanjung Perak guna mengoptimalisasikanSetiap
harinya Terminal Jamrud Utara kegiatan bongkar muat barang dalamkedatangan
setidaknya lima sampai tujuh meningkatkan produktivitas kerja.kapal yang pastinya
kebanyakan Transportasi Maritim Indonesiaberbendera asing, namun guna Pada tahun
1985 diterbitkanmeningkatkan produktivitas kerja Instruksi Presiden Nomor 4
yangbongkar muat barang, general manager bertujuan meningkatkan ekspor
nonTerminal Jamrud membeli sebuah alat migas dan menekan biaya pelayaran
danbongkar muat yaitu HMC sebanyak tujuh pelabuhan. Pelabuhan yang melayaniunit
yang sebagian beroperasi di perdagangan luar negeri ditingkatkanTerminal Jamrud
Utara dan sebagian lagi jumlahnya secara drastis, dari hanya 4beroperasi di Terminal
Jamrud Barat. menjadi 127. Untuk pertamakalinyaDengan mendatangkan alat-alat
bongkar pengusaha pelayaran Indonesia harusmuat tersebut perusahaan mengharapkan
berhadapan dengan pesaing seperti feederadanya kenaikan hasil produktivitas kerja
operator yang mampu menawarkan biayadi Terminal Jamrud Utara, namun lebih rendah.
Liberasi berlanjut padakeinginan tersebut tidak sepenuhnya tahun 1988 ketika
pemerintahberjalan mulus, peralatan yang baru saja melonggarkan proteksi pasar
domestik.didatangkan tersebut mengalami Sejak itu, pendirian perusahaan
pelayarankemacetan atau rusak pada mesinnya tidak lagi disyaratkan memiliki
kapalsehingga terpaksa kegiatan bongkar muat berbendera Indonesia. Jenis ijin
pelayarandihentikan, tidak hanya alat yang macet, dipangkas, dari lima menjadi hanya
dua.pengoperasi alat bongkar muat pun Perusahaan pelayaran memilikikurang mahir
sehingga kegiatan bongkar fleksibilitas lebih besar dalam rutemuat barang kurang stabil.
Tidak hanya pelayaran dan penggunaan kapal (bahkanitu saja, dengan mendatangkan
HMC atau penggunaan kapal berbendera asing untukalat bongkar muat tidak berarti
kegiatan pelayaran domestik). Secara de facto,bongkar muat barang di Terminal Jamrud
prinsip cabotage tidak lagi diberlakukan.Utara menjadi lancar, sebab meski Pada tahun
itu pula diberlakukanmendatangkan HMC, jarak letak HMC keharusan men-scrap kapal
tua dandengan dermaga sangat jauh, sebab pengadaan kapal dari galangan dalam
6. 6. 73 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September
2011negeri. Undang-Undang Pelayaran Profil Armada Transportasi MaritimNomor 21
Tahun 1992, semakin di Indonesiamemperkuat pelonggaran perlindungan Dari sisi
besaran DWT, kapasitastersebut. Berdasarkan UU 21/92 kapal konvensional dan
tankerperusahaan asing dapat melakukan usaha mendominasi armada pelayaran
yangpatungan dengan perusahaan pelayaran uzur (umur rata-rata kapal Indonesia
21nasional untuk pelayaran domestik. tahun, 2001, bandingkan denganMelalui Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Malaysia yang 16 tahun, 2000, atauTahun 1999, pemerintah
berupaya Singapura yang 11 tahun, 2000).mengubah kebijakan yang terlalu Meskipun
demikian, justru pada kapasitaslonggar, dengan menetapkan kebijakan muatan dry-bulk
dan liquid-bulk pangsasebagai berikut. pasar domestik armada nasional paling kecil.
Pada umumnya, kapal Indonesia1. Perusahaan pelayaran nasional mengangkut kargo
umum, tapi sekitarIndonesia harus memiliki minimal satu setengah muatan dry-bulk dan
liquid-bulkkapal berbendera Indonesia, berukuran diangkut oleh kapal asing atau kapal
sewa175 GT. berbendera asing. Secara keseluruhan2. Kapal berbendera asing armada
nasional meraup 50% pangsadiperbolehkan beroperasi pada pelayaran pasar domestik.
Sekitar 80% liquid-bulkdomestik hanya dalam jangka waktu berasal dari P.T. Pertamina.
Penumpangterbatas (3 bulan). angkutan laut bukan feri terutama3. Agen perusahaan
pelayaran asing dilayani oleh PT Pelni yangkapal harus memiliki minimal satu kapal
mengoperasikan 29 kapal (dalam limaberbendera Indonesia, berukuran 5.000 tahun
terakhir, PT Pelni menambah 10GT. kapal). Perusahaan swasta juga4. Di dalam
perusahaan patungan, membesarkan armada dari 430 (1997)perusahaan nasional harus
memiliki menjadi 521 unit (2001). Armadaminimal satu kapal berbendera Indonesia,
Pelayaran Rakyat, yang terdiri dari kapalberukuran 5.000 GT (berlipat dua dari kayu
(misalnya jenis Phinisi, seperti yangsyarat deregulasi 1988 yang 2.500). banyak berlabuh
di pelabuhan SundaPengusaha agen kapal asing memprotes Kelapa) membentuk
mekanisme industrikeras, sehingga pemberlakuan ketentuan transportasi laut yang unik.
Kapal-kapalini diundur hingga Oktober 2003. yang berukuran relatif kecil (tapi sangat5.
Jaringan pelayaran domestik dibagi banyak) melayani pasar yang tidakmenjadi 3 jenis
trayek, yaitu utama (main diakses oleh kapal berukuran besar, baikroute), pengumpan
(feeder route) dan karena alasan finansial (kurangperintis (pioneer route). Jenis ijin
operasi menguntungkan) atau fisik (pelabuhanpelayaran dibagi menurut jenis trayek
dangkal). Industri pelayaran rakyattersebut dan jenis muatan (penumpang, berperan
sangat penting dalam distribusikargo umum, dan kontainer). barang ke dan dari pelosok
Indonesia. Armada pelayaran rakyat mengangkut 1,6 Rangkaian regulasi dan deregulasi
juta penumpang (sekitar 8% penumpangtersebut di atas menjadi salah satu faktor bukan
feri) dan 7,3 juta MetricTonterhadap kondisi dan masalah yang barang (sekitar 16%
kargo umum). Tapidihadapi sektor transportasi maritim kekuatan armada ini cenderung
melemah,Indonesia, dari waktu ke waktu. terlihat dari kapasitas 397.000 GRT pada
7. 7. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ...
74tahun 1997 menjadi 306.000 GRT pada Data tahun 2002 menunjukkantahun 2001.
bahwa pelayaran armada nasionalMasalah Transportasi Maritim di Indonesia semakin
terpuruk di pasarIndonesia muatan domestik. Penguasaan pangsanya Dalam periode 5
tahun (1996-2000) menciut 19% menjadi hanya 50% (2000:jumlah perusahaan
pelayaran di Indonesia 69%). Sementara untuk muatanmeningkat, dari 1.156 menjadi
1.724 internasional tetap di kisaran 5%. Daribuah, atau bertambah 568 perusahaan sisi
finansial, Indonesia kehilangan(peningkatan rata-rata 10,5% p.a.). kesempatan meraih
devisa sebesar US$Sementara kekuatan armada pelayaran 10,4 milyar, hanya dari
transportasi lautnasional membesar, dari 6.156 menjadi untuk muatan ekspor/impor saja.
Alih-9.195 unit (peningkatan rata-rata 11,3% alih memperoleh manfaat dari
penerapanp.a.). Tapi dari segi kapasitas daya angkut prinsip cabotage (yang tidak
ketat)hanya naik sedikit, yaitu dari 6.654.753 industri pelayaran nasional
Indonesiamenjadi 7.715.438 DWT. Berarti malah sangat bergantung pada kapal
sewakapasitas rata-rata perusahaan pelayaran asing. Armada nasional
pelayarannasional menurun. Sepanjang periode Indonesia menghadapi banyak
masalah,tersebut, volume perdagangan laut seperti: banyak kapal, terutama jenistumbuh
3% p.a. Volume angkutan naik konvensional, menganggur karena waktudari
379.776.945 ton (1996) menjadi tunggu kargo yang berkepanjangan,417.287.411 ton
(2000), atau meningkat terjadi kelebihan kapasitas, yang kadang-sebesar 51.653.131 ton
dalam waktu lima kadang memicu perang harga yang tidaktahun, tapi tak semua
pertumbuhan itu sehat, terdapat cukup banyak kapal, tapidapat dipenuhi oleh kapasitas
perusahaan hanya sedikit yang mampu memberikanpelayaran nasional (kapal
berbendera pelayanan memuaskan, tingkatIndonesia), bahkan untuk pelayaran
produktivitas armada dry cargo sangatdomestik (antar pelabuhan di Indonesia). rendah,
hanya 7.649 ton-miles/DWT atau Pada tahun 2000, jumlah kapal sekitar 39,7%
dibandingkan armadaasing yang mencapai 1.777 unit dengan sejenis di Jepang yang
19.230 ton-kapasitas 5.122.307 DWT meraup miles/DWT. Pada tahun 2001
perusahaanmuatan domestik sebesar 17 juta ton atau pelayaran di Indonesia mencapai
jumlahsekitar 31%. Walhasil, saat ini industri 3.078, atau berlipat 3,3 kali dari
jumlahpelayaran Indonesia sangat buruk. tahun 1998. Tapi dalam periode
yangPerusahaan pelayaran nasional kalah sama, jumlah perusahaan yang
memilikibersaing di pasar pelayaran nasional dan kapal sendiri hanya berlipat 1,3
kali.internasional, karena kelemahan di semua Perusahaan pemilik kapal yangaspek,
seperti ukuran, umur, teknologi, menjadi anggota INSA (Indonesiadan kecepatan kapal.
Di bidang muatan National Shipowner Association) padainternasional (ekspor/impor)
pangsa tahun 2001 tercatat 914. Dari jumlahperusahaan pelayaran nasional hanya
tersebut 82% diantaranya adalahsekitar 3 % hingga 5%, dengan perusahaan yang
mengoperasikan kurangkecenderungan menurun. Proporsi ini dari 3 buah kapal, dan
hanya 4% yangsangat tidak seimbang dan tidak sehat mengoperasikan lebih dari 10
kapal.bagi pertumbuhan kekuatan armada Hanya sekitar 80% anggota INSA
yangpelayaran nasional. mengoperasikan kapal milik sendiri, sisanya mengoperasikan
kapal sewaan.
8. 8. 75 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September
2011 Hasil survai Stramindo di kalangan sewa asing terjadi bersamaan
denganperusahaan pelayaran pada tahun 2002 kelebihan kapasitas armada
domestik.menunjukkan bahwa persepsi bahwa Situasi bagai lingkaran tak berujung
itupengembangan perusahaan pelayaran disebabkan lingkungan investasiterhambat
karena lima faktor utama, perkapalan yang tidak kondusif. Banyakyaitu: regulasi dan
pelaksanaannya; perusahaan pelayaran ingin meremajakanarmada yang uzur, kesulitan
pendanaan armadanya, tapi sulit memperolehuntuk investasi operasi pelabuhan yang
pinjaman dari pasar uang domestik. Dankurang baik biaya siluman yang tinggi. di sisi lain
lebih mudah memperoleh Survai Stramindo juga pinjaman dari sumber-sumber luar
negeri.menunjukkan adanya keinginan besar di Beberapa perusahaan besar
cenderungkalangan perusahaan pelayaran nasional mendaftarkan kapalnya di luar
negeriuntuk meremajakan kapal dan (flagged-out). Tapi perusahaan kecil
danmemperbesar kapasitas asramanya. Dari menengah tidak mampu
melakukannya,sumber lain juga terindikasi adanya sehingga tak ada alternatif
kecualiharapan untuk memperbesar pangsa pasar menggunakan kapal berharga murah,
tapidomestik dan internasional bagi armada tua dan scrappy. Akibatnya terjadipelayaran
nasional. Seperti terlihat dari ketergantungan yang semakin besar padaproyeksi INSA
untuk memperbesar kapal sewa asing dan pemerosotankapasitas armada pelayaran
nasional produktivitas armada.hingga tahun 2020 terealisasi Tapikeinginan atau harapan
tersebut tidak Pengertian Pengangkutanmudah diwujudkan, karena berbagai Pengertian
pengangkut laut secarakendala dan persoalan yang sulit. Armada umum dapat ditelaah
dari kata dasarnya,pelayaran nasional Indonesia kurang yaitu angkut yang berarti
angkat danmampu meningkatkan daya saing dan bawa, muat dan bawa atau
kirimkan,bertumbuh karena beberapa faktor, yaitu sehingga mengangkut berarti
mengangkatpemilik kapal tidak mampu memperkuat dan membawa, memuat dan
membawaarmada dengan pembiayaan sendiri atau mengirimkan. Sedangkantingkat
bunga yang tinggi dalam sistem pengangkutan berarti pengangkatan danperbankan
nasional dan tidak ada subsidi. pembawaan barang atau orang atau Tidak ada kebijakan
yang memihak pemuatan dan pengiriman barang atau(seperti penerapan asas
cabotage), sisa- orang. Dengan demikian, pengangkutansisa kebijakan yang tak
menunjang, mengandung suatu kegiatan memuatmisalnya keharusan men-scrap kapal
tua barang atau penumpang ke tempat lain,(padahal secara teknis dan ekonomis dan
menurunkan barang atau penumpangmasih dapat dioperasikan) dan keharusan
tersebut.membeli kapal produksi dalam negeri Berdasarkan pengertian(padahal
kapasitas pasokannya masih pengangkutan secara umum tersebut,relatif terbatas)
keterbatasan fasilitas dan maka Kadir (1991:19) merumuskaninfrastruktur pelabuhan
nasional (lebih definisi sebagai berikut: pengangkutanpada muatan ekspor/impor)
adalah proses kegiatan memuat barangketaktersediaan jaringan informasi yang atau
penumpang ke dalam alatmemadai. pengangkutan membawa barang atau Situasi
pelayaran nasional sangat penumpang dari tempat pemuatanpelik, karena
ketergantungan pada kapal ketempat tujuan dan menurunkan barang
9. 9. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ...
76atau penumpang dari alat pengangkutan barang-barang itu rusak atau tidak, danke
tempat yang ditentukan . kalau rusak sampai dimana timbul adanyaPengertian
Pengangkutan Melalui Laut kerugian. Pengangkutan melalui laut Pengertian
Produktivitasmerupakan usaha pelayaran niaga yang Banyak Negara mengakui
bahwabergerak dalam bidang penyediaan jasa produktivitas adalah kunci
menujuangkutan muatan laut dimana kegiatan kemakmuran karena makin
tinggiusahanya sangat luas bidangnya serta produktivitas, makin banyak barang
danmemegang peranan penting untuk jasa yang akan dihasilkan.
Produktivitasmemajukan perdagangan dalam dan luar mampu bersaing di pasar
internasional,negeri termasuk di dalam usahanya karena produktivitas menjadikan
prosesmemperlancar arus barang dari daerah produksi makin ekonomis dan
biayaproduksi ke daerah konsumen. Dalam persatuan lebih murah.
Produktivitaspengertian perdagangan pengangkutan memiliki beberapa aspek
seperti:laut dapat dianggap sebagai suatu produktivitas tenaga kerja,
produktivitaskegiatan dari kesibukan yang tujuan bahan baku dan produktivitas
sumbermempertinggi arti dan kegunaan suatu daya. Dengan produktivitas
perusahaanbarang dengan jalan memindahkan dapat memaksimalkan
keuntungannyabarang tersebut dari suatu pulau (Negara) sehingga dapat
mempertahankanke pulau (Negara) lain. keberadaan perusahaan. ProduktivitasTentang
Pengangkutan Barang dapat ditingkatkan jika tersedianya dataa. Pengertian barang
KUHD tidak informasi serta teknologi yang memadai.memberi penjelasan mengenai
definisi Beberapa pakar mengemukakanatau pengertian barang. Sedangkan The
pendapatnya tentang definisi pengertianHague Rules 1924 pasal 1 memberi
produktivitas seperti Sinanung (1992:7),definisi atau pengertian barang sebagai J.
Ravianto (1985:85) dan Kisdartoberikut : Segala macam barang dan (2000:1-2). Dengan
pengertian yangbarang-barang dagangan, terkecuali sederhana produktivitas diartikan
sebagaihewan hidup serta muatan menurut hubungan antara output yang
dihasilkanperjanjian pengangkutan harus diangkut dari sistem dengan input yang
digunakandi dek dan memang dimuat di dek. untuk menghasilkan output.
PadaSelanjutnya The Hamburg Rules 1978 hakekatnya filosofis produktivitaspasal 1
ayat (5) member pengertian mengandung pandangan hidup dan sikapbarang (goods)
dengan tambahan yang mental yang selalu berusaha untuklebih terperinci, yaitu:
termasuk meningkatkan mutu kehidupan. Konsepbinatang hidup, barang-barang yang
produktivitas dapat diukur melaluidimasukkan dalam tempat barang beberapa hal antara
lain tenaga kerja dan(container) atau pembungkus (packed), kemampuan manajerial.
Produktivitasbarang-barang yang dimasukkan dalam dapat tercapai dengan upaya
penerapantempat pengangkutan atau pembungkusan cara kerja yang lebih baik
terorganisir,penambahan oleh pengirim barang. efektif, efisien, sehingga
menciptakan(Siti Utari, 1994 : 38) sesuatu hal menjadi lebih baik.b. Keadaan barang
yang diangkut Pengukuran produktivitas dapat ditidaklah mudah menetapkan bagaimana
lakukan secara langsung misalnya dengankeadaan barang-barang pada waktu jam atau
orang tiap tonnya dan biasanyasampai di pelabuhan tujuan, yaitu apakah menggunakan
rasio:
10. 10. 77 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September
2011 Produktivitas sama dengan satuan dipengaruhi oleh banyaknya peti kemasyang
diproduksikan masukan yang yang harus dibongkar/dimuat melaluidimanfaatkan sama
dengan satuan yang pelabuhan serta kondisi layout pelabuhandihasilkan jam atau orang
yang tersebut. Mengingat bahwa peralatandimanfaatkan pengukuran produktivitas
tersebut mempunyai nilai yang sangatmerupakan langkah pertama dalam mahal sudah
barang tentu pihakpeningkatan produktivitas. Langkah penyelenggara pelabuhan
dalamkedua adalah pemahaman terhadap menginvestasikan peralatan tersebutfaktor-
faktor yang mempengaruhi harus benar-benar tepat, perbandinganproduktivitas dan
memilih faktor-faktor jumlah dari masing-masing peralatanpeningkatan yang sesuai
dengan situasi yang ideal agar tidak sampai terjaditertentu. kapasitas terpasang dari
peralatan tersebut yang idle.Pengertian Pelabuhan Oleh karenanya peneliti berupaya
Pelabuhan adalah tempat yang mengadakan penelitian ini gunaterdiri dari daratan dan
perairan di mendapatkan komposisi perbandingansekitarnya dengan batas-batas tertentu
dari masing-masing peralatan yang ideal.sebagai tempat kegiatan pemerintahan
Mengingat kecenderungan kenaikandan kegiatan ekonomi yang digunakan jumlah
kunjungan kapal serta arussebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, bongkar muat
barang/peti kemas dinaik/turunnya penumpang dan/atau pelabuhan yang terus
meningkat makabongkar/muat barang yang dilengkapi sebelum melakukan investasi
peralatan,dengan fasilitas keselamatan pelayaran upaya melakukan optimalisasi
kinerjadan kegiatan penunjang pelabuhan, serta pelayanan bongkar/muat peti kemas
disebagai tempat perpindahan intra dan pelabuhan ini dipandang sebagai langkahantar
moda transportasi. Seperti kita yang tepat dan bijaksana.ketahui bersama bahwa
kecenderunganpola angkutan barang di seluruh dunia Batas Tanggung Jawab
Perumpada saat ini sudah mulai beralih dengan Pelabuhanmenggunakan kemasan
barang yang Perusahaan umum (Perum)dimasukkan ke dalam peti kemas, Pelabuhan
adalah Badan Usaha Milikmengingat dengan kemasan cara ini Negara (BUMN) yang
diberi wewenangkeselamatan barang-barangnya lebih untuk menyelenggarakan
pengusahaandapat dijamin dari pada kemasan model pelabuhan. Dapat diketahui bahwa
tugaslama. Cabang Perum Pelabuhan meliputi, Untuk dapat melakukan kegiatan 1.
Menyiapkan rencana bongkar muat danbongkar/muat peti kemas di pelabuhan pelayaran
kapal.diperlukan beberapa peralatan agar 2. Menyelesaikan prosedur
administrasikegiatan tersebut dapat berjalan dengan pemakaian fasilitas
pelabuhan.cepat, aman, dan lancar. Selain dermaga 3. Mempersiapkan dan
mengarahkansebagai tempat bersandarnya kapal maka peralatan, tenaga kerja
pelaksana sertaperalatan yang terpenting adalah melaksanakan pelayanan.Container
Crane (CC), Head Truck (HT), 4. Untuk keselamatan barang, mengaturdan Rubber
Tyred Gantry (RTG). penggunaan dan ketertiban ruangan diBeberapa kebutuhan
peralatan tersebut tempat penumpukan barang yang ada diyang harus disediakan oleh
pihak pelabuhan.penyelenggara pelabuhan tentunya sangat
11. 11. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan
... 785. Meneliti kebenaran jumlah, ukuran dari atas dek/palka kapal dandan jenis barang
yang dibongkar/dimuat menempatkannya di atas dermaga atau keserta ketepatan waktu
penggunaan dalam tongkang atau sebaliknya memuatfasilitas pelabuhan. dari atas
dermaga atau dari dalam6. Memungut dan menerima uang tongkang dan
menempatkannya ke ataspemakaian jasa pelabuhan sesuai dengan dek atau ke dalam
palka kapal yangketentuan yang berlaku. menggunakan derek kapal. Dari pengertian
kegiatan bongkarBatas Tanggung Jawab EMKL muat barang di pelabuhan di atas, dapat
Perusahaan Ekspedisi Muatan diketahui bahwa pada dasarnya bongkarKapal Laut
(EMKL) adalah perusahaan muat barang tersebut merupakan kegiatanyang tugasnya
melakukan pengurusan pemindahan barang angkutan, baik daridokumen-dokumen dan
pekerjaan yang kapal pengangkut ke dermaga atau kemenyangkut
menerima/menyerahkan tongkang maupun sebaliknya darimuatan yang diangkut melalui
laut untuk dermaga atau tongkang ke atas dek kapaldiserahkan kepada/diterima dari
pengangkut.perusahaan pelayaran untuk kepentinganpemilik barang. Pengertian
Perusahaan Bongkar Muat(Keputusan Menteri Perhubungan No.
(PBM)KM.82/AL.305/Phb-85, Pasal 1:162) Adalah satusatunya perusahaan
Berdasarkan tugas EMKL tersebut, yang diberi wewenang oleh pemerintahmaka batas
tanggung jawab EMKL untuk melakukan kegiatan bongkar muatmeliputi: barang di
pelabuhan. Sejalan dengana) Terselesaikannya pengurusan semakin meningkatnya
perkembangandokumen-dokumen angkutan laut, yang ekonomi dewasa ini di
Indonesia,meliputi dokumen ekspor atau impor. terutama mengenai kegiatan
perdaganganb) Terlaksananya penyelesaian internasional, sehingga
menghasilkankewajiban kepada Perum Pelabuhan frekuensi arus barang dan jasa
melaluimelalui PBM berdasarkan Delivery Order pelabuhan-pelabuhan di Indonesia(DO)
yang ada. semakin meningkat pula. Untuk itu,c) Terlaksananya pengangkutan barang
perkembangan perusahaan jasadari gudang pemilik barang ke dermaga pengangkutan
melalui laut berikutdan atau dari dermaga ke gudang perusahaan-perusahaan yang
eratpenerima barang. kaitannya dengan kegiatan pengangkutand) Terjaminnya
keselamatan barang di tersebut, seperti perusahaan Ekspedisidalam gudang
penyimpanan selama Muatan Kapal Laut (EMKL) maupunpengurusan dokumen masih
dalam proses Perusahaan Bongkar Muat (PBM) jugapenyelesaian. semakin banyak
bermunculan. Guna mengatur pertumbuhanPenyelenggaraan Bongkar Muat
perusahaan-perusahaan tersebut, makaBarang di Pelabuhan Pemerintah telah
menerbitkan Intruksi Presiden (Inpres) No. 3 Tahun 1991 Kegiatan bongkar muat barang
di tentang Kebijaksanaan Kelancaran Aruspelabuhan dari dan ke kapal pada Barang
untuk Menunjang Kegiatandasarnya bongkar muat barang dari dan Ekonomi.ke kapal itu
sendiri dirumuskan sebagaiberikut : Pekerjaan membongkar barang
12. 12. 79 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September
2011Fungsi Perusahaan Bongkar Muat Ruang Lingkup Kegiatan Bongkar(PBM) di
Pelabuhan Muat Barang di Pelabuhan Penyelenggaraan kegiatan usaha Sebagaimana
telah diterangkan dibongkar muat barang dari dan ke kapal di atas, bahwa fungsi PBM
adalahpelabuhan, secara khusus diatur dalam memindahkan barang angkutan dari
danKeputusan Menteri Perhubungan ke kapal baik dari dan ke Gudang Lini
INo.KM.88/AL.305/Phb-85 tentang maupun langsung ke alat angkutan.Perusahaan
Bongkar Muat Barang dari Dalam hal mana, kegiatan pemindahandan ke kapal. Dalam
hal mana Pasal 3 barang tersebut terdiri dari kegiatanKeputusan tersebut menetapkan:
Stevedoring, Cargodoring, maupun1. Penyelenggaraan bongkar muat
Receiving/Delivery. Lebih lanjutbarang dari dan ke kapal dilakukan oleh Keputusan
Menteri Perhubunganperusahaan yang khusus didirikan untuk No.KM.88/AL.305/Phb-85
tentangkegiatan bongkar muat tersebut. Perusahaan Bongkar Muat Barang dari2.
Perusahaan Pelayaran dilarang dan ke kapal menegaskan bahwa
ruangmenyelenggarakan bongkar muat barang lingkup kegiatan bongkar muat barang
didari dan ke kapal. pelabuhan meliputi: 1. Kegiatan Stevedoring yaitu kegiatan
Berdasarkan ketentuan di atas, jasa pelayanan membongkar dari/kedapat diketahui
bahwa perusahaan kapal, dermaga, tongkang, truk ataupelayaran (pengangkut) yang
memuat dari/ke dermaga, tongkang, truk,menyelenggarakan pengangkutan barang
ke/dalam palka kapal denganmelalui laut dari satu pelabuhan ke menggunakan derek
kapal.pelabuhan lainnya tidak dibolehkan 2. Kegiatan Cargodoring, yaitu
kegiatanmelakukan kegiatan bongkar muat barang jasa pelayanan yang berupa
pekerjaanangkutannya sendiri, akan tetapi kegiatan mengeluarkan sling (extackle)
dariharus diserahkan pelaksanaannya kepada lambung kapal di atas dermaga, ke
danpihak lain atau perusahaan lain yang menyusun di dalam gudang Lini I ataubergerak
di bidang bongkar muat barang lapangan penumpukan barang ataudi pelabuhan yaitu
PBM. Dengan sebaliknya.demikian pada prinsipnya kedudukan 3. Kegiatan
Receiving/Delivery, yaituPBM terpisah dengan perusahaan jasa pelayanan yang berupa
pekerjaanpelayaran (pengangkut), sehingga mengambil dari timbunan
barang/tempatfungsinyapun berbeda dengan penumpukan barang di gudang Lini I
ataupengangkut. Perusahaan pelayaran dalam lapangan penumpukan barang
dankedudukannya sebagai pengangkut dalam menyerahkan barang sampai tersusun
dimenyelenggarakan pengangkutan barang atas kendaraan/alat angkut secara rapat
dimelalui laut berfungsi untuk pintu darat lapangan penumpukan barangmeningkatkan
kegunaan dan nilai barang atau sebaliknya.yang diangkut, dalam arti bahwa adanya
Berdasarkan jenis kegiatan bongkarkegiatan pengangkutan barang tersebut muat barang
di pelabuhan tersebut, dapatdituntut untuk mampu meningkatkan diketahui bahwa pada
hakekatnya ruangkegunaan dan nilai barang pada saat lingkup kegiatan bongkar muat
barang disebelum dan sesudah dilakukannya pelabuhan terdiri dari 3 bentuk
kegiatanpengangkutan barang yang bersangkutan. pemindahan barang dari dan ke
kapal.
13. 13. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan
... 80 Maka lebih lanjut lampiran Inpres 1. StevedoringNo. 3 Tahun 1991 tentang
Kebijaksanaan a. Stevedore adalah pelaksana penyusunKelancaran Arus Barang untuk
rencana dan pengendalian kegiatanMenunjang Kegiatan Ekonomi, telah bongkar muat di
atas kapal.mengatur jadwal kegiatan bongkar muat b. Chief tally clerk adalah
penyusunbarang sebagai berikut : rencana pelaksana dan pengendaliA ) Giliran Kerja I :
pukul 08.00-16.00 perhitungan fisik, pencatatan dan surveiB ) Giliran Kerja II : pukul
16.00-24.00 kondisi barang pada setiap pergerakanC ) Gilian Kerja III : pukul 24.00-
08.00 bongkar muat dan dokumentasi serta Dengan adanya pembagian giliran membuat
laporan secara periodik.kerja (shift) dalam kegiatan bongkar muat c. Foremen adalah
pelaksana danbarang di pelabuhan tersebut, pengendali kegiatan operasional
bongkarmenunjukkan adanya upaya pemerintah muat barang dari dan ke kapal sampai
ke(Depertemen Perhubungan) dalam rangka tempat penumpukan barang
danmeningkatkan efisiensi dan efektifitas sebaliknya serta membuat
laporanpenyelenggaraan bongkar muat barang di periodik hasil kegiatan bongkar
muat.pelabuhan, di samping untuk lebih d. Tally clerk adalah pelaksana
yangmeningkatkan pelayanan kepada para melakukan kegiatan perhitunganpemakai
jasa bongkar muat barang. pencatatan jumlah, merek, dan kondisi PBM yang bergerak di
bidang setiap gerakan barang berdasarkanCargodoring, atau PBM yang bidang
dokumen serta membuat laporan.usahanya hanya menangani kegiatan e. Mistry adalah
pelaksana perbaikanusaha pelayanan jasa Receiving/Delivery kemasan barang dalam
kegiatansaja. Dengan adanya pembagian kegiatan stevedoring, cargodoring,bidang
usaha bongkar muat barang di receiving/delivery.pelabuhan tersebut, merupakan
peluang f. Wachman adalah pelaksanabagi berkembangnya kesempatan keamanan
barang pada kegiatanberusaha bagi para investor yang stevedoring,
cargodoring,berminat untuk menanamkan modal receiving/delivery.usahanya di sektor
kegiatan bongkar 2. Cargo doringmuat barang di pelabuhan. Di sisi lain, a. Quay
supervisior adalah petugasspesialisasi penanganan bidang kegiatan pengendali kegiatan
operasional bongkarbongkar muat barang tersebut juga muat barang di dermaga dan
mengawasimemberikan peluang kesempatan yang kondisi barang sampai ke
tempatlebih luas. Namun demikian, bagi PBM penimbunan atau sebaliknya.yang
memiliki kemampuan permodalan b. Tally Clerk adalah pelaksana yangyang cukup
memadai, tidak menutup melakukan kegiatan perhitungankemungkinan untuk
menangani semua pencatatan jumlah, merek, dan kondisijenis kegiatan bongkar muat
barang di setiap gerakan barang berdasarkanpelabuhan. dokumen serta membuat
laporan.Supervisi c. Wachman adalah pelaksana Tenaga Supervisi bongkar muat
keamanan barang pada kegiatanadalah tenaga pengawas bongkar muat stevedoring,
cargodoring,yang disediakan oleh perusahaan bongkar receiving/delivery.muat (PBM)
yang terdiri dari :
14. 14. 81 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September
20113. Receiving/Delivery dari dan ke kapal di pelabuhan sebaimanaa. Tally clerk
adalah pelaksana yang tercantum dalam lampiran keputusan ini.melakukan kegiatan
perhitungan 2. Penetapan satuan ukuran ukuran beratpencatatan jumlah, merek, dan
kondisi atau isi dalam pengenaan tarifsetiap gerakan barang berdasarkan berdasarkan
satuan ukuran manifes ataudokumen serta membuat laporan. realisasi bongkar muat.b.
Mistry adalah pelaksana perbaikan 3. Penetapan tarif bongkar muat barangkemasan
barang dalam kegiatan dari dan ke kapal di pelabuhanstevedoring, cargodoring,
berpedoman pada pedoman dasarreceiving/delivery. perhitungan tarif bongkar muat
barang dic. Wachman adalah pelaksana pelabuhan sebaimana dimaksud
dengankeamanan barang pada kegiatan cara lain :stevedoring, cargodoring, 1)
Menghitung biaya bagian tenaga kerjareceiving/delivery. bongkar muat yang dilakukan
bersama-Alat-alat Bongkar Muat sama oleh perusahaan bongkar muat Peralatan
bongkar muat adalah alat- dengan koperasi tenaga kerja bongkaralat pokok penunjang
pekerjaan bongkar muat beserta serikat pekerja TKBM.muat yang meliputi : 2) Hasil
perhitungan biaya bagian tenaga1. Stevedoring kerja bongkar muat tersebut pada huruf
a a. Jala-jala lambung kapal (Ship side ditambah dengan perhitungan biaya net) bagian
perusahaan bongkar muat, maka b. Tali Baja (Wire sling) penyedia jasa dan pengguna
jasa bongkar c. Tali rami manila (Rope sling) muat menetapkan besaran tarif jasa d.
Jala-jala baja (Wire net) pelayanan bongkar muat barang dari dan e. Jala-jala tali manila(
Rope net) ke kapal di pelabuhan berdasarkan2. Cargodoring kesepakatan. a. Gerobak
dorong A. Unsur Biaya: b. Palet Unsur biaya TKBM berdasarkan c. Forklift KM 25 tahun
2002, pasal 4 adalah :3. Receiving/delivery 1. Upah harian berdasarkan gilir kerja a.
Gerobak dorong pada hari biasa dan lembur. b. Palet 2. Upah harian pada hari
Minggu/libur. c. Forklift 3. Melebihi prestasi kerja yang tidakTarif bongkar muat
menggunakan mekanik berdasarkan Tarif pelaksanaan bongkar muat kesepakatan
antara PBM/Serikatbarang di pelabuhan diatur dengan Kerja/TKBM.keputusan menteri
perhubungan No. KM 4. Upah borongan sesuai persetujuan25 tahun 2002 tanggal 9 April
2002. antara PBM/Serikat kerja/TKBM.1. Besarnya tarif pelayanan jasa bongkar 5.
Tambahan upah unntuk barangmuat barang dari dan ke kapal ditetapkan berbahaya
atau mengganggu.atas dasar kesepakatan bersama antara 6. Kesejahteraan.penyedia
jasa bongkar muat dan 7. Jaminan sosial JKK, JHT, JK, JPKpengguna jasa bongkar
muat yang 8. Administrasi TKBM.dihitung berdasarkan pedoman dasar 9. Upah biaya
bagian perusahaanperhitungan tarif bongkar muat barang bongkar muat. 10. Tenaga
supervisi bongkar muat.
15. 15. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan
... 8211. Alat-alat bongkar muat. 1. Stevedoring12. Administrasi perusahaan bongkar 2.
Cargodoring muat. 3. Barang dalam gudang 4. Receiving/deliveryB. Unsur biaya bagian
PBM1. Tenaga supervisi bongkar muat. Kewajiban PBM serta Tugas dan2. Alat-alat
bongkar muat. Tanggung JawabnyaC. Sesuai lampiran keputusan KM 25 A. Kewajiban
PBMtahun 2002, pedoman perhitungan besar Selama melakukan usahanya PBMtarif
bongkar muat dinyatakan dalam memiliki kewajiban yang harus dipenuhi.rumus :
Kewajiban tersebut sebagai berikut. a. Melaksanakan ketentuan-ketentuanT = F
(W+H+I+K) + ( S+M+A) yang di tetapkan dalam izin usaha dalam P keputusan ini, dan
kebijaksanaan umumKeterangan: pemerintah di bidang penyelenggaraanT = Besarnya
tarif bongkar muat kegiatan bongkar muat dari dan ke kapal.F = Faktor koefisien b.
Memenuhi batas minimal kecepatanW = Upah TKBM bongkar muat yang telah
ditetapkan padaH = Kesejahteraan TKBM setiap pelabuhan.I = Asuransi c.
Mengenakan/memberlakukan tarifK = Administrasi koperasi TKBM yang berlaku sesuai
peraturan.S = Supervisi d. Meningkatkan keterampilan kerja.M = Alat-alat bongkar muat
e. Bertanggung jawab terhadap barangA = Administrasi PBM selama berada di bawah
pengawasannya.P= Produktivitas kerja bongkar muat/gilir f. Bertanggung jawab kepada
kerusakankerja/derek kapal. alat bongkar muat barang (gear) kapalD. Terminal Operator
yang disebabkan oleh kesalahan, Dalam pelaksanaan bongkar muat kelalaian orang-
orang yang bekerja dibarang general cargo di pelabuhan maka bawah
pengawasannyaada 3 unsur yang saling terkait, yaitu : g. Menyampaikan laporan
kegiatana. Dermaga usahanya secara berkala kepada:b. Gudang 1. Adpel setempat
berupa laporanc. Lapangan penumpukan harian, bulanan, dan tahunan. 2. Direktur
Jenderal Perhubungan Laut,E. Bila mengerjakan kapal dalam dalam hal ini adalah
Kepala Direktoratbongkar muat barang, maka PBM hanya Lalu Lintas Angkutan Laut
danbertindak sebagai Ship Operator saja. Kakanwilhubla setempat berupa laporanBatas
tanggung jawabnya akan meliputi : bulanan dan tahunan.1. Stevedoring h. Menaati
segala peraturan2. Cargodoring perundangan yang berlaku.3. Receiving/delivery B.
Tugas dan Tanggung Jawab PBMF. Bila PBM mempunyai gudang Lini 1, Dalam
melakukan pelayanan, PBMmaka PBM bertindak sebagai terminal harus bekerja sama
dengan berbagaioperator. Batas tanggung jawab akan pihak seperti PT. Pelindo,
perusahaanmeliputi : pelayaran, EMKL, pemilik barang,
16. 16. 83 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September
2011penyedia tenaga buruh, Adpel, imigrasi, 8. Statement of Factbeacukai, karantina,
dsb. Masing-masing Surat pernyataan yang terkaitpihak memiliki tugas dan tanggung
dengan time sheet, outturn report, loadingjawab. Sedangkan PBM mempunyai report
yang dibuat dengan sebenarnyatanggung jawab atas : ditandatangani oleh nakhoda.a.
Kelancaran kegiatan bongkar muat. 9. Damage Cargo Reportb. Keselamatan
penerimaan dan Suatu surat keterangan yangpenyerahan barang. berisikan tentang
kerusakan muatan, baikc. Kebenaran laporan yang disampaikan. pada waktu pemuatan
maupun padad. Mengatur penggunaan TKBM dan pembongkaran, yang menerangkan
jenisperalatan sesuai kebutuhan. muatan yang rusak, jumlahnya, penyebabnya dan lain-
lain yang dianggapDokumendokumen Pemuatan Barang perlu.1. Shipping Instruction
10. Mates Receipt Merupakan perintah pengapalan Dokumen tanda terima daridari
perusahaan pelayaran yang ditujukan pengangkut untuk menyatakan bahwakepada
PBM barang yang akan barangnya telah diterima di atas kapalmengangkut barang itu.
(muatan ekspor) dimana mates receipt2. Shipping Order ini diganti dengan B/L dari
carrier. Surat perintah yang dikeluarkan 11. Letter of Indemnityperusahaan atau agennya
yang ditujukan Surat pernyataan dari shipperkepada nakhoda atau perwira kapal untuk
bahwa barang tersebut benar-benar rusakmemuat barang yang ada dalam shipping
menjadi tanggungjawab oleh carrierorder. untuk membuat Bill Of Lading dalam3. Notice
of Readines clean on board. Dokumen dari kapal yang ditujukan 12. Bill of Ladingkepada
penerima barang mengenai Dokumen pengangkutan barang,persiapan bongkar/muat
sesuai dengan dimana di dalamnya dicantumkan namacharter party (demurrage kapal).
pengirim, nama kapal, data-data muatan,4. Stowage Plan pelabuhan muat dan bongkar,
freight dan Gambar letak barang atau gambaran cara pembayaran, nama
consigneesusunan muatan atau barang di dalam (penerima), jumlah B/L yang
haruspalka jumlah coli/packages dan tonnage- ditandatangani dan tanggalnya yang
dibuat oleh chief officer (pihak penandatanganan.kapal) sebagai panduan pada saat 13.
Cargo Manifestbongkar muat. Daftar semua muatan yang harus5. Tally Sheet dimuat di
kapal, lengkap dengan jumlah, Catatan yang memuat Jumlah merk atau tanda-tanda lain
yang dianggapmuatan yang dimuat/bongkar. perlu.6. Time Sheet 14. Outturn Report
Jurnal kegiatan setiap hari yang Laporan jumlah seluruh muatandibuat oleh PBM. yang
terbongkar.7. Daily Working Report 15. Delivery Order (DO) Laporan hasil bongkar muat
selama Suatu perintah penyerahan barangsatu hari kerja dan balance/sisa yang
diberikan oleh pengangkut kepadabongkar/muat. penerima barang, untuk mengeluarkan
17. 17. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan
... 84barang muatan yang tertera di dalam B/L f. Bicarakan setiap permasalahandari
kapal atau dari gudang si dengan Perwira kapal yang berkaitanpengangkut. dengan
pemuatan, pemadatan dan16. Draft Survey Report pembongkaran. Laporan draft survey
terkait dengan g. Rencanakan untuk muatan party besarjumlah muatan yang
dimuat/dibongkar. (cargo consignment) ditempatkan dan17. Crew List dibagi dalam blok -
blok tertentu. Merupakan daftar nama dari seluruh h. Jangan tempatkan muatan dalam
satuanggota atau awak kapal, lengkap dengan konosemen (B/L) pada palka yangumur,
nomor dan jenis dokumen kelautan terpisah, kecuali dalam party yang besarseperti
ijazah/sertifikat, buku pelaut, sekali jumlahnya.paspor, kewarganegaraan dan lain-lain i.
Pastikan, cargo dalam satuyang dianggap perlu. pengiriman dengan pelabuhan
tujuan18. Balance Sheet yang berbeda, terpisah (sparted) dengan Kertas kerja atau
laporan harian baik melalui tanda merkah yang jelas ataujumlah tonage/kubikasi yang
dihasilkan mudah dibaca.per party barang/palka, jumlah tenaga j. Rencanakan
pemadatan (stowage)kerja bongkar muat yang digunakan dan dengan cara dapat
memudahkankendala-kendala yang terjadi serta sisa pembongkaran di pelabuhan
tujuan.jumlah barang yang belum k. Penggunaan alat bantu bongkar
muatdibongkar/muat, untuk pembongkaran (stevedoring gear) agar disesuaikandisebut
discharging report dan pemuatan dengan jenis muatan.disebut loading report.19. Outtern
Report Kondisi Obyektif TKBM Saat Ini Rekapitulasi dari Daily Report yaitu Pengelolaan
TKBMjumlah barang yang dibongkar per B/L 1. TKBM dikelola oleh satu badanper kapal.
organisasi dalam bentuk koperasiHal-hal yang harus diperhatikan (KTKBM) selaku
pengemban amanatdalam melaksanakan kegiatan SKB 3 (tiga) Dirjen (Dirjen Perla,
Dirjenbongkar muat Binawas dan Dirjen Bina Lembagaa. Pastikan Saudara mendapat
copy Koperasi).stowage plan pada saat yang tepat, 2. Fungsi pembinaan KTKBM berada
dipelajari sebelum kapal tiba. bawah Administrator Pelabuhan Tanjungb. Gunakan
stowage plan untuk Perak yang sedang menjadi institusimenyiapkan hatch plan disertai
dengan bernama yaitu Otoritas Pelabuhan.data muatan yang lengkap. 3. Pola
pengelolaan TKBM :c. Gunakan hatch list dan hatch plan a. Menganut sistem
pemerataan peluanguntuk menyiapkan jadwal kegiatan (work kerja bagi TKBM.schedule)
untuk setiap palka. b. Dibagi dalam kelompok-kelompokd. Periksa data kapal yang
memiliki type kerja (Gang), masing-masing diketuaiatau konstruksi tersendiri dan satu
orang KRK (Ketua Regu Kerja).diperkirakan dapat menyulitkan dalam c. Sistem pooling
dibagi per-pangkalan.pemadatan atau pembongkaran muatan. d. Jenis TKBM tertentu
(Baging die. Distribusikan hatch list dan pastikan palka kapal) digunakan TKBM
Nonmereka telah membaca atau mengetahui Anggota.secara jelas.
18. 18. Non mekanisKTKBM/TKBM. Untuk memperlancar kegiatan bongkar muat barang
tersebut dan Mekanisharmonis antara PBM dengan Tenaga Kerja Bongkar MuatDPH
GPEI. (TKBM)Perilaku Organisasi dan Individu 2. Peralatan yang dibutuhkan1. Belum
tampak hubungan kerja yang Supervisor (Pengawas)DPC GINSI, DPW
GAFEKSI/INFA, 85 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1,
September 20114. Mekanisme penggunaan TKBM: 2. PBM cenderung kurang
profesional.a. H-6 jam, PBM mengajukan 3. KTKBM kurang berperan aktif
dalampermintaan TKBM kepada KTKBM upaya peningkatan produktivitas
kerja.(membayar biaya administrasi sesuai 4. KTKBM kurang optimal (cenderungjumlah
TKBM). tidak transparan) dalam pengelolaanb. KTKBM menerbitkan SPK, diberikan
program pendidikan/pelatihan ,kepada KRK TKBM. pembinaan, penerapan K3 serta
programc. TKBM menuju lokasi kegiatan. kesejahteraan lainnya bagi TKBM.d. PBM
menerbitkan Bukti Kerja 5. Petugas KTKBM belum sepenuhnya(DPP.5) sebagai dasar
pembayaran upah melaksanakan fungsi pengawasankepada TKBM. TKBM. 6. TKBM
cenderung menganggap PBMSistem Pengupahan TKBM sebagai pesaing (bukan
pemberi kerja).1. Perhitungan besaran upah TKBMberpedoman pada SK. Menhub No.
57 / PEMBAHASAN1991 yang pelaksanaannya :a. Disesuaikan secara berkala
Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkarberdasarkan UMR yang berlaku di daerah Muat
Dalam Meningkatkan Produktivitassetempat. Kerja di Terminal Jamrud Utara PT.b. Tarif
upah dihitung dalam satuan per PELINDO III Tanjung Perak Surabaya.Orang / Shift
Kerja. a. Perencanaanc. Untuk jenis barang tertentu dikenakan Sebelum kegiatan
bongkar muatToelag, sedangkan terhadap kelebihan barang berlangsung pihak PBM
danprestasi kerja (produktivitas) melebihi Perusahaan Pelayaran melakukanstandar
diberikan Premi Linier dengan meeting atau rapat bersama, untuksatuan Rp. / Ton /
Gang. membahas persiapan persiapan apa sajad. Dilakukan melalui kesepakatan yang
dibutuhkan pada saat kegiatandengan DPC APBMI Surabaya. berlangsung, seperti alat
yang2. Besaran upah dijadikan dasar dibutuhkan, TKBM atau buruh, danperhitungan tarif
bongkar-muat pengawas.(OPP/OPT) yang pelaksanaannya : b. Persiapana. Disesuaikan
secara berkala Setelah proses perencanaan selesaiberdasarkan besaran upah TKBM.
maka langkah berikutnya adalah baikb. Dikonversikan terhadap Standar pihak
Perusahaan Pelayaran atauProduktivitas Kerja/jenis barang untuk Perusahaan Bongkar
Muat (PBM)ditetapkan tarif per satuan produksi melakukan persiapan
menyiapkan(Ton/m3). sebagai berikut :c. Dilakukan melalui Kesepakatan 1. Sumber
Daya Manusia (SDM)antara DPC APBMI dengan DPC INSA,
19. 19. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan
... 86mempersingkat waktu maka semua yang Peningkatan produktivitas hasil
kerjadiperlukan baik Sumber Daya Manusia kegiatan bongkar muat barang, tidak(SDM)
maupun peralatan mekanis lepas dari adanya beberapa faktor yaituataupun non mekanis
harus disiapkan sebagai berikut.satu jam sebelum kegiatan bongkar muat a. Komoditi
yang dibongkarbarang berlangsung. Komoditi atau barang yang akan dibongkar muat
dari dan ke kapal,c. Pelaksanaan bermacam-macam jenisnya ada yang Pada saat
kegiatan bongkar muat mempunyai bobot sangat besar adapulabarang berlangsung agar
memperoleh yang bobotnya kecil sehinggahasil yang memuaskan maka harus
membutuhkan peralatan yang berbedadikerjakan dengan sungguhsungguh, pula dan
penanganan yang berbeda-beda.apabila menemukan komoditi atau barang Maka untuk
itu jika menemukan barangyang mempunyai bobot yang berat maka yang bobotnya
sangat besar maka pihakdengan cepat harus menyiapkan atau Perusahaan Bongkar
Muat harusmendatangkan alat yang sesuai agar tidak menggunakan alat khusus dan
menambahmemakan waktu yang lama dan pada saat tenaga kerjanya.proses bongkar
muat barang berlangsung, b. Jenis kemasanharus selalu ada petugas yang bertugas
Jenis kemasan barang yang berbeda,untuk mengawasi selama kegiatan ada yang
berupa bag, peti, bal, cair,berlangsung. Dan pada saat kegiatan petikemas sehingga
membutuhkanbongkar muat barang berlangsung tidak penanganan yang berbeda-beda
dan alatlupa menyiapkan dokumen-dokumen yang berbeda pula agar barang tidakyang
dibutuhkan, seperti berita acara, rusak.time sheet, dan tally sheet yang bertujuan c. Alat
bongkar muat di daratuntuk membuktikan bahwa bongkar muat Alat merupakan faktor
yang dapatbarang telah dilaksanakan, apabila semua dikatakan sangat mempengaruhi
hasilitu telah dibuat maka dibuatkan juga pra produktivitas kerja, sebab apabila alatnota,
dan kemudian dibawa ke dapat bekerja secara baik dan tidak seringPerusahaan Bongkar
Muat (PBM) untuk macet maka hasil produktivitas kerja pundijadikan nota rampung.
Setelah nota menjadi maksimal namun sebaliknyarampung jadi maka PBM menuju ke
apabila alat yang digunakan seringPerusahaan Pelayaran dengan membawa mengalami
kerusakan atau mogok padanota rampung tersebut dengan dilampiri saat kegiatan
bongkar muat, maka tidakSurat Perintah Kerja (SPK) yang memungkinkan kegiatan
dihentikan danbertujuan untuk menagih seluruh biaya- hasil produktivitas pun menjadi
menurun.biaya kegiatan bongkar muat, maka Maka agar alat tidak sering
mengalamiapabila dalam jangka waktu 7-14 hari macet seharusnya perusahaan
harustidak ada komplain dari pemilik barang, melakukan perawatan yang teratur
danmaka semua siap dibayar. tidak menggunakan lagi alat yang sudahd. Penyelesaian
rusak atau menambah alat-alat bongkar Setelah semua kegiatan selesai dan muat
sehingga kegiatan pembongkarantidak terjadi komplain dari pihak yang dapat berjalan
cepat. Dan alangkah lebihbersangkutan, maka semua siap dibayar baik lagi apabila alat-
alat bongkar muatdengan rupiah. ini disiapkan kurang lebih satu jam sebelum kapal
datang, agar apabila kapal
20. 20. 87 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September
2011tiba di pelabuhan, maka dapat langsung tersebut, oleh sebab itu untuk
mengatasimemulai kegiatan bongkar muat tanpa masalah tersebut agar hasil
produktivitasmenunggu alat lagi. kerja Perusahaan Bongkar Muat tidak menurun maka
Perusahaan harus lebihd. Produktivitas TKBM meningkatkan keamanan pada saat
Tenaga Kerja Bongkar Muat kegiatan pembongkaran berlangsung,(TKBM) juga
mempengaruhi hasil dengan cara perusahaan membayarproduktivitas kerja, bagaimana
tidak beberapa orang untuk menjaga keamananapabila TKBM kurang profesional atau
pada saat proses pembongkarankurang disiplin maka dapat berlangsung.mempengaruhi
hasil dari produktivitaskerja bongkar muat. Oleh sebab itu untuk g. Keadaan
cuacameningkatkan hasil produktivitas kerja Dalam keadaan hujan maka untukbongkar
muat sebaiknya memilih Tenaga menghindari kerusakan barang danKerja Bongkar Muat
yang ahli, untuk keselamatan buruh maka pembongkaranmendapatkan TKBM yang
diinginkan barang terpaksa dihentikan, satu-satunyamaka Perusahaan Bongkar Muat
harus cara untuk menghindari penurunanlebih sering melakukan pembinaan dan
produktivitas kerja lebih besar lagi makapelatihanpelatihan terhadap Tenaga sebaiknya
sementara kegiatan dihentikanBongkar Muat tersebut. sampai hujan berhenti. Menurut
Supervisor di Terminale. Alat angkutan Jamrud Utara pada saat melakukan Dalam
kegiatan pembongkaran kegiatan bongkar muat barang harussering terjadi
keterlambatan angkutan memperhatikan Pedoman, agar(Waiting Truk) akibat kemacetan
ataupun memperoleh hasil bongkar muat barangtruk mengalami mogok di jalan, maka
yang tinggi, yaitu sebagai berikut:dengan kejadian tersebut dapat 1) Jarak antara sisi
dermaga denganmenghambat kelancaran proses bongkar lokasi penumpukan barang
harus sedekatmuat dan mengakibatkan penurunan mungkin.produktivitas kerja. Oleh
sebab itu jika 2) Sepanjang jarak perjalanan (Traffic)terjadi masalah seperti itu yang
harus harus bebas dan mudah dilalui kendaraandilakukan oleh Perusahaan Bongkar
Muat (forklift).adalah harus sering melakukan 3) Alat mekanis maupun non
mekaniskomunikasi dengan pihak pengangkut harus dalam kondisi baik.sehingga
mendapat atau memperoleh 4) Sumber Daya Manusia (SDM) harusinformasi mengenai
keberadaan truk dan mempunyai keahlian di bidangnya.sebaiknya truk yang sudah tua
atau sering 5) Lokasi penumpukan barang ataumogok tidak digunakan lagi. lapangan
penumpukan harus sudahf. Keamanan Sekitar Pelabuhan disiapkan sebelumnya. Sering
terjadinya pencurian barang 6) Pemilihan alat mekanis yang sesuaimuatan pada saat
barang dibongkar di dengan kebutuhan (tipe dan kapasitas).pelabuhan atau barang
berada di lapangan 7) Alat-alat bantu disiapkan pada saatpenumpukan sehingga
Perusahaan dibutuhkan.Bongkar Muat mendapat klaim dari 8) Pendayagunaan Tenaga
Kerjapemilik barang, sehingga terpaksa Bongkar Muat yang tepat.mengganti rugi barang
yang hilang 9) Pengawasan yang terus menerus.
21. 21. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan
... 88Ruang Lingkup Kegiatan Bongkar 2. Petugas barang berbahaya yangMuat Barang
di Terminal Jamrud khusus mengawasi barang berbahayaUtara yang dibongkar atau
muat dari kapal atau sebaliknya dari darat.Stevedoring 3. Administrasi, yaitu petugas-
petugas Stevedoring adalah jasa bongkar yang mempersiapkan administrasi, yaitumuat
dari kapal, ke dermaga tongkang, hatch-list, stowage plan, statement ofgudang, truk atau
lapangan dengan fact, labour and time sheets, daily report,menggunakan derek kapal
atau alat bantu tally sheet, dan lain-lain.pemuatan lainnya. Kegiatan stevedoring Dalam
menyusun rencana bongkaryang terjadi di Terminal Jamrud Utara muat stevedore perlu
pula mempelajaritidak jauh beda dengan di berbagai sebagai berikut:terminal atau
pelabuhan mana saja, yaitu a. Stowage plan.mengerjakan sebanyak 12 orang yaitu b.
Muatan berat dan kapasitas darikepala regu kerja 1 orang, Tukang Derek barang
muatan.atau pilot 3 orang dan 8 orang untuk c. Perlu tidaknya memakai shore
craneanggota atau buruh. Untuk alat bongkar dari darat.muat barang, menggunakan alat
yang d. Cukup tidaknya jumlah gang buruh.sesuai barangnya, seperti yang dilihat e. Ada
tidaknya controlling hatch, yaituoleh peneliti pada saat terjun di lapangan, palka dengan
muatan terberat.terjadi pembongkaran curah kering f. Ada tidaknya muatan
berbahaya.berupa jagung, menggunakan alat yaitu g. Alat-alat apa saja yang
digunakan.motor grab. Selain membongkar curahkering, peneliti juga melihat proses
Cargodoring atau quay-transferstevedoring pembongkaran kontainer di Kegiatan
cargodoring yang terjadiTerminal Jamrud Utara dengan di Terminal Jamrud Utara
yaitumenggunakan alat Harbour Mobile Crane memindahkan barang yang telah(HMC).
Pada saat stevedoring diturunkan dari kapal ke kade kapal untukberlangsung pihak
perusahaan tidak lupa dibawa menuju ke gudang atau lapanganmemberikan
pengawasan yang terus penumpukan yang memperkerjakan samamenerus hingga
pekerjaan selesai yang seperti pada saat cargodoring yaitu 12bertujuan agar buruh tidak
bekerja santai orang yang terbagi kepala regu ataudan tidak teledor. mandor 1 orang dan
11 orang anggota Orang yang bekerja mengurus atau buruh sebanyak 11 orang
denganbongkar muat disebut stevedore. Dalam menggunakan forklift baik yang
maticbekerjanya stevedore dibantu oleh maupun yang memakai bahan bakar,foreman,
dalam mengerjakan bongkar gerobak, dan palet. Dalam kegiatanmuat barang selain
foreman ada juga cargodoring ini tidak lupa juga diberibeberapa petugas lain yang
membantu pengawasan agar pekerjaan berjalanstevedore di Terminal Jamrud Utara
yaitu dengan baik.sebagai berikut : Menurut Dani hidayat selaku1. Cargo Surveyor
perusahaan PBM, operator bongkar muat kegiatanyaitu petugas survey yang mencatat
dan cargodoring dipengaruhi oleh faktor-memeriksa keadaan fisik barang yang faktor
sebagai berikut:dibongkar muat dari dan ke kapal dalam 1. Apabila jarak tempuh antara
dermagahubungannya dengan klaim. dengan gudang atau area penumpukan cukup jauh
maka akan memperlambat
22. 22. 89 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September
2011proses cargodoring, dan sebaliknya jika yaitu pembongkaran atau pemuatan
darijarak tempuh antara dermaga dengan kendaraan darat langsung dari dan kegudang
atau area penumpukan dekat kapal. Pada pola angkutan langsung,maka proses
cargodoring akan menjadi kegiatan receiving/delivery dilakukanlebih cepat. dengan cara
:2. Kecepatan kendaraan pengangkut a. Kendaraan atau alat angkut langsungdari
dermaga ke gudang atau area ditempatkan di posisi sebelah lambungpenumpukan
sangat mempengaruhi kapal pada palka dimana bongkar muatproses cargodoring.
dilakukan di bawah ganco kapal yang Aktifitas cargodoring bisa berjalan
bekerja.produktif dan efisien apabila peralatan b. Muatan dimasukkan dalam palka
ataudimanfaatkan dengan baik. Agar diturunkan dari palka dengan ganco kapaldowntime
rendah maka perlu dari atau ke truk atau tongkang.pemeliharaan peralatan dengan baik
dan Pola muatan angkutan tidak langsungteratur. Downtime adalah tidak aktifnya Pola
muatan angkutan tidakkegiatan akibat tidak tersedianya atau langsung yang terjadi di
Terminal Jamrudkekurangan forklift pada saat dibutuhkan. Utara yaitu penyerahan atau
penerimaanUntuk menjaga berfungsinya peralatan, barang atau petikemas setelah
melewatijuga perlu diperhatikan kemampuan gudang atau lapangan
penampungan.mengangkat dari forklift dan sifat muatan Pada pola angkutan tidak
langsung,dalam jenis dan bentuknya. Downtime kegiatan receiving/delivery
dilakukanselain karena kurang atau tidak adanya dengan cara :forklift juga bisa akibat
dari kurangnya 1. Penempatan alat angkut disebelahperalatan lain seperti gerobak atau
tempat gudang atau pintu darat.penumpukan yang hampir penuh, atau 2. Pemindahan
muatan atau penurunankapal hampir kosong. muatan dari atau gudang atau
tempatReceiving/Delivery Operation penumpukan. Kegiatan bongkar muat barang yang
3. Penyelesaian dokumen.terakhir ini yaitu Receiving/Delivery Menurut supervisor
Terminaladalah kegiatan menerima atau Jamrud Utara Langkah-langkah
yangmenyerahkan barang dari dan ke wilayah harus di ambil agar barang-barang
imporpelabuhan. Kegiatan ini merupakan cepat keluar dari daerah pelabuhan
adalahkegiatan yang paling akhir dari terminal a. Informasi kepada pemilik
barangoperation yang ada di Terminal Jamrud bahwa barang telah dibongkar dari
kapalUtara dengan memperkerjakan 6 orang dan juga batasan dari masa bebasyaitu 1
orang sebagai kepala regu atau penumpukanmandor dan 5 orang untuk anggota atau b.
Waktu yang tepat untuk pengeluaranburuh. Alat yang digunakan untuk barang.
Terlambatnya operasikegiatan ini yaitu gerobak dorong, forklift receiving/delivery dapat
disebabkan olehdan truk untuk mengirim muatan ke beberapa hal, yaitu :pemilik barang.
Kegiatan 1. Cuaca buruk atau hujan pada saatreceiving/delivery Terminal Jamrud Utara
bongkar atau muat.pada dasarnya ada 2 macam, yaitu: 2. Terlambatnya angkutan
darat.Pola muatan langsung 3. Terlambatnya informasi atau alur dari barang. Pola
muatan angkutan langsung 4. Terlambatnya dokumen.yang terjadi di Terminal Jamrud
Utara 5. Adanya perubahan dari loading point.
23. 23. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan
... 90Kesimpulan 2. Alat bongkar muat yang sering macet Untuk meningkatkan
Produktivitas Pengontrolan jarang dilakukankerja, Terminal Jamrud Utara melakukan
terhadap alat-alat bongkar muat yangberbagai upaya yaitu sebagai berikut;
menyebabkan kemacetan pada alat pada1. Menambah alat bongkar muat, sesuai saat
terjadi pembongkaran.barangnya. 3. Jenis kemasan yang berbeda-beda2. Melatih SDM,
agar semakin terampil. Sering ditemukannya jenis kemasan3. Memberikan pengawasan
yang terus barang yang berbeda-beda yangmenerus, agar kegiatan berjalan lancar.
menyebabkan memerlukan alat-alat4. Jarak antara sisi dermaga dengan khusus.lokasi
penumpukan (storage) harus 4. SDM yang kurang disiplin.sekecil mungkin. Kurang
disiplinnya para buruh5. Lokasi penumpukan (storage) sudah terhadap pekerjaannya,
kurangdisiapkan sebelumnya. memperhatikan keselamatan dirinya6. Sepanjang jarak
perjalanan (traffic) sendiri, yang bisa menyebabkanharus bebas dan mudah dilalui oleh
kecelakaan pada saat kerja.kendaraan (forklift).7. Kendaraan (forklift) dalam kondisi
DAFTAR PUSTAKAbaik. 1. Herry, Gianto dan Arso Martopo.8. Pengemudi memiliki
keterampilan 2004. Pengoperasian Pelabuhan Laut.yang baik. Semarang: BPLP.
Kegiatan yang dilakukan Terminal 2. PT. Pelabuhan Indonesia III. LaporanJamrud Utara
sebagai terminal operator Operasional. Surabaya: PT. Pelindoantara lain sebagai berikut
: III cabang Tanjung Perak.1. Stevedoring 3. PT. Pelabuhan Indonesia III. 2011. Gerakan
arus barang dari atas kapal Tanjung Perak Port Directory.untuk menuju ke kade kapal,
dengan Surabaya: PT. Pelindo III cabangmenggunakan alat, contoh HMC, forklift,
Tanjung PerakCC, dan lain-lain. (http://www.perakport.com).2. Cargodoring 4. Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya. Gerakan arus barang dari kade Divisi Terminal Jamrud
Utara.kapal untuk dibawa ke gudang atau Surabaya: PT. Pelindo III cabanglapangan
penumpukan, dengan Tanjung Perak.menggunakan alat Forklift. 5. Suyono, R. P. 2001.
Shipping3. Receiving/Delivery Operation Pengangkutan Intermodal Ekspor Gerakan arus
barang dari lapangan Impor Melalui Laut. Jakarta: PPM.penumpukan untuk dibawa
menuju ke 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahunpemilik barang atau sebaliknya. 2008
tentang Pelayaran (Lembaran Adapun hambatan-hambatan yang Negara Republik
Indonesia Tahunsering dialami oleh Terminal Jamrud 2008 Nomor 64, TambahanUtara
antara lain sebagai berikut : Lembaran Negara Nomor 4849).1. Cuaca buruk Jika cuaca
buruk maka kegiatanakan dihentikan guna menjagakeselamatan buruh dan
keamanankomoditi.

Vol4 no1 dampak kekurangan alat bongkar muat, mega kusumaningrum,


adi purwanto
1. 1. 18 Dampak Kekurangan Alat Angkut (Head Truck dan Chassis) Terhadap Kelancaran
Proses Bongkar Muat Petikemas Kapal Milik Perusahaan Pelayaran PT. Alkan Abadi
Surabaya (Impact of the lack of means of transport (Head Truck and Chassis) to smooth
the process of loading and unloading Containers Ships belonging to the shipping
company PT. Alkan Abadi Surabaya) Mega Kusumaningrum, F.X. Adi Purwanto Jurusan
Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah
Abstrak: Alat penunjang(Head Truck dan Chassis), yang merupakan alat angkut
petikemas yang dirancang secara khusus untuk dapat mengangkut petikemas ukuran 20
feet maupun 40 feet, dan mempunyai fleksibilitas dalam hal pengangkutan petikemas
karena chassis dapat dilepas. Oleh karena itu perusahaan pelayaran PT. Alkan Abadi
memberikan fasilitas (Head Truck dan Chassis) bagi setiap kapalnya yang akan
melakukan proses bongkar muat petikemas (stevedoring) di Terminal bongkar muat,
guna efisiensi dalam proses bongkar muat petikemas (stevedoring). Namun dalam
proses bongkar muat petikemas (stevedoring) dirasa kurang efisien, dilihat dari indikasi
lamanya kapal bertambat dan lamanya proses bongkar muat petikemas (stevedoring),
yang mengakibatkan pembengkakan biaya tambat kapal. Hal ini dikarenakan
terbatasnya fasilitas alat angkut (Head Truck dan Chassis) yang mengakibatkan kurang
maksimalnya proses bongkar muat petikemas (stevedoring) serta proses pendistribusian
petikemas dari kapal ke depo petikemas ataupun sebaliknya.Kegiatan bongkar muat
petikemas di PT. Alkan Abadi dapat dikatakan kurang stabil, hal ini dikarenakan
minimnya jumlah peralatan yang ada diperusahaan.Faktor-faktor tersebut dapat
menghambat PT. Alkan Abadi untuk memberikan pelayanan yang selalu prima terhadap
pengguna jasa. Tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan komplain dari
pengguna jasa perusahaan. Hal seperti ini juga mengakibatkan sulitnya pihak PT. Alkan
Abadi untuk mendapatkan pelanggan baru karena keterbatasan alat angkut petikemas,
salah satunya adalah alat angkut head truck dan chassis. Dengan adanya
dampakkekurangan alat angkut (head truckdan chassis )terhadapkelancaran proses
bongkar muat peti kemas alangkah baiknya perusahaan pelayaran PT. Alkan Abadi
untuk menambah jumlah armada head truck dan chasis. Memenuhi kebutuhan reparasi
perawataan secara berkala atau maintenance untuk peralatan bongkar muat, terutama
alat angkut head truck dan chasis. Kata kunci :Kekurangan Alat Angkut Head Truck dan
Chassis Abstract: Supporting tools (Head Truck and Chassis), which is a conveyance
container designed specifically to be able to transport the container size 20 feet and 40
feet, and have flexibility in terms of transporting the container because the chassis can
be removed. Therefore the shipping company PT. Alkan Eternal provide facilities (Head
Truck and Chassis) for each ship that will make the process of loading and unloading of
containers (stevedoring) at the unloading terminal, to increase the efficiency in the
process of loading and unloading of containers (stevedoring). But in the process of
loading and unloading of containers (stevedoring) it is less efficient, in terms of the length
of the vessel tethered indications and duration of the process of loading and unloading of
containers (stevedoring), which resulted in cost overruns mooring. This is due to lack of
conveyance facilities (Head Truck and Chassis) which resulted in maximal process of
loading and unloading of containers (stevedoring) and the distribution of containers from
ship to container depot or sebaliknya.Kegiatan loading and unloading of containers at PT.
Alkan Abadi can be said to be less stable, this is due to the few existing equipment
diperusahaan.Faktor-factors can inhibit PT. Eternal Alkan always to provide excellent
service to service users. Will possibly lead to complaints from service users company.
Things like this also results in the difficulty of the PT. Eternal Alkan to gain new
customers because of limited conveyance of container, one of which is the head
conveyance truck and chassis. With the conveyance dampakkekurangan (head truckdan
chassis) terhadapkelancaran container loading and unloading process would be nice
shipping company PT. Eternal Alkan head to increase the number of truck and chassis.
Perawataan meet the needs repairs or maintenance on a regular basis for loading and
unloading equipment, especially the head conveyance truck and chassis. Keywords:
Lack of Transport Head Tool Truck and Chassis Alamat korespondensi: F.X. Adi
Purwanto, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah, Jalan A. R. Hakim 150,
Surabaya. e-mail: jurnal_pdp@yahoo.co.id
2. 2. 19 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 4, Nomor 1, September
2013 PENDAHULUAN Alat penunjang (Head Truck dan Chassis), yang merupakan alat
angkut petikemas yang dirancang secara khusus untuk dapat mengangkut petikemas
ukuran 20 feet maupun 40 feet, dan mempunyai fleksibilitas dalam hal pengangkutan
petikemas karena chassis dapat dilepas. Oleh karena itu perusahaan pelayaran PT.
Alkan Abadi memberikan fasilitas (Head Truck dan Chassis) bagi setiap kapalnya yang
akan melakukan proses bongkar muat petikemas (stevedoring) di Terminal bongkar
muat, guna efisiensi dalam proses bongkar muat petikemas (stevedoring). Namun dalam
kelancaran proses bongkar muat petikemas (stevedoring) dirasa kurang efisien, dilihat
dari indikasi lamanya kapal bertambat dan lamanya proses bongkar muat petikemas
(stevedoring), yang mengakibatkan pembengkakan biaya tambat kapal. Hal ini
dikarenakan terbatasnya fasilitas alat angkut (Head Truck dan Chassis) yang
mengakibatkan kurang maksimalnya proses bongkar muat petikemas (stevedoring) serta
proses pendistribusian petikemas dari kapal ke depo petikemas ataupun sebaliknya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana alur dan proses bongkar
muat? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kelancaran proses bongkar muat
petikemas (stevedoring) di perusahaan pelayaran PT. Alkan Abadi? 3. Faktor apa saja
yang mengakibatkan kekurangan alat angkut (Head Truck dan Chassis)? 4. Bagaimana
langkah-langkah PT. Alkan Abadi dalam menghadapi hambatan yang terjadi? Tujuan
penelitian untuk mengetahui a) Agar secara nyata dapat mengetahui detail dampak
kekurangan alat angkut (Head Truck dan Chassis) dan kelancaran proses bongkar muat
petikemas (stevedoring) yang ada di tempat Taruni melakukan Prada (Praktik Darat). b)
Mengetahui secara detail penunjang untuk kelancaran proses bongkar muat petikemas
(stevedoring) di perusahaan pelayaran PT. Alkan Abadi. c) Mengetahui kendala-kendala
yang dihadapi di perusahaan pelayaran PT. Alkan Abadi. d) Agar peneliti dapat
menggabungkan dan membandingkan ilmu yang didapat pada saat perkuliahan dengan
yang dihadapi sesungguhnya pada waktu Prada. Manfaat penelitian adalah sebagai
berikut. a) Manfaat praktisi 1. Untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya yang
terjadi di lapangan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang peneliti dapat selama
perkuliahan, dengan kenyataan praktek maupun bagi kampus tempat peneliti menuntut
ilmu. 2. Untuk mengetahui dampak kekurangan alat angkut (Head Truck dan Chassis)
terhadap kelancaran proses bongkar muat petikemas (stevedoring) di perusahaan
pelayaran PT. Alkan Abadi. b) Manfaat akademik Sebagai salah satu kurikulum guna
memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya (AMD) dalam program studi
Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga (KPN) pada fakultas Program Diploma Pelayaran
(PDP) Universitas Hang Tuah Surabaya.
3. 3. Mega K., F.X. Adi P.: Dampak Kekurangan Alat Angkut (Head Truck dan Chassis)
20 Pelabuhan Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 17 Tahun 2008 tentang
Kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi. Alat Angkut Peralatan peralatan
bongkar muat petikemas dapat dijelaskan sebagai berikut. (Gurning, 2007) 1. Head
Truck dan Chassis 2. Gantry Crane 3. Straddle carrier 4. Rubber Tyred Gantry 5.
Container Forklift 6. Side Loader 7. Reach Stacker Pengertian Kekurangan Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) Kekurangan adalah Sesuatu yang belum
mencukupi, belum mencapai batas yang diinginkan, belum mencapai genap, lengkap,
dan tepat. Menurut Rostyah (2001), kekurangan adalah ketidakmampuan dan
ketidaksanggupan untuk melakukan sesuatu bakat, dalam bidang-bidang tertentu atau
kekurangan dalam hal perlengkapan. Pengertian Kelancaran Pengertian kelancaran
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:633) adalah Lancar adalah melaju
dengan cepat atau bergerak maju dengan cepat. Sedangkan kelancaran adalah keadaan
lancarnya (sesuatu) pembangunan sangat bergantung pada sarana, tenaga dan biaya
yang tersedia. Berdasarkan pengertian yang dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa kelancaran merupakan suatu keadaan dimana sesuatu berjalan dengan lancar,
bergerak maju dengan cepat dan sangat bergantung pada sarana, tenaga, dan biaya
yang tersedia, sehingga pelaksanaan yang diharapkan dapat terjamin. Perusahaan
Bongkar Muat dan Ruang Lingkup Kegiatannya Menurut keputusan menteri
perhubungan No. KM 14 tahun 2002, yang dimaksud dengan perusahaan bongkar muat
adalah badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan
mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal meliputi kegiatan
pembongkaran barang dari palka ke atas dermaga di lambung kapal atau sebaliknya
(stevedoring), kegiatan pemindahan barang dari dermaga di lambung kapal ke gudang
atau lapangan penumpukan atau sebaliknya (cargodoring) dan kegiatan pengambilan
barang dari gudang atau lapangan dibawa ke atas truck atau sebaliknya (receiving atau
delivery) Adapun penyedia jasa bongkar muat adalah perusahaan yang melakukan
kegiatan bongkar muat (stevedoring, cargodoring, dan receiving atau delivery) dengan
menggunakan tenaga kerja bongkar muat (TKBM) dan peralatan bongkar muat. Tenaga
kerja bongkar muat (TKBM) adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan
setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat di pelabuhan. Fasilitas dan
Penanganan Petikemas Menurut Suyono (2003:179) petikemas (container) adalah salah
satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai
berulang kali, digunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada
didalamnya. Filosofi dibalik petikemas adalah membungkus
4. 4. 21 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 4, Nomor 1, September
2013 atau membawa muatan dalam peti-peti yang sama dan membuat semua
kendaraan dapat mengangkutnya sebagai satu-kesatuan, baik kendaraan itu berupa
kapal laut, kereta api, truk atau angkutan lainnya, dan dapat membawanya secara cepat,
aman, dan efesien atau bila mungkin, dari pintu ke pintu (door to door). Ukuran
petikemas Ukuran muatan dalam pembongkaran atau pemuatan kapal petikemas
dinyatakan dalam TEU (Twenty Foot Equivalent Unit). Oleh karena ukuran standar dari
petikemas dimulai dari panjang 20 feet, maka satu kemasan 20 dinyatakan sebagai 1
TEU dan petikemas 40 dinyatakan sebagai 2 TEU atau sering juga dinyatakan dalam
FEU (Fourty Foot Equivalent Unit). Meskipun ukuran petikemas dari luar adalah seragam
atau sama, namun petikemas dikeluarkan dalam berbagai macam bentuk sesuai
kegunaannya. Berbagai macam jenis container dapat dilihat berdasarkan bentuk, ukuran,
barang yang dimuat, dan cara mengisi muatan ke dalamnya. Ada petikemas yang
berbentuk kotak, tabung, ataupun flat.Ada yang berukuran besar dan kecil. Ada yang
dapat diisi dari depan, dari samping, atau dari atas. Juga ada yang khusus dilengkapi
pendingin untuk muatan beku. Jenis-jenis Petikemas Petikemas dibagi dalam enam
kelompok, yaitu: 1. General Cargo. 2. Thermal. 3. Tank. 4. Dry Bulk. 5. Platform. 6.
Specials. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Deskripsi Dalam suatu penelitian baik
penelitian yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif diperlukan suatu metode dan
prosedur penelitian. Menurut Sutrisno Hadi sebagaimana dikutip oleh Marzuki, bahwa
penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan
metode-metode ilmiah (Marzuki, 2002 : 4), dan Pius A. Partanto mengartikan metode
dengan cara yang teratur dan sistematis untuk melaksanakan sesuatu cara kerja
(Partanto, 1994 : 461). Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun
populasi data dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan bongkar muat petikemas dan
proses haulage di perusahaan pelayaran PT. Alkan Abadi. Sampel adalah bagian dari
populasi atau bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam
penelitian ini adalah proses haulage dan alat angkut (Head Truck dan Chassis) di PT.
Alkan Abadi.
5. 5. 22 PEMBAHASAN Alur dan Proses Bongkar Muat Pelayaran sesuai SPK ke PBM
PPSA (Dibuat nota rampung) Kapal Sandar : - TKBM - Supervisi - Alat Bongkar Muat
KegiatanBongkar Muat : Dibuat Pra Nota Berita Acara : - Time sheet - Tally sheet -
Damage cargo Gambar 1. Alur dan Proses Bongkar Muat Penjelasan Gambar 1 alur dan
proses bongkar muat adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan Dari pelayaran sesuai
SPK (Surat Perintah Kerja) menuju PBM yang ditunjuk. Kemudian PBM (Perusahaan
Bongkar Muat) ke PPSA (Pusat Pelayanan Satu Atap) untuk membayar biaya estimasi
pelabuhan awal dan permohonan untuk mendapatkan fasilitas pelabuhan dan meeting
tambatan. Dengan banyaknya kapal yang masuk Karang Jamuang, operasional
pelabuhan (OP) menentukan kapal mana yang datang terlebih dahulu, karena kapal
yang datang lebih awal akan dilayani terlebih dahulu dan selanjutnya melayani kapal
berikutnya. Sistem ini biasa dinamakan First Come First Service. 2. Persiapan Satu hari
sebelum kegiatan bongkar muat melakukan amprah buruh, supervisi, dan menyiapkan
alat- alat bongkar muat. Sehingga pada waktu kegiatan bongkar muat, perlengkapan dan
kesiapan sudah memenuhi syarat. 3. Pelaksanaan Setelah kapal sandar dimulai
kegiatan bongkar dan muat petikemas, dimana pada saat kegiatan dibuat berita acara
yang meliputi time sheet (lama waktu kegiatan bongkar muat), tally sheet(catatan
pergerakan barang atau kontainer yang masuk ke palka), damage cargo(catatan
kerusakan pada barang) yang merupakan pra nota. 4. Penyelesaian Setelah tahap
pembuatan pra nota kemudian dibawa ke PBM untuk dijadikan nota rampung yang
nantinya diserahkan kepada perusahaan pelayaran. Yang dimaksud disini adalah Pra
nota telah menjadi sewa setelah ditandatangani oleh mualim 1 atau nahkhoda kemudian
diserahkan ke PBM yang dijadikan nota rampung, 2 hingga 3 hari pembuatan lalu
diserahkan ke perusahaan pelayaran berdasarkan SPK. Jika nota rampung telah
diterima dan jika tidak ada komplain, maka biaya-biaya yang ditangguhkan utnuk segera
diselesaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pada saat proses bongkar
muat petikemas
6. 6. 23 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 4, Nomor 1, September
2013 a. Alat bongkar muat petikemas Sangat berpengaruh dalam proses bongkar
petikemas, menurut Bapak Sungkowo bagian operasional pelabuhan, Jumlah alat
bongkar muat petikemas kurang memadai, sehingga menghambat kelancaran proses
bongkar muat. Di sini yang dimaksud jumlah alat bongkar muat petikemas adalah head
truck dan chassis. b. Kinerja Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) TKBM akan sangat
mempengaruhi kelancaran dalam setiap penanganan pergerakan petikemas. Menurut
Bapak Sungkowo seorang operasional pelabuhan di PT. Alkan Abadi mengatakan
bahwa, Kurang disiplinnya sopir terhadap kinerjanya dikarenakan sistem kerja borongan
dengan rendahnya SDM dan ketika sopir sudah mendapatkan upahnya dalam jumlah
besar dalam seharinya maka mereka akan mengurangi kinerjanya. c. Cuaca Cuaca
yang buruk juga merupakan faktor penghambat proses kelancaran bongkar muat.
Menurut Bapak Sungkowo bagian operasional pelabuhan, Saat cuaca hujan, maka
TKBM dan operator head truck dan chassis akan berhenti atau menghentikan
operasional kerjanya, akan tetapi mereka tetap mendapatkan upah sebagaimana
mestinya dari perusahaan Alkan Abadi. d. Jalan Menurut Bapak Sungkowo bagian
operasional pelabuhan, Kemacetan lalu-lintas daerah wilayah Perak khususnya, sering
terjadi kemacetan lalu-lintas yang dikarenakan banyaknya armada trucking milik
perusahaan pelayaran lainnya untuk kegiatan bongkar muat yang dimana setiap harinya
perusahaan pelayaran mengeluarkan 12 head truck dan chasis di setiap kapal
melakukan proses bongkar muat. Faktor-Faktor Kekurangan Alat Angkut (Head Truck
dan Chassis) a. Kurang ketersediaan alat angkut head truck dan chassis Adanya alat
angkut head truck dan chassis yang mencukupi sangatlah berpengaruh pada tingkat
operasional bongkar muat yang maksimum, seperti dalam hal kegiatan atau proses
bongkar muat kapal milik PT. Alkan Abadi di dermaga Mirah. Dalam penelitian yang
dilakukan di dermaga Mirah dan di PT. Alkan Abadi, penulis mengamati proses bongkar
muat yang tidak optimal, yang dikarenakan kurangnya unit alat angkut head truck dan
chassis dalam melayani proses haulage dari dan ke depo petikemas atau lapangan
penumpukan petikemas. b. Kerusakan pada alat angkut head truck dan chassis Menurut
Bapak Sungkowo yang beroperasi di operasional pelabuhan, Kurangnya perawatan truk
secara berkala, membuat truk menjadi tidak terawat dan rusak. Dan tidak adanya tenaga
mekanik untuk mereparasi truk. Hal ini menghambat proses kelancaran arus barang. c.
Tidak adanya tenaga reparasi khusus Disini yang dimaksud adalah tenaga mekanik alat
angkut head truck dan chassis di PT. Alkan Abadi, dimana untuk perusahaan sendiri
tidak memiliki tenaga khusus, sehingga banyak armada yang belum dibenahi dan
dibiarkan rusak. Langkah-langkah PT. Alkan Abadi Menghadapi Hambatan Kekurangan
Alat Angkut (Head Truck dan Chassis) Pemberlakuan aturan-aturan baru guna mencapai
target yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya. PT. Alkan Abadi mempunyai langkah-
langkah
7. 7. Mega K., F.X. Adi P.: Dampak Kekurangan Alat Angkut (Head Truck dan Chassis)
24 dalam mengatasi masalah hambatan- hambatan yang sering dihadapi, adalah
sebagai berikut. 1. Pembelian unit armada baru Dalam mewujudkan kelancaran arus
pergerakan petikemas dalam kegiatan bongkar muat, maka harus disertai dengan
fasilitas peralatan yang memadai, terutama pada head truck dan chassis. Dengan
kurangnya armada head truck dan chassis untuk mendukung dan melayani kegiatan
atau proses bongkar muat kapal milik PT. Alkan Abadi, perlulah pihak PT. Alkan Abadi
melakukan pembelian unit armada baru guna memperbanyak armada head truck dan
chassis untuk melayani proses bongkar muat dan proses haulage dari dan ke depo
petikemas atau lapangan penumpukan. 2. Optimalisasi kapasitas dan fasilitas alat
angkut head truck dan chasis Dalam mewujudkan kelancaran arus pergerakan
petikemas dalam kegiatan bongkar muat maka harus disertai dengan fasilitas peralatan
yang memadai, terutama pada head truck dan chassis. Dengan banyaknya alat angkut
head truck dan chassis yang rusak, maka PT. Alkan Abadi akan membenahi dan
mengaktifkan kembali head truck dan chassis yang rusak. Hal itu dilakukan agar dapat
mengurangi keterlambatan muatan dalam proses bongkar muat petikemas. 3. Merekrut
SDM yang sesuai dengan bidangnya, khususnya pada tenaga reparasi alat angkut head
truck dan chassis Perekrutan SDM yang terampil dan cakap disertai dengan kesesuaian
bidang reparasi alat angkut (head truck dan chassis) sangat membantu dalam perbaikan
atau perawatan unit armada, khususnya pada alat angkut (head truck dan chassis) guna
mendukung kesiapan alat angkut (head truck dan chassis), yang berpengaruh pada
kelancaran kegiatan bongkar muat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai dampak
kekurangan alat angkut (head truck dan chassis ) terhadap kelancaran proses bongkar
muat petikemas kapal milik perusahaan pelayaran PT. Alkan Abadi Surabaya, maka
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut. Banyaknya kerusakan pada
alat angkut (head truck dan chassis) yang dikarenakan tidak adanya perawatan secara
berkala. Sehingga alat angkut head truck dan chassis dibiarkan tidak terawat dan rusak.
Tidak adanya tenaga reparasi khusus, disini yang dimaksud adalah tenaga mekanik alat
angkut (head truck dan chassis) dimana untuk perusahaan PT. Alkan sendiri tidak
memiliki tenaga khusus, sehingga banyak armada yang belum dibenahi dan dibiarkan
rusak. Proses bongkar muat yang tidak optimal, dikarenakan kurangnya unit alat angkut
head truck dan chassis dalam melayani proses haulage dari dan ke depo petikemas atau
lapangan penumpukan petikemas. Saran Adapun saran-saran yang akan diberikan oleh
peneliti menurut permasalahan yang terjadi diperusahaan pelayaran PT. Alkan Abadi
Surabaya adalah sebagai berikut. Melakukan perbaikan dan perawatan pada alat angkut
(head truck dan chassis). Bila tidak memungkinkan untuk diperbaiki, maka perlu
diadakan regenerasi pada alat angkut (head truck dan chassis). Merekrut SDM yang
sesuai dengan bidangnya, khususnya pada tenaga reparasi alat angkut head truck dan
chassis. Pembelian unit armada baru perlu dilakukan guna memperbanyak
8. 8. 25 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 4, Nomor 1, September
2013 armada head truck dan chassis untuk melayani proses bongkar muat dan proses
haulage dari dan ke depo petikemas atau lapangan penumpukan. DAFTAR PUSTAKA 1.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. 2. Black, A. James dan J. Champion. 2001. Metode Dan Masalah
Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. 3. Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada. 4. Gurning, Raja. Oloan Saut dan Eko
Hariyadi Budianto. 2007. Manajemen Bisnis Pelabuhan. Surabaya: PT. Andhika Prasetya
Ekawahana. 5. Susanto, Bambang. 2013. Transportasi Dan Investasi. Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara. 6. Suyono, R.P. 2003. Shipping Pengangkutan Intermodal
Ekspor Impor melalui Laut . Jakarta: PPM. 7. Undang-undang RI No. 17 Tahun 2008.
Pelayaran. Permata Pers.

Vol3 no1 optimalisasi stuffing dalam terhadap kelancaran pemuatan peti


kemas, thni m,adi purwanto,hardjono
1. 1. 10 OPTIMALISASI STUFFING DALAM TERHADAP KELANCARAN PEMUATAN
PETI KEMAS KE KAPAL DI DEPO PETI KEMAS TANJUNG TEMBAGA PT. MERATUS
LINE SURABAYA (Optimization of Stuffing In to smooth loading container onto a ship at
the Tanjung Tembaga Container Depo PT. Meratus Line Surabaya) Thoni Moh. Munir,
F.X. Adi Purwanto, Hardjono Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga, Program
Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tercapainya optimalisasi stuffing dalam terhadap kelancaran pemuatan peti
kemas ke kapal di depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya
sesuai era perkembangan teknologi dalam pemuatan bongkar muat peti kemas di depo
peti kemas, sehingga arus peti kemas dari depo peti kemas ke pelabuhan untuk dimuat
di atas kapal menjadi lancar. Kinerja depo peti kemas sebagai sebuah sistem dengan
banyak variabel yang mempengaruhinya, dapat dianalisa menggunakan variabel bebas
dan terikat. Metode yang digunakan adalah dengan mengamati masing-masing alat yang
digunakan untuk kegiatan bongkar muat peti kemas di depo peti kemas Tanjung
Tembaga PT. Meratus Line Surabaya serta mengamati pergerakan peti kemas yang
akan dimuat ke kapal sebelum ada pemuatan adanya lift on/off di lapangan
penumpukan, obyek survei adalah depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line
Surabaya. Dari analisa ini dapat disimpulkan bahwa depo peti kemas Tanjung Tembaga
merupakan depo peti kemas multiporpuse dimana pelayanan peti kemas menunjukkan
grafik yang tinggi, namun hal ini tersebut tidak didukung oleh kegiatan proses stuffing
dalam yang kurang maksimal, sehingga sangat berpengaruh besar bagi kelancaran
kegiatan operasional depo peti kemas khususnya pemuatan peti kemas ke kapal dan
bagi kelancaran operasional alat mekanis (reach stacker), Konsistensi dari EMKL dalam
penyelesaian proses stuffing dalam merupakan penunjang dalam kelancaran pemuatan
peti kemas ke kapal. Dengan sering terjadinya keterlambatan penyelesaian proses
stuffing dalam yang sampai melewati batas waktu pemuatan mengakibatkan EMKL
dikenakan denda atau penalti (detention). Kesalahan operasional yang sering dilakukan
oleh kerani stuffing, mengakibatkan kebiasaan buruk EMKL menjadi tidak terkontrol.
Kata kunci: stuffing dalam kurang maksimal Abstract: This study aims to determine the
achievement of the optimization stuffing in the smooth loading of container to container
depot ship at Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya appropriate line era of
technological development in the loading and unloading of containers at the container
depot, so that the flow of containers from container depots to pelabuhan for a smooth fit
on board. Container depot performance as a system with many variables that influence it,
can be analyzed using independent and dependent variables. The method used is to
examine each of the tools used for the loading and unloading of containers at the
container depot Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya and observe the
movement of containers to be loaded on board before loading the lift on / off in the yard,
the object of the survey is a container depot Tanjung Tembaga PT. Meratus Line
Surabaya. Of this analysis inferential that container depot Tanjung Tembaga is a
container depot where service container multiporpuse chart shows that high, but this is
not supported by the activities of the stuffing process is less than the maximum, so it is a
big impact for the smooth operation of container depot in particular the loading of
containers to the ship and for the smooth operation of mechanical equipment (reach
stacker), Consistency of EMKL the stuffing in the settlement process is supporting the
smooth loading of containers to ship. With frequent delays in the completion of the
process of stuffing until the deadline passes EMKL loading resulted in fines or penalties
(detention), operational error which is often done by clerks stuffing, resulting in bad habits
EMKL become uncontrollable. Keywords : stuffing in less than the maximum. Alamat
korespondensi: F. X. Adi Purwanto, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah,
Jalan A. R. Hakim 150, Surabaya. e-mail: jurnal_pdp@yahoo.co.id PENDAHULUAN
Pelayanan pemuatan peti kemas ke kapal di depo peti kemas Tanjung Tembaga PT.
Meratus Line Surabaya kurang efisien, ini dapat dilihat dari indikasi banyaknya muatan
yang belum terdaftar pada daftar muatan (loadlist). Banyaknya muatan yang belum
terdaftar tersebut akibat dari stuffing
2. 2. Thoni,Adi,Hardjono: OptimalisasiStuffing Dalam Terhadap Kelancaran Pemuatan Peti
Kemas 11 dalam yang kurang maksimal dengan total jumlah box peti kemas yang
disediakan pada lahan di lapangan penumpukan peti kemas (ground slot), serta dalam
penyelesaian stuffing dalam yang dilakukan oleh para EMKL tidak konsisten, dan
kesalahan operasional yang sering dilakukan oleh kerani stuffing. Stuffing dalam yang
kurang maksimal merupakan kendala utama dalam pemberian pelayanan pemuatan peti
kemas ke kapal di depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya.
Pentingnya kerja sama dan koordinasi antara pihak operasional depo dengan para
EMKL sangatlah dibutuhkan dalam stuffing dalam, Dengan kurang maksimalnya stuffing
dalam terhadap kelancaran pemuatan peti kemas ke kapal, seharusnya pihak
operasional depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya khususnya
foreman dan kerani stuffing harus bisa menekan kepada pihak EMKL untuk segera
menyelesaikan stuffing dalam. Melalui penelitian ini, penulis mencoba untuk mendekati
permasalahan yang ada berdasarkan pengalaman- pengalaman dalam proda dan teori
yang didapatkan selama melakukan perkuliahan di kampus, sehingga dalam
melaksanakan penulisan tugas akhir ini membatasi obyek masalah yang disampaikan
atau disajikan. Masalah-masalah yang penulis sampaikan disini adalah mengenai 1.
Bagaimana kondisi depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya ? 2.
Bagaimana sistem dan prosedur pelayanan jasa di depo peti kemas Tanjung Tembaga
PT. Meratus Line Surabaya ? 3. Apa hambatan-hambatan yang menjadi kendala
kegiatan di depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya? 4. Apa
usaha-usaha serta kebijakan dari bagian operasional di depo peti kemas Tanjung
Tembaga, salah satunya depo yang dimiliki PT. Meratus Line, mencoba untuk
mengoptimalkan depo terhadap kelancaran arus keluar masuk peti kemas dan barang
muatan di depo peti kemas Tanjung Tembaga di Tanjung Perak Surabaya? Dalam
penelitian ini ada beberapa tujuan yang hendak penulis capai, adapun tujuan yang ingin
dicapai penulis dalam penyusunan tugas akhir ini antara lain adalah sebagai berikut. 1.
Untuk mengetahui kegiatan operasional depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus
Line Surabaya. 2. Untuk mengetahui sistem dan prosedur pelayanan jasa depo peti
kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya. 3. Untuk mengetahui hambatan-
hambatan yang menjadi kendala kegiatan operasional atau aktifitas depo peti kemas
Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya. 4. Untuk mengetahui usaha-usaha serta
kebijakan dari bagian operasional di depo peti kemas Tanjung Tembaga, salah satunya
depo yang dimiliki PT. Meratus Line Surabaya. 5. Untuk mengoptimalkan depo peti
kemas terhadap kelancaran arus keluar masuk peti kemas dan barang muatan di depo
peti kemas Tanjung Tembaga di Tanjung Perak Surabaya. Peneliti diharapkan akan
memberikan manfaat dan sumbangan yang berarti bagi para stackholder atau pihak-
pihak yang berkepentingan dengan dunia pelayanan jasa di depo peti kemas Tanjung
Tembaga terhadap EMKL, pelayaran, serta bagi individu seperti dapat membandingkan;
a. Manfaat Akademik Agar penulis dapat membandingkan teori yang didapat di bangku
perkuliahan dengan mata kuliah manajemen kepelabuhanan dan shipping praktis
dengan fakta yang didapat dari
3. 3. 12 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 3, Nomor 1, September
2012 kawasan daerah belakang pelabuhan yang biasa disebut daerah hinterland. b.
Manfaat praktisi Bagi instansi diharapkan agar dapat menjadi suatu bentuk kerja sama
yang saling memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan akan
berlangsung secara terus menerus. Pengertian Optimalisasi Optimalisasi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995:628) berasal dari kata optimal yang berarti
terbaik, tertinggi, sedangkan optimalisasi berarti suatu proses meninggikan atau
meningkatkan. Pengertian Stuffing Stuffing adalah penyusunan peti kemas di dalam
kapal maupun terminal peti kemas atau pemadatan pemuatan di dalam peti kemas, Amir
(1997 : 8). Stuffing adalah pengepakan barang yang dilakukan ke dalam container,
Subandi (1996 : 22). Para ahli menyimpulkan stuffing adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk memindahkan suatu barang dalam container atau memasukan barang
dari luar container ke dalam container. Proses Stuffing a. Sebelum mengisi peti kemas
Operator peti kemas tentunya akan memeriksa keadaan peti kemas sebelum
mengisinya. Ada kemungkinan bahwa peti kemas sampai kepadanya dari consignee
terakhir, yang melihat isi dan keadaan peti kemas secara keseluruhan. Selain itu, ada
kemungkinan terjadi kerusakan dalam perjalanan dari CY ke tempat pemuatan yang
sekarang. Bisa jadi juga, sebelum diserahkan, peti kemas belum dibersihkan dan belum
diperiksa secara cermat meskipun sudah ada EIR sebagai kelengkapan dokumen
pemeriksaan. Oleh karena itu, perlu diadakan pemeriksaan. b. Saat mengisi peti kemas
(stuffing/vanning container) Di Indonesia, bila peralatan bongkar muat peti kemas
memadai, maka pengisian peti kemas akan dilakukan pada ground level, dimana peti
kemas diletakkan di atas lantai di depan gudang pengisian dan setelah itu baru diisi.
Setelah peti kemas diisi, maka peti kemas dinaikkan ke atas alat pengangkut dan
diangkat ke atas chassis oleh container forklift atau alat angkut lainnya untuk transportasi
ke kapal. Peti kemas dapat juga diangkut ke kapal dengan straddle carrier atau
transtainer. Bila peralatan bongkat muat tidak ada, maka stuffing container dilakukan
pada platform level. Itu artinya peti kemas tetap berada di chassis atau alat angkut dan
setelah penuh serta ditutup pintunya maka peti kemas diangkut langsung ke pelabuhan.
c. Setelah selesai stuffing dan menutup pintu peti kemas Setelah barang dimuat ke
dalam peti kemas sesuai rencana, agar peti kemas dapat tiba dengan baik di consignee
dan juga untuk menghindari klaim dan waktu terbuang, beberapa hal berikut harus
diperhatikan, yakni 1) Kekuatan peti kemas; Pastikan bahwa peti kemas kuat dalam
perjalanan. 2) Pemeriksaan oleh bea cukai; Bila lebih dari satu barang dimuat dalam peti
kemas, maka contoh-contoh barang yang ada di dalamnya diletakkan dekat pintu untuk
memudahkan pemeriksaan dan menghemat waktu. 3) Keamanan peti kemas; Bila pintu
sudah ditutup semuanya dan muatan sudah di-cek dengan baik, maka pintu ditutup
dengan melihat bahwa alur - alur karet penutupnya terletak dengan baik. Pengunci kawat
atau pengunci besi dikuncikan pada tempat yang sesuai pada pintu peti kemas sebelah
kanan dan nomornya dicatat. Kunci gantung biasa juga dapat digunakan, tetapi cara ini
bisa menarik perhatian pencuri. Label di luar peti kemas yang menyatakan isinya dapat
juga menarik perhatian dari pencuri. 4) Label peti kemas; Seperti label (etiket) untuk
muatan berbahaya di tempat yang sudah ditentukan. Namun
4. 4. Thoni,Adi,Hardjono: OptimalisasiStuffing Dalam Terhadap Kelancaran Pemuatan Peti
Kemas 13 harap jangan menutup nomor dari peti kemas atau angka pengenal
lainnya. Pengertian Kelancaran Pemuatan Peti Kemas ke Kapal Pengertian kelancaran
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:633) adalah lancar. Lancar adalah
melaju dengan cepat atau bergerak maju dengan cepat. Muatan adalah barang kiriman
yang akan dikirim ke suatu Negara dengan menggunakan sarana angkutan udara, darat,
maupun laut. Mulyanto (1997:133). Menurut Arwins (1999:35), muatan adalah seluruh
jenis barang yang dapat dinaikkan ke dalam kapal dan diangkut dari suatu tempat ke
tempat lain dan hampir seluruh jenis barang yang diperlukan oleh manusia dan dapat
diangkut dengan kapal apakah berupa barang yang bersifat bahan baku atau merupakan
hasil produksi dari suatu proses pengolahan. Semakin lama peti kemas siap muat di
depo semakin tinggi biaya peti kemas yang siap dimuat ke kapal, hal ini menimbulkan
ketidaklancaran pemuatan peti kemas ke kapal. Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa kelancaran pemuatan peti kemas ke kapal merupakan suatu
keadaan dimana sesuatu berjalan dengan lancar, bergerak maju dengan cepat dan
sangat bergantung pada sarana, tenaga, dan yang tersedia, sehingga pelaksanaan yang
diharapkan dapat terjamin. Pengertian Peti Kemas Banyak ahli atau pakar ilmu
pelayaran maupun transportasi laut yang mengeluarkan pendapatnya mengenai definisi
peti kemas. Mengenai ini, Suyono (2005:263) mendefinisikan peti kemas adalah satu
kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu dapat dipakai berulang
kali, digunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada
didalamnya. Menurut Subandi (1992:5) mendefinisikan peti kemas adalah container is
box, bottle, etc, made to contain something. Dimana bila diartikan sebagai berikut, peti
kemas adalah peti, botol, dan sebagainya yang dibuat untuk dapat menyimpan sesuatu.
Sedangkan peti kemas ISO menurut Abbas Salim (1993:145) adalah peti kemas
(container) muatan sebagai bagian alat transpor yang memenuhi standar ISO
(International Standard Organization) sebagai berikut. a. Sifatnya cukup kuat untuk
digunakan berulang kali. b. Dirancang secara khusus sebagai fasilitas untuk membawa
barang dengan moda-moda transpor yang ada. c. Dipasang alat-alat yang
memungkinkan sewaktu-waktu digunakan untuk menanganinya dari satu alat transpor ke
alat transpor lainnya. Dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk mengisi
maupun mengosongkan. d. Mempunyai isi ruangan dalam (internal volume) sekurang-
kurangnya 1 m3 = 35,3 cuft. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas bisa disimpulkan,
bahwa peti kemas adalah membungkus atau membawa muatan dalam peti-peti yang
sama dan membuat semua kendaraan dapat mengangkutnya sebagai satu kesatuan,
baik kendaraan itu berupa kapal laut, kereta api, truk, atau angkutan lainnya, dan dapat
membawanya secara cepat, aman, dan efisien atau bila mungkin, dari pintu ke pintu
(door to door). Keuntungan dan Kerugian Memakai Peti kemas (Advantage and Lose
Use Container) 1. Keuntungan memakai peti kemas a. Cepat dan ekonomis dalam
menangani peti kemas, terutama dalam bongkar muat peti kemas di pelabuhan atau
interface. b. Keamanan terhadap kerusakan dan pencurian lebih terjaga, terutama
5. 5. 14 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 3, Nomor 1, September
2012 untuk barang-barang kecil atau berharga. c. Efisien, karena 1 gank dari 12 orang
dapat bongkar muat kapal peti kemas dalam 3 atau 4 hari. Bila dilakukan hal yang sama
oleh 100 orang akan memakan waktu 3 atau 4 minggu. d. Pembungkus barang tidak
perlu terlalu kuat, karena tumpukan (stacking) dapat dibatasi setinggi dalamnya peti
kemas. e. Bisa untuk angkutan door to door. 2. Kerugian memakai peti kemas. a. Kapal
peti kemas mahal (lebih mahal daripada kapal barang biasa). b. Jumlah banyaknya peti
kemas harus 3x banyaknya peti kemas yang ada di kapal. Satu kelompok yang akan
dimuat dan 1 kelompok yang akan dibongkar. c. Harus dibuat terminal khusus untuk
bongkar muat peti kemas dan harus menggunakan peralatan khusus untuk mengangkut
dan menumpuknya. d. Jalan-jalan yang ada harus dibuat terminal khusus dan
pengangkutan peti kemas. e. Dapat terjadi ketidakseimbangan dalam perdagangan
antara negara, bila suatu negara tidak cukup persediaan peti kemasnya. Jenis-Jenis Peti
kemas Peti kemas dibagi dalam enam kelompok, yaitu 1. General Cargo General cargo
kontainer adalah peti kemas yang dipakai untuk mengangkut muatan umum. Peti kemas
yang termasuk dalam general cargo adalah a. General purpose container Peti kemas
inilah yang sering dipakai untuk mengangkut muatan umum (general cargo). b. Open-
side container Peti kemas yang bagian sampingnya dapat dibuka untuk memasukkan
dan mengeluarkan barang, yang karena ukuran atau beratnya lebih mudah dimasukkan
atau dikeluarkan melalui samping peti kemas. c. Open-top container Peti kemas yang
bagian atasnya dapat dibuka agar barang dapat dimasukkan atau dikeluarkan lewat atas.
Tipe peti kemas ini diperlukan untuk mengangkut barang berat yang hanya dapat
dimasukkan lewat atas dengan menggunakan derek (crane). d. Ventilated container Peti
kemas yang mempunyai ventilasi agar terjadi sirkulasi udara dalam peti kemas yang
diperlukan oleh muatan tertentu, khususnya muatan yang mengandung kadar air tinggi.
2. Thermal Container Thermal Container adalah peti kemas yang dilengkapi dengan
pengatur suhu untuk muatan tertentu. Peti kemas yang termasuk thermal container
adalah a. Insulated container Peti kemas yang dingin bagian dalamnya diberi isolasi agar
udara dingin di dalam peti kemas tidak merembes keluar. b. Reefer container Peti kemas
yang dilengkapi dengan mesin pendingin untuk mendinginkan udara dalam peti kemas
sesuai dengan suhu yang diperlukan bagi barang yang mudah busuk, seperti sayuran,
daging, atau buah-buahan. c. Heated container Peti kemas yang dilengkapi dengan
mesin pemanas agar udara di dalam peti kemas dapat diatur pada suhu panas yang
diinginkan. 3. Tank Container Tank container adalah tangki yang diletakkan/ditempatkan
dalam kerangka peti kemas yang digunakan untuk mengangkut muatan cair (bulk liquid)
maupun gas (bulk gas). 4. Dry Bulk Container Dry Bulk container adalah general purpose
container yang digunakan untuk mengangkut muatan curah (bulk cargo). Untuk
memasukkan atau mengeluarkan muatan tidak melalui pintu depan seperti biasanya,
tetapi melalui lubang di bagian atas untuk
6. 6. Thoni,Adi,Hardjono: OptimalisasiStuffing Dalam Terhadap Kelancaran Pemuatan Peti
Kemas 15 memasukkan muatan dan lubang atau pintu di bagian bawah untuk
mengeluarkan muatan (gravity discharge). Lubang atas dapat juga digunakan untuk
membongkar muatan dengan cara dihisap (pressure discharge). 5. Platform Container
Platform container adalah peti kemas yang terdiri dari lantai dasar. Peti kemas yang
termasuk jenis ini adalah a. Flat rack container Flat rack container adalah peti kemas
yang terdiri dari lantai dasar dengan dinding pada ujungnya. Flat rack dapat dibagi dua,
yakni 1) Fixed end type: dinding (stanchion) pada ujungnya tidak dapat dibuka atau
dilipat. 2) Collapsible type: dinding (stanchion) pada ujungnya dapat dilipat, agar
menghemat ruangan saat diangkut dalam keadaan kosong. b. Platform based container
Platform based container atau disebut juga artificial tween deck, adalah peti kemas yang
hanya terdiri dari lantai dasar saja dan apabila diperlukan, dapat dipasang dinding.
Platform based/flat rack biasanya digunakan untuk muatan yang mempunyai lebar atau
tinggi melebihi ukuran peti kemas yang standar. 6. Special Container Special container
adalah peti kemas yang khusus dibuat untuk muatan tertentu, seperti peti kemas untuk
muatan ternak (cattle container) atau muatan kendaraan (car container). Peralatan
Bongkar Muat Peti kemas Peralatan-peralatan bongkar muat peti kemas di depo peti
kemas dapat dijelaskan sebgai berikut. a. Side Loader Side loader yaitu kendaraan yang
mirip forklift tetapi mengangkat dan menurunkan peti kemas dari samping, bukannya dari
depan. Side loader digunakan untuk menurunkan dan menaikkan peti kemas dari dan ke
atas trailer atau chassis dibawa ke samping loader. b. Container Forklift Merupakan truck
garpu angkat yang khusus digunakan untuk mengangkat peti kemas (bukan mengangkat
muatan dalam rangka stuffing) bentuknya tidak berbeda dari forklift truck lainya tetapi
daya angkatnya jauh lebih besar, lebih dari 20 ton dengan jangkauan lebih tinggi supaya
dapat mengambil peti kemas dari atau meletakkan pada susunan ke tiga atau empat tier
bahkan sampai lima tier. c. Reach stacker Merupakan alat bongkar muat yang
berkombinasi antara forklift dengan mobile crane yang dilengkapi spreader (pengangkat
peti kemas). Sehingga mampu mengangkat peti kemas dan mempunyai jangkauan
pengangkatan yang fleksibel (bisa pendek maupun jauh). d. Head truck dan chassis
Adalah alat angkut peti kemas yang dirancang dapat menarik chassis ukuran 20 feet
maupun 40 feet, mempunyai fleksibilitas tinggi dalam hal pengangkutan peti kemas
karena chassis dapat dilepas. Pengertian Depo Menurut Suyono, R. P. (2003:292), depo
adalah tempat konsolidasi muatan yang akan diekspor ke luar negeri. Depo tumbuh
karena berkembangnya muatan yang dikirim dengan peti kemas. Di dalam depo peti
kemas ada berbagai kegiatan diantaranya yaitu pemasukan peti kemas, pengeluaran
peti kemas, perawatan peti kemas, perbaikan peti kemas, pemasukan barang dari luar
peti kemas ke dalam peti kemas (stuffing), pengeluaran barang dari dalam peti kemas di
luar peti kemas (stripping), dan jumlah alat yang ada di lapangan untuk kegiatan
(stacking, shifting, hampar, lift on/lift off container), atau peralatan lain yang menunjang
kegiatan.
7. 7. 16 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 3, Nomor 1, September
2012 Kerangka Berpikir Menurut Prof. Dr. H. Abdurrahmat Fathoni, M.Si. dalam bukunya
Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, kerangka pemikiran itu
merupakan rangkuman atau ringkasan mengenai faktor-faktor yang terlibat, karateristik
masing-masing dan sifat pengaruhnya terhadap masalah. Juga meliputi bagaimana
hubungan faktor yang satu dengan yang lain dalam pengaruh gabungannya terhadap
masalah. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian Metodologi menurut Sutrisno
Hadi, (1984:4) adalah suatu ilmu pengetahuan yang memperbincangkan usaha-usaha
untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
dengan menggunakan metode ilmiah atau disebut juga cara kerja obyek penelitian.
Dalam metode ini penulis menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan dan
menguraikan obyek yang akan diteliti. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
berusaha mendeskripsikan dan menginterprestasikan sesuatu, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung,
akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.
Lokasi dan Waktu Penelitian Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini berdasarkan
pengamatan serta keterlibatan langsung penyusun ketika melaksanakan praktik darat
(prada) di depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya. Untuk
mendapatkan data-data penulis melihat dan mengamati secara langsung kegiatan
operasional di depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya dan
penanganan di lapangan. Adapun keterangan dari depo peti kemas Tanjung Tembaga
PT. Meratus Line Surabaya adalah sebagai berikut. Alamat : Jl. Tanjung Tembaga
Nomor. 5-7 Surabaya 60167 East Java Indonesia, Telepon: 0313297461, Fax:
0313297861. Waktu dalam praktik darat (prada) di depo peti kemas Tanjung Tembaga
PT. Meratus Line selama tiga bulan mulai tanggal 1 Februari 2013 sampai 31 April 2013.
Operasional Variabel Pengertian variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat
diukur. Pengertian diukur disini adalah bahwa antara obyek penelitian dengan
pemahaman secara prioritas terdapat perpaduan yang saling berhubungan. Dalam karya
tulis ilmiah yang berjudul Optimalisasi Stuffing Dalam Terhadap Kelancaran Pemuatan
Peti Kemas ke Kapal di Depo Peti Kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line
Surabaya memiliki dua varibel yang dijadikan sebagai kerangka dalam penulisannya a.
Variabel Terikat Dalam judul karya ilmiah ini terdapat variabel terikat yang pertama yaitu
Kelancaran Pemuatan Peti kemas Ke Kapal Di Depo Peti kemas Tanjung Tembaga PT.
Meratus Line Surabaya. Kelancaran pemuatan peti kemas ke kapal dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain 1. Kelancaran kegiatan operasional depo peti kemas
Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya khususnya stuffing dalam untuk
meningkatkan pendapatan dan kepuasan pengguna jasa. 2. Kurang kerjasama antara
operasional depo dengan pihak EMKL mengakibatkan pemuatan peti kemas ke kapal
terhambat. 3. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) sangat mempengaruhi kelancaran
dalam setiap penanganan pergerakan peti kemas.
8. 8. Thoni,Adi,Hardjono: OptimalisasiStuffing Dalam Terhadap Kelancaran Pemuatan Peti
Kemas 17 4. Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) melakukan kegiatan stuffing dalam
tidak maksimal sangat mempengaruhi kelancaran dalam penanganan pergerakan peti
kemas. 5. Keterlambatan trucking atau trailer pengangkutan dalam pekerjaan lift on/lift off
di lapangan depo peti kemas. Hal ini dapat menimbulkan kemacetan sehingga tidak
optimalnya kapasitas lapangan penumpukan. 6. Dokumen masih birokrasi dan perijinan
kadang-kadang menyebabkan terjadinya keterlambatan dokumen. 7. Kelancaran stuffing
dan stripping akan meningkatkan pendapatan dan kepuasan pengguna jasa. 8. Cuaca
hujan akan mengahambat pekerjaan bongkar muat barang, sehingga menghambat juga
terhadap kelancaran pemuatan peti kemas ke kapal. b. Variabel Bebas Sedangkan yang
kedua variabel bebas adalah Optimalisasi Stuffing Dalam maksud dari variabel bebas
di sini adalah bahwa dari sub judul tersebut di atas merupakan salah satu yang dapat
secara aktif mempengaruhi. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiono
(1999:72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh stuffing dalam terhadap pemuatan peti kemas ke kapal di depo peti kemas
Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya. 2. Sampel Menurut Sugiono (1999:73),
sampel adalah bagian dari populasi atau bagian-bagian dari karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah stuffing dalam terhadap
pemuatan peti kemas di depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya.
Data Yang Diperlukan Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan sumber
data yaitu sebagai berikut. 1. Data primer Data dikumpulkan oleh peneliti dari subyeknya
dan dicatat. Data primer tersebut dapat diperoleh dengan melakukan wawancara
terhadap narasumber dan observasi langsung ke tempat penelitian yang berhubungan
dengan tema penelitian. 2. Data sekunder Data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan
diperoleh oleh seseorang di luar penelitian sendiri dengan kata lain tidak langsung dari
sumbernya. Tetapi dengan mengutip data-data yang sudah ada atau dikumpulkan orang
lain: a. Job Description. b. Library Research (riset perpustakaan) c. Diktat yang berkaitan
dengan penumpukan peti kemas. d. Dokumen-dokumen. Metode Pengumpulan Data 1.
Metode Observasi Menurut Margono (1997:158), observasi dapat diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek
penelitian di lapangan dan dilakukan langsung maupun tidak langsung. Metode
observasi ini digunakan penulis selama melakukan penelitian di depo peti kemas
Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya. 2. Metode Interview Menurut Margono
(1997:165), interview adalah teknik pengumpulan informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula dan dilaksanakan
secara spontan langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer)
dengan sumber
9. 9. 18 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 3, Nomor 1, September
2012 Pos Satpam Parkir Sepeda Motor Pos Satpam Muushola Gate Out Kantor Depo
CFS Lama CFS Baru Gate In Tempat sampah Pos Satpam Repair Petikemas A B C D E
F G H IJ K dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti.
Teknik Analisis Analisis data yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan secara
observasi adalah dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan memberikan
gambaran tentang faktor- faktor yang sebenarnya terjadi di lapangan, untuk kemudian
dibandingkan dengan teori yang ada sehingga bisa diberikan solusi untuk masalah
tersebut. Saat peneliti melakukan praktik darat di depo peti kemas Tanjung Tembaga PT.
Meratus Line Surabaya, stuffing dalam hampir mengalami stagnasi. Oleh karena itu
peneliti membahas bagaimana depo peti kemas Tanjung Tembaga bisa optimal dengan
adanya para EMKL melakukan stuffing dalam yang tidak sesuai hamparan yang sudah
disediakan oleh pihak depo peti kemas. Berdasarkan hasil wawancara dan data yang
diperoleh bahwa yang menjadi faktor utama dan menyebabkan depo peti kemas tidak
optimal terhadap pemuatan peti kemas ke kapal adalah tidak maksimalnya proses
stuffing dalam terhadap terbatasnya kapasitas lapangan penumpukan yang tersedia,
merupakan faktor yang timbul bilamana kapasitas penumpukan di depo tidak sebanding
dengan jumlah barang yang masuk di depo dari EMKL, sehingga menimbulkan
pemuatan peti kemas ke kapal terhambat, TKBM kurang semangat atau terampil dalam
bekerja, dokumen-dukumen yang terlambat, peralatan bongkar muat peti kemas
terganggu, karena banyaknya stuffing dalam dan trailer yang terlambat mengangkut peti
kemas. HASIL DAN PEMBAHASAN Depo peti kemas Tanjung Tembaga mempunyai
kapasitas lapangan penumpukan peti kemas = 1.222 TEUS, ground slot kurang lebih
405 TEUS diantaranya ground slot stuffing atau stripping = 160, ground slot stack full =
78 dan ground slot stack Empty Available (MTA) = 167. Di depo peti kemas Tanjung
Tembaga dengan tenaga kerja kurang lebih 30 orang. Depo peti kemas Tanjung
Tembaga PT. Meratus Line Surabaya mengirimkan muatan peti kemas bertujuan ke
beberapa daerah, yakni; Palu, Kupang, Benete, Maumere, Dili, Pantoloan, dan Kumai.
Gambar 1. Denah Depo Peti kemas Tanjung Tembaga
10. 10. Thoni,Adi,Hardjono: OptimalisasiStuffing Dalam Terhadap Kelancaran Pemuatan Peti
Kemas 19 Sistem dan Prosedur Pelayanan Jasa Depo Peti kemas Tanjung Tembaga
Kategori Container di Depo Peti kemas Tanjung Tembaga sebagai berikut. 1. Container
kategori Muatan Khusus Muatan Khusus adalah container yang untuk komoditi yang
berpotensi dapat mengakibatkan container rusak berat, terkontaminasi berat, kotor, dan
berbau. Nomor-nomor yang masuk dalam kategori container Muatan Khusus, yaitu a.
ATKU (nomor seri) b. MRLU 227 (nomor seri) sampai dengan MRLU 230 (nomor seri) 2.
Container kategori Food Grade Food Grade adalah container yang untuk komoditi yang
tidak mengakibatkan interior container rusak, terkontaminasi berat, kotor, dan berbau.
Nomor-nomor yang masuk dalam kategori container Food Grade, yaitu a. MRLU 237
(nomor seri) dan ke atas b. MRTU 200000 (nomor seri) dan ke atas c. Container COC
leasing (CRXU, CRSU, GESU, SCZU, GSTU, TEXU, THGU, dll.) 3. Container kategori
Non Food Grade Non Food Grade adalah container untuk komoditi yang berpotensi
dapat mengakibatkan container terkontaminasi ringan, kotor ringan, dan atau berbau.
Nomor-nomor yang termasuk dalam container kategori Non Food Grade, yaitu 1. MRLU
231xxx-x sampai dengan MRLU 236 (nomor seri) Container kategori Non Food Grade
adalah container ini juga boleh digunakan untuk komoditi container Food Grade atas
persetujuan dari shipper. Gambar 2. Prosedur Pelayanan Jasa Depo Peti Kemas
Tanjung Tembaga
11. 11. 20 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 3, Nomor 1, September
2012 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pemuatan Peti Kemas di Depo Peti
Kemas Tanjung Tembaga a. Kapasitas lapangan penumpukan di depo peti kemas
Tanjung Tembaga terbatas akhirnya para EMKL akan melakukan stuffing dalam kurang
maksimal. b. Koordinasi bagian operasional lapangan sangat dibutuhkan kerja samanya
khususnya antara foreman bongkar muat dengan foreman stuffing/stripping dan juga
para EMKL. c. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) akan sangat mempengaruhi
kelancaran dalam setiap penanganan pergerakan peti kemas. d. Keterlambatan trucking
atau trailer pengangkutan dalam pekerjaan lift on/lift off di lapangan depo peti kemas. Hal
ini dapat menimbulkan kemacetan sehingga tidak optimalnya kapasitas lapangan
penumpukan. e. Dokumen masih birokrasi dan perijinan kadang-kadang menyebabkan
terjadinya keterlambatan dokumen. f. Alat bongkar muat seperti forklift dan Reach
Stacker (RS). Faktor-Faktor Menghambat yang Menjadi Kendala Kegiatan Pemuatan
Peti Kemas ke Kapal di Depo Peti Kemas Tanjung Tembaga a. Tidak optimalnya stuffing
dalam Proses stuffing dalam yang tidak optimal sangat berpengaruh besar bagi
kelancaran kegiatan operasional depo peti kemas khususnya pemuatan peti kemas ke
kapal dan bagi kelancaran operasional alat mekanis (reach stacker). b. Konsistensi
EMKL Konsistensi EMKL dalam penyelesaian proses stuffing dalam sering terjadi kurang
maksimal. Oleh karena itu konsistensi dari EMKL dalam penyelesaian proses stuffing
dalam merupakan penunjang dalam kelancaran pemuatan peti kemas ke kapal. c.
Petugas (kerani) stuffing Kesalahan operasional yang sering dilakukan oleh kerani
stuffing, mengakibatkan kebiasaan buruk EMKL menjadi tidak terkontrol. Kesalahan
operasional kerani stuffing yang sering mereka lakukan adalah dengan memberikan
hamparan peti kemas di luar area blok hamparan atau di luar batas maksimum ground
slot yang telah ditentukan, tanpa berkoordinasi terlebih dahulu dengan foreman
stuffing/stripping. d. TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) Kurangnya bimbingan dan
sosialisasi dari kepala TKBM sangat berpengaruh bagi kinerja buruh. Bimbingan juga
merupakan faktor yang sangat penting bagi buruh. e. Karena Alam/Cuaca Hujan akan
menghambat proses stuffing dalam, khususnya pada barang karungan (Beras, Pupuk,
Gandum). f. Pengurusan Dokumen Karena masih birokrasi dan perijinan terkadang
menyebabkan terjadinya keterlambatan dokumen, sehingga proses stuffing dalam yang
akan dilakukan menjadi tidak sesuai dengan yang direncanakan. g. Kurangnya
kerjasama antara bagian operasional lapangan dengan pihak EMKL atau kurangnya
koordinasi. h. Nomor booking dikarenakan shipper akan menambah booking tanpa
menghubungi CS terlebih dahulu, CS belum mengeluarkan nomor booking tambahan
yang diorder oleh shipper. i. Inpeksi peti kemas tidak dapat dilaksanakan secara akurat
dikarenakan sarana dan prasarana kurang memadai dan SDM terbatas. j. Adanya para
EMKL melakukan kecurangan terhadap sesama para EMKL dalam pemilihan peti
kemas, akhirnya mengakibatkan pertengkaran sesama EMKL, ini disebabkan karena
12. 12. Thoni,Adi,Hardjono: OptimalisasiStuffing Dalam Terhadap Kelancaran Pemuatan Peti
Kemas 21 kurangnya koordinasi terhadap petugas lapangan penumpukan atau kerani
stuffing. k. Daftar pemuatan peti kemas ke kapal yang tidak sesuai dengan daftar muat
atau di luar daftar pemuatan akhirnya mengakibatkan pencarian peti kemas dan waktu
tunggu yang lama. Langkah Pihak Bagian Operasional Depo Peti Kemas Kepada EMKL
Untuk Mengoptimalkan Stuffing Dalam 1. Pendekatan kepada EMKL sebagai langkah
awal untuk menimbulkan rasa saling membutuhkan. 2. Melakukan briefing kepada kerani
stuffing untuk lebih meningkatkan kinerjanya serta penanaman rasa tanggung jawab
pada tugas masing- masing, dan menekankan kepada kerani stuffing untuk melakukan
monitoring container terkait proses hampar peti kemas terhadap stok ground slot, serta
pengawasan terhadap kegiatan stuffing dalam lebih diperketat, supaya tidak terjadi
penyalahgunaan penggunaan peti kemas. 3. Menekan kinerja TKBM diantaranya adalah
a. Mengontrol dan mengecek kesiapan TKBM. b. Memberlakukan sistem borongan kerja.
c. Menekan produktivitas buruh dengan dasar penentuan target (37 box dicapai oleh 18
orang buruh). d. Secara berkala melakukan pelatihan-pelatihan, sehingga ketika proses
stuffing dalam berlangsung para buruh sudah siap dan terampil dalam kegiatan stuffing
dalam. e. Seharusnya ada suatu peraturan yang mengatur tentang kewenangan PBM
terhadap buruh secara langsung, sehingga dalam proses stuffing dalam, jika terjadi
suatu kesalahan atau kekeliruan, PBM mempunyai kewenangan menegur atau memberi
sanksi terhadap buruh. f. Kepala buruh dalam melayani buruh dari PBM harus
konsekuen dengan jumlah buruh yang diminta, sehingga tidak ada yang merasa
dirugikan. 4. Selalu memperhitungkan waktu proses stuffing dalam dengan kondisi cuaca
yang terjadi pada saat bekerja, misalnya jika kondisi cuaca tidak mendukung seperti
hujan, secara otomatis proses pengisian barang ke dalam peti kemas (stuffing) akan
dihentikan untuk sementara waktu. 5. Lebih dimudahkan dan dipercepat dalam
pengurusan dokumen terhadap pihak EMKL. Usaha-Usaha Depo Peti Kemas Untuk
Mengatasi Hambatan-Hambatan Jalannya Pemuatan Peti Kemas ke Kapal a. Kepala
depo peti kemas sering-sering koordinasi dengan petugas lapangan untuk
merencanakan dan memastikan kebutuhan alat angkat atau angkut mekanis agar
kegiatan di depo peti kemas dapat berjalan lancar, untuk rencana melihat kegiatan kapal,
untuk memastikan pihak koordinator melakukan komunikasi dengan operator alat angkat
atau angkut mekanis. b. Melakukan identifikasi jumlah bongkar kapal dengan melakukan
komunikasi verbal bersama foreman B/M PBM dan marine operasional pelayaran agar
dapat ditentukan alokasi stack peti kemas sesuai tujuan. c. Memastikan permintaan
muatan peti kemas ke luar depo peti kemas dengan melakukan koordinasi bersama
foreman B/M PBM marine operasional pelayaran agar proses muat kapal berjalan sesuai
dengan target B/M yang telah ditentukan.
13. 13. 22 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 3, Nomor 1, September
2012 d. Memastikan stack dan hampar peti kemas untuk kegiatan stuffing dalam sesuai
dengan koordinasi foreman stuffing agar terjamin ketersediaan peti kemas siap
dikerjakan. e. Memastikan tidak terdapat peti kemas damage di lokasi hampar dengan
melakukan pengecekan fisik secara periodik di lapangan agar peti kemas damage
segera ke lokasi perbaikan (repair) peti kemas. f. Memastikan penataan peti kemas
empty available (MTA) sesuai kategori grade peti kemas yang mengacu pada standar
yang berlaku agar mempermudah dalam pemilihan peti kemas oleh EMKL atau
pelanggan. g. Memastikan dan mengawasi personil dalam bagiannya untuk bekerja
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab. h. Mengontrol kegiatan shifting peti kemas
mengacu pada standar yang berlaku agar biaya operasional dapat lebih efisien. i.
Memeriksa dan menandatangani formulir tally alat berat dan SPK alat berat setiap
pergantian shift operator alat berat agar jam operasional alat berat sesuai. j. Memastikan
pendistribusian load list dan SPK relokasi peti kemas (muatan) ke kerani lapangan agar
kegiatan berjalan lancar. Langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak depo peti kemas
Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya untuk terwujudnya optimalisasi kapasitas
dan fasilitas yang ada Banyak EMKL yang masuk keluar depo peti kemas Tanjung
Tembaga sangat menguntungkan, apabila disertai dengan optimalnya pengunaan
kapasitas dan fasilitas yang ada, untuk itu mengurangi dampak-dampak negatif yang
akan timbul dan mengakibatkan, maka pihak depo peti kemas Tanjung Tembaga PT.
Meratus Line Surabaya melakukan berbagai upaya; a. Optimalisasi Kapasitas dan
Fasilitas Lapangan Penumpukan Depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line
Surabaya memiliki ground slot kurang lebih 405 TEUS yang dibagi menjadi beberapa
blok yaitu blok A (A1, A2, A3), blok B (B1-B20), blok C (C1, C2), blok D (D1, D2), blok E
(E1-E16), blok F, blok G, dan blok H. Para EMKL mendapatkan stok ground slot yang
telah ditentukan oleh pihak depo seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Ground slot untuk
EMKL di depo Peti kemas Tanjung Tembaga No. Ekspedisi Jumlah GS dari Pelayaran
Jumlah GS yang akan direalisasi Total GS Stuffing Dalam 1 Citra Niaga 12 15 Blok A1
38 2 Tanjung Mas 4 4 Blok A2 19 3 Orion 99 8 10 Blok A3 Timur 9 4 Tatang (MIF) 55
MIF 48, TATANG 31 Blok A3 Tengah 6 5 Radjasa 10 10 Blok A3 Barat 5 6 Star
Surabaya 6 6 Blok C1 35 7 Lima Putri 10 10 Blok C2 18 8 BLA 4 4 Blok D1 25 9
Artalapan 4 5 Blok D2 13 10 AMS 5 10 11 CWW 0 4 Total 118 GS 157 GS 168 GS
14. 14. Thoni,Adi,Hardjono: OptimalisasiStuffing Dalam Terhadap Kelancaran Pemuatan Peti
Kemas 23 Terbatasnya kapasitas lapangan penumpukan merupakan hambatan yang
sering terjadi di depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya, selama
ini pengguna jasa (EMKL) sering menyalahgunakan kebijakan dalam pengunaan
lapangan penumpukan. Dalam menangani hal tersebut, maka dikeluarkan aturan-aturan
baru yang yang memberlakukan para EMKL ditekankan untuk mematuhi peraturan yang
sudah ditetapkan oleh pihak depo peti kemas. Apabila para EMKL tidak mematuhi
peraturan dikenakan biaya. b. Optimalisasi Peralatan Bongkar Muat yang ada di Depo
Peti kemas Dalam mewujudkan kelancaran pemuatan peti kemas ke kapal dalam
kegiatan bongkar muat peti kemas maka harus disertai fasilitas peralatan yang
memadahi, terutama pada saat proses stack, lift on/lift off di lapangan penumpukan,
mengandalkan 2 Reach Stacker (RS) dan forklift sangat mendukung untuk kegiatan
bongkar muat peti kemas di depo peti kemas. c. Optimalisasi Kinerja Tenaga Kerja
Bongkar Muat (TKBM) Dalam upaya menciptakan kesinambungan kerja yang baik maka
dalam melayani kegiatan bongkar muat barang atau stuffing dalam diperlukan suatu
hubungan baik antara pihak depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line
Surabaya dan TKBM. Pemilihan TKBM yang terampil dan cakap disertai penempatan
pengawas atau kerani yang ahli di bidang stuffing dalam sangat penting guna
mendukung kelancaran kegiatan bongkar muat barang. Pada dasarnya TKBM bekerja
tanpa adanya suatu tekanan dari segala pihak, mereka bekerja sesuai dengan aturan
mereka sendiri dalam suatu shift kerja. Sebagai kepala depo peti kemas memberikan
sedikit kebijakan terhadap aturan yang mereka buat akan tetapi dengan syarat kinerja
mereka juga baik pada saat bekerja. Langkah seperti ini merupakan cara agar tercipta
hubungan baik antara TKBM dan pihak depo peti kemas. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari uraian dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis mengenai
Optimalisasi Stuffing Dalam Terhadap Kelancaran Pemuatan Peti kemas Ke Kapal,
maka penulis menyimpulkan sebagai berikut. Kurangnya koordinasi dan kerja sama
antara pihak operasional depo peti kemas dengan para EMKL sangatlah dibutuhkan
proses stuffing dalam, dengan tidak maksimalnya stuffing dalam terhadap kelancaran
pemuatan peti kemas ke kapal. Depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line
Surabaya merupakan depo peti kemas multipurpose dimana pelayanan jasa peti kemas
menunjukkan grafik yang tinggi, namun hal ini tersebut tidak didukung oleh kegiatan
stuffing dalam yang kurang maksimal, karena banyaknya EMKL yang tidak konsisten
dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh pihak depo peti kemas. Tenaga Kerja
Bongkar Muat (TKBM) sangat berperan aktif dalam proses stuffing dalam di depo peti
kemas, karena mereka yang terjun langsung di lapangan penumpukan peti kemas,
sehingga sangat membantu dalam kelancaran proses pemuatan peti kemas ke kapal.
Armada pemuatan peti kemas kurang teratur untuk parkir di dalam depo peti kemas
mengakibatkan alat bongkar peti kemas terganggu karena terhalang adanya armada.
Inspeksi Container tidak dapat dilaksanakan secara akurat, dikarenakan sarana-
prasarana yang kurang memadai, SDM terbatas mengakibatkan kerusakan container
tidak dapat diketahui sejak dini, akhirnya pengurusan klaim jika terjadi kerusakan sulit
untuk dilakukan.
15. 15. 24 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 3, Nomor 1, September
2012 Booking habis. Tambah booking oleh shipper tanpa menghubungi Customer
Service (CS) terlebih dahulu, CS belum mengeluarkan nomor booking tambahan yang
diorder oleh shipper mengakibatkan Container belum dapat dikeluarkan sesuai
permintaan shipper atau DWI tidak bisa diproduksi oleh administrasi gate in akhirnya
terjadi komplain dari shipper. Saran Adapun saran-saran yang diberikan oleh penulis
menurut permasalahan yang teerjadi di depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus
Line Surabaya. Pentingnya kerjasama dan koordinasi antara pihak operasional depo peti
kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus Line Surabaya dengan para penguna jasa peti
kemas atau EMKL sangatlah dibutuhkan dalam kegiatan stuffing dalam, dengan adanya
kerjasama tidak ada yang dirugikan melainkan saling menguntungkan. Upaya
pengaturan lebih baik lagi agar penempatan stack peti kemas dapat efektif sesuai blok-
blok yang sudah ditetapkan, jadi penumpukan dan hamparan empty untuk stuffing dalam
tidak perlu terjadi di tempat yang terlarang misalnya hamparan empty untuk stuffing di
blok empty full yang siap dimuat ke kapal, mengakibatkan pembongkaran muat peti
kemas terhambat dan pihak operasional depo peti kemas Tanjung Tembaga PT. Meratus
Line Surabaya khususnya foreman dan kerani stuffing harus bisa menekan kepada pihak
EMKL dalam penyelesaian stuffing dalam. Upaya pendekatan dengan buruh harus lebih
ditingkatkan guna terjalin kerjasama yang lebih baik sehingga produktifitas buruh dapat
ditingkatkan dan upaya kesejahteraan para pegawai atau operasional depo peti kemas
saangat diperhatikan. Supaya jalannya pembongkaran peti kemas lancar untuk dimuat
ke kapal pihak keamanan (security) selalu memonitor armada yang masuk dalam
lapangan penumpukan. Upaya penerapan standar inspeksi yang tepat sesuai Inspeksi
Container. Uji Kompetensi bagi para inspektur container. Pembangunan infrastruktur
inspeksi container, Gamma Ray Container Scanner, yaitu VACAS (Vehicle and Cargo
Inspection System) Portal: a. Inspeksi container secara menyeluruh. b. Dapat
mengetahui cargo tanpa harus membuka container. c. Penyalahgunaan container dapat
diketahui sejak dini. d. Mengetahui kerusakan-kerusakan container yang tidak terlihat
mata dan hasil inspeksi dapat divisualisasikan. Upaya komunikatif terhadap shipper
untuk memberikan informasi dan arahan yang tepat dan jelas. DAFTAR PUSTAKA 1.
Abbas Salim, H.A. 1993. Manajemen Transportasi. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. 2.
Abdurrahmat Fathoni. 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineke Cipta. 3. Amir M.S. 1997. Letter Of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor.
Jakarta: Ikrar Mandiriabadi. 4. Arief Furchan. 2004. Pengantar Penelitian Dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 5. Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: PT. Rineke Cipta. 6. Subandi. 1992. Manajemen Peti kemas.
Jakarta: Arcan. 7. Suyono, R. P. 2003 Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor
Melalui Laut. Jakarta: PPM. 8. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV.
ALFABETA. 9. Sukmadinata, Syaodah Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
16. 16. Thoni,Adi,Hardjono: OptimalisasiStuffing Dalam Terhadap Kelancaran Pemuatan Peti
Kemas 25 10. Sutrisno Hadi. 1984. Bimbingan Menulis Skripsi, Thesis, Psikologi.
Yogyakarta: GAMA. 11. Gurning Raja Oloan Saut. 2007. Manajemen Bisnis Pelabuhan.
Surabaya: PT Andhika Prasetya Ekawahana.

Vol6 no1 analisa kebersihan fasilitas kapal, tito, adi purwanto, sofyan poli
1. 1. 52 Analisa Kebersihan Fasilitas Kapal Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang di
KM. Binaiya PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) (Determine the effect of
cleanliness facilities the ship on the level of passenger satisfaction in KM. Binaiya PT.
PELNI) Tito Sugiharto, F. X. Adi Purwanto Nugroho, Sofyan Poli Jurusan
Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah
Surabaya Abstrak: Di dalam kebutuhan jasa transportasi sangatlah penting dan ini dapat
dirasakan oleh seluruh dunia. Khususnya dalam masalah angkutan penumpang laut,
diarahkan untuk menjamin tersedianya jasa angkutan dalam kualitas dan kuantitas yang
memadai, sehingga dapat membantu pemerataan hasil pembangunan, memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan ketahanan nasional dalam rangka
mewujudkan wawasan nusantara. Terutama kebersihan fasilitas yang tersedia di kapal
penumpang. Kebersihan fasilitas sangat mempengaruhi kenyamanan penumpang yang
berada di kapal pada saat kapal sedang berlayar maupun bersandar di pelabuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh kebersihan fasilitas kapal
terhadap tingkat kepuasan penumpang di KM.Binaiya PT. PELNI dengan rute Batulicin-
Sampit tahun 2015, dan hambatan-hambatan yang menjadi kendala kebersihan fasilitas
umum misalnya seperti kamar mandi, tempat sampah, kamar tidur kelas ekonomi, ruang
makan kelas ekonomi yang diberikan terhadap penumpang yang tidak optimal. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi langsung
kebersihan dan fasilitas kamar mandi, ruang tidur kelas ekonomi, ruang makan kelas
ekonomi, tempat sampah di dalam KM. Binaiya. Selain itu juga melakukan metode
interview dengan Asisten Manajer Pelayanan Jasa dan penumpang serta menggunakan
metode dokumentasi. Dari hasil analisa ini dapat disimpulkan bahwa, kebersihan dan
fasilitas merupakan elemen terpenting di dalam kapal penumpang, tetapi kebersihan dan
fasilitas yang ada tidak sesuai dengan harapan para penumpang sehingga penumpang
tidak puas dan tidak nyaman. Di dalam kebersihan fasilitas umum kapal seperti kamar
mandi, tempat sampah, ruang makan kelas ekonomi, dan ruang tidur kelas ekonomi
sangatlah penting. Upaya untuk peningkatan kebersihan fasilitas umum sangat
diperlukan untuk mempertahankan kualitas terbaik PT. PELNI khususnya untuk KM.
Binaiya. Kata kunci : Kebersihan dan fasilitas kamar mandi, ruang tidur kelas ekonomi,
ruang makan kelas ekonomi, tempat sampah di KM.Binaiya Abstract: In need of
transportation services is very important and this can be felt by the entire world.
Especially in matters of sea passenger transport, is directed to ensure the availability of
transport services in quality and sufficient quantity so as to help the equitable distribution
of development gains, strengthen national unity and to improve national resilience in
order to realize an insight into the archipelago. Especially the cleanliness and amenities
available on passenger ships. Cleanliness and facilities greatly affect the comfort of
passengers who were on board when the vessel is sailing or leaning on the port. This
study aimed to determine the effect of cleanliness facilities the ship on the level of
passenger satisfaction in KM.Binaiya PT.PELNI route Batulicin-Sampit 2015, and the
barriers that constrain hygiene and public facilities such as bathrooms for example, trash,
rooms sleeping in economy class, economy class dining room given to passengers who
are not optimal. The method used in this study is the direct observation of cleanliness
and bathroom facilities, bedrooms economy class, economy class dining room, a trash
can in KM. Binaiya. It also did an interview with Assistant Manager methods Services and
the passengers as well as using the results of this analysis can documentation. That
cleanliness facilities is the most important element in passenger ships. But the
cleanliness and the existing facilities are not in accordance with the expectations of the
passengers so that passengers are dissatisfied and uncomfortable. Inside the vessel
cleanliness and public facilities such as bathrooms, trash, dining room economy class
and bedroom economy class is very important. Efforts to increase hygiene and public
facilities is necessary to maintain the best quality PT.PELNI especially for KM. Binaiya.
Keywords : Hygiene and toilet facilities, bedrooms economy class, economy class dining
room, trash in KM. Binaiya Alamat korespondensi: Tito Sugiharto, Program Diploma
Pelayaran, Universitas Hang Tuah, Jalan A. R. Hakim 150, Surabaya. e-mail:
jurnal_pdp@yahoo.co.id PENDAHULUAN Kebutuhan akan jasa transportasi ini
sangatlah penting dan ini dapat dirasakan oleh seluruh dunia. Jasa transportasi
mencakup transportasi udara, darat, laut. Fungsi dari perhubungan khususnya
2. 2. 53 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 6, Nomor 1, September
2015 dalam masalah angkutan penumpang laut, diarahkan untuk menjamin tersedianya
jasa angkutan dalam kualitas dan kuantitas yang memadai sehingga dapat membantu
pemerataan hasil pembangunan, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta
meningkatkan ketahanan nasional dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara. Jasa
transportasi laut memiliki keunikan tersendiri, karena transportasi laut mampu
memindahkan orang maupun barang dari satu tempat ke tempat yang lain dalam jumlah
besar. Terutama di bidang transportasi laut mengingat pulau- pulau di Indonesia
dihubungkan dengan perairan. Dengan Negara Indonesia yang begitu luas terutama
pada sektor lautannya, maka penghasilan sebagian besar terdapat di daerah pelabuhan.
Kebutuhan penduduk akan barang- barang antar pulau yang satu dengan pulau yang
lain tentu bermacam-macam dan berbeda-beda, demikian pula barang yang
dihasilkannya. Oleh karena itu, untuk mendistribusikan dari pulau satu ke pulau yang
lainnya diperlukan alat transportasi laut yang ekonomis yaitu kapal laut, dimana kapal
laut mampu memindahkan orang maupun barang dalam jumlah besar. Untuk memenuhi
segala kebutuhan tersebut, Pemerintah Indonesia mengupayakan akomodasi dan
fasilitas transportasi yang lebih memadai. Pengangkutan penumpang merupakan bagian
penting dari bisnis transportasi laut, disamping pengangkutan kargo. Untuk itu salah satu
perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Pelayaran Nasional Indonesia
(PELNI) merupakan perusahaan yang menyediakan jasa angkutan transportasi laut yang
meliputi jasa angkutan penumpang dan jasa angkutan muatan barang antar pulau. PT.
PELNI telah menyiapkan berbagai armada laut yang terdiri dari kapal Ro-Ro yang
tersebar di seluruh nusantara dengan trayek atau rute yang telah ditentukan dan siap
melayani masyarakat Indonesia atas kebutuhan jasa transportasi laut, tentunya dengan
tarif yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga dengan demikian pelaksanaan
angkutan laut dapat lebih terencana dan dapat dilaksanakan dengan baik oleh PT.
PELNI. Salah satu peran PT. PELNI adalah sebagai agen pembangunan yang
menyediakan akses transportasi publik ke wilayah pulau terpencil dan terluar. PT. PELNI
menjalankan fungsinya merajut pulau-pulau dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Betapa besar kontribusi sektor pelayaran PT. PELNI terhadap
ekonomi masyarakat. PT. PELNI sebagai BUMN memiliki saingan dalam perusahaan
jasa pelayaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pelayaran domestik dan asing
yang muncul bersaing untuk mendapatkan konsumen dengan meningkatkan pelayanan,
belum lagi persaingan dengan jasa transportasi yang menjual kecepatan, seperti
pesawat terbang. Oleh karena itu, isu yang berkembang mengenai PT. PELNI dapat
berpengaruh besar bagi perkembangan perusahaan. Jasa/pelayanan yang ditawarkan
PT. PELNI merupakan salah satu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang,
lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih cepat berpartisipasi aktif
dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Oleh karena itu, maka kualitas pelayanan
ditentukan oleh pelanggan, karena pelangganlah yang merasakan jasa/layanan yaitu
sejauh mana jasa/layanan publik tadi telah sesuai dengan keinginan mereka
(Akrumuddin, 2000:11). Selain itu fasilitas juga harus diperhatikan agar pelanggan
merasa puas. Untuk menjadikan pelayanan agar maksimal dan pelanggan merasa
nyaman perlu adanya kebersihan di dalamnya. Setiap perusahaan bertujuan agar tetap
bisa bertahan dan berkembang. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha
mempertahankan dan
3. 3. Tito S., F.X. Adi P. N., Sofyan Poli: Analisa Kebersihan Fasilitas Kapal Terhadap 54
meningkatkan pelayanan serta melakukan strategi agar menggunakan peluang yang ada
dalam pemasaran. Salah satunya adalah meningkatkan fasilitas kebersihan yang ada di
dalam salah satu armada milik PT. PELNI yaitu KM. Binaiya yang mempunyai rute
Batulicin - Sampit. Di dalam KM. Binaiya terdapat banyak fasilitas diantaranya tempat
tidur, kamar mandi, televisi, mushola, tempat makan, cafetaria, sport room, car deck,
mini theater, serta terdapat fasilitas untuk keselamatan diantaranya sekoci, life craft, life
jacket, lifebuoy, sekoci penyelamat (life boat), survival suit, media pelindung panas
(thermal protective aid), isyarat visual (pyrotechnis), survival craft, roket pelempar tali
(line throwing appliance), tabung CO2, hydrant box, denah keselamatan, alarm
kebakaran, fire detector, dan kotak pasir. Tetapi fasilitas yang sudah disediakan ada
yang kurang memadai. Fasilitas yang dibahas dalam penelitian ini adalah fasilitas umum
yaitu kamar mandi, ruang makan kelas ekonomi, tempat sampah, tempat tidur kelas
ekonomi banyak yang rusak, hilang, dan tidak layak pakai. Selain itu kebersihan yang
ada di dalam KM. Binaiya masih kurang bersih. Banyaknya penumpang yang tidak
mematuhi peraturan dan banyaknya fasilitas yang hilang menjadikan kapal tidak
nyaman. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai
berikut. Bagaimana analisa kebersihan fasilitas kapal terhadap tingkat kepuasan di KM.
Binaiya PT. PelayaranNasional Indonesia (PELNI)? Bagaimana tingkat kepuasan
penumpang di KM. Binaiya? Analisa kebersihan fasilitas kapal terhadap tingkat
kepuasan penumpang KM. Binaiya PT. Pelayaran Nasional Indonesia mempunyai ruang
lingkup sebagai berikut. Untuk memberikan gambaran mengenai persoalan yang terjadi
dalam kebersihan fasilitas seperti kamar mandi, tempat sampah, kamar tidur kelas
ekonomi, ruang makan kelas ekonomi yang diberikan kepada penumpang terhadap
tingkat kepuasan penumpang di KM. Binaiya PT. PELNI dengan rute Batulicin-Sampit
tahun 2015. Hambatan-hambatan yang menjadi kendala kebersihan fasilitas umum
misalnya seperti kamar mandi, tempat sampah, kamar tidur kelas ekonomi, ruang makan
kelas ekonomi yang diberikan terhadap penumpang di KM. Binaiya PT. PELNI.
Pengertian Kebersihan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:11), arti dari
sebuah kebersihan yaitu suatu keadaan yang dianggap bebas atau tidak memiliki
kotoran dan noda. Sedangkan lingkungan yaitu daerah atau kawasan yang ditempati.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebersihan lingkungan yaitu Keadaan suatu tempat yang
dianggap bebas atau tidak memiliki kotoran dan noda. Pengertian Fasilitas Kapal
Fasilitas kapal adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan
pelaksanaan suatu usaha di kapal. Sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan
suatu usaha tersebut biasanya berupa benda benda di kapal. Dimana benda tersebut
dituntut untuk mampu tetap beroperasi dan bertahan dengan daya tahan yang tinggi
dalam waktu yang relatif lama dalam lingkungan yang cepat berubah dan menghidupi
anak buah kapal maupun penumpang yang ada di kapal (Wikipedia, 2015:24).
Pengertian Kepuasan Menurut Kotler (1997:20) kepuasan adalah tingkat kepuasan
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan
dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi
antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan
4. 4. 55 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 6, Nomor 1, September
2015 yang diberikan. Apabila penampilan kurang dari harapan, maka pelanggan tidak
dipuaskan, namun apabila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas, dan
apabila penampilan melebihi harapan pelanggan akan sangat puas atau senang.
Pengertian Kepuasan pelanggan Menurut Kotler (1997:40) pengertian dari kepuasan
pelanggan adalah A persons feeling of pleasure or disappointment resulting from
comparing a products received performance (or outcome) in relations to the persons
expectation yang diterjemahkan secara bebas perasaan senang atau kecewa
seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan
dan yang diharapkan. Pengertian Pelayanan Menurut J. Supranto (2001:227) pengertian
dari pelayanan adalah Suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih
dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam
proses mengkonsumsi suatu jasa tersebut. Pengertian Penumpang Menurut Damadjati
(1995:75) pengertian dari penumpang adalah Setiap orang yang diangkut ataupun yang
harus diangkut di dalam pesawat udara ataupun alat pengangkutan lainnya, atas dasar
persetujuan dari perusahaan ataupun badan yang menyelenggarakan angkutan
tersebut. METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian ini lebih menekankan pada makna dan
proses daripada hasil suatu aktivitas. Untuk melakukan penelitian seseorang dapat
menggunakan metode penelitian tersebut. Sesuai dengan masalah, tujuan, kegunaan
dan kemampuan yang dimilikinya. Menurut Bagman dan Taylor mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Sedangkan Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya. Secara umum penelitian kualitatif
bertujuan untuk memahami (understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam
perilaku masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri. Penelitian kualitatif
adalah salah satu metode untuk mendapatkan kebenaran dan tergolong sebagai
penelitian ilmiah yang dibangun atas dasar teori-teori yang berkembang dari penelitian
dan terkontrol atas dasar empirik. Jadi dalam penelitian kualitatif ini bukan hanya
menyajikan data apa adanya melainkan juga berusaha menginterpretasikan korelasi
sebagai faktor yang ada yang berlaku meliputi sudut pandang atau proses yang sedang
berlangsung. Sedangkan metode penelitian kualitatif menurut Lexy J. Maleong
berdasarkan pada pondasi penelitian, paradigma penelitian, perumusan masalah, tahap-
tahap penelitian, teknik penelitian, kriteria dan teknik pemeriksaan data dan analisis dan
penafsiran data. Berpijak dari penelitian diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kebersihan fasilitas kapal terhadap tingkat kepuasan penumpang di KM. Binaiya PT.
Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI). Sedang jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti
adalah jenis deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata
cara kerja yang berlaku. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
5. 5. Tito S., F.X. Adi P. N., Sofyan Poli: Analisa Kebersihan Fasilitas Kapal Terhadap 56
menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain
penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai keadaan yang ada. Bahwasanya penelitian deskriptif kualitatif dirancang untuk
mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang yang sementara
berlangsung. Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskriptif,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau
fenomena yang diselidiki. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa kebersihan fasilitas kamar
mandi Kamar mandi KM. Binaiya rute Batulicin-Sampit terdapat pembersih lantai atau
kreolin 5% dalam larutan air untuk membersihkan dinding-dinding kamar mandi maupun
lantai. Selain itu juga tersedia air bersih dan terdapat saluran pipa pembuangan air kotor.
Analisa kebersihan fasilitas ruang tidur kelas ekonomi KM. Binaiya sudah menyediakan
over bagasi bilamana barang-barang penumpang melebihi ukuran dan berat yang sudah
ditentukan, maka diwajibkan untuk membeli tiket bagasi sendiri. Karena kelalaian para
petugas dan banyaknya penumpang yang tidak mematuhi peraturan membuat fasilitas
kamar tidur menjadi tidak nyaman dan rusak. Analisa kebersihan fasilitas tempat sampah
KM. Binaiya dengan rute Batulicin-Sampit terdapat banyak tempat pembuangan sampah
yang sudah tersedia di setiap sudut yang sudah ditentukan. Misalnya terdapat pada
setiap deck dan tempat sampah juga terdapat di dekat pintu, alasannya agar bau yang
ditimbulkan tidak tercium oleh para penumpang. Jadi terdapat salah satu tempat sampah
sebagai pusat pembuangan bilamana kapal sandar di pelabuhan tujuan. Analisa
kebersihan fasilitas ruang makan kelas ekonomi KM. Binaiya rute Batulicin-Sampit
terdapat ruang makan untuk kelas ekonomi, ruang makan kelas ekonomi terdapat
banyak fasilitas untuk makan dan minum para penumpang, seperti halnya makanan yang
sudah siap saji untuk para penumpang kelas ekonomi. Analisa tingkat kepuasan
penumpang KM. Binaiya Tingkat kepuasan penumpang sangat diperlukan di dalam
sebuah transportasi, khususnya transportasi laut. Salah satunya KM. Binaiya milik PT.
PELNI dengan rute Batulicin-Sampit. Di dalam KM Binaiya banyak sekali fasilitas yang
masih terlihat kurang baik, yaitu terdapat pada fasilitas umum yang ada di dalam KM.
Binaiya. Seperti kamar mandi, tempat sampah, ruang makan kelas ekonomi, ruang tidur
kelas ekonomi. Di dalam fasilitas yang terkait ini masih terdapat kekurangan dan masih
harus dibenahi. Pembahasan kebersihan fasilitas kamar mandi Menurut hasil observasi
langsung pada hari Jumat 20 Maret 2015 di dalam kamar mandi KM. Binaiya rute
Batulicin- Sampit pembersih lantai yang terdapat di dalam kamar mandi sudah digunakan
dengan baik, tetapi para penumpang ketika menggunakan kamar mandi tidak menjaga
kebersihan. Jadi setiap kamar mandi tersebut pasti kotor kembali. Seperti halnya
dinding-dinding kamar mandi yang kelihatan banyak kerak atau kelihatan kotor, di
samping itu penyaluran air kamar mandi dan kakus digunakan sebagai tempat
penyimpanan barang- barang sisa penumpang setelah menggunakan kamar mandi.
Setelah melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview pada
6. 6. 57 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 6, Nomor 1, September
2015 hari Jumat 20 Maret 2015 dengan Asisten Manajer Pelayanan Jasa Bapak Firman
K. Susanto sebagai sumber data. Beliau mengatakan, Dengan tingkat kebersihan dan
fasilitas yang terdapat pada kamar mandi KM. Binaiya para penumpang masih tidak puas
dengan kondisi kamar mandi seperti ini. Selain itu peneliti juga melakukan interview
dengan salah satu penumpang KM. Binaiya yaitu Bapak Yusmawan asal Surabaya.
Beliau mengatakan, Kamar mandi yang ada di KM. Binaiya rute Batulicin-Sampit
sebenarnya sudah layak dalam kebersihan maupun fasilitasnya, tetapi dengan adanya
penumpang yang tidak bertanggung jawab terhadap kebersihan dan fasilitas kamar
mandi, maka akan terjadi keadaan kumuh dan kotor, sehingga penumpang akan merasa
tidak nyaman dan kurang puas terhadap kebersihan dan fasilitas kamar mandi di KM.
Binaiya. Dan menurut hasil dokumentasi langsung di dalam kamar mandi KM. Binaiya
Jumat 20 Maret 2015 sebagai berikut. Gambar 1. Kamar Mandi KM. Binaiya Sumber :
Data langsung dari KM. Binaiya
7. 7. Tito S., F.X. Adi P. N., Sofyan Poli: Analisa Kebersihan Fasilitas Kapal Terhadap 58
Pembahasan kebersihan fasilitas ruang tidur kelas ekonomi Sesuai dengan observasi
langsung yang dilakukan peneliti pada hari Jumat 20 Maret 2015, ruang tidur untuk
kelas ekonomi yang ada di KM. Binaya rute Batulicin-Sampit masih mengalami banyak
kekurangan. Misalnya kasur tempat tidur atau matras yang sudah disediakan oleh pihak
PT.PELNI banyak yang tidak ada, karena penumpang yang tidak mematuhi peraturan
yang sudah ditetapkan. Contohnya para penumpang menggunakan matras tersebut
terkadang tidak pada tempatnya, setelah itu matras yang diambil tidak dikembalikan
pada tempatnya. Banyak matras yang sudah rusak sehingga para penumpang
menggunakan kardus atau alas dari barang bawaannya sendiri untuk alas tidurnya.
Barang-barang bawaan penumpang juga yang seharusnya ditaruh pada tempat yang
disediakan diletakkan pada tempat tidur mereka, sehingga tempat tidur jadi sempit.
Setelah itu peneliti melakukan interview pada hari Jumat 20 Maret 2015 dengan Asisten
Manajer Pelayanan Jasa Bapak Firman K. Susanto dan dibantu dengan Administrasi
Office Bapak Warno Suwito sebagai sumber data. Beliau mengatakan, Ruang tidur
kelas ekonomi ini sudah memenuhi persyaratan, karena banyaknya penumpang yang
tidak mematuhi peraturan tempat tidur menjadi tidak nyaman dan rusak. Jadi ketika ada
pergantian penumpang dari daerah lain pendapat mereka lebih mengarah pada
ketidakpuasan. Padahal pihak PT. PELNI sudah menyediakan kamar tidur kelas ekonomi
sesuai persyaratan agar penumpang puas dan nyaman. Selain itu juga peneliti
melakukan interview dengan salah satu penumpang yaitu Bapak Sarjono dari Gresik.
Beliau mengatakan, Banyak tempat tidur kelas ekonomi ini yang hilang matrasnya
maupun rusak, dikarenakan kurang disiplinnya penumpang itu sendiri dan minimnya
pengawasan, jadi untuk tempat tidur kelas ekonomi ini masih kurang nyaman dan kurang
puas. Banyak penumpang yang memilih tidur di tempat yang dilarang dan di bawah
tangga. Berikut dokumentasi dari KM. Binaiya rute Batulicin-Sampit Jumat 20 Maret
2015. Gambar 2. Ruang Tidur Kelas Ekonomi KM. Binaiya Sumber : Data langsung dari
KM. Binaiya
8. 8. 59 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 6, Nomor 1, September
2015 Pembahasan kebersihan fasilitas tempat sampah Menurut observasi langsung oleh
peneliti pada hari Jumat 20 Maret 2015, tempat sampah tersebut biasanya terletak pada
pintu keluar. Sampah-sampah ini akan diambil petugas kebersihan yang berada di
pelabuhan. Tetapi faktanya tempat sampah yang seharusnya layak untuk dipakai
ternyata menjadi tempat sampah yang tidak sesuai atau tidak layak. Pintu tempat
sampah yang terdapat pada titik pusat pembuangan di seluruh deck rusak dan tidak
terawat. Dengan pintu yang rusak tersebut akan menimbulkan bau yang tidak enak dan
sampah-sampah terbengkalai di sekitar pintu keluar. Setelah melakukan observasi
peneliti melakukan interview pada hari Jumat 20 Maret 2015 dengan Asisten Manajer
Pelayanan Jasa Bapak Firman K. Susanto yang setiap harinya ketika kapal sandar
beliau akan melihat keadaan kapal ketika datang dan berangkat. Beliau mengatakan,
Keadaan tempat sampah seperti ini seharusnya sudah diganti. Sebenarnya ketika rusak
sudah langsung diganti, terkadang para penumpang bahkan ABK sendiri tidak
menjaganya dengan baik, sehingga sering terdapat tempat sampah yang rusak dan
tempat sampah seperti ini akan menimbulkan bau yang tidak enak bagi penumpang atau
orang yang berada di dalamnya tidak merasa nyaman dan tidak puas dengan kondisi
seperti ini. Selain itu peneliti juga melakukan interview dengan salah satu penumpang
yaitu Ibu Sayedah yang berasal dari Sampit. Beliau mengatakan, Tempat sampah
seperti ini memang sudah semestinya diganti karena ketika sampah sudah menumpuk
bau yang ditimbulkan tidak enak dan penumpang akan terasa kurang nyaman dengan
kondisi seperti ini. Adapun dokumentasi yang diambil dari KM. Binaiya rute Batulicin-
Sampit Jumat 20 Maret 2015 sebagai berikut. Gambar 3. Tempat Sampah KM. Binaiya
Sumber : Data langsung dari KM. Binaiya
9. 9. Tito S., F.X. Adi P. N., Sofyan Poli: Analisa Kebersihan Fasilitas Kapal Terhadap 60
Pembahasan kebersihan fasilitas ruang makan kelas ekonomi Menurut observasi
langsung yang dilakukan oleh peneliti Jumat 20 Maret 2015 di dalam ruang makan kelas
ekonomi ini sering diketahui bahwa, ketika para penumpang mengambil jatah makan
dengan cara beramai-ramai, sehingga ketidaktertiban akan muncul, seperti terjadi
kericuhan. Dengan tidak tertibnya para penumpang ini mengakibatkan jumlah makanan
yang sudah dihitung sesuai jumlah penumpang kelas ekonomi menjadi kurang. Jika tiket
penumpang hilang mereka tidak akan mendapatkan jatah makanan dan harus membeli
dengan harga normal. Selain itu wadah makanan dan isi makanan disesuaikan dengan
kelas para penumpang. Kemudian peneliti juga melakukan interview Jumat 20 Maret
2015 dengan Asisten Manajer Pelayanan Jasa Bapak Firman K. Susanto dan dibantu
dengan Administrasi Officer Bapak Misto, Beliau mengatakan Bahwa ruang makan
kelas ekonomi ini sudah disesuaikan dengan tarif yang telah dibayar oleh para
penumpang, tetapi terkadang para penumpang tidak mematuhi prosedur yang ada, misal
mereka tidak tertib untuk mengantri ketika mangambil jatah makanan, ada juga yang
sudah mendapat jatah makanan minta kembali. Jadi dengan seperti ini penumpang yang
menikmati makanan maupun yang mengambil jatah makanan masih kurang puas dan
perlu pembenahan lagi. Selain itu juga sumber interview berasal dari salah satu
penumpang yaitu Bapak Salikhin berasal dari Lamongan. Menurut beliau, Tempat
makan para penumpang kelas ekonomi masih jauh dari harapan para penumpang,
karena ketika mengambil makanan para penumpang harus berdesakan, bahkan tidak
beraturan sehingga menyebakan tempat makanan rusak. Setelah melakukan observasi
dan interview, peneliti melakukan dokumentasi Jumat 20 Maret 2015 sebagai berikut.
Gambar 4. Ruang Makan Kelas Ekonomi Sumber : Data langsung dari KM. Binaiya
10. 10. 61 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 6, Nomor 1, September
2015 Pembahasan kebersihan fasilitas terhadap tingkat kepuasan penumpang Setelah
peneliti melakukan observasi ternyata masih banyak para pengguna jasa atau
penumpang yang masih tidak puas dengan fasilitas kebersihan yang ada di dalamnya.
Kemudian setelah melakukan observasi peneliti melakukan interview. Dengan sumber
data Asisten Pelayanan Jasa PT. PELNI cabang Surabaya Bapak Firman K. Susanto,
Administrasi Officer PT. PELNI cabang Surabaya Bapak Warno Suwito dan Bapak Misto
serta salah satu penumpang KM. Binaiya rute Batulicin-Sampit yaitu Bapak Yusmawan,
Bapak Sarjono, Ibu Sayedah, Bapak Salikhin. Dari keseluruhan fasilitas kebersihan yang
ada di dalam KM. Binaiya khususnya tempat sampah, ruang makan kelas ekonomi,
ruang tidur kelas ekonomi dan kamar mandi, narasumber menyimpulkan dengan masih
kurangnya kebersihan dan fasilitas ini masih perlu pembenahan agar para penumpang
merasa nyaman dan puas. Dokumentasi menguatkan bukti bahwa masih perlu
banyaknya pembenahan. Dengan melakukan observasi, interview, dan dokumentasi
dapat dikatakan bahwa tingkat kepuasan para penumpang di KM. Binaiya rute Batulicin-
Sampit bulan Maret 2015 tidak puas dengan kebersihan fasilitas khususnya kamar
mandi, tempat sampah, ruang makan kelas ekonomi, dan ruang tidur kelas ekonomi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan analisa
mengenai kebersihan dan fasilitas kapal terhadap tingkat kepuasan penumpang di KM.
Binaiya PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut. Kebersihan fasilitas merupakan elemen terpenting di dalam kapal penumpang,
salah satunya di KM. Binaiya dengan rute Batulicin-Sampit. PT. PELNI sebagai Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) harus memberikan kebersihan fasilitas yang menunjang
para pengguna jasa di kapal milik PT. PELNI. Salah satu kebersihan fasilitas yang harus
menjadi titik utama para penumpang adalah kamar mandi, tempat sampah, ruang makan
dan ruang tidur khususnya untuk para penumpang kelas ekonomi. Pihak PT. PELNI
menyediakan fasilitas yang sudah memenuhi prosedur, tetapi yang menjadi kendala
kebersihan fasilitas tidak layak sehingga para penumpang tidak puas dan tidak nyaman
adalah para penumpang itu sendiri dan para ABK yang tidak mematuhi peraturan, Jadi
kebersihan fasilitas perlu dikelola dan dijaga lebih baik lagi agar dapat terciptanya rasa
nyaman dan puas. Berdasarkan hasil observasi, interview dan dokumentasi langsung,
maka dapat diketahui bahwa kebersihan fasilitas di dalam KM. Binaiya dengan rute
Batulicin-Sampit masih berada di bawah harapan para penumpang. Para penumpang
masih kurang puas terhadap kebersihan fasilitas umum seperti seperti kamar mandi,
tempat sampah, ruang makan kelas ekonomi dan ruang tidur kelas ekonomi. Saran
Saran yang diberikan pada penelitian mengenai kebersihan dan fasilitas kapal terhadap
tingkat kepuasan penumpang di KM. Binaiya PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI),
yaitu Kebersihan fasilitas umum kamar mandi, tempat sampah, ruang makan kelas
ekonomi dan ruang tidur kelas ekonomi yang ada di dalam KM. Binaiya rute Batulicin-
Sampit sangat
11. 11. Tito S., F.X. Adi P. N., Sofyan Poli: Analisa Kebersihan Fasilitas Kapal Terhadap
62 penting umtuk dibenahi dan fasilitas yang sudah tidak layak pakai atau rusak harus
diganti dan dibenahi dengan yang baru, sehingga penumpang akan merasa nyaman
dalam menikmati perjalanan mereka. Kebersihan fasilitas umum seperti, kamar mandi,
tempat sampah, ruang makan kelas ekonomi, dan ruang tidur kelas ekonomi yang
menjadi kendala. Sehingga perlu adanya inspeksi dari pihak PT. PELNI secara rutin dan
perlu adanya petugas khusus untuk mengawasi kebersihan fasilitas tersebut. Kebersihan
fasilitas umum kamar mandi, tempat sampah, ruang makan kelas ekonomi, dan ruang
tidur kelas ekonomi harus ditingkatkan lagi dan menjaga kedisiplinan para penumpang
maupun ABK untuk mempertahankan kualitas terbaik armada PT. PELNI khususnya bagi
KM. Binaiya. DAFTAR PUSTAKA Al Rasyid, Harun. (2000). Teknik Penarikan Sampel
dan Penyusunan Skala. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran. B.
Sandjaja, Albertus Heriyanto. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka
Raya. Damardjati. (1995). Istilah-Istilah Dunia Pariwisata. Jakarta: Pradnya Pramita. J.
Supranto. (2006). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa
Pasar. Jakarta: Rineka Cipta. Kotler. (1997). Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Jakarta :
PT Indeks Gramedia. Kotler. (1997). Marketing Management Edisi 14, Global Edition.
Jakarta: Pearson Prentice Hall. Margono, S. (2000). Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta. Moenir dan Tjiptono. (2004). Total Quality Management.
Yogyakarta: Ekonisia Muninjaya, A. A. G. (2004). ManajemenKesehatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. Nawawi, Hadari. (1983). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Oliver. (2000). Satisfaction: A Behavioral Perspective on The
Consumer Inc. New York: The McGraw-Hill Company. Saepul, Malik. (2013). Arti Penting
Kebersihan dan Hadist Tentang Kebersihan. http://saepulmalik27.blogspot.co
m/2013/04/arti-penting- kebersihan-dan-hadist.html Diakses 09 April 2015. Soekidjo.
(1997). Teori Kebersihan Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2008). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Supranto, J. (2001).
Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta
Tjiptono, Fandy. (1997). Prinsip- prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Ekonisia.
Tjiptono, Fandy. (1996). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Ekonisia. Wijono. (2000). Strategi
Menaklukkan Pasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yamit, Zulian. (2001).
Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia. Yoeti. (1999).
Psikologi Pelayanan Wisata. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai