Evolusi, Teori evolusi, dan Teori Darwin adalah tiga hal yang berbeda meskipun berkaitan
sangat erat. Evolusi dapat dipandang sebagai fakta dan sebagai teori. Sebagai fakta evolusi
adalah perubahan. Teori evolusi menjelaskan mekanisme perubahan itu. Teori Darwin hanyalah
salah satu dari beberapa teori evolusi yang pernah diajukan dan sekarang telah mengalami
penyempurnaan. Menentang teori Darwin belum tentu menentang teori evolusi karena bisa juga
berarti mengajukan teori evolusi lain yang lebih baik dari teori evolusi Darwin. Menentang teori
evolusi seyogyanya dilakukan dengan memberikan penjelasan (teori) lain yang lebih dapat
diterima mengenai berbagai fakta yang selama ini diyakini sebagai bukti evolusi atau fakta yang
selama ini dapat dijelaskan berdasarkan konsep evolusi.
A. FOSIL
Evolusi kuda merupakan salah satu contoh evolusi morfologi. Sejarah evolusi dapat
ditelusuri dari fosil-fosilnya sejak masa Eosen di Amerika Utara dan ditunjang pula oleh
sejumlah kecil fosil dari Eropa dan Asia. Karena kuda mempunyai ciri yang berkelompok,
sejumlah besar fosil ditemukan dari masa ke masa di daerah gurun Nevada di Amerika
Utara. Fosil nenek moyang kuda ditemukan dalam jumlah yang sangat besar dalam lapisan
tanah pada masa eosin di Eropa dan Amerika Utara. Setelah masa itu, fosil kuda sudah
praktis tidak dapat ditemukan di Eropa, tetapi di Amerika Utara berlimpah. Sedangkan di
Asia, Afrika, dan Australia praktis tidak memiliki fosil kuda. Sebagian besar fosil-fosil kuda
ditemukan di Amerika Utara, kecuali Palaeotherium yang hanya terdapat di Eropa. Kemudian
kita menemukan juga fosil-fosil yang berada dalam lapisan yang relative muda di Asia dan
Eropa. Hal ini menunjukkan bahwa Suku Equidae berevolusi di Amerika Utara, meskipun
nenek moyangnya juga berada di Eropa.
Hasil rekonstruksi penemuan fosil kuda oleh Marsh dan Osborn pada evolusi kuda ini
disebabkan oleh perubahan pada lingkungan, misalnya :
1. Perubahan pada jumlah jari dan membesarnya jari disebabkan karena menyesuaikan
diri pada tempat berpijaknya, yang mulanya hutan berawa menjadi padang rumput.
2. Perubahan geraham menjadi tinggi dan bergerigi disebabkan karena menyesuaikan
diri dengan jenis makanannya yang semula buah-buahan lunak menjadi rumput yang
mengandung silica.
3. Leher berubah menjadi panjang dan gerakan makin lincah karena menyesuaikan diri
untuk memperluas pandangan terhadap predator di padang rumput dan dapat
menengok ke segala arah.
Bukti-bukti evolusi
Penemuan fosil sering mebuat pusing penganut evolusi. Hal ini karena fosil makhluk hidup
jarang ditemukan dalam keadaan lengkap penemuan fosil hanya berupa bagian atau beberapa
bagian tubuh makhluk hidup.
Satu-satunya fosil yang paling lengkap ditemukan adalah fosil kuda. Sejarah perkembangan
kuda merupakan contoh yang paling baik untuk menerangkan adanya perubahan-perubahan
bentuk yang berlangsung dari masa ke masa. Fosil dianggap nenek moyang kuda dikenal dengan
nama Hyracoterioum (Eohippus). Hyracoterioum yang ukuran tingginya hanya sekitar 30 cm (sebesar
kancil) juga dianggap sebagai nenek moyang dari badak dan tapir. Kaki depannya mempunyai
empat jari dan dan satu jari rudimen, sedangkan kaki belakangnya mempunyai tiga jari utuh dan
dua jari rudiment. Kuda yang ada sekarang (Equus) hanya mempunyai satu jari utuh dan dua jari
rudiment.
Menurut Iskandar, (2002), Dengan membanding-bandingkan morfologi dari banyak jenis kuda
yang pernah hidup di muka bumi, dapat kita telusuri sejumlah perubahan sebagai berikut :
1. Pertambahan dalam ukuran tubuh: besar, berat, panjang, dan tinggi. Pada kuda ada
pertambahan ukuran dari 30 cm menjadi setinggi 180 cm (kuda masa kini). Dengan
bertambahnya ukuran tubuh, maka lari kuda dapat bertambah cepat (langkah menjadi lebih
panjang), sedangkan predator yang sanggup memangsanya menjadi jauh lebih sedikit.
4. Perubahan fungsi dari berjalan pada telapak atau jari menjadi berjalan pada kuku
Perubahan ini ada kaitannya dengan reduksi jari. Tulang-tulang telapak atau cara berjalan
dengan jari memberikan fleksibiltas kaki yang baik. Namun, hal ini akan menjadi gangguan
karena beban tubuh menjadi jauh lebih berat. Reduksi tulang-tulang telapak dan tulang-
tulang jari akan sangat mengurangi fleksibilitas kaki, tetapi kaki yang terbentuk akan
menjadi jauh lebih kuat untuk menahan berat tubuh. Hanya karena reduksi tersebut, maka
pada kuda terjadi pembesaran jari tengah.
5. Perubahan dari berjalan dengan bantalan telapak menjadi berjalan dengan telapak (kuku).
Pada kuda, akibat berjalan dengan jari, maka jari memerlukan perlindungan. Dalam kasus ini
perlindungan jari diberikan oleh adanya modifikasi pelindung jari, misalnya kuku atau cakar
yang berubah menjadi telapak.
10. Gigi premolar berubah yang berfungsi mengunyah berubah fungsinya menjadi menggiling
seperti geraham, sehingga proses makan dapat lebih efisien. Pada sapi, gigi tidak berevolusi
seperti pada kuda, karena sapi mengalami evolusi pada lambungnya sehingga mempunyai
beberapa lambung.
Evolusi hingga terjadinya kuda aktual diperkirakan melalui tahapan sebagai berikut :
Selain itu juga dikenal sejumlah cabang garis keturunan yang lain, misalnya
Pada masa berikutnya, terjadilah suatu perubahan yang drastic di muka bumi. Akibat
perubahan tersebut, maka jumlah vegetasi sangat berkurang hingga timbullah padang rumput
yang luas. Perubahan demikian menyebabkan banyak kematian, baik pemakan tumbuh-
tumbuhan maupun pemakan daging. Nenek moyang kuda yang sebelumnya sangat sukses juga
mengalami tantangan yang sama, hanya karena keanekaragaman genetiknya yang tinggi dapat
menyelamatkan jenis ini dari kepunahan.
1. Pertambahan ukuran tubuh, akan mengurangi jumlah predator yang dapat memangsanya.
2. Pemanjangan kaki, menyebabkna langkah kaki menjadi lebih panjang dan lebih gesit.
3. Reduksi jari dan tulang telapak, untuk mengurangi terjadinya kecelakaan (misalnya
terkilir) pada waktu berlari.
4. Perubahan dari gigi yang tetap menjadi gigi yang dapat tumbuh, untuk mengimbangi
ausnya gigi karena memakan daun bersilikat.
5. Perubahan gigi dari dari menggigit menjadi mengunyah.
6. Perubahan rahang disesuaikan untuk gigi yang lebih lebar.
7. Pemanjangan tengkorak dan leher, untuk menambah efisiensi perrtukaran oksigen dan
mengurangi gesekan udara waktu berlari.
8. Pemanjangan moncong, untuk mempertajam penciuman sehingga dapat mendeteksi
adanya musuh dari kejauhan.