Anda di halaman 1dari 28

Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

BAB I
PENDAHULUAN

Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita, uretra
mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra juga
penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Uretra pria berbentuk pipa
yang menyerupai alat penyiram bunga.1

Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya
jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih,
mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin
keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak
komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.2

Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian dunia
tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra pada
wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai uretra dapat
menyebabkan striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra, meskipun hal tersebut
jarang terjadi.3

1
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA STRIKTUR URETRA

A. EPIDEMIOLOGI

Salah satu penyebab striktur uretra adalah pemasangan kateter dalam waktu yang
cukup lama. Pola penyakit striktur uretra yang ditemukan di Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung menyebutkan sebagian besar pasien (82%) masuk dengan retensi urin. Penyebab
utama terjadinya striktur adalah manipulasi uretra (44%) dan trauma (33%).5 Salah satu
manipulasi uretra adalah pemasangan kateter Folley. 4

Studi yang dilakukan di India menyebutkan penyebab dari striktur uretra meliputi
trauma pelvis (54%), post-kateterisasi (21,1%), infeksi (15,2%), dan post-instrument (5,6%).
Study ini menunjukkan kesimpulan bahwa etiologi diatas menentukan prognosis dari
penatalaksanaan striktur uretra.4 Studi yang dilakukan oleh Lumen,et all juga mendapatkan
hasil7 sebanyak 45,5% striktur uretra disebabkan iatrogenik yang didalamnya termasuk
reseksi transuretral, kateterisasi uretra, cystoscopy, prostatectomy, brachytherapy, dan
pembedahan hypospadia.5 Penelitian ini menjadi penting mengingat prosedur pemasangan
kateter uretra merupakan prosedur rutin pada penanganan kasus retensi urin akut seperti
benign prostat hiperplasia, adanya bekuan darah, urethritis, kronik obstruksi yang
menyebabkan hidronefrosis, dan dekompresi kantung kemih akibat permasalahan saraf.6

Keteterisasi urin merupakan salah satu tindakan yang membantu eliminasi urin
maupun ketidakmampuan melakukan urinasi. Prosedur pemasangan kateter uretra merupakan
tindakan invasif. Pasien akan dipasangkan sejenis alat yang disebut kateter Dower pada
muara uretra. Dalam melakukan prosedur ini diperlukan keprofesionalan. Banyak pasien
merasa cemas, takut akan rasa nyeri, dan tidak nyaman pada saat dilakukan kataterisasi
uretra. Hasil studi dari Mushhab, 2006 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
lama waktu terpasang kateter dengan tingkat kecemasan pada pasien yang terpasang kateter
uretra. 7

Kejadian striktur uretra telah didokumentasikan sejak 600 tahun sebelum masehi.
Menurut pendapat para ahli, pada abad ke-19 sekitar 15-20% pria dewasapernah mengalami
striktur. Pada abad ke-21 ini diperkirakan di Inggris 16.000 pria dirawat di rumah sakit karena
striktur uretra dan lebih dari 12.000 dari mereka memerlukan operasi dengan biaya 10 juta

2
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

euro. Estimasi prevalensi di inggris sendiri adalah 10/100.000 pada masa dewasa awal dan
meningkat 20/100.000 pada umur 55 sedangkan pada umur 65 tahun menjadi 40/100.000.
Angka ini meningkat terus untuk pasien tua sampai 100/100.000. Hal yang sama juga
dilaporkan di Amerika Serikat.8

Sebuah studi di Nigeria melaporkan pola striktur uretra. Dalam studi ini menyebutkan
delapan puluh empat pasien (83 laki-laki dan 1 perempuan) dengan striktur uretra dilihat
dalam sebuah periode dengan usia rata-rata 43,1 tahun. Trauma bertanggung jawab untuk 60
(72,3%) kasus, dengan kecelakaan lalu lintas sebanyak 29 orang (34,9%), dengan trauma
iatrogenik sebesar 17 (20,5%) dari semua kasus striktur uretra. Pemasangan kateter uretra
bertanggung jawab pada 13 pasien (76,5%) dari kasus iatrogenik. Uretritis purulen
bertanggung jawab untuk 22 (26,5%) kasus. Lima puluh (60,2%) kasus terletak di uretra
anterior sedangkan dua puluh tiga (39,8%) berada di posterior. Lima puluh tujuh pasien
dilakukan urethroplasty dengan kekambuhan 14% dan 8 pasien mengalami dilatasi uretra
dengan kekambuhan 50% pada 1 tahun. 9

B. ANATOMI URETRA

Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli
sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra posterior dibagi
menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior dibagi menjadi
meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam keadaan normal lumen uretra laki-
laki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm maka lumen uretra laki-laki 7,2 mm dan
wanita 9 mm.2,3

3
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

GAMBAR 1 : ANATOMI

1. Uretra bagian anterior

Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai dari
meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior ini berupa tabung yang
lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif
mudah. 2,3

2. Uretra bagian posterior

Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang dikelilingi kelenjar
prostat dinamakan uretra prostatika. Bagian selanjutnya adalah uretra membranasea, yang
memiliki panjang terpendek dari semua bagian uretra, sukar untuk dilatasi dan pada bagian
ini terdapat otot yang membentuk sfingter. Sfingter ini bersifat volunter sehingga kita dapat
menahan kemih dan berhenti pada waku berkemih. Uretra membranacea terdapat dibawah
dan dibelakang simpisis pubis, sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai uretra
membranasea. 2,3

4
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

C. DEFINISI

Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas uretra yang disebabkan
karena jaringan uretra digantikan oleh jaringan ikat. 2

D. ETIOLOGI

Striktur uretra dapat terjadi pada:

1. Infeksi

Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti


infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non
gonorrhoika telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang
sudah jarang akibat pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars
membranasea, walaupun juga terdapat pada tempat lain; infeksi chlamidia sekarang
merupakan penyebab utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
individu yang terinfeksi atau menggunakan kondom.1-3

2. Trauma

Fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea, trauma tumpul
pada selangkangan (straddle injuries) yang mengenai uretra pars bulbosa, dapat
terjadi pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga
jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda pria, trauma langsung pada penis,
instrumentasi transuretra yang kurang hati-hati (iatrogenik) seperti pemasangan
kateter yang kasar, fiksasi kateter yang salah. 1-3

3. Iatrogenik

a. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia

b. Post operasi

Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra,


seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi. 1-3

4. Tumor

5. Kelainan Kongenital,misalnya kongenital meatus stenosis, klep uretra posterior1-3

5
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

Penyebab paling umum dari striktur uretra saat ini adalah traumatik atau iatrogenik.
Penyebab yang lebih jarang ditemui adalah peradangan atau infeksi, keganasan, dan
kongenital. Striktur akibat infeksi biasanya merupakan gejala sekunder dari urethritis
gonococcal, yang masih umum di beberapa populasi berisiko tinggi.10

Penyebab yang paling penting adalah idiopati, reseksi transurethral, kateterisasi


uretra, fraktur panggul dan operasi hipospadia. Penyebab iatrogenik keseluruhan (reseksi
transurethral, kateterisasi uretra, sistoskopi, prostatektomi, operasi brachytherapy dan
hipospadia) adalah 45,5% dari kasus striktur. Pada pasien yang lebih muda dari 45 tahun
penyebab utama adalah idiopati, operasi hipospadia dan fraktur panggul. Pada pasien yang
lebih tua dari 45 tahun penyebab utama adalah reseksi transurethral dan idiopathy. Penyebab
utama penyakit penyempitan multifokal/panurethral adalah kateterisasi uretra anterior,
sedangkan fraktur panggul adalah penyebab utama dari striktur uretra posterior.5

E. PATOFISIOLOGI

Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa
pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri
dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan
berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular.

Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara
epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak
sama dengan semula.

Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra,
sehingga terjadi striktur uretra. 1-3

Segala proses yang melukai lapisan epitelium uretra atau di bagian korpus
spongiosum pada proses penyembuhannnya akan menghasilkan jaringan parut tau scar. Hal
ini akan menyebabkan striktur uretra anterior. Sebagian besar striktur uretra disebabkan oleh
trauma, biasanya stradle trauma. Trauma ini biasanya tidak dirasakan sampai pasien
mengeluh kesulitan BAK yang merupakan tanda dari obstruksi oleh karena striktur atau scar.
Trauma iatrogenik juga dapat menyebabkan striktur uretra. Namun dengan berkembangnya
endoskopi yang kecil dan pembatasan indikasi sistoskopi pada pria membuat kejadian striktur

6
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

uretra lebih sedikit. Jejas pada urethra posterior yang berakibat terjadinya striktur
berhubungan dengan fibrosis periurethral yang luas.11

Striktur akibat radang berhubungan dengan gonorrhea adalah penyebab paling sering
pada masa lalu dan sekarang sangat jarang ditemui. Dengan penanganan antibiotik yang tepat
dan efektif, urethriris gonococcal jarang menjadi striktur uretra. Sampai hari ini belum jelas
hubungan antara uretritis nonspesifik dengan striktur uretra anterior.11

Karakteristik dari striktur adalah perubahan epitel uretra oleh jaringan fibrosa padat
karena tromboflebitis lokal di korpus spongiosum dalam. Epitel itu sendiri biasanya utuh,
meskipun yang abnormal. Patogenesis striktur belum dipelajari secara luas dan studi yang ada
menyebutkan infeksi sebagai penyebab, meskipun telah ada studi pada model binatang yang
mempelajari trauma elektro-koagulasi pada uretra kelinci sebagai model cedera iatrogenik.
Lokasi dari kelenjar uretra berhubungan dengan tempat kejadian infeksi yang berhubungan
dengan striktur yang mengimplikasikannya sebagai penyebab. Namun, satu-satunya studi
tentang patogenesis penyakit striktur menunjukkan bahwa perubahan yang utama adalah
metaplasia epitel uretra dari normal jenisnya pseudo-kolumnar bertingkat pada epitel
skuamosa berlapis. Ini adalah epitel yang rapuh, dan ini cenderung untuk robek saat terjadi
distensi selama berkemih. Robekan tersebut akan membuat lubang di epitel menyebabkan
ekstravasasi urine saat berkemih yang memicu untuk terbentuknya fibrosis subepitel. Pada
penampakan mikroskopis, tempat terjadinya robekan terbentuk fibrosis dan menyatu selama
periode tahun untuk membentuk plak makroskopik, yang kemudian dapat menyempitkan
uretra jika mereka menyatu di sekitar lingkar uretra untuk membentuk sebuah cincin yang
lengkap. Dalam model pembentukan striktur, infeksi bakteri dapat menginduksi metaplasia
skuamosa, dan faktor lainnya dapat berupa bahan kimia, fisik atau biologis.8

7
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

GAMBAR 2 : PATOFISIOLOGI

GAMBAR 3. Anatomi striktur uretra anterior meliputi, dalam banyak kasus, yang
mendasari spongiofibrosis. A, Sebuah lipat, mukosa. B, Iris penyempitan. C, Full-
ketebalan keterlibatan dengan fibrosis minimal dalam jaringan spons. D, Full-
ketebalan spongiofibrosis. E, Peradangan dan fibrosis yang melibatkan jaringan luar
korpus spongiosum. F, striktur kompleks rumit dengan fistula

F. GEJALA KLINIS

Adanya obstruksi saluran kemih bawah akan memberikan sekumpulan gejala yang
populer diistilahkan sebagai LUTS (lower urinary tract symptoms). Patofisiologi LUTS
didasarkan atas 2 kelompok gejala, yaitu :

8
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

1. Voiding symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai akibat kegagalan buli untuk
mengeluarkan sebagian atau seluruh isi kandung kemih, antara lain: weakness of
stream (pancaran kencing melemah), abdominal straining (mengejan), hesitancy
(menunggu saat akan kencing), intermittency (kencing terputus-putus), disuria (nyeri
saat kencing), incomplete emptying (kencing tidak tuntas), terminal dribble ( kencing
menetes).
2. Storage symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai akibat gangguan pengisian
kandung kemih, bias karena iritasi atau karena perubahan kapasitas kandung kemih,
antara lain : frekuensi, urgensi, nocturia, incontinensia (paradoxal), nyeri
suprasimfisis.
3. Miction post symptom; yaitu gejala yang muncul pasca miksi, antara lain tidak
lampias, terminal dribbling, inkontinensia paradoks 1-3

Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan bercabang.
Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria, inkontinensia,
urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak, infiltrat, abses dan
fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urine. 1-3

G. DIAGNOSIS

Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti
striktur uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang striktur serta
derajat penyempitan dari lumen uretra. 1,11

H. PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Fisik

i. Anamnesa:

Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari penyebab
striktur uretra. 1,11

ii. Pemeriksaan fisik dan lokal:

Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra,
infiltrat, abses atau fistula.11,12

9
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

2. Pemeriksaan Penunjang

i. Laboratorium

- Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi

- Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal11,12

ii. Uroflowmetri

Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin.


Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi.
Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25
ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan ada
obstruksi. 11,12

iii. Radiologi

Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan
besarnya penyempitan uretra. Teknik pemeriksaan uretrogram adalah pemeriksaan
radiografi ureter dengan bahan kontras.uretra.

Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan


membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras secara
antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini
panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau
operasi. 11,12

GAMBAR 4. Retrograde urethrogram menunjukkan striktur uretra bulbar

10
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

iv. Instrumentasi

Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan


kateter Foley ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter dengan
ukuran yang lebih kecil sampai dapat masuk ke buli-buli. Apabila dengan kateter
ukuran kecil dapat masuk menandakan adanya penyempitan lumen uretra. 11,12

v. Uretroskopi

Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan


adanya striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong
jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse. 11,12

I. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga
tingkatan:

1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra

2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen uretra

3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra

Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang
dikenal dengan spongiofibrosis. 1-3

GAMBAR 5 : DERAJAT PENYEMPITAN URETRA

11
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

J. PENATALAKSANAAN

Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun.Pasien yang
datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk mengeluarkan
urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotika. Pengobatan
striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang dan lokasi dari striktur, serta
derajat penyempitan lumen uretra.2

Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah:

1. Bougie (Dilatasi)

Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa adanya
glukosa dan protein dalam urin.

Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok merupakan satu batang logam yang
ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang juga terbuat dari logam,
mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit melengkung; bougie filiformis
mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak.

Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan dengan
antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan
cermat dan persiapkan kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam
uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah duk lubang untuk
mengisolasi penis.

Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie
filiformis; biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie filiformis lain
sampai bougie dapat melewati striktur tersebut (Gbr.6A-D). Kemudian lanjutkan dengan
dilatasi menggunakan bougie lurus (Gbr.6E).

12
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau lurus
ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya.2

Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar
tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya
menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang bertugas di pusat
kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk memasukkan bougie. Penyulit dapat
mencakup trauma dengan perdarahan dan bahkan dengan pembentukan jalan yang salah
(false passage). Perkecil kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic
dengan tindakan asepsis dan dengan penggunaan antibiotik.2

GAMBAR 7 : Dilatasi uretra pada pasien pria (lanjutan). Bougie lurus dan bougie
bengkok (F); dilatasi strikur anterior dengan sebuah bougie lurus (G) dilatasi dengan
sebuah bougie bengkok (H-J)

2. Uretrotomi interna

Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang memotong jaringan
sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau elektrokoter.

13
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian distal dari
pendulans uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada wanita dengan
striktur uretra.

Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur uretra
anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm
serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan. Setelah pasien
dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali
selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali seumur hidup. Pada waktu kontrol dilakukan
pemeriksaan uroflowmetri, bila pancaran urinnya < 10 ml/det dilakukan bouginasi.2

3. Uretrotomi eksterna

Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian dilakukan


anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini tidak dapat
dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm.

Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan fibrotik.

Stadium I, daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit jaringan sehat
di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi. Mukosa uretra dijahit ke penis
pendulans dan dipasang kateter selama 5-7 hari.

Stadium II, beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak, dilakukan
pembuatan uretra baru.

4. Uretroplasty dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2 cm
atau dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi Sachse.
Operasi uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya setelah daerah striktur di
eksisi, uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft
atau pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis
dengan menyertakan pembuluh darahnya.2

14
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

K. KOMPLIKASI

1. Trabekulasi, sakulasi dan divertikel

Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot kalau
diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan melemah.
Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal terjadi trabekulasi pada fase
kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi dan divertikel. Perbedaan
antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih di dalam
otot buli sedangkan divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi divertikel buli-buli adalah
tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.2

2. Residu urine

Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak timbul residu.
Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan dimana setelah
kencing masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini tidak
ada.2

3. Refluks vesiko ureteral

Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli melalui
uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka akan
terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter
bahkan sampai ginjal.2

4. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal

Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh
mempertahankan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat
mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan
timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah terkena infeksi.Adanya kuman yang
berkembang biak di buli-buli dan timbul refluks, maka akan timbul pyelonefritis akut
maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.2

5. Infiltrat urine, abses dan fistulasi

Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa timbul
inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine yang terinfeksi keluar
dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak diobati infiltrat

15
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

urine akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di supra pubis atau uretra proksimal dari
striktur.2

L. HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER URETRA DENGAN STRIKTUR


URETRA

Kunci penting permasalahan striktur uretra adalah terbentuknya jaringan parut atau
scar di dalam lumen uretra. Terbentuknya jaringan parut ini adalah sebuah proses imun tubuh
guna memperbaiki kerusakan yang dialami oleh tubuh. Setidaknya terdapat dua hal yang
menyebabkan terbentuknya jaringan parut, yakni proses inflamasi dan infeksi. Pada beberapa
studi juga menyebutkan sistem saraf berperan pada terjadinya striktur uretra, namun
penelitian itu hanya dilakukan pada tikus percobaan.6

Inflamasi pada striktur uretra. Studi pada penggunaan kateter uretra Batch
menyebutkan keterkaitan pembentukan striktur selama penggunaan dengan peradangan akut
dan kronis yang ditandai setelah implantasi subkutan pada tikus. Tingkat peradangan tidak
berkorelasi dengan kekasaran permukaan kateter yang dinilai dari pemindaian mikroskop
elektron, tetapi menunjukkan hubungan yang sangat baik dengan efek sitotoksik ekstrak yang
larut dari kateter pada makrofag dalam kultur jaringan. Temuan menunjukkan bahwa
pembentukan striktur dapat diinduksi oleh zat kimia dan tidak mungkin berhubungan dengan
kekasaran permukaan kateter. Walaupun belum jelas bagaimana zat kimia dapat
menyebabkan striktur, namun diperkirakan berperan penting adalah proses imunitas berupa
inflamasi lokal yang terjadi di lumen uretra.13

Beberapa faktor etiologi dimana kateter dapat menyebabkan striktur uretra telah
didiskusikan. Beberapa tahun terakhir banyak perhatian bahan kateter, terutama lateks, dan
perannya dalam pembentukan striktur. Kateter uretra terbuat dari berbagai bahan
dikombinasikan dengan bahan kimia yang berbeda. Tampaknya seolah-olah zat kimia dapat
larut dari bahan kateter sehingga menyebabkan reaksi inflamasi. Menggunakan teknik kultur
sel dan model hewan yang diimplantasi dari bahan kateter ke dalam uretra. Studi tersebut
menilai sitotoksisitas secara in vitro (IC50) dan reaksi inflamasi in vivo dari bahan kateter
yang berbeda. Studi ini menegaskan bahwa terutama bahan lateks tidak memiliki efek
sitotoksik dan tidak menyebabkan peradangan yang cukup di mukosa uretra. Dengan melapisi
kateter dengan perak, sitotoksisitas bisa dikurangi secara signifikan dibandingkan dengan

16
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

lateks murni dengan kateter lateks yang dilapisi hidrogel. Beberapa studi telah menunjukkan
efek sitotoksik dari bahan kateter, menunjukkan bahwa efek ini mungkin penting dalam
peradangan uretra. Namun, mekanisme yang tepat di balik fenomena ini tidak diketahui.16
Dalam upaya untuk menjelaskan reaksi inflamasi dalam uretra sekunder ke kateter, penelitian
selanjutnya mengarah pada pengaruh sistem saraf pada peradangan uretra. Hasilnya
menunjukkan bahwa suatu bagian penting dalam peradangan yang disebabkan kateter
dimainkan oleh reaksi neurogenik.6

Kateter yang menjadi keras atau berkerak dan infeksi adalah kerugian pada
pemasangan kateter jangka panjang. Dalam sebuah penelitian, 77 pasien laki-laki dilakukan
pemasangan kateter secara acak dengan menggunakan 1 dari 3 jenis kateter: 22 kateter
silikon lateks, 28 kateter lateks dilapisisi hidrogel, dan 27 kateter silikon penuh. Durasi
pemasangan kateter rata-rata adalah 2,2 hari. Reaksi inflamasi uretra dinilai dari spesimen
usap sitologi uretra. Kerak kateter dipelajari dengan menggunakan analisis scanning elektron
mikroskopis (SEM) . Kateter silikon penuh menginduksi peradangan derajat paling ringan di
uretra, persentase rata-rata sel-sel inflamasi dalam apusan adalah 20%. Pada kelompok yang
memakai kateter lateks nilai hapusannya adalah 36%. Baik usia pasien maupun durasi
kateterisasi memiliki efek pada reaksi inflamasi, yang lebih ditandai pada pasien dengan
kelainan hemodinamik. Kateter yang dilapisi hidrogel efektif mencegah kerak, sedangkan
kateter lateks yang dilapisi silikon kurang efektif mencegah timbulnya kerak pada permukaan
kateter. Reaksi inflamasi bervariasi pada semua pasien.14

Infeksi pada striktur uretra. Kateter terkait infeksi saluran kemih tetap menjadi salah
satu jenis infeksi yang paling umum yang didapat di rumah sakit. Kemajuan lebih lanjut
dalam pencegahan memerlukan pemahaman yang lebih baik dari patogenesis. Bakteri dapat
masuk ke kandung kemih melalui kontaminasi ujung kateter pada saat pemasangan dengan
flora dari uretra distal atau dari bakteri naik dari luar ke bagian dalam kateter. Urin sisa pada
kandung kemih pasien yang terpasang kateter meningkatkan risiko bakteriuria. Selama proses
infeksi, bakteri perlu lebih dahulu menempel dengan sel-sel epitel saluran kemih dan atau
permukaan dari kateter. Mereka kemudian akan berkembang menjadi biofilm pada
permukaan kateter dan tahan terhadap sistem kekebalan tubuh dan antibiotik. Kateter sendiri
dapat menyebabkan kerusakan fisik langsung ke epitel kandung kemih, kateter mungkin
beracun dan juga menyebabkan peradangan. Bakteri juga dapat merusak epitel dan
menyebabkan peradangan dan kombinasi dari keduanya mungkin sinergis dalam timbulnya

17
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

gejala pada pasien.20 Pada saat peradangan tersebut sembuh dengan terbentuknya jaringan
fibrosa, jika mengurangi luas lumen uretra, akan terjadilah striktur uretra. 14

Terbentuknya biofilm pada pemasangan kateter juga menjadi pemicu infeksi pada
uretra. Di saluran kemih, dikenal biofilm terkait infeksi termasuk prostatitis, sistitis kronis,
urolitiasis struvite, dan kateter terkait infeksi. Biofilm melindungi organisme penyebab dari
sistem pertahanan tubuh dan terapi antimikroba. Pembentukan biofilm secara tradisional telah
dianggap hasil dari adhesi dan pembentukan kapsul oleh mikroorganisme. Biofilm ini akan
membuat lingkungan yang baik untuk bakteri melakukan invasi dan proliferasi di lapisan
epitel uretra. 15

M. PENCEGAHAN

- Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis

- Tindakan transuretra dengan hati-hati, seperti pada pemasangan kateter

- Menghindari kontak langsung dengan penderita yang terinfeksi penyakit menular


seksual seperti gonorrhea, dengan jalan setia pada satu pasangan dan memakai
kondom

- Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti infeksi dan
gagal ginjal2

Melihat beberapa faktor yang telah dijelaskan diatas, terdapat solusi untuk mencegah
terjadinya striktur uretra atau paling tidak menurunkan angka morbiditasnya, terutama akibat
pemasangan kateter uretra. Salah satunya yang paling mudah adalah melakukan program
pendidikan kepada tenaga medis. Sebuah studi yang mencoba melakukan intervensi kepada
kelompok sampel guna mencegah terjadinya striktur uretra. Studi ini dilakukan selama 13
bulan. Pada bualan ke-1 sampai ke-6 injuri yang diakibatkan oleh kateter dicatat dan
dianalisis. Pada bulan ke-7, dilakukan program pendidikan bagi tenaga medis mengenai
anatomi dasar urologi, teknik pemasangan kateter uretra, dan kateter yang aman. Bulan ke-8
sampai ke-13 dilihat insiden injuri terkait kateter. Data sebelum intervensi dan sesudah
kemudian dibandingkan. Didapatkan hasil bahwa sebelum intervensi injuri terjadi dengan
insiden 3,2/1000 pasien dengan 1 pasien yang mengalami striktur uretra yang berulang.
Setelah dilakukan intervensi didapatkan data bahwa inseden terjadinya injuri berkurang
menjadi 0,7/1000 pasien (p=0,006) dan tidak didapatkan striktur uretra. Ini menunjukkan
18
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

injuri iatrogenik pada pemasangan kateter dapat dicegah sehingga angka morbiditas pasien di
rumah sakit turun. 16

Infeksi sebagai salah satu pencetus terjadinya striktur juga dapat dicegah. Pencegahan
dapat diawali dengan sebuah sistem dimana tenaga medis yang melakukan kateterisasi
diingatkan bahwa kateter masih terpasang dan bila tidak diperlukan dapat dilepas. Selain itu
tenaga medis diingatkan untuk mengganti kateter yang telah terpasang pada interval tertentu
dan bila tenaga medis itu bukan dokter dapat menggantinya tanpa persetujuan dokter. Pada
sebuah studi metanalisa mendapatkan hasil dengan dilakukan intervensi angka kejadian
infeksi saluran kencing terkait kateter berkurang sebesar 52% (P=0,001). Secara keseluruhan
durasi pemasangan kateter berkurang 37%, 2,61 hari lebih sedikit pada pasien dengan
intervensi. Sedangkan pada studi dengan intervensi penggantian kateter tidak ditemukan
perbedaan sebelum dan sesudah intervensi. 23 Bahan kateter juga dijadikan pertimbangan.
Kateter yang dilapisi silver mengurangi angka kejadian infeksi terkait kateter. Dengan
berkurangnya durasi kateterisasi dan angka kejadian infeksi saluran kemih terkait kateter
maka kemungkinan pasien menjadi striktur uretra juga berkurang.17

Pada guideline eropa dan asia menyebukan langkah-langkah untuk mencegah infeksi
terkait kateter. Langkah-langkah tersebut adalah (1) sistem kateter harus tetap tertutup, (2)
durasi pemasangan kateter haruslah seminimal mungkin, (3) antiseptik atau antibiotik topical
pada kateter, uretra, atau meatus tidak direkomendasikan, (4) walaupun keuntungan
profilaksis antibiotik dan antiseptik telah terbukti, tidak direkomendasikan, (5) pelepasan
kateter sebelum tengah malam setelah prosedur operasi non-urologi mungkin bermakna, (6)
pada pemasangan jangka panjang sebaiknya kateter diganti secara teratur, walaupun belum
ada bukti ilmiah interval penggantian kateter, dan (7) terapi antibiotik kronis tidak
disarankan.18

Tidak ada konsensus mengenai waktu kapan penggantian kateter rutin harus
dilakukan. Hal ini dapat dilihat pada instruksi pabrik. Periode yang lebih pendek mungkin
diperlukan jika ada kerusakan atau kebocoran kateter. Secara umum, pemakaian jangka
panjang kateter harus diganti sebelum terjadi penyumbatan. Waktu untuk melakukan
penggantian berbeda dari satu pasien ke pasien lain. 17

Berbagai macam tindakan medis dapat menyebabkan striktur uretra, salah satunya
adalah internal urethrotomy. Striktur dapat dicegah dengan melakukan kateterisasi sendiri

19
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

secara periodik. Pasien diminta melakukan kateterisasi sendiri secara berkala setiap hari atau
tiap seminggu sekali. Studi menyebutkan, dengan melakukan ini secara signifikan (P<0,01)
striktur uretra berulang lebih sedikit pada tahun pertama post-operasi. Tidak terdapat
komplikasi yang tercatat pada studi ini. Mitomycin C disebut dapat mencegah striktur uretra
pula. Mitomycin C memiliki sifat antifibroblast dan anticollagen dan dalam laporan pada
hewan disebutkan mampu meningkatkan tingkat keberhasilan trabeculectomy dan
miringotomi. Dengan menyuntikkan mitomycin C pada submukosa uretra pada saat internal
urethrotomy didapatkan penurunan striktur uretra berulang (p=0,006).29 Penggunaan alat
seperti sumpit yang terbuat dari baja telah dilaporkan di Cina. Metode ini merupakan metode
dimana pasien melakukan dilatasi uretra sendiri. Pemakaian sumpit ini dilakukan setelah
dilakukan urethrotomy dengan ukuran 18 French. Seberapa dalam penggunaan sumpit ini
ditentukan oleh lokasi striktur. Tidak ada striktur uretra berulang yang dilaporkan pada
laporan ini.19

Beberapa tindakan dapat dilakukan untuk mencegah trauma uretra iatrogenik.


Rekomendasi yang diberikan eropa adalah mencegah kateterisasi yang beresiko trauma,
durasi pemasangan kateter dilakukan seminimal mungkin, dan pada saat melakukan operasi
abdomen atau pelvis harus dilakukan dengan kateter uretra terpasang sebagai struktur
protektif.20

N. PROGNOSIS

Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah dilakukan
observasi selama satu tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.2

Striktura uretra seringkali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani


pemeriksaan/kontrol secara teratur minimal sampai 1 tahun setelah operasi dan tidaka
menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.

Setiap kontrol dilakukan pemeriksaan pancaran urine yang langsung dilihat oleh
dokter atau menggunakan rekaman uroflowmetri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
tiap control adalah sebagai berikut.

20
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

1. Dilatasi berkala dengan menggunakan busi

2. CIC (clean intermitten catheterization) atau kateterisasi bersih mandiri berkala


yaitu pasien dianjurkan untuk melakukan kateterisasi secara periodik pada waktu
tertentu dengan kateter yang bersih( tidak perlu steril) guna mencegah kekambuhan
striktura.2

O. STRIKTUR URETRA PADA WANITA

Etiologi striktur pada wanita berbeda dengan laki-laki, etiologi striktura uretra pada
wanita radang kronis. Biasanya di derita wanita usia diatas 40 tahun dengan sindroma sistitis
berulang yaitu disuria, frekuensi dan urgensi.

Diagnosis striktur uretra dibuat dengan bougie aboule, tanda khas dari pemeriksaan
bougie aboule adalah pada waktu dilepas terdapat flik/hambatan.

Pengobatan dari striktura uretra pada wanita dengan dilatasi, kalo gagal dengan otis
uretrotomi.2

21
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA STENOSIS MEATUS URETRA

A. PENDAHULUAN

Gangguan genital yang sering ditemui di praktek dokter .Stenosis meatus adalah suatu
kondisi yang diperoleh relatif umum terjadi di 9% -10% dari laki-laki yang disirkumsisi..
Gangguan ini ditandai oleh pancaran urin yang dibelokkan ke atas, sulit memulai kencing
dan, disuria dangan gangguan urgensi dan frekuensi berkembih yang meningkat.1

B. EPIDEMIOLOGI

Stenosis meatus berkisar 9% -10% dari laki-laki yang disirkumsisi. Dalam sebuah
penelitian prospektif anak laki-laki yang disunat, Van Howe (2006) menemukan stenosis
meatus pada 24 dari 239 (7,29%) anak usia 3 tahun, membuat stenosis meatus merupakan
komplikasi yang paling umum dari sirkuumsisi. Stenosis meatus tidak membawa risiko
kematian. Morbiditas terbatas pada gejala klinis dan komplikasi bedah,termasuk perdarahan,
infeksi, dan kambuh. Stenosis meatus tidak memiliki predileksi pada ras dan suku tertentu.
Anak-anak yang tidak terlatih toilet lebih cenderung untuk memperoleh stenosis meatus
setelah sunat karena paparan dari urin terhadap mukosa meatus dalam popok. Kebanyakan
anak-anak yang toilet trained dapat verbalisasi kesulitan mereka selama berkemih kepada
pengasuh mereka. Stenosis meatus hanya terjadi pada laki-laki.1,12

C. ETIOLOGI

Pada anak yang disirkumsisi, paparan terus-menerus dari urin terhadap meatus dan
trauma mekanis ujung distal glans terhadap hasil popok basah (dermatitis amonia)
mengakibatkan hilangnya epitel meatus, dan fusi dari tepi ventral nya. Hal ini menghasilkan
lubang pinpoint di ujung glans. 1,12

22
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

Penyebab lain stenosis meatus meliputi:

Kegagalan operasi hipospadia


trauma
kateterisasi berkepanjangan
Balanitis xerotica obliterans1,12

Balanitis xerotica obliterans (BXO), yang merupakan kondisi abnormal glans penis yang
menyebabkan perubahan warna keputihan dan penampilan kering glans yang akhirnya dapat
menyebabkan stenosis meatus. Serangkaian penelitianretrospektif 10 tahun di Rumah Sakit
Anak Boston termasuk 41 pasien dengan usia rata-rata 10,6 tahun. Delapan puluh lima persen
dari pasien berusia 8-13 tahun. Proses penyakit ditemukan melibatkan preputium, kelenjar,
dan, kadang-kadang uretra. Diagnosis rujukan yang paling umum termasuk phimosis (52%),
balanitis (13%), dan buried penis (10%). Pada 46% pasien, sunat adalah kuratif. Dua puluh
tujuh persen (11 pasien) memiliki keterlibatan meatus yang dirawat oleh meatotomy dan
meatoplasty, dan 22% diperlukan prosedur plastik luas penis, termasuk cangkok mukosa
bukal. Pada anak-anak dengan BXO, stenosis meatus tampaknya cukup umum. Meskipun
BXO sulit untuk diobati, meatotomy menghasilkan hasil yang baik pada pasien dengan
BXO.1,12

D. PATOFISIOLOGI

Setelah disirkumsisi, meatus atau muara akhir saluran kemih anak yang tidak terlatih
ke kamar mandi terus-menerus akan terpapar terhadap urin, yang lama kelamaan
mengakibatkan peradangan (dermatitis amonia) dan trauma mekanik akibat meatus
menggosok terhadap popok basah. Hal ini menyebabkan hilangnya lapisan epitel halus uretra
distal. Kehilangan lapisan epitel ini dapat mengakibatkan perlekatan kembali dari lapisan
epitel di sisi ventral oleh jaringan ikat (jaringan fibrotik) akibat dari terputus nya jembatan
susunan jaringan epitel tersebut, meninggalkan lubang pinpoint di ujung glans. Karena
kondisi ini sangat jarang terjadi pada anak-anak tidak disirkumsisi, sirkumsisi diyakini
menjadi faktor penyebab yang paling penting terjadinya stenosis meatus.

Penyebab hipotetis lain dari kondisi ini adalah iskemia akibat kerusakan arteri
frenular selama srikumsisi sehingga suplai darah yang kurang ke bagian distal glans penis

23
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

sehingga menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan akhir nya menyebabkan stenosis
meatus. 1,12

E. GEJALA KLINIS

Riwayat pasien mungkin termasuk yang berikut:

Gangguan pancaran urin (dibelokkan ke atas), peningkatan kecepatan aliran urin


Disuria
Perlu untuk berdiri kembali atau duduk saat buang air kecil
Nyeri terbakar pada meatus
Bercak darah di celana
Gangguan pengosongan kandung kemih (urgensi, prolonged dan frekuency
incontinence) 1,12

F. PEMERIKSAAN FISIK

Stenosis meatus dapat dicurigai berdasarkan pada pemeriksaan inpeksi terdapat


meatus yang lebih kecil dari normal, terutama jika, dengan traksi lateral, tepi ventral meatus
muncul menyatu.Pengamatan anak saat berkemih sangat membantu dalam
mengkonfirmasikan diagnosis dari gangguan.

Jika dokter keinginan untuk mengkalibrasi meatus, Litvak et al melaporkan bahwa


meatus pada anak berusia kurang dari 1 tahun akan menerima 5F selang dilumasi. Mereka
juga melaporkan bahwa, pada anak usia 1-6 tahun, sebuah tabung pengisi 8F harus lolos
tanpa kesulitan. 1,12

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Stenosis meatus tidak menyebabkan infeksi saluran kemih, hidronefrosis, atau segala
bentuk obstruksi saluran kemih bagian bawah. Untuk alasan ini, tidak ada investigasi lebih
lanjut diperlukan urologis. Jika diagnosis dipertanyakan, mengamati kekosongan anak,

24
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

dengan perhatian khusus pada kekuatan aliran (meningkat), kaliber aliran (menurun), dan
durasi episode berkemih (biasanya berkepanjangan), sangat membantu. Jika gangguan
eliminasi tersangka, urodynamics non-invasif seperti uroflowmetri dengan elektromiografi
(pad elektroda) dan pengukuran kapasitas kandung kemih dan residu urin setelah berkemih
bisa ditunjukkan. Jika suspek infeksi, urinalisis bisa dilakukan. 1,12

H. PENATALAKSANAAN

Meatotomy adalah pengobatan definitif untuk stenosis meatus. Meatotomy adalah


prosedur sederhana di mana ventrum dari meatus dihancurkan (untuk hemostasis) selama 60
detik dengan mosquito hemostat lurus dan kemudian disisihkan dengan gunting khusus

Brown et al melaporkan hasil yang sangat baik pada 130 meatotomi dengan hanya 2
rekurensi stenosis meatus dan 1 pasien dengan perdarahan yang membutuhkan jahitan. Hal
ini juga berkait efektivitas biaya pengobatan ini dan mencatat toleransi pasien yang baik
ketika pendekatan informed conscent digunakan untuk meyakinkan anak sebelum dan selama
prosedur. Sepanjang prosedur ini, orang tua didorong untuk tetap bersama anak-anak selama
operasi, karena kehadiran mereka tampaknya memiliki efek menenangkan.

Jika pengasuh dan pasien yang kooperatif, prosedur ini dapat dilakukan di praktek
dokter menggunakan anestesi topikal lokal dioleskan secara bebas dan menyeluruh pada
seluruh permukaan glans penis yang ditutup menggunakan kassa dan dibiarkan obatnya
bekerja selama setidaknya satu jam. Setelah satu jam, kassan tadi dibuang dan penis
disiapkan dan dibungkus menjadi bidang steril. Sepanjanng prosedur ini, yakinkan anak dan
katakan padanya apa yang akan dilakukan. Dengan salah satu pisau hemostat langsung
diletakkan ke meatus dan menghancurkan ventrum dari meatus (sekitar 3 mm) dengan
menutup hemostat tersebut. Ini memberikan hemostasis yang adekuat dalam kebanyakan
kasus. Pisahkan daerah yang telah hancur dengan gunting khusus dan dioleskan salep
antibiotik. Setelah operasi, sangat penting bahwa pengasuh memisahkan tepi meatus dan
oleskan salep antibiotik dua kali sehari selama 2 minggu dan kemudian sekali sehari selama 2
minggu untuk mencegah satu sisi meatotomy dari menempel ke sisi yang lain. Bisa juga
dengan melakukan pelebaran menggunakan kateter atau ujung tabung salep mata selama 4-8
minggu. Disuria ringan mungkin hadir selama 1-2 hari setelah meatotomy. Jika hasil disuria
pada retensi urin, menempatkan anak dalam bak air hangat dapat merangsang berkemih. 1,12
25
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

I. PENCEGAHAN

Setelah meatotomy, menginstruksikan pengasuh untuk anak berpakaian celana dalam


longgar selama 24 jam. Batasi aktivitas, seperti olahraga, naik sepeda, dan kegiatan bermain,
selama 3-4 hari. 1,12

J. KOMPLIKASI

Komplikasi termasuk perdarahan selama atau setelah meatotomy, infeksi, dan


rekurensi. Semua komplikasi ini cukup jarang dan dapat ditangani denganmanajemen yang
tepat. Disuria ringan dapat bertahan selama 1-2 hari. Menempatkan anak dalam bak air
hangat dapat membantu. 1,12

K. PROGNOSIS

Prognosis sangat baik. Meatotomy menyembuhkan gejala kebanyakan pasien. 1,12

26
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

BAB IV

PENUTUP

Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat jaringan parut. Striktur uretra
merujuk pada penyakit uretra anterior, atau proses yang melibatkan jaringan parut pada
jaringan korpus spongiosum (spongiofibrosis). Striktur diawali dengan trauma pada lumen
uretra yang diikuti proses penyembuhan dan kontaksi bekas luka tersebut mengurangi ukuran
lumen uretra. Gangguan genital yang sering ditemui di praktek dokter .Stenosis meatus
adalah suatu kondisi yang diperoleh relatif umum terjadi di 9% -10% dari laki-laki yang
disirkumsisi.. Gangguan ini ditandai oleh pancaran urin yang dibelokkan ke atas, sulit
memulai kencing dan, disuria dangan gangguan urgensi dan frekuensi berkembih yang
meningkat.

Kateterisasi uretra merupakan tindakan invasif yang wajib dikuasai dokter umum
maupun tenaga medis yang lain. Pemasangan kateter haruslah dilakukan dengan langkah-
langkah yang benar. Pemasangan kateter uretra adalah tindakan pertama kali yang dilakukan
pada pasien dengan retensi urin akut. Sebagai tindakan invasif, pemasangan kateter ini tentu
memiliki resiko. Salah satunya adalah terjadinya striktur uretra.

Faktor-faktor yang menghubungkan pemasangan kateter uretra dengan striktur uretra


adalah proses inflamasi dan infeksi. Patogenesis terperinci mengenai infeksi menyebabkan
striktur uretra belum jelas. Namun kebaradaan infeksi pada lumen uretra tentu akan berlanjut
pada proses penyembuhan, yaitu inflamasi. Jaringan fibrosa yang dihasilkan pada proses
inflamasi bertanggung jawab terhadap terjadinya striktur uretra.

Striktur uretra yang disebabkan tindakan iatrogenik dapat dicegah, khususnya pada
pemasangan kateter. Guideline yang ada telah memberikan arahan bagaimana mencegah
striktur uretra dengan pendekatan dua faktor diatas. Pencegahan dapat berupa dari yang
paling mudah adalah mengingatkan tenaga medis tentang pemasangan kateter sampai
penggunaan kateter yang terbuat dari bahan tertentu. Institusi dapat membuat peraturan
dimana akan mengingatkan tenaga medis bahwa kateter masih terpasang dan bila tidak
diperlukan dapat dilepas. Selain itu tenaga medis diingatkan untuk mengganti kateter yang

27
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013

telah terpasang pada interval tertentu dan bila tenaga medis itu bukan dokter dapat
menggantinya tanpa persetujuan dokter. Pasien dengan resiko tinggi terjadi infeksi sebaiknya
menggunakan kateter yang dilapisi silver.

Meatotomy adalah pengobatan definitif untuk stenosis meatus. Meatotomy adalah


prosedur sederhana di mana ventrum dari meatus dihancurkan (untuk hemostasis) selama 60
detik dengan mosquito hemostat lurus dan kemudian disisihkan dengan gunting khusus.

28

Anda mungkin juga menyukai