Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan
tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan
tinggi ke tempat yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki
suhu/temperature rendah ke wilayah bersuhu tinggi.

II.2 Proses Terjadinya Angin


Penyinaran atau radiasi matahari yang diterima oleh permukaan
bumi akan berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Perbedaan
tersebut akan berakibat pada perbedaan suhu udara. Daerah yang
menerima lebih banyak penyinaran matahari, akan memiliki suhu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Pada daerah ini, udara
bergerak mengembang atau memuai sehinga tekanan udaranya rendah.
Pada daerah yang suhu udaranya lebih rendah, tekanan udaranya lebih
tinggi. Perbedaan tekanan udara ini akan mengakibatkan terjadinya
gerakan udara dari daerah yang tekanan udaranya lebih tinggi ke daerah
yang tekanan udaranya lebih rendah atau disebut angin.

Di daerah khatulistiwa, udaranya menjadi panas mengembang dan


menjadi ringan, naik keatas dan bergerak ke daerah yang lebih dingin.
Sebaliknya daerah kutub yang dingin, udaranya menjadi berat dan turun ke
bawah. Dengan demikian terjadi suatu perputaran udara berupa
perpindahan udara dari kutub utara ke garis khatulistiwa menyusuri
permukaan bumi dan sebaliknya suatu perpindahan udara dari garis
khatulistiwa kembali ke kutub utara melalui lapisan udara yang lebih
tinggi.

3
4

Gambar 1 Skema Terjadinya Angin


(sumber : Buku. Energi. 1995)
Di siang hari udara di atas lautan relatif lebih dingin daripada
daratan. Sinar matahari menguapkan air lautan dan diserap lautan.
Penguapan dan absorsi sinar matahari di daratan kurang sehingga udara di
atas daratan lebih panas. Dengan demikian udara di atas mengembang,jadi
ringan dan naik ke atas. Udara dingin yang lebih berat turun mengisi
kekurangan udara di daratan, maka terjadilah aliran udara yang disebut
angin dari lautan ke daratan tepi pantai. Di malam hari peristiwa yang
sebaliknya terjadi, angin di permukaan laut mengalir dari pantai ke tengah
lautan dan peristiwa inilah yang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk
mencari ikan di lautan. Angin di lereng gunung juga terjadi demikian.
Pada sekitar puncak pegunungan lebih dulu panas dibandingkan dengan
daerah lembah. Karena perbedaan panas ini sehingga menimbulkan
perbedaan tekanan yang akhirnya timbul angin biasa yang disebut angin
lembah dan angin gunung.
5

II.3 Jenis-Jenis Angin


Angin laut dan Angin Darat

Gambar 2 Angin Darat dan Angin Laut


(sumber : http://www.softilmu.com. 2013, diakses 4 Maret 2017)

a. Angin Laut
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat
yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan
pukul 16.00. Angin ini bisa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari
menangkap ikan di laut.

b.Angin Darat
Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut,
yang pada umumnya terjadi saat malam hari, dari jam 20.00 sampai
dengan 06.00.

Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat


mencari ikan dengan perahi bertenaga angin sederhana.

Angin Pasat
Angin pasat Adalah angin yang berhembus tetap sepanjang tahun
dan bergerak dari daerah yang bertekanan maksimum (subtropik) ke
daerah bertekanan minimum (ekuator).
6

Angin Lembah dan Angin Gunung

Gambar 3 Angin Lembah dan Angin Gunung


(sumber : http://www.softilmu.com. 2013, diakses 4 Maret 2017)

a.Angin Lembah
Angin Lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke
puncak gunung dan biasa terjadi pada siang hari.
b.Angin Gunung
Angin Gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke
lembah gunung dan terjadi pada malam hari.

Angin Fohn

Gambar 4 Angin Fohn


(sumber : http://www.softilmu.com. 2013, diakses 4 Maret 2017)
7

Angin Fohn (Angin Jatuh) adalah angin yang terjadi akibat hujan
yang tidak merata. Angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan
temperatur yang berbeda.
Angin Fohn terjadi karena adanya gerakan massa udara yang naik
pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter , naik di satu sisi lalu
turun di sisi lain. Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat
panas dan kering , karena uap air sudah di buang pada saat hujan.
Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan
korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang
terkena angin ini bisa turun daya tahan tubunya terhadap serangan
penyakit.

Angin Muson

Gambar 5 Angin Muson


(sumber : http://www.softilmu.com. 2013, diakses 4 Maret 2017)

Angin muson atau biasanya disebut dengan angin musim adalah


angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara
periode yang satu dengan periode yang lain polanya akan berlawan yang
berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun.
8

Angin Muson terbagi atas dua macam,yaitu :


a. Angin Muson Barat

Angin Musim/Muson Barat adalah angin yang mengalir dari benua


Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan mengandung
curah hujan yang banyak di Indonesia bagian barat, hal ini disebabkan
karena angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra.
Contoh perairan dan samudra yang dilewati adalah Laut China Selatan dan
Samudra Hindia. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami
musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, Januari dan
Februari, dan maksimal pada bulan Januari dengan Kecepatan Minimum 3
m/s.

b. Angin Muson Timur


Angin Musim/Muson Timur adalah angin yang mengalir dari
Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas) sedikit
curah hujan (kemarau) di Indonesia bagian timur karena angin melewati
celah-celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan
Victoria). Ini yang menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau.
Terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.

II.4 Energi Angin

Energi angin tersedia dalam jumlah tidak terbatas, selama bumi


masih memiliki cadangan udara. Energi tersebut dihasilkan oleh angin
yang menggerakkan kincir angin ukuran raksasa. Biasanya kincir angin
sebagai penghasil energi diletakkan pada wilayah tertentu dengan tingkat
intensitas angin yang tinggi.
Untuk menggerakan blade / baling-baling agar bisa berputar saja
harus memiliki kecepatan angin 2 meter/detik dan untuk menghasilkan
listrik yang stabil sesuai kapasitas generatornya rata-rata 6 s/d 10
meter/detik.
Pembangkit ini bisa digunakan untuk skala kecil, menengah dan
besar. Daerah yang cocok digunakan pembangkit ini adalah daerah pantai,
pesisir, pegunungan.
9

Perangkat pembangkit dari angin juga jauh lebih murah


dibandingkan perangkat pembangkit dari energi matahari. Padahal jumlah
energi yang dihasilkan oleh 1.000 buah sel fotovoltaik relatif setara dengan
belasan kincir angin. Bahkan sejumlah sistem kincir angin yang dipasang
di Denmark mampu menghasilkan energi hingga 3.000 megawatt atau
sekitar 20 persen kebutuhan energi listrik di seluruh Eropa.
Potensi energi angin untuk kebutuhan energi masa depan sangat
menjanjikan. Ketika sel fotovoltaik tidak mendapatkan sinar matahari,
maka pasokan listrik akan terhambat, sedangkan kincir angin relatif stabil
pada semua cuaca karena tidak membutuhkan sinar matahari untuk
menghasilkan energi. Hal itu membuat kincir angin unggul satu langkah di
depan sel fotovoltaik dalam menghasilkan energi.

II.5 Sejarah Energi Angin


Energi angin telah lama dikenal dan dimanfaatkan manusia. Sejak
zaman dahulu, orang telah memanfaatkan energi angin lebih dari 5.000
tahun yang lalu, orang Mesir kuno menggunakan angin untuk berlayar
dengan kapal di Sungai Nil. Kemudian, orang-orang membangun kincir
angin untuk menggiling gandum dan biji-bijian lainnya. Naskah tertua
tentang kincir angin terdapat dalam tulisan Arab dari abad ke-9 Masehi
yang menjelaskan bahwa kincir angin yang dioperasikan di perbatasan Iran
dan Afganistan sudah ada sejak beberapa abad sebelumnya, kadang
disebut Persian windmill. Kincir angin dikenal paling awal adalah di
Persia (Iran). Awal kincir angin ini tampak seperti roda dayung besar.
Berabad-abad kemudian, orang-orang Belanda meningkatkan desain dasar
kincir angin mereka. Kualitas kreatifitas masyarakat Belanda akan aplikasi
kincir angin, membuat Belanda menjadi terkenal dengan kincir anginnya.
Sedangkan koloni Amerika menggunakan kincir angin untuk menggiling
gandum dan jagung, untuk memompa air, dan memotong kayu di
penggergajian.
10

Era pembangkit energi listrik diawali pada akhir tahun 1900-an.


Turbin angin modern pertama kali khusus didesain untuk pembangkit
energi listrik, yang dibangun di Denmark tahun 1890. Turbin menyuplai
energi listrik kedaerah pedesaan. Selama pada period yang sama, turbin
angin yang besar pembangkit energi listrik memiliki rotor 17m yang
dibangun di Cleveland, Ohio. Pada pertama kalinya, gearbox menaikkan
putaran digunakan pada desain tersebut. Sistem ini beroperasi selama 20
tahun, menghasilkan energi listrik dengan daya12 kW.
Kekurangan pasokan minyak di tahun 1970-an mengubah
gambaran mengenai energi di berbagai negara. Peristiwa ini menciptakan
minat pada sumber energi alternatif, membuka jalan bagi digunakannya
kembali kincir angin untuk menghasilkan listrik. Pada tahun 1990-an,
dorongan itu datang dari sebuah keprihatinan baru bagi lingkungan dalam
menanggapi studi ilmiah yang menunjukkan adanya potensi perubahan
iklim global jika penggunaan bahan bakar fosil terus meningkat.
Sedangkan energi angin adalah sumber daya terbarukan yang ekonomis di
banyak negara. Kekhawatiran tentang emisi dari bahan bakar fosil,
meningkatnya dukungan pemerintah, dan harga bahan bakar fosil
(terutama gas alam dan batubara) yang tinggi, telah membantu
peningkatan kapasitas tenaga angin yang tumbuh secara cepat selama
beberapa tahun terakhir.
11

II.6 Pemanfaatan Energi Angin


1. Sebagai Pembangkit listrik tenaga Bayu

Gambar 6 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu


(sumber : http://www.afifharuka.blogspot.com. 2012, diakses 4 Maret
2017)
Dengan adanya Turbin angin, kita bisa memanfaatkan energi angin
sebagai pembangkit listrik tenaga angin. Kini turbin angin lebih banyak
digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan
menggunakan prinsip konversi energi.

2. Sebagai Akomodasi di bidang Pertanian

Gambar 7 Kincir Angin untuk Pertanian


(sumber : http://www.afifharuka.blogspot.com. 2012, diakses 4 Maret
2017)
12

Selain sebagai pembangkit listrik, kincir angin juga digunakan


untuk mengakomodasikan kebutuhan para petani dengan memanfaatkan
energi angin untuk penggilingan padi, keperluan irigasi, dan juga
digunakan untuk memompa air untuk mengairi sawah.

3. Penggerak kapal layar


Saat ini, masih ada beberapa kapal nelayan yang melaut dengan
memanfaatkan energi angin. Dengan menggunakan kapal layar, maka
kapal yang mereka tumpangi dapat bergerak, tanpa menggunakan mesin
sekalipun. Manfaat energi angin bagi nelayan sebagai penggerak dari kapal
layar ini adalah :
Ekonomis, dan hemat biaya
Desain kapal yang lebih simpel
Tidak menimbulkan pencemaran udara
Tidak berisik

4. Olahraga angin dan udara


Beberapa olahraga dapat memanfaatkan energi angin, berikut ini
adalah beberapa jenis olahraga yang membutuhkan energi angin :
Terjun payung
Paralayang
Paragliding
Gantole
Beberapa olahraga tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan
energi angin, yang membantu pengaturan arah ketika melakukan olahraga
tersebut.

5. Penggunaan dalam prinsip aerodinamika


Prinsip aerodinamika wajib hukumnya memanfaatkan energi angin.
Prinsip aerodinamika ini adalah suatu prinsip yang menggabungkan desain
modeling suatu benda yang dipadukan dengan gerakan dan arah dari
13

energi angin. Jadi manfaat energi angin bagi kehidupan, prinsip


aerodinamika dapat bekerja secara sempurna. Prinsip aerodinamika ini
biasanya diaplikasikan pada :
Mobil balap
Kendaraan bermotor
Pesawat terbang
Rudal dan peralatan perang

II.7 Perumusan Energi Angin


Menurut ilmu fisika klasik energi kinetik dari sebuah benda dengan
massa (m) dan kecepatan (v) adalah E = 0,5 mv2, dengan asumsi bahwa
kecepatan (v) tidak mendekati kecepatan cahaya. Rumus tersebut diatas
berlaku juga untuk menghitung energi kinetik yang diakibatkan oleh
gerakan angin. Sehingga kita bisa menuliskan sebagai berikut :
E = 0,5 mv2 .............................................. (2.7.1)
Dengan E = energi (joule)
m = massa udara (Kg)
v = kecepatan angin (m/s)

Gambar 8 Kincir Angin dengan Dua Sudu


(sumber : Buku. Energi 1995)
14

Bila suatu blok udara yang mempunyai penampang A (m2), dan


bergerak dengan kecepatan v (m/s), maka jumlah massa yang melewati
sesuatu tempat adalah :
m = A.v.q (Kg/s) ......... (2.7.2)
Dengan A= penampang (m2)
v = kecepatan angin (m/s)
q = kepadatan udara (kg/m3)

Dengan melihat persamaan 2.7.1 dan 2.7.2, kita bisa menghitung


daya yang dihasilkan dari energi angin, sebagai berikut :
P = energi per satuan waktu
= 0,5 q. A.v3 per satuan waktu ................ (2.7.3)
Dengan P = daya (W)
q = kepadatan udara (kg/m3)
A = penampang (m2)
v = kecepatan angin (m/s)

Untuk keperluan praktis sering dipergunakan rumus aproksimasi


yang sederhana, yaitu hanya dengan memperhatikan besaran kecepatan
angin dan luas penampang sudu, maka didapatkan rumus sebagai berikut :
P = k. A. v3................................ ................ (2.7.4)
Dengan P = daya (kW)
k = konstanta (1,37. 10-5)
A = penampang (m2)
v = kecepatan angin (Km/h)

Dari rumus 2.7.4 besaran k dan A digambarkan sebagai konstanta.


Pada prinsipnya besaran k mewakili suatu faktor seperti gesekan dan
efisiensi sistem, yang juga tergantung dari kecepatan angin (v). Luas
penampang sudu A tergantung dari bentuk sudu.
15

Untuk keperluan estimasi sementara dan sangat kasar, dipakai


rumus sebagai berikut :
P = 0,1 v3..................................... .............. (2.7.5)
Dengan P = daya per satuan luas (W/m2)
v = kecepatan angin (m/s)

Dalam buletin 17 FAO internal working yang berjudul Windmills


for water lifting and the generator of electricity on the farm yang ditulis
oleh E.W. Golding, daya yang dihasilkan dari energi angin dirumuskan
sebagai berikut :
P = k. F. A. E. v3 ..................... ................. (2.7.6)
Dengan P = daya (kW)
k = konstanta = 1,37 . 10-5
F = faktor = 0,5926
A = penampang (m2)
E = efisiensi rotor dan peralatan lain
v = kecepatan angin (m/s)

Gaya-gaya angin yang bekerja pada sudu-sudu kincir pada


dasarnya terdiri atas tiga komponen yaitu sebagai berikut :
Gaya aksial (a), yang mempunyai arah yang sama dengan
arah angin
Gaya sentrifugal (s), yang meninggalkan titik tengah
Gaya tangensial (t), yang menghasilkan momen, bekerja
tagak lurus pada radius dan merupakan gaya yang produktif
16

Gambar 9 Kincir Angin dengan Tiga Sudu


(sumber : Buku. Energi 1995)

Gambar 9 memperlihatkan sebuah kincir dengan 3 sudu dengan


gaya-gaya a, t, dan s yang bekerja pada daun-daun sudu. Gaya-gaya
tersebut dapat dihitung dan dirumuskan sebagai berikut :
a = 0,00142 v2R2 dalam Kg
s = 367 RP/v1v dalam Kg
t = 0,00219 W v2v2/R1 dalam kg m
dengan P = daya (Kw)
R = radius daun rotor (m)
R1 = radius hingga titik berat daun (m)
v = kecepatan angin (m/s)
W = berat daun (Kg)
v1 = kecepatan relatif ujung sudu terhadap v
v2 = kecepatan relatif titik berat sudu terhadap v

II.8 Syarat dan Kondisi Angin pada PLTB


Udara yang bergerak dekat dengan permukaan tanah akan
mempunyai kecepatan nol dan kemudian meningkat terhadap ketinggian.
Fenomena ini alamiah terjadi pada aliran dekat permukaan yang tidak
bergerak. Dimana bila terlalu dekat dengan permukaan tanah, kecepatan
angin yang diperoleh akan kecil sehingga daya yang dihasilkan sangat
17

sedikit. Semakin tinggi akan semakin baik. Untuk memperoleh kecepatan


angin di kisaran 5-7 m/s umumnya diperlukan ketinggian 5-12 m.
Untuk baling-baling yang besar (katakanlah diameter 20 m),
kecepatan angin pada ujung baling-baling bagian atas kira-kira 1,2 kali
dari kecepatan angin ujung baling-baling bagian bawah. Artinya, baling-
baling pada saat di atas akan terkena gaya dorong yang lebih besar dari
pada baling-baling pada saat di bawah. Faktor ini perlu diperhatikan pada
saat mendesain kekuatan baling-baling dan tiang (menara) khususnya pada
turbin angin yang besar.
Kecepatan angin juga dipengaruhi oleh kontur dari permukaan. Di
daerah perkotaan dengan banyak rumah, apartemen dan perkantoran
bertingkat, kecepatan angin akan rendah. Bandingkan dengan kecepatan
angin pada daerah lapang. Kepadatan benda di permukaan bumi akan
menyebabkan angin mudah bergerak atau tidak. Faktor porositas ini juga
penting untuk diperhatikan manakala mendesain turbin angin.
Syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi listrik dengan kincir angin dan jari-jari 1 meter
dapat dilihat pada tabel 1 di bawah, dimana klasifikasi angin pada kelas 3
adalah batas minimum dan angin pada kelas 8 adalah batas maksimum dari
energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
18

Table 1 Tingkat Kecepatan Angin 10 meter di atas Permukaan Tanah

Kecepatan
Kelas Kondisi Alam di Daratan
(m/s)
1 0,00-0,02 -
2 0,3-1,5 Angin tenang, asap lurus keatas
3 1,6-3,3 Asap bergerak mengikuti arah angin
Wajah terasa ada angin,daun-daun bergoyang pelan,
4 3,4-5,4
petunjuk arah dengan bergerak
5 5,5-7,9 Debu jalan, kertas berterbangan, ranting pohon bergoyang
6 8,0-10,7 Ranting pohon bergoyang, bendera berkibar
7 10,8-13,8 Ranting pohon besar bergoyang, air berombak kecil
Ujung pohon melengkung, hembusan angin terasa di
8 13,9-17,1
telinga
Dapat mematahkan ranting pohon, jalan berat melawan
9 17,2-20,7
arah angin
10 20,8-24,4 Dapat mematahkan ranting pohon, merubuhkan rumah
11 24,5-28,4 Dapat merubuhkan pohon, menimbulkan kerusakan
12 28,5-32,6 Menimbulkan kerusakan parah
13 32,7-36,9 Tornado

(sumber: http://www.kincirangin.info/. -. diakses 5 Maret 2017 )


19

Gambar 10 Peta Kecepatan Angin di Indonesia


(Sumber:http://www.surf-forecast.com. 2017, diakses 5 Maret 2017 )

Dari Gambar dapat dilihat bahwa rata-rata daerah di Indonesia


memiliki kecepatan angin antara 15-30 km/jam. Kecepatan angin pada
daerah-daerah di Indonesia memang relatif lebih kecil dari daerah-daerah
konsumen energi angin seperti Finlandia, Belanda, dan Amerika Serikat.

II. 9 Jenis-Jenis Turbin Angin


1. Turbin angin sumbu horizontal
2. Turbin angin sumbu tegak
20

Turbin angin sumbu horizontal

Gambar 11 Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)


(Sumber:http://learningfluidmechanics.blogspot.co.id. 2017, diakses 5
Maret 2017 )

Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama


dan generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan
oleh sebuah baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana,
sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah
sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar
memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan
menjadi lebih cepat berputar.
Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya,
turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah
turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin
berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan
menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan.
Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara,
sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin).
Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut
jurusan angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar
mereka tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus
sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah
21

tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari
bilah-bilah itu.

Kelebihan TASH
Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih
kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan
antara laju dan arah angin antara dua titik yang jaraknya relatif
dekat di dalam atmosfer bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin,
setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar
20%.

Kelemahan TASH
Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90
meter sulit diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa
mencapai 20% dari seluruh biaya peralatan turbin angin.
TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang
sangat tinggi dan mahal serta para operator yang tampil.
Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-
bilah yang berat, gearbox, dan generator.
TASH yang tinggi bisa memengaruhi radar airport.
Ukurannya yang tinggi mengganggu pemandangan.
Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang
disebabkan oleh turbulensi.
TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk
membelokkan kincir ke arah angin.
22

Turbin Angin Sumbu Vertikal

Gambar 12Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV)


(Sumber:http://learningfluidmechanics.blogspot.co.id. 2017, diakses 5
Maret 2017 )

Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki


poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama
susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi
efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya
sangat bervariasi. TASV mampu mendayagunakan angin dari berbagai
arah.
Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa
ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan
lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan
sejumlah desain menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag (gaya
yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau
gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.
Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering
dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau
puncak atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada
ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang
sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan objek yang lain mampu
menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai
23

permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan


dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau
mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi
menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik
optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin yang
minimal.

Kelebihan TASV
Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme
yaw.
Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat
pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling
yang terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan
keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi drag pada
tekanan yang rendah dan tinggi.
Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk
kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang
lebih besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan
berbentuk lingkarannya TASH.
TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada
TASH. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10
km/jam (2,7 m/s)
TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara
kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya
angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya
rusak di saat angin berhembus sangat kencang.
TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih
tinggi dilarang dibangun.
24

TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil


keuntungan dari berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta
meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit yang
puncaknya datar dan puncak bukit),
TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.

Kekurangan TASV
Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi
TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih
kencang di elevasi yang lebih tinggi.
Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan
membutuhkan energi untuk mulai berputar.
Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya
memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor
dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak
bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup.
25

II. 10 Komponen-Komponen Alat PLTB


Komponen Komponen Alat Pembangkit Listrik Tenaga
Angin

Gambar 13 Komponen Turbin Angin


(sumber: lugiromadoni.blogspot.com . 2013, diakses 5 Maret 2017)

a. Alat Pengukur Kecepatan Angin


Dalam mengetahui seberapa besar kecepatan hembusan suatu angin
maka perlu suatu alat/parameter pengukur kecepatan angin itu. Alat yang
sering digunakan dalam mengukur kecepatan angin biasa disebut
anemometer.
Adapun jenis daripada alat pengukuran kecepatan angin
(anemometer) adalah:
Anemometer jinjingan
Anemometer jinjingan adalah alat ukur kecepatan angin yang cara
kerjanya berdasarkan tekanan dinamik. Tetapi alat ukur ini kurang teliti
dalam pembacaan.
26

Anemometer setengah bola


Anemometer setengah bola adalah alat ukur kecepatan angin
dengan menggunakan kincir setengah bola. Dimana mangkok setengah
bola ini akan berfungsi untuk menangkap angin sehingga dapat
menggerakkan kincir dan seberapa besar kecepatan angin itu dapat dilihat
dari kecepatan putaran kincir.
Anemometer propeller
Anemometer propeller adalah alat ukur kecepatan angin dengan
menggunakan kincir model pesawat kecil, mengikuti arah angin dan
propeller yang mengukur kecepatan arah angin itu.
Baik anemometer setengah bola maupun propeller tidak tepat
dalam mengukur kecepatan angin. Perputaran mangkuk setengah bola atau
propeller lebih cepat disaat angin kencang dan lebih lambat saat hembusan
angin kurang.

b. Blades (Bilah Kipas)


Kebanyakan turbin angin mempunyai 2 atau 3 bilah kipas. Angin
yang menghembus menyebabkan turbin tersebut berputar.

c. Brake (Rem)
Suatu rem cakram yang dapat digerakkan secara mekanis, dengan
tenaga listrik atau hidrolik untuk menghentikan rotor atau saat keadaan
darurat. Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox
agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu
dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam
pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik
maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan.
Kehadiran angin diluar dugaan akan menyebabkan putaran yang cukup
cepat pada poros generator, sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini
dapat merusak generator. Rem cepat : biasanya berada di poros cepat
dekat generator, dapat difungsikan untuk membatasi laju putar yang
27

kelewat tinggi yang dapat merusak sistem generator. Rem lambat :


biasanya berada di depan gearbox dan dioperasikan secara manual, untuk
menghentikan baling-baling pada saat dilakukan maintenace.

d. Controller (Alat Pengontrol)


Alat Pengontrol ini menyalakan turbin pada kecepatan angin kira-
kira 12-25 km/jam, dan mematikannya pada kecepatan 90 km/jam. Turbin
tidak beroperasi di atas 90 km/jam, karena angin yang terlalu kencang
dapat merusak turbin.
Pada turbin angin besar, untuk pengarahan dikembangkan
mekanisme penggerak samping responsif yang tidak menimbulkan beban
tambahan berlebihan. Untuk pengaturan dikembangkan mekanisme pitch
variabel atau stall yang akurat dan untuk pengamanan dikembangkan
mekanisme pengereman aerodinamik, mekanik atau keduanya, yang
bekerja otomatis. Sementara itu pada turbin angin kecil dikembangkan
kontrol yang lebih sederhana.

e. Gear box (Roda Gigi)


Roda gigi menaikkan putaran dari 30-60 rpm menjadi kira-kira
1000-1800 rpm yaitu putaran yang biasanya disyaratkan untuk memutar
generator listrik.

f. Generator
Generator pembangkit listrik, biasanya sekarang alternator arus
bolak-balik. Untuk turbin angin besar dikembangkan generator tipe
asinkron dengan efisiensi tinggi, tahan karat dan cuaca. Sementara itu,
untuk turbin angin kecil dikembangkan generator magnet permanen
putaran rendah yang dapat digerakkan langsung oleh rotor tanpa transmisi,
tahan karat dan diberi perapat yang baik sehingga tahan terhadap pengaruh
cuaca.
28

g. High-speed shaft (Poros Putaran Tinggi)


High-speed shaft (Poros Putaran Tinggi) digunakan untuk
menggerakkan generator. Poros tubin akan berputar dengan kecepatan
diatas 60 rpm.

h. Low-speed shaft (Poros Putaran Rendah)


Poros turbin yang berputar kira-kira 30-60 rpm.

i. Nacelle (Rumah Mesin)


Rumah mesin ini terletak di atas menara . Di dalamnya berisi gear-
box, poros putaran tinggi / rendah, generator, alat pengontrol, dan alat
pengereman.

j. Pitch (Sudut Bilah Kipas)


Bilah kipas bisa diatur sudutnya untuk mengatur kecepatan rotor
yang dikehendaki, tergantung angin terlalu rendah atau terlalu kencang.

k. Rotor
Berupa baling-baling yang lazimnya terdiri atas 3 sirip, berfungsi
untuk menangkap energi angin menjadi energi mekanik putarannya.
Permasalahan di bagian ini adalah disain aerodinamis yang seefisien
mungkin, serta ketahanan dan berat bahan sirip baling-balingnya
Sebagai komponen terpenting, telah dikembangkan rotor bersudu
tiga dengan penampang airfoil khusus dan dibuat dari fiberglas sehingga
efisiensinya tinggi (35 - 45 persen), stabil, kuat, ringan serta tahan karat
dan cuaca.

l. Tower (Menera)
Menara bisa dibuat dari pipa baja, beton, rangka besi. Karena
kencangnya angin bertambah dengan ketinggian, maka makin tinggi
menara makin besar tenaga yang didapat.
29

m. Wind direction (Arah Angin)


Wind Direction adalah turbin yang menghadap angin, desain turbin
lain ada yang mendapat hembusan angin dari belakang.

n. Wind vane (Tebeng Angin)


Mengukur arah angin, berhubungan dengan penggerak arah yang
memutar arah turbin disesuaikan dengan arah angin.

o. Yaw drive (Penggerak Arah)


Penggerak arah memutar turbin ke arah angin untuk desain turbin
yang menghadap angin. Untuk desain turbin yang mendapat hembusan
angin dari belakang tak memerlukan alat ini.

p. Yaw motor (Motor Penggerak Arah)


Motor listrik yang menggerakkan penggerak arah.

II.11 Cara Kerja PLTB


Energi angin memutar turbin angin. Turbin angin bekerja
berkebalikan dengan kipas angin (bukan menggunakan listrik untuk
menghasilkan listrik, namun menggunakan angin untuk menghasilkan
listrik). Kemudian angin akan memutar sudut turbin, lalu diteruskan untuk
memutar rotor pada generator di bagian belakang turbin angin. Generator
mengubah energi gerak menjadi energi listrik dengan teori medan
elektromagnetik, yaitu poros pada generator dipasang dengan material
ferromagnetik permanen. Setelah itu di sekeliling poros terdapat stator
yang bentuk fisisnya adalah kumparan-kumparan kawat yang membentuk
loop. Ketika poros generator mulai berputar maka akan terjadi perubahan
fluks pada stator yang akhirnya karena terjadi perubahan fluks ini akan
dihasilkan tegangan dan arus listrik tertentu. Tegangan dan arus listrik
yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya
30

digunakan oleh masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh
generator ini berupa AC (alternating current) yang memiliki bentuk
gelombang kurang lebih sinusoidal. Energi Listrik ini biasanya akan
disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.

II.12 Masalah PLTB dan Solusinya


a. Masalah teknik
- Kecepatan Angin
Kecepatan angin di Indonesia berkisar antara 4-8
m/s dimana pada daerah psisir dapat mencapai 10 m/s namun
hanya beberapa detik. Sedangkan di negara yang lebih dulu
mengembangkan energi angin sebagai pembangkit listrik
seperti, China, Belanda, dan Amerika Serikat memiliki
kecepatan angin dari 10-14 m/s.

- Resiko Kincir
Kelemahan listrik tenaga angin pada bunyi bising
kincir dan resiko tersambar petir serta tidak cocok untuk
daerah jalur penerbangan.

- Solusi

Karena kecepatan angin yang diperlukan untuk


memutar kincir sangat bergantung pada alam maka pada
pembangkit listrik tenaga angin ini dilengkapi dengan
charger baterai/aki, sehingga pada saat kecepatan angin
cukup untuk menghasilkan listrik, listrik yang dihasilkan
disimpan dalam baterai/aki dan dapat digunakan saat turbin
angin tidak beroperasi. Kemudia di kombinasikan dengan
penggunaan listrik tenaga angin, tenaga surya, dan tenaga
micro hidro.
31

b. Dampak Lingkungan
- Dampak visual dan lahan
Pemasangan barisan pembangkit angin akan
mengurangi lahan pemukiman warga, selain itu kincir angin
yang berputar akan membuat cahaya matahari yang
berkelap-kelip dan menggangu pandangan penduduk.

- Derau frekuensi rendah

Gambar 14 Tingkat Kebisingan PLTB


(sumber: http://jendeladenngabei.blogspot.co.id/. 2012, diakses 5
Maret 2017)

Dalam keadaan tertentu turbin angin dapat juga


menyebabkan interferensi elektromagnetik, mengganggu
penerimaan sinyal televisi atau transmisi gelombang mikro
untuk perkomunikasian oleh karena itu kecepatan
perputaran rotor perlu dibatasi di bawah 70m/s.
32

- Perubahan Iklim
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan skala
besar dari pembangkit listrik tenaga angin dapat merubah
iklim lokal maupun global karena menggunakan energi
kinetik angin dan mengubah turbulensi udara pada daerah
atmosfir.
- Pengaruh ekologi
Burung dan kelelawar dapat terluka atau bahkan mati akibat
terbang melewati sudu-sudu yang sedang berputar. Di lepas
pantai konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin
dapat mengganggu permukaan dasar laut. Efek negatifnya
dapat terjadi seperti di Irlandia, dimana terjadinya polusi
yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di
daerah pemasangan turbin angin. Selain itu ladang
pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai menambah 80
110 dB kepada noise frekuensi rendah yang dapat
mengganggu komunikasi ikan paus dan kemungkinan
distribusi predator laut.

II.13 Kelebihan dan Kekurangan PLTB


Keuntungan energi angin atau PLTB
1. Menggunakan space yang lebih kecil. Jika dibandingkan dengan
pembangkit listrik lainnya, energi angin hanya membutuhkan
beberapa meter untuk membentuk pondasi turbin angin. Tentu saja
tanah di sekitar turbin dapat digunakan untuk keperluan lainnya,
salah satunya yaitu untuk pertanian.
2. Investasi awal yang lebih rendah dibandingkan dengan PLTS meski
menghasilkan energi dengan jumlah yang sama
33

Kelemahan energi angin atau PLTB


1. Tidak mudah diprediksi. Hal ini terjadi kerena di Indonesia (daerah
tropis) arah angin dan laju angin dapat berubah-ubah tergantung
musim
2. Memerlukan biaya yang cukup besar dalam hal distribusi dan
pembangunan karena tempat pembangunan harus jauh dari
permukiman
3. Biaya perawatan tinggi dikarenakan turbin angin memiliki
beberapa bagian yang mudah rusak seiring dengan berjalannya
waktu.
4. Ancaman bagi kehidupan liar karena burung dan kelelawar yang
terbang bebas dapat terbunuh dan terluka jika terbang menuju ke
arah turbin angin tersebut.

Anda mungkin juga menyukai