Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN

PREEKLAMPSIA BERAT (PEB) DI RSUD


dr.SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :
RENI LELAYANI
NIM. 13DB277032

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN
PREEKLAMSIA BERAT (PEB) DI RSUD dr. SOEKARDJO
KOTA TASIKMALAYA1

Reni Lelayani2 Hani Septiani3 Heni Heryani4


INTISARI
Preeklampsia Berat merupakan Preeklamsia Berat dengan tekanan darah 160/110
mmHg atau lebig, proteinuria 5 gr atau lebih per 24 jam. Masalah potensial yang dapat terjadi
pada Preeklamsia Berat (PEB) resiko terjadinya eklamsia dan pada bayi resiko terjadinya
hipoksia intrauterine. Study pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya tahun 2016 dari 10.885 kasus ibu bersalin yang mengalami Preeklamsia Berat
sebanyak 259 kasus

Tujuan penyusuna laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidana pada ibu bersalin dengan Preeklamsia Berat (PEB)
menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan Preeklamsia Berat (PEB) dilakukan selama 2 jam diruang VK (Bersalin) RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.

Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman
nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Preeklamsia Berat (PEB).
Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan mulai dari pengkajian, interpretasi data,
diagnose potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada ibu
bersalin dengan Preeklamsia Berat (PEB) di ruang VK (Bersalin) RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya telah dilaksanakan dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dilapangan.

Kata kunci : Persalinan, Preeklamsia Berat.

Kepustakaan : 13 buku, 1 jurnal, 4 sumber internet (2009-2015)

Halaman : i-xi, 37 halaman, 11 lampiran

Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes


Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklampsia Berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan/atau oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Rukiyah, 2010).
Preeklampsia Berat (PEB) juga dikenal sebagai texomia kehamilan yang
ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi), proteinuria (protein dalam
urin), oedema (pembengkakan) umum, dan kenaikan berat badan secara
tiba-tiba. Preeklampsia Berat (PEB) dapat di identifikasikan pada masa
kehamilan dengan memantau tekanan darah, tes protein urin, dan
pemeriksaan fisik, deteksi dini pengelolaan Preeklampsia Berat dapat
mencegah perkembangannya menjadi eklampsi (Juliarti, 2014).
Penyebab Preeklamsia sampai sekarang belum diketahui.tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu
bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan mollahidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya
kehamilan. dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus.Timbulnya hipertensi, oedema, proteinuria, kejang dan
koma (Sukarni, 2014).
Masalah dapat teratasi dengan baik tetapi tidak menutup
kemungkinan masalah itu akan muncul kembali sehingga memerlukan
perawatan dan pengawasan lebih lanjut (Prawirohardjo, 2011).
Komplikasi yang terjadi pada kasus Preeklamsia Berat (PEB) yang
terjadi pada ibu yaitu berupa sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated, Livr,
Enzime, Low, Platetet). Oedema paru-paru, gangguan ginja, perdarahan,
solusio plasenta bahkan kematian ibu dan komplikasi pada janin, dapat
berupa kelahiran premature, gawat janin, berat badan lahir rendah, atau
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) (Pudiastuti, 2012).

1
2

Di Negara miskin dan Negara berkembang, kematian wanita usia


subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan
persalinan serta nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap
tahunnya lebih dari 585.000 meninggal karena komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas (WHO, 2014)
Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs)
yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras
karena kondisi saat ini jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun
2013 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian Ibu disebabkan
oleh perdarahan, tekanan darah tinggi (preeklampsia/eklampsi saat hamil,
persalinan dan nifas serta persalinan macet dan komplikasi keguguran).
Salah satu usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk
menurunkan AKI adalah memberikan pelayanan pada ibu hamil dan ibu
bersalin secara cermat dan tepat. Dalam rangka menurunkan Angka
Kematian Ibu, pemerintah menerapkan strategi Making Pregnancy Safer
(MPS) mempunyai visi agar kehamilan dan persalinan di Indonesia
berlangsung aman dan bayi yang dilahirkan hidup dan sehat (Kemenkes RI,
2015).
Angka kematian ibu berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Barat
Tahun 2015 sebesar 96/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jabar, 2015).
Angka Kematian Ibu di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 sebanyak
20/100.000 kelahiran hidup. AKI di Kota Tasikmalaya terjadi pada saat
melahirkan (58,87%), waktu nifas (31,43%),dan waktu hamil (9,70%).
Laporan dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tahun 2015 menunjukan
bahwa angka kejadian ibu yang meninggal sebanyak 56 kasus dimana
penyebabnya yaitu karena perdarahan 13 kasus, preeklampsia dan
eklampsi sebanyak 18 kasus, infeksi 5 kasus, dan sebab lain 20 kasus
(Dinkes Kota Tasikmalaya, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rien dkk, dalam jurnal yang
berjudul Karakteristik Pasien dengan Preeklampsia di RSUD Prof. Dr. R. D.
Kandau Manado melalui data rekam medis pasien pada tanggal 1 Januari-
31 Desember tahun 2013 menunjukan bahwa berdasarkan hasil
karakteristik pasien dengan Preeklampsia lebih banyak ditemukan dengan
3

pasien Preeklampsia Ringan yaitu sebanyak 76 orang (56,3%)


dibandingkan dengan pasien Preeklampsia Berat yaitu 59 orang (43,7%)
dari keseluruhan pasien yang di diagnosis dengan preeklampsia yaitu
sebanyak 135 orang. Hasil penelitian karakteristik pasien Preeklampsia
berdasarkan umur menunjukan bahwa pasien dengan kelompok umur 21-
30 tahun lebih mendominasi baik pada pasien preeklampsia ringan maupun
pada pasien Preeklampsia Berat. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Estina pada tahun 2010 dimana dapat di simpulkan
bahwa kejadian Preeklampsia paling sering terjadi pada umur yang
termasuk usia produktif untuk merencanakan kehamilan (Rien dkk, 2013).
Menurut data persalinan di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun
2015, jumlah ibu bersalin sebanyak 10.885. Adapun beberapa kasus yang
terjadi Selama proses persalinannya itu robekan jalan lahir 57 kasus,
distosia bahu 56 kasus, retensio plasenta 38 kasus, atonia uteri 21 kasus,
infeksi 1 kasus, dan penyebab lain 933 kasus. Data kasus ibu nifas di
Tasikmalaya tahun 2015 63 persalinan 14 kematian ibu dalam kurun waktu
1 tahun yang di sebabkan oleh Preeklampsia Berat (PEB).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil studi
kasus dengan judul Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
Preeklampsia Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun
2016.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik perumusan
masalah dalam studi kasus ini adalah Bagaimana penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin P2A1 dengan Preeklampsia Berat (PEB) di
RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami pelaksanaan asuhan keidanan pada ibu bersalin P2A1
dengan Preeklampsia Berat (PEB) sesuai manajemen kebidanan 7
langkah varney.
4

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
Preeklampsia Berat (PEB), penulis:
a) Melaksanakan pengkajian pada ibu bersalin P2A1 dengan
Preeklampsia Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Tahun 2016.
b) Mengiterpretasi data pada ibu bersalin P2A1 dengan Preeklampsia
Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Tahun 2016.
c) Merumuskan diagnosa potensial pada ibu bersalin P2A1 dengan
Preeklampsia Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Tahun 2016.
d) Melakukan antisipasi penanganan segera pada ibu bersalin P2A1
dengan Preeklampsia Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya Tahun 2016.
e) Melakukan perencanaan pada ibu bersalin P2A1 dengan
Preeklampsia Berat (PEB) dini di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Tahun 2016.
f) Melakukan penatalaksanaan sesuai perencanaan pada ibu bersalin
P2A1 dengan Preeklampsia Berat (PEB) di RSUD d. Soekardjo
Tasikmalaya Tahun 2016.
g) Membuat evalauasi pada ibu bersalin P2A1 dengan Preeklampsia
Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Tahun 2016.

D. Manfaat Studi Kasus


1) Bagi tenaga kesehatan
Memberikan masukan dalam upaya mengembangkan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan Preeklampsia Berat (PEB).
2) Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah reverensi mengenai asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan Preeklampsia Berat (PEB).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Persalinan
a. Pengertian
1) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melelui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan kekuatan sendiri) (Manuaba, 2014).
2) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi usia khamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)
tanpa disertai penyulit. Pengkajian permulaan persalinan yaitu
salah satu aspek yang paling penting pada penatalaksanaan
dalam persalinan (Manuaba, 2010)
b. Bentuk Persalinan
Berdasarkan definisi persalinan adalah sebagai berikut:
1) Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
2) Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3) Persalinan anjuran (partus presipitatus)
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari
luar dengan jalan rangsangan (Manuaba, 2014)
c. Tanda-tanda Persalinan
Manuaba (2014) menyatakan tanda-tanda persalinan adalah sebagai
berikut :
1) Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai cirri khas pinggang terasa nyeri yang
menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan
kekuatanya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap

5
6

perubahan serviks, makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin


bertambah.
2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan
menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
d. Faktor Yang Berperan dalam Persalinan
1) Passage : ( jalan lahir ) terdiri dari : jalan lahir panggul dan
otot-otot dasar panggul
2) Power : Terdiri dari his dan tenaga mengejan
3) Passanger : Tersiri dari janin, air ketuban dan plasenta
4) Respon psikologis
5) Penolong (Manuaba, 2010)
e. Tahap Persalinan
1) Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam.
(Manuaba, 2014).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008), Kala satu persalian
terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
Pada umumnya, berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
7

b) Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata rata 1 cm per
jam (multipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2
cm (multipara).Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Menurut Manuaba (2010), Hal yang perlu dilakukan dalam kala I
adalah:
a) Memperhatikan kesabaran pasien.
b) Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur
pernafasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam.
c) Pemeriksaan denyut jantung janin setiap jam sampai 1
jam.
d) Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong.
e) Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya lingkaran
Bandle, ketuban pecah sebelum waktu atau disertai bagian
janin yang menumbung, perubahan denyut jantung janin,
pengeluaran mekonieum pada letak kepala, keadaan his
yang bersifat patologis, perubahan posisi atau penurunan
bagian terendah janin).
f) Pasien tidak diperkenankan mengejan.
2) Kala II
Persalinan kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam
pada primi dan 1 jam pada multi (Rukiyah, 2009).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008), tanda dan gejala kala dua
persalinan adalah:
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan atau vaginanya.
8

c) Perineum menonjol.
d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang
hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3) Kala III
Kala III dimulai segera setelah lahirnya bayi dan
berlangsungnya proses pengeluaran plasenta, tanda-tanda
lepasnya plasenta: terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi
fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui
vagina/vulva, adanya semburan darah secara tiba-tiba, kala lll
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Rukiyah, 2009)
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008), Manajemen aktif kala tiga
bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan
dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Keuntungan manajemen aktif kala tiga adalah persalinan kala
tiga lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, me-
ngurangi kejadian retensio plasenta. Tiga langkah utama dalam
manajemen aktif kala tiga adalah peberian suntikan oxytosin
dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan
penegangan tali pusat terkendali, massase fundus uteri.
4) Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama postpartum (Rukiyah, 2009).
Menurut Manuaba (2010), Kala IV dimaksudkan untuk
melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang harus
dilakukan adalah:
a) Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena
tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.
9

b) Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi,


pernafasan, suhu, kontraksi rahim yang keras; perdarahan
yang mungkin terjadi dari plasenta, luka episiotomi,
perlukaan pada serviks: kandung kemih dikosongkan, karena
dapat mengganggu kontraksi rahim.
c) Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya agar
dapat memulai pemberian ASI.
Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemeriksaan
setiap 2 jam. Bila keadaan baik, pasien dipindahkan ke ruangan
inap bersama-sama dengan bayinya.
f. Persalinan menurut Al-Quran surat Al-Ahqaf ayat 15/36 :






Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik
kepada kedua orang tuanya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula) (Q.S Al-Ahqaf:36/15).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa salah satu alasan kenapa


Allah SWT, memberi perintah pada manusia agar berbakti pada
kedua orang tua adalah karena proses persalinan yang dialami ibu
merupakan suatu proses yang sangat berat. Pengaruh kontraksi
rahim ketika bayi mau lahir, menyebabkan ibu merasakan sangat
kesakitan, bahkan dalam keadaan tertentu, dapat menyebabkan
kematian. Karena perjuangan ibu ketika melahirkan dan resiko yang
sangat berat yang ditanggung seorang ibu, Nabi Muhammad SAW,
menjelaskan dalam sebuah hadistnya bahwa ibu yang meninggal
karena melahirkan sebagai syahid, setara dengan perjuangan jihad
di medan perang. Penghargaan itu diberikan Nabi Muhammad SAW,
sebagai perhatian rasul karena musibah yang dialami dan juga
beratnya resiko kehamilan dan melahirkan bagi seorang ibu.
10

g. Tanda Bahaya Pada Persalinan (Indrayani dkk, 2013)


macam-macam tanda bahaya pada persalinan:
1) Riwayat bedah sesar
2) Perdarahan pervaginam
3) Persalinan kurang bulan
4) Ketuban pecah dini
5) Tanda-tanda atau gejala infeksi:
a) temperature > 38c
b) menggigil
c) nyeri abdomen
6) Tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg dan terdapat protein
dalam urin (preeklampsia berat)
7) Tinggi fundus 40 cm atau lebih. (makrosomia,
polihidramnion,gemeli)
8) DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit
9) Tali pusat menumbung
10) Tanda dan gejala syok
11) Tanda dan gejala persalinan dengan fase laten berkepanjangan
a) pembukaan serviks kurang dari 4 cm selama 8 jam
b) kontraksi teratur (lebih dari 2 kali dalam 10 menit)

2. Preeklamsia Berat
a. Pengertian
Preeklamsia Berat ialah Preeklamsia dengan tekanan darah
sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 g/24 jam (Prawirohardjo, 2010).
Preeklamsia Berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Rukiyah, 2010).
b. Etiologi Faktor Predisposisi Preeklamsia Berat (PEB)
1) Penyebab Preeklamsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi
ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia
yaitu: bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan
11

ganda, hidramnion, dan molahidatidosa. Bertambahnya frekuensi


yang makin tuanya kehamilan. Dapat terjadi perbaikan keadaan
penderita dengan kematian janin dalam uterus. Timbulnya
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma (Sukarni, 2014).
Masalah dapat teratasi dengan baik tetapi tidak menutup
kemungkinan masalah itu akan muncul kembali sehingga
memerlukan perawatan dan pengawasan lebih lanjut
(Prawirohardjo, 2011).
2) Faktor Predisposisi
a) Molahidatidosa
b) Diabetes Melitus
c) Kehamilan ganda
d) Hidropsfetalis
e) Obesitas
f) Umur yang lebih dari 35 tahun (Sukarni, 2014)
c. Patofisiologi
Pada Preeklamsia Berat dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan system yang kemungkinan diakibatkan
oleh vasospasme dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada
kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai
substansi endogenseperti (prostaglandin, tromboxan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan
thrombus dan perdarahan dapat mempengaruhi system syaraf pusat
yang ditandai dengan sakit kepala dan deficit syaraf local dan kejang
(Sukarni, 2014).
d. Tanda Gejala
1) Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik
110 mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu
hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah
baring
2) Proteinuria 5 g atau lebih per 24 jam atau kulitatif positif 3 atau 4
3) Oliguria, yaitu produksi urine kurang dari 500 cc/24 jam
4) Kenaikan kadar kreatinin plasma
12

5) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri


kepala, skotoma dan pandangan kabur
6) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(akibat teregangnya kapsula Glisson)
7) Oedema paru-paru dan sianosis
8) Hemolisis mikroangiopatik
9) Trombositopenia berat < 100.000 se/mm 3atau penurunan
trombosit dengan cepat
10) Gangguan pungsi hepar (kerusakan hepatoselular) : peningkatan
kadar alanin dan aspartateaminotransferase
11) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
12) Sindrom HELLP (Prawirohardjo, 2010).
e. Diagnosa ( Masalah Potensial )
Pada Preeklamsia Berat (PEB) akan terjadi eklamsia yaitu keadaan
umum penderita diperbaiki maka direncanakan untuk mengakhiri
kehamilan atau mempercepat persalinan (Rukiyah, 2010)
f. Penatalaksanaan menurut Prawirohardjo (2010), yaitu :
1) Pengobatan medikamentosa
Penderita Preeklamsia berat harus segera masuk rumah
sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu
sisi (kiri).
Perawatan penting pada Preeklamsia Berat ialah
pengelolaan cairan karena penderita Preeklamsia mempunyai
resiko tinggi untuk terjadinya oedema paru dan oliguria. Sebab
terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor yang
sangat menentukan terjadinya oedema paru dan oliguria adalah
hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel.
Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral
ataupun infus) dan output cairan (melalui urin) menjadi sangat
penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa
jumlah cairan yang dimasukan dan dikeluarkan melalui urin. Bila
terjadi tanda-tanda oedema paru, segera dilakukan tindakan
koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa:
13

a) 5% Rigr-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan


<125 cc/jam
b) Infuse dektrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan infus
Riger laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.
Dipasang Foleycatheter untuk mengukur pengeluaran urun.
Oliguria terjadi bila produksi urin <30 cc/jam dalam 2-3 jam atau
<500 cc/jam. Diberikan antasida untuk menetralisir asam
lambung sehingga lambung bila mendadak kejang dapat
menghindari resiko aspirasi asam lambung. Diet yang cukup
protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
Pemberian obat anti kejang (Prawirohardjo, 2010)
a) Obat anti kejang adalah: MgSO4
b) Cara pemberian MgSO4
(1) Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 Intra Vena (IV) (40%
dalam 10 cc) selama 15 gr/menit kemasan 20% dalam 25
cc larutan MgSO4 (3-5 menit). Diikuti segera 4 gr dibokong
kiri dan 4 gr dibokong kanan (40% dalam 10 cc).
(2) Dosis ulang diberikan infuse 6 gram dalam larutan ringer/6
jam atau diberikan 4-5 gramIntra Muskular (IM)
selanjutnya dosis ulang diberikan 4 gramIntra Muskular
setiap 4-6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-
3 hari.
(3) Syarat-syarat pemberian MgSO4
Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calsium glokonas 10%, 1
gram (10% dalam cc) diberikan Intra Vena (IV) dalam 3
menit, refleks patella positif kuat, frekuensi pernafasan
lebih 16 kali permenit, tidak ada tanda-tanda distres napas
(4) Magnesium sulfat dihentikan bila :
Ada tanda-tanda intoksikasi (keracunan) dan setelah 24
jam persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir.
14

2) Penanganan pasien dengan Preeklamsia Berat (PEB) di RSUD


dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
a) Dosis awal memberikan MgSO4 4 gram Intra Vena (IV) (40%
dalam 10 cc) selama 10 menit, dalam cairan infus Ringer
Laktat dengan tetesan 25 tetes/menit.
b) Dosis ulang memberikan 15 cc MgSO 4 dalam cairan Glukosa
dengan tetesan 25 tetes/menit.
c) Memasang kateter
d) Memberikan therapy oral Dopamet 3x500 mg
e) Memberikan therapy oral Amlodipin 1x10 mg

B. Konsep dasar asuhan kebidanan


1. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan,
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien (Muslihatun, W.N, 2010).
Untuk pendokumentasian asuhan dapat menggunakan catatan
SOAP. Catatan SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas,
logis dan tertulis. Pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu:
1) DATA SUBYEKTIF
Ibu mengatakan mules semakin sering dan ingin meneran
2) DATA OBYEKTIF
a) Keadaan ibu baik
b) Tanda vital normal
c) Pemeriksaan fisik:
(1) Perineum menonjol dan vulva vagina membuka
(2) Kontraksi uterus 4-5 x 10 menit lamanya 45 detik
(3) Kandung kemih kosong
(4) Penurunan kepala
(5) DJJ antara 120-160 x/menit
(6) V/t : vagina vulva tidak ada kelaina, portiotidak teraba,
pembukaan lengkap, ketuban jernih, presentasi kepala,
15

penurunan kepala hodge III-IV, posisi kepala UUK kiri


depan, tidak ada bagian kecil menumbung.
d) Hasil laboratorium : Hb11 gr/dl
3) ANALISA DATA
G3P1A1infartu kala I fase aktif dengan PEB
4) PENATALAKSANAAN
a) Menjelaskan hasil pemeriksaan.
b) Mengecek kembali kelengkapan alat pertolongan persalinan ibu
dan bayi.
c) Membimbing ibu meneran saat ada his dan ibu mempunyai
dorongan untuk meneran.
d) Memberi dukungan pada ibu.
e) Menawarkan minum di serta his, ibu minum air atau tidak bila
minum kurang lebih berapa cc.
f) Melakukan asuhan persalinan normal.
g) IMD.
(Lilis Lisnawati, 2013).

2. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Preeklampsia Berat


(PEB)
Menurut Muslihatun, W.N, (2010) langkah-langkah Manajemen
Varney adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Data atau fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan
objektif dari pasien.
1) Data subyektif
Data sebjektif yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data pasien melalui anamnesa. Yang termasuk
data subjektif untuk pasien dengan persalinan Preeklamsia
Berat antara lain :
a) Biodata dan identitas
Yang perlu dikaji: Nama, umur, bangsa, agama, dan
alamat. Tujuan dilakukan anamnesa ini adalah untuk
mengidentifikasi (mengenal) pasien lebih dekat.
16

(1) Keluhan utama


Merupakan alasan utama pasien untuk datang dan apa
saja keluhan yang dirasakan. Misalnya ibu datang
dengan keluhan :
(a) Adanya bengkak pada kaki, tangan dan wajah
walaupun sudah istirahat
(b) Pusing yang berkunang-kunang muncul secara
mendadak
(c) Ibu mengatakan nyeri epigastrium (Muslihatun,
W.N, 2010)
2) Data objektif
Data objektif merupakan data yang dikumpulkan dari
pemeriksaan umum dan khusus. Data objektif menggambarkan
pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil
labolatorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus.
a) Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital :
TD : 160/110 mmHg, P : 84 x/menit, R : 24 x/menit, S :
36,50C.
Pada pemeriksaan fisik, penderita (ibu) tetap menuntun dari
sebelum hamil. Pemeriksaan khusus meliputi inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi.
b) Pemeriksaan penunjang
Proteinuria positif 3 atau lebih merupakan tanda
Preeklamsia Berat (PEB). NST dan USG untuk menilai
kesejahteraan janin.
b. Interpretasi data
Menurut (Muslihatun, W.N, 2010) berdasarkan kasus ini maka
kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah :
G3P1A1PK I Fase aktif dengan PEB
Dasar :
1) Ibu mengatakan mules dan nyeri perut bagian bawah serta
mengeluarkan cairan pervaginam lendir bercampur darah.
17

2) Pada pemeriksaan dalam di dapat pembukaan, konsistensi


lembek, bagian terendah, dilatasi serviks
3) Tekanan darah 160/110 mmHg
4) Protein urine +3
a) Masalah
Kemungkinan masalah yang timbul adalah :
(1) Ada nyeri his
(2) Gangguan peningkatan tekanan darah
(3) Cemas, ibu merasa takut dan gelisah dalam
menghadapi persalinan
b) Kebutuhan
(1) Massase ibu
(2) Memberikan rasa aman dan nyaman
Ibu mengalami peningkatan tekanan darah, dengan
memberikan rasa aman dan nyaman, keadaan emosional ibu
akan mambaik, sehingga dapat menstabilkan tekanan darah
ibu.
c. Diagnosa potensial/masalah potensial
Diagnosa potensial adalah diagnosa yang berpotensi terjadi
akibat masalah yang ada. Langkah ini penting untuk melakukan
asuhan yang sama.
1) Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada ibu: resiko
terjadinya Eklamsia ( Rukiyah dkk, 2010 )
2) Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada bayi: resiko
terjadinya hipoksia intra uterine ( Rukiyah dkk, 2010 )
d. Tindakan segera
Menurut (Muslihatun, W.N, 2010) tindakan segera
ditunjukan pada masalah potensial demi keselamatan pasien.
Harus bersifat segera disiaplan tindakan ataupun kolaborasi
penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi pasien.
Tindakan segera yang dibutuhkan pasien :
1) Kolaborasi dengan dokter Spesialis Kebidanan
2) Segera merujuk
18

e. Intervensi/perencanaan
Menurut (Muslihatun, W.N, 2010) berdasarkan diagnosa
yang ditegakan, bidan menyusun rencana kegiatanya mencakup
tujuan dan langkah yang akan dilakukan dalam melakukan
intervensi pemecahan masalah.
Langkah penyusunan rencana kegiatan :
1) Menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan
2) Menentukan langkah-langkah tindakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan
3) Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan tindakan
intervensi
f. Implementasi
Menurut (Muslihatun, W.N, 2010):
1) Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
2) Menjelaskan hasil pemeriksaan
3) Melakukan informed consent
4) Memberikan dukungan mental dan spiritual
5) Memberitahukan kepada ibu tentang teknik relaksasi ketika ada
HIS
6) Menyiapkan partus set steril dan alat resusitasi bayi ,alat sudah
siap atau belum
7) Melakukan kolaborasi dengan petugas labolatorium untuk
pemeriksaan darah
8) Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG , sesuai protap.
Membiarkan persalinan berjalan terus jika :
(a) Usia kehamilan diatas 37 minggu
(b) Pembukaan serviks >3 cm
(c) Adanya perdarahan aktif
(d) Adanya gawat janin, janin meninggal atau anomalia lainya
yang mengganggu kelangsungan hidupnya
(e) Adanya amnionitis atau Preeklamsia
g. Evaluasi
Menurut (Muslihatun, W.N, 2010) evaluasi mengacu pada kriteria
hasil
19

C. Teori Manajemen Kebidanan


1. Teori manajemen asuhan kebidanan
Yang disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode berfikir
dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan
kebidanan agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun
pemberi asuhan (Muslihatun, W.N, 2010).
Menurut Varney manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun
secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang
benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan
tepat, efektif dan efisien.
Standar 7 langkah Varney menurut ( Rukiyah dkk, 2011 ), yaitu :
a. Langkah I: Pengkajian ( Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sember yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
Anamnesa: anamnesa dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas, serta pengetahuan klien.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan masalah atau
diagnosa kebidanan adalah pengolahan atau analisa data yaitu
menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan lainya
sehingga tergambar fakta
20

c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial)


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
ini berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.Sambil
mengamati pasien, bidan diharapkan siap bila diagnosis atau
masalah potensial benar-benar terjadi.
d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera)
Antisipasi merupakan penerapan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera.Tahap ini dilakukan oleh bidan melakukan
identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis
dan masalah ditegakan, kegiatan bidan pada tahap ini adalah
konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan.
e. Langkah V (Perencanaan asuhan komprehensif)
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnisa yang telah
diidentifikasi atau diantisifasi. Rencana asuhan menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari
setiap masalah yang berkaitan, tetapi terkait juga dalam kerangka
pedoman antisifasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi
berikutnya
f. Langkah VI (Implementasi)
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada klien dan
keluarga. Mengarah atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan aman
g. Langkah VII (Evaluasi)
Adalah mengevaluasi keefektipan dan asuhan yang diberikan ulang
lagi proses manajemen dengan benar terhadap semua asfek asuhan
yang diberikan namun belum efektif dan merencanakan kembali yang
belum terencana
21

D. Wewenang Bidan
Wewenang Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan
yang berkaitan, kewenangan bidan pada Persalinan :
1. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
1) Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2) Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
2. Pasal 10 ayat 1, poin:
a) Pelayanan persalinan normal
3. Pasal 10 ayat 2, poin:
a) Episiotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu
eksklusif.
e) Pemberian uterotonika pada menejemen aktif kala tiga dan
postpartum.
f) Penyuluhan dan konseling
g) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Surat Al-Ahqaf Ayat 15

Ambarwati, dkk (2009) Asuhan Kebidanan Nifas, Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Dinkes Jabar (2015) Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Barat. Tersedia Dalam
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=6&date=2015-12-22[diakses
tanggal 12 mei 2016]

Dinkes Kota Tasikmalaya (2015).

Indrayani, dkk (2013) Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Jakarta: Trans Info
Media.

JNPK-KR Depkes RI (2008)

Jurnal Penelitian. Rien, dkk (2013)


http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/10936/10525[di
akses tanggal 12 mei 2016].

Kemenkes RI (2015). http/www.depkes.go.id/article/print/793/untuk-


menurunkan-angka-kematian-ibu-dan-kematian-bayi-perlu-kinerja-
keras.html. [diakses tanggal 12 mei 2016].

Lisnawati, (2013) Asuhan Kebidanana Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal, Jakarta: TIM

Manuaba I.B.G (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, Jakarta:
EGC

(2014) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, Jakarta: EGC

Muslihatun, W,N (2010). Asuhan Neonatus Bay dan Balita. Yogyakarta:


Fitramaya.

Notoatmodjo, (2010) Metedologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010. Tentang Izin dan Penyelenggaraan


Praktik Bidan.

Prawirohardjo,S. (2009) Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT Bina Pustaka.

_____(2010) Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT Bina Pustaka.

_____(2011) Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT Bina Pustaka.


Pudiastuti, R. (2012) Asuhan Kebidanan Pada Patologi, Yogyakarta: Nuha
Medika.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, (2015).

Rukiyah, dkk (2009) Asuhan Kebidanan II (Perslinan), Jakarta: CV. Trans Info
Media.

___ (2010) Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan, Jakarta: Ai Yeyeh


Rukiyah

Sukarni, (2014) Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus Resiko Tinggi,


Yogyakarta: Nuh Medika.

WHO, (2014) http://ebookinga.com/pdf/menurut-who-aki-tahun-2014 [diakses


tangga 12 mei 2016].

Anda mungkin juga menyukai