Oleh :
RENI LELAYANI
NIM. 13DB277032
Tujuan penyusuna laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidana pada ibu bersalin dengan Preeklamsia Berat (PEB)
menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan Preeklamsia Berat (PEB) dilakukan selama 2 jam diruang VK (Bersalin) RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman
nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Preeklamsia Berat (PEB).
Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan mulai dari pengkajian, interpretasi data,
diagnose potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada ibu
bersalin dengan Preeklamsia Berat (PEB) di ruang VK (Bersalin) RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya telah dilaksanakan dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dilapangan.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklampsia Berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan/atau oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Rukiyah, 2010).
Preeklampsia Berat (PEB) juga dikenal sebagai texomia kehamilan yang
ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi), proteinuria (protein dalam
urin), oedema (pembengkakan) umum, dan kenaikan berat badan secara
tiba-tiba. Preeklampsia Berat (PEB) dapat di identifikasikan pada masa
kehamilan dengan memantau tekanan darah, tes protein urin, dan
pemeriksaan fisik, deteksi dini pengelolaan Preeklampsia Berat dapat
mencegah perkembangannya menjadi eklampsi (Juliarti, 2014).
Penyebab Preeklamsia sampai sekarang belum diketahui.tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu
bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan mollahidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya
kehamilan. dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus.Timbulnya hipertensi, oedema, proteinuria, kejang dan
koma (Sukarni, 2014).
Masalah dapat teratasi dengan baik tetapi tidak menutup
kemungkinan masalah itu akan muncul kembali sehingga memerlukan
perawatan dan pengawasan lebih lanjut (Prawirohardjo, 2011).
Komplikasi yang terjadi pada kasus Preeklamsia Berat (PEB) yang
terjadi pada ibu yaitu berupa sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated, Livr,
Enzime, Low, Platetet). Oedema paru-paru, gangguan ginja, perdarahan,
solusio plasenta bahkan kematian ibu dan komplikasi pada janin, dapat
berupa kelahiran premature, gawat janin, berat badan lahir rendah, atau
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) (Pudiastuti, 2012).
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik perumusan
masalah dalam studi kasus ini adalah Bagaimana penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin P2A1 dengan Preeklampsia Berat (PEB) di
RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami pelaksanaan asuhan keidanan pada ibu bersalin P2A1
dengan Preeklampsia Berat (PEB) sesuai manajemen kebidanan 7
langkah varney.
4
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
Preeklampsia Berat (PEB), penulis:
a) Melaksanakan pengkajian pada ibu bersalin P2A1 dengan
Preeklampsia Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Tahun 2016.
b) Mengiterpretasi data pada ibu bersalin P2A1 dengan Preeklampsia
Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Tahun 2016.
c) Merumuskan diagnosa potensial pada ibu bersalin P2A1 dengan
Preeklampsia Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Tahun 2016.
d) Melakukan antisipasi penanganan segera pada ibu bersalin P2A1
dengan Preeklampsia Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya Tahun 2016.
e) Melakukan perencanaan pada ibu bersalin P2A1 dengan
Preeklampsia Berat (PEB) dini di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Tahun 2016.
f) Melakukan penatalaksanaan sesuai perencanaan pada ibu bersalin
P2A1 dengan Preeklampsia Berat (PEB) di RSUD d. Soekardjo
Tasikmalaya Tahun 2016.
g) Membuat evalauasi pada ibu bersalin P2A1 dengan Preeklampsia
Berat (PEB) di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Tahun 2016.
5
6
b) Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata rata 1 cm per
jam (multipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2
cm (multipara).Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Menurut Manuaba (2010), Hal yang perlu dilakukan dalam kala I
adalah:
a) Memperhatikan kesabaran pasien.
b) Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur
pernafasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam.
c) Pemeriksaan denyut jantung janin setiap jam sampai 1
jam.
d) Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong.
e) Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya lingkaran
Bandle, ketuban pecah sebelum waktu atau disertai bagian
janin yang menumbung, perubahan denyut jantung janin,
pengeluaran mekonieum pada letak kepala, keadaan his
yang bersifat patologis, perubahan posisi atau penurunan
bagian terendah janin).
f) Pasien tidak diperkenankan mengejan.
2) Kala II
Persalinan kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam
pada primi dan 1 jam pada multi (Rukiyah, 2009).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008), tanda dan gejala kala dua
persalinan adalah:
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan atau vaginanya.
8
c) Perineum menonjol.
d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang
hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3) Kala III
Kala III dimulai segera setelah lahirnya bayi dan
berlangsungnya proses pengeluaran plasenta, tanda-tanda
lepasnya plasenta: terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi
fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui
vagina/vulva, adanya semburan darah secara tiba-tiba, kala lll
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Rukiyah, 2009)
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008), Manajemen aktif kala tiga
bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan
dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Keuntungan manajemen aktif kala tiga adalah persalinan kala
tiga lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, me-
ngurangi kejadian retensio plasenta. Tiga langkah utama dalam
manajemen aktif kala tiga adalah peberian suntikan oxytosin
dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan
penegangan tali pusat terkendali, massase fundus uteri.
4) Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama postpartum (Rukiyah, 2009).
Menurut Manuaba (2010), Kala IV dimaksudkan untuk
melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang harus
dilakukan adalah:
a) Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena
tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.
9
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik
kepada kedua orang tuanya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula) (Q.S Al-Ahqaf:36/15).
2. Preeklamsia Berat
a. Pengertian
Preeklamsia Berat ialah Preeklamsia dengan tekanan darah
sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 g/24 jam (Prawirohardjo, 2010).
Preeklamsia Berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Rukiyah, 2010).
b. Etiologi Faktor Predisposisi Preeklamsia Berat (PEB)
1) Penyebab Preeklamsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi
ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia
yaitu: bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan
11
e. Intervensi/perencanaan
Menurut (Muslihatun, W.N, 2010) berdasarkan diagnosa
yang ditegakan, bidan menyusun rencana kegiatanya mencakup
tujuan dan langkah yang akan dilakukan dalam melakukan
intervensi pemecahan masalah.
Langkah penyusunan rencana kegiatan :
1) Menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan
2) Menentukan langkah-langkah tindakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan
3) Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan tindakan
intervensi
f. Implementasi
Menurut (Muslihatun, W.N, 2010):
1) Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
2) Menjelaskan hasil pemeriksaan
3) Melakukan informed consent
4) Memberikan dukungan mental dan spiritual
5) Memberitahukan kepada ibu tentang teknik relaksasi ketika ada
HIS
6) Menyiapkan partus set steril dan alat resusitasi bayi ,alat sudah
siap atau belum
7) Melakukan kolaborasi dengan petugas labolatorium untuk
pemeriksaan darah
8) Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG , sesuai protap.
Membiarkan persalinan berjalan terus jika :
(a) Usia kehamilan diatas 37 minggu
(b) Pembukaan serviks >3 cm
(c) Adanya perdarahan aktif
(d) Adanya gawat janin, janin meninggal atau anomalia lainya
yang mengganggu kelangsungan hidupnya
(e) Adanya amnionitis atau Preeklamsia
g. Evaluasi
Menurut (Muslihatun, W.N, 2010) evaluasi mengacu pada kriteria
hasil
19
D. Wewenang Bidan
Wewenang Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan
yang berkaitan, kewenangan bidan pada Persalinan :
1. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
1) Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2) Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
2. Pasal 10 ayat 1, poin:
a) Pelayanan persalinan normal
3. Pasal 10 ayat 2, poin:
a) Episiotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu
eksklusif.
e) Pemberian uterotonika pada menejemen aktif kala tiga dan
postpartum.
f) Penyuluhan dan konseling
g) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Jabar (2015) Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Barat. Tersedia Dalam
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=6&date=2015-12-22[diakses
tanggal 12 mei 2016]
Indrayani, dkk (2013) Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Jakarta: Trans Info
Media.
Manuaba I.B.G (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, Jakarta:
EGC
Rukiyah, dkk (2009) Asuhan Kebidanan II (Perslinan), Jakarta: CV. Trans Info
Media.