Jurnal Cabai Merah
Jurnal Cabai Merah
Penyebabnya adalah tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan lebat yang
terus menerus. Selain itu, genangan air pada daerah penanaman bisa
mengakibatkan kerontokan daun dan terserang penyakit akar. Pukulan air hujan
juga bisa menyebabkan bunga dan bakal buah berguguran. Sementara itu,
kelembapan udara yang tinggi meningkatkan penyebaran dan perkembangan
hama serta penyakit tanaman. Dengan berkembangnya ilmu bioteknologi di
bidang pemuliaan tanaman, para breeder berusaha merekayasa gen cabai biasa
menjadi cabai unggul. Pada dasarnya, tujuan umum pemuliaan cabai adalah
mendapatkan kultivar yang lebih baik dari kultivar yang sudah ada. Tipe cabai
unggul yang diinginkan adalah memiliki karakter masa pembungaan dan
pembentukan buahnya cepat (umur panen genjah), produktivitasnya tinggi, daya
adaptasinya luas atau spesifik untuk daerah marginal tertentu (kering rawa, pantai,
gambut/asam), serta tahan terhadap hama penyakit. Tidak hanya untuk memenuhi
hasil secara kuantitas, perakitan cabai unggul juga ditekankan pada kualitas hasil
sesuai preferensi konsumen. Para konsumen menginginkan karakter cabai antara
lain tingkat kepedasan sesuai kebutuhan, penampilan buah yang baik, mulus, dan
warna yang terang, serta bebas dari penyakit seperti antraknosa.
Untuk industri pangan, seperti saus dan pasta, sifat-sifat cabai yang
diinginkan adalah mempunyai tingkat kepedasan tinggi, warna merah terang, dan
buahnya harus tersedia sepanjang waktu untuk memenuhi kebutuhan industri
(kontinuitas terjaga). Salah satu tujuan pengembangan cabai adalah untuk
meningkatkan produktivitas tanaman cabai. Peningkatan produktivitas tanaman
cabai dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat dan
efisiensi penggunaan lahan. Artinya, diharapkan di lahan yang semakin sempit
sekalipun tanaman cabai dapat berproduksi tinggi. Dengan demikian, para petani
yang memiliki lahan sempit (100-200 m2 ) dapat menanam cabai dan memetik
hasil yang tinggi. Begitu pula dengan orang-orang yang ingin memanfaatkan
halaman rumahnya untuk berbisnis cabai. Mereka dapat menanam cabai di dalam
pot dan memanen hasil yang tinggi pula.
METODE PENELITAN
B. Cara Pelaksanaan
b. Observasi
c. Wawancara
Suatu proses untuk mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab
dengan responden. Responden dalam hal ini adalah pimpinan, pembimbing di
tempat magang, staf atau karyawan, maupun masyarakat di sekitar lembaga atau
instansi tempat penelitian. Sehingga diperoleh informasi yang diperlukan dengan
mudah dan jelas.
d. Sumber Data
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Dalam
pelaksanaan kegiatan praktek magang, data primer diperoleh dari wawancara
dengan pemimpin, pembimbing tempat magang, staf atau karyawanmaupun
masyarakat disekitar lembaga atau instansi tempat magang.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari responden.
Dalam pelaksanaan kegiatan praktek magang, data sekunder diperoleh dari buku,
arsip, jurnal dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan dalam
magang.
HASIL
Sejarah Tanaman Cabai Merah Tanaman cabai berasal dari dunia tropika
dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus
menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam
tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun
SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai ke seluruh dunia
termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang
Spanyol dan Portugis (Dermawan, 2010). Cabai merupakan tanaman perdu dari
famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal
dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua
Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.
1. Divisi : Spermatophyta
3. Kelas : Dicotyledoneae
4. Ordo : Solanales
5. Famili : Solanaceae
6. Genus : Capsicum
1. Akar
2. Batang
3. Daun
Daun cabai menurut (Dermawan, 2010) berbentuk hati, lonjong, atau agak
bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut (Hewindati, 2006),
daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing atau diistilahkan
dengan oblongus acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun.
Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian
permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar
9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun tunggal,
bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat
telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan
menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.
4. Bunga
1. Pengadaan Benih
2. Pengolahan Tanah
a. Tahap pertama lahan yang akan digunakan untuk budidaya cabai dibersihkan
terlebih dahulu dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman
sebelumnya. Selain itu, batu-batu sisa bangunan, kaleng, plastik, dan sampah lain
harus disingkirkan dari areal penanaman.
f. Bedengan yang telah ditutup mulsa dan dibiarkan selama 2 minggu, kemudian
dilubangi dengan jarak 50 70 cm.
3. Penanaman
Penanaman tanaman cabai di UPTD Perbibitan Tanaman Hortikultura
sumberejo dilakukan pada bulan Februari-Maret. Bibit cabai yang akan ditanam
merupakan bibit cabai yang dibeli dari petani pembibit di Bandungan yang telah
berumur sekitar 21 hari dan telah berdaun 4-6 helai. Sebelum menanam, bibit
yang masih berada di polybag disiram dengan air terlebih dahulu, penyiraman
dilakukan agar bibit mudah diambil sehingga tidak merusak sistem perakaran.
6. Panen
DAFTAR RUJUKAN
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau. Yogyakarta:
Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara.
Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Jakarta: Penerbit
Swadaya.
Hewindati, Yuni Tri dkk. 2006. Hortikultura. Jakarta: Penerbit universitas terbuka.