Disusun Oleh :
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gawat janin adalah kekhawatiran obstetri tentang keadaan janin, yang
kemudian berakhir dengan seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya.
(Sarwono Prawirohardjo.hal : 620.2009).
Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, infuse
oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu yang diabetes,
kehamilan pre dan posterm, ataupun prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera
dideteksi dan perlu penanganan segera.Istilah fetal distress biasa digunakan
untuk menggambarkan hipoksia pada janin dimana dapat menyebabkan
kecacatan pada janin atau kematian bila janin tidak segera dilahirkan.
Gawat janin adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh
oksigen yang cukup. Gawat Janin dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai
berikut :
1. Frekwensi bunyi jantung janin kurang dari 100 x / menit atau lebih dari
180 x / menit.
2. Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per
hari ).
3. Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan ( jika bayi
lahir dengan letak kepala )
B. DIAGNOSIS
Identifikasi gawat janin yang didasarkan pada pola frekuensi denyut
jantung janin kurang tepat dan menimbulkan silang pendapat para pakar
dalam interpretasi pola-pola ini sering berbeda pendapat sehingga ialah satu
pakar di the NICHD FetaI Monitoring Workshop (1997) secara berkelakar
membandingkan para pakar yang hadir dengan iguana laut di Kepulauan
Galapagos-"semua berada-di pantai yang sama, tetapi menghadap ke arah
yang berbeda dan saling meludahi satu sama lain" (Parer,1997).
Ayres-de-Campos dan rekan (1999) meneliti kesepakatan antarpengamat
(inter-obseraer agreement) mengenai interpretasi pola frekuensi denyut
jantung janin dan mendapatkan bahwa kesepakatan-atau sebaliknya,
pertentangan-timbul pada penentuan apakah potiitu normal, mencurigakan,
atau patologis.Secara spesifik, para pakar setuju pada 62 persen pola normal,
42 perserr pola yang.rnencurigakan, dan hanya 25 perJen pola patologis
Memang, beberapa kesepakatan telah dicapai, tetapi hanya mengenai definisi
frekuensi denyut jantung janin dengan pola normal dan abnormal yang
ekstrem (Tabel 14-2)
Baru-baru ini telah dilakukan berbagai upaya riset guna menguji kegunaan
sistem klasifikasi frekueisi denyutJantung lat in yang definisinya sudah
ditentukan pasti. Berkus dkk.(1999) secara retrospektif menganalisis pola
frekuensi denyut jantung janin selama 3O menit terakhir persalinan pada
1859 persalinan aterm. Studi ini dirancang untuk menentukan apakah pola
spesifik, atau kombinasi pola, dapat memprediksi hasil akhir pada neonatus
Kombinasi polJ frekuensi denyut jantung janin yang menunjukan tidak
adanya akselerasi plus deselerasi lambat atau variabel yang parah, atau
bradikardia atau takikardia yang berkepanjangary menyertai peningkatan
insiden gangguan pada bayi. Low dkk (1999) menganalisis pola frekuensi
denyut jantung pada bayi aterm yang lahir dengan asidemia metabolik yang
signifikan (defisit basa arteri umbilikalis >16 mmol/lti). esidemia semacam
ini jarang dijumpai, terjadi pada hanya 71 di antara 23.000 kelahiran.
Polatanpa variabilitas basal merupakan pola paling spesifik, tetapi hanya
teridentifikasi pada 17 persen janin yang mengalami asidemia' Sensitifitasnya
17 persen (positif sejati), dan spesifisitasnya 98 persen (negatif sejati).
Dellinger dkk.(2000) secara retrospektif menganalisis pola frekuensi
denyut jantung janin intrapartum pada 898 kehamilan dengan menggunakan
suatu sistem klasifikasi yang mereka rancang sendiri. Pola frekuensi denyut
jantung janin selama persalinan sebelum pelahiran diklasifikasikan sebagai
"normal", "stres", atau "gawat". "Gawal" janin didiagnosis pada 8 (1 persen)
rekaman dan 70 persen diklasifikasikan sebagai normal". Hampir sepertiga
adalah pola intermediet.Yang digolongkan ke dalam "gawat" janin antara lain
tidak iaanya variabilitas plus deselerasi lambat atau deserasi variable sedang
sampai parah atau denyut basal kurang dari 110 dpm selama 5 menit atau
lebih.Hasil akhir seperti seksio sesarea, asidemia janin, dan rawat inap di
ruang perawatan intensif secara bermakna beikaitan dengan pola frekuensi
denyut jantung janin.Para penulis ini menyimpulkan bahwa sistem klasifikasi
mereka secara ikurat dapat memprediksi hasil akhir normal bagi janin serta
membedakan gawatjanin yang sesungguhnya.
( Cuningham, F Gary . hal. 381 : 2006)
C. Patofisiologi
Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan kapasitas angkut oksigen
pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga
halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar dari pada
orang dewasa.Dengan demikian penyuluhan oksigen melalui plasenta kepada
janin dan jaringan perifer dapat terselenggara dengan relatif baik. Sebagai
hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat, CO2 dan air di
sekresi melalui plasenta. Bila plasenta mengalami penurunan fungsi akibat
dari ruang intervili yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi
CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya asidosis.
Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa
menjadi enersi melalui reaksi anerobik yang tidak efisien, bahkan
menimbulkan asam organik yang menambahkan asidosis metabolik.Pada
umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau
arus darah tali pusat.
Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan
akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah bila
terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung)akan menerima
penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan perifer.
Badikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar jantung
bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia. Yang akan dibahas disini adalah
diagnosis gawat janin dalam persalinan yang dapat diketahui dengan teknik
pengawasan atau pemantauan elektronik jantung janin dan teknik
pemeriksaan darah janin (PDJ
D. Tanda tanda dan Gejala
Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu
dapat melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung
jumlah tendangan janin/ kick count. Janin harus bergerak minimal 10
gerakan dari saat makan pagi sampai dengan makan siang.Bila jumlah
minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus
menghitung lagi sampai hari berikutnya.Hal ini dapat dilakukan oleh semua
ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutamadiminta untuk dilakukan
oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yangmengeluh terdapat
pengurangan gerakan janin. Bila ternyata tidak tercapai jumlahminimal
sebanyak 10 gerakan maka ibu akan diminta untuk segera datang ke RS atau
pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tanda-tanda gawat janin:
1. Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak
kepala
2. Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janin. Untuk
mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan
pemantauanmenggunakan kardiotokografi
3. Asidosis janin diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu:
1. Asfiksia
2. Kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik.
Komplikasi gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari
kompresi talipusat akibat berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion)
atau prolapsus talipusat KPD pada kehamilan yang sangat muda dandisertai
oligohidramnion yang lama menyebabkan terjadinya deformitas janin.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan klinis perubahan pola frekuensi denyut jantung janin
yang signifikan adalah, apabila mungkin, memperbaiki gangguan pada
janin.Tindakan yang dianjurkan oleh American College of Obstetricinns and
Gynecologists (1998) diperlihatkan di Tabel 14-3.Mengubah posisi ibu
menladi posisi lateral, memperbaikihipoiensi ibu akibit analgesia regional dan
menghentikan oksitosin, berfungsi untuk memperbaiki perfusi
uteroplasenta.Pemeiiksaan untuk menyingkirkan protaps tali pusat atau
persalinan iminens mungkin bermanfaat. (Cuningham, F. Gary .2006:381)
1. Auskuttasi Intermiten
Auskultasi.intermiten jantung janin telah digunakan sejak abad ke-
20.Sir Andrew Clayer menulis sebagai berikut.
a. DJJ, irama, dan intensitasnya harus diperiksa setiap 2 jam selama kala
I asal ketuban masih intak, dan bila telah pecah harus dilakukan setiap
1/2 jam.
b. Auskultasi harus dilakukan setelah selesai suatu kontraksi untuk
memberi kesempatan pada jantung berubah ke denyut jantung normal.
Jelas auskultasi dengan cara demikian akan gagal menemukan
deselerasi lambat, salah satu yang paling sensitif sebagai indikator
hipoksia selama persalinan. Hipoksia merupakan suatu keadaan patologis
yang ditandai oleh berkurangnya konsenrrasi/kadar oksigen di dalam
jaringan-jaringan dan darah (asidemia).Persalinan darurat dari janin
dengan takikardia (>160 denyur per menit) atau suatu bradikardia (<120
denyut per menit) atau DIJ yang iregular iramanya (tanda gawatjanin
tradisional lainnya) yang terdeteksi dengan penggunaan auskuitasi
intermiten, sering kali menghasilkan janin dengan tanda-tanda bayi-sehat,
sedangkan janin yang lain terlebih dahulu mati inutero tanpa tanda-tanda
plringatan lebih dahulu.
Hal ini-mungkin disebabkan auskultasi intermiten tidak dapat menilai
variabilitas DJJ dan tidak mampu mendeteksi deselerasi DJJ karena
keadaan ini biasanya terjadi berhubungan dengan kontraksi-kontraksi
rahim yang membuat bunyi-bunyi denyut jantung janin sulit untuk
didengar.Auskultasi hendaknya dilakukan segera setelah suatu kontraksi
guna mendeteksi deselerasi yang ada.Biia ditemukan >"150 denyut per
menit, atau < 110 denyut per menit (menurut FIGO), atau lambat setelah
suatu kontraksi, disarankan penggunaan alat pemantau janin elektrik
(ebmonic fetal monitoring) untuk mengetahui pola DJJ.
Frekuensi auskultasi hendaknya lebih sering dilakukan pada kala II,
segera setelah setiap kali kontraksi.Bila jantung janin sulit didengar,
pergunakan alat Doppler yang portabel.Hal ini sangat bermanfaat karena
parturient sering aktif sehingga penggunaan stetoskop Pinard sulit
dilakukan.
2. Pemantauan Janin Berkesinambungan secara Elektronik (PJB)
Pada awal penggunaan PJB, antusiasme timbul untuk mengurangi
kematian intrapartum dan menurunkan kematian perinatal dan gangguan
neurologis di kemudian hari.Awal penelitian-peneiitian secara rerrospektif
memberi kesan ada hubungannya dengan penurunan Perinatal Mortaliry
Rare (PMR) yang cukup besar, sebesar 50 % dari kesakitan dan kematian
perinatal.
Walaupun demikian, penelitian lain kurang antusias, malah melaporkan
meningkatnya intervensi akibat penggunaan PJB, tanpa manfaat yang
jelas. Terdapat 12 randomized controlled clinical trials dan PJB
dibandingkan auskultasi/catatan secara intermiten
Sembilan di antaranya berdasarkan hasil meta analisis Vintzilleos dan
kawan-kawan yang meliputi 18.561 penderita. Hasilnya ditemukan
insidensi seksio sesarea meningkat dengan penggunaan PJB ini (odds ratio
1.53, 95 % confidence interval (CI) 1.17-2.01)
Tidak terdapat penurunan yang berarti dari PMR (4,2/1.000 pada
kelompok PJB jika dibandingkan dengan auskultasi incermiren yang
besarnya 4,9/1.000).
Meskipun demikian, terdapat pengurangan yang signifikan dari
kematian akibat hipoksia dari kedua kelompok, 0,7/1.000 dan 1,8/1.000
(odds ratio o.41,95 % CI 0,17-0,98)
Hasil tiga penelitian lainnya, berdasarkan meta analisis memberi hasil
yang sama. Dengan demikian, menurur hasil penelitian rersebut PJB tidak
perlu dipergunakan secara rutin pada semua persalinan.
I. PENGKAJIAN
Tanggal: ... Jam: ...
A. Anamnesa
1. Biodata
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
Suku Bangsa : Suku Bangsa :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Agama : Agama :
Alamat : Alamat :
Keterangan:
a. Umur : ... tahun
Umur seseorang sangat berpengaruh terhadap kehamilan.Ibu yang
berumur <20 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya belum siap
untuk menerima kehamilan dan cenderung kurang perhatian
terhadap kehamilannya. Ibu yang berumur 20-35 tahun, rahim dan
bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima kehamilan dan
diharapkan mampu untuk lebih memperhatikan kehamilan karena
lebih banyak pengetahuan dan pengalaman terhadap
kehamilan.Ibu yang berumur >35 tahun, rahim dan bagian tubuh
lainnya fungsinya sudah mulai menurun dan kesehatan tubuh ibu
tidak sebaik dan seoptimal pada usia 20-35 tahun (Winkjosastro,
2002).
Pada IbKehamilan di atas umur 35 tahun mempunyai risiko 3
kali lebih besar terjadinya persalinan seksio sesarea yang
disebabkan oleh gawat janin atau fetal distress dibandingkan
dengan umur di bawah 35 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian Umar (2001) di RS dr. Pirngadi
Medan tahun 2001 diperoleh bahwa ibu yang berumut >35 tahun
mempunyai resiko sebesar 17,716 kali lebih besar terhadap
kematian perinatal dibanding ibu hamil dengan umur 20-34 tahun.
b. Pekerjaan
Jenis pekerjaan akan mempengaruhi kesehatan dan kehamilan ibu.
Hal ini disebabkan tiap-tiap pekerjaan mempunyai tingkat stress,
tingkat kelelahan, jam kerja, kesehatan lingkungan kerja yang
berbeda pula.(Wiknjosastro, 1999 :276).
Pekerjaan yang terlalu berat dapat menyebabkan ibu mudah
kelelahan sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya fetal
distress. Hal ini disebabkan karena kelelahan yang dialami ibu
mengakibatkan pola pernafasan terganggu (napas pendek)
sehingga suplai oksigen ke janin mengalami gangguan dan janin
dapat berisiko fetal distress.
2. Alasan Kunjungan
Untuk mengkaji alasan ibu yang mendasari melakukan kunjungan ke
bidan. Dikaji untuk mengetahui alasan alasan apa yang mendasari
kunjungan ini yang disesuaikan dengan apa yang dikatakan oleh ibu.
Contoh: Ibu datang ingin memeriksakan kehamilannya, ibu datang
ingin konsultasi ketidaknyamanan, dll.
3. Keluhan Utama
Bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang melatar belakangi
ibu datang ke bidan.( Depkes RI, 1994 : 14 )
Pada keluhan utama ditanyakan apakah ibu hamil datang untuk
memeriksakan kehamilan atau mempunyai keluhan atau pengaduan
lain yang berhubungan dengan kehamilannya. (Firman F, 2011:81)
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apa yang sedang dialami oleh
ibu yang berhubungan dengan kehamilan, sehingga sebagai bidan
harus mampu menggali secara mendalam apa yang sedang dialami ibu
karena hal ini sangat penting juga untuk membuat diagnosa dan
menuliskan apa yang diungkapkan ibu tentang kehamilannya.
Contoh:
Ibu mengeluhkan gerakan janin pada TMII/ TM III berlebihan,
berkurang, bahkan menghilang.
Ibu merasakan gerakan janin berkurang,berlebih bahkan hilang, hal
ini merupakan salah satu tanda fetal distressyang bisa dirasakan oleh
ibu.
Penyulit yang dapat ditemukan pada riwayat kebidanan yang lalu yang
dapat mempengaruhi kehamilan sekarang :
a. Preeklamsi
Preeklamsi merupakan kelainan pada kehamilan yang berulang
pada kehamilan berikutnya, diamana preeklamsi menyebabkan
penurunan perfusi plasenta. Keadaan ini menyebabkan fungsi
plasenta menurun sehingga pertukaran nutrisi dan gas menjadi
kurang optinal sehingga menyebabkan gawat janin.
b. Postmatur
Pada kasus postmatur maka terjadi penurunan volume air ketubn,
sehingga terjadi oligohidramnion dimana amnion menjadi kental
karena mekonium diaspirasi oleh janin sehinga terjadilah asfiksia
intrauterin (gawat janin).
Selain itu pada postmatur terjadi insufisiensi plasenta sehingga
aliran oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin terganggu
6. Riwayat Menstruasi
7. Riwayat Kesehatan Ibu
Tanyakkan apakah ibu pernah mengalami kondisi-kondisi berkut ini :
a. Kardiovaskuler (Jantung, hipertensi, varises, tromboflebtis,
stroke, hipotensi)
Kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan dapat
menyebabkan payah jantung atau dekompensasi kordis,
pengaruhnya terhadap kehamilan yaitu gawat janin (Mochtar R.
1998: 137-138)
Pada ibu yang mengalami hipertensi maka pembuluh darah
mengalami vasokontriksi sehingga aliran dalam tubuh tidak
lancar yang mengganggu perfusi jaringan. Pada uteroplasenta
juga akan kekurangan oksigen, dimana suplai oksigen ke janin
berkurang sehingga terjadi hipoksia janin.
Hipotensi mengakibatkan penurunan kardiac output sehingga
oksigen kedalam jaringan berkurang, gangguan perfusi
jaringan. Suplai oksigen ke janin juga akan berkurang dan
terjadilah hipoksia janin
b. Perdarahan
Perdarahan saat hamil mengakibatkan kadar hemoglobin turun
sehingga jumlah oksigen yang masuk ke jaringan juga menurun,
sehingga menyebabkan hipoksia jaringan. Plasenta juga akan
mengalami kekurangan oksigen yang menyebabkan suplai
oksigen ke janin berkurang terjadilah hipoksia janin dan gawat
janin.
c. Sistem pernafasan (asma, TBC, masalah pernafasan lainnya)
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari
sering dan beratnya serangan , karena ibu dan janin akan
kekurangan oksigen atau hipoksia. Keadaan hipoksia akan
berpengaruh terhadap janin yaitu sering terjadi
keguguran,kematian janin dalam kandungan, persalinan
prematur atau berat janin tidak sesuai dengan kehamilan
(gangguan pertumbuhan janin) (Wiknjosastro,2006)
d. Sistem endokrin ( diabetes miletus, penyakit tiroid/kelenjar
gondok)
Kadar gula darah yang tinggi mengakibatkan kekentalan darah
meningkat aliran darah pun menjadi terhambat sehingga terjadi
gangguan perfusi jaringan dan timbulah hipoksia janin.
e. Sistem Saraf ( epilepsi, kejang nonepilepsi, nyeri kepala kronis)
Pada preeklamsi terdapat spasmusarteriola spiralis desidua
dengan akibat menurunya aliran darah ke plasenta. Perubahan
plasenta normal sebagai akibat tuanya kehamilan seperti
menipisnya sinsitium, menebalnya dinding pembuluh darah
dalam villi karena fibrosi, dan konversi mesoderm menjadi
jaringan fibrotik, dipercepat prosesnya pada preeklamsi dan
hipertensi. Hal ini akan mempengaruhi janin. (Sarwono
2005:281)
Demikian halnya yang terjadi pada penderita epilepsi apabila
sedang mengalami kejang.
f. Anemia
Dalam sirkulasi jaringan mengalami kekurangan sel darah
merah, sehingga oksigenasi ke jaringan dan sel tubuh berkurang.
Begitu pula suplai oksigen ke plasenta akan berkurang yang
mengakibatkan janin mengalami hipoksia
g. Penyakit jiwa (depresi, kecemasan berat, penyakit jiwa lain )
Pada ibu yang mengalami gangguan depresi termasuk yang
mengonsumsi obat-obatan penenang maka dapat berisiko
terjadinya relaksasi pada otak yang mengakibatkan sistem
vaskuler menjadi lebih rileks
B. Pemeriksaan Fisik
Penurunan komplikasi kehamilan ke tingkat resiko yang rendah memiliki arti
yang sangat besar dalam upaya menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu
dan janin yang dikandungnya.Salah satu upaya untuk menurunkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan janin yaitu dengan melakukan pemeriksaan kehamilan
(antenatal care).Pemeriksaan kehamilan berupaya menetapkan kehamilan
dengan resiko tinggi, yang bertujuan untuk menurunkan komplikasi
kehamilan, menentukan dan menetapakan keadaan patologis sedini mungkin
sehingga kondisi ibu dapat diperbaiki atau segera dirujuk untuk mendapatkan
pengawasan dan penanganan yang lebih intensif (Manuaba,1999).
1. Pemeriksaan umum :
a. Keadaan umum : dituliskan keadaannya meliputi baik, pucat atau
lemas.
b. Kesadaran :.meliputi compos mentis (sadar penuh), apatis (kesadaran
segan), delirium (gelisah), somnolen (kesadaran menurun), stupor
(seperti tertidur lelap), coma (tidak ada respon).
Untuk mengetahui apakah ibu sadar penuh atau hanya sadar bila
dirangsang dengan rangsangan nyeri atau ibu tidak sadar sama sekali.
c. Tanda vital :
Tekanan Darah : ... mmHg
Untuk mengkaji tekanan darah ibu, tekanan darah ibu normal yaitu
110/70 mmHg (Ibrahim, 1996 : 92), apabila tekanan darah ibu
>140/90 mmHg atau tekanan diastol mengalami 15 mmHg/lebih
sebelum kehamilan 20 minggu dari keadaan biasa dengan 2 kali
pengukuran dan selisih waktu 1 jam, maka mengindikasikan terjadinya
komplikasi kehamilan)
Nadi : ... x/menit
Untuk mengkaji jumlah denyut nadi ibu per menit, normalnya yaitu
antara 70-80 kali/menit. (Ibrahim, 1996 : 44) Apabila jumlah denyut
nadi lebih banyak dari normal (tachycardia), dapat terjadi pada
kondisi pireksia, dehidrasi, anemia, perdarahan, syok, stress, dll.
Sedangkan pada brachycardia (< 55 kali/menit), dapat terjadi pada
kondisi relaksasi, infark miokard.
RR : ... x/menit
Untuk mengkaji jumlah pernafasan ibu, normalnya yaitu 16-24
kali/menit. Apabila terjadi sedikit kenaikan merupakan fisiologis
karena terpengaruh oleh perubahan metabolisme tubuh selama hamil.
(farner, 1997 : 467)
Suhu badan : ... 0C
Pengukuran suhu ibu hamil yang normal antara 36-37 0C.Apabila suhu
lebih tinggi dari normal maka kemungkinan ada indikasi pireksia,
dehidrasi, bahkan infeksi.
2. Status Presens
a. Kepala dan muka
- Rambut : kebersihan, mudah rontok
Hal ini dapat digunakan untuk mengetahui status gizi pasien. Semakin
sedikit rambut yang rontok, maka status gizi semakin baik.
- Mata : edema kelopak mata, konjungtiva pucat/ merah muda, sklera
ikterik Sklera dikaji putih/kuning karena hepatitis virus dapat terjadi
pada setiap saat kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk pada ibu
maupun janin pada trimesters I dapat terjadi
keguguran(Wiknjosastro,1999 :29). Konjungtiva dikaji apakah merah
muda atau pucat,bila pucat merupakan tanda anemia bagi ibu
hamil.Karena ibu hamil di Indonesia berkisar antara 20-80 %
mengalami anemia (Manuaba,1998 :29)
- Hidung : adakah massa, edema mukosa, sekret, fungsi.
- Mulut : gigi (kebersihan, caries), mukosa mulut sianosis, stomatitus,
epulis, ginggivitis, lidah, tonsil.
- Telinga : serumen, tanda-tanda infeksi termasuk pengeluaran sekret.
b. Leher dan Dada
c. Dada dan Mamae
- Inspeksi : adakah sesak nafas, retraksi otot pernafasan, bentuk mamae,
simetris, papila menonjol atau datar atau masuk, hiperpigmentasi
areola mamae.
- Palpasi : adakah massa abnormal, adakah nyeri tekan
- Auskultasi : suara nafas, bunyi jantung
d. Abdomen
e. Ekstremitas
- Atas : edema, luka tusukan jarum, sianosis bawah kuku, pengisian
kapiler, fungsi normal
- Bawah: edema, varices, sianosis di bawah kuku, pengisian kapiler,
reflek patella kanan kiri.
f. Genetalia eksterna dan anus
3. Pemeriksaan Obstetrik
a. Muka : cloasma gravidarum.
b. Mammae
c. Abdomen
- Inspeksi: membuncit, melintang, linea nigra, linea alba, striae livide,
striae albicans.
- Palpasi leopold
- Auskultasi : frekuensi DJJ/ menit, teratur atau tidak, letak punktum
maximum, dan jumlah.
NB : DJJ umunya sudah jelas terdengar dengan dopler mulai usia 16
minggu. Fetoskope dapat digunakan pada umur 20 minggu keatas.
Pada ibu hamil dengan fetal distress DJJ < 100 x/menit atau >180
x/menit
4. Pemeriksaan Penunjang :
a. Laboratorium :
Menurut Manuaba (2003), pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dapat digolongkan sebagai
berikut :
o Normal : 11 gr%
o Anemia ringan : 9-10 gr%
o Anemia sedang : 7-8 gr%
o Anemia berat : <7 gr%.Pemeriksaan lainnya
b. USG
Merupakan sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan
kematian janin dimana gambarannya menunjukan:
- Gerak janin berkurang atau lebih
- Denyut jantung janin <100 x/menit atau >180 x/menit
- Letak implantasi plasenta
- Keadaan tali pusat
(Saifudin, 2009)
1. Hasil temuan telah dibicarakan kepada ibu / keluarga dan ibu mengerti
keadaan janinnya
2. Ibu mengerti tentang masalh yang terjadi pada janinnya, meliputi apa /
mengapa, penyebab, akibatnya jika tidak diatasi dan bagaimana cara
mengatasinya / apa yang akan dilakukan bidan bersama dengan ibu untuk
mengatasi masalah.
3. Ibu bersedia dan telah berbaring miring kiri
4. Ibu telah diberikan oksigen melalui masker muka 6 liter permenit
5. Ibu telah diobservasi KU, TTV dan DJJ.
Hasil observasi menunjukkan keadaan janin normal, sehingga ibu dapat
dipulangkan, dan ibu bersedia untuk mencatat gerakan janin pada
pagi,siang,sore dan malam hari.
6. Hasil pemeriksaan menunjukkan ibu dan janin tidak mengalami
komplikasi
7. Ibu memahami cara menghitung gerakan janin dan body mekanik yang
benar
8. Ibu bersedia untuk mengurangi kegiatan yang berat dan pemenuhan nutrisi
seimbang
9. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang kepada ibu 1 minggu lagi
atau sewaktu ada keluhan
10. Dokumentasi telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
http://pudjias.blogspot.com/2012/04/gawat-janin.html
Cuningham , F. Gary . 2006. Obstetri Williams . Ed. 21. Jakarta: EGC .
Saifusin, Abdul Bari, dkk. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
PustakaSarwono Prawirohardjo.
Taber, Ben Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta:EGC.