Proses Kaunseling Keluarga
Proses Kaunseling Keluarga
Proses yang terlibat dalam sesi kaunseling menggunakan teori Komunikasi Satir adalah:
i) Membina hubungan
Proses ini lebih banyak melibatkan peranan terapis dalam sesi untuk mewujudkan suasana yang
terapeutik dalam sesi. Antara perkara yang boleh dilakukan oleh terapis pada peringkat ini adalah
terapis perlu mengenal pasti potensi yang ada pada setiap ahli. Selain itu, terapis juga boleh
bertanyakan soalan untuk melihat dinamika keluarga tersebut. Terapis juga perlu membina kesedaran
untuk berubah dalam kalangan ahli. Terapis juga perlu membuat plan penilaian awal untuk
mendapatkan keyakinan daripada keluarga.
Status Quo adalah perkara yang menjadi kebiasaan bagi setiap ahli dalam sesebuah keluarga. Pada
peringkat ini, terapis perlu memupuk kesedaran dalam kalangan ahli dari konteks peranan dan
komunikasi dalam keluarga. Terapis juga perlu membina pemahaman yang baru dalam kalangan ajhli
melalui peningkatan kesedaran. Terapis juga boleh mengganggu status Quo dalam keluarga tersebut.
Contohnya, kebiasaannya hanya ayah yang akan membuat segala keputusan tanpa melibatkan
kepentingan orang lain. Selain itu, terapis juga boleh membuat provokasi terhadap ahli untuk ahli
mngeluarkan sendiri isu yang dihadapi.
Pada peringkat ini, terapis perlu memastikan bahawa setiap ahli sudah bersedia untuk menerima
perubahan baru dalam struktur keluarga. Terapis akan memberi harapan terhadap ahli untuk mengubah
kebiasaan tersebut dengan cara yang baru dan berbeza. Pada peringkat ini juga, ahli diminta untuk
membuat eksperesi dalam sesi sebagai gambaran dan persediaan kepada ahli untuk berhadapan dengan
isu tersebut pada masa akan datang
Banyak pertimbangan-pertimbangan moral yang berkaitan dengan kode etik profesi yang
perlu diperhatikan dan dipahami dengan baik oleh seorang konselor yang akan melaksanakan
konseling keluarga. pertimbangan-pertimbangan moral itu diperlukan karena terjadinya
perubahan focus konseling, dari konseling yang berfokus pada individu menjadi konseling
yang berfokus pada system keluarga. Salah satu yang mesti dipertimbangkan koselor adalah
kepada siapa dan untuk siapa tanggung jawab dan legalitas pokok konseling itu.
Nilai-nilai moral pilihan konselor tentang tanggung jawabnya didalam konseling keluarga
memiliki konsekuensi tertentu. Posisi konselor dalam konseling keluarga memiliki pengaruh
yang luas dan mendalam, tidak hanya berpengaruh pada hubungan awal konseling dan
penelusuran masalah, tetapi juga berpengaruh pada perumusan tujuan dan perencanaan
treatment dalam proses konseling.
1. KONFLIK-KONFLIK ETIKA
Empat jenis konflik etika dalam proses pembuatan keputusan konselor dalm konseling
keluarga.
Jika konselor telah menetapkan untuk menangani secara individual, maka ia harus
memutuskan dalam hal apa atau haruskah anggota keluarga dilibatkan dalam treatment dan
apbila konselor menangani suatu kelompok keluarga, haruskah individu-individu tertentu atau
kombinasi dari keluarga dilibatkan secara terpisah? Bagaimana penerapan asas kerahasiaan
dalam keadaan yang demikian itu?
Rahasi keluarga pada kasus perbuatan serong antara seorang ayah dan anak gadisnya. Dalam
hal ini konselor memiliki tanggung jawab untuk melaporkan perbuatan serong kepada pihak
polisi atau pihak lain yang menangani perlindungan dan kesejahteraan anak. Konselor harus
melakukan penilaian klinis untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan anggota
keluarga.
Pada tahap ini, konselor mengawali kontak dengan salah seorang anggota keluarga. Seringkali
anggota keluarga yang yang mulai mengontak konselor melaliu telepon dengan
menyampaikan problem-problem yang dialaminya dalam bentuk keluhan-keluhan yang
berhubungan dengan biologis, psikologis, dan hubungan anterpribadi. Oleh karena keluhan-
keluhan yang disampaikan oleh anggota keluarga berhubungan dengan kehidupan keluarga,
konsekuensinya kebanyakan konselor memilih untuk mengundang setiap orang yang tinggal
dalam system keluarga itu untuk datang bersama-sama dalam wawancara konseling tahap
awal. Pertemuan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari tangan pertama mengenai
pola-pola kerjasama keluarga dan strategi untuk mengatasi stress, yang pada gilirannya akan
digunakan pada situasi wawncara konseling sebenarnya.
Pada tahap ini konselor berperan sebagai pembimbing dan pengarah, tetapi senantiasa
berupaya menghindari mengambil alih peran orangtua. Konselor harus bersikap netral dan
menahan diri untuk tidak mencampuri urusan pribadi seorang anggota keluarga, memfasilitasi
komunikasi yang terbuka dan menyenangkan, serta mengajak setiap anggota keluarga untuk
berpartisipasi dalam proses konseling. Di lain pihak setiap anggota keluarga harus bersedia
terbuka dan mengurangi sikap-sikap permusuhan atau konflik-konflik. Dengan begitu, setiap
anggota keluarga akan mulai menyadari bahwa hubungan-hubungan yang
tidak menyenangkan yang dapat diubah, dikurangi bahkan dihilangkan. Hasil keseluruhan
yang diharapkan dari fase pertengahan dalam konseling adalah kesiapan terbaik untuk
menerima ide-ide perubahan dan keinginan yang lebih meningkat untuk turut aktif mencapai
hasil positif yang diharapkan dari konseling keluarga.
Konseling keluarga membutuhkan waktu bebrapa session mingguan atau bulanan. Konseling
keluarga dapat dihentikan apabila anggota keluarga yang terlibat dalam proses konseling
keluarga bisa bekerja sam dengan baik sebagai suatu kelompok untuk menelesaikan masalah-
masalah mereka dan mengubah perilaku-perilaku yang destruktif. mereka juga telah mampu
mengembangkan suatu internal support system dan tidak bergantung kepada orang lain,
termasuk tidak bergantung kepada konselor. Selain itu, mereka telah mampu berkomunikasi
secara terbuka, eksplisit, dan jelas. Mampu melakukan peranan masing-masing secara
fleksibel, dan setiap anggota keluarga mampu menyeimbangkan antara hak dan kewajibannya
masing-masing dalam keluarga.