Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dengan akalnya telah dapat menunjukkan kelebihan anugrah Tuhan
dengan kemampuannya menciptakan berbagai macam sarana yang dapat digunakan
untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan lingkungannya untuk kemajuan
dan kesejahteraan hidupnya.
Pada mulanya ada tiga hal yang menjadi dasar kebangkitan kemajuan kehidupan
umat manusia yaitu diciptakannya bahasa tulis kira-kira lima atau enam ribu tahun yang
lalu, disusul dengan kemampuan mengoperasikan hitungan sederhana kira-kira seribu
tahun kemudian dan diciptakannya mesin cetak sekitar lima ratus tahun yang lalu.
Dengan bahasa tulis kita mampu merekam (mencatat) berbagai macam informasi
secara permanen serta mampu mengirimkan pesan dengan menerobos keterbatasan ruang
dan waktu. Dengan operasi hitung kita dapat mengolah data kuantitatif yang akurat.
Dengan mesin cetak kita dapat menyalin dan memperbanyak bahan tulisan dengan cara
cepat dan rapi serta menyebar luaskannya ke generasi berikutnya.
Perkembangan zaman berikutnya kemajuan teknologi semakin cepat seperti
photografi, photocopy, cinema photografi, telegrafi, telephon, radio komunikasi, radar,
dan berbagai macam digital computer elektronik. Teknologi ini berkembang ke berbagai
bidang kehidupan seperti di toko, di sekolah, perguruan tinggi, kantor bahkan ke rumah
tangga.
Hasil kemajuan teknologi memang dapat didayagunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia, tetapi kemajuan dan perubahan ini terkadang banyak orang
yang masih belum mau menerima apalagi melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang
menyadari bahwa sesuatu yang baru itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau
menerima dan mau menggunakan atau menerapkannya.
Dari permasalahan ini ternyata memang ada jarak antara mengetahui dan mau
menerapkannya serta menggunakan atau menerapkan ide yang baru tersebut. Maka
dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana cara untuk
mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran penyebaran inovasi).
Untuk memecahkan masalah tersebut maka difusi inovasi menarik perhatian para ahli
pengembangan masyarakat dan dipelajari secara mendalam.
2

Teori difusi inovasi yang dikembangkan Everett M Rogers dikenal luas sebagai
teori yang membahas keputusan inovasi. Melalui buku Diffusion of Innovation (DOI),
Rogers (1983) menawarkan konsep difusi inovasi berikut kecepatan sebuah sistem sosial
menerima ide-ide baru yang ditawarkan sebuah inovasi. Teori Rogers ini hingga kini
banyak dirujuk para peneliti khususnya saat membahas soal difusi inovasi. Saverin-
Tankard Jr (2005) mengatakan riset difusi inovasi karya Rogers paling terkenal dan
dihormati secara luas. Rogers mengkaji hampir 4.000 publikasi difusi untuk merevisi
teori tentang proses keputusan inovasi sebelumnya. Peningkatan yang sangat besar dalam
riset difusi saat itu. Peneliti tertarik menggunakan perspektif Rogers (1983) tentang
karakteristik inovasi guna membantu menjelaskan niat konsumen Solopos edisi cetak
untuk mengadopsi koran Solopos epaper. Selain itu peneliti juga menggunakan teori
Technology Acceptance Model (TAM) yang dikembangkan Fred D. Davis (1986) untuk
menjelaskan perilaku niat (behavior intention). Ada tiga konsep pokok yang dibahas
Rogers dalam DOI, yakni inovasi, difusi, dan adopsi.
Inovasi adalah sebuah ide, praktik atau objek yang dipersepsikan sebagai sesuatu
yang baru oleh individu. Sedangkan Difusi merupakan proses mengkomunikasikan
sebuah inovasi melalui saluran komunikasi tertentu dalam waktu tertentu kepada anggota
sistem sosial.
Sedangkan teori TAM oleh Fred D. Davis untuk membantu menjelaskan perilaku
niat (behavioral intention). Behavioral intention merupakan sikap seseorang yang
memiliki tendensi untuk bereaksi dan menjadi faktor penting untuk memprediksi
perilaku konsumen (Lee & Lee, 2011; Shiau, 2014). Behavioral intention digunakan
menjelaskan perilaku niat di mana sikap seseorang terhadap penggunaan sistem
dipengaruhi oleh dua faktor, yakni persepsi kegunaan sistem (perceived usefulness) dan
persepsi kemudahan penggunaan suatu sistem (perceived ease of use).
Go-jek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri
transportasi Ojek. Go-Jek bermitra dengan para pengendara Ojek berpengalaman dan
menjadi solusi utama dalam pengiriman barang dan jasa transportasi. Dengan
perkembangannya yang pesat ini, Go-Jek juga meraih prestasi sebagai juara 1 dalam
kompetisi Global entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) di Bali. Di situs resminya
disebutkan Go-Jek memberikan layanan jasa kurir (90 minute delivery anywhere in the
city),Jasa transportasi(transparent pricingm free shower cap and masker), Jasa delivery
3

makanan (under 60 minute) dan jasa belanja dengan nominal dibawah 1 juta rupiah (shop
for food, ticket, medicine, anything under Rp 1.000.000. we'll pay for it first).
Go-Jek dapat dipesan melalui Go-jek App yang bisa didownload melalui Play
Store maupun App store. Dalam waktu 1 bulan aplikasi ini sudah berhasil mencapai 150
ribu user, dengan rating 4,4 dari 5 bintang. Untuk pembayaran gojek memiliki 2 cara
yaitu cash atau menggunakan Go-Jek Credit. Go-Jek Credit adalah metode pembayaran
Go-Jek yang dibuat cashless dan dapat digunakan untuk membayar semua laynan.
sampai bulan juni 2015, aplikasi Go-Jek sudah memiliki user sebanyak 400 ribu di
Google Play
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah
1. Bagaimana pengaruh prilaku konsumen dalam difusi inovasi di GO-JEK Indonesia ?
2.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh prilaku konsumen dalam difusi inovasi di
Go-jek Indonesia.
4

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perilaku Konsumen
Schiffman dan kanuk dalam Ujang Sumarwan (2011:4) Perilaku konsumen
diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan
akan memuaskan kebutuhan mereka.
Ujang Sumarwan (2011:5) menyatakan perilaku konsumen adalah semua
kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan menghabiskan, produk dan jasa setelah
melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi.
o Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
1. Faktor Budaya
Faktor penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Budaya
memegang peranan penting dalam segala perilaku konsumen, apabila budaya yang
ada sudah sangat melekat pada diri konsumen, maka budaya-budaya asing yang
mencoba masuk tidak akan mudah mempengaruhi perilaku konsumen tersebut.
Setiap kebudayaan memilliki sub-budaya nya tersendiri yang memberikan
identifikasi dan sosialisasi yang lebih jelas untuk para penganutnya. Sub-budaya
juga dapat dikategorikan lebih rinci lagi yang menjadi 4 jenis yakni :
a. Kelompok Nasionalisme
b. Kelompok Keagamaan
c. Kelompok Ras
d. Kelompok Area Geografis
2. Faktor Sosial
Kehidupan seseorang dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya
juga tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku
konsumen, kehidupan dalam keluarga, kelompok kecil seperti organisasi atau klub,
maupun peranan status sosial dari seseorang.
3. Faktor Pribadi
Sudah menjadi takdir bahwa sepanjang hidupnya manusia membutuhkan
manfaat dari produk dan jasa, namun pemilihan barang yang dibeli secara otomasi
dipengaruhi oleh ekonomi dan gaya hidup yang dimilikinya. Selain itu konsep diri
5

dan kepribadian juga turut berpengaruh, karakteristik yang unik dan berbeda setiap
konsumen menyebabkan tanggapannya relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap pilihan pembelian merek produk. Sedangkan konsep diri adalah
pencitraan dirinya sendiri saat memilih produk yang ideal untuk dikonsumsi.
4. Faktor Psikologis
Perilaku konsumen dalam memilih pembelian produk atau jasa lebih lanjut
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan dan
kepercayaan. Didorong oleh rasa ingin memenuhi kebutuhan, mengorganisir
informasi yang diterima, yang kemudian diimplemetasikan menjadi pengetahuan
lalu dimaknai sebagai patokan mutu untuk pemilihan konsumsi produk barang atau
jasa yang telah dipercaya oleh konsumen..
2.2. Pengertian Difusi dan Inovasi
Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers 1995
dalam Sciffman dan Kanuk (2010) mendefinisikan Difusi sebagai proses dimana suatu
inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara
para anggota suatu sistem sosial disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu
jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi sistem sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa baru
oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap atau dirasa baru terhadap
suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang
lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap
ide, praktek atau benda tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka Difusi Inovasi adalah suatu proses
penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu
masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari
suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang
yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
2.2.1 Elemen Difusi Inovasi
Menurut Rogers 1995 dalam Sciffman dan Kanuk (2010), bahwa proses
difusi inovasi terdapat empat elemen pokok, yaitu :
6

1. Inovasi
Adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.
Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan
individu yang menerimanya.
2. Saluran komunikasi
Adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada
penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi
kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang
lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi
dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal,
maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
3. Jangka waktu
Yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai
memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap
keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi
waktu terlihat dalam proses pengambilan keputusan inovasi, keinovatifan
seseorang relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan
kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4. Sistem sosial
Merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam
kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.
2.2.2 Karakteristik Inovasi
Karakteristik inovasi adalah sifat dari difusi inovasi, dimana karakteristik
inovasi merupakan salah satu yang menentukan kecepatan suatu proses inovasi.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2010), ada lima karakteristik produk
tersebut yang dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur persepsi antara
lain:
1. Keuntungan relatif (relative advantages), adalah tingkatan dimana suatu ide
dianggap suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya, dan
secara ekonomis menguntungkan.
2. Kesesuaian (compability), adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi dianggap
konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan
adopter (penerima). Oleh karena itu inovasi yang tidak kompatibel dengan ciri-
7

ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang
kompatibel.
3. Kerumitan (complexity), adalah suatu tingkatan dimana suatu inovasi dianggap
relatif sulit dimengerti dan digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan
digunakan, akan merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi.
4. Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), adalah suatu tingkat dimana suatu
inovasi dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba dalam skala kecil
biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih
dahulu.
5. Mudah diamati (observability), adalah suatu tingkat hasil-hasil suatu inovasi
dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga
mempercepat proses adopsi. Calon-calon pengadopsi lainnya tidak perlu lagi
menjalani tahap percobaan, dapat terus ke tahap adopsi.
2.2.3 Proses Putusan Inovasi
Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat
seseorang/individu dalam menerima suatu inovasi. Menurut Rogers (1983), proses
pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental dimana seseorang/individu
berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi dengan membentuk suatu
sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk menolak atau menerima,
melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap keputusan inovasi. Pada
awalnya Rogers (1983) menerangkan bahwa dalam upaya perubahan seseorang
untuk mengadopsi suatu perilaku yang baru, terjadi berbagai tahapan pada
seseorang tersebut, yaitu :
1. Tahap Awareness (Kesadaran)
Yaitu tahap seseorang tahu dan sadar ada terdapat suatu inovasi sehingga
muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.
2. Tahap Interest (Keinginan)
Yaitu tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap
terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut sehingga ia mulai tertarik
pada hal tersebut.
3. Tahap Evaluation (Evaluasi)
Yaitu tahap seseorang membuat putusan apakah ia menolak atau
menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai mengevaluasi.
8

4. Tahap Trial (Mencoba)


Yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya
sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.
5. Tahap Adoption (Adopsi)
Yaitu tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang
diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru tersebut.
Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti setelah
suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai akibat
dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu, Rogers (1983) merevisi
kembali teorinya tentang keputusan tentang inovasi yaitu:
a. Tahap pengetahuan.
Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi
baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui
berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elekt ronik, media
cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga
dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu:
o Karakteristik sosial-ekonomi
o Nilai-nilai pribadi dan
o Pola komunikasi.
b. Tahap persuasi.
Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi
atau detail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat
pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan
karakteristik inovasi itu sendiri, seperti:
o Kelebihan inovasi
o Tingkat keserasian
o Kompleksitas
o Dapat dicoba dan
o Dapat dilihat.
c. Tahap pengambilan keputusan.
Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang
keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan
mengadopsi atau menolak inovasi.
9

d. Tahap implementasi.
Pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-
beda tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan
dari inovasi dan dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.
e. Tahap konfirmasi.
Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari
pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang
kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi
setelah melakukan evaluasi.
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi Teknologi
Secara umum, tingkat adopsi dipengaruhi oleh lima faktor yakni persepsi
terhadap keunggulan relatif produk baru dibandingkan produk atau metode metode
yang sudah ada; kompatibilitas, artinya kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dan
pengalaman konsumen di masa lalu; kompleksitas, yakni sejauh mana inovasi atau
produk baru mudah dipahami dan digunakan; divisibility, menyangkut kemampuan
produk untuk diuji dan digunakan secara terbatas tanpa biaya besar (berkaitan
dengan kuantitas pembelian, ukuran penyajian dan porsi produk);
communicability, yaitu sejauh mana manfaat inovasi atau nilai produk bisa
dikomunikasikan kepada pasar potensial ( Tjiptono dan Chandra, 2012).
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa kecepatan adopsi dipengaruhi oleh
banyak faktor, yaitu sifat inovasinya sendiri, baik sifat intrinsik yang melekat pada
inovasinya sendiri maupun sifat ekstrinsik yang dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, sifat sasarannya, cara pengambilan keputusan, saluran komunikasi
yang digunakan, keadaan penyuluh. Berkaitan dengan kemampuan penyuluh untuk
berkomunikasi, perlu juga diperhatikan kemampuan berempaati atau kemampuan
untuk merasakan keadaan yang sedang dialami atau perasaan orang lain, dan ragam
sumber informasi.
Lionberger dalam Mardikanto (1993) mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan mengadopsi inovasi ditinjau dari ragam golongan
masyarakat yang meliputi: luas usaha tani, tingkat pendapatan, keberanian
mengambil resiko, umur, tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar
lingkungannya sendiri, aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru, sumber
informasi yang dimanfaatkan.
10

Cees (2004) menyebutkan, terdapat beberapa variabel penjelas kecepatan


adopsi suatu inovasi. Variabel-variabel tersebut antara lain adalah:
a) Sifat-sifat inovasi
1. Keuntungan-keuntungan relatif yaitu apakah cara-cara atau gagasan baru ini
memberikan suatu keuntungan relatif daripada inovasi sebelumnya. Sejalan
dengan hal tersebut, Mardikanto (1993) menyebutkan bahwa sebenarnya
keuntungan tersebut tidak hanya terbatas pada keuntungan dalam arti
ekonomi, tetapi mencakup:
o Keuntungan teknis, yang berupa: produktivitas tinggi, ketahanan terhadap
resiko kegagalan dan berbagai gangguan yang menyebabkan ketidak
berhasilannya.
o Keuntungan ekonomis, yang berupa: biaya lebih rendah, dan atau
keuntungan yang lebih tinggi.
o Kemanfaatan sosial-psikologis, seperti: pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pangan), kebutuhan psikologis (pengakuan/ penghargaan dari
lingkungannya, kepuasan, dan rasa percaya diri), maupun kebutuhan-
kebutuhan sosiologis (pakaian, papan, status sosial dan lain-lain).
2. Keserasian (compatibility); yaitu apakah inovasi mempunyai sifat lebih
sesuai dengan nilai yang ada, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan yang
diperlukan penerima.
3. Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit,
mudah untuk dimengerti dan disampaikan manakala cukup sederhana, baik
dalam arti mudahnya bagi komunikator maupun mudah untuk dipahami dan
dipergunakan oleh komunikasinya.
4. Dapat dicobakan (triability); yaitu suatu inovasi akan mudah diterima apabila
dapat dicoba dalam ukuran kecil.
5. Dapat diamati (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan
mata.
b) Tipe keputusan inovasi
Wayne Lamble dalam Ibrahim et al (2003) menyatakan bahwa tingkat
adopsi suatu inovasi sangat dipengaruhi oleh oleh keputusan untuk mengadopsi
atau menolak suatu inovasi. Tipe keputusan ini diklasifikasikan menjadi:
11

1. Keputusan opsional, yaitu keputusan yang dibuat seseorang dengan


mengabaikan keputusan yang dilakukan orang-orang lainnya dalam suatu
sistem sosial. Dalam kaitannya dengan hubungan individual antara penyuluh
dengan adopter. Penyuluh berperan sebagai akseleran pengambilan
keputusan secara opsional.
2. Keputusan kolektif, yaitu keputusan yang dilakukan individu-individu dalam
suatu sistem sosial yang telah dimufakati atau disetujui bersama.
3. Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan oleh seseorang yang
memiliki kekuasaan lebih besar kepada individu lainnya.
Hanafi (1987) menyatakan bahwa tipe keputusan inovasi mempengaruhi
kecepatan adopsi. Secara umum kita dapat mengharapkan bahwa inovasi yang
diputuskan secara otoritas akan diadopsi lebih cepat karena orang yang terlibat
dalam proses pengambilan keputusan inovasi lebih sedikit. Akan tetapi, jika
bentuk keputusan itu tradisional mungkin tempo adopsinya juga lebih lambat.
Keputusan opsional biasanya lebih cepat daripada keputusan kolektif, tetapi
lebih lambat daripada keputusan otoritas. Barangkali yang paling lambat adalah
tipe keputusan kontingen karena harus melibatkan keputusan inovasi atau lebih.
12

BAB III
STUDI KASUS
3.1 Profile Go-Jek
PT Gojek Indonesia, pertama kali didirikan oleh Nadiem Makarim pada tahun
2010. Go-jek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri
transportasi Ojek. Go-Jek bermitra dengan para pengendara Ojek berpengalaman dan
menjadi solusi utama dalam pengiriman barang dan jasa transportasi.
Gojek berdiri pada tahun 2011 oleh seorang pemuda yang sangat kreatif. Pendiri
gojek bernama Michaelanglo maron dan Nadiem makarin. Mereka mendirikan sebuah
perusahaan yang diberi nama PT Go-jek Indonesia. Perusahaan ini bertujuan untuk
menghubungkan ojek dengan penumpang ojek. Mereka melihat para ojek pangkalan
hanya menghabiskan waktu seharian dan belum tentu mendapatkan pelanggan. Jadi
mereka membuat perusahaan ini, untuk membantu para tukang ojek mendapatkan
penumpangnya dengan lebih cepat dan efisien. Sampai sekarang tujuan mereka memang
terbukti ampuh. Tukang ojek harus lebih produktif supaya bisa mendapat penghasilan
yang lebih banyak.
Para tukang ojek pangkalan tersebut terkadang menunggu 8 sampai 10 jam, tetapi
paling hanya mendapatkan 4 sampai 7 orang penumpang saja. Pendiri gojek berinisiatif
membuat sesuatu yang berbeda. Gojek ini menggunakan sebuah system yang lebih
tertata rapi. Awalnya gojek hanya melayani lewat call center saja, tetapi lambat laun
gojek mulai berkembang dan membuat aplikasi gojek. Dengan aplikasi ini, anda bisa
memesan secara online, membayar secara kredit dan mengetahui keberadaan driver yang
akan menjemput anda. inilah salah satu kelebihan dari gojek dibandingkan dengan ojek
pangkalan lainnya.
Pada awal pendaftaran menjadi driver gojek, akan terdapat berbagai pelatihan.
Bagaimana melayani pelanggan yang baik, tidak boleh ugal-ugalan di jalan, mematuhi
lalu lintas dan menggunakan pakaian yang safety. Pendiri gojek ini memang sangat
mengutamakan kepuasan pelanggan. Ketika menggunakan gojek anda akan diberikan
jaket, helm, penutup kepala dan juga masker. Jadi memang benar-benar mematuhi lalu
lintas yang ada. Selain itu para driver gojek juga diajari bagaimana menggunakan
aplikasi gojek, m-bangking dan masih banyak lainnya.
Untuk keuntungan, terdapat pembagian 20/80. 20% untuk kantor dan 80% untuk
driver. Terkadang para driver gojek bisa mendapatkan 10 sampai 20 pelanggan setiap
13

harinya. Apalagi gojek tak hanya melayani antar jemput orang saja. Tetapi juga bisa
mengirim paket, memesan makanan dan masih banyak lainnya. Kelebihan dari gojek ini
memang lebih banyak. Dari pendiri gojek ini, lahirlah sebuah system baru yang
membantu kemacetan di Jakarta
Dengan perkembangannya yang pesat ini, Go-Jek juga meraih prestasi sebagai
juara 1 dalam kompetisi Global entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) di Bali. Di
situs resminya disebutkan Go-Jek memberikan layanan jasa kurir (90 minute delivery
anywhere in the city),Jasa transportasi(transparent pricingm free shower cap and
masker), Jasa delivery makanan (under 60 minute) dan jasa belanja dengan nominal
dibawah 1 juta rupiah (shop for food, ticket, medicine, anything under Rp 1.000.000.
we'll pay for it first).
Go-Jek dapat dipesan melalui Go-jek App yang bisa didownload melalui Play
Store maupun App store. Dalam waktu 1 bulan aplikasi ini sudah berhasil mencapai 150
ribu user, dengan rating 4,4 dari 5 bintang. Untuk pembayaran gojek memiliki 2 cara
yaitu cash atau menggunakan Go-Jek Credit. Go-Jek Credit adalah metode pembayaran
Go-Jek yang dibuat cashless dan dapat digunakan untuk membayar semua laynan.
sampai bulan juni 2015, aplikasi Go-Jek sudah memiliki user sebanyak 400 ribu di
Google Play
3.2 Visi Dan Misi Go-jek
o Visi
Membantu memperbaiki struktur transportasi di Indonesia, memberikan kemudahan
bagi masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari seperti pengiriman
dokumen,belanja harian dengan menggunakan layanan fasilitas kurir, serta turut
mensejahterakan kehidupan tukang ojek di Indonesia Kedepannya.
o Misi
1. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola struktur transportasi yang
baik dengan menggunakan kemajuan teknologi.
2. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada pelanggan
3. Membuka lapangan kerja selebar-lebarnya bagi masyarakat Indonesia.
4. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial.
5. Menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak yang terkait dengan usaha ojek
online Layanan
14

3.3 Bentuk-Bentuk Lanyan Di Go-jek


1. Instant courier, delivery anywhere under 60 minutes
2. Transport, transparent pricing and free masker plus shower cap
3. Go-food, delivery your favorite food in city under 60 minutes
4. Go-Mart, Shop all your daily needs from your local favorite stores (max 1.000.000)
3.4 Analisa Kasus
Dalam hal ini inovasi dari Go-Jek adalah suatu objek yang di dukung oleh
aplikasi yang memudahkan pengguna nya dalam memakai jasanya dan dapat mengurai
kemacetan di jalan raya. Prilaku konsumen yang dinamis dan fleksibel, membuat
keberadaan inovasi ini sangat di dukung oleh masyarakat. Terutama mereka yang
memiliki banyak aktivitas setiap harinya. Inovasi Go-Jek ini memiliki lima karakteristik
yang dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur persepsi konsumen antara lain:
1. Keuntungan relatif (relative advantages)
Hal ini dimaksudkan bahwa dahulu ketika belum adanya Go-Jek, sistem
transportasi ojek masi bersifat ojek konvensional yakni ojek yang sistemnya
menunggu pelanggan menghampirinya, bisa menghabiskan berjam jam lamya.
Dengan kemunculan Go-Jek ini di anggap sebuah trobosan baru di era modern ini
yang membuat transportasi ojek lebih baik kedepannya.
2. Kesesuaian (compability)
Dari pertama dibuat pada tahun 2010 hingga 2017 ini. inovasi Go-Jek ini
berjalan konsisten dan terus menuai dampak yang baik dan di terima oleh masyarakat.
Membuat pengangguran dapat di kurangi dengan semakin banyak armada Go-jek di
berbagai daerah dan menekan angka buta internet karena basis Go-jek ini
menggunakan aplikasi internet maka secra tidak langgsung mereka yang tidak bisa
menggunakan internet dengan memiliki profesi Go-jek akan membuat mereka paham
akan internet.
3. Kerumitan (complexity)
Kesulitan untuk dimengerti dan digunakan, akan merupakan hambatan bagi
proses kecepatan adopsi inovasi. Dalam hal ini Go-jek memakai aplikasi internet
dalam penggunaannya. Sehingga di wajibkan seluruh armada go-jek paham akan hal
ini, pada awalnya untuk mereka mereka yang belum mengerti sistem android dalam
hp akan kebingungan dan sedkit mengalami kesulitan dalm mengoperasikannya.
15

Namun dengan keuntungan yang di dapatkan dan yang di hasilkan setiap harinya
membuat kesulitan ini dapat di lalui.
Dan go-jek ini memiliki sistem yang luas dalam pengoperasiannya. Di
butuhkan orang orang yang berkompeten dalam manajemennya.
4. Kemungkinan untuk dicoba (trialibility)
Ide baru yang dapat dicoba dalam skala kecil biasanya diadopsi lebih cepat
daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dahulu. Model transportasi seperti go-
jek ini kemungkinan untuk di coba untuk dunia transportasi darat (ojek) sangatlah
bisa, contohnya uber dan grab.
5. Mudah diamati (observability)
Dengan tingginya pengguna Hp android di masyarakat, membuat pekerjaan ini
sangat menggiurkan. Penghasilan yang di dapat pun sangatlah berarti bagi keseharian
mereka.
16

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Difusi Inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang
baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus
dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang
berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota
dari sistem sosial.
Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu
pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial
tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai
kepada masyarakat. Difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok yaitu: Inovasi,
Saluran komunikasi, Jangka waktu dan Sistem sosial.
Go-jek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri
transportasi Ojek. Go-Jek bermitra dengan para pengendara Ojek berpengalaman dan
menjadi solusi utama dalam pengiriman barang dan jasa transportasi. Dengan
perkembangannya yang pesat ini, Go-Jek juga meraih prestasi sebagai juara 1 dalam
kompetisi Global entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) di Bali. Di situs resminya
disebutkan Go-Jek memberikan layanan jasa kurir (90 minute delivery anywhere in the
city),Jasa transportasi(transparent pricingm free shower cap and masker), Jasa delivery
makanan (under 60 minute) dan jasa belanja dengan nominal dibawah 1 juta rupiah (shop
for food, ticket, medicine, anything under Rp 1.000.000. we'll pay for it first). Inovasi
Go-Jek ini memiliki lima karakteristik yang dapat digunakan sebagai indikator dalam
mengukur persepsi konsumen antara lain:
a. Keuntungan relatif (relative advantages)
b. Kesesuaian (compability)
c. Kerumitan (complexity)
d. Kemungkinan untuk dicoba (trialibility)
e. Mudah diamati (observability)
17

4.2 Saran
Jika kita ingin inovasi cepat diadopsi oleh masyarakat, hal pertama yang harus
diperhatikan oleh kita adalah difusi apa yang tepat digunakan untuk menyebarkan
inovasi. Karena pada dasarnya terdapat perbedaan di masyarakat dalam mengadopsi atau
menerima inovasi. Ada sekelompok masyarakat yang cepat dalam menerima inovasi, ada
juga yang membutuhkan waktu yang lama untuk menerima suatu inovasi.
18

DAFTAR PUSTAKA

Durianto, Darmadi, dkk. 2001. Strategi Penakluk Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku
Merek. Edisi Kedua. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
http://i-purnama.blogspot.co.id/2016/01/makalah-persepsi-konsumen.html
feunsika.ac.ic
lib.atmajaya.ac.ic
http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi

http://www.slideshare.net/dwie_radet/persepsi-konsumen

http://deddysumardi.wordpress.com/2012/04/09/memahami-proses-terjadinya-persepsi/

http://psikologipelayanan.blogdetik.com/2013/05/15/persepsi-dan-harapan-pelanggan/

Anda mungkin juga menyukai