TEORI PENUNJANG
9
Universitas Kristen Petra
Berikut penjabaran keempat faktor menurut Kotler dan Armstrong (2016):
2.1.1. Faktor Budaya
a. Budaya
Pembentukan keinginan dan perilaku seseorang didasari oleh
kebudayaan yang berkembang disekitarnya. Setiap kelompok
masyarakat memiliki budaya berbeda-beda yang memengaruhi
perilaku konsumen.
b. Sub Budaya
Sub budaya merupakan sekolompok orang yang memiliki
kepercayaan yang sama berdasarkan pengalaman hidup dan situasi
yang sama. Contoh dari sub budaya adalah kebangsaan, agama, dan
ras.
c. Kelas Sosial
Masyarakat dapat dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok yang
memiliki nilai, ketertarikan, dan perilaku yang serupa, hal ini disebut
sebagai kelas sosial. Kelas sosial biasanya menunjukkan preferensi
produk dan merek yang berbeda, tergantung pada kelas sosial
tersebut.
2.1.2. Faktor Sosial
a. Kelompok dan Jaringan Sosial
Kelompok biasanya terdiri dari dua orang atau lebih yang
berinteraksi untuk mencapai tujuan perseorangan ataupun tujuan
Bersama. Jaringan sosial merupakan pola koneksi dalam sebuah
hubungan dimana orang dapat bersosialisasi atau bertukar informasi
dan pendapat. Contohnya jaringan sosial online.
b. Keluarga
Pengaruh anggota keluarga terhadap perilaku konsumen sangatlah
besar. Oleh karena itu, keluarga sebagai konsumen terpenting.
c. Peran dan Status
Peran dan status dalam masyarakat juga sangat memengaruhi
perilaku konsumen. Seperti seorang pegawai akan mencerminkan
10
Universitas Kristen Petra
status dan peran layaknya seorang pegawai, seorang manajer akan
mencerminkan status dan peran sebagai manajer.
2.1.3. Faktor Personal
a. Umur dan Tahapan Siklus Hidup
Kebutuhan seseorang akan berubah seiring bertambahnya usia dan
perubahan siklus hidup yang terjadi pada orang tersebut. Baik dari
cara berpakaian, makanan, perabotan yang dibutuhkan, maupun
rekreasi.
b. Pekerjaan
Perbedaan pekerjaan memengaruhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh
seseorang. Hal ini merupakan penyebab mengapa pekerjaan juga
sangat memengaruhi perilaku konsumen. Contohnya seorang
manajer akan cenderung menggunakan pakaian yang formal untuk
berbisnis.
c. Keadaan Ekonomi
Keadaaan ekonomi berpengaruh dalam perilaku konsumen. Jika
seseorang sedang memiliki uang lebih maka akan cenderung
memilih produk atau jasa dengan kualitas yang lebih baik. Begitu
juga sebaliknya.
d. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang ditujukkan
melalui aktivitas, minat dan pendapat.
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian adalah karakteristik psikologis unik seseorang yang
membedakan seseorang dengan orang lain, seperti kepercayaan diri.
Sedangkan konsep diri lebih berkaitan dengan pendapat mengenai
harta yang dimiliki seseorang berpengaruh dan merefleksikan
identitas mereka.
11
Universitas Kristen Petra
2.1.4. Faktor Psikologis
a. Motivasi
Kebutuhan yang menekan seseorang sehingga mendorong orang
tersebut untuk melakukan suatu tindakan dikenal dengan istilah
motivasi.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses menyeleksi, mengorganisasi, dan
menginterpretasikan suatu informasi menjadi suatu gambaran yang
berarti di dunia.
c. Pembelajaran
Pembelajaran adalah perubahan perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman yang pernah terjadi.
d. Keyakinan dan Sikap
Kepercayaan merupakan pemikiran deskriptif mengenai sesuatu
yang dipercayai. Sikap merupakan evaluasi, perasaan, dan
kecenderungan seserorang terhadap suatu objek atau ide.
12
Universitas Kristen Petra
memberikan ulasan dan tanggapan, berkolaborasi, dan lain sebagainya. Contoh dari
Network Orchestrators adalah eBay, Red Hat, Visa, Uber, Tripadvisor, Alibaba,
Gojek, Grab, Tokopedia, dan Airy Rooms. Salah satu jenis Network Orchestrators
yang termasuk dalam salah satu model bisnis pilihan masyarakat adalah Network
Orchestrators dengan kategori ‘akomodasi’, yang dikenal dengan istilah
Accommodation Network Orchestrators.
Dalam penelitian Cheyne et al., (2006), keunggulan jasa penyedia perjalanan
secara online adalah kekomplitan informasi, tanggapan yang cepat, dan harga yang
murah. Didukung artikel oleh Agmasari (2017), hal yang membuat banyak orang
Indonesia memesan akomodasi secara online adalah dari sisi harga. Dinyatakan
oleh Direktur PT Bayu Buana TBK, dengan memesan kamar secara online, harga
yang ditawarkan dan didapatkan akan lebih murah dibandingkan dengan akomodasi
yang dipesan langsung di tempat (Agmasari, 2017).
13
Universitas Kristen Petra
Attitude
Behavioral
Behavior
Intention
Subjective
Norm
Gambar 2.2 Theory of reasoned action (Madden, Ellen, dan Ajzen, 1992)
2.3.1. Sikap
Istilah sikap muncul pertama kali dicetuskan oleh Hebert Spencer, dimana
“sikap” ini digunakan untuk menunjukkan status mental seseorang (Merysa, 2007).
Sudah sangat banyak ahli yang mendefinisikan apa itu sikap. Seperti Schiffman dan
Kanuk (2010) mendefisinikan sikap sebagai kecenderungan untuk berperilaku
secara konsisten terhadap suatu objek. Sikap juga mengambarkan suatu evaluasi
yang menguntungkan atau tidak menyenangkan dari objek sikap dan motif
konsumen untuk membeli atau tidak membeli produk tertentu (Wisenblit dan
Schiffman, 2015, p. 172).
Ajzen (1991) memaparkan sikap merupakan suatu fungsi yang didasarkan
oleh keyakinan perilaku dan hasil evaluasi. Keyakinan perilaku diartikan sebagai
keyakinan konsumen yang dirasakan terhadap konsekuensi positif atau negatif dari
suatu perilaku, sedangkan hasil evaluasi adalah hasil dari evaluasi konsumen
dimana melibatkan penilaian terhadap konsekuensi yang mungkin terjadi dari suatu
perilaku. Menurut konsep sikap oleh Thurstone yang dijabarkan dalam buku
berjudul “Mengukur Sikap Sosial” oleh Daniel J. Mueller, sikap didefinisikan
sebagai kecenderungan dan perasaan, kecurgiaan dan prasangka, pemahaman awal
yang mendalam, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal.
Mengacu pada penelitian oleh Amaro et al., (2016), indikator dari sikap
adalah:
a. pemesanan akomodasi secara online merupakan ide yang bagus,
b. tidak keberatan apabila harus berbagi fasilitas akomodasi yang tersedia
saat menginap (dapur, ruang tamu, dan lain-lain) dengan orang lain,
14
Universitas Kristen Petra
c. tidak keberatan apabila harus berbagi informasi dan pengalaman
dengan orang lain melalui situs online,
d. menyewa akomodasi secara online lebih baik daripada cara tradisional
(hotel dan travel agent).
Sikap merupakan hal yang sulit untuk diubah, kecenderungan yang dilakukan
perusahaan yaitu berusaha untuk menyesuaikan dengan sikap-sikap yang ada
dimasyarakat (Kotler & Armstrong, 2016). Menurut Ajzen (1991), sikap termasuk
penentu utama dari perilaku. Sikap yang positif terhadap suatu perilaku dapat
menghasilkan niat yang kuat untuk terlibat dalam perilaku tersebut (Nunkoo dan
Ramkissoon, 2012). Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan sikap
manusia yaitu, pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, pengaruh
kebudayaan, dan media massa (Merysa, 2007). Definisi-definisi inilah yang
menjadi landasan sikap dalam penelitian ini.
2.3.2. Norma Subyektif
Tertera dalam Fishbein dan Ajzen (1980), norma subyektif adalah hubungan
antara kepercayaan normatif seseorang terhadap rasa peduli dengan kemungkinan
yang ada dan penting bagi individu maupun kelompok yang setuju maupun tidak
setuju dengan perilaku seseorang tersebut. Dengan kata lain, peningkatan
kepercayaan normatif tersebut juga akan meningkatkan subjektivitas (secara
subyektif) maupun peningkatan niat atau niat pembelian oleh pelanggan secara
tidak langsung (Hasbullah et al., 2016). Sedangkan, menurut penelitian Ajzen
(1999) norma subyektif adalah tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu perilaku. Tekanan tersebut dapat diperoleh melalui orang-
orang di sekeliling konsumen, baik orang yang dianggap penting oleh konsumen,
ataupun orang yang dihargai pendapatnya oleh konsumen (Ajzen, 2002). Dengan
demikian, indikator dari norma subyektif menurut Motl, Dishman, Trost, Saunders,
Dowda, Felton, Ward, dan Pate (2000) adalah:
a. dukungan partner bisnis,
b. dukungan teman baik,
c. dukungan orang tua/keluarga.
15
Universitas Kristen Petra
Ketiga indikator tersebut dapat menentukan seseorang dalam penerapan
normanya untuk mengambil suatu keputusan, khususnya dalam melakukan
pembelian.
16
Universitas Kristen Petra
Schiffman dan Kanuk (2015), persepsi risiko merupakan ketidakpastian yang
dirasakan konsumen saat konsumen tersebut tidak dapat memprediksi konsekuensi
saat menggunakan hingga melakukan pembelian. Definisi tersebut menekankan
pada pengaruh risiko yang dipersepsikan, tanpa mempedulikan apakah sebenarnya
risiko itu ada atau tidak. Risiko yang tidak ada dalam persepsi konsumen tidak akan
memengaruhi perilaku konsumen, terutama dalam niat menggunakan network
orchestrators.
Berikut merupakan jenis-jenis persepsi risiko menurut Schiffman dan Kanuk
(2015):
a. Risiko fisik
Risiko fisik adalah adanya risiko yang mengancam kondisi fisik atau
keamanan atas pembelian produk/layanan tersebut. Seperti obat dengan
efek samping yang dihasilkan.
b. Risiko kinerja
Risiko kinerja adalah suatu risiko yang berkaitan dengan realita kinerja
produk/layanan yang dibeli tidak sesuai dengan harapan, seperti gambar
dalam situs yang berbeda dengan realita.
c. Risiko psikologis
Risiko psikologis adalah suatu risiko munculnya emosi negatif (rasa tidak
aman, dan sebagainya.) yang memengaruhi keadaan mental seseorang atas
pembelian produk/layanan.
d. Risiko keuangan
Risiko keuangan yaitu risiko adanya kerugian dalam keuangan (financial)
atas pembelian sebuah produk/layanan. Seperti sepasang sepatu mahal
yang tidak nyaman saat digunakan.
e. Risiko kehilangan waktu
Risiko kehilangan waktu yaitu risiko terhadap waktu yang terbuang
percuma akibat proses pembelian produk/layanan. Seperti saat TV rusak,
harus membawa TV tersebut ke toko, meninggalkannya untuk diperbaiki,
lalu kembali lagi untuk mengambil TV tersebut saat selesai diperbaiki.
17
Universitas Kristen Petra
Dengan demikian indikator dari persepsi risiko menurut Amaro dan Duarte
(2015) adalah:
a. perasaan takut dalam memberikan informasi kartu kredit,
b. kekhawatiran saat memesan akomodasi secara online,
c. merasa pemesanan akomodasi secara online berisiko,
d. banyaknya ketidakpastian berhubungan dengan pemesanan akomodasi
secara online,
18
Universitas Kristen Petra
a. akomodasi yang ditawarkan menarik,
b. munculnya semangat memesan akomodasi karena banyak ragam yang
ditawarkan,
c. adanya banyak varian kamar yang unik yang ditawarkan,
d. dapat memesan akomodasi yang tidak ditawarkan oleh pesaing lainnya.
Gambar 2.3 Proses pengambilan keputusan menurut Kotler dan Armstrong (2011)
19
Universitas Kristen Petra
Melihat gambar di atas, dapat kita simpulkan bahwa niat beli muncul setelah
adanya rasa kebutuhan akan sesuatu oleh individu. Kebutuhan individu dapat
dirangsang dari dalam ataupun luar individu (Kotler & Armstrong, 2011). Dalam
buku yang sama oleh Kotler dan Armstrong (2011), rangsangan dari dalam
merupakan kebutuhan manusia, seperti kebutuhan untuk makan, kebutuhan untuk
minum dan kebutuhan seks. Sedangkan rangsangan dari luar merupakan kainginan
yang muncul akibat melihat iklan, tertarik pada suatu produk, menyukai suatu
produk, mengagumi suatu produk, dan lain sebagainya.
Setelah menyadari adanya hal yang dibutuhkan, konsumen akan berusaha
untuk mencari informasi mengenai kebutuhannya tersebut. Sumber-sumber
informasi menurut Kotler dan Armstrong (2011) dapat berupa pribadi (keluarga,
teman, tetangga), komersial (iklan, pengemasan, tenaga penjual), umum (media
massa, organisasi, pendapat konsumen), dan/atau pengalaman (penanganan,
pemeriksaan, dan penggunaan produk).
Setelah informasi terkumpul, konsumen akan menemukan dan menghadapi
berbagai pilihan alternatif. Tidak berhenti sampai disini, konsumen harus
mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan alternatif tersebut. Pengevaluasian tidak
dapat dilakukan terpisah dan dipengaruhi oleh sumber-sumber informasi yang
dimiliki, termasuk risiko kekeliruan dalam membeli. Setelah adanya niat beli maka
muncullah keputusan pembelian (Kotler & Armstrong, 2011). Dengan demikian,
indikator dari niat beli menurut Chih, C. C., Chien, W. C., dan Yi, C. T. (2018)
adalah:
a. akan memesan akomodasi secara online,
b. memiliki rencana untuk memesan akomodasi secara online,
c. akan menyarankan orang lain untuk memesan akomodasi secara online.
20
Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
The relationship of attitude, Faktor yang berpengaruh dalam pembelian secara online di
Hasbullah, N., Osman, A., kalangan pemuda Malaysia:
subjective norm and website Untuk mengidentifikasi faktor intensi dalam
Abdullah, S., Salahuddin,
3 usability on consumer intention to pembelanjaan online di Malaysian Public 1. Sikap
S., Ramlee, N., dan Soha,
purchase online: An evidence of University terhadap kalangan pemuda. 2. Norma subjektif
H. (2016).
Malaysian youth
3. Kegunaan situs.
Universitas Kristen Petra
Amaro, S. dan Duarte, P. An integrative model of consumers’ Mencari tahu faktor apa saja yang memengaruhi Niat beli perjalanan secara online sangat ditentukan oleh sikap,
6
(2015) intentions to purchase travel online niat beli secara online. kesesuaian, dan persepsi risiko.
Han, J. S. (2007) wisatawan dalam hal fitur situs, keramahan pengguna dan
attributes mungkin dipilih oleh konsumen secara online.
keamanan, dan menemukan tarif rendah.
beli konsumen.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Sambungan)
4. Persepsi coba-coba.
1. Norma subjektif,
Mengidentifikasi variabel yang membuat
Bignee, E., Sanz, S., Ruiz, Why some internet users don’t buy 2. Sikap,
11 pengguna internet tidak membeli tiket
C., dan Aldaas, J. (2010) air tickets online 3. Persepsi mudah untuk digunakan,
penerbangan secara online.
4. Persepsi kegunaan,
5. Kepercayaan,
6. dan risiko.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Sambungan)
2.10. Hubungan antara Norma Subyektif dengan Niat beli dan Hipostesanya
Norma subyektif dipandang dan ditentukan oleh persepsi seseorang dalam
ekspektasi sosial untuk melakukan perilaku pemilihan dan pembelian (keyakinan
normatif) yang diberatkan pada motivasi untuk mematuhi ekspektasi yang
diharapkan oleh lingkungan sosial (Quine & Rubin, 1997). Amaro et al., (2016)
menjelaskan bahwa di dalam beberapa penelitian terdahulu, terdapat beberapa
konflik mengenai pengaruh variabel norma subyektif terhadap niat beli.
Disebutkan dalam Amaro et al., (2016), penelitian oleh Yet, San Martín dan
Herrero (2012) menemukan bahwa variabel norma subyektif tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap niat beli. Namun, menurut Bigné et al., (2010) dan Lee
et al., (2007) variabel norma subyektif memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap niat beli secara online. Hasil serupa didapati juga dalam penelitian
Hasbullah et al., (2016) dimana variabel norma subyektif berpengaruh signifikan
positif terhadap niat beli. Hasil ini semakin menguatkan pengaruh antara kedua
variabel tersebut. Sehingga hipotesa kedua dirumuskan sebagai berikut:
H2: Norma subyektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli.
25
Universitas Kristen Petra
2.11. Hubungan antara Keunggulan ekonomis dengan Niat beli dan
Hipotesanya
Amaro et al., (2016) menjelaskan bahwa variabel keunggulan ekonomis
berpengaruh signifikan positif terhadap niat beli. Pada awalnya, asumsi dari
penelitian ini menyatakan bahwa keunggulan ekonomis kurang penting
dibandingkan dengan variabel lainnya, namun hasil mengatakan bahwa keunggulan
ekonomis merupakan salah satu motivasi utama konsumen memesan melalui
akomodasi secara online (Tussyadyah, 2016). Selain itu menurut Kim, Kim dan
Han (2007) tarif rendah merupakan salah satu atribut yang menjadi keunggulan dari
pembelanjaan online yang dilihat oleh konsumen.
Mengacu pada hasil penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini akan
diteliti pengaruh dari keunggulan ekonomis terhadap niat beli dengan hipotesa
penelitian sebagai berikut:
H3: Keunggulan ekonomis berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli.
2.12. Hubungan antara Persepsi Risiko dengan Niat beli dan Hipotesanya
Dari tinjauan literatur yang dilakukan oleh Amaro dan Duarte (2013),
didapati bahwa persepsi risiko memengaruhi niat beli. Dalam penelitian Amaro dan
Duarte (2015) menyatakan ketakutan terhadap privasi merupakan salah satu faktor
utama yang memengaruhi pembelian konsumen secara online. Selain itu, penelitian
ini juga menyatakan ketakutan akan kerugian akibat penyalahgunaan kartu kredit
memengaruhi niat beli secara online. Hal tersebut dapat diartikan sebagai rasa takut
dari konsumen untuk melakukan pembelian melalui sistem teknologi dan informasi,
dikarenakan adanya rasa takut untuk kehilangan privasi secara disengaja maupun
tidak disengaja (Amaro et al., 2016).
Dengan kata lain, persepsi risiko merupakan alasan mengapa konsumen tidak
memilih untuk membeli akomodasi secara online. Sesuai dengan hasil dari
penelitian Kim, Kim dan Leong (2005), persepsi risiko berpengaruh signifikan
negatif terhadap niat beli, maka hipotesa keempat adalah:
H4: Persepsi risiko berpengaruh negatif dan signifikan terhadap niat beli.
26
Universitas Kristen Petra
2.13. Hubungan antara Keunikan dan Keragaman Akomodasi dengan Niat
beli dan Hipotesanya
Amaro et al., (2016), menjelaskan bahwa variabel keunikan dan keragaman
akomodasi berpengaruh positif signifikan terhadap niat beli. Menurut penelitian ini
telah ditemukan bahwa, keunikan dan keragaman akomodasi adalah faktor kedua
terpenting dalam niat beli secara online. Di dalam penelitian yang sama, Amaro et
al., (2016), juga menemukan bahwa semakin banyak variasi produk atau tipe yang
ditawarkan terkait konteks barang konsumen, berpengaruh positif terhadap
kemungkinan konsumen melakukan pembelian saat keputusan awal konsumen
ingin membeli barang tersebut daripada mencari opsi untuk pilihan.
H5: Keunikan dan keragaman akomodasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap niat beli.
27
Universitas Kristen Petra
Sikap (S):
a. Pemesanan akomodasi secara online
merupakan ide yang bagus
b. Tidak keberatan apabila harus berbagi
fasilitas akomodasi yang tersedia saat
menginap (dapur, raung tamu, dan lain-lain)
dengan orang lain
c. Tidak keberatan apabila harus berbagi
informasi dan pengalaman dengan orang lain
melalui situs online
d. Menyewa akomodasi melalui online lebih
baik daripada cara tradisional (hotel dan
Travel Agent)
Sumber: Amaro et al., (2016)
akomodasi secara
b. Banyak diskon online
c. Menemukan harga murah c. Akan menyarankan
Sumber: Amaro dan Duarte (2015) orang lain untuk
memesan
Persepsi Risiko (PR): akomodasi secara
a. Perasaan takut dalam memberikan informasi online
kartu kredit
b. Kekhawatiran saat memesan akomodasi Sumber: Chih et al.,
secara online (2018)
c. Merasa pemesanan akomodasi secara online
berisiko
d. Banyaknya ketidakpastian berhubungan
dengan pemesanan akomodasi secara online
Sumber: Amaro dan Duarte (2015)
28
Universitas Kristen Petra