Bahan Ajar Estimasi Biaya 2016 KS
Bahan Ajar Estimasi Biaya 2016 KS
Bahan Ajar Estimasi Biaya 2016 KS
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian
Estimasi merupakan pengetahuan yang relatif baru perkembangannya,
dimana pengetahuan ini dahulunya merupakan kegiatan dari Ilmu Teknik
(Rekayasa Teknik).
Seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi, maka estimasi
tidak hanya mempelajari teknik-teknik estimasi saja tetapi juga dapat digunakan
antara lain :
untuk mengetahui besar biaya total
dasar untuk membuat sistem pembiayaan dan jadwal pelaksanaan
konstruksi
peramalan kejadian pada proses pelaksanaan dan memberi nilai pada
masing-masing kejadian tersebut.
dilakukan berdasarkan gambar kerja , gambar rencana dan spesifikasi.
Estimasi pada proyek konstruksi tidak sama dengan estimasi pada pada
manufaktur , hal ini disebabkan proyek itu sendiri bersifat unik dimana tidak ada
proyek yang sama.
Feasibility Study
Pra Design
Design
Detail Design
Final Design
Pelaksanaan Proyek
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan estimator pada jasa
kontraktor adalah :
1. Menghitung dan menganalisa, harga nyata (real cost) yang akan
diajukan kontraktor dalam suatu penawaran (tender) pekerjaan jasa
kontraktor
2. Turut mengendalikan jalannya pekerjaan apabila proyek tersebut
dimenangkan / dikerjakan oleh kontraktor yang bersangkutan.
Adapun pengendalian yang dilakukan antara lain :
Pengendalian cash flow biaya pelaksanaan
Pengendalian kebutuhan bahan, tenaga dan peralatan.
Estimasi detail
Langkah pertama yang harus diambil adalah membuat quantity take off
berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi yang kemudian dapat
menentukan biaya material, tenaga kerja, peralatan, sub kontraktor dan
biaya lainnya seperti overhead, contingency dan keuntungan.
Tujuan pembuatan estimasi detail adalah untuk pengadaan pekerjaan dan
sebagai dasar kontrol proyek. Salah satu contoh dari estimasi detail adalah
sistem estimasi sub kontraktor, dipakai pada bagian konstruksi khusus
yang disubkontraktorkan.
Estimasi pekerjaan tambah kurang , dimana pekerjaan tambah kurang
dapat terjadi karena kebutuhan pemilik, kesalahan dalam dokumen kontrak
atau perubahan kondisi lokasi proyek
Estimasi Kemajuan yang mempunyai tujuan :
o Sebagai dasar permintaan pembayaran
o Sebagai pembanding terhadap keuntungan dan kerugian yang telah
diramalkan sebelumnya.
Studi kelayakan
Perencanaan / perancangan
Estimasi Konseptual
Estimasi harga satuan Fungsional
Estimasi Harga per Satuan Luas
Estimasi Harga per Satuan Isi
Estimasi factorial
Penyiapan dokumen kontrak Estimasi Sistematis
Penyerahan proyek kepada kontraktor Sistem Estimasi dan Analisis Sub Kontraktor
dokumen kontrak
Penyelesaian Proyek
Estimasi
2.1. Pendahuluan
Dokumen Kontrak memegang peranan yang sangat penting bagi
pelaksanaan dan pengembangan proyek konstruksi. Dokumen ini merupakan
jembatan penghubung antara citra konseptual pemberi tugas (owner) dengan
kegiatan konstruksi fisik dari fasilitas / bangunan seperti yang diharapkan oleh
pemberi tugas. Pada setiap proyek konstruksi jembatan penghubung yang vital ini
diselenggarakan oleh pihak-pihak pemberi tugas, perancang / perencana,
kontraktor, dan berbagai pihak lainnya yang hampir dapat dipastikan belum
pernah bekerja sama sebelumnya. Satu-satunya media yang memungkinkan untuk
mengakomodasi semua kepentingan mereka adalah dokumen kontrak.
Bentuknya berupa perjanjian tertulis yang mengacu pada ketentuan hukum
dan berlaku antara pemberi pekerjaan dan kontraktor serta berisi aspek tentang
pelaksaanaan pekerjaan.
Ikatan antara pemberi pekerjaan dan kontraktor ini dijelaskan dalam pasal-
pasal serta ayat-ayat kontrak tentang hak dan kewajiban masing-masing yang
menandatangani kontrak tersebut yang didasarkan pada penawaran dan
kesepakatan bersama.
Sebelum suatu kontrak ditandatangani biasanya terdapat proses yang
mendahului dan proses ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
administrasi kontrak. Proses tersebut dapat melalui pelelangan / pemilihan
ataupun pengadaan langsung kontraktor.
Suatu dokumen kontrak pada dasarnya terdiri dari :
1. lembar perjanjian
2. gambar-gambar rencana
3. syarat-syarat umum
4. persyaratan khusus
5. spesifikasi teknis
6. addenda
Dokumen ini disiapkan konsultan perancang sebagai media komunikasi antara
pemberi tugas dan kontraktor.
Semua dokumen-dokumen tersebut merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan
satu dengan yang lainnya sedenikian rupa sehingga satu dengan yang lainnya
sejalan dan saling menunjang.
Apabila terdapat ketidak sesuaian, maka masing-masing mempunyai kekuatan
hukum sesuai dengan urutan sebagai berikut :
1. kontrak pekerjaan
2. surat Penawaran
3. addendum (bila ada) dan Berita Acara
4. syarat-syarat umum Kontrak
5. spesifikasi
6. gambar rencana
7. daftar kuantitas dan harga
8. jadwal pelaksanaan pekerjaan
Menurut sumber dana maka proyek konstruksi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
Dana pemerintah, dimana proses pelelangan umumnya kompetitif, dan
harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Dana swasta, dimana proses pelelangan umumnya dapat dinegoisasikan
dan ditentukan oleh aturan yang diadakan sendiri oleh pemilik dengan
bantuan konsultan perencana.
Proyek
Kontraktor Utama
Supplier Pekerja
Metode kontrak terpisah
Proyek
Metode swakelola
Proyek
Pemilik Proyek
Kontraktor Utama
Pekerja Supplier
3.1. Pendahuluan
Keterangan gambar : dinding luar tebalnya 250 mm, seluruh dimensi merupakan
dimensi luar.
Luas lantai :
Basement = 24,5 x 6,5 m x 3 = 477,75
Ground = ( 24,5 x 6,5 m + 9,5 x 3 m) x 2 = 375,50
Lt 1 Lt 5 = 187,75 m2 x ( 2,15 + 2,3 + 2,45 + 2,6 + 2,75 ) = 2.299,94
Luas atap = ( 25 x 7 m ) + (10 x 3 m ) x 1 = 205,00
Luas atap dinding :
Basement = 64 m x 3 m x 2 = 384,00
Ground atap = 70 m x 3 m x 6 x 1 = 1.260,00
------------------
- Storey Enclosure Unit = 5.002,19
Biaya Blok = 5.002,19 unit x Rp. 1.000.000,00 / unit = 5.000.219,00
Dibulatkan = 5.000.000,00
Catatan : Biaya satuan termasuk instalasi lift dan kerja luar.
3.2.5. Metode Bagian (Elemen)
Metode ini dikembangkan dari metode Storey Enclosure, yang
memperhitungkan elemen utama secara terpisah, dan dilakukan berdasarkan
pembagian-pembagian pekerjaan yang tidak sebidang, misalnya pada proyek
pembangkit listrik pekerjaan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu : pekerjaan
sipil, pekerjaan mekanikal, pekerjaan elektrikal.
Metode ini mempunyai keunggulan yaitu dapat digunakan untuk semua tahap.
Klien dapat mengerti perkiraan ini, karena ini adalah metode estimasi yang
dapat diandalkan, artinya perbandingan dapat dibuat dengan mudah sehingga
memudahkan seorang estimator untuk memperoleh implikasi biaya.
6. Pekerjaan persiapan
a. Pembelian tanah (termasuk pengukuran, pajak,akte dsb)
b. Pematangan Lahan (peralatan, luas lahan dalam m2), penebangan
pohon (jumlah pohon dalam buah) dan lain-lain.
c. Bangunan kerja (direksi keet dan gudang)dihitung luas lantai
d. Pemagaran dihitung panjang dalam m1.
e. Dan pekerjaan persiapan lain yang diperlukan.
7. Pekerjaan tanah
a) Galian tanah pondasi (volume galian dalam m3)
b) Timbunan pasir alas pondasi(volume pasir dalam m3)
c) Urugan tanah untuk pondasi
10. Pekerjaan cat / labur , dihitung berdasarkan luas permukaan yang akan
dicat untuk masing-masing jenis material konstruksi (tembok , besi , kayu)
4. Beton bertulang
Satuan m 3
Cara menghitung : panjang x lebar x tinggi
5. Plesteran trasram / kedap air
Satuan m 2
Cara menghitung : 2 x luas bidang luar trasram ditambah luas
bidang pondasi yang nampak pada tepi luar diatas muka tanah
6. Laburan
Laburan trasram = luas plesteran trasram
Laburan tembok = luas plesteran tembok
7. Lantai
Satuan m 2
Cara menghitung : panjang x lebar ( lihat denah )
8. Tegel plint
Satuan m 1
Cara menghitung : keliling / panjang tembok yang terpasang tegel
plint. ( Catatan : banyaknya tegel plint harus diperhitungkan
kehilangan sebesar 2 5 % ).
4. Pekerjaan talang
Satuan m 1
Cara menghitung : menjumlahkan panjang seluruhnya
5. Kuda-kuda
Satuan m 3
Cara menghitung : penampang tiap jenis ukuran x jumlah panjang
masing-masing + 10 % kayu terbuang
6. Rangka Atap
Satuan m 2
Cara menghitung :
menghitung luas sesuai atap segitiga = alas x tinggi bidang atap
bentuk atap trapesium = ( panjang tritis + bubungan ) x tinggi
bidang atap
bentuk atap segi empat = panjang x tinggi bidang atap
7. Rangka Plafond
Satuan m 3 atau m2
Cara menghitung ada dua cara :
a. penanpang x panjang kayu + 10 %
b. luas bidang plafond = panjang x lebar tiap kamar ( m2)
8. Menutup atap
Satuan m 3
Cara menghitung : luas rangka atap.
Untuk genting ditambah 2 -3 % akibat pecah dan lain-lain
9. Bubungan / jurai luar
Satuan m 1
Cara menghitung : jumlah panjang bubungan / jurai luar
10. Plafond
Satuan m 2
Cara menghitung : luas bidang rangka plafond
F. Pekerjaan penggantung
1. Pasang kaca pintu / jendela
Satuan m 2
Cara menghitung : lebar x tinggi bidang
Alat penggantung dan pengunci dihitung berdasarkan jumlah
pemakaian.
G. Pekerjaan Instalasi
1. Listrik
Biaya : ongkos pemasangan, bahan yang dibutuhkan, administrasi
dan lain-lain
Cara menghitung : jumlah lampu = jumlah stop kontak x harga tiap
jenis ( tidak termasuk bola lampu )
Rumus RAB = px q + s = pq + s
p = jumlah mata lampu
q = harga per mata lampu
s = harga bola lampu
2. Air
Kalkulasi seluruh pipa dan perlengkapannya
Ongkos pemasangan
Kerusakan bangunan tersebut akibat pemasangan instalasi air
tersebut.
H. Pekerjaan lain-lain
1. Besi sengkang , angker, mur baut dihitung dalam kg
2. Rooster udara dihitung jumlahnya dalam bh
3. Kloset, urinoir, wastafel dll dihitung per buah
3.3.2. Contoh perhitungan untuk pekerjaan pengairan
Dibagi dalam dua kelompok :
1. Pembuatan saluran terdiri dari saluran primer induk, saluran sekunder,
saluran tersier meliputi pekerjaan menggali dan menimbun. Dihitung
dalam satuan m3.
2. Pembuatan bangunan-bangunan terdiri dari siphon, gorong-gorong,
penahan tanah.Satuannya untuk pekerjaan pasangan m3, untuk pekerjaan
plesteran m2.
4.1. Pendahuluan
Penyusunan anggaran biaya adalah suatu kegiatan pada tahap perencanaan
maupun pada awal pemasukan penawaran dan merupakan proses awal dari
pembangunan dari suatu proyek konstruksi. Kegiatan tersebut diperlukan agar
dihasilkan perkiraan biaya proyek yang optimal dan dapat dipertanggung
jawabkan atau sesuai dengan dana dan waktu yang disediakan.
Anggaran biaya adalah rincian perkiraan biaya dari sebagian atau keseluruhan
kegiatan proyek yang dihubungkan dengan waktu (lamanya kegiatan), sedangkan
perkiraan biaya terbatas pada tabulasi biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan
tertentu proyek atau proyek keseluruhan.
Anggaran biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan / pengadaan
proyek, pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang
diperlukan untuk membangun proyek atau investasi berikutnya memiliki cakupan
yang sangat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti
material, tenaga kerja, peralatan maupun waktu.
Dan kaitan erat dengan analisa biaya yaitu pekerjaan yang menyangkut
pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai sebagai bahan
atau acuan untuk menyusun anggaran biaya. Dengan kata lain menyusun anggaran
biaya berarti melihat masa depan, menghitungkan dan mengadakan prakiraan atas
hal-hal yang akan mungkin terjadi. Sedangkan analisa biaya menitikberatkan pada
pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang akan dipakai sebagai
masukan.
Seperti telah disebutkan diatas, bahwa anggaran biaya proyek dihasilkan dari
perkiraan biaya komponen-komponen proyek atau pekerjaan dengan
memperhatikan faktor waktu pelaksanaan pekerjaan. Kata perkiraan diatas
menyiratkan bahwa angka yang dihasilkan tidak akan akurat 100 % tepat. Namun
demikian diharapkan agar penyimpangannya tidak terlalu jauh, sehingga dapat
berfungsi sebagai alat perencanaan .
Dalam kenyataan anggaran biaya ada dua macam yaitu Rencana Anggaran Biaya
(RAB) dan Rencana Anggaran Pelaksaanaan ( RAP )
4.2. Macam R . A . B
Macam Anggaran Biaya dapat dibagi dalam 2 cara :
a. Anggaran biaya sementara / taksiran ( perkiraan )
Anggaran biaya sementara atau yang disebut juga Rencana Biaya taksiran
dibuat berdasarkan pengalaman.
Misalnya untuk bangunan rumah tinggal dibedakan antara bangunan
pokok, bangunan samping, dan teras, dimana masing-masing bangunan
tersebut mempunyai harga yang barlainan untuk tiap ukuran luas meter
persegi.
Contoh :
a. Untuk bangunan bertingkat, maka perhitunganialah m3 luas lantai
dikalikan harga pokok pada lantai I ditambah prosentase biaya dari
harga pokok.
b. Tingkat V sampai dengan tingkat VII prosentasenya naik 10 %
c. Cara menghitung :
Lantai bawah LI x Hp ( masing-masing)
Lantai II LII x ( 1 + 8 % ) Hp
Lantai III LIII x ( 1 + 14 % ) Hp
Pemilik proyek, angka yang menunjukkan jumlah anggaran biaya akan menjadi
salah satu acuan untuk menentukan kelanjutan investasi.
RAB, sebagai rincian dari Owner Estimates adalah dasar pemberi tugas untuk
mengevaluasi penawaran yang diajukan oleh rekanan agar dapat menentukan
penawaran yang paling menguntungkan
b. Biaya Peralatan
Peralatan yang dimaksud disini adalah semua alat yang dipakai oleh
kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi, dan tidak akan memjadi
permanen dari proyek
Pada umumnya peralatan yang digunakan sebagai sarana bantu untuk
menyelesaikan pekerjaan konstruksi meliputi : alat-alat berat, mesin-mesin
dan alat- alat tangan atau ringan dan tidak akan menjadi bagian yang
permanen dari suatu konstruksi atau hasil akhir proyek. Peralatan ini sifatnya
ada yang hanya sekali pakai , ada yang pernah dipakai pada proyek
sebelumnya atau nantinya akan dipakai pada proyek berikutnya.
Biaya yang diperlukan untuk alat-alat berat jauh lebih besar daripada alat
ringan atau tangan dan pada proyek dengan skala besar biaya peralatan ini
akan sangat menentukan dalam penyusunan harga satuan pekerjaan, sehingga
perkiraan biaya alat-alat berat ini harus diteliti serta mendekati kenyataan.
Guna memperkirakan biaya yang cukup akurat, maka harus diputuskan
terlebih dahulu mengenai ukuran dan jenis peralatan yang akan dipakai,
dimana berdasarkan lamanya proyek akan dapat ditentukan apakah peralatan
akan dibeli atau cukup disewa saja.
Berdasarkan tingkat produktifitas, harga peralatan ( kepemilikan ) dan volume
pekerjaan, maka biaya peralatan dihitung per satuan waktu tertentu seperti per
jam, minggu, atau bulan dapat juga berdasarkan besarnya produk yang
dihasilkan persatuan waktu tertentu.
Penentuan biaya peralatan didasarkan pada biaya produksinya, yang terdiri
dari :
1. Biaya pemilikan
Biaya penyusutan
Bunga, pajak, asuransi
Dan lain-lain
2. Biaya operasional
Biaya operator
Biaya bahan bakar
Biaya pelumas dan filter
Biaya perbaikan dan perawatan
Biaya penggantian suku cadang dan ban
- Kontingensi yaitu biaya yang diperlukan untuk menutup hal hal yang
belum pasti , seperti :
Kecelakaan kerja
Kesalahan metode kerja
Kegagalan pelaksanaan pekerjaan
Faktor alam yang tidak menentu
Penyimpangan kondisi proyek ( site )
Akibat pengaruh perubahan moneter (misal : kenaikan harga material)
Biaya kontingensi disisipkan pada pengajuan harga satuan pekerjaan
dengan distribusi tidak menentu.
Selain kelompok biaya di atas dikenal juga biaya biaya sebagai berikut :
1. Keuntungan : Biaya yang diperlukan untuk jasa kontraktor sebagai
keuntungannya, yang besarnya merupakan prosentase ( misal 10 % )
dari biaya langsung ( biaya konstruksi ). Keuntungan diajukan secara
formal sebagai salah satu item pembiayaan
2. Perijinan : Biaya yang diperlukan untuk mengurus segala perijinan
sehubungan dengan pelaksanaan proyek. Besarnya biaya perijinan
diperkirakan / ditentukan sesuai aturan yang berlaku. Biaya perijinan
diajukan secara formal sebagai salah satu item pembiayaan
Sub kontraktor
Overhead umum
Overhead proyek
Pemilihan pekerjaan
Biaya langsung
Teknik penyusunan perkiraan biaya antara lain dengan quantity take off dan harga
satuan, yaitu membuat perkiraan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-
komponen bangunan proyek dari gambar-gambar perencanaan dengan spesifikasi
teknis serta dilanjutkan dengan menghitung masing-masing komponennya dengan
harga satuan.
Prosedur yang harus ditempuh antara lain :
Klasifikasi / pemilihan komponen komponen proyek
Diskripsi dari butir butir komponen proyek
Dimensi dari butir butir pekerjaan
Memberi beban jam orang
Memberi beban biaya
o Angka koefisien harga satuan upah diperoleh berdasarkan hasil survai atau
analisa pelaksanaan di lapangan.
4) Koefisien Upah
Dalam membuat analisa harga satuan pekerjaan, akan kita jumpai suatu
besaran angka sebagai faktor atau koefisien, yang besarnya/nilainya
tergantung dari keahlian / profesionalnya tenaga tersebut. Ada beberapa
hal/pertimbangan yang dipakai dalam penentuan besaran koefisien upah
tersebut antara lain :
a. Tingkat kesulitan pekerjaan
b. Tingkat profesionalitas / keahlian tenaga kerja
c. Peralatan yang digunakan
Untuk mencari besarnya koefisien upah biasanya dilakukan dengan cara
teoritis dan praktis yang kemudian diperoleh besaran-besaran empiris yang
sekarang sudah umum dan dibukukan.
Contoh :
Pekerjaan galian tanah ukuran kecil (galian kabel, galian pondasi) dengan
kedalaman kurang dari 1 meter dan bekas galian disebarkan disekitarnya,
maka besaran koefisien upah sebagai berikut :
Koefisien upah per m3 galian
No. Jenis Tanah Galian
Maksimum Minimum
1 Tanah Biasa 0,800 0,0270
2 Tanah Keras 1,050 0,0370
3 Tanah Bercampur Batu 1,575 0,0525
4 Tanah Lumpur 1,605 0,0625
5 Tanah Cadas 2,140 0,0642
Untuk tanah galian yang hasil galiannya diangkut ketempat lain, besarnya
koefisien tergantung dari jarak angkut serta peralatan yang digunakan
Contoh :
1 m3 tanah diangkut sejauh 30 m :
0,375 pekerja
0,107 mandor
atau dapat memakai rumus sebagai berikut :
a
K = -------- ( L + 75 )
275
dimana :
K = biaya yang dicari per m3
A = upah pekerja setempat
L = jarak pengangkutan
Rumus diatas sudah termasuk upah pengawasan + alat
Contoh :
1 m3 pekerjaan galian tanah berlumpur
1,605 pekerja @ Rp. 17.500 Rp.
1,605 pekerja @ Rp. 17.500 Rp
--------------------------------------------
Jumlah Rp. XY
Maka kebutuhan biaya untuk galian tanah berlumpur 48,5 m3 adalah 48,5 x
Rp. XY = Rp.CT
5. Koefisien Bahan
Pada prinsipnya cara penentuan koefisien bahan hampir sama dengan cara
penentuan besaran koefisien upah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan koefisien bahan adalah :
a. Macam pekerjaan
b. Komposisi campuran
c. Tingkat ketelitian dan kesulitan pembuatan
Koefisien bahan maupun koefisien upah sudah banyak ditulis oleh ahli seperti
buku BOW, sampai dengan hasil kajian penulis sekarang. Seperti pada penentuan
koefisien upah, koefisien bahan dilakukan uji coba lalu dipraktekkan di lapangan.
Berikut ini contoh perhitungan koefisien dan biaya satuan dari suatu alat berat
pada pekerjaan 1 m3 galian tanah serta meratakan dan merapikan hasil galian
dengan menggunakan excavator dan bulldozer, jarak perataan 20 meter.
Menghitung kapasitas excavator, Komatsu PC-200 :
Kapasitas alat : 0,80 m 3
Factor alat : 0,84
Faktor material : 1,20 (swell)
Cycle time (A) :
Gali = 0,1333 menit
Angkat = 0,1917 menit
Putar = 0,1667 menit
Buang = 0,1333 menit
Putar = 0,2000 menit
----------------------------------------------------
(A) = 0,8250 menit
= 0,0138 jam
Produksi per jam untuk 1 unit = ( 0,80 x 0,84) : ( 1,2 x 0,0138 )
= 40,73 m3 dibulatkan 40,00 m3
Menghitung koefisien alat, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menggali 1
m3 tanah.
Waktu produksi 1 m3 = 1 / 40,00 = 0,0250
Q = 232,526 m3 / jam
Maka untuk meratakan 1 m3 tanah membutuhkan waktu :
T = ( 232,526 ) 1
= 0,0043 jam
Menghitung koefisien tenaga kerja (pekerja)
Produktifitas pekerja untuk merapikan tanah lepas 3,50 m3/jam/orang
(diambil dari pedoman kontraktor, Adi Karya)
Pekerja yang dibutuhkan untuk meratakan tanah 40 m3/jam adalah :
40/3,5 = 11,43 dibulatkan 12 orang.
Jika satu hari kerja ( 8 jam/hari ) dihitung 7 jam efektif maka koefisien
tenaga kerja (jumlah ) untuk mengerjakan 1 m3 tanah lepas :
Pekerja orang /hari = 12/(40 x 7)
= 0,0429
Mandor 1/20 pekerja = 0,0021
Demikian juga biaya umum (over head) sudah diperinci menjadi biaya pembelian
kertas, alat-alat tulis, gaji, ongkos angkutan, biaya kesehatan dan lain-lain
administrasi proyek.
Contoh :
Sehingga untuk keseluruhan pekerjaan dapat diperoleh jumlah biaya untuk : upah,
bahan, dan alat. Disini tampak perbedaan antara harga penawaran dengan biaya
pelaksanaan.
Pada contoh ni terdapat perbedaan sebesar :
Rp. 148.000,00 Rp. 80.000,00 = Rp. 68.000,00
Hasil perhitungan biaya pelaksanaan ini harus dijadikan patokan biaya pada
pelaksanaan pekerjaan, sehingga sebelum dimulainya pelaksanaan sudah
diketahui pos biaya pekerjaan apa yang berlebih atau kurang. Dengan demikian
dapat dikendalikan biaya yang dikeluarkan selama pelaksanaan pekerjaan,
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.
BAB V
Pengendalian Proyek
5.1. Pendahuluan
Pada saat pelaksanaan , estimasi biaya proyek merupakan anggaran biaya
yang tidak boleh terlampaui besarnya sehingga kontraktor mendapatkan
keuntungan yang sebesar besarnya. Agar pengeluaran proyek sesuai dengan
rencana anggaran yang telah ditetapkan maka harus ada pengendalian yang terus
menerus selama proyek berlangsung. Salah satu cara pengendalian biaya
pelaksanaan proyek adalah dengan bantuan kurva S.
5.2.Program Pengendalian
Untuk pengendalian pelaksanaan sebaiknya dibuat apa yang disebut
Program Plan Controle atau Perencanaan Pengendalian . Pelaksanaan
Program Plan Controle untuk mengikuti perkembangan atau kemajuan
pekerjaan yang telah dicapai.
5.2.1.Jenis Pengendalian
Program Plan Control pada umumnya dilakukan dalam tiga hal yaitu :
Pengendalian biaya ( B )
Pengendalian mutu (M )
Pengendalian waktu (W )
Pelaksanaan ketiga pengendalian ini harus sedemikian rupa sehingga terdapat
keserasian dan keseimbangan yang baik.