Anda di halaman 1dari 29

BAB I.

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG I-2


I.2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN I-3
I. 2. 1. Maksud . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-3
I. 2. 2. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-3
I. 2. 3. Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-3
I.3. LINGKUP KEGIATAN, TAHAPAN KEGIATAN, BATASAN KEGIATAN DAN LINGKUP WILAYAH KEGIATAN I-3
I. 3. 4. Wilayah Kegiatan dan Kajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-5
I.4. DASAR HUKUM I-6
I.5. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN PRODUK I-8
I.6. RENCANA KERJA I-8
I.7. METODOLOGI DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN I-11
I.8. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN I-14
I.9. DELINIASI KAWASAN PERENCANAAN I-17
I.10. GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG I-17
I. 10. 1. Profil Geografis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-17
I. 10. 2. Profil Demografi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-17
I. 10. 3. Profil Ekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-18
I. 10. 4. Profil Sosial Budaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-19
I. 10. 5. Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-19
I.11. GAMBARAN UMUM SWK CIBEUNYING I-21
I. 11. 1. Kondisi Fisik Lingkungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-21
I. 11. 2. Kondisi Sosial Kependudukan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-22
I. 11. 3. Kondisi Perekonomian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-22
I. 11. 4. Kondisi Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-22
I. 11. 5. Potensi dan Permasalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-24
I. 11. 6. Isu Strategis Penataan Ruang Wilayah Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-27

I-1
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
I.1. LATAR BELAKANG
Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan yang
bertujuan mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan lingkungan
yang tertata, berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi
dan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya penyusunan dokumen
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), selain sebagai pemenuhan
aspek legal-formal, yaitu sebagai produk pengaturan pemanfaatan ruang
serta penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan terpilih, juga
sebagai dokumen panduan/pengendali pembangunan supaya memenuhi
kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan
yang meliputi: pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan,
peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas
lingkungan dan ruang publik, perwujudan pelindungan lingkungan, serta
peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.

Selain hal tersebut RTBL mempunyai manfaat untuk mengarahkan jalannya


pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif,
tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung,
mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan
gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan fisik
suatu lingkungan/kawasan, menjamin implementasi pembangunan agar
sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan
lingkungan/kawasan yang berkelanjutan, menjamin terpeliharanya hasil
pembangunan pascapelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari
masyarakat terhadap semua hasil pembangunan.

Konsep kota hijau (kota berkelanjutan) merupakan kota yang dibangun


dengan tidak mengorbankan aset kota, melainkan terus menerus memupuk
semua kelompok aset meliputi manusia, lingkungan terbangun, sumber
daya alam, lingkungan dan kualitas prasarana perkotaan. Kota hijau
Gambar 1.1. Kedudukan Dokumen RTBL di dalam tataran Regulasi Tata Ruang Wilayah
juga dapat dipahami sebagai kota yang ramah lingkungan berdasarkan
Sumber : Pusat Studi Urban Desain, 2006
perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip
dengan fokus pada penciptaan ide-ide kreatif sebagai target hijau kawasan kebijakan keruangan nasional melalui UndangUndang No. 26 Tahun 2007
pembangunan berkelanjutan, antara lain dengan memanfaatkan secara
yang: tentang Penataan Ruang, maka dari itu pekerjaan ini sangatlah penting
efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah,
dalam rangka mendukung Pemerintah Daerah Kota Bandung dalam
menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, 1. Menciptakan suasana kondusif dalam rangka pembangunan
menjalankan tugas dan wewenangnya dalam penataan ruang. Selain itu,
dan mensinergikan lingkungan alami dan buatan. RTBL adalah sebuah bangunan gedung hijau;
kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan
produk pengaturan yang disusun diharapkan dapat mensinergikan seluruh 2. Fokus pada desain lingkungan yang dapat menghemat penggunaan
Kampus ITB Kota Bandung merupakan tindak lanjut dari Perjanjian Kerja
perencanaan yang ada di suatu kawasan sehingga dapat mendukung sumber daya tak terbarukan/fossil fuel; dan
Sama antara Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kota hijau yang 3. Pendetilan tata cara pelaksanaan di tingkat basis masyarakat untuk
Umum, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota Bandung,
berkelanjutan. RTBL adalah juga merupakan upaya konservasi kawasan mencapai target sasaran hijaudi wilayahnya.
dengan Institut Teknologi Bandung tentang Penataan Kawasan Seputar
berskala lingkungan dalam dokumen yang disusun sesuai Pedoman RTBL Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan
kampus Institut Teknologi Bandung yang ditandatangani pada tanggal 30
(Permen PU No. 06/PRT/M/2007). Upaya tersebut diharapkan tercapai Kampus ITB Kota Bandung merupakan sebagai konsekuensi lahirnya
Agustus 2012.
I-2
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
I.2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN untuk melakukan analisis kawasan dan wilayah sekitarnya. Dari hasil kungan, sistem prasarana dan utilitas lingkungan. Ketentuan dasar imple-
pendataan ini akan diperoleh identifikasi kawasan dari segi fisik, sosial, mentasi rancangan dapat diatur melalui aturan wajib, aturan anjuran uta-
1. 2. 1. Maksud budaya, dan ekonomi, serta identifikasi atas kondisi di wilayah sekitarnya ma, dan aturan anjuran pada kawasan perencanaan dimaksud.
Maksud dari kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan yang berpengaruh pada kawasan perencanaan. Data tersebut meliputi:
Lingkungan Kawasan Kampus ITB Kota Bandung adalah menghasilkan peta (peta regional, peta kota, dan peta kawasan perencanaan dengan
5. Penyusunan Rencana Investasi
dokumen yang dapat digunakan sebagai acuan bagi para Pihak/Pelaksana skala 1:1.000 serta memperlihatkan kondisi topografis/garis kontur), foto-
Rencana Investasi disusun berdasarkan dokumen RTBL yang memper-
dalam melaksanakan kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan foto (foto udara/citra satelit dan foto-foto kondisi kawasan perencanaan,
hitungkan kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam proses
Lingkungan Kawasan Kampus ITB Kota Bandung. peraturan dan rencana-rencana terkait; sejarah dan signifikansi historis
pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan lingkungan/
kawasan, kondisi sosial-budaya, kependudukan, pertumbuhan ekonomi,
kawasan. Rencana ini menjadi rujukan bagi para pemangku kepentingan
1. 1. 2. Tujuan kondisi fisik dan lingkungan, kepemilikan lahan, prasarana dan fasilitas,
untuk menghitung kelayakan investasi dan besaran biaya suatu program
dan data lain yang relevan.
Tujuan dari kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan penataan, ataupun sekaligus menjadi tolak ukur keberhasilan investasi.
Kawasan Kampus ITB Kota Bandung adalah terarahnya penyelenggaraan Secara umum rencana investasi mengatur tentang besaran biaya yang
penataan bangunan dan lingkungan di Kawasan Kampus ITB Kota Bandung, 2. Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan dikeluarkan dalam suatu program penataan kawasan dalam suatu kurun
sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Analisis adalah penguraian atau pengkajian atas data yang telah berha- waktu tertentu, Cost Benefit Ratio (CBR) analisis, tahapan pengemban-
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sil dikumpulkan. Analisis dilakukan secara berjenjang dari tingkat kota; gan, serta peran dari masing-masing pemangku kepentingan.
guna mewujudkan tata bangunan dan dan lingkungan layak huni, berjati tingkat wilayah sekitar kawasan; sampai pada tingkat kawasan, dengan
diri, produktif dan berkelanjutan, sebagaimana diamanatkan oleh UU No. komponen analisis: sosial-kependudukan, prospek pertumbuhan ekono-
6. Penyusunan Ketentuan Pengendalian Rencana
28/2002 tentang Bangunan Gedung. mi, daya dukung fisik dan lingkungan, aspek legal konsolidasi lahan, daya
Ketentuan Pengendalian Rencana bertujuan untuk mengendalikan berba-
dukung prasarana dan fasilitas, kajian aspek historis. Dari hasil analisis ini
1. 2. 3. Sasaran gai rencana kerja, program kerja maupun kelembagaan kerja pada masa
akan diperoleh arahan solusi atau konsep perencanaan atas permasala-
pemberlakuan aturan dalam RTBL dan pelaksanaan penataan suatu ka-
Sasaran dari kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkun- han yang telah diidentifikasikan pada tahap pendataan.
wasan, dan mengatur pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat
gan Kawasan Kampus ITB Kota Bandung adalah: dalam mewujudkan RTBL pada tahap pelaksanaan penataan bangunan
1. Tersusunnya Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan 3. Penyusunan Konsep Program Bangunan dan Lingkungan dan lingkungan. Ketentuan pengendalian rencana disusun sebagai bagian
(RTBL) Kawasan Kampus ITB Kota Bandung sesuai dengan Pedoman Hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan akan memuat proses penyusunan RTBL yang melibatkan masyarakat, baik secara lang-
Penyusunan RTBL yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan gambaran dasar penataan pada lahan perencanaan yang akan ditindak- sung (individu) maupun secara tidak langsung melalui pihak yang diang-
Umum No. 06/PRT/M/2007, yang dapat digunakan sebagai panduan lanjuti dengan penyusunan konsep dasar perancangan tata bangunan gap dapat mewakili (misalnya Dewan Kelurahan, Badan Keswadayaan
dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan di yang merupakan visi pengembangan kawasan. Penetapan konsep dise- Masyarakat/BKM dan Forum Rembug Desa). Ketentuan Pengendalian
kawasan tersebut; suaikan dengan karakter wilayah kajian dan hasil analisis. Komponen Rencana menjadi alat mobilisasi peran masing-masing pemangku kepent-
2. Tersusunnya Dokumen Detail Engineering Design (DED) pada spot dasar perancangan berisi: visi pembangunan, konsep perancangan struk- ingan pada masa pelaksanaan atau masa pemberlakuan RTBL sesuai den-
terpilih Kawasan Kampus ITB Kota Bandung untuk pelaksanaan tur tata bangunan dan lingkungan, konsep komponen perancangan ka- gan kapasitasnya dalam suatu sistem yang disepakati bersama, dan ber-
kegiatan fisik sebagai stimulan sesuai dengan rencana investasi yang wasan, blok-blok pengembangan kawasan dan program penanganannya. laku sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk mengukur
ditetapkan dalam dokumen RTBL; dan tingkat keberhasilan kesinambungan pentahapan pelaksanaan pemban-
3. Tersusunnya Naskah Peraturan Walikota tentang penetapan gunan.
4. Penyusunan Rencana Umum dan Panduan Rancangan
Dokumen RTBL pada Kawasan Kampus ITB Kota Bandung sebagai
Rencana umum dan panduan rancangan merupakan ketentuan tata
produk pengaturan yang legal di kawasan tersebut.
bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan yang bersifat lebih de- 7. Penyusunan Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
tail dan bersifat sebagai panduan atau arahan pengembangan. Panduan Pedoman pengendalian pelaksanaan dimaksudkan untuk mengarahkan
I.3. LINGKUP KEGIATAN, TAHAPAN KEGIATAN, BATASAN KEGIATAN rancangan bersifat melengkapi dan menjelaskan secara lebih rinci ren- perwujudan pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan/kawasan
DAN LINGKUP WILAYAH KEGIATAN cana umum yang telah ditetapkan sebelumnya, meliputi ketentuan dasar yang berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasan
implementasi rancangan dan prinsip-prinsip pengembangan rancangan agar dapat berkualitas, meningkat, dan berkelanjutan. Pengendalian
1.3.1 Lingkup Kegiatan kawasan. Adapun komponen rancangan meliputi : struktur peruntukan pelaksanaan dilakukan oleh dinas teknis setempat atau unit pengelola
1. Survey Lokasi dan Pendataan
lahan, intensitas pemanfaatan lahan, tata bangunan, sistem sirkulasi dan teknis/UPT/badan tertentu sesuai kewenangan yang ditetapkan oleh
Data yang dikumpulkan adalah segala jenis informasi yang diperlukan
jalur penghubung, sistem ruang terbuka dan tata hijau, tata kualitas ling- kelembagaan pemrakarsa penyusunan RTBL atau dapat ditetapkan ke-
I-3
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
mudian berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan. Pedo- us disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Pendahuluan yang berisi f. Penetapan daftar kegiatan serta lokasi pembangunan sarana dan
man pengendalian pelaksanaan dapat ditetapkan dan berupa dokumen kesepakatan terhadap substansi Laporan Pendahuluan, khususnya pada prasarana lingkungan pada spot-spot kawasan yang prioritas.
terpisah tetapi merupakan satu kesatuan dengan dokumen RTBL, ber- bagian Rencana Survey dan Rencana Pelaksanaan Focus Group Discus- 6. Penyusunan Laporan Antara
dasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan, setelah mempertim- sion (FGD). Segera setelah dilaksanakannya survey lokasi dan Focus Group Discus-
bangkan kebutuhan tingkat kompleksitasnya. sion Pertama (FGD-I), tim tenaga ahli konsultan RTBL segera menyusun
Laporan Antara serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat
4. Pelaksanaan Survey oleh Tim Konsultan
Pembahasan Laporan Antara yang setidaknya memuat materi hasil pelak-
1.3.2 Tahapan Kegiatan Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli
sanaan survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan Focus Group Dis-
Dalam rangka memenuhi target sasaran sesuai dengan yang dipersyarat- konsultan RTBL segera melaksanakan survey lokasi sesuai dengan ren-
cussion Pertama (FGD-I).
kan, berikut rincian tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan: cana survey yang telah ditetapkan pada pembahasan Laporan Pendahulu-
an. Dalam pelaksanaan survey tim konsultan diharapkan dapat mengiden-
tifikasi kemungkinan spot-spot prioritas yang berpotensi menjadi lokasi 7. Rapat Pembahasan Laporan Antara
1. Rapat Koordinasi Awal Kegiatan Penyusunan RTBL
percontohan untuk pembangunan konstruksi di tahun anggaran 2014 se- Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli
Segera setelah proses kontrak antara Pejabat Pembuat Komitmen den-
bagai tindak lanjut penyusunan dokumen RTBL. konsultan RTBL segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat
gan pihak penyedia jasa konsultan RTBL selesai, akan diadakan rapat
Laporan Antara dengan mengundang tim teknis, serta unsur Pemerin-
awal untuk koordinasi sebelum memulai pekerjaan penyusunan RTBL di
tah Daerah termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan
pusat. Rapat akan diselenggarakan oleh Direktorat Penataan Bangunan 5. Pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I)
Dinas terkait lainnya, unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat
dan Lingkungan di Jakarta. Pada rapat tersebut akan disampaikan hal-hal Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim tenaga ahli konsultan
umum serta unsur asosiasi/komunitas masyarakat yang terkait dengan
sebagai berikut: RTBL segera mengagendakan dan menyelenggarakan Focus Group Dis-
studi RTBL di tingkat lokal. Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan
cussion Pertama (FGD-I) dengan mengundang tim teknis daerah dan se-
Penjelasan lingkup tugas konsultan penyusunan RTBL; di tingkat Provinsi pada lokasi kawasan studi RTBL. Dalam rapat pemba-
luruh pemangku kepentingan terkait di daerah. Focus Group Discussion
Penjelasan tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan; hasan Laporan Antara tersebut tim tenaga ahli konsultan RTBL menyam-
Pertama (FGD-I) diadakan di tingkat Provinsi pada lokasi studi, dengan
Penjelasan deliniasi kawasan studi; paikan hasil pelaksanaan survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan
melibatkan unsur Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait, un-
Penyampaian surat usulan penyusunan RTBL dari Pemerintah Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) dalam bentuk Laporan Antara.
sur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta komunitas
Daerah; Di akhir pelaksanaan Pembahasan Laporan Antara wajib disusun Berita
masyarakat yang terkait dengan studi RTBL di tingkat lokal.
Jadwal penyampaian dan pembahasan laporan; Acara Pembahasan Laporan Antara yang ditandatangani bersama oleh
Perkenalan tenaga ahli Tim Penyedia Jasa; dan Dalam Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) tersebut tim tenaga
peserta yang hadir. Notulensi tersebut pada intinya merupakan catatan,
Penjelasan sistem koordinasi antara penyedia jasa dengan tim ahli konsultan RTBL menyampaikan hasil survey awal lokasi untuk da-
usulan, masukan dan kesepakatan bersama hasil pemaparan Laporan
teknis yang terdiri dari unsur Pemerintah Pusat dan Pemerintah pat dikonfirmasi oleh pihak terkait serta mengidentifikasi sebanyak-ban-
Antara yang perlu ditindaklanjuti oleh konsultan dalam rangka penyem-
Daerah. yaknya aspirasi daerah terkait keterpaduan pembangunan di lokasi studi
purnaan Laporan Antara.
dari masing-masing pihak pemangku kepentingan di daerah yang akan
Segera setelah dilaksanakannya pembahasan Laporan Antara di daerah,
diselaraskan menggunakan perangkat berupa Dokumen RTBL.
2. Penyusunan Laporan Pendahuluan tim tenaga ahli konsultan segera memperbaiki substansi materi sesuai
Segera setelah rapat koordinasi awal, tim tenaga ahli konsultan RTBL Di akhir pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) wajib dis-
dengan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama yang terjadi
segera menyusun Laporan Pendahuluan serta bahan tayangan yang akan usun Berita Acara FGD-I yang ditandatangani bersama oleh peserta yang
pada tahap pembahasan Laporan Antara di daerah. Setelah seluruh per-
disampaikan pada Rapat Laporan Pendahuluan yang setidaknya memuat memuat kesepakatan bersama sebagai berikut:
baikan selesai dilakukan, tim tenaga ahli konsultan segera menyampaikan
substansi sesuai dengan ketentuan mengenai isi materi Laporan Penda- a. Pengesahan deliniasi kawasan studi oleh pihak berwenang Pe- produk Laporan Antara yang telah diperbaiki tersebut disertai dengan
huluan. merintah Daerah; Berita Acara FGD-I dan Berita Acara Pembahasan Laporan Antara kepada
b. Identifikasi potensi dan permasalahan lokal kawasan serta pen- tim teknis di tingkat pusat bersama dengan PPK kegiatan terkait di Direk-
etapan visi dan misi pada kawasan RTBL; torat Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk mendapat persetujuan.
3. Workshop Pembahasan Laporan Pendahuluan
c. Draft Sistematika Peraturan Walikota tentang Penetapan RTBL
Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim tenaga ahli konsultan
pada Kawasan Studi;
RTBL segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat Pendahu- 8. Kolokium RTBL
d. Draft Sistematika Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkun-
luan dalam bentuk workshop dengan mengundang seluruh tim teknis. Tim tenaga ahli konsultan RTBL diwajibkan untuk hadir di acara kolokium
gan (RTBL);
Workshop Laporan Pendahuluan diselenggarakan oleh konsultan RTBL RTBL yang diselenggarakan di Jakarta oleh Direktorat Penataan bangu-
e. Draft materi RTBL pada bab Program Bangunan dan Lingkungan
di Pusat (Jakarta). Dalam Workshop Laporan Pendahuluan tersebut har- nan dan Lingkungan untuk mempresentasikan hasil sementara produk
dan bab Rencana Umum dan Panduan Rancangan ; dan
I-4
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
penyusunan dokumen RTBL sampai dengan tahap Laporan Antara. Pene- a. Penyempurnaan Laporan Draft Akhir 1.3.3 Batasan Kegiatan
kanan yang diutamakan pada pembahasan bersama tim ahli (narasum- Segera setelah pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Draft Akhir, tim 1. Jenis Kegiatan Fisik
ber) dalam kolokium tersebut ialah terkait substansi materi RTBL pada tenaga ahli konsultan segera bekerja menyempurnakan seluruh dokumen Jenis pekerjaan fisik yang dapat dibangun oleh Pemerintah Pusat melalui
Bab Program Bangunan dan Lingkungan serta Bab Rencana Umum dan penyusunan RTBL berdasarkan catatan, usulan, masukan dan kesepaka- dana APBN sebagai dana stimulan yang merupakan tindak lanjut dari do-
Panduan Rancangan. tan bersama pada saat dilaksanakannya rapat pembahasan Laporan Draft kumen RTBL yang disusun, adalah prasarana dan sarana lingkungan pada
Akhir. lahan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang dapat diakses secara
9. Pelaksanaan Focus Group Discussion Kedua (FGD-II) b. Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Akhir luas oleh publik/masyarakat umum sehingga dapat mendukung aktivitas
Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim tenaga ahli konsultan Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim Penyedia Jasa segera ekonomi dan sosial masyakarat pada kawasan tersebut, guna terwujud-
RTBL segera mengagendakan dan menyelenggarakan Focus Group Dis- mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat Pembahasan Laporan nya peningkatan dan pengembangan nilai kawasan, seperti:
cussion Kedua (FGD-II) dengan mengundang tim teknis daerah dan se- Akhir dengan mengundang seluruh tim teknis. Rapat Pembahasan Lapo- a. Pembangunan/peningkatan jalan lingkungan, dengan lebar jalan
luruh pemangku kepentingan terkait di daerah. Focus Group Discussion ran Akhir diadakan di tingkat pusat dengan agenda finalisasi keseluruhan maksimal 3 meter;
(FGD) kedua diadakan di tingkat Provinsi pada lokasi studi, dengan me- dokumen produk penyusunan RTBL sebagai berikut: b. Pembangunan/peningkatan saluran lingkungan, dengan dimensi
libatkan unsur Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait, un- 1. Laporan Akhir mencakup materi dokumen RTBL sesuai dengan penampang saluran drainase 40x60 cm disesuaikan dengan in-
sur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta komunitas ketentuan pada Peraturan Menteri No. 6 tahun 2007 tentang tensitas curah hujan;
masyarakat yang terkait dengan studi RTBL di tingkat lokal. Dalam Focus Pedoman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yaitu: c. Pembangunan/peningkatan ruang terbuka publik (plaza) beserta
Group Discussion Kedua (FGD-II) tersebut tim konsultan menyampaikan Program Bangunan dan Lingkungan; sarana/prasarana pendukungnya (gazebo, lampu taman/pedes-
hasil pekerjaan sementara sebagai berikut: Rencana Umum dan Panduan Rancangan; trian, tugu/monumen, dll);
a. Rancangan Laporan Draft Akhir mencakup materi dokumen RTBL Rencana Investasi; d. Pembangunan/peningkatan jalan pedestrian;
sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Menteri No. 6 tahun Ketentuan Pengendalian Rencana; dan e. Pembangunan kios pedagang semi permanen;
2007 tentang Pedoman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Pedoman Pengendalian Pelaksanaan. f. Pembangunan/peningkatan gerbang kawasan;
(RTBL), yaitu: 2. Dokumen Perencanaan/DED termasuk RKS, RAB dan simulasi 3 g. Rehabilitasi (konservasi) bangunan adat/tradisional milik umum
Program Bangunan dan Lingkungan; dimensional; dan (Pemerintah Daerah) dan/atau masuk ke dalam Daftar Bangunan
Rencana Umum dan Panduan Rancangan; 3. Peraturan Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi. Cagar Budaya, sesuai dengan persyaratan pelestarian bangunan;
Rencana Investasi; Di akhir rapat pembahasan laporan akhir disusun Berita Acara dan
Ketentuan Pengendalian Rencana; dan Pembahasan Laporan Akhir yang memuat catatan, usulan, masukan h. Taman Kota atau Taman Bermain beserta kelengkapan sarana dan
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan. dan kesepakatan bersama dengan tim teknis terkait penyempurnaan prasarananya.
b. Draft Dokumen Perencanaan/Pra-DED; dan keseluruhan dokumen tersebut diatas. 2. Batasan Nilai Kegiatan Fisik
c. Draft Peraturan Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan 11. Proses Legalisasi/Penandatanganan Produk Dokumen RTBL Batasan nilai pembiayaan untuk pembangunan percontohan
Studi. Setelah seluruh catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama yang konstruksi fisik sebagai tindak lanjut dari penyusunan RTBL adalah
dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Laporan Akhir ditindaklanjuti sebesar 5 milyar rupiah (dengan rincian interpolasi mengacu pada
oleh tim tenaga ahli konsultan, seluruh dokumen produk penyusunan RTBL dasar perhitungan pembangunan bangunan gedung Negara,
10. Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Draft Akhir
tersebut diatas segera disampaikan ke Pemerintah Daerah untuk mendapat Permen PU No. 45 Tahun 2007).
Pada tahap ini tim tenaga ahli konsultan didampingi dengan tim teknis
legalisasi dalam bentuk penandatanganan oleh pihak-pihak terkait sesuai
yang terdiri dari unsur pusat dan daerah menyampaikan paparan yang
dengan tugas dan kewenangannya. Apabila proses penandatanganan
lengkap dan utuh mencakup keseluruhan materi Dokumen RTBL, Doku-
membutuhkan waktu lebih dan diperkirakan akan selesai melebihi Tahun 1. 3. 4. Wilayah Kegiatan dan Kajian
men Perencanaan/DED dan Rancangan Peraturan Walikota tentang Pen-
Anggaran 2013, maka tim tenaga ahli konsultan RTBL diminta untuk Wilayah kegiatan dan kajian melingkupi kawasan dalam konteks makro,
etapan RTBL pada Kawasan Studi di hadapan kepala daerah (Walikota)
membuat Berita Acara Serah Terima Dokumen RTBL yang ditandatangani meso dan mikro. Kawasan konteks makro adalah kawasan dalam
beserta jajarannya. Adapun hasil dari paparan ini ialah pernyataan tertu-
oleh unsur pihak Pemerintah Daerah yang berwenang. Berita Acara Serah lingkup yang lebih luas, dimana kawasan perencanaan berada. Kajian
lis disetujui atau disetujui dengan catatan keseluruhan dokumen
Terima Dokumen ini digunakan sebagai bukti telah selesainya serangkaian konteks makro diperlukan untuk mengetahui posisi dan peran kawasan
tersebut oleh kepala daerah (Walikota) yang dituangkan dalam Berita Ac-
proses penyusunan RTBL yang telah menghasilkan keseluruhan produk perencanaan di dalam konteks wilayah yang lebih luas, yaitu kota Bandung.
ara Pembahasan Laporan Draft Akhir dan ditandatangani bersama oleh
RTBL yang telah diterima oleh pihak Pemerintah Daerah. Dan sebaliknya, juga untuk mengetahui dampak serta peran kawasan
kepala daerah (Walikota), Tim Teknis Pusat dan Daerah serta Tim Tenaga
Ahli Konsultan RTBL. perencanaan terhadap perkembangan kota. Sedangkan konteks wilayah

I-5
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
meso adalah kawasan perencanaan yang akan di RTBL kan. Kawasan
mikro adalah area yang akan diimplementasikan dan produksinya berupa
gambar DED. Tingkat kedalaman kajian berdasarkan konteksnya tersebut
akan disesuaikan dengan luas kawasan

Kawasan perencanaan (konteks meso) adalah kawasan yang telah


ditetapkan di dalam Perjanjian Kerja Sama antara Direktorat Jenderal Cip-
ta Karya Kementrian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
Pemerintah Kota Bandung dengan Institut Teknologi Bandung pada tang-
gal 30 Agustus 2012. Didalam PKS tersebut dinyatakan bahwa kawasan
perencanaan adalah kawasan yang dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Jalan Siliwangi
Sebelah Selatan : Jalan Badak Singa
Sebelah Timur : Jalan Ir. H. Djuanda dan
Sebelah Barat : Sungai Cikapundung

Kawasan Perencanaan tersebut seperti yang tergambar pada Gambar


1.3. Berdasarkan batas tersebut, sebagian kawasan perumahan yang
berada di dalam kawasan Tamansari, masuk ke dalam kawasan perenca-
naan. Dengan mempertimbangkan bahwa kawasan perumahan, terlebih Rekomendasi Batas Kawasan Perencanaan baru
kawasan perumahan padat yang terbentuk secara informal, memiliki kar-
kateristik yang berbeda serta memiliki tingkat komplesitas permasala-
han yang berbeda dengan dengan karakter kawasan kampus ITB, maka
direkomendasikan kawasan perumahan tersebut berada di luar kawasan Gambar 1.2. Gambar Peta Kota Bandung dan kawasan perencanaan pada tahun
1933
perencanaan. Secara historis, perencanaan kawasan ITB berdasarkan
struktur kawasannya, terdiri dari poros utama dari Jl Cikapayang hingga
ke Jl Lebak Siliwangi. Sehingga direkomendasikan untuk membentuk ka- 7. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / 14. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan
wasan perencanaan sesuai dengan struktur kawasan lamanya. Jasa Pemerintah; Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkun-
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 tentang gan;
I.4. DASAR HUKUM Penyelenggaraan Penataan Ruang 15. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Peru-
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang mahan di Perkotaan;
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didasarkan pada: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 16. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 01/SE/DC/2009
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Peru- 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 ten- perihal Modul Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
mahan dan Kawasan Permukiman; tang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 17. Peraturan Daerah/Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar tentang Bangunan Gedung Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada Kabupaten/Walikota tempat lokasi
Budaya; 11. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Per- studi; dan
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Pen- syaratan Teknis Bangunan Gedung; 18. Peraturan Daerah/Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan
anggulangan Bencana 12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Gedung pada Kabupaten/Walikota tempat lokasi studi.
4. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang; Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Ka- 19. UU no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Pasal 9 Persyaratan
5. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung; wasanPerkotaan; tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) meli-
6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 tentang Ling- 13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang puti persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan, arsitektur ban-
kungan Hidup; Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; gunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan.

I-6
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
Persyaratan tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan lebih lanjut dalam rencana tata bangunan dan lingkungan
oleh Pemerintah Daerah
20. Lampiran PP38 tahun 2007 : Salah satu kewenangan Pemerintah Ka-
bupaten/Kota : Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL).
21. PP 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU no 28 tahun
2002 tentang Bangunan Gedung . Pasal 17 Persyaratan peruntukan
sesuai dengan RTRW kab/kota, RDTRKP dan atau RTBL. Persyaratan
intensitas meliputi persyaratan kepadatan, ketinggian dan jarak be-
bas bangunan Pasal 20 (2) Persyaratan kepadatan ditetapkan dalam
bentuk KDB (3) Persyaratan ketinggian bangunan ditetapkan dalam
bentuk KLB 1.203.622 m2/ 120 Ha 1.118.199m2/ 118 Ha
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tentang

PETA KUNCI

Gambar 1.3. Kawasan Perencanaan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan


Lingkungan Kawasan Kampus ITB Kota Bandung
LEGENDA

Kawasan Perencanaan Rekomendasi Kawasan Per-


yang disebutkan di da- encanaan
lam PKS
Batas Deliniasi Perencanaan : Rekomendasi Batas Deliniasi Perencanaan :
Sebelah Utara : Jalan Siliwangi Sebelah Utara : Jalan Siliwangi
Rekomendasi Area pe- Sebelah Selatan : Jalan Badak Singa Sebelah Selatan : Jalan Cikapayang
Rekomendasi Area tamba-
rumahan yang dikeluar- han Sebelah Timur : Jalan Ir. H. Djuanda Sebelah Timur : Jalan Ir. H. Djuanda
kan dari kawasan per-
encanaan Sebelah Barat : Sungai Cikapundung Sebelah Barat : Sungai Cikapundung

I-7
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
Pedoman Umum RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN. pengolahan data, metode analisis data, jadwal survey, identifika- Program Bangunan dan Lingkungan;
Pasal 1 Pengertian adalah panduan rancang bangun suatu lingkun- si lokasi survey, target data, identifikasi instansi pemilik data dan Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
gan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan pembuatan kuesioner Rencana Investasi;
ruang, penataan bangunan dan lingkungan; memuat materi pokok: e. Rencana Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD), termasuk Ketentuan Pengendalian Rencana; dan
Program Bangunan dan Lingkungan; Rencana Umum dan Panduan FGD-I dan FGD-II, mencakup metode pelaksanaan, materi, target, Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
Rancangan; Rencana Investasi; Ketentuan Pengendalian Rencana; Pe- jadwal pelaksanaan, daftar undangan dan lokasi kegiatan; dan b. Dokumen Perencanaan/Pra-DED; dan
doman Pengendalian Pelaksanaan. f. Gambaran umum kawasan perencanaan, mencakup profil ka- c. Draft Peraturan Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan
wasan, studi area deliniasi studi, identifikasi potensi kawasan, Studi.
I.5. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN PRODUK identifikasi permasalahan kawasan, identifikasi instansi pemer-
intah daerah, keberadaan perusahaan swasta serta komunitas 4. Laporan Akhir,mencakup:
1. Indikator Keluaran (Kualitatif) masyarakat lokal yang kemungkinan akan terlibat dalam proses Seluruh materi dalam sistematika dokumen RTBL yang telah disempur-
Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) pada Ka- penyusunan RTBL. nakan berdasarkan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama
wasan Kampus ITB Kota Bandung sesuai dengan Pedoman Penyusunan yang didapat pada pembahasan laporan draft akhir, yaitu:
RTBL yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/ 2. Laporan Antara, memuat: Program Bangunan dan Lingkungan;
PRT/M/2007, yang dapat digunakan sebagai panduan dalam penyeleng-
a. Gambaran umum kawasan perencanaan, berdasarkan data yang Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
garaan bangunan gedung dan lingkungan di kawasan tersebut.
didapat dari hasil survey dan FGD; Rencana Investasi;
b. Tinjauan kebijakan program pembangunan yang terdapat pada ka- Ketentuan Pengendalian Rencana; dan
2. Keluaran Produk (Kuantitatif) wasan perencanaan, seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah bahwa Konsultan mem- Poldas, Renstrada, dsb.
berikan c. Analisis terhadap seluruh potensi dan masalah terhadap elemen 5. Gambar Detil Perencanaan (DED), Rencana Kerja Syarat dan Spesi-
Laporan Pendahuluan: 5 (lima) eksemplar dalam format A4, perancangan RTBL, meliputi: fikasi Teknis (RKS) serta Dokumen RAB yang siap tender. Diserahkan
Analisis Daya Dukung Lahan; bersamaan dengan laporan akhir.
Laporan Antara: 5 (lima) eksemplar dalam format A3,
Analisis Kesesuaian Lahan; 6. Rancangan Peraturan Walikota tentang Rencana Tata Bangunan dan
Laporan Draft Akhir: 5 (lima) eksemplar dalam format A3,
Analisis Intensitas Bangunan, dengan menggunakan kriteria Lingkungan. Diserahkan bersamaan dengan laporan akhir.
Laporan Akhir: 10 (sepuluh) eksemplar dalam format A3, 7. CD yang berisi Laporan Akhir, DED, Gambar Perspektif/Ilustrasi (3D),
terukur dan tdk terukur; dan
DED dan dokumen RAB: 5 (lima) eksemplar, Peraturan Walikota dan Eksekutif Summary, diserahkan bersamaan
Analisis untuk menentukan prioritas program pembangunan
Gambar Perspektif/: 10 (sepuluh) eksemplar, dengan laporan akhir
dilakukan terhadap masing-masing elemen rancang RTBL den-
Ilustrasi (3D) gan menggunakan metode SWOT.
Rancangan Peraturan: 1 (satu) set, dan d. Materi rancangan Bab I pada Sistematika Dokumen RTBL, yaitu:
Walikota Program Bangunan dan Lingkungan; I.6. RENCANA KERJA
CD Dokumentasi: 5 (lima) keping e. Materi rancangan Bab II pada Sistematika Dokumen RTBL, yaitu:
Dalam rencana kerja bagi kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan
Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
Adapun isi materi laporan tersebut diatas memuat hal-hal dibawah ini: Dan Lingkungan Kawasan Kampus ITB Kota Bandung, yang akan dilaku-
f. Draft usulan lokasi dan kegiatan prioritas untuk pembuatan DED;
1. Laporan Pendahuluan, memuat: kan mencakup 4 (Empat) tahapan antara lain:
dan
a. Pemahaman dan tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja; g. Draft Sistematika Peraturan Walikota tentang Penetapan RTBL
b. Rencana pencapaian sasaran, mencakup jadwal kerja, target/sasa- pada Kawasan Studi. 1.6.1 Tahap Persiapan
ran dan alokasi tenaga ahli; . Kegiatan persiapan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Konsultan yang
c. Metodologi pekerjaan penyusunan RTBL termasuk kajian kepus- terkait dengan aspek teknis, antara lain:
3. Laporan Draft Akhir, memuat hal-hal sebagai berikut:
takaan (studi literatur), kajian peraturan daerah setempat terkait
a. Seluruh materi dalam sistematika dokumen RTBL sesuai dengan 1. Melakukan koordinasi dengan tim untuk membahas berbagai
dengan penyusunan RTBL dan kajian teoritis serta kajian terhadap
ketentuan pada Peraturan Menteri No. 6 tahun 2007 tentang Pe- kegiatan yang akan dilakukan maupun metode pelaksanaannya.
studi kasus sejenis;
doman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yaitu: 2. Kegiatan persiapan survey dan pengumpulan data, yang berisi
d. Rencana survey, mencakup metode pengumpulan data, metode
tentang metode pelaksanaan survey yang akan digunakan, obyek/
I-8
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
sasaran survey, data/peta/informasi yang dibutuhkan dan output gan anggapan adanya relevansi antara data dan informasi tersebut den-
TAHAP PERSIAPAN
yang dihasilkan maupun kuestioner yang dibutuhkan. gan tugas serta fungsi instansi termaksud, perinciannya adalah sebagai TAHAP
TAHAP PENGUMPULAN DATA
AWAL
berikut:
1.6.2 Tahap Pengumpulan Data
Kegiatan survey dilakukan dengan tujuan untuk:
1.6.3 Tahap Kompilasi & Identifikasi Data
1. Memahami karakteristik wilayah perencanaan melalui identifikasi
potensi dan permasalahannya, Pada tahap pengolahan data, kegiatan lebih bersifat teknis-substansial
2. Mengumpulkan data-data, baik data primer maupun data sekunder yang meliputi pengkompilasian data, identifikasi, dengan uraian sebagai
di dalam wilayah perencanaan dan wilayah pengaruhnya untuk berikut:
keperluan analisis; Kompilasi Data
3. Menampung berbagai informasi, permasalahan dan aspirasi dari Mentabulasikan dan menyusun secara sistematik fakta dan informasi ser-
instansi dan masyarakat luas berkaitan dengan kegiatan penataan ta data sesuai dengan kebutuhan analisis, dengan pengelompokan yang
ruang. meliputi:
Kegiatan ini pada dasarnya dapat dilakukan secara bersamaan atau 1. Data mengenai profil kelurahan.
menerus dan terbagi secara garis besar terdiri dari pengumpulan data 2. Data mengenai gambaran rencana pengembangan kawasan setem-
primer dan pengumpulan data sekunder. pat.
4. Data mengenai penggunaan lahan dan bangunan.
a. Survey Lapangan 5. Data mengenai keadaan sistem sarana dan prasarana.
Survey lapangan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi men- 6. Data mengenai keadaan dan fungsi bangunan
genai keadaan fisik lingkungan dan selintas keadaan sosial-ekonomi di 7. Data mengenai keadaan penataan, pemanfaatan dan administrasi
wilayah perencanaan, yang meliputi: pertanahan
Keadaan eksisting penggunaan lahan 8. Data mengenai kondisi jaringan jalan dan drainase.
Keadaan topografi wilayah 9. Data mengenai keadaan sosial-ekonomi masyarakat
Keadaan fungsi dan penataan bangunan
10. Data mengenai perkembangan kependudukan
Keadaan status dan pemanfaatan persil
11. Data mengenai karakteristik lingkungan kampung / permukiman desa
Keadaan jaringan jalan dan sistem sirkulasi
Keadaan jaringan drainase 12. Data mengenai sistem tanda lingkungan.
Keadaan jaringan utilitas 13. Data mengenai street furniture lingkungan
Keadaan elemen dan penataan fisik lingkungan
Keadaan kependudukan Identifikasi
Keadaan kegiatan dan sistem sosial-ekonomi setempat Dalam Identifikasi yang akan dilakukan, terdapat 3 pendekatan yaitu;
b. Pengukuran di Lapangan
1. Kajian/penilaian berdasarkan substansi rencana kota
Pengukuran di lapangan, dilakukan untuk memperoleh data terukur men-
2. Kajian/penilaian berdasarkan jenis data
genai fisik, jaringan jalan, jaringan drainase sekunder dan jumlah serta
luas persil dan bangunan. Hasil pengukuran ini nantinya dimanfaatkan un- 3. Kajian Permasalahan Spesifik.
tuk memperbarui/ mengupdate peta wilayah perencanaan.

1.6.4 Tahap Penyusunan Rencana Tata Bangunan & Gambar 1.4. Tahapan Pekerjaan Penyusunan Dokumen RTBL berdasarkan Peraturan
c. Survey Instansional Menteri Pekerjaan Umum No 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Lingkungan Tata Bangunan dan Lingkungan
Survey instansional dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi
yang tidak bisa didapatkan di lapangan. Beberapa jenis informasi yang 1. Program Bangunan dan Lingkungan
dibutuhkan diharapkan terdapat pada instansi yang bersangkutan, den- Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007

I-9
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
tentang pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, pada 1. visi pembangunan 2. Pola Kerjasama Operasional Investasi
tahap analisis Kawasan Perencanaan adalah Penyusunan Program Bangu- 2. konsep perancangan struktur tata bangunan & lingkungan Menjelaskan rencana kesepakatan pola kerja sama antara berba-
nan dan Lingkungan,dengan ketentuan: gai pihak (pemerintah, swasta masyarakat)
3. konsep komponen perancangan
1. Program bangunan dan lingkungan harrus mempertimbangkan faktor Memuat ketentuan tentang bentuk kontrak, hak, kewajiban para
kelayakan baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan pihak, resiko dan konsesi, asset, serta periode jangka waktu kerja
2. Rencana Umum dan Panduan Rancangan
alam. Program ditetapkan setelah mempertimbangkan konsep keser- sama.
agaman kawasan (diversity), seperti keseimbangan pengembangan Rencana umum (design plan) Merupakan ketentuan-ketentuan tata ban-
fungsi perumahan, niaga/usaha, rekreasi dan budaya dan upaya-upa- gunan dan lingkungan yang memuat rencana peruntukan lahan makro
4. Ketentuan Pengendalian Rencana (development guidelines)
ya pelestarian. dan mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencana sistem pergerak-
Ketentuan ini untuk mengendalikan berbagai rencana, program maupun
kan, rencana prasarana / sarana lingkungan, rencana aksesbilitas lingkun-
2. Program merupakan penjabaran perencanaan dan peruntukkan la- kelembagaan pada masa pemberlakuan RTBL serta tanggung jawab se-
gan, rencana Wujud visual bangunan dan ruang terbuka hijau.
han yang telah ditetapkan, untuk kurun waktu tertentu, baik yang mua pemangku kepentingan dalam pelaksanaan.
menyangkut jenis, jumlah, besaran dan luasan bangunan. Termasuk di 1. Rencana Detail (design-guidelines)
1. Strategi Pengendalian Rencana
dalam program adalah penetapan fungsi-fungsi bangunan (peruntu- 2. Bersifat panduan rencana teknik tata bangunan yang memperjelas
Ketentuan administratif dan mekanisme (termasuk perijinan) un-
kan lahan mikro), kebutuhan ruang terbuka, fasiltas umum, dan fasili- pencapaian kualitas minimal visual dan lingkungan yang responsif.
tuk mendorong terlaksananya materi RTBL. Berisi arahan untuk
tas sosial. Lebih rinci menjelaskan arahan bentuk, dimensi, gubahan, perletakan
mengantisipasi perubahan dalam pelaksanaan dalam batas yang
Program merupakan hasil sintesa dari Analisis Kawasan dan Wilayah Per- dari suatu bangunan, komponen bangunan (seperti faade, signage),
dapat diterima kawasan dan masih sejalan dengan rencana dan
encanaan dengan Analisis Pengembangan Berbasis Peran Masyarakat, ruang terbuka, sarana/ prasarana bangunan dan lingkungan, pedes-
program penataan kota
yang kemudian disesuaikan dengan visi pembangunan. Salah satu teknik trian dan lain-lain serta prinsip-prinsip pengembangan rancangan ka-
Strategi pengendalian rencana diatur dengan rencana kelem-
analisis yang direkomendasikan Permen PU no.06/PRT/M/2007 adalah wasan.
bagaan (organisasi, SDM), aturan tata laksananya. Pengelolaan
SWOT: 3. Administrasi Pengendalian Program dan Rencana (administration
RTBL dapat dibentuk pengelola tersendiri dengan pengaturan
1. Kekuatan/Potensi (Strength) yang dimiliki wilayah perencanaan, yang guidelines)
koordinasi, tanggung jawab dan prosedur kerjanya.
belum diolah dan terabaikan keberadaannya. 2. Arahan Pengendalian Rencana
2. Kelemahan/Permasalahan (Weakness) pada kawasan perencanaan 3. Rencana Investasi Memuat penetapan rencana, indikasi program pelaksanaan dan pengen-
3. Prospek/Kesempatan (Opportunity) pengembangan pada skala yang Merperhitungkan kebutuhan nyata, merupakan rujukan kelayakan, tolok daliannya, kelembagaan dan kewenangannya; penetapan paket pem-
lebih luas di masa datang. ukur keberhasilan investasi dan alat mobilisasi dana pemangku kepentin- bangunan dan pemasarannya; serta penetapan persyaratan teknis (fisik,
4. Kendala/Hambatan (Threat) eksternal yang dihadapi wilayah perenca- gan pada kawasan. social, ekonomi) paket pembangunan, rencana pelaksanaan dan pengen-
naan. 1. Skenario Strategi Rencana Investasi dalian di lapangan.

Aspek-aspek yang dinalisis dalam upaya menyusun Pedoman Rencana Program bersifat jangka menengah (5 tahun), mengindikasikan 3. Penyusunan Rancangan Peraturan Walikota Bandung
Tata Bangunan dan Lingkungan berdasarkan Permen PU no.06/PRT/ investasi kegiatan yang konsisten dengan program bangunan dan
M/2007 adalah: lingkungan. Dengan tolok ukur kuantitas pekerjaan, besaran pem-
5. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
1. Perkembangan Sosial-Kependudukan biayaan, perkiraan waktu pelaksanaan dan berbagai sumber dana
pembangunan (pemerintah berbagai tingkat dan sektor), dan ter- Pedoman untuk mengarahkan pelaksanaan penataan bangunan dan ling-
2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi kungan kawasan berdasar dokumen RTBL agar berkualitas dan berkelan-
utama yang akan dapat dibiayai oleh dunia usaha dan masyarakat.
3. Daya dukung Fisik dan Lingkungan jutan. Pengendalian dilakukan oleh dinas teknis setempat, UPT atau kes-
Menjelaskan tata cara penyiapan dan penyepakatan, langkah,
4. Aspek Legal Konsolidasi Lahan Perencanaan pelaku, perhitungan teknis dan memandu pemangku kepentingan epakatan pemangku kepentingan sesuai tingkat kompleksitasnya dan
5. Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan dalam justifikasi kelayakan ekonomi investasinya. merupakan dokumen terpisah tapi satu kesatuan dengan dokumen RTBL.

6. Signifikansi historis kawasan Skenario dengan langkah: penetapan paket tiap tahap jangka 1. Aspek Pengendalian
waktu, perencanaan pembiayaan dengan besaran dan perhitun- Memuat penetapan alat dan prosedur pengendalian pelaksanaan sep-
7. Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran Masyarakat
gan prospek ekonomi, penyiapan pelibatan dan pemasaran paket erti mekanisme IMB, review Tim Ahli Bangunan Gedung dan penerapan
dan penyiapan detail investasi tahunan sebagai pengendali selama insentif disinsentif; pemantauan dan evaluasi materi teknis RTBL; evalu-
Dari hasil analisis kemudian dikeluarkan konsep-konsep dasar perancan- pelaksanaan. asi pelaksanaan peran pemangku kepentingan; pengawasan pelaksanaan
gan yang berisikan:

I-10
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
sistem perijinan dan kegiatan pembangunan di kawasan; serta penerapan mengetahui dan mencatat keadaan wilayah sebenarnya di lapangan. Bentuk dan massa bangunan;
mekanisme sanksi sesuai peraturan perundangan. Alat yang digunakan adalah lembar observasi. Sirkulasi (baik sirkulasi kendaraan, sirkulasi pedestrian dan parkir);
2. Pengelolaan Kawasan Wawancara, yaitu merupakan sarana untuk mengetahui tanggapan Tanda khas sebagai advertensi kawasan; dan
dan pendapat dari pihak-pihak pemuka adat, masyarakat, pejabat, Preservasi bangunan/kawasan.
Penetapan pedoman pengelolaan kawasan yang memuat kewajiban, hak,
wakil-wakil lapisan masyarakat tertentu dengan melakukan tanya Secara menyeluruh elemen arsitektur ini akan tampil dalam wujud tiga
kewenangan, pemangku kepentingan, kelembagaan, asset, kerjasama,
jawab secara langsung antara surveyor dengan responden. Termasuk dimensi. Pengembangan elemen-elemen arsitektur tersebut akan menen-
dan mekanisme pengelolaan kawasan yang berkelanjutan. Pedoman pen-
di dalamnya Penghimpunan aspirasi masyarakat berupa keinginan- tukan kualitas ruang kota/bagian kota. Pada akhirnya akan menentukan
gelolaan mencakup:
keinginan serta ide-ide yang paling sesuai dengan kondisi lapangan. pula citra kawasan yang secara spesifik menunjukkan karakter kawasan
Peraturan umum,
Alat yang digunakan adalah lembar wawancara dan kuesioner. yang bersangkutan. Adapun analisis yang akan digunakan adalah:
Peraturan khusus
Penggunaan dan pemanfaatan
b. Data Sekunder 1. Analisis Peruntukan dan Pemanfaatan Lahan
Pengelolaan dan perawatan
Pelayanan lingkungan Data sekunder adalah data yang berasal dari kumpulan atau arsip data Analisis Lokasi Tapak
Pembaharuan/perbaikan instansional, yang terkait dengan kepentingan informasi penyusunan ren- Penilaian terhadap situasi kawasan/perencanaan terhadap daerah seki-
cana tata bangunan dan Lingkungan. Pengumpulan data sekunder dilaku- tarnya, meliputi penegasan fungsi kawasan dalam struktur yang lebih
kan melalui survey instansional, yang meliputi kegiatan: luas, kota dan pusat-pusat pertumbuhan/pusat-pusat pelayanan wilayah
Pendataan ulang (rechek) terdekat.
1.6.5 Tahap Penyusunan Dokumen Panduan Rencana Tata
Klarifikasi akurasi data Analisis Tata Guna Lahan
Bangunan & Lingkungan
Penyeragaman data yang digunakan Berisi analisis peruntukan lahan tapak eksisting kawasan dengan anali-
Tahap ini merupakan tahap penyusunan dokumen pengendali RTBL Ka-
Pengumpulan perundang-undangan yang terkait dan masih berlaku sis kemungkinan pengaruh dari kecenderungan perubahan fungsi lahan
wasan perencanaan setelah mendapatkan masukan dari forum diskusi.
Pengumpulan kebijaksanaan- kebijaksanaan yang terkait makro. Menggambarkan tata guna lahan sekitar tapak yang langsung ber-
Rumusan yang akan dihasilkan meliputi:
Pengumpulan literatur lainnya yang berhubungan dengan batasan yang mungkin sebanyak tiga atau empat blok di luar perbatasan
1. Program Bangunan dan Lingkungan atau dapat disebut sebagai
metodologi maupun konsep pengembangan yang akan digunakan tapak atau dapat diperluas lebih jauh sampai meliputi satu tata guna la-
Masterplan Kawasan Perencanaan
Adapun data yang akan dikumpulkan pada dalam kaitannya dengan peny- han kota. Peta dapat memperlihatkan tata guna lahan yang ada dan yang
2. Rencana dan Panduan Umum Kawasan
usunan RTBL ini secara garis besar terdiri dari: diproyeksikan, bangunan-bangunan, tata wilayah dan kondisi-kondisi lain
3. Panduan Detail di Ruang Publik
Keadaan Fisik bangunan dan lingkungan yang mungkin menimbulkan suatu dampak bagi perubahan kegiatan dan
4. Panduan Detail di Ruang Private
Sosial Kependudukan fungsional tapak.Pengetahuan yang mendalam terhadap keadaan tata
5. Panduan Blok/ Sub Blok/ Kapling/ Koridor
Kelembagan guna lahan pada tapak meliputi kecenderungan pola, arah, kecepatan pe-
Draft Rencana Tata Bangunan & Lingkungan Kawasan Kampus ITB Kota
Ekonomi rubahan dan faktor-faktonya merupakan bagian yang paling penting da-
Bandung, Provinsi Jawa Barat diharapkan mendapat persetujuan oleh
Sosial Budaya lam analisis ini.
Walikota (atau instansi berwenang seperti Kepala Bappeda, Kepala Dinas
Struktur Tata Ruang
PU atau instansi yang setingkat.)
Pola Pemanfaatan Ruang 2. Analisis Daya Dukung Fisik Alamiah
Sistem prasarana perkotaan
Analisis ini meliputi geologi wilayah, tofografi dan kemiringan, daya du-
I.7. METODOLOGI DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN Pola tata bangunan dan lingkungan binaan
kung tanah, hidrologi kualitas air, pola-pola sungai dan drainase, vegetasi
1. Metode Pengumpulan Data serta iklim.
Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam menyusun RTBL, maka Geologi Wilayah
2. Metode Analisis
teknik pengumpulan data terbagi 2 (dua) yaitu untuk data primer dan Pemahaman terhadap adanya sumber daya dan pembatas-pembatas ge-
Metoda analisis yang akan digunakan ini bertujuan untuk mengenali dan
data sekunder. ologi wilayah (sesar, jalur gempa dll) sangat penting untuk menjamin tata
menganalisis elemen-elemen fisik dan visual yang ada pada kawasan per-
a. Data Primer encanaan yang berkaitan dengan arsitektur perkotaan, yang meliputi: bangunan dan lingkungan dari bahaya geologi (gempa, gunung api, long-
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. sor, dll) selanjutnya berguna bagi kegiatan rekayasa komponen tapak dan
Kondisi fisik dasar kawasan;
Teknik yang dipergunakan adalah: sistem sumberdaya alam yang lain.
Tata guna lahan;
Observasi, yaitu pengamatan langsung secara visual untuk Infrastrukturjalan; Topografi

I-11
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
Pemahaman lengkap terhadap struktur topografi dan kemiringan tidak bangunan di kawasan perencanaan diperlukan untuk menetapkan pola dari bangunan perdagangan yang dirancang khusus untuk kegiatan per-
hanya memberi petunjuk terhadap pemilihan untuk peruntukan lahan pengendalian terhadap perubahan peruntukan yang akan mempengaruhi dagangan dan bangunan rumah yang berubah fungsi menjadi bangunan
yang sesuai tetapi juga menunjukkan kestabilan pondasi bangunan-ban- wujud bangunan. Sehingga diharapkan walaupun terjadi perubahan perdagangan. Konsep tipologi yang akan diterapkan untuk mengatasi
gunan yang ditempatkan serta menjadi sumber visual bagi interpretatif peruntukan, bangunan dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut perkembangan di masa mendatang adalah penerapan tipologi bangunan
rekayasa tapak. Selain itu perlu diidentifikasikan rintangan fisiografiknya dengan tidak menghilangkan kualitas arsitektural pada bangunan yang sesuai fungsi bangunan.
seperti wilayah rawan longsor dan genangan banjir yang dipandang seba- akan memberikan dampak pada karakter lingkungan kawasan perencanaan Konsep pengembangan arsitektur di kawasan ini lebih diarahkan kepada
gai perintang untuk pembangunan fasilitas secara intensif. secara menyeluruh. pentukan bangunan yang memenuhi syarat dari sisi kesehatan penggu-
Daya Dukung Tanah nan bangunan dan lingkungan. Disamping itu untuk menciptakan arsitek-
Pemahaman yang ekstensif terhadap kondisi tanah pada sebuah tapak Ketinggian Bangunan tur kota yang khas perlu dilakukan upaya sebagai berikut:
akan membentuk untuk menentukan kesesuaian tapak dalam menunjang Kawasan perencanaan diperkirakan akan mengalami perkembangan yang
Mengembangkan arsitektur tradisional sepanjang memungkinkan
perancangan tata bangunan dan lingkungan. cukup pesat di masa mendatang. Tingginya intensitas pemanfaatan ruang
dan menggali nilai nilai arsitektur yang berkembang saat ini untuk
Hidrologi dalam suatu perpetakan dapat merupakan indikasi semakin banyak jum-
kemudian secara sinerjik diterapkan pada bangunan,
Jenis dan kualitas air pada suatu tapak merupakan sumber daya alam lah lantai bangunan. Dalam pengaturan ketinggian bangunan perlu mem-
Arsitektur bangunan yang kontributif terhadap penciptaan arsitektur
yang penting bagi kegiatan di dalam tapak. Akan tetapi yang lebih pent- pertimbangkan hal - hal sebagai berikut:
kota yang berjati diri, baik pada skala kawasan maupun skala kota.
ing adalah pertimbangan sistem hidrologis atau tata air yang saling Daya dukung dan daya tampung lahan; Arsitektur bangunan yang figuratif, positif terhadap penciptaan
berkaitan sebagai sumber daya maupun pembatas tapak. lntensitas pemanfaatan lahan; ruang yang bermakna, Bangunan sebagai basil pembangunan baru,
Vegetasi Sifat lingkungan dan karakteristik lokasi; termasuk in-fill, harus kontekstual terhadap tipologi atau morfologi
Jenis dan pola vegetasi merupakan sumber daya yang terkait dalam ke- Keserasian lingkungan atau estetika; kawasan/kota.
seimbangan lingkungan ekologi lingkungan selain sumber daya visual. Potensi sarana dan prasarana lingkungan perencanaan; Arsitektur bangunan yang sekaligus mampu mempertahankan nilai-
Jenis vegetasi setempat berkaitan erat dengan tanah, demikian pula ter- Kendala teknis berupa keselamatan jalur penerbangan, jalur nilai historis yang ada di masyarakat.
hadap mikro iklim, hidrologi, dan topografi, komponen ini berpengaruh telekomunikasi, dan geologi teknik;
terhadap penentuan lokasi, komponen tapak dan peruntukan lahan. Keselamatan bangunan itu sendiri apabila tertimpa bencana; dan
4. Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Iklim Peraturan ketinggian bangunan sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Adanya ruang terbuka hijau pada suatu kawasan merupakan salah sarana
Menyajikan seluruh kondisi iklim yang berhubungan seperti curah hujan, Kota.
untuk meningkatkan kualitas kehidupan kota dengan menyediakan ling-
kelembaban dan variasi suhu sepanjang bulan dalam setahun. Juga ter-
kungan yang aman dan bsehat dan menarik serta berwawasan ekologis.
masuk adalah arah angin yang berpengaruh, lintasan matahari dan sudut Orientasi Massa Bangunan
Selain itu adanya ruang terbuka hijau dapat menambah citra suatu ka-
matahari vertikal sebagaimana hal-hal itu berubah sepanjang tahun dan Secara umum orientasi bangunan merupakan arah suatu bangunan den-
wasan. Penataan ruang terbuka hijau dan tata hijau pada Kawasan Bisnis
bencana-bencana alam yang potensial seperti angin, gempa bumi adalah gan mempertimbangkan kondisi fisik/lingkungan seperti arah sirkulasi
dan Perdagangan ini diperuntukkan sebagai suatu sarana interaksi pub-
berguna untuk mengetahui tidak hanya bagaimana kondisi-kondisi iklim matahari, jarak antar bangunan, klimatologi dan aksesibilitas., serta per-
lik yang nyaman sehingga dalam penyusunan konsepnya harus mem-
berubah-ubah sepanjang satu tahun yang serupa tetapi juga kondisi- timbangan terhadap non fisik seperti: pengaruh idiologi dan nilai sosial
pertimbangnkan adanya keterpaduan fungsi sosial ekonomi dan iklim
kondisi kritik apa yang mungkin terjadi (curah hujan harian maksimum, budaya setempat. Analisis ini untuk melihat dan mengelompokkan orien-
serta mempertimbangkan keterkaitan antara ruang terbuka umum dan
kecepatan angin puncak). Keseluruhan dan perbedaan iklim seperti tem- tasi bangunan yang ada di Kawasan Perencanaan apakah hanya berorien-
tidak umum. Penataan ruang terbuka hijau ini perlu juga didukung oleh
peratur, angin, awan dan perubahan musim mempengaruhi sikap tata tasi pada jaringan jalan utama atau jalan lainnya seperti jalan lingkungan
pengembangan jalur pedestrian untuk mendukung hubungan ruang serta
bangunan yang akan ditempatkan. sehingga dengan melihat arah orientasi bangunan dapat diperkiraan arah
pergerakan antar ruang terbuka hijau dan fungsi lain yang mengutama-
perkembangan kawasan di masa yang akan datang. Selain itu analisis ori-
kan pergerakan dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Riuang terbuka inipun
3. Analisis Tata Bangunan entasi bangunan ini berguna untuk melihat bagian mana saja yang perlu
dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi.
Pengembangan Massa Bangunan diberi tambahan akses dan kegiatan-kegiatan penarik agar kawasan da-
Kawasan perencanaan merupakan kawasan historis yang memiliki banyak pat berkembang.
5. Analisis Sistem Sirkulasi
bangunan lama yang secara umum masih terpelihara. Desakan ekonomi
memberikan perubahan yang sangat signifikan ke dalam facade, interior Analisis sirkulasi ini terdiri dari:
Tipologi dan Arsitektur Bangunan
dan wujud bangunan. Perubahan peruntukan menyebabkan perubahan Tipologi bangunan pada kawasan perencanaan meliputi bangunan perda- 1. Sirkulasi Kendaraan
pada kebutuhan ruang. Analisa tipologi dan massa bangunan pada gangan dan rumah tinggal. Perkembangan bangunan perdagangan terdiri Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sistem

I-12
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
sirkulasi kendaraan meliputi: dan bentuk dari bangunan dalam kawasan, termasuk didalamnya keadaannya.
Sistem sirkulasi kendaraan pada kawasan harus merujuk pada adalah bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tenggeran, Perhitungan kebutuhan akan sarana dan prasarana lingkungan yang
keterkaitan (linkage) antara sirkulasi eksternal dan internal serta focal point dan bahkan eksterior bangunan. di dasarkan pada proyeksi penduduk, standar-standar perencanaan
adanya individu pemakai bangunan dengan sarana transportasinya; 2. Sistem informasi yang mengarahkan sarana dan prasarana perkotaan yang dikeluarkan oleh instansi
Sirkulasi perlu diberi perlengkapan guna mendukung sistem sirkulasi Sistem informasi yang mengarahkan berarti menerangkan identitas terkait.
yang jelasdan efisien serta memperhatikan unsur estetika; dan lokasi kegiatan serta fasilitas yang terdapat pada kawasan, Perancangan tata letak sarana dan prasarana lingkungan pada
Pengaturan dan penataan desain geometrik jalan; dan termasuk didalammnya rambu-rambu lalu lintas untuk pejalan kaki kawasan.
Pengaturan arus lalu-lintas. yang masing-masing harus konsisten baik dalam bentuk tulisan
maupun simbol grafis. 9. Analisa Sektor Informal
2. Sirkulasi Pejalan Kaki (pedestrian) 3. Papan Reklame Sektor informal, berupa pedagang kaki lima, merupakan potensi sekaligus
Pedestrian merupakan komponen yang penting pada kawasan, Penempatan signage, termasuk papan reklame/iklan, harus permasalahan bagi kota. Pedagang Kaki Lima di kawasan perencanaan
sehingga jalur utama pedestrian harus telah mempertimbangkan membantu orientasi tetapi tidak mengganggu karakter lingkungan sudah mencapai pada titik menimbulkan masalah terutama kepada kualitas
sistem pedestrian secara keseluruhan, aksesibilitas terhadap subsistem yang ingin diciptakan atau dipertahannkan, baik yang penempatannya ruang kota. Analisa dilakukan pada
pedestrian dalam lingkungan dan aksesibilitas dengan lingkungan pada bangunan, kaveling, pagar atau ruang publik. Ukuran dan
kualitas rancangan dari rambu-rambu usaha harus diatur agar dapat 1. Pola Penyebaran dan titik aktivitas
sekitarnya. Jalur pedestrian ini terdiri atas jalur pedestrian di dalam
tercipta keserasian. Papan reklame harus membantu terciptanya 2. Perilaku pedagang dan pembeli
suatu kawasan dan jalur pedestrian di pinggir jalan
suatu sense of place yang positif. 3. Jenis dan tipologi PKL
4. Street Furniture Analisa dilakukan untuk mendapatkan penyelesaian secara menyeluruh,
3. Sistem Parkir
Street Furniture adalah semua unsur skala kecil yang dipakai oleh baik secara fisik dan non fisik
Parkir memiliki dua pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan
yaitu berpengaruh terhadap kelangsungan aktivitas kota, dimana umum, misalnya tempat duduk, tempat sampah, kios-kios, shelter
masalah parkir merupakan hal yang amat penting dalam kaitannya dan bollars, patung-patung, kanopi, awning dan lampu jalan, yang
juga termasuk dalam unsur-unsur streetscape. Penggunaan bahan, 10. Identifikasi Kegiatan dan Kebutuhan Ruang
dengan kegiatan komersil, serta dapat menimbulkan dampak visual
yang berpengaruh terhadap bentuk dan fisik kota ataupun kawasan. bentuk dan rancangannya harus konsisten dan baik sehingga dapat Merupakan suatu proses untuk menidentifikasikan jenis kegiatan yang
Sistem parkir dikawasan dapat dibedakan atas dua jenis: menambah karakter bangunan dan membuat hidup street scape. ada dan yang akan dikembangkan serta menelaah sampai sejauh mana
On-street parking (parkir dipinggir jalan) sebaiknya diletakkan di kegiatan tersebut mempengaruhi karakter ruang yang akan terbentuk.
jalan-jalan hirarki hirarki dua dan sedapatnya sangat dihindarkan 7. Analisis Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan Selain itu dilakukan juga perhitungan akan kebutuhan ruang sebagai wa-
untuk terjadi di jalan utama. Tahapan ini berisikan analisis sistem jaringan prasarana perkotaan yang dah dari kegiatan-kegiatan tersebut.
Off-street parking (parkir disuatu lapangan parkir yang telah meliputi: jaringan jalan, jaringan drainase, jaringan listrik, jaringan teleko- 11. Analisis Kelembagaan dan Investasi
disiapkan) diberlakukan terutama pada kawasan komersial. munikasi, jaringan air bersih, jaringan air kotor dan limbah dan sistem per- Merupakan analisis terhadap kemampuan para pelaku pembangunan
sampahan. Dalam analisis ini akan dilakukan: kota baik itu pemerintah, swasta/ dunia usaha dan masyarakat. dalam
Peninjauan kondisi eksisiting yang menyangkut besaran dan kualitas kaitannya dengan pelaksanaan, pemanfaatan dan pengendalian peman-
6. Analisis Tata Informasi (Signage) dan Streetscape serta permasalahan yang ada. fatan ruang. Selain itu dilakukan juga analisis terhadap kemampuan pem-
Perhitungan kebutuhan akan jaringan prasarana, yang akan biayaan pembangunan untuk pengembangan investasi sehingga perlu
Kawasan perencanaan sebagai salah satu ruang yang berfungsi sebagai
didasarkan pada proyeksi penduduk, standar-standar perencanaan identifikasi kan sumber-sumber pendapatan dan pembiayaan pembangu-
kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, dan perumahan tentunya
jaringan prasarana perkotaan yang dikeluarkan oleh instansi nan, pengeluaran pembiayaan pembangunan, alokasi anggaran pemban-
harus merupakan suatu lingkungan yang informatif sehingga memudah-
terkait. gunan dan perkiraan kebutuhan pembiyaan pembangunan.
kan pemakai berorientasi dan bersirkulasi . Dalam kaitannya dengan pe-
nataan bangunan dan lingkungan yang baik maka Kawasan perencanaan Perancangan jaringan yang disesuaikan dengan keadaan fisik dasar.
ini perlu didukung dengan adanya tata informasi yang mencakup peng-
aturan pembatasan-pembatasan ukuran, bahan, motif dan lokasi dari sig- 8. Analisis Sarana dan Prasarana Lingkungan 3. Metode Perumusan Rencana
nage.Penataan signage pada kawasan perencanaan ini terdiri dari: Dalam analisis ini akan meliputi kegiatan: A. Penyusunan Program Bangunan dan Lingkungan
1. Sistem Informasi yang terpadu Identifikasi sarana dan prasarana lingkungan yang ada dan yang Program Bangunan dan Lingkungan harus mempertimbangkan faktor
Sistem informasi yang terpadu merujuk pada kepada citra, karakter dibutuhkan pada kawasan baik menyangkut jenis, jumlah dan kelayakan baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Program ditetapkan
I-13
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
setelah mempertimbangkan konsep keragaman kawasan (diversity) sep- D. Rumusan Rencana Detail (Design Guidelines) pemerintah daerah setempat.
erti keseimbangan pengembangan fungsi perumahan, niaga/usaha, re- Hal-hal yang akan dijadikan bahan pertimbangan pada penyusunan ren-
kreasi dan budaya serta upaya-upaya pelestarian. Program akan berupa cana detail adalah: F. Perumusan Manajemen Pelaksanaan dan Pengelolaan
penjabaran peruntukan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun waktu Pada sebagian besar materi dari rencana umum (design plan) Bersifat rumusan arahan subsatansi teknis kelanjutan dari rencana-
tertentu baik yang menyangkut jenis, jumlah, besaran, dan luasan bangu- perlu diatur lebih rinci lagi dalam bentuk rencana detail (design rencana dan program-program yang dihasilkan, sebagai masukan
nan. Termasuk dalam program ini adalah penetapan fungsi-fungsi bangu- guidelines); teknis bagi peraturan daerah tentang bangunan pada lingkungan
nan (peruntukan lahan mikro), kebutuhan ruang terbuka, sarana umum, Rencana detail bersifat panduan rencana teknik tata bangunan tertentu yang pengembangan lingkungannya telah mengacu pada
dan sarana sosial. Secara lebih terinci, program bangunan dan lingkungan yang lebih memperjelas pencapaian kualitas minimal visual dan RTBL Kawasan Perencanaan yang disusun.
ini akan terdiri dari: lingkungan yang responsif; Arahan pengendalian sudah bersifat lokal sesuai dengan batasan
Jenis bangunan; Secara lebih terinci materi dasar dari rencana detail adalah lingkungan yang dikendalikan, aturan yang bersifat performance
Jumlah tiap jenis bangunan; menjelaskan arahan bentuk, dimensi, gubahan, perletakan dan lian- based sebagai bagian yang tak terpisahkan dari RTBL Kawasan
Besaran bangunan; lain dari suatu bangunan, komponen bangunan, komposisi bangunan, Perencanaan.
Luas tiap bangunan; ruang terbuka, sarana/prasarana bangunan dan lingkungan, sampai Termasuk sebagai materi adalah ketentuan umum penatalaksanaan
Ruang terbuka dan ruang terbuka hijau; dengan materi seperti detail muka bangunan, perletakan dan atau manajemen pelaksanaannya, baik yang akan dilaksanakan
Sarana umum dan sosial. rencana papan informasi/pertandaan (signage), pagar, pedestrian secara sendiri oleh pemerintah daerah setempat maupun bentuk-
dan lain-lain; bentuk manajemen pembangunan yang akan melibatkan peran
B. Program Investasi (Investment Programme) Detail arsitektur akan dibuat cukup menarik dan dapat merupakan serta dunia usaha dan masyarakat.
Program investasi bersifat jangka menengah, minimal untuk kurun waktu pengembangan dari detail bangunan yang baik, yang telah ada di
lima tahun mengindikasikan investasi untuk macam-macam kegiatan yang lingkungan setempat.
I.8. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
konsisten dengan penyusunan program bangunan dan lingkungan. Pro-
gram investasi yang akan dihasilkan tidak hanya meliputi investasi pem- E. Perumusan Rencana Panduan Rancang Bangunan dan Lingkungan Untuk dapat melaksanakan rangkaian kegiatan dengan baik guna pen-
bangunan yang akan dibiayai oleh pemerintah dari berbagai sektor, daer- capaian sasaran yang tepat serta untuk mendapatkan hasil pelaksanaan
Merupakan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pengendalian pro-
ah dan pusat, tetapi terutama yang akan dapat dibiayai oleh dunia usaha perencanaan dengan mutu yang baik dengan mengacu pada KAK yang
gram dan rencana, adalah sebagai berikut:
dan masyarakat. Dalam program investasi akan dijelaskan pula pola-pola telah ditetapkan di dalam pekerjaan konsultan, maka diperlukan jadwal
Ketentuan administrasi berfungsi untuk mengendalikan pelaksanaan
penggalangan pendanaan, kegiatan yang perlu dilakukan khususnya oleh pelaksanaan kegiatan yang tepat. Dengan penyusunan jadwal rencana
rencana dan program-program, yang diperlukan oleh pemerintah
pemerintah daerah setempat, sekaligus saran/alternatif waktu kapan keg- kerja ini selain sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan juga sebagai
daerah di dalam rangka mendorong operasionalisasi RTBL Kawasan
iatan-kegiatan tersebut akan dan harus dilakukan. fungsi kontrol jika terjadi deviasi dalam pelaksanaan kegiatan sehingga
Perencanaan agar terlaksana secara efektif melalui mekanisme
dengan cepat dapat dicari penyebab dan solusi pemecahannya. Jadwal
C. Perumusan Rencana Umum perijinan bangunan. Dengan demikian hasil studi ini akan berfungsi
pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkun-
Rencana umum yang akan dihasilkan akan meliputi: sebagai arahan bagi penerbitan ijin-ijin bangunan.
gan Kawasan Kampus ITB Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 1.1 pada
Rencana Peruntukan Lahan Mikro; Administrasi pengendalian, bersifat mengantisipasi terjadinya
halaman berikut.
Rencana Perpetakan; perubahan pada tahap pelaksanaan akibat berbagai hal, tetapi masih
Rencana Tapak; dapat memenuhi persayaratan daya dukung dan daya tampung
Rencana Sistem Pergerakan (pola sirkulasi, jaringan jalan, pedestrian, lahan, kapasitas prasarana lingkungan, dan masih sejalan dengan
parkir, halte, penyeberangan); rencana dan penataan kotanya, serta masih menampung aspirasi
Rencana Prasarana/Sarana Lingkungan; masyarakat.
Rencana Aksesibilitas Lingkungan; Ketentuan pengaturan tersebut misalnya operasionalisasi penerapan
Rencana Wujud Bangunan (sempadan bangunan, koefesien dasar pola insentif, disinsentif hak pengalihan intensitas pembangunan,
bangunan, koefisien lantai bangunan, koefesien daerah hijau, hak membangunan di atas/di bawah tanah, termasuk pemberian
koefisien tapak basement, keetinggian bangunan, elevasi, orientasi insentif.
bangunan, bentuk dasar bangunan, gubahan massa, selubung Sejauh mana ketentuan-ketentuan tersebut akan diterapkan adalah
bangunan, arsitektur bangunan dan lingkungan, bahan bangunan sangat tergantung dari sifat lokal lingkungan ditinjau dari segi
eksterior, pertandaan/signage). sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain, serta kesiapan kelembagaan

I-14
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
Tabel 1.1. Tabel Rencana dan Jadwal Pekerjaan Penyusunan RTBL Kawasan ITB
Sumber : Hasil Analisa 2013

+1EO= N/O YVRO YV=O +?VPKVP P/1K/N,/E M@KM,/E RMX/N,/E ./P


N+K/EO
!! !" # $% !& !' % $& $' !( $ ) $* !! * $! $" !# ! " $# !% ' $( !$ !) ( $$ $) !* ! "
+ K+L+161/EPO+1+R
$ 1524D:>:7
!"! #$$%&'()*'+&)(+,$-'.'*)*'+/'0+/1()2)+34.'
!"5 610)(7)8)(+,17$&$.$2'+&)(+91(:)()+#1%;)
!"< 61(?@*@()(+'(*7%@01(+81(&)7))(
!"= 61%@0@*)(+#1-@7@4)(+F)7)+&)(+E(G$%0)*'
!"> 61(1(7@)(+F1.'(')*'+#)S)*)(+?)(2+)A)(+&'+9/PD+A)(
, K+L+161/R?VN1V=+R6.+K+
$ 157B9I>9C:76.:A:612DI52
!"! 61(?@*@()(+,17$&1+&)(+61%)(2A)7+B@%C1?
!"5 E&1(7'TA)*'+8$71(*'+G@(2*'+A)S)*)(U+.'(2A@(2)(
!"< E&1(7'TA)*'+8$71(*'+1A$($0'U+*$*').U+-@&)?)+0)*?)%)A)7
E&1(7'TA)*'+A$(&'*'+T*'A+A)S)*)(U+.'(2A@(2)(+-1%@8)+
!"=
8%)*)%)()U+*)%)()+&)(+G)*'.'7)*(?)+
!"> #)%)A71%'*7'A+)%*'71A7@%+?)(2+)&)
! 157B9I>9C:76.:A:6P5<97;52
5"! 61(2@08@.)(+61%)7@%)(V81%)7@%)(+P)(2@()(+*17108)7
61(2@08@.)(+91(:)()V%1(:)()+/)7)+9@)(2+#$7)+&'+
5"5
A)S)*)(+81%1(:)())(+?)(2+71.)4+&)(+*1&)(2+&'.)A@A)(
5"< 61(?')8)(+617)+F)*)%+#)S)*)(+61%1(:)())(
- K+L+16@MN1O=+PO6Q6O./RKO0O@+PO6.+K+
O;57ADW<:4D6;:76+7:CD4D46@:U:4:7615257F:7::76T52;:4:2<:76
$
;:A:645<97;52
6%$*1*+F$A@01(X+E&1(7'TA)*'++&)(+6%)91C'1S+F$A@01(+
!"! 61%1(:)())(+&)(+#1-';)A)(+?)(2+71%A)'7+&1(2)(+
A)S)*)(+81%1(:)())(
#1&@&@A)(+&)(+61%)(+#)S)*)(+61%1(:)())(+&).)0+
!"5
A$(71A*+,)A%$
!"< 61(?@*@()(+C'*'+0'*'+U+)%)4)(+81(210-)(2)(+A)S)*)(
3().'*'*+6%$?1A*'+&)(+#1-@7@4)(+61(210-)(2)(+
!"=
#)S)*)(
O;57ADW<:4D6;:76+7:CD4D46@:U:4:7615257F:7::76T52;:4:2<:76
!
;:A:6>2DI52
5"! 6%$*1*+&$A@01(7)*'+Y+A$08'.)*'+F)7)+6%'01%
E&1(7'TA)*'+61%0)*).)4)(X+6$71(*'+&)(+6%$*81A+
5"5
#)S)*)(+61%1(:)())(+A$(71A*+,1*$
E&1(7'TA)*'+A)%)A71%+T*'A+A)S)*)(+81%1(:)())(+A$(71A*+
5"<
01*$+K?)(2+)A)(+&'+9/PDA)(L
5"= 91A$01(&)*'+A)S)*)(+FWF+K0'A%$L
K+L+1661/R[VPVR+R66E/R-+R+6K+K+6,+R?VR+R6Q6
.
=OR?@VR?+R
$ 123B2:I6,:7B97:76;:76=D7B<97B:7
<"! 3().'*'*+BOQ/
61%@0@*)(+3%)4)(+&)(+#$(*18+91(:)()+
!"!
61(210-)(2)(+#)S)*)(
61%@0@*)(+B7%)712'+61(210-)(2)(+#)S)*)(+
!"5
61%1(:)())(
! E57F:7:6VI9I6;:76157;9:76E:7F:7B:7
I-15
5"! 61(?@*@()(+6)(&@)(+R0@0+#)S)*)(+61%1(:)())(

5"5
61(?@*@()(+6)(&@)(+F17)'.+3%1)+6@-.'A+Y+3%1)+6%'C)71+ RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
#)S)*)(+61%1(:)())(
% E57F:7:6O7H54A:4D
5"= 91A$01(&)*'+A)S)*)(+FWF+K0'A%$L
K+L+1661/R[VPVR+R66E/R-+R+6K+K+6,+R?VR+R6Q6
.
=OR?@VR?+R
$ 123B2:I6,:7B97:76;:76=D7B<97B:7
<"! 3().'*'*+BOQ/
61%@0@*)(+3%)4)(+&)(+#$(*18+91(:)()+
!"!
61(210-)(2)(+#)S)*)(
61%@0@*)(+B7%)712'+61(210-)(2)(+#)S)*)(+ +1EO= N/O YVRO YV=O +?VPKVP P/1K/N,/E M@KM,/E RMX/N,/E ./P
!"5 N+K/EO
61%1(:)())( !! !" # $% !& !' % $& $' !( $ ) $* !! * $! $" !# ! " $# !% ' $( !$ !) ( $$ $) !* ! "
+
! K+L+161/EPO+1+R
E57F:7:6VI9I6;:76157;9:76E:7F:7B:7
$ 1524D:>:7
5"! 61(?@*@()(+6)(&@)(+R0@0+#)S)*)(+61%1(:)())(
!"! #$$%&'()*'+&)(+,$-'.'*)*'+/'0+/1()2)+34.'
61(?@*@()(+6)(&@)(+F17)'.+3%1)+6@-.'A+Y+3%1)+6%'C)71+
5"5
#)S)*)(+61%1(:)())(
!"5 610)(7)8)(+,17$&$.$2'+&)(+91(:)()+#1%;)
% !"< 61(?@*@()(+'(*7%@01(+81(&)7))(
E57F:7:6O7H54A:4D
!"= 61%@0@*)(+#1-@7@4)(+F)7)+&)(+E(G$%0)*'
="! BA1()%'$+B7%)712'+91(:)()+E(C1*7)*'
!"> 61(1(7@)(+F1.'(')*'+#)S)*)(+?)(2+)A)(+&'+9/PD+A)(
="5 6$.)+#1%;)*)0)+Q81%)*'$().+E(C1*7)*'
, K+L+161/R?VN1V=+R6.+K+
( @5A57A9:76157B57;:CD:76E57F:7:6G.5H5C3>I57A6?9D;5CD754J
$ 157B9I>9C:76.:A:612DI52
="! B7%)712'+61(21(&).')(+91(:)()
!"! 61(?@*@()(+,17$&1+&)(+61%)(2A)7+B@%C1?
="5 3%)4)(+61(21(&).')(+91(:)()
!"5 E&1(7'TA)*'+8$71(*'+G@(2*'+A)S)*)(U+.'(2A@(2)(
="< 61(?@*@()(+9)(:)(2)(+61%)7@%)(+O).'A$7)+P)(&@(2
!"< E&1(7'TA)*'+8$71(*'+1A$($0'U+*$*').U+-@&)?)+0)*?)%)A)7
* 15;3I:76157B57;:CD:7615C:<4:7::7
<"! E&1(7'TA)*'+A$(&'*'+T*'A+A)S)*)(U+.'(2A@(2)(+-1%@8)+
!"= 3*81A+61(21(&).')(
8%)*)%)()U+*)%)()+&)(+G)*'.'7)*(?)+
<"5 61(21.$.))(+#)S)*)(
!"> #)%)A71%'*7'A+)%*'71A7@%+?)(2+)&)
K+L+1661/R[VPVR+R66.M@VN/R61+R.V+R6E/R-+R+6K+K+6
/
! ,+R?VR+R6Q6=OR?@VR?+R
157B9I>9C:76.:A:6P5<97;52
!"!
5"! 6)(&@)(+Y+91(:)()+R0@0
61(2@08@.)(+61%)7@%)(V81%)7@%)(+P)(2@()(+*17108)7
!"5 61(2@08@.)(+91(:)()V%1(:)()+/)7)+9@)(2+#$7)+&'+
6)(&@)(+F17)'.+9@)(2+6@-.'A
5"5
!"< A)S)*)(+81%1(:)())(+?)(2+71.)4+&)(+*1&)(2+&'.)A@A)(
6)(&@)(+F17)'.+9@)(2+6%'C)7
!"= 6)(&@)(+P.$AU+B@-+P.$AU+#)8.'(2U+#$%'&$%
5"< 61(?')8)(+617)+F)*)%+#)S)*)(+61%1(:)())(
- 1EMP/P61/R[VPVR+R61EM.V@6E/R-+R+6K+K+6,+R?VR+R6Q6
K+L+16@MN1O=+PO6Q6O./RKO0O@+PO6.+K+
0
=OR?@VR?+R6@+\+P+R6OK,]6@MK+6,+R.VR?
O;57ADW<:4D6;:76+7:CD4D46@:U:4:7615257F:7::76T52;:4:2<:76
$$ 123454615789497:76123;9<6=:>32:7
;:A:645<97;52
!"! 6%$*1*+F$A@01(X+E&1(7'TA)*'++&)(+6%)91C'1S+F$A@01(+
D)8$%)(+61(&)4@.@)( $
!"! 61%1(:)())(+&)(+#1-';)A)(+?)(2+71%A)'7+&1(2)(+
5"! D)8$%)(+E(71%'0 !
!"5 A)S)*)(+81%1(:)())(
D)8$%)(+F%)G7+H'(). %
#1&@&@A)(+&)(+61%)(+#)S)*)(+61%1(:)())(+&).)0+
!"< D)8$%)(+H'(). (
!"5
!"= A$(71A*+,)A%$
9)(:)(2)(+61%)7@%)(+O).'A$7) *
! !"< 61(?@*@()(+C'*'+0'*'+U+)%)4)(+81(210-)(2)(+A)S)*)(
157852:S:76;:7615IT9:A:76123;9<6157;9<97B
3().'*'*+6%$?1A*'+&)(+#1-@7@4)(+61(210-)(2)(+
!"= 610-@)7)(+J)0-)%+61%*81A7'GU+E.@*7%)*'+<F
5"5
#)S)*)(
5"< IF+F$A@01(7)*'
O;57ADW<:4D6;:76+7:CD4D46@:U:4:7615257F:7::76T52;:4:2<:76
! 5"= 610-@)7)(+FWF
;:A:6>2DI52
? 1EMP/P61/N,+L+P+R6
5"! 6%$*1*+&$A@01(7)*'+Y+A$08'.)*'+F)7)+6%'01%
$ @332;D7:4D6+U:C
E&1(7'TA)*'+61%0)*).)4)(X+6$71(*'+&)(+6%$*81A+
5"5
!"! #)S)*)(+61%1(:)())(+A$(71A*+,1*$
9)8)7+A$$%&'()*'+3S).+#12')7)(+61(?@*@()(+9/PD $
E&1(7'TA)*'+A)%)A71%+T*'A+A)S)*)(+81%1(:)())(+A$(71A*+
61.)A*)())(+61()(&)7)(2)()(+,QR+&)(+61%;)(;')(+
5"<
!"5 01*$+K?)(2+)A)(+&'+9/PDA)(L
#1%;)*)0)+9/PD
5"= 91A$01(&)*'+A)S)*)(+FWF+K0'A%$L
! 125457A:4D615IT:S:4:76N:A52D6Q6P34D:CD4:4D
K+L+1661/R[VPVR+R66E/R-+R+6K+K+6,+R?VR+R6Q6
. 5"! O$%A*4$8+610-)4)*)(+D)8$%)(+61(&)4@.@)( !
=OR?@VR?+R
5"5 61.)A*)())(+H$:@*+J%$@8+F'*:@**'$(+KHJF+!L %
$ 123B2:I6,:7B97:76;:76=D7B<97B:7
5"< 610-)4)*)(+D)8$%)(+3(7)%) (
<"! 3().'*'*+BOQ/
5"= #$.$A'@0+9/PD *
61%@0@*)(+3%)4)(+&)(+#$(*18+91(:)()+
!"!
5"> 61.)A*)())(+H$:@*+J%$@8+F'*:@**'$(+KHJF+5L #
61(210-)(2)(+#)S)*)(
5"M 61.)A*)())(+9)8)7+610-)4)*)(+D)8$%)(+F%)G7+3A4'% '
61%@0@*)(+B7%)712'+61(210-)(2)(+#)S)*)(+
!"5 61.)A*)())(+9)8)7+610-)4)*)(+D)8$%)(+3A4'%
5"N )
61%1(:)())(
% +4D4A574DZ6<332;D7:4D
! E57F:7:6VI9I6;:76157;9:76E:7F:7B:7
<"! 3*'*71(*'+/'0+/1A('*+6%$C'(*'
5"! 61(?@*@()(+6)(&@)(+R0@0+#)S)*)(+61%1(:)())(
<"5 3*'*71(*'+/'0+/1A('*+6@*)7
61(?@*@()(+6)(&@)(+F17)'.+3%1)+6@-.'A+Y+3%1)+6%'C)71+
5"5
#)S)*)(+61%1(:)())(
I-16
% E57F:7:6O7H54A:4D
="! BA1()%'$+B7%)712'+91(:)()+E(C1*7)*' RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
="5 6$.)+#1%;)*)0)+Q81%)*'$().+E(C1*7)*'
( @5A57A9:76157B57;:CD:76E57F:7:6G.5H5C3>I57A6?9D;5CD754J
I.9. DELINIASI KAWASAN PERENCANAAN
Konteks fisik kawasan perencanaan ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Makro, yaitu yang mencakup kawasan Kota Bandung dan SWK Cibeu-
nying secara umum.
2. Messo, yaitu mencakup kawasan ITB dan sekitarnya.
3. Mikro, yaitu permasalahan fisik yang tercakup dalam penataan Area
Pedestrian, Penataan Sekeliling Kawasan Taman Ganesha, dan Spot-
Spot kaki lima.

I.10. GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG


I. 10. 1. Profil Geografis
Peta Kota Bandung
Kota Bandung terletak di antara 1070 36 Bujur Timur dan 600 55 Lintang
Selatan. Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan seki-
tarnya lapisan alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis ma-
terial di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, di bagian sela-
tan serta di bagian timur terdiri atas sebarab jenis alluvial kelabu dengan
bahan endapan liat. Di Bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah an-
dosol.
Sesuai dengan strategi dasar pengembangan fisik Kota Bandung, hal-hal
yang penting diperhatikan adalah:
Limitasi dan kendala fisiografis Bandung Utara yang terutama ber-
fungsi sebagai wilayah resapan air dan pengaman keseimbangan
tanah.
Limitasi dan kendala fisiografis Bandung Selatan terutama Daerah
Aliran Sungai (DAS) Citarum.
Limitasi dan kendala fisiografis Bandung Timur (Gedebage) yang
memiliki jenis tanah yang lembek karena merupakan rawa-rawa.
Pengurangan dan pengendalian kemungkinan gangguan terhadap
keseimbangan lingkungan hidup di dalam Kota Bandung sendiri
Peta SWK CIbeunying
sebagai akibat dari perkembangan fisik.

I. 10. 2. Profil Demografi


Penduduk Kota Bandung pada tahun 2007 adalah sebanyak 2.340.624 Keterangan:
jiwa. Sebagai pusat kegiatan penting, maka di sekitar Kota Bandung Deliniasi Kawasan
berkembang daerah-daerah hinterland seperti Kabupaten Bandung dan Jalan
Bandung Barat, wilayah Kabupaten Sumedang bagian barat serta Kota Ci-
Sungai
mahi yang dihuni oleh penduduk yang berjumlah besar pula. Kabupaten
Bandung, Bandung Barat dan Kota Cimahi pada tahun 2006 dapat men-
capai jumlah penduduk 5 jutaan. Dengan peran sebagai pusat orientasi,
Gambar 1.5. Peta Deliniasi Kawasan Perencanaan
maka pergerakan penduduk antara pusat dan hinterland menjadi ber-
I-17
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
campur, sehingga realitas jumlah penduduk yang beraktivitas di Kota No. Kecamatan Jumlah No. Kecamatan Jumlah ya di Kota Bandung dan sekaligus tempat mencari kerja pada penduduk
Bandung cenderung melebihi jumlah penduduk yang teregistrasi. Rata- 9. Batununggal 117,753 24. Panyileukan 38,694 usia-usia awal kerja. Struktur seperti ini patut mendapat perhatian, kare-
rata pertumbuhan jumlah penduduk Kota Bandung antara Tahun 2002- 10. Bojongloa Kaler 106,867 25. Rancasari 82,633 na kemungkinan akan selalu berulang. Antisipasi atas peristiwa seperti ini
2007 adalah sebesar 1,43%. Dengan kondisi tersebut, maka diperkirakan 11. Bojongloa Kidul 70,492 26. Regol 86,159 harus selalu dilakukan dalam mengupayakan pembangunan dan pelayan-
pada tahun 2013, jumlah penduduk Kota Bandung mencapai hampir 2,6 12. Buahbatu 87,722 27. Sukajadi 95,455 an publik di Kota Bandung.
juta jiwa. Pertambahan jumlah penduduk ini dapat menjadi beban berat 13. Cibeunying Kaler 65,711 28. Sukasari 34,518
apabila secara bersamaan daerah sekitarnya juga terus mengalami per- 14. Cibeunying Kidul 100,927 29. Sumur Bandung 39,353
I. 10. 3. Profil Ekonomi
tambahan penduduk. Bila biaya hidup dan beraktivitas di Kota Bandung 15. Cibiru 57,365 30. Ujungberung 63,742
semakin kompetitif dan mahal, pertumbuhan penduduk bisa semakin Selanjutnya penduduk Kota Bandung dapat dianalisis menurut struktur Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian Jawa Barat.
melambat, hingga mencapai 2,4 juta jiwa. Jumlah ini tetap mengisyarat- umurnya. Struktur umur ini adalah informasi yang sangat penting karena Pada Tahun 2004-2007 kontribusi ekonomi Kota Bandung di Jawa Barat
kan Kota Bandung sebagai Kota Penting, namun penduduk yang berak- berkaitan dengan perkembangan persentase kelompok sasaran pemban- mencapai rata-rata 10%. Dalam lingkup Kota Bandung Raya, maka kontri-
tivitas di dalamnya melakukan komuter dan tinggal di daerah sekitar Kota gunan. Misalnya proporsi penduduk pada tingkat pendidikan dasar, me- busi aktivitas ekonominya menjadi sekitar 23% dari ekonomi Jawa Barat.
Bandung. Dalam kondisi ini tetap saja beban bayangan jumlah penduduk nengah, tinggi, remaja, usia kerja (produktif), usia lanjut. Besaran kom- Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung juga tergolong tinggi, atau
yang besar, menjadi isu penting Kota Bandung di masa datang. Dengan posisi penduduk ini akan menentukan kebutuhan layanan pada setiap di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dan bahkan nasion-
luas wilayah sekitar 16.730 ha, maka kepadatan penduduk Kota Bandung kelompok. al. Pada tahun 2006 tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 7,83% dan
pada tahun 2007 adalah 140 jiwa/ha. Seluruh jumlah penduduk tersebut diperkirakan pada tahun 2007 mencapai 8,24%. Tingkat pertumbuhan
tersebar di kecamatan yang ada. Tabel 1.2. Kontribusi Kegiatan Ekonomi Kota Bandung dan Sekitarnya Terhadap
Bila dilihat dari struktur usia penduduk Kota Bandung, yang tergolong Ekonomi Jawa Barat Tahun 2007
menonjol adalah usia masa awal usia kerja (25-34 tahun) dan pada usia
Distribusi jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Bandung Ku- pendidikan tinggi (20-24 tahun). Pada kedua kelompok ini terlihat pola
lon, yaitu mencapai jumlah 120.733 jiwa atau mencapai 5,5% dari seluruh lonjakan bila dibandingkan dengan usia pendidikan dasar-menengah. Arti-
jumlah penduduk Kota Bandung. Kecamatan dengan jumlah penduduk nya secara normal sebenarnya strukturnya akan semakin menyempit mu-
tersedikit adalah Kecamatan Cinambo, dengan jumlah penduduk sekitar lai dari usia balita sampai dengan usia lanjut. Lonjakan pada usia tersebut
hampir 20.000 jiwa atau sekitar 0,9% jumlah penduduk Kota Bandung. di atas, mengindikasikan bahwa di Kota Bandung terjadi migrasi masuk
Dari kecamatan yang ada, sekitar 50% penduduk tinggal di 10 kecamatan yang sangat besar, yaitu mahasiswa-mahasiswa yang melanjutkan studin-
saja, yaitu Bandung Kulon, Batununggal, Kiaracondong, Babakan Ciparay, yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa Kota Bandung adalah menjadi
Coblong, Bojongloa Kaler, Cibeunying Kidul, Andir, Sukajadi dan Cicen- salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting di Jawa Barat
do, yang rata-rata proporsi jumlah penduduknya mencapai 4%. Distribusi maupun di Indonesia.
persentase jumlah penduduk Kota Bandung menurut kecamatan dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Uraian di atas mengindikasikan bahwa Kota Bandung merupakan kota
No. Kecamatan Jumlah No. Kecamatan Jumlah penting bagi aktivitas ekonomi di Jawa Barat maupun nasional. Arti-
1. Andir 95,708 16. Cicendo 93,465 nya Kota Bandung menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan
memiliki banyak kaitan aktivitas ekonomi dengan daerah sekitar dan
Tabel 1.3. Distribusi Penduduk per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2007 (jiwa)
wilayah lain. Sebagai pusat pertumbuhan dengan tumpuan pada aktivi-
tas perdagangan dan industri pengolahan, Kota Bandung juga menjadi
No. Kecamatan Jumlah No. Kecamatan Jumlah salah satu tujuan migrasi tenaga kerja yang cukup besar. Peran lain Kota
2. Antapani 67,529 17. Cidadap 52,137 Bandung sebagai salah satu Kota Pendidikan terpenting di Indonesia, te-
3. Arcamanik 60,990 18. Cinambo 19,964 lah menyatu dengan kehidupan ekonomi, sehingga tingkat pertumbuhan
4. Astanaanyar 73,241 19. Coblong 107,946 ekonominya tergolong sangat tinggi.
5. Babakan Ciparay 108,725 20. Gedebage 27,328
6. Bandung Kidul 45,956 21. Kiaracondong 115,305
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung dari tahun 2005 hingga tahun
7. Bandung Kulon 120,733 22. Lengkong 70,969
2007 mengalami peningkatan. Selain LPE, beberapa indikator makro yang
8. Bandung Wetan 34,890 23. Mandalajati 59,193 Gambar 1.6. Distribusi Penduduk per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2007 (jiwa)
dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi
I-18
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
Tabel 1.4. Perkembangan Indikator Makro Pembangunan Kota Bandung Tahun 2005 lahan yang lain. Selain itu ketimpangan pendapatan secara riil tampak kelemahan pengendalian sosial.
2008 nyata, perkiraan jumlah keluarga pra-sejahtera ada kecenderungan men-
ingkat. Dalam situasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula, inflasi
Masyarakat Kota Bandung sejak awal merupakan masyarakat yang
tinggi juga mengancam. Biaya-biaya hidup yang meliputi biaya kehidupan
heterogen, dan semakin lama semakin dibanjiri oleh pendatang yang
pangan, sandang, papan, biaya pendidikan, kesehatan dan transportasi
menumpang hidup, dan turut menghidupi. Studi Bruner tersebut menun-
meningkat. Peningkatan biaya hidup ini selain dapat menstimulasi keg-
jukkan bagaimana kebudayaan Sunda menjadi pedoman pergaulan antar
iatan ekonomi yang memiliki nilai tambah tinggi, juga sekaligus menjadi
budaya di tempat-tempat umum. Menurutnya, acuan ke kebudayaan set-
ancaman bagi masyarakat berpendapatan rendah dan menengah. Pada
empat yang dominan ini menunjang integrasi antar golongan penduduk
jangka panjang, kenaikan biaya-biaya ini dapat mengancam keunggulan
yang beragam di kota. Meskipun studi itu tidak sampai memperlihatkan
kompetitif produk-produk dari Kota Bandung. Selain kondisi ekonomi do-
bagaimana peranannya dalam pembangunan kota. Namun dewasa ini in-
suatu daerah, adalah sebagai berikut. teraksi sosial di beberapa jenis tempat umum tidak lagi berpedoman ke-
pada kebudayaan Sunda, melainkan ke kebudayaan nasional atau diwar-
Dari tabel terlihat bahwa PDRB Kota Bandung dari tahun 2005 ke 2008
nai oleh unsur-unsur kebudayaan para pelaku yang dominan di bidang
menunjukkan kenaikan yang berarti, hal ini dapat menunjukkan menin-
kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian peranan kebudayaan Sun-
gkatnya kegiatan ekonomi. Tingkat inflasi di Kota Bandung relatif lebih
da (terutama bahasanya) sebagai sarana komunikasi umum di Kota Band-
tinggi dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Jawa Barat. Dari sisi
ung, telah melemah. Namun studi lain oleh Parsudi Suparlan (1974) mem-
investasi terjadi kenaikan, namun demikian investasi tersebut belum dii-
perlihatkan penyerapan bahasa Sunda oleh generasi kedua pendatang
kuti dengan penyerapan tenaga kerja yang signifikan, dari tabel terlihat
di Kota Bandung. Demikian pula, rasa turut memiliki Kota Bandung juga
bahwa terjadi peningkatan jumlah pengangguran dari 175.337 jiwa menja-
menguat di kalangan para pendatang yang telah tinggal di sini beberapa
di 175.664 jiwa pada tahun 2006, tetapi pada tahun 2007 menurun men-
generasi. Bahkan beberapa tokoh yang terkemuka dalam upaya pelestar-
jadi 174.067 jiwa dan diperkirakan menurun lagi menjadi 173.074 jiwa.
ian peninggalan sejarah Bandung dan tradisi budaya Sunda, adalah orang-
orang bukan-Sunda. Mereka ini juga menjadi semacam fasilitator antar
Berfluktuasinya jumlah pengangguran tersebut disebabkan oleh berba- golongan budaya, meski jumlahnya terlalu kecil. Sementara itu, kiranya
gai faktor khususnya untuk akhir tahun 2008, terjadi Penurunan harga juga dapat diterima bahwa di kalangan pendatang yang tinggal sementa-
BBM yang mengalami perubahan sebanyak 2 kali, namun demikian pada ra, atau belum lama, belum tumbuh sense of belonging yang kuat untuk
saat yang bersamaan terjadi krisis keuangan global di Amerika Serikat menumbuhkan sikap turut memelihara keadaan Kota Bandung, juga tidak
Gambar 1.7. Perkembangan PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Tahun
dan Uni Eropa, yang akan berdampak terhadap kinerja perekonomian 2001-2007 serta Proyeksinya Tahun 2013 memiliki legitimasi sosial untuk turut mengendalikan keadaan kota ini.
Kota Bandung khususnya dan perekonomian Indonesia pada umumnya.
mestik Kota Bandung, gejolak ekonomi internasional juga dapat menjadi
Sejalan dengan jumlah angka pengangguran yang fluktuatif, kondisi ini
ancaman berarti. Kedekatan kegiatan ekonomi Kota Bandung dengan Ja- Perkumpulan para pendatang banyak, perkumpulan penduduk asli juga
berdampak pula terhadap jumlah rumah tangga miskin, yang meningkat
karta dapat memperpendek efek gejolak ekonomi internasional, misalnya banyak, namun belum terjalin. Di Kota Bandung belum tumbuh perasaan
dari 70.419 RTM pada tahun 2005 menjadi 84.287 RTM pada tahun 2006,
krisis likuiditas di Amerika Serikat dan Eropa. kewargaan yang kuat yang mengikat baik orang Sunda maupun bukan-
menurun menjadi 83.500 RTM pada tahun 2007, serta menurun lagi men-
Sunda sebagai warga kota, meskipun ada juga potensinya pada pertand-
jadi 82.606 RTM. Kecenderungan aktivitas ekonomi Kota Bandung pada
I. 10. 4. Profil Sosial Budaya ingan-pertandingan olahraga tingkat tinggi dengan daerah lain, seperti
beberapa tahun ke depan cenderung positif mengalami pertumbuhan
solidaritas yang kuat di kalangan bobotoh Persib yang anggotanya juga
ekonomi yang cukup signifikan.
Kota Bandung bermula dari sebuah kota kolonial, namun sejak tahun meliputi warga Bandung yang bukan-Sunda.
1950-an telah menjadi Kota Sunda dengan dominasi suku bangsa Sunda
Dalam situasi pertumbuhan ekonomi tinggi dan memiliki prospek yang yang merupakan penduduk asli yang mayoritas (E.M. Bruner 1974). Se-
relatif bagus, maka perekonomian Kota Bandung menghadapi tantan-
I. 10. 5. Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya
cara stereotipik, Orang Sunda menganut nilai kemandirian sosial, dalam
gan berat, di antaranya adalah dampak aktivitas ekonomi terhadap ling- arti bahwa setiap orang dewasa bertanggungjawab atas perbuatannya 1. Sub Bidang Air Minum
kungan sekitar. Beberapa jenis kegiatan ekonomi mengancam kualitas sendiri, dan terkait dengan pandangan ini adalah sikap tidak mencampuri Sistem penyediaan air minum di Kota Bandung terdiri dari sistem perpi-
lingkungan dan kualitas kehidupan melalui berbagai jenis pencemaran. urusan orang lain. Di satu sisi, nilai ini mendukung atau setidaknya sejajar paan dan sistem non perpipaan. Untuk sistem perpipaan dikelola oleh
Kebutuhan ruang bagi aktivitas ekonomi juga mendesak penggunaan dengan nilai demokrasi dan kesetaraan, namun di sisi lain mengandung PDAM Kota Bandung, dengan cakupan pelayanan + 65% dengan jumlah

I-19
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
pelanggan sebanyak 139.889 SL pada Tahun 2006. Tingkat kebocoran 3. Sub Bidang Air Limbah integrasinya di satu wilayah dengan wilayah lainnya, berubahnya fungsi
teknis dan non teknis mencapai + 50-55%. Panjang perpipaan di Kota Pengelolaan air limbah di Kota Bandung dilakukan oleh Divisi Air Kotor saluran irigasi menjadi drainase, khususnya di Bandung Timur, adanya
Bandung mencapai + 2.224,01 km dengan 6 Instalasi Pengolahan Air Mi- PDAM Kota Bandung. Sistem pengelolaan air limbah terdiri dari sistem genangan dan banjir yang disebabkan oleh sampah pendangkalan dan
num (IPA). terpusat (off site) dan sistem setempat (on site). Air limbah yang diolah penyempitan sungai dan berakibat permukiman tergenang an aktivitas
hanya menggunakan 1 (satu) buah IPAL yang terletak di Bojongsoang warga terganggu, kondisi saluran drainase rusak karena terdapat bangu-
(Kabupaten Bandung) yang dibangun pada tahun 1988 dengan kapasitas nan dan saluran terputus penyebabnya adalah perubahan fungsi dari sa-
Untuk non perpipaan dikelola oleh Badan Pengelola Air Bersih (BPABD)
80.835 m3/hari atau 400.000 jiwa (15%) dari penduduk Kota Bandung. luran irigasi menjadi saluran drainase, kapasitas saluran tidak mencukupi,
Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya Kota Bandung. Sumber air minum non
sampah, endapan, penyempitan saluran dan tertutupnya street inlet oleh
perpipaan di Kota Bandung menggunakan 9 (sembilan) sungai dengan 1 Cakupan pelayanan air limbah di Kota Bandung mencapai 58% dengan
beberapa aktivitas yang berakibat pada perubahan guna lahan, jalan dan
(satu) mata air. Jumlah sumur dalam yang digunakan sebanyak 93 buah jumlah sambungan sebesar 97.952 SR pada tahun 2008. Di sebagian
permukiman tergenang.
dengan kapasitas 150 lt/detik, sedangkan sumur dangkal yang digunakan wilayah, saluran air kotor masih bercampur dengan saluran drainase.
sebanyak 93.177 buah dengan kapasitas 25 lt/detik dan dari sumber lain-
nya sebanyak 6.179 buah. Pelayanan air minum non perpipaan menggu- 5. Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan
Permasalahan air limbah di Kota Bandung antara lain pelaksanaan sam-
nakan sambungan langsung, hidran umum 93 unit dan tanki air 11 unit. Penataan bangunan dan lingkungan di Kota Bandung dilakukan oleh Di-
bungan langganan, belum tersedianya data pengelolaan air kotor (off site
Permasalahan air minum di Kota Bandung antara lain sumber-sumber air dan on site), pemanfaatan jaringan air (eks irigasi), masih adanya limbah nas Tata Ruang dan Cipta Karya. Pada tahun 2008, sekitar 11.533, 92 Ha
baku sudah dalam keadaan menurun, kapasitas produksi terbatas, ren- non domestik yang masuk ke dalam jaringan air limbah, belum optimal- (68,94%) wilayahnya sudah terbangun dengan bangunan pemukiman
dahnya volume air tercatat di meter pelanggan, data volume air terdis- nya pemanfaatan pelanyanan tangki tinjam, belum optimalnya pemanfaa- 9.634,93 Ha, bangunan jasa 1.251, 16 Ha dan oleh bangunan industri
tribusi tidak akurat, kebocoran di jaringan perpipaan, belum tuntasnya tan jaringan induk air kotor wilayah Bandung Timur, operasional Pumping 647,83 Ha. Hal demikian menunjukkan bahwa wilayah Kota Bandung su-
pelaksanaan program pemindahan pipa dinas di brandgang dan pelak- Station belum optimal, penyalahgunaan saluran air kotor oleh masyarakat dah padat karena lebih dari 2/3 luas wilayahnya sudah terbangun.
sanaan tutupan eks pelanggan, data langganan kurang akurat, sambun- dan belum adanya penanganan akhir buangan air limbah untuk wilayah
gan liar/pemakaian air ilegal, jumlah produksi lebih kecil dari kebutuhan, Bandung Barat. Bangunan yang berdiri di atas 11.533,92 Ha tersebut, sebanyak 624.961
sistem hidrolis jaringan distribusi belum baik, kontaminasi di jaringan dis-
buah bangunan gedung terdiri dari bangunan gedung yang memiliki IMB
tribusi, gangguan di IPA (miniplant), gangguan di jaringan pipa transmisi
4. Sub Bidang Drainase (Izin Mendirikan Bangunan) sebanyak 397.345 buah (63,58%) dan sisanya
dan distribusi, debit air baku kurang, kemampuan sistem transmisi menu-
sebanyak 227.616 (36,42%) adalah bangunan yang tidak memiliki IMB. Dis-
run, dan kualitas sumur bor tidak sesuai standar. Penyediaan dan pengelolaan drainase di Kota Bandung dilakukan oleh
amping jumlah bangunan yang perlu mendapat perhatian, lebih dari 40%
Dinas Bina Marga dan Pengairan. Saluran drainase di Kota Bandung ter-
lingkungan di wilayah Kota Bandung perlu mendapatkan penataan kem-
bagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu saluran pembuangan yang sudah alami
2. Sub Bidang Persampahan bali.
ada di Kota Bandung (drainase makro) dan saluran yang sengaja dibuat
Pengelolaan persampahan di Kota Bandung dilakukan oleh PD. Kebersi- mengikuti pola jaringan jalan (drainase mikro). Saluran pembuangan
han. Jumlah timbulan sampah Kota Bandung sebesar 7.500 m3/hari ber- makro adalah saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Permalahan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Bandung antara
dasarkan estimasi 2 lt/org/ hari dengan jumlah penduduk 2,34 juta jiwa. Bandung, yang terdiri dari 46 sungai sepanjang 252,55 km. Sungai utama lain lemahnya penegakan aturan keselamatan, keamanan dan kenyaman-
Tingkat pelayanan persampahan berdasarkan jumlah penduduk terlayani yang menampung air hujan Kota Bandung adalah Sungai Cikapundung an bangunan termasuk pada daerah-daerah rawan bencana, pengaturan
baru mencapai 1.350.000 jiwa dengan cakupan pelayanan 54 %. Sarana dengan panjang 15,5 km. penyelenggaraan bangunan serta kualitas pelayanan publik dan perijinan
persampahan di Kota Bandung terdiri dari 134 truk sampah, 15 TPS dan 6 masih perlu ditingkatkan, masih ada permukiman kumuh di kantong per-
TPA (5 sudah ditutup dan 1 masih beroperasi). Anggaran tahunan untuk mukiman, baik pada peruntukan perumahan maupun peruntukan lain-
Kondisi saluran mikro di Kota Bandung di beberapa tempat terputus
operasi pemeliharaan dan kebersihan lingkungan di Kota Bandung tertu- nya, bangunan gedung bersejarah yang berpotensi wisata belum dikelola
(tidak berhubungan dengan saluran di bagian hilirnya). Pada saat ini han-
ang dalam Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) PD.Kebersihan. dengan baik, terjadi degradasi pada kawasan strategis, yang mempunyai
ya sekitar 70% ruas jalan yang memiliki saluran drainase. Secara keselu-
Permasalahan persampahan di Kota Bandung adalah keterbatasan dalam potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota, kondisi sarana
ruhan sistem drainase di Kota Bandung masih belum terencana dengan
pengelolaan sampah yang ada karena belum memiliki TPA. Kendala dalam lingkungan hijau, sarana olah raga, dan lain-lain perlu ditambah dan dit-
baik. Terdapat + 60 lokasi banjir dan genangan di Kota Bandung.
penyediaan TPA adalah karena keterbatasan lahan di Kota Bandung. Saat ingkatkan kualitasnya, masih terbatasnya kelembagaan komunitas untuk
Permasalahan drainase di Kota Bandung antara lain Banjir Cileuncang
ini, tempat pembuangan sampah akhir dibuang ke TPA Sarimukti Kabu- meningkatkan peran masyarakat dan keterlibatan masyarakat pada pros-
yang terjadi di beberapa ruas jalan Kota Bandung pada saat musim hu-
paten Bandung Barat. es perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya be-
jan, kurangnya prasarana drainase mikro dan tidak berfungsinya drainase
lum merata di setiap program PBL.
yang ada, pendangkalan dan penyempitan drainase makro, tidak ter-

I-20
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
6. Sub Bidang Permukiman en Bandung, serta Kota Bandung pada umumnya dalam mengamati keg- ka (Kecamatan Cibeunying Kidul) yaitu dengan ketinggian 687,5 m diatas
Pengelolaan permukiman di Kota Bandung dilakukan oleh Dinas Tata Ru- iatan-kegiatan yang memiliki skala kota yang berlangsung pada wilayah permukaan laut. Pada umumnya kemiringan lereng di Wilayah Cibeunying
ang dan Cipta Karya. Kondisi pemukiman di Kota Bandung dapat di bagi ini. Batas administrasi SWK Cibeunying dapat dilihat pada gambar 1.8. semakin ke utara semakin curam terutama sebagian wilayah Cibeunying
menjadi beberapa kategori, yaitu permukiman rusunawa, permukiman yang termasuk ke dalam Kawasan Bandung Utara.
RSH dan permukiman kumuh. Pembangunan rusunawa yang terdapat di 2. Kondisi Fisik Dasar a. Jenis Tanah
Kota Bandung hingga tahun 2008 telah terbagi atas enam lokasi, yaitu SWK Cibeunying berada pada ketinggian sekitar 791 meter di atas permu-
Titik tertinggi di SWK Cibeunying terdapat di Kelurahan Ledeng, Kecama-
Cingised, Cicendo, Sarijadi, Puslitbankim Turangga, Samoja Komplek Polri kaan laut (dpl). Titik tertinggi berada disebelah utara dengan ketinggian
tan Cidadap yaitu sebesar 1050 dpl. Sedangkan titik terendah berada pada
dan Sukaluyu. Sedangkan jumlah permukiman RSH Kota Bandung terda- 1.050 meter dpl dan titik terendah disebelah selatan dengan ketinggian
Kelurahan Kebon Pisang (Kecamatan Sumur Bandung), Kelurahan Cihapit
pat 912 Kawasan per tahun 2007. Untuk permukiman kumuh, dari 151 ke-
(Kecamatan Bandung Wetan), Kelurahan Sukamaju, Cikutra, dan Padasu-
lurahan yang ada di Kota Bandung terdapat kategori kelurahan dengan
rincian 17 tidak kumuh , 64 agak kumuh , 41 kumuh , 29 sangat kumuh.

Permasalahan perumahan dan permukiman di Kota Bandung antara lain


rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak, ter-
batasnya akses Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) terhadap sum-
ber daya perumahan, belum mantapnya sistem pembiayaan dan pasar pe-
rumahan, menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman
serta belum terintegrasinya pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman dengan pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas peru-
mahan dan permukiman.

I.11. GAMBARAN UMUM SWK CIBEUNYING


I. 11. 1. Kondisi Fisik Lingkungan
1. Profil Geografis
SWK Cibeunying yang meliputi Kecamatan Cidadap, Cibeunying Kaler,
Cibeunying Kidul, Coblong, Bandung Wetan dan Sumur Bandung, dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Bandung
Sebelah Barat : Jalan Setiabudi, Jalan Cipaganti dan Jalan Otto
Iskandardinata
Sebelah Selatan : Jalan Asia Afrika dan JalanJenderal Ahmad Yani
Sebelah Timur : SWK Ujungberung (Jalan Jatihandap)
Perencanaan SWK Cibeunying tidak dapat dipisahkan dari wilayah pem-
bangunan lainnya dalam lingkup Kota Bandung dan bahkan dengan
wilayah perbatasan Kabupaten Bandung, karena secara fungsional peren-
canaan wilayah ini tidak dapat hanya dibatasi oleh batas-batas administra-
si. Dengan demikian, selain menetapkan wilayah perencanaan ditetapkan
pula wilayah pengamatan, yaitu kecamatan-kecamatan lainnya yang ber-
batasan langsung dengan SWK Cibeunying, wilayah perbatasan Kabupat- Gambar 1.8. Batas Wilayah Administrasi SWK Cibeunying

I-21
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
Cibeunying sehingga perlu tetap dipertahankan sebagai kawasan tidak
675 meter dpl. Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, dise- terbangun, karena apabila terjadi perubahan pemanfaatan fungsi lahan c. Peralatan dapur/rumah tangga, meliputi peralatan masak dan
belah utara relatif berbukit-bukit kecil dan disebelah selatan wilayahnya akan berpengaruh terhadap kawasan sekitarnya. alat listrik
relatif datar. d. Kesesuaian Penggunaan Lahan d. Elektronika, meliputi penjualan jam dan radio
Kemiringan lereng atau topografi suatu kawasan akan ikut berpengaruh e. Asesoris gaya hidup kota, meliputi CD/VCD, stiker, poster
Keadaan geologis dan tanah yang ada di SWK Cibeunying dan sekitarnya terhadap kesesuaian penggunaan lahan seperti sistem perencanaan
f. ATK dan buku, meliputi alat tulis dan perlengkapannya, majalah
memiliki lapisan tanah alluvial yang merupakan hasil dari letusan Gunung jaringan jalan, sistem pengaliran jaringan drainase dan utilitas lainnya,
dan koran
Tangkuban Perahu. Jenis tanah dapat dikelompokkan sebagai berikut: peletakan bangunan-bangunan, dan aspek visual. Kawasan yang
menjadi limitasi dan kendala (kemiringan > 30%) pada SWK Cibeunying g. Telekomunikasi, meliputi penjual voucher telepon seluler
Bagian utara umumnya merupakan jenis latosol dengan
terdapat pada sebagian besar Kelurahan Ciumbuleuit, dan sebagian h. Jasa, meliputi jasa tukang cukur, service jam, pembuatan stem-
sedikit tanah andosol.
kecil kelurahan Dago, Cigadung, Hegarmanah dan Ledeng. pel, pembuatan plat nomor kendaraan,
Bagian barat dan tengah terdiri dari tanah latosol coklat.
i. Jasa kendaraan bermotor, meliputi penjual bensin, bengkel, ase-
Bagian selatan dan bagian timur terdiri atas tanah jenis allu-
I. 11. 2. Kondisi Sosial Kependudukan soris kendaraan bermotor, dan lain-lain.
vial kelabu dengan bahan endapan liat.
SWK Cibeunying dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan j. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
1. Jumlah, Distribusi dan Kepadatan Penduduk
sejuk. Temperatur rata-rata sekitar 23,6o C dengan curah hujan rata-rata k. Pertambangan dan penggalian
a. Jumlah dan Distribusi Penduduk
156,4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 15 hari per bulannya. l. Industri pengolahan
Jumlah penduduk di SWK Cibeunying pada tahun 2009 tercatat bahwa
b. Hidrologi m. Listrik, gas dan air bersih
jumlah penduduk terbanyak yaitu berada di Kelurahan Sekeloa dengan
jumlah penduduk sebesar 25.714 jiwa atau 6,83%, sedangkan jumlah n. Bangunan/konstruksi
SWK Cibeunying merupakan tempat dimana terdapat berbagai sumber penduduk paling sedikit yaitu berada di Kelurahan Lebak Siliwangi o. Perdagangan, hotel dan restoran
air, baik itu berupa sungai, mata air ataupun air tanah. Sungai-sungai yaitu sebesar 4.167 jiwa atau sebesar 1,11% dari jumlah keseluruhan p. Pengangkutan dan komunikasi
yang terdapat di Wilayah Cibenying yaitu Sungai Ciburial, Cidadap, Cika- penduduk yang berada di SWK Cibeunying. Apabila dilihat berdasarkan karakteristik lokasi, kegiatan perekonomian
pundung, Cidurian, Cihalarang, Ciparung, Cicabe, Cisokan, Cibenying, b. Kepadatan Penduduk informal di Wilayah Cibeunying, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
dan Cihaur. Selain sumber air permukaan, pada Wilayah Cibeunying ter-
Berdasarkan data dari Kecamatan Dalam Angka dapat diketahui bahwa yaitu:
dapat pula 33 sumber mata air yang tersebar di sekitar sungai yang ada.
kepadatan tertinggi berada di Kelurahan Cipaganti yaitu sebesar a. Sektor informal yang memanfaatkan jaringan jalan utama kota dan
Mata air tersebut dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti MCK,
297,1 jiwa/Ha2 jiwa. Sedangkan SWK Cibeunying sendiri mempunyai mengelompok berdasarkan jenis komoditas usaha tertentu, seperti
sawah, kolam, ataupun pemancingan. Debit terkecil dari sumber mata air
kepadatan sebesar 173 jiwa/Ha. usaha informal jasa asesoris kendaraan bermotor
di WIlayah CIbeunying adalah 0,06 L/dtk sementara debit terbesar men-
capai 18 L/dtk. b. PKL trotoar, yaitu PKL yang memanfaatkan keramaian atau jalur lalu
I. 11. 3. Kondisi Perekonomian lintas. Jenis PKL ini cenderung beraktivitas di siang hari dan berdiam
Kegiatan perekonomian di Wilayah Cibeunying dapat dibagi menjadi dua di tempat. Selain memanfaatkan jalur lalu lintas, mereka juga me-
Selain sungai dan mata air, di Wilayah Cibeunying pun terdapat sumber
jenis, yaitu kegiatan perekonomian formal dan informal. Kegiatan pereko- nangkap pengunjung ke lokasi pertokoan.
air lainnya yaitu air tanah. Kondisi air tanah di SWK Cibeunying dapat dib-
agi menjadi tiga kategori, yaitu kondisi air tanah dengan kedalaman muka nomian formal terdiri dari beberapa sektor lapangan usaha sesuai dengan c. PKL bahu jalan, yaitu PKL yang memanfaatkan jalur lalu lintas. PKL ini
air tanah tertekan < 25 m di bawah permukaan tanah, kedalaman muka pembagian sektor usaha dalam PDRB, yaitu: beraktivitas baik siang hari maupun malam hari dan berdiam di tem-
air tanah tertekan 25 40 m di bawah permukaan tanah, dan kedalaman 1. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pat.
muka air tanah tertekan > 40 m di bawah permukaan tanah. Pada umunya 2. Jasa-jasa d. PKL pasar, yaitu PKL yang memanfaatkan aktivitas pasar, jenis PKL
kedalaman muka air tanah tertekan di SWK Cibeunying berada kurang seperti ini cenderung jangka waktu operasinya mengikuti jam pasar,
Sementara untuk kegiatan perekonomian informal, berdasarkan jenis
dari 25 meter di bawah permukaan tanah. Akan tetapi ada beberapa yaitu pagi hari atau siang hari.
produk yang diperdagangkan, sektor ekonomi informal di Wilayah Cibeu-
daerah yag memiliki kedalaman muka air tanah tertekan di atas 40 meter e. Aglomerasi PKL, yaitu PKL yang beraktivitas pada satu lokasi tertentu
nying dapat dikelompokkan sebagai berikut:
di bawah permukaan tanah yaitu Kelurahan Dago, Sukapada, Pasirlayung, dalam kelompok PKL yang sejenis, seperti PKL Gelap Nyawang.
a. Kebutuhan pangan, meliputi makanan dan minuman, kebutuhan
Lebak Gede, Citarum, Tamansari, Lebak Siliwangi dan Babakan Ciamis. f. PKL yang berpindah-pindah, selain di trotoar atau di pasar. Jenis PKL
dapur (sayur dan buah-buahan)
c. Potensi Rawan Bencana ini mendatangi atau mengundang pengunjung sendiri.
b. Pakaian, meliputi pakaian barang bekas, pakaian anak-anak/
Kawasan Bandung Utara (KBU) sebagian terdapat di wilayah SWK Dari struktur modal usaha yang digunakan, sebagaimana dilaporkan da-
sekolah dan asesoris pelengkapnya

I-22
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
lam Laporan Akhir Pekerjaan Perencanaan Pengembangan Usaha Kecil ompok ini berupa rumah tunggal dan rumah deret dengan luas ka- 6. Rumah dinas
Mikro Informal Kota Bandung, sektor informal dapat dikelompokkan da- pling yang sangat bervariasi, adanya halaman di depan rumah dan Wilayah Cibeunying merupakan wilayah yang memiliki kawasan-ka-
lam beberapa kategori, yaitu: pola pembangunannya individual yang terlihat dari pola amplop ban- wasan militer, baik berupa kantor maupun komplek perumahannya.
1. Modal usaha pribadi atau mandiri, dimana setiap unit usaha PKL gunan. Rumah dengan kondisi ini dapat ditemui pada lokasi seperti Jl Contoh komplek rumah dinas militer di SWK Cibeunying adalah Kom-
menggunakan modal usaha yang dimilikinya sendiri. Jumlah besarnya Ir H Djuanda bagian atas, Jl Tubagus Ismail, Jl Sadang Serang, Jl Ciga- plek PPI, Komplek Militer Cikutra, dan Komplek Perumahan Militer di
modal usaha pribadi ini sangat beragam, dari mulai Rp. 150.000,00 dung, Jl Pahlawan, Jl Katamso, Jl Cipaganti, Jl Setiabudi dan beberapa sekitar Stadion Siliwangi. Selain itu masih terdapat pula rumah-rumah
sampai jutaan rupiah. jalan lainnya. dinas yang berlokasi di sepanjang jalan utama dimana sebagian besar
2. Modal usaha hasil pinjaman dari kelompok usaha, baik itu koperasi 3. Perumahan individu berupa kampung perkotaan dengan pola jalan saat ini telah berubah fungsinya menjadi perdagangan dan jasa.
maupun organisasi yang mengelola PKL. Modal usaha yang bersum- yang tidak teratur Selain rumah dinas militer pada SWK Cibeunying dapat ditemukan
ber dari bantuan pemerintah. Dalam konteks ini, Pemerintah Kota Pada kelompok ini perumahan yang dibangun secara individu dan pula komplek-komplek perumahan dosen perguruan tinggi, seperti
Bandung, biasanya memberikan sumbangan dalam bentuk lapak atau tidak saling terintegrasi dengan infrastruktur jalan yang memadai. ITB, UNPAD, UNPAR, Politeknik Manufaktur, dan juga komplek peru-
jongko. Sebagai contoh adalah PKL yang dikembangkan di jalur Jalan Pembangunan rumah dilakukan tanpa terlebih dahulu disiapkan pola mahan milik dinas atau instansi pemerintah.
A. Yani Cicadas. dan bentukan jalan yang teratur. Kawasan perumahan perkampun- 7. Asrama. Sebagai kota yang memiliki banyak perguruan tinggi, maka di
gan perkotaan ini terlihat jelas ketidakteraturannya dan jalan yang Kota Bandung banyak tersebar asrama mahasiswa. Asrama yang da-
I. 11. 4. Kondisi Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial tersedia pun pada umumnya berupa jalan gang dengan lebar jalan pat ditemukan di Wilayah Cibeunying adalah asrama mahasiswa milik
yang tidak cukup untuk dilalui kendaraan pemadam kebakaran. Dari Pemerintah Daerah seperti Lampung, Bali, Riau, dan lain-lain; asrama
1. Sarana Perumahan
segi kesehatan, keselamatan dan keamanan, kawasan perumahan ini milik yayasan (seperti Yayasan Bala Keselamatan Jl. Sumatera) dan
Perumahan yang terdapat di SWK Cibeunying dapat dikelompokkan ke beresiko tinggi terhadap berjangkitnya penyakit karena ketidakterse- juga asrama yang disediakan milik militer. Ada beberapa karakter as-
dalam beberapa karakter, yaitu: diaan utilitas dan ancaman kebakaran. Kawasan dengan karakter sep- rama yang ada, yaitu yang berupa gedung bertingkat 3-4 lantai yang
1. Perumahan individu yang berada pada wilayah peninggalan Pemerin- erti ini dalam skala cukup besar dapat dijumpai di beberapa lokasi di dimiliki suatu institusi (ITB) dan juga bangunan 1-2 lantai yang tadinya
tah Belanda SWK Cibeunying, yaitu di lembah Cikapundung antara Jl Taman Sari berupa rumah namun dikembangkan sebagai asrama (asrama kedaer-
Perumahan yang termasuk dalam kelompok ini umumnya berupa dan Cihampelas seluas 49,6 ha, kawasan Haur Pancuh (dari Monu- ahan seperti asrama mahasiswa Bali, Kalimantan, dll).
rumah tunggal dalam bentuk rumah villa. Namun pada beberapa ka- men Perjuangan Rakyat Jabar) sampai dengan perbatasannya den-
8. J. Apartemen/Condotel
wasan terdapat pula rumah kopel maupun deret yang tertata rapi gan lahan kawasan Perumahan Sukaluyu seluas 51,7 ha. Dapat juga
Kota Bandung saat ini mulai bangkit dalam hal properti perumahan
dengan infrastruktur yang sangat memadai untuk kenyamanan tem- dijumpai di beberapa tempat lain namun luasannya tidak terlalu be-
melalui penyediaan rumah dalam bentuk bangunan tinggi. Aparte-
pat tinggal. Di kawasan ini, setiap kapling rata-rata berukuran besar sar, seperti di kampung Biru Dago Pojok, sekitar jalan Kiputih dalam di
men yang terdapat di Wilayah Cibeunying adalah:
dengan rumah tunggal disertai halaman yang cukup luas. Disamping Ciumbeuleuit, di sekitar Jl Sangkuriang dan di lembah Cikapundung,
sekitar Cigadung atas, Jl Bangbayang di Dago, sekitar Jl Cikutra atas, Apartemen Setiabudi
itu di beberapa tempat tersedia taman lingkungan dan taman skala
Kampung Braga dan beberapa tempat lainnya. Apartemen Ciumbuleuit
kota.
Apartemen Braga (Braga City Walk)
Dengan semakin berkembangnya permintaan akan ruang perdagan- 4. Perumahan terencana dengan infrastruktur jalan yang dibangun oleh
Condotel Dago Butik
gan dan jasa serta perkantoran, keberadaan rumah-rumah pada kel- pengembang (pemerintah/Perumnas maupun swasta), baik melalui
Grand Royal Panghegar Apartement
ompok ini semakin terdesak dan mengalami perubahan fungsi. Hal penjualan rumah maupun kapling.
Pertumbuhan hunian ini merubah memiliki bentuk dan massa yang
ini dapat kita lihat pada rumah-rumah di Jalan Cipaganti, Jalan Ir H Untuk Wilayah Cibeunying terdapat dua komplek perumahan yang
beranekaragam. Pertumbuhan Apartemen di wilayah wibeunying ini
Djuanda (Dago), Jl R E Martadinata, Jl Supratman, Jl Trunojoyo dan dibangun oleh Perumnas, yaitu Perumnas Sukaluyu dan Perumnas
lebih dikarenakan atas daya tarik wilayah cibenying sebagai kawasan
beberapa lokasi lain yang sekarang sebagian telah beralih fungsinya. Sadang Serang. Sementara komplek perumahan yang dibangun baik
komersial dan pendidikan. Keberadaan Apartemen mendekatkan
2. Perumahan individu pada kawasan-kawasan yang berkembang set- oleh pengembang maupun telah dikembangkan sejak jaman Belanda
pemilik atau penyewa apartemen dengan daerah kegiatan mereka.
elah kemerdekaan dengan pola jalan yang teratur yang termasuk da- ataupun jaman awal kemerdekaan dimana lokasinya tidak berada
karena pada prakteknya mereka yang tinggal di apartemen adalah
lam kelompok karakter ini adalah rumah-rumah yang dibangun secara pada pusat wilayah SWK Cibeunying.
mahasiswa.
individual pada kawasan yang memiliki infrastruktur jalan yang telah 5. Disamping itu ada beberapa komplek perumahan skala kecil con-
Secara Tata bangunan, keberadaan Apartemen ini jelas merusak wa-
membentuk pola teratur dan dibangun setelah masa kemerdekaan tohnya seperti Perumahan Rereng Wulung Indah (di dalam komplek
jah dan skyline kawasan. Ketinggian apartemen antara 8-20 meter,
dan juga yang merupakan pengembangan dari jalan yang dibuat pada Perumahan Sukaluyu) dan juga beberapa perumahan lainnya di ka-
namun bangunan di sekitarnya merupakan perumahan. Bahkan ada
jaman Belanda. Kawasan ini ditandai dengan bentuk rumah pada kel- wasan Cigadung.
yang berada di wilayah perumahan individu berupa kampung perko-
I-23
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
taan dengan pola jalan yang tidak teratur. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dokumen Strategi Kawasan wisata alam maupun buatan dan budaya, dimana objek wisata tersebut
9. Rumah Susun Hunian Kumuh Perkotaan (Penyusunan Program Penataan Kawasan bukan saja menjadi objek unggulan untuk Kota Bandung, tetapi bahkan
Hunian Kumuh Perkotaan), teridentifikasi bahwa rata-rata status untuk Jawa Barat.
Rumah susun di wilayah Cibeunying sampai terdapat di Kelurahan Sa-
kepemilikan lahan pada daerah kawasan permukiman kumuh sangat
dang Serang seluas 1900m2 di Kecamatan Coblong, namun saat ini
beragam status kepemilikannya. Adapun beberapa status kepemili-
rumah susun tersebut beroperasi. Rumah susun ini merupakan tang- 6. Perkantoran
kan lahannya berupa lahan milik pemerintah, milik pribadi,dan milik
gapan atas mahalnya haga tanah di Kota Bandung (terutama pada ka- Fasilitas perkantoran yang menyebar di SWK Cibeunying dapat dikelom-
swasta, namun terdapat juga di beberapa daerah kawasan kumuh
wasan-kawasan kota yang memiliki akses yang baik) dan rendahnya pokan menjadi dua yaitu kantor pemerintah dan kantor swasta. Skala pe-
yang status kepemilikan tanahnya berupa sewa lahan atau menggu-
daya beli masyarakat untuk membeli lahan untuk rumah horisontal. layanan kantor tersebut baik kantor pemerintah maupun kantor swasta
nakan surat perjanjian.
Rumah susun ini. Untuk SWK Cibeunying, pembangunan rumah susun adalah skala pelayanan kota. Hal yang perlu diperhatikan dalam penye-
lainnya akan diadakan di kawasan Taman Sari (area di bawah jalan baran fasilitas perkantoran ini adalah dampak yang ditimbulkan oleh keg-
layang Pasupati). (RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2030). 2. Sarana Pendidikan iatan perkantoran tersebut. Sebagai contoh adalah permasalahan ket-
Apabila dilihat dari kondisi rumah, bangunan rumah di WIlayah Cibeu- Fasilitas pendidikan yang tersebar di SWK Cibeunying terdiri dari, TK, SD, ersediaan ruang untuk parkir, apakah mencukupi atau tidak dengan skala
nying sebagian besar merupakan rumah permanen dengan konstruksi SLTP, SMU, SMK dan PT baik sekolah negeri maupun swasta. Skala pe- pelayanan kota tersebut. Kurangnya ruang parkir ini menyebabkan peng-
beton. Namun demikian masih dapat ditemui rumah semi permanen, layanan fasilitas pendidikan ini adalah untuk Kota Bandung tidak hanya gunaan badan atau bahu jalan sebagai lahan parkir yang kemudian ber-
khususnya di bantaran sungai. Selain dengan konstruksi beton, ter- untuk memenuhi kebutuhan penduduk SWK Cibeunying sendiri, hal ini dampak kepada kelancaran lalu lintas pada ruas jalan tersebut.
dapat pula bangunan dengan konstruksi papan maupun campuran. disebabkan karena banyak terdapat sekolah-sekolah yang digolongkan
Konstruksi campuran antara beton dan papan umumnya dikarena- favorit pada wilayah ini. Luasnya wilayah pelayanan ini berdampak kepa-
Fasilitas perkantoran pemerintah yang ada di SWK Cibeunying ini ter-
kan penambahan bangunan ke atas, dimana lantai 1 bangunan rumah da sistem pergerakan menuju wilayah Cibeunying secara umumnya dan
diri dari kantor pemerintah Propinsi Jawa Barat, kantor pemerintah Kota
tersebut telah menggunakan konstruksi beton, tetapi bangunan tam- untuk skala lokal berdampak kepada kemacetan yang ditimbulkan pada
Bandung, BUMN, BUMD Propinsi dan BUMD Kota. Kantor pemerintah
bahan di lantai 2 masih menggunakan konstruksi papan. saat pagi dan siang hari saat jam masuk dan pulang sekolah.
Propinsi Jawa Barat yang berlokasi di wilayah ini diantaranya Pemerintah
a. Permukiman Kumuh Propinsi Jawa Barat di Gedung Sate, Kantor Bapeda, Kantor Kehutanan,
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dokumen Strategi Kawasan 3. Sarana Peribadatan Kantor Pertanian, Kantor Badan Pertanahan Nasional, BKKBN, BPPMD,
Hunian Kumuh Perkotaan (Penyusunan Program Penataan Kawasan Fasilitas peribadatan untuk semua agama dapat ditemukan di SWK Cibeu- Badan Pusat Statistik, Dinas Perhubungan, Direktorat Geologi dll. Sedan-
Hunian Kumuh Perkotaan), teridentifikasi kawasan permukiman ku- nying. Skala pelayanan fasilitas tersebut untuk agama tertentu adalah se- gkan kantor pemerintah Kota Bandung diantaranya kantor pemerintahan
muh di SWK Cibeunying. Berdasartkan hasil kajian yang ada, Pemerin- Kota Bandung, namun untuk fasilitas mushola hanya untuk wilayah Cibeu- Kota Bandung (Balai Kota), Bapeda, Dinas Perumahan, Dinas Pertaman-
tah Kota Bandung telah menetapkan lokasi permukiman kumuh mela- nying saja. an/ Pemakaman, Dinas Kependudukan, DKK, Kantor Kecamatan, Kantor
lui SK Walikota Nomor 648/Kep.455-distarcip/2010 tentang Penetapan Kelurahan dll. Untuk BUMN/ BUMD diantaranya kantor Telkom, PDAM,
Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman kumuh di Kota Band- dan PLN. Perkantoran swasta di wilayah ini adalah badan usaha swasta di
4. Sarana Kesehatan
ung. mana sebagian besar berlokasi pada jalan-jalan utama.
Fasilitas kesehatan yang berlokasi di SWK Cibeunying terdiri dari rumah
b. Penggunaan Lahan di Pemukiman kumuh
sakit, rumah sakit bersalin, bidan, puskesmas, posyandu dan balai pengo-
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dokumen Strategi Kawasan Yang dimaksud dengan pelayanan pemerintahan disini adalah fasilitas
batan. Wilayah pelayanan fasilitas kesehatan tersebut untuk rumah sakit
Hunian Kumuh Perkotaan (Penyusunan Program Penataan Kawasan umum yang diperuntukkan untuk pelayanan masyarakat dan diseleng-
dan rumah sakit bersalin adalah Kota Bandung bukan hanya SWK Cibeu-
Hunian Kumuh Perkotaan), di ketahui bahwa dominasi pola penggu- garakan oleh pemerintah. Pelayanan pemerintahan yang terdapat di
nying. Untuk jenis fasilitas kesehatan lainnya, wilayah pelayanan adalah
naan lahan di kawasan sekitar permukiman kumuh adalah berupa lah- Wilayah Cibeunying adalah Kantor Pos dan Giro, Kantor Polisi, Kantor Ke-
untuk internal SWK Cibeunying.
an terbangun seperti perdagangan dan jasa, pusat pendidikan, sarana camatan, Kantor Kelurahan, Gedung Olah Raga, dan Terminal Bus/Angku-
prasarana fasilitas umum (rumah sakit, pasar), perumahan, kawasan tan Kota.
pemerintah, sarana prasarana transportasi (terminal, rel kereta api) 5. Sarana Rekreasi dan Pariwisata
dan permukiman penduduk. Pola guna lahan tersebut hampir seluruh- Kota Bandung merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Pulau Jawa
7. Sarana Perdagangan dan Jasa
nya terdapat di seluruh kawasan yang teridentifikasi sebagai kawasan yang tidak kalah menariknya dengan kota-kota besar lainnya di Pulau
SWK Cibeunying dipenuhi oleh berbagai fasilitas perdagangan dalam
permukiman kumuh. Jawa. Kota Bandung memiliki objek wisata berciri khusu yang dengan
skala pelayanan yang berbeda. Secara terminologi, fasilitas perbelanjaan
c. Status Kepemilikan lahan di Permukiman kumuh sangat mudah diasosiakan dengan image Kota Bandung. Beberapa ob-
yang berlokasi di SWK Cibeunying ini akan dibagi menjadi 4 kategori be-
jek wisata Kota Bandung dapat ditemukan di SWK Cibeunying, baik objek
I-24
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
sar, yaitu pasar tradisional, pasar modern (swalayan), toko/ pertokoan I. 11. 5. Potensi dan Permasalah permukiman bermodel Belanda yang villa memberikan nilai tambah
dan pusat perbelanjaan. bagi kenyamanan Wilayah Cibeunying sebagai tempat tinggal dan
1. Potensi beraktivitas.
Jenis dan sebaran fasilitas perdagangan di SWK Cibeunying untuk kat-
egori pasar swalayan, toko/toserba dan pusat perbelanjaan. Selain per- Tiap wilayah mempunyai keunggulannya masing-masing yang dapat di- Sebagai Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dan Kota Band-
tokoan, pusat perbelanjaan dan pasar moderen, terdapat pula pasar tra- jadikan sebagai potensi wilayah tersebut. Selain adanya potensi wilayah, ung
disional dan berada di bawah Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandung di terdapat juga beberapa permasalahan yang dapat menjadi halangan dan Pusat Pemerintahan Jawa Barat dengan gedung pemerintahan yang
SWK Cibeunying. tantangan dalam perencanaan suatu wilayah. Untuk potensi dan per- menjadi landmark paling terkenal di Kota Bandung, yaitu Gedung Sate,
masalahan yang ada di SWK Cibeunying akan diuraikan sebagai berikut. berlokasi di SWK Cibeunying. Selain itu pada wilayah ini pula berlokasi
a. Kependudukan pusat pemerintahan Kota Bandung dengan Balai Kota dan tamannya
8. Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga
Secara umum Wilayah Cibeunying dihuni oleh penduduk dengan yang juga menjadi salah satu landmark Kota Bandung. Di samping
Ruang terbuka hijau di Wilayah Cibeunying terdiri dari beberapa jenis, menjadi pusat pemerintahan Provinsi dan Kota Bandung, pada Wilayah
sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas baik dan tingkat
yaitu: Cibeunying pula dapat ditemukan kantor-kantor pusat perusahaan
heterogenitas sosial yang tinggi, baik dari aspek ekonomi, pendidikan
Taman, baik pasif maupun aktif; dan tata pergaulan. Kualitas SDM ini dipengaruhi oleh keberadaan negara, seperti PT. TELKOM, PT. KAI, PT. PLN dan juga pusat studi
Pemakaman (TPU) Cikutra fasilitas-fasilitas pendidikan mulai pendidikan dasar hingga perguruan beberapa departemen pemerintahan.
Lapangan Olah Raga tinggi favorit dan terkenal yang tersebar di SWK Cibeunying. Keberadaan Ketersediaan fasilitas pendidikan ternama di SWK Cibeunying
Lapangan Golf/Driving Range sekolah dan perguruan tinggi ini mempengaruhi komposisi penduduk Fasilitas pendidikan favorit di Kota Bandung, mulai dari tingkat
Penjualan tanaman hias dan bunga di ruang terbuka yang ada di mana kelompok remaja dan generai muda menjadi tinggi. TK sampai dengan Perguruan Tinggi mayoritas berlokasi di SWK
Ruang terbuka bukan sarana lingkungan (lahan budidaya atau la- Kelompok ini dapat dikatakan menjadi trend sentter gaya hidup SWK Cibeunying. Beberapa sekolah favorit dan terkenal di Kota Bandung,
han kosong belum terbangun) Cibeunying. Gaya hidup ini menjadikan Cibeunying sebagai pusat mode diantaranya adalah:
Ruang terbuka pengaman (yang terbentuk karena sempadan jalan, dimana kegiatan perdagangan pakaian retail menjamur di wilayah ini SD: SDN Banjarsari, SDN Merdeka, dan SDN Sabang
sempadan sungai, sempadan jalan TOL, sempadan rel KA). baik dalam bentuk mall, Factory Outlet maupun butik. SLTP: SLTPN 5 dan SLTPN 2
Khusus untuk ruang terbuka hijau berupa taman, SWK dapat dikatakan Di samping dari aspek pendidikan, dari aspek ekonomi terjadi pula SMU: SMUN 3 dan SMUN 5
sebagai wilayah dengan luasan taman terbesar di Kota Bandung. Taman- keragaman yang tinggi. Keragaman ini menjadikan Cibeunying menjadi Sekolah Terpadu: Santa Angela, Aloysius, dan Darul Hikam
taman peninggalan Pemerintah Belanda masih dapat ditemukan pada tempat usaha bagi berbagai kegiatan baik berbentuk formal maupun Ketersediaan fasilitas peribadatan ternama di SWK Cibeunying
wilayah ini yang turut menambah tingkat kenyamanan wilayah ini sebagai informal. Hal ini positif untuk perkembangan perekonomian wilayah. Fasilitas peribadatan yang ada di SWK Cibeunying, tidak hanya fasilitas
daerah perkotaan. Untuk mengetahui jumlah taman di wilayah kajian per Potensi kependudukan lain yang dapat menjadikan Cibeunying laku di berskala lingkungan namun juga skala wilayah dan kota. Mesjid-mesjid
kecamatan dapat dilihat pada tabel 3.48 - 3.53. mata investor adalah keberadaan kelompok menengah atas di wilayah ternama seperti Mesjid Pusdai, Mesjid Istiqamah, Mesjid Salman
ini. Perumahan mewah dapat dikembangkan di wilayah ini dengan berlokasi di wilayah ini, begitu pula dengan gereja-gereja besar seperti
TPU satu-satunya yang terdapat di SWK Cibeunying yang dikelola oleh target sasaran kelompok menengah atas tersebut dan sekaligus Gereja Katedral yang terletak di Jl. Merdeka.
pemerintah adalah TPU Muslimin Cikutra yang didirikan pada tahun 1950 kolompok ini dapat berperan sebagai pemain kegiatan ekonomi Memiliki perumahan yang lebih teratur
dan letaknya berdampingan dengan Taman Makam Pahlawan Cikutra. wilayah. SWK Cibeunying merupakan bagian dari kota lama Bandung dengan
Luas pemakaman adalah 8.44 ha, dengan jumlah makam total adalah b. Penggunaan Lahan kawasan-kawasan permukiman yang tertata dan teratur dan dapat
23.492. Jumlah makam terintegrasi adalah 12.433 (52.9 %), dan tidak ter- Dari aspek penggunaan lahan, Wilayah Cibeunying memiliki potensi dengan mudah dijadikan sebagai arah orientasi.
integrasi 11.059 (52.9 %). Pemakaman ini telah penuh bahkan berkesan dalam pengembangannya. Potensi yang dimiliki Wilayah Cibeunying Memiliki pusat perdagangan
sesak dengan tingkat BCR yang juga tinggi. Kondisi ini sulit dihindari tidak tertandingi oleh wilayah pembangunan lainnya di Kota Bandung. Beberapa pusat perbelanjaan Kota Bandung berlokasi di Wilayah
mengingat terbatasnya jumlah lahan pemakaman dibandingkan dengan Dalam segala aspek Wilayah Cibeunying lebih baik dibandingkan Cibeunying, seperti Plaza Bandung Indah, Plaza Dago, Planet Dago,
kebutuhannya. Rencana perluasan ke arah belakang sekitar 4 ha nampak- dengan WP lain sebagai contoh: BEC, dan termasuk sebagian dari wilayah pusat kota, seperti kawasan
nya kurang efektif, karena lahan yang tersedia memilki kontur berbukit Braga.
cukup terjal. Dengan kondisi ini sangat sulit menjadikan pemakaman se- Ketersediaan taman dan ruang terbuka hijau Banyaknya kegiatan jasa yang berkembang di wilayah ini
bagai ruang terbuka hijau yang mempunyai fungsi ekologis. SWK Cibeunying memiliki taman-taman dan ruang terbuka hijau SWK Cibeunying sebagai inti dari Kota Bandung lama, menjadikan
peninggalan pemerintahan relatif lebih luas dibandingkan dengan wilayah ini potensial dalam pengembangan berbagai kegiatan termasuk
wilayah lainnya. Taman-taman yang terpadu dengan kawasan untuk kegiatan jasa. Berbagai jenis jasa berkembang di wilayah ini

I-25
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
baik dalam bentuk jasa perkantoran, restoran, hotel, kendaraan dll. Boulevard: Jl. Ir. H. Juanda, Jl. Supratman, Jl. Citarum, Jl. Cili- rian, Cihalarang, Ciparung, Cicabe, Cisokan, Cibeunying, dan Cihaur. Ke-
Kegiatan jasa ini berkembang terutama pada jalan-jalan utama kota. wung, Jl. Banda, Jl. Cimandiri, Jl. Cilamaya beradaan sungai ini dapat dijadikan sumber dalam pemenuhan kebutu-
Landmark: Gedung Sate, Gedung Merdeka han air.
c. Transportasi Pembatas: sungai-sungai besar, seperti Sungai Cikapundung Selain sumber air permukaan, pada SWK Cibeunying terdapat pula sum-
Jalur Pejalan Kaki: trotoar lebar ber mata air yang tersebar di sekitar sungai yang ada. Mata air tersebut
Potensi transportasi yang ada di SWK Cibeunying terpusat pada wilayah
Signage/ Penanda: papan reklame, lampu penerangan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti MCK, sawah, kolam,
eks Belanda di mana jalan-jalan di wilayah ini memiliki ROW yang cukup
Tata Massa: bangunan tinggi, seperti beberapa bangunan di ataupun pemancingan. Sebagian Wilayah SWK Cibeunying termasuk ke
lebar dan dilengkapi oleh jalur hijau yang nyaman. Di samping itu jalan-
Kawasan Braga, Lippo Tower; bangunan megah dalam Kawasan Bandung Utara yang berfungsi sebgai kawasan resapan
jalan tersebut dapat dikatakan berkarakter sehingga mudah dikenali
Kawasan/Distrik: kawasan bersejarah, kawasan pusat bisnis, air dan tangkapan air hujan. Kelurahan-kelurahan yang termasuk Ka-
dan menjadi ciri khas bagi Kota Bandung secara umumnya. Kondisi
pemerintahan, pendidikan, dan militer wasan Bandung Utara diantaranya adalah Kelurahan Ledeng, Hegarma-
jalan pada daerah-daerah yang masih mempunyai ciri khas bangunan
Belanda menjadikan ruas jalan-jalan tersebut diminati oleh pelaku nah, Ciumbeuleuit, Dago, Sekeloa, Cigadung, dan sebagian Kelurahan Ci-
kegiatan ekonomi untuk mengembangkan kegiatannya pada jalan paganti, Lebak Siliwangi, dan Lebak Gede.
f. Seni dan Budaya
tersebut. 2. Potensi Iklim
Potensi SWK Cibeunying dari aspek seni dan budaya berupa
penyelenggaraan event-event seni dan budaya baik yang dilaksanakan Wilayah SWK Cibeunying seperti halnya di Kota Bandung, dipengaruhi
d. Pariwisata oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Temperatur rata-rata
setiap tahun, setiap beberapa bulan sekali bahkan ada yang 5 tahunan.
Dari aspek pariwisata dapat dikatakan bahwa sebagian besar obyek Penyelenggaraan kegiatan tersebut memberi dampak positif tidak sekitar 23,6o C dengan curah hujan rata-rata 156,4 mm dan jumlah hari
wisata Kota Bandung berlokasi di SWK Cibeunying. Kegiatan rekreasi hanya kepada perkembangan seni dan budaya namun juga kepada hujan rata-rata15 hari per bulannya. Untuk sebagian Wilayah Cibeunying
dan budaya Kota Bandung yang dapat ditemukan di SWK Cibeunying, kegiatan ekonomi wilayah. Beberapa event-event yang berlokasi di yang berada di bagian Utara Kota Bandung memiliki iklim yang lebih sejuk
seperti museum, gedung pertunjukan kesenian, atraksi budaya Cibeunying adalah: dibandingkan wilayah di tengah dan selatan sehingga nyaman untuk di-
(Saung Angklung Mang Udjo), Kebun Binatang, dan Taman Lalu Pertunjukan musik, baik barupa konsep tunggal, grup musik baik jadikan daerah peristirahatan dan berekreasi.
Lintas. Juga wisata belanja dan kuliner yang saat ini menjamur di Kota dari dalam maupun luar negeri ataupun musik instrumental; 3. Potensi Topografi
Bandung. Dalam mencapai visi Kota Bandung bagi SWK Cibeunying Pagelaran seni, baik berupa seni tari (tradisional maupun modern) Wilayah Cibeunying dapat digambarkan sebagai daerah yang memiliki 2
sebagai museum terbuka, SWK Cibeunying juga memiliki keunggulan dan teater; karakter topografi yang berbeda yaitu berbukit-bukit di bagian utara dan
dengan masih cukup banyaknya bangunan-bangunan cagar budaya Seminar dan diskusi ilmiah; dataran di bagian selatan. Area perbukitan ini terbelah-belah oleh lembah-
peninggalan Belanda yang dapat membentuk kawasan-kawasan Festival seni (paduan suara, seni rupa) lembah sungai yang mengalir di SWK Cibeunying dari utara ke selatan.
bersejarah dan menjadi bukti bahwa Kota Bandung pernah diberi gelar Pasar seni (ITB)
Titik tertinggi di Wilayah Cibeunying terdapat di Kelurahan Ledeng, Ke-
sebagai Parijs van Java. Atraksi budaya seperti pagelaran di Saung Angklung Udjo, atau di
camatan Cidadap, yang mana berada pada ketinggian 1050 dpl. Sedan-
pusat kebudayaan Jawa Barat Rumentang Siang secara berkala.
gkan titik terendah berada pada Kelurahan Kebon Pisang (Kecamatan
e. Arsitektur Perkotaan Di samping pagelaran di atas, potensi seni dan budaya di Wilayah
Sumur Bandung), Kelurahan Cihapit (Kecamatan Bandung Wetan), Ke-
Arsitektur perkotaan di Wilayah Cibeunying memiliki kualitas ruang- Cibeunying diperkaya dengan adanya pusat-pusat kebudayaan asing
lurahan Sukamaju, Cikutra, dan Padasuka (Kecamatan Cibeunying Kidul)
ruang kota dengan elemen yang ada pada ruang kota tersebut di wilayah ini, seperti British Council, Alliance Francais dan Gotthe
yaitu dengan ketinggian 687,5 m diatas permukaan laut. Kondisi wilayah
memberikan sumbangan pada terciptanya citra Kota Bandung yang Institute. Serta beradanya sekretariat-sekretariat klub-klub sosial
yang memiliki ketinggian yang bervariasi serta berkontur ini menjadikan
sedemikian rupa memberikan perasaan di suatu tempat (sense of seperti WIC dan Rotary. Semua ini menjadikan SWK Cibeunying kaya
Wilayah Cibeunying memiliki pemandangan yang secara visual indah.
place), kesetaraan fungsional dan kebanggaan bagi warga serta akan ragam seni dan budaya.
Keindahan ini menjadi daya tarik orang untuk berkunjung dan menikmati
menjadikannya suatu tempat yang nyaman untuk bertempat-tinggal.
waktu senggang di Wilayah Cibeunying. Hal ini menyebabkan perkemban-
Penataan dan peningkatan kualitas ruang-ruang kota di Wilayah g. Potensi Fisik
gan ke arah utara SWK Cibeunying berpotensi menjadi pesat. Hal yang
Cibeunying menitikberatkan pada elemen-elemen perkotaan, Potensi fisik Wilayah Cibeunying dapat dikelompokkan menjadi 3 sesuai perlu diperhatikan adalah dalam pengendaliannya.
diantaranya sebagai berikut: dengan apek yang ditinjau yaitu aspek hidrologi, iklim, dan topografi:
1. Simpul: taman-taman kota, yaitu Taman Merdeka, Taman Maluku, 1. Potensi hidrologi
Taman Gasibu 2. Permasalahan
SWK Cibeunying merupakan wilayah dimana terdapat berbagai sumber
2. Jalur Jalan: a. Struktur Ruang
air, baik itu berupa sungai dan mata air. Sungai-sungai yang terdapat
Niaga: Jl. Cihampelas di SWK Cibeunying yaitu Sungai Ciburial, Cidadap, Cikapundung, Cidu- Secara umum Kota Bandung direncanakan mempunyai 2 pusat inti yaitu

I-26
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
Alun-alun lama dan Gede Bage. Sampai saat ini struktur tata ruang Kota c. Guna Lahan nyai skala kota, yang berorientasi pada meningkatnya pola pergera-
Bandung belum dapat dilaksanakan dengan baik dikarenakan berkumpul- Pola penggunaan lahan di SWK Cibeunying secara umum didominasi oleh kan lalu lintas menuju SWK Cibeunying
nya pelayanan pada satu wilayah tertentu. Dalam kasus ini, SWK Cibeu- kawasan terbangun yang terdiri dari kawasan permukiman serta sarana Penyebaran fasilitas tidak merata berdasarkan hierarkinya, seperti
nying memiliki berbagai fasilitas pelayanan yang berskala Kota Band- dan prasarana pendukung fasilitasnya. Namun sebagian SWK Cibeunying fasiltas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Sebagai contoh untuk
ung sehingga wilayah ini relatif lebih kuat perannya dibanding wilayah merupakan wilayah yang termasuk ke dalam kawasan Bandung Utara. menjadi pusat sekunder minimal terdapat RS tipe C, namun di Wilayah
pengembangan lainnya. Sementara itu Pusat Sekunder Sadang Serang Kawasan konservasi ini menjadi limitasi pengembangan SWK Cibeunying Cibeunying telah terdapat beberapa rumah sakit swasta dengan kelas
sebagai pusat wilayah belum terwujud dibandingkan pusat wilayah lain. walaupun pada kenyataannya wilayah ini mulai terdesak dan mulai dialih- lebih tinggi dari tipe C tersebut seperti Rumah Sakit Advent dan
Pusat sekunder ini belum dilayani jaringan jalan yang memadai untuk ke- fungsikan. Boromeus. Untuk pendidikan, hierarki skala pelayanan untuk masing-
mudahan pencapaian dari kawasan-kawasan lain di Wilayah Cibeunying, masing jenis fasilitas pendidikan pun tidak jelas, banyak sekolah-seko-
Disisi lain padatnya aktifitas perumahan di Wilayah SWK Cibeunying juga
sehingga pusat sekunder Sadang Serang masih belum berkembang sam- lah favorit di Wilayah Cibeunying yang memiliki skala kota, bahkan re-
menyebabkan ketidakteraturan kawasan perumahan di wilayah ini seh-
pai saat ini. gional seperti SD Banjarsari, SLTP 2, dan SMU 3.
ingga terdapat kawasan dengan kepadatan penduduk sangat tinggi. Per-
Beberapa fasilitas umum dan sosial masih belum menyediakan prasa-
mukiman dengan kepadatan tinggi ini dapat digolongkan menjadi dua
rana parkir, sehingga dapat menimbulkan penumpukkan kendaraan
Permasalahan internal di SWK Cibeunying dimana dukungan untuk mem- yaitu:
dan kemacetan pada ruas-ruas jalan tertentu, terutama untuk fasilitas
peroleh pergerakan yang efisien tidak berlangsung dengan baik. Kegiatan Permukiman padat tidak teratur (legal), seperti daerah Cicadas
umum dan sosial yang berlokasi di jalan-jalan utama.
primer dan sekunder kota masih berkumpul di kota lama Bandung (ka- Perumahan padat tidak teratur (liar), dimana secara syarat teknis
f. Utilitas
wasan inti pusat kota dan kawasan peninggalan Belanda) dan pusat pe- tidak memenuhi dan berlokasi pada daerah yang dilarang seperti be-
layanan belum menyebar merata secara hierarkis, yang pada umumnya 1. Air Bersih:
rada pada bantar sungai, sempadan rel kereta api.
berlokasi di koridor utama kota dan wilayah kota, sehingga terjadi pen- Pelayanan air bersih oleh PDAM telah mencukupi secara jaringan na-
Pada kawasan pusat kota terjadi penetrasi penggunaan lahan untuk keg- mun dari sisi kapasitas masih belum merata. Beberapa wilayah yang
campuran lalu lintas menerus dan lokal. Pola persebaran fasilitas khusus-
iatan perdagangan dan perkantoran dimana penggunaan lahan sebelum- telah dilayani oleh PDAM tidak memperoleh air secara kontinu (ada
nya fasilitas yang mempunyai hierarki yang jelas seperti fasilitas pen-
nya adalah permukiman dengan asitektur indah dan tergolong sebagai saat air tidak mengalir).
didikan untuk SWK Cibeunying tidak tersebar merata dan ditambah lagi
bangunan bersejarah. Disisi lain perkembangan kegiatan usaha tersebut Kuantitas air tanah menurun sejalan dengan banyaknya penggunaan
dengan beban yang datang dari wilayah sekitarnya.
sangat pesat diakibatkan oleh mekanisme perizinan dan pengendalian air tanah untuk keperluan rumah tangga, industri dan aktivitas lain-
guna lahan yang kurang berjalan dengan baik yang juga menyebabkan nya.
Kegiatan-kegiatan yang sering mengganggu pola pergerakan adalah keg- aturan yang berlaku untuk penggunaan lahan ini tidak sesuai dengan kon-
iatan perparkiran dan sirkulasi kendaraan yang kurang teratur. Di samp- 2. Drainase:
sep struktur dan pola penggunaan lahan Kota Bandung.
ing itu kriteria jaringan jalan seperti Jalan Cikutra Barat yang menjadi Prasarana jaringan drainase yang ada saat ini belum mencukupi. Hal
d. Ruang Terbuka Hijau
penghubung Pusat Sekunder Sadang Serang dengan pusat yang lainnya ini menyebabkan terjadinya genangan.
SWK Cibeunying merupakan wilayah dengan ruang terbuka hijau berupa
belum memenuhi kriteria yang disyaratkan. Hal ini juga yang menjadi 3. Air Limbah:
taman terbanyak di Kota Bandung. Dalam pengembangannya terdapat
hambatan tidak berkembangnya Sadang Serang menjadi pusat SWK Cibe- Banyaknya pengolahan air limbah on site dengan konstruksi seadanya
beberapa permasalahan diantaranya:
unying. pada daerah dengan kepadatan yang tinggi yang memiliki potensi un-
Penetrasi ruang terbuka hijau/ taman kota menjadi fungsi lain ini me-
b. Transportasi tuk mencemari air bersih dan air permukaan.
nyebabkan semakin berkurangnya luasan RTH di Kota Bandung pada
Permasalahan transportasi perkotaan untuk SWK Cibeunying merupakan Cakupan pelayanan sistem off site masih rendah sehingga IPAL Bo-
umumnya dan khususnya di wilayah Cibeunying.
permasalahan klasik yaitu kurangnya supply jaringan jalan untuk pergera- jongsoang masih ideal.
Penyebaran taman yang belum merata. Sementara kebutuhan akan
kan jalan di wilayah tersebut dan pergerakan antar pusat sekunder. Hirar- 4. Persampahan:
taman terutama di kawasan permukiman sangat dibutuhkan selain
ki jalan yang berkembang tidak sesuai dengan perkembangan fungsinya Pengangkutan pelayanan sampah untuk SWK Cibeunying saat ini su-
untuk keindahan juga sebagai tempat bersosialisasi dan bermain bagi
saat ini. dah terlayani namun waktu pengangkutan belum sepenuhnya teratur
anak-anak.
Keberadaan sistem angkutan umum di SWK Cibeunying saat ini belum Keterbatasan dana untuk pemeliharaan taman menyebabkan kondisi dan berjalan lancar, salah satunya diakibatkan sarana dan prasaranan-
memadai, tidak semua kawasan sudah terlayani trayek angkutan umum. taman yang ada menjadi kurang terpelihara ya belum memadai.
Kendaraan pribadi masih menjadi pilihan utama masyarakat Kota Band- e. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Masih ditemukan pada beberapa lokasi penumpukan sampah atau
ung khususnya SWK Cibeunying karena belum berkembangnya sistem TPS liar yang menyebabkan gangguan secara kesehatan lingkungan,
Permasalahan dalam penyediaan fasilitas umum dan sosial adalah:
angkutan massal. dan visual.
Pada umumnya fasilitas umum yang ada di SWK Cibeunying mempu-

I-27
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
I. 11. 6. Isu Strategis Penataan Ruang Wilayah Perencanaan a. Kawasan Perumahan Villa dan non-Villa pada Koridor Jalan Citarum,
2. Isu terkait Pola Ruang Koridor Jalan Diponegoro, Koridor Jalan Ganesha, Koridor Jalan Ir. H.
1. Isu terkait dengan Struktur Ruang Djuanda, Koridor Jalan Setiabudi, Koridor Jalan Tamansari, Koridor
Masih minimnya Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung mendorong agar
Sebagai salah satu subwilayah kota dalam RTRW Kota Bandung yang Jalan Sadang Serang, Koridor Jalan Sawunggaling, dan Koridor Jalan
pengadaan RTH agar porsinya sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 ten-
memiliki fungsi khusus yaitu pendidikan, industri, dan perumahan maka Sultan Agung.
tang Penataan Ruang, ruang terbuka hijau terdiri dari:
pelayanan minimum skala subwilayah kota antara lain: b. Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat; terdiri atas Ka-
a. RTH Hutan kota,
a. Pendidikan: akademi dan perpustakaan; wasan Gedung Sate dan Kawasan Gedung Pakuan.
b. RTH Taman kota
b. Kesehatan: rumah c. Kawasan Bersejarah Curug Dago.
c. RTH Jalur hijau (sempadan sungai dan waduk, green belt jalan Kereta
c. Olahraga/rekreasi: stadion mini, museum, gedung olah seni dan bio- Sedangkan untuk kawasan budidaya:
Api, sekitar TPA)
skop; 1. Pengembangan perumahan yaitu diklasifikasikan menjadi perumahan
d. RTH Tempat Pemakaman Umum.
d. Pelayanan pemerintah: kantor kecamatan, kantor pelayanan umum, kepadatan tinggi, kepadatan sedang dan kepadatan rendah. Peruma-
Koramil, Kantor Urusan Agama (KUA)/Badan Penasehat Perkawinan e. RTH-Kawasan Pertanian sebagai Botanical Garden
han dengan kepadatan tinggi berbentuk rumah susun, flat atau apar-
sakit pembantu tipe C; f. RTH Jalur Hijau Jalan temen, direncanakan di Sumur Bandung, Sadang Serang, dan Cibeu-
e. Peribadatan: masjid dan tempat ibadah lain; g. RTH Ruang Pejalan kaki nying Kidul.
f. Bina sosial: gedung serba guna; h. Jalur Sepeda 2. Pengembangan Kawasan Perdagangan: relokasi pasar lingkungan ke-
lurahan/kecamatan dan sekitarnya yang sudah tidak sesuai lagi perun-
g. Perselisihan dan Perceraian (BP-4)/balai nikah, pos pemadam keba- Kawasan ruang terbuka hijau berdasarkan dasar kepemilikan terdiri dari:
tukannya dalam rencana tata ruang kota.
karan, kantor pos, telekomunikasi, dipo kebersihan dan gardu listrik; RTH publik;
3. Pertokoan adalah pelayanan perdagangan berdiri sendiri atau secara
h. Perbelanjaan: pusat perbelanjaan/pasar; dan RTH private.
kelompok. Pertokoan secara kelompok biasanya berkembang secara
i. Transportasi: terminal transit dan parkir umum. Luas ruang terbuka hijau paling sedikit adalah 30% (tiga puluh persen),
linier mengikuti jalur jalan utama kota melengkapi kegiatan perkotaan
Subwilayah Kota Cibeunying dengan Subpusat Pelayanan Sadang Serang terdiri dari:
lain, seperti pendidikan, perkantoran dan perdagangan lainnya. Ben-
meliputi Kecamatan Cidadap, Coblong, Bandung Wetan, Sumur Bandung, RTH publik (20%); tuk lain berkembangnya pertokoan di Kota Bandung adalah berkem-
Cibeunying Kidul, Cibeunying Kaler; RTH private (10%). bangnya factory outlet (FO) atau toko pakaian jadi yang semakin
Subpusat pelayanan kota minimum memiliki fasilitas skala subwilayah Rencana pengembangan kawasan ruang terbuka hijau terdiri dari: menarik pendatang/wisatawan untuk datang ke Kota Bandung, ke-
kota yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial, intensifikasi dan ekstensifikasi RTH; beradaan FO ini bisa menguntungkan Kota Bandung karena bisa men-
olahraga/rekreasi, pemerintahan, perbelanjaan, dan transportasi. Ideal- mempertahankan fungsi dan menata RTH; jadi tujuan wisata belanja dan menyerap tenaga kerja. Akan tetapi, se-
nya, fasilitas tersebut berada pada satu lokasi tetapi bila tidak memung- mengembalikan fungsi RTH yang telah beralih fungsi secara bertahap bagian besar keberadaan FO belum mempunyai izin perdagangan dan
kinkan paling sedikit fasilitas tersebut berada di dalam wilayah yang di- Rencana pola pengembangan kawasan lindung setempat yang merupa- mulai menginfiltrasi (penetrasi) kelingkungan perumahan, sehingga
layaninya. Fasilitas minimum skala subwilayah kota yang dimaksud antara kan bagian dari ruang terbuka hijau adalah: menambah kesemrawutan Kota Bandung. Perkembangan pertokoan
lain: linier di sepanjang jalan dan di lingkungan perumahan harus dikenda-
Menambah jalur hijau jalan di sepanjang jaringan jalan yang ada dan
Pendidikan: akademi dan perpustakaan; likan.
direncanakan diantaranya koridor Jalan Ir. H. Juanda, LLRE Martadi-
Kesehatan: rumah sakit pembantu tipe C; 4. Rencana Pengembangan Kawasan Perkantoran. Perkantoran yang di-
nata, termasuk jalur hijau Pasupati, sehingga diperkirakan seluas 2 %
Peribadatan: masjid dan tempat ibadah lain; maksud dalam pembahasan ini meliputi perkantoran pemerintah dan
dari total wilayah Kota Bandung;
Bina sosial: gedung serba guna; perkantoran swasta. Kegiatan pemerintahan yang ada di Kota Band-
Sedangkan rencana pengembangan kawasan lindung yang termasuk ke ung terdiri dari kegiatan pemerintahan berskala nasional, regional
Olahraga/rekreasi: stadion mini, museum, gedung olah seni dan bio-
dalam kawasan cagar budaya yang merupakan kawasan pelestarian ban- dan kota:
skop;
gunan fisik dan pelestarian lingkungan alami yang memiliki nilai historis 5. Perkantoran Pemerintah Tingkat Nasional. Perkantoran pemerintah
Pelayanan pemerintah: kantor kecamatan, kantor pelayanan umum,
dan budaya Kota Bandung. Kriteria kawasan lindung untuk cagar budaya pusat berskala nasional yang berada di Kota Bandung PT. TELKOM
Koramil, Kantor Urusan Agama (KUA)/Badan Penasehat Perkawinan
yaitu tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan dan sejumlah balai penelitian yang berskala nasional dan internasion-
Perselisihan dan Perceraian (BP-4)/balai nikah, pos pemadam keba-
situs yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu penge- al seperti Geologi Tata Lingkungan, dan sebagainya. yang sebaiknya
karan, kantor pos, telekomunikasi, dipo kebersihan dan gardu listrik;
tahuan. Fungsi bangunan pada kawasan ini dapat berubah dengan mem- tetap dapat dipertahankan di Bandung, agar bisa berafiliasi langsung
Perbelanjaan: pusat perbelanjaan/pasar; dan transportasi: terminal
pertahankan bentuk asli bangunan. dengan lembaga-lembaga pendidikan (tinggi) yang ada di Kota Band-
transit dan parkir umum.

I-28
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL
ung. b. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup meliputi sejarah (masa lalu), menjaga identitas dan karakter kota, dan meng-
6. Pemerintahan Tingkat Provinsi dan Kota. Kota Bandung mengemban Kawasan Babakan Siliwangi, Sungai Cikapundung dan Punclut. gairahkan wisata kota (urban heritage tourism), maka kawasan dan
fungsi sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, maka fasilitas c. Kawasan yang mempunyai nilai strategis dari sudut kepentingan so- bangunan unik, tua dan bersejarah perlu tetap dilestarikan.
pemerintahan yang ada di Kota Bandung tidak hanya fasilitas pemer- sial budaya, yaitu Kawasan Puseur Budaya Pajajaran. Sebagai kota d. Ruang publik di Kota Bandung khususnya SW Cibeunying saat ini
intahan kota saja tetapi juga fasilitas pemerintahan Provinsi Jawa Ba- yang berkembang pesat, Bandung memerlukan sebuah kawasan masih terbatas dan penggunaannya tidak sesuai dengan yang sehar-
rat. Rencana pengembangan kawasan pemerintahan ini adalah mem- pusat budaya. Kawasan tersebut nantinya antara lain akan difungsi- usnya. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya beberapa kasus, seperti
pertahankan perkantoran pemerintah berskala nasional, provinsi dan kan sebagai pusat pendidikan dan budaya serta balai pertemuan na- keberadaan sektor informal pada koridor-koridor jalan, dan alih fung-
kota pada lokasi saat ini. sional dan internasional. Selain untuk memenuhi kebutuhan sarana si RTH. Untuk menyediakan lingkungan hidup dan lingkungan sosial
Rencana pengembangan fasilitas perkantoran swasta ini adalah: pusat budaya yang representatif, kawasan tersebut akan dibangun yang nyaman, maka perkembangan penduduk Kota Bandung yang
a. Kegiatan jasa keuangan, terdiri dari bank, asuransi, keuangan non lengkap dengan ruang terbuka hijau, dengan panorama yang mewu- pesat harus diimbangi dengan penyediaan ruang publik yang berkual-
bank dan pasar modal; judkan gagasan membuat garis lurus Gedung Sate ke Gunung Tang- itas dan tersebar merata di wilayah kota.
b. kegiatan jasa pelayanan, terdiri dari komunikasi, konsultan dan kon- kuban Parahu.
traktor;
c. kegiatan jasa profesi, terdiri dari pengacara, dokter dan psikolog; 4. Isu Terkait Pengendalian Pemanfaatan Ruang
d. kegiatan jasa perdagangan, terdiri dari ekspor-impor dan perdagan- Dari tinjauan perkembangan dan permasalahan Kota Bandung, dapat di-
gan berjangka; simpulkan bahwa dalam pengembangannya, Kota Bandung dihadapkan
e. kegiatan jasa pariwisata, terdiri dari agen dan biro perjalanan dan pada beberapa isu khususnya yang terkait dengan pengendalian peman-
penginapan; faatan ruang:
f. pengembangan dan memprioritaskan kegiatan jasa profesional, jasa a. Beberapa isu strategis terkait dengan Kawasan Bandung Utara (KBU)
perdagangan, jasa pariwisata, dan jasa keuangan ke wilayah Bandung adalah:
Timur; Fungsi hidrologis KBU menurun yang diakibatkan oleh populasi
g. pengembangan kegiatan jasa profesional, jasa perdagangan, jasa penduduk yang meningkat sehingga meningkatnya perkemban-
pariwisata, dan jasa keuangan di SPK wilayah Bandung Timur, SPK gan peruahan di KBU.
Sadang Serang, dan sisi jalan arteri primer dan arteri sekunder sesuai Jumlah lahan tutupan hutan dan lahan hijau berkurang yang dis-
dengan peruntukannya; ebabkan oleh kondisi perekonomian yang meningkat ditunjukan
dengan pembangunan fisik seperti pembangunan untuk kepentin-
h. pembatasan konsentrasi perkantoran di wilayah Bandung Barat,
gan perdagangan, umum, maupun jumlah perumahan.
khususnya kawasan inti pusat kota.
Dukungan pengawasan yang kurang memadai menyebabkan KBU
i. Rencana pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di Kota
beralih fungsi menjadi areal perumahan.
Bandung, yaitu: membatasi pengembangan perguruan tinggi di
Pemanfaatan ruang untuk perumahan di kawasan Bandung Utara
Wilayah Bandung Barat pada lokasi-lokasi yang telah berkembang,
belum diketahui pasti lahan yang digunakan untuk perumahan se-
dengan mewajibkan memenuhi penyediaan prasarana dan parkir
suai dengan zonasi kesesuaian lahan untuk perumahan.
yang memadai. Lokasi aglomerasi pendidikan tinggi di Kawasan Lem-
bah Cikapundung (Tamansari Siliwangi Cihampelas Wastuken- b. Tingginya tingkat kegiatan di Kota Bandung, khususnya SWK Cibeu-
cana), sekitar Jalan PHH Mustopa, Ciumbuleuit, Ir. H. Juanda (Dago), nying mengakibatkan antara lain bertambahnya luas lahan terbangun
Dipati Ukur dan Setiabudhi dikendalikan perkembangannya karena dan produksi polusi. Kondisi saat ini menunjukkan kemampuan daya
telah berdampak pada kelancaran arus lalulintas. tampung kota semakin menurun sebagai dampak dari kegiatan terse-
but. Oleh karena itu diperlukan pembenahan dan penambahan daya
dukung kota pada lokasi-lokasi yang berpotensi.
3. Isu terkait Kawasan Strategis Kota Bandung
c. Saat ini telah terlihat terdesaknya bangunan-bangunan dan kawasan
a. Salah satu kawasan strategis dari segi sudut kepentingan ekonomi
tua/bernilai sejarah atau yang merupakan pusaka kota oleh bangu-
yaitu sentra industri yaitu berada di SWK Cibeunying, Sentra Kaos
nan baru yang lebih memiliki nilai ekonomis tinggi. Untuk menjamin
Surapati dan sentra jeans Cihampelas.
I-29
RTBL Kawasan ITB LAPORAN FINAL

Anda mungkin juga menyukai