Anda di halaman 1dari 162

BUKU AJAR

SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


(Kode: 213 D52 03)

O L E H:

Wiwik Wahidah Osman, ST., MT


Marly Valenti Patandianan, ST.,
MT

Program Studi Pengembangan Wilayah dan


Kota Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik
Universitas Hasanuddin
November 2014
HALAMAN PENGESAHAN
1. Nama Mata Kuliah : SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(213D5203)

2. Ketua Penyusun
a) Nama Lengkap : Wiwik Wahidah Osman, ST., MT
b) Jenis Kelamin : Perempuan
c) NIP : 19681022 200003 2 001
d) Pangkat/Golongan : Penata / IIIc
e) Jabatan Struktural : Sekretaris Jurusan Arsitektur
f) Jabatan Fungsional : Lektor
g) Fakultas/Jurusan : Teknik /Arsitektur
h) Alamat Kantor : Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea
Makassar 90245.
i) Telepon /Fax : (0411) 586 265/ Faks: (0411) 589 707
j) Alamat Rumah : Jln. Tinumbu No. 78 Makassar
k) Telepon/Hp/E-mail : 085242706768 / w_wahidahosman@yahoo.com

Anggota Penyusun
a) Nama Lengkap : Marly Valenti Patandianan, ST., MT
b) NIP : 19730328 200604 2 001

3. Pelatihan yang diikuti : Pekerti; AA; SCL


4. Jangka waktu penulisan : 3 (tiga) Bulan
5. Biaya diusulkan : 5.000.000, - (lima juta rupiah)
6. Sumber Biaya : BOPTN Prodi PWK Unhas, tahun 2014

Makassar, November 2014

Mengetahui,
Dekan Ketua Penyusun,
Fakultas Teknik Unhas,

Dr. Ing. Ir. Wahyu H. Piarah, MSME Wiwik Wahidah Osman, ST.,
MT NIP. 19600302 198609 1 001 NIP. 19681022 200003 2 001

Menyetujui,
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)
Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc


NIP. 19630501 198803 1 004

ii
KATA PENGANTAR

Penyusunan bahan ajar matakuliah Sistem Perumahan dan Permukiman


(213D5203) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya untuk
mewujudkan “Student Centered Learning” pada Program Studi Pengembangan
Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik maupun di Universitas
Hasanuddin.
Buku Ajar ini berisi materi perkuliahan Sistem Perumahan dan Permukiman
pada pertemuan I (satu) sampai dengan pertemuan XVI (enam belas), yaitu
secara khusus berisi tentang teori-teori sistem perumahan dan permukiman.
Matakuliah ini bersifat inti atau wajib yang disajikan pada semester 3 (tiga) di
Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota (PWK) Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Penyusunan bahan ajar ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang penulis
tidak dapat sebutkan namanya satu per satu, maka melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa bahan ajar ini belum sempurna, untuk
itu saran-saran yang bersifaf membangun dan konstruktif dari berbagai pihak tetap
penulis nantikan.
Semoga bahan ajar ini dapat memberi kontribusi yang bermakna bagi
peningkatan efektivitas proses dan optimalisasi hasil pembelajaran dalam lingkup
Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota (PWK) Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik secara khusus dan Universitas Hasanuddin secara umum pada
masa yang akan datang.

Makassar, November 2014

Penyusun,

Wiwik Wahidah Osman, ST., MT


Marly Valenti Patandianan, ST., MT
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
PRAKATA vi

PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI PWK 1


GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP) 7
BENTUK TUGAS 13
FORMAT RENCANA EVALUASI 15
KONTRAK PEMBELAJARAN 16
1. Manfaat Mata Kuliah 16
2. Deskripsi Mata Kuliah 16
3. Tujuan Pembelajaran 17
4. Organisasi Materi 18
5. Strategi Pembelajaran 19
6. Materi Bacaan 20
7. Tugas 22
8. Kriteria Penilaian 22
9. Norma Akademik 23
10. Jadwal Pembelajaran 24

BAHAN AJAR MATAKULIAH SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 26


Materi Pertemuan Minggu 01:
Pengertian dan Batasan Rumah, Perumahan dan Permukiman 27
Materi Pertemuan Minggu 02:
Aspek-Aspek Perumahan dan Permukiman 36
Materi Pertemuan Minggu 03:
Tipologi dan Karakteristik Perumahan Permukiman 41
Materi Pertemuan Minggu 04:
Lingkungan Permukiman (neighbourhood) dan Komponennya 50
Materi Pertemuan Minggu 05:
Kebijakan Pembangunan Perumahan Permukiman 56
Materi Pertemuan Minggu 06:
Kriteria Lokasi Pembangunan Perumahan/Permukiman, dan
Biaya Pembangunan Perumahan/Permukiman 62
Materi Pertemuan Minggu 07:
Kualitas Permukiman dan Tertib Dalam Membangun 67
Materi Pertemuan Minggu 08:
Ujian Tengah Semester (UTS) 73
Materi Pertemuan Minggu 09:
Tata Guna Lahan Permukiman 76
Materi Pertemuan Minggu 10:
Tertib Dalam Membangun 84
Materi Pertemuan Minggu 11:
Proses Pengadaan Perumahan dan Permasalahan Umum Perumahan 89
Materi Pertemuan Minggu 12:
Peremajaan dan Perbaikan Permukiman Kumuh 95
Materi Pertemuan Minggu 13:
Rumah Sehat 109
Materi Pertemuan Minggu 14:
Permukiman Kumuh 119
Materi Pertemuan Minggu 15:
Pemukiman Marjinal 130
Materi Pertemuan Minggu 16:
Ujian Akhir Semester 136

RANCANGAN TUGAS 141


DAFTAR PUSTAKA 145
SENARAI 147
PRAKATA

Dalam upaya meningkatkan hasil belajar mahasiswa sesuai yang


ditargetkan, telah dilakukan berbagai cara serta upaya agar sistem pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan sesuai sistem yang berlaku. Sistem yang berlaku
merupakan perancangan pembelajaran yang lebih baik diantaranya sistem
pembelajaran yang efektif, evaluasi pembelajaran yang objektif dan adil. Selain
sistem pembelajaran yang efektif maka strategi instruksional juga diterapkan
dalam pembelajaran matakuliah Sistem Perumahan dan Permukiman yaitu unsur
kognitif, afektif dan psikomotorik. Agar pembelajaran lebih efektif, dan strategi
instruksional dapat berjalan lancar maka diupayakan kelengkapannya berupa
pengadaan bahan ajar.
Bahan ajar pada matakuliah Sistem Perumahan dan Permukiman berisi
tentang teori-teori perumahan dan permukiman baik di lingkungan perdesaan
maupun di lingkungan perkotaan. Pengadaan bahan ajar ini ditujukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan bukan merupakan acuan utama bagi bahan
ujian akhir semester.
Bahan ajar ini sebagai informasi atau bahan melatih dan mengasah
kemampuan dalam memahami, menganalisa dan mengaplikasikan teori-teori
perumahan permukiman pada bangunan dan lingkungan permukiman.
Manfaatkan bahan ajar ini sebagai bekal awal dalam mengikuti pembelajaran
matakuliah Sistem Perumahan dan Permukiman.
Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi proses belajar mengajar
dalam matakuliah Sistem Perumahan dan Permukiman serta dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota (PWK)
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
PROFIL LULUSAN
PRODI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA
(PWK)

Profil Lulusan:
Visi Program Studi PWK adalah menjadi lembaga pengelola pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang pengembangan wilayah
dan kota yang Unggul dengan muatan Benua Maritim Indonesia (BMI).
Berdasarkan visi dan misi Prodi Pengembangan Wilayah dan Kota (PWK),
maka Peluang pengembangan Prodi di masa mendatang terkait orientasi Ipteks
dalam konteks Benua Maritim Indonesia (BMI) merupakan daya tarik Prodi PWK
Unhas di era globalisasi menuju “World Class University”.
Penerapan otonomi daerah khususnya Kawasan Timur Indonesia yang terdiri
dari sebaran kepulauan, membuka peluang kerja yang lebih besar bagi ahli
perencana dengan kekhususan wawasan lulusan yang mengarah pada “Wawasan
Benua Maritim Indonesia”. Tantangan yang dihadapi Prodi PWK adalah tuntutan
untuk senantiasa meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas lulusan, mengingat
semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas Prodi PWK di Perguruan Tinggi lain,
semakin tingginya tuntutan persyaratan kemampuan tenaga kerja terutama dalam
pengembangan kemampuan Ipteks dan wawasan global, serta semakin tingginya
tingkat persaingan di dunia kerja.
Pengembangan Ipteks merupakan bagian dari strategi dan pengembangan
Prodi PWK. Berdasarkan tujuan dan sasaran prodi, pengembangan Ipteks
diterapkan dalam bidang perencanaan kota dan pengembangan spesialisasi
Ipteks berwawasan Benua Maritim Indonesia dengan strategi: meningkatkan
kuantitas dan kualitas sarana prasarana pendukung pembelajaran berorientasi
standar internasional, meningkatkan dan mengembangkan kurikulum dan SAP
yang spesifik.

Lulusan Prodi PWK dapat berprofesi sebagai:


1. Praktisi Perencana Wilayah dan Kota
Lulusan Prodi PWK dapat bekerja pada biro perencana kota dan wilayah,

Sistem Perumahan dan Permukiman (213 D52 1


03)
dengan menempati posisi sebagai Perencana Wilayah dan Kota, Perancang

Sistem Perumahan dan Permukiman (213 D52 2


03)
Kota, Perencana Landsekap, Ahli Pemetaan/GIS (Geographic Information
System), Ahli Infrastuktur Wilayah dan Kota, Ahli Pengembangan dan
Manajemen Properti, Estimator/Penilai Biaya Pembangunan Wilayah dan
Kota, Advokat Masyarakat/LSM).
2. Pendidik bidang PWK
Lulusan Prodi PWK dapat bekerja sebagai tenaga pendidik/instruktur/pelatih
pada perguruan tinggi dan lembaga/instansi perencanaan wilayah dan kota.
3. Peneliti bidang PWK
Lulusan Prodi PWK dapat bekerja sebagai peneliti dan laboran pada
Perguruan Tinggi dan lembaga pusat penelitian.
4. Birokrat PWK dan/atau bidang terkait dengan perencanaan
Lulusan Prodi PWK dapat bekerja sebagai pembuat kebijakan atau
pengambil keputusan pada instansi pemerintah: Bappenas, Departemen PU
dan Kimpraswil, Bappeda, Dinas Tata Kota, Dinas Bangunan, Bapedalda,
Perindustrian, Pariwisata, Transmigrasi, Manajerial dan Kelembagaan
Pemerintah, dan lain-lain.
5. Pelaku Industri bidang PWK
Lulusan Prodi PWK dapat bekerja sebagai manajer, perencana, penyusun
anggaran dan estimator pada industri termasuk bidang keuangan, peneliti
dan analis dampak produksi terhadap lingkungan, dan lain lain.

Kompetensi Lulusan
Kompetensi lulusan Prodi PWK menggambarkan output pembelajaran yang harus
dimiliki oleh setiap lulusan, yaitu memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Kompetensi Utama
Berprofesi sebagai praktisi, pendidik, dan peneliti bidang perencanaan wilayah
dan kota, lulusan harus memiliki kompetensi utama:
a. Mampu berpikir secara logis, kreatif, inovatif berbasis keberlanjutan bagi
kehidupan lingkungan dan masyarakat.
b. Mampu mengidentifikasi dan menganalisis issu/permasalahan wilayah dan
perkotaan mutakhir, serta merumuskan konsep perencanaan, model atau
strategi kebijakan sebagai alternatif solusi dalam bidang PWK.
c. Mampu menerapkan norma, standar, pedoman dan kriteria perencanaan dan
perancangan wilayah dan kota.
d. Menguasai wawasan bidang perencanaan wilayah dan kota dalam konteks
lokal dan global pada kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
e. Mampu menerapkan metode dan teknologi baru, membangun database,
menganalisis, merumuskan konsep/model perencanaan/strategi kebijakan.
f. Mampu menguasai metode dan manajemen perencanaan.

Sedangkan, lulusan yang berprofesi sebagai birokrasi dan pelaku industri bidang
perencanaan wilayah dan kota atau terkait dengan bidang perencanaan, harus
memiliki kompetensi utama:
a. Mampu berpikir secara logis, kreatif, inovatif berbasis keberlanjutan bagi
kehidupan lingkungan dan masyarakat.
b. Menguasai wawasan bidang perencanaan wilayah dan kota dalam konteks
lokal dan global pada kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
c. Mampu menerapkan metode dan teknologi baru untuk membangun
database, menganalisis, merumuskan konsep/model perencanaan/strategi
kebijakan.
d. Mampu menguasai metode dan manajemen perencanaan.

2. Kompetensi Pendukung
Berprofesi sebagai praktisi, pendidik, dan peneliti bidang perencanaan wilayah
dan kota, kompetensi pendukung yang harus dimiliki oleh lulusan adalah:
a. Menjunjung tinggi norma, tata nilai, moral, agama, etika dan tanggungjawab
profesional.
b. Mampu menguasai wawasan lingkungan pesisir, kepulauan yang beriklim
tropis nusantara, dan Benua Maritim Indonesia.
c. Mampu menerapkan perencanaan secara global dalam konteks kekinian.
d. Mahir dan terlatih dalam mengaplikasikan teknologi seperti program GIS dan
program analisis untuk inventarisasi database yang akurat, interpretasi dan
penyusunan konsep perencanaan spatial dan aspatial.
Bagi lulusan yang berprofesi sebagai birokrasi dan pelaku industri bidang
perencanaan wilayah dan kota atau terkait dengan bidang perencanaan,
seharusnya memiliki kompetensi pendukung:
a. Menjunjung tinggi norma, tata nilai, moral, agama, etika, dan tanggungjawab
professional.
b. Mampu menguasai wawasan lingkungan pesisir, kepulauan yang beriklim
tropis Nusantara, dan Benua Maritim Indonesia.
c. Mampu menerapkan perencanaan secara global dalam konteks kekinian.

3. Kompetensi Lainnya
Berprofesi sebagai praktisi, pendidik, dan peneliti bidang perencanaan wilayah
dan kota, lulusan seharusnya memiliki kompetensi pendukung:
a. Mampu bekerja secara mandiri dan kelompok dengan koordinasi kelompok
multidisiplin.
b. Mampu dan cakap dalam menjalin kerjasama berbasis keahlian dalam
lingkup nasional, regional dan internasional.
c. Mampu berkomunikasi dan bersikap aspiratif dan responsive terhadap
lingkungan, potensi wilayah dan pengembangan Ipteks.

Bagi lulusan yang berprofesi sebagai birokrasi dan pelaku industri bidang
perencanaan wilayah dan kota atau terkait dengan bidang perencanaan,
seharusnya memiliki kompetensi lainnya:
a. Mampu bekerja secara mandiri dan kelompok dengan koordinasi kelompok
multidisiplin.
b. Mampu berkomunikasi dan bersikap aspiratif dan responsive terhadap
lingkungan, potensi wilayah dan pengembangan Ipteks.

Berdasarkan kesesuaian kompetensi lulusan terhadap lapangan kerja, sebagian


besar lulusan Prodi PWK memiliki kompetensi sesuai kebutuhan pasar dan
bekerja sesuai bidang ilmu Pengembangan Wilayah, dengan lama waktu tunggu
pekerjaan pertama rata-rata kurang dari 6 (enam) bulan. Banyaknya permintaan
eksternal stakeholders terhadap lulusan menunjukkan daya saing lulusan yang
cukup baik dalam dunia kerja.
Prasyarat
Matakuliah Sistem Perumahan dan Permukiman (kode 213D5203) merupakan
matakuliah inti atau wajib yang disajikan pada semester 3 (tiga) pada Program
Studi Pengembangan Wilayah dan Kota (PWK) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin. Matakuliah Sistem Perumahan dan Permukiman
merupakan bagian awal/dasar dalam kompetensi Bidang Perumahan dan
Permukiman, yang menjadi prasyarat pada kuliah berikutnya yaitu: matakuliah
Perencanaan Perumahan dan Permukiman Pesisir (253 D52 03), Pengembangan
Perencanaan Permukiman Baru (336 D52 03), Revitalisasi Perumahan dan Permukiman
Kumuh (337 D52 03), Permukiman Swadaya dan Pengembangan Kemitraan (338 D52
03), serta Studio LBE Perumahan dan Permukiman (462 D52 04).

Analisis Kebutuhan Pembelajaran


1. Mahasiswa dapat berpikir kritis dalam menyikapi issu, fenomena,
perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan sistem
perumahan dan permukiman baik di lingkungan perkotaan maupun
lingkungan perdesaan.
2. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian dan berperanserta
dalam kegiatan di bidang perumahan dan permukiman.
Tahap Analisis Kebutuhan Pembelajaran

Tahap I (Reproduktif) minggu


Tahap
ke 1-3II (Analitik) mingguTahap
4-8 III (Spekulatif) minggu 9-16

Tipe Mengingat dan mengungkap pengalaman Berpikir kritis


Memberi peluang pada kemungkinan baru dan penjelasan

Menyimpulkan, Pertanyaan,
Aktivitas menggambarkan menentukan
identifkasi caradan
danmenggabungkan
Informasi ide dan informasi dalamSpekulasi
argumen
hipotesa

Karakteristik pertanyaan What? Why? How? How valid? How What if?

Observasi,
Strategitugas mandiri,Observasi, tugas
kuliah tatap mandiri,
muka, kuliahpresentasi
diskusi, tatap muka, team work, presentasi dan diskusi.
Observasi/survey,
tugas kelompok, team-work, diskusi, dan presentasi

Tujuan Kreatif, orisinil,


Perbaikan Simpel, orisinil, sepenuhnya pendekatan dan pengetahuan baru
penerapan materi

Gambar 1. Tahap Analisis Kebutuhan Pembelajaran


GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN
Program Studi S1 Pengembangan Wilayah dan Kota
Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Nama Mata Kuliah : Sistem Perumahan dan Permukiman

Kode Mata Kuliah : 213D5203

Semester/SKS : III/ 3 SKS

Sifat Kurikulum : Inti Wajib

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Wiwik Wahidah Osman, ST., MT.


Marly Valenti Patandianan, ST., MT

Deskripsi Singkat : Membahas pengertian dan batasan Rumah, Perumahan


dan Permukiman; Aspek-aspek fisik dan non fisik
perumahan permukiman; Tipologi dan karakteristik
perumahan permukiman; Lingkungan Permukiman
(neighbourhood) dan komponennya; Kebijakan
pembangunan perumahan/permukiman; Kriteria lokasi
pembangunan perumahan/permukiman; Biaya
pembangunan perumahan permukiman; Kualitas
permukiman dan tertib dalam membangun; Tata guna
lahan permukiman; Tertib dalam membangun; P roses
pengadaan perumahan dan permasalahan umum
perumahan; Perbaikan dan peremajaan permukiman
kota; Rumah sehat; Permukiman kumuh; Permukiman
marjinal; Tugas Studi Kasus.

Kompetensi Sasaran

1. Kompetensi Utama : Mampu memahami, menganalisis sistem perumahan dan


permukiman secara spesifik serta mengetahui langkah-
langkah penanggulangannya.

2. Kompetensi Pendukung : Mampu menganalisis dan mengusulkan alternative


pemecahan masalah perumahan dan permukiman di
perkotaan maupun di pedesaan.

3. Kompetensi Lainnya : Mampu menerapkan pedoman NSPK pada perencanaan


perumahan permukiman

Sasaran Belajar : Mahasiswa mampu memahami, menganalisis dan


menyusun perencanaan sistem perumahan permukiman
secara fisik dan non fisik berdasarkan pedoman NSPK
(Norma, Standar, Pedoman, Kriteria).
Minggu Sasaran Pembelajaran Strategi/Metode Bobot
Materi Pembelajaran Krieria Penilaian (Indicator)
Ke (Kompetensi) Pembelajaran Nilai (%)
(1) 2) (3) (4) (5) (6)
Membentuk kelompok kerja, Pengantar, Kontrak
 Diskusi
penjelasan tugas, pustaka/ Perkuliahan dan Strategi
silabus dan memilih ketua Pembelajaran, serta Pembagian
kelas Kelompok Diskusi

 Pemahaman materi (critical


Mampu mengetahui, thinking/kognitif)
memahami dan  Kuliah interaktif
Pengertian dan batasan  Kesesuaian pustaka (critical
 Diskusi kelas
1 menganalisa pengertian Rumah, Perumahan dan review/kognitif) 5
dan batasan rumah, Permukiman  Kontribusi keaktifan dalam
perumahan, permukiman kuliah interaktif
(softskills/physikomotorik)
 Kedisiplinan (apektif)
 Pemahaman materi (critical
thinking/kognitif)
Mampu mengetahui,  Kuliah interaktif
 Kesesuaian pustaka (critical
memahami, menganalisa Aspek-Aspek Perumahan dan  Diskusi kelas
2 review/kognitif) 5
aspek-aspek perumahan Permukiman  Kontribusi keaktifan dalam
dan permukiman kuliah interaktif
(softskills/physikomotorik)
 Kedisiplinan (apektif)
 Pemahaman materi (critical
Mampu mengetahui, Tipologi dan Karakteristik thinking/kognitif)
memahami, menganalisa  Kuliah interaktif  Kesesuaian pustaka (critical
3 Perumahan dan Permukiman 5
tipologi (karakteristik)  Diskusi kelas review/kognitif)
+ Tugas Kelompok  Presentasi  Kerjasama dalam kelompok
perumahan & permukiman
(softskills/physikomotorik)
 Kedisiplinan (apektif)

Sistem Perumahan dan Permukiman (213 D52 8


03)
Minggu Sasaran Pembelajaran Strategi/Metode Bobot
Materi Pembelajaran Krieria Penilaian (Indicator)
Ke (Kompetensi) Pembelajaran Nilai (%)
(1) 2) (3) (4) (5) (6)
 Pemahaman materi (critical
Mampu mengetahui,
thinking/kognitif)
memahami, menganalisa Lingkungan Permukiman  Kuliah interaktif
 Kesesuaian pustaka (critical
4 lingkungan permukiman (neighbourhood) dan  Diskusi kelas 5
review/kognitif)
(neighbourhood) dan Komponennya  Kontribusi keaktifan
komponennya (softskills/physikomotorik
)
 Kedisiplinan (apektif)
 Pemahaman materi (critical
Mampu mengetahui,
thinking/kognitif)
memahami, menganalisa  Kuliah interaktif
 Kesesuaian pustaka (critical
Kebijakan Pembangunan
5 kebijakan pembangunan  Diskusi kelas 5
Perumahan dan Permukiman review/kognitif)
perumahan dan  Kontribusi keaktifan
permukiman (softskills/physikomotorik
)
 Kedisiplinan (apektif)
 Pemahaman materi (critical
Mampu mengetahui, Kriteria Lokasi Pembangunan thinking/kognitif)
 Kuliah interaktif
memahami, menganalisa Perumahan/Permukiman;  Kesesuaian pustaka (critical
6  Diskusi kelas 5
kriteria lokasi pembangunan Biaya Pembangunan
review/kognitif)
perumahan/ permukiman  Kontribusi keaktifan
Perumahan dan Permukiman
(softskills/physikomotorik
)
 Kedisiplinan (apektif)

Sistem Perumahan dan Permukiman (213 D52 9


03)
Mampu mengetahui,  Pemahaman materi (critical
memahami, menganalisa Kualitas Permukiman dan  Kuliah interaktif thinking/kognitif)
7 biaya pembangunan Tertib Dalam Membangun  Diskusi kelas  Kesesuaian pustaka (critical 5
perumahan dan tertib dalam review/kognitif)
 Kontribusi keaktifan
membangun
 Kedisiplinan (apektif)

Sistem Perumahan dan Permukiman (213 D52 10


03)
Minggu Sasaran Pembelajaran Strategi/Metode Bobot
Materi Pembelajaran Krieria Penilaian (Indicator)
Ke (Kompetensi) Pembelajaran Nilai (%)
(1) 2) (3) (4) (5) (6)

8 Evaluasi (UTS) Ujian Tengah Semester  Ujian Tulis 15


 Pemahaman materi (critical
Mampu mengetahui, thinking/kognitif)
 Kuliah interaktif
memahami, menganalisa  Kesesuaian pustaka (critical
9 Tata Guna Lahan Permukiman  Diskusi kelas 5
tata guna lahan review/kognitif)
permukiman  Kontribusi keaktifan
(softskills/physikomotorik
)
 Kedisiplinan (apektif)
 Pemahaman materi (critical
Mampu mengetahui, Tertib Dalam Membangun  Kuliah interaktif thinking/kognitif)
10 memahami, menganalisa  Diskusi kelas  Kesesuaian pustaka (critical 5
tertib dalam membangun review/kognitif)
 Kontribusi keaktifan
 Kedisiplinan (apektif)
Mampu mengetahui,  Pemahaman materi (critical
memahami, menganalisa Proses Pengadaan  Kuliah interaktif thinking/kognitif)
11 proses pengadaan rumah Perumahan dan  Diskusi kelas  Kesesuaian pustaka (critical 5
dan pembangunan Permasalahan Umum review/kognitif)
Perumahan  Kontribusi keaktifan
permukiman baru
 Kedisiplinan (apektif)
 Pemahaman materi (critical
Mampu mengetahui, Perbaikan dan Peremajaan thinking/kognitif)
memahami, menganalisa  Kuliah interaktif  Kesesuaian pustaka (critical
12 Permukiman Kota 5
perbaikan dan peremajaan  Diskusi kelas review/kognitif)
+ Tugas Kelompok  Presentasi  Kerjasama dalam kelompok
permukiman kota
(softskills/physikomotorik)
 Kedisiplinan (apektif)
Minggu Sasaran Pembelajaran Strategi/Metode Bobot
Materi Pembelajaran Krieria Penilaian (Indicator)
Ke (Kompetensi) Pembelajaran Nilai (%)
(1) 2) (3) (4) (5) (6)
 Pemahaman materi (critical
thinking/kognitif)
Mampu mengetahui,  Kuliah interaktif
 Kesesuaian pustaka (critical
13 memahami, menganalisa Rumah Sehat  Diskusi kelas 5
review/kognitif)
rumah sehat  Kontribusi keaktifan
(softskills/physikomotorik
)
 Kedisiplinan (apektif)
 Pemahaman materi (critical
thinking/kognitif)
Mampu mengetahui,
 Kuliah interaktif  Kesesuaian pustaka (critical
14 memahami, menganalisa Permukiman Kumuh 5
 Diskusi kelas review/kognitif)
permukiman kumuh  Kontribusi keaktifan
(softskills/physikomotorik
)
 Kedisiplinan (apektif)
 Pemahaman materi (critical
thinking/kognitif)
Mampu mengetahui,  Kesesuaian pustaka (critical
 Kuliah interaktif
15 memahami, menganalisa Permukiman Marjinal 5
 Diskusi kelas review/kognitif)
permukiman marjinal  Kontribusi keaktifan
(softskills/physikomotorik
)
 Kedisiplinan (apektif)
 Pemahaman materi
Mampu mengidentifikasi (critical thinking/kognitif)
TUGAS SURVEY LAPANGAN  Kajian pustaka
potensi, masalah, dan  Kesesuaian pustaka
16 TENTANG ASPEK FISIK  PBL 15
mengusulkan alternatif DAN NON FISIK (critical review/kognitif)
pemecahan masalah  Kerjasama kelompok
PERMUKIMAN (softskills/physikomotorik
Perumahan/Permukiman )
 Penilaian tugas (kognitif)
Minggu Sasaran Pembelajaran Strategi/Metode Bobot
Materi Pembelajaran Krieria Penilaian (Indicator)
Ke (Kompetensi) Pembelajaran Nilai (%)
(1) 2) (3) (4) (5) (6)
(Studi kasus perumahan/
permukiman di sebelah UJIAN AKHIR SEMESTER  Evaluasi/Ujian materi
timur, barat, utara dan (UAS)
selatan Kota Makassar)
BENTUK TUGAS

MATA KULIAH : Sistem Perumahan dan Permukimam (213 D52 03)


SKS : 3 (tiga) SKS
SEMESTER : Tiga / Ganjil

1. TUJUAN TUGAS : Mampu memahami, menjelaskan, menganalisis


pemecahan masalah perumahan dan permukiman
kaitannya antara aspek fisik dan aspek non fisik.

2. URAIAN TUGAS :
Obyek garapan : Melakukan survei lapangan pada perumahan /
permukiman di bawah ini dengan meninjau aspek
fisik dan aspek non fisik perumahan/permukiman (studi
kasus beberapa perumahan /permukiman di kota
Makassar).
Analisis aspek fisik dan aspek non fisik perumahan/
permukiman mengacu pada standar-standar Kebutuhan
fasilitas pelayanan perumahan permukiman.

Metodologi/cara pengerjaan tugas, acuan yang digunakan:


- Melakukan survey lapangan ke beberapa perumahan/permukiman yang
dijadikan obyek studi.
- Mengamati aspek fisik dan aspek non fisik perumahan.
- Mengidentifikasi data eksisting, karakteristik, potensi, dan permasalahan
yang ada dilokasi studi.
- Menganalisis permasalahan di lokasi studi dengan mengacu pada standar-

standar kebutuhan fasilitas pelayanan perumahan permukiman.

- Membuat laporan hasil survey lapangan

- Mempresentasikan hasil survey lapangan secara per kelompok.

Sistem Perumahan dan Permukiman (213 D52 13


03)
Kriteria luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan:
a. Mampu memahami dan mengidentifikasi karakterisik baik secara aspek fisik
dan aspek non fisik perumahan/permukiman.
b. Mampu menganalisa permasalahan aspek fisik dan aspek non fisik
perumahan /permukiman.
c. Mampu menjelaskan hasil-hasil analisis dan membuat laporan/konsep/
gagasan yang sesuai dengan standar kebutuhan perumahan/permukiman.

3. KRITERIA PENILAIAN:
a. Pemahaman teori-teori perumahan dan permukiman
b. Pemahaman standar-standar kebutuhan perumahan dan permukiman.
c. Proses mengidentifikasi aspek fisik dan non fisik perumahan/ permukiman
d. Proses menganalisis permasalahan aspek fisik dan non fisik perumahan/
permukiman.
e. Proses membuat laporan akhir hasil survey lapangan dengan mengkaji
berdasarkan teori perumahan dan permukiman serta standar-standar
kebutuhan perumahan dan permukiman.
f. Proses mempresentasikan hasil survey lapangan di depan kelas dan
mendiskusikan.
g. Proses kerjasama antar kelompok.
FORMAT RENCANA
EVALUASI

NAMA MATAKULIAH : SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN (213 D52 03)

KODE/NAMA DOSEN : Wiwik Wahidah Osman, ST., MT


Marly Valenti Patandianan, ST., MT

JUMLAH PESERTA :............................Orang

EVALUASI KOMPETENSI AKHIR SESI PEMBELAJARAN


Minggu:
Minggu: 01 s/d 15
16
No Stambuk Nama Mahasiswa Kesesuaian Pemahaman Kerjasama Evaluasi/ Evaluasi/
Tugas Kehadiran
Pustaka Materi Kelompok UTS UAS
(15%) (10%)
(10%) (15%) (10%) (20%) (20%)
1 2 3 4 5 6 7 8

Sistem Perumahan dan Permukiman (213 D52 03) 15


KONTRAK PEMBELAJARAN

Nama Mata Kuliah : Sistem Perumahan dan Permukiman


Kode MK : 213 D52 03
Dosen Pengampu : 1). Wiwik Wahidah Osman, ST., MT
2). Marly Valenti Patandianan, ST., MT

Semester : Tiga (Ganjil)


Hari/Jam Pertemuan : Rabu, 10.10 – 12.10 Wita
Tempat Pertemuan : Kampus Gowa

1. MANFAAT MATA KULIAH


Mata kuliah Sistem Perumahan dan Permukiman merupakan mata kuliah inti atau
wajib diprogramkan pada semester 3 (tiga)/semester ganjil oleh seluruh
mahasiswa Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota (PWK) Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Mata kuliah ini membahasa
tentang teori-teori perumahan dan permukiman baik di lingkungan perkotaan
maupun lingkungan perdesaan, serta permasalahan di bidang perumahan dan
permukiman .
Mata kuliah Sistem Perumahan dan Permukiman dimaksudkan untuk memperoleh
pemahaman yang komprehensif tentang teori perumahan dan permukiman serta
permasalahannya. Di samping itu mata kuliah ini akan menjadi pengetahuan
dasar untuk menuju pemahaman mata kuliah Perencanaan Perumahan dan
Permukiman Pesisir (253 D52 03), Pengembangan Perencanaan Permukiman
Baru (336 D52 03), Revitalisasi Perumahan dan Permukiman Kumuh (337 D52
03), Permukiman Swadaya dan Pengembangan Kemitraan (338 D52 03), serta
Studio LBE Perumahan dan Permukiman (462 D52 04).

2. DESKRIPSI MATA KULIAH

Sistem Perumahan dan Permukiman (213 D52 16


03)
Mata kuliah ini membahas tentang pengertian dan batasan Rumah, Perumahan
dan Permukiman; Aspek-aspek fisik dan non fisik perumahan permukiman;
Tipologi dan karakteristik perumahan permukiman; Lingkungan Permukiman
(neighbourhood) dan komponennya; Kebijakan pembangunan
perumahan/permukiman; Kriteria lokasi pembangunan perumahan/permukiman;
Biaya pembangunan perumahan dan permukiman; Kualitas permukiman dan tertib
dalam membangun; Tata guna lahan permukiman; Tertib dalam membangun;
Proses pengadaan perumahan dan permasalahan umum perumahan; Perbaikan
dan peremajaan permukiman kota; Rumah sehat; Permukiman kumuh;
Permukiman marjinal; Tugas Studi Kasus.

3. TUJUAN PEMBELAJARAN
— Mahasiswa mampu mengenal, memahami dan menganalisis secara
mendalam paradigma teori perumahan dan permukiman dikaitkan dengan
konteks kota dan daerah,
— Mampu mengetahui, menjelaskan, mendiskusikan dan mengusulkan alternatif
pemecahan masalah perumahan dan permukiman, dihubungkan secara fisik
dan non fisik.
4. ORGANISASI MATERI

SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Pengertian dan batasan rumah, perumahan, permukiman Tata guna lahan permukiman

Aspek-­aspek
‐ perumahan dan permukiman Tertib dalam membangun

Tipologi dan karakteristik perumahan dan permukiman


Proses pengadaan perumahan dan permasalahan umum perumahan

Lingkungan permukiman (neighbourhood) dan komponennya


Perbaikan dan peremajaan permukiman kota

Kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman


Rumah sehat

eria lokasi pembangunan perumahan/permukiman; Biaya pembangunan perumahan & permukiman


Permukiman kumuh

Kualitas permukiman dan tertib dalam membangun permukiman marjinal

tifikasi issu, analisis permasalahan, alternative pemecahan masalah perumahan dan permukiman serta menemuk

Perencanaan/Perancangan Perumahan dan Permukiman


5. STRATEGI PEMBELAJARAN
Mata kuliah Sistem Perumahan dan Permukiman (kode 213D5203) diberikan/
disajikan dalam 16 (enam belas) kali pertemuan di depan kelas, yang terdiri dari:
14 (empat belas) kali pertemuan membahas teori-teori tentang perumahan
permukiman, diskusi dan presentasi tugas/survei lapangan, 2 (dua) kali Ujian yaitu
UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester).

Mata kuliah Sistem Perumahan dan Permukiman (kode 213D5203) menggunakan


kuliah secara interaktif yang dipadu dengan pembelajaran dengan ceramah, small
group, CBL (Collaborative Basic Learning), PBL (Problem Basic Learning), diskusi
dan presentasi. Dalam aktifitas diskusi dan presentasi di kelas, kemampuan
mengidentifikasi permasalahan sekaligus mengidentifikasi kasus di lapangan,
memberikan alternative pemecahan masalah atau mengungkapkan ide/gagasan/
konsep dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan di bidang perumahan
dan permukiman merupakan indikator penilaian kemajuan dalam pemahaman
pembelajaran mahasiswa.
6. MATERI BACAAN

1. Anonim, Kepmen. PU. (1987). Pedoman Pembangunan Rumah Tidak


Bersusun.

2. Chapin, F.S. (1985). Urban Land Use Planning. California: University of


Illinois.

3. De Chiara, Joseph. (1978). Standar Perencanaan Tapak/Site Planning


Standards. New York: McGraw Hill Press.

4. Direktorat Pekerjaan Umum. Undang-Undang RI No.1 Tahun 2011 tentang


Perumahan dan Permukiman. Jakarta.

5. Doxiadis, Constantinos. (1968). Ekistics: An Introduction to The Science of


Human Settlement. London: Hutchinson.

6. . (1977). Action for Human Settlements. Athen Center of Ekistics.

7. Hamby, W. F., dan Jones, Melvyn. (1991). Settlement Geography.


Cambridge: Cambridge University.

8. John M., Levy. (2000). Contemporary Urban Planning. New Jersey:


Prentice Hall.

9. Rapoport, Amos. (1969). House Form and Culture. New York: Prentice-Hall
Inc. Englewoods Cliffs, N.J.

10. Silas, Johan. (1985). Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan Buku 2).
Surabaya: Jurusan Arsitektur FTSP, ITS.

11. . (1993). Housing Beyond Home: The Aspect of Resources and


Sustainability. Surabaya: Pidato Pengukuhan Guru Besar, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

12. Strong, M. Et all. (1996). The Local Agenda 21 Planning Guide; an


Introduction to Sustainable Development Planning. The
international Council for Local Enviromental Initiatives (ICLEI).
Canada.

13. Turner, Bertha. (1988). Building Community. London: Building Community


Books.

14. Turner, J. F. C. (1976). Housing by People, Marions Boyars.


15. Turner, J. F. C., (1972). Housing as a Verb, in Freedom to Build. Eds:
Turner J. F. C., Fichter R., The Macmilian Company.

16. Watson, Donald., etc. (2001). Time Saver Standards for Urban Design.
New York: McGraw-Hill.

17. Yudohusodo, Siswono. (1991). Rumah untuk Seluruh Rakyat. Jakarta:


Yayasan Padamu Negeri.

18. Zahnd, Markus. (1999). Perancangan Kota Secara Terpadu (Integreted


Urban Design). Yogyakarta: Kanisius.
7. TUGAS
a. Mahasiswa membuat kelompok kerja dalam membahas materi perkuliahan
sesuai dengan jadwal pembelajaran.
b. Mahasiswa dalam berkelompok mempresentasikan bahasan materi
perkuliahan.
c. Mahasiswa dalam berkelompok mengidentifikasi permasalahan dalam
perkembangan perumahan dan permukiman .
d. Mahasiswa secara individu membuat alternative pemecahan masalah dalam
perkembangan perumahan dan permukiman.

8. KRITERIA PENILAIAN
Kriteria yang dinilai pada mata kuliah ini :
1. Kejelasan uraian dan memahami materi dan disiplin (10%).
2. Kemampuan mengungkapkan ide dan bekerjasama dalam tim/ kelompok
pada presentasi (35%).
3. Ketepatan menemukan issu, teliti, mampu menganalisis dan mengungkapkan
alasan yang jelas dalam menyelesaikan permasalahan (25%).
4. Kejelasan menentukan gagasan, kreativitas, dan alternative pemecahan
masalah (30%).
5. Mahasiswa yang berhak mendapat hasil belajar adalah mereka yang telah
mengikuti kegiatan pembelamengikuti kegiatan pembelajaran sekurang-
kurangnya 80% kehadiran di kelas.

Nilai Angka Nilai Mutu Nilai Konversi


> 85 A 4,00
81 – 85 A− 3,75
76 – 80 B+ 3,50
71 – 75 B 3,00
66 – 70 B− 2,75
61 – 65 C+ 2,50
51 – 60 C 2,00
45 – 50 D 1,00
<45 E 0,00
Dalam penentuan nilai akhir akan digunakan pembobotan sebagai berikut :
Pemahaman Materi + Tugas 30%
Presentasi Kelompok 20%
Mid Test 20%
Final Test 20%
Kehadiran 10%

Penilaian tugas akan dilakukan dengan menggunakan kriteria:


Pemahaman Materi 10%
Kelengkapan Tugas 25%
Ketelitian dan Ketepatan 15%
Presentasi 40%
Etika dan Kerapihan 10%

9. NORMA AKADEMIK
a. Mahasiswa harus berpakaian rapi, bersih, bersepatu dan datang tepat waktu.
b. Mahasiswa wajib memilik satu buku yang sesuai dengan materi sebagai
bahan referensi, memahami dan mengetahui materi perkuliahan.
c. Mahasiswa harus menemukan issu, menganalisis, membuat gagasan/ide
alternative pemecahan masalah.
10. JADWAL PEMBELAJARAN
Metode
Minggu Topik Bahasan Kriteria Penilaian
Pembelajaran
1 2 3 4
Pengantar, Kontrak
Perkuliahan dan Strategi  Pemahaman materi
Pembelajaran, Pembagian  Diskusi  Kesesuaian pustaka
I Kelompok Diskusi  Kuliah interaktif  Kontribusi keaktifan
Pengertian dan Batasan dalam kuliah interaktif
Rumah, Perumahan dan
 Kedisiplinan
Permukiman
 Pemahaman materi
Aspek-Aspek Perumahan  Kuliah interaktif  Kesesuaian pustaka
II dan Permukiman  Diskusi kelas  Kontribusi keaktifan
dalam kuliah interaktif
 Kedisiplinan
Tipologi dan Karakteristik  Pemahaman materi
 Kuliah interaktif
Perumahan/ Permukiman  Kesesuaian pustaka
III  Diskusi kelas
 Kerjasama
+ Tugas Kelompok  Presentasi
 kelompok
Kedisiplinan
 Pemahaman materi
Lingkungan Permukiman  Kuliah interaktif  Kesesuaian pustaka
IV (neighbourhood) dan  Diskusi kelas  Kontribusi keaktifan
Komponennya dalam kuliah interaktif
 Kedisiplinan
 Pemahaman materi
Kebijakan Pembangan  Kuliah interaktif  Kesesuaian pustaka
V Perumahan & Permukiman  Diskusi kelas  Kontribusi keaktifan
dalam kuliah interaktif
 Kedisiplinan
Kriteria Lokasi
 Pemahaman materi
Pembangunan Perumahan/
 Kuliah interaktif  Kesesuaian pustaka
Permukiman;
VI  Diskusi kelas  Kontribusi keaktifan
Biaya Pembangunan dalam kuliah interaktif
Perumahan & Permukiman  Kedisiplinan
 Pemahaman materi
Kualitas Permukiman dan  Kuliah interaktif  Kesesuaian pustaka
VII Tertib Dalam Membangun  Diskusi kelas  Kontribusi keaktifan
dalam kuliah interaktif
 Kedisiplinan
VIII Ujian Tengah Semester  Ujian Tulis
 Pemahaman materi
Tata Guna Lahan  Kesesuaian pustaka
 Kuliah interaktif
IX Permukiman  Kontribusi keaktifan
 Diskusi kelas
dalam kuliah interaktif
 Kedisiplinan
 Pemahaman materi
 Kesesuaian pustaka
 Kuliah interaktif
X Tertib Dalam Membangun
 Diskusi kelas  Kontribusi keaktifan
dalam kuliah interaktif
 Kedisiplinan
Proses Pengadaan  Pemahaman materi
Perumahan dan  Kesesuaian pustaka
 Kuliah interaktif
XI Permasalahan Umum  Diskusi kelas  Kontribusi keaktifan
Perumahan dalam kuliah interaktif
 Kedisiplinan
Perbaikan dan Peremajaan  Pemahaman materi
 Kuliah interaktif
Permukiman Kota  Kesesuaian pustaka
XII  Diskusi kelas
+ Tugas Kelompok  Presentasi  Kerjasama
 kelompok
Kedisiplinan
 Pemahaman materi
 Kesesuaian pustaka
Rumah Sehat  Kuliah interaktif
XIII
 Diskusi kelas  Kontribusi keaktifan
dalam kuliah interaktif
 Kedisiplinan
 Pemahaman materi
 Kesesuaian pustaka
Permukiman Kumuh  Kuliah interaktif
XIV
 Diskusi kelas  Kontribusi keaktifan
dalam kuliah interaktif
 Kedisiplinan
 Pemahaman materi
 Kesesuaian pustaka
Permukiman Marjinal  Kuliah interaktif
XV
 Diskusi kelas  Kontribusi keaktifan
dalam kuliah interaktif
 Kedisiplinan

TUGAS SURVEY Pemahaman materi



LAPANGAN TENTANG
 Kesesuaian pustaka
ASPEK FISIK DAN NON  Kajian pustaka
 Kerjasama
XVI FISIK PERMUKIMAN  PBL
 kelompok Penilaian
UJIAN AKHIR SEMESTER tugas Evaluasi/Ujian
(UAS) materi
BUKU AJAR

SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


(Kode: 213 D52 03)

O L E H:

Wiwik Wahidah Osman, ST., MT


Marly Valenti Patandianan, ST., MT

Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota


Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
November 2014
MODUL 1

PENGERTIAN DAN BATASAN RUMAH, PERUMAHAN


DAN PERMUKIMAN
SESI PERKULIAHAN KE : 01

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami pengertian dan batasan rumah, perumahan dan
permukiman.

II. Topik Kajian/Bahasan:

PENGERTIAN DAN BATASAN RUMAH, PERUMAHAN DAN


PERMUKIMAN

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari pengertian dan batasan rumah,
perumahan dan permukiman.

IV. Bahan Bacaan:


1. Direktorat Pekerjaan Umum, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
Jurusan Arsitektur FTSP – ITS, Surabaya.
3. Silas Johan, 1993. Perumahan; Hunian dan Fungsi Lebihnya,
Pidato Pengukuhan Guru Besar FTSP – ITS, Surabaya.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan pengertian rumah, perumahan, permukiman,


dan lingkungan perumahan/permukiman.
2. Jelaskan pengembangan dan pembangunan perumahan/permukiman
MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐01 SESI KE: 01 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
PENGERTIAN DAN BATASAN RUMAH,
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PENDAHULUAN
Sebelum memberikan materi ajar, terlebih dahulu diberikan pengantar proses
pembelajaran, yaitu tentang struktur materi perkuliahan, metode, tugas, sistem
evaluasi/indikator penilaian, serta buku rujukan.
Pada modul ajar ke-1 (satu) ini akan diberikan materi tentang pengertian dan
batasan rumah, perumahan dan permukiman.

Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami tentang


pengertian dan batasan rumah, perumahan dan permukiman, baik di perkotaan
maupun perdesaan

PENYAJIAN MATERI
A. PENGERTIAN RUMAH, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011)
 RUMAH: Bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
 RUMAH KOMERSIAL: Rumah yang diselenggarakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan.
 RUMAH SWADAYA: Rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat.
 RUMAH UMUM: Rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
 RUMAH KHUSUS: Rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus.
 RUMAH NEGARA: Rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta
penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
 PERUMAHAN: Kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana, utilitas umum sbg hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni
 PERMUKIMAN: Bagian dari lingkungan hunian yg terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan
atau kawasan perdesaan.
 LINGKUNGAN HUNIAN: Bagian dari kawasan permukiman yang terdiri
atas lebih dari satu satuan permukiman.
 KAWASAN PERMUKIMAN: Bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan,
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
 PERMUKIMAN KUMUH: Permukiman yang tidak layak huni karena
ketidak teraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,
kualitas bangunan, sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
 PERUMAHAN KUMUH: Perumahan yang mengalami penurunan kualitas
fungsi sebagai tempat hunian.
 KAWASAN SIAP BANGUN (KASIBA): Sebidang tanah yang fisiknya,
prasarana, sarana, utilitas umum telah dipersiapkan untuk pembangunan
lingkungan hunian skala besar sesuai dengan rencana tata ruang.
 LINGKUNGAN SIAP BANGUN (LISIBA): Sebidang tanah yang fisiknya,
prasarana, sarana, utilitas umum telah dipersiapkan untuk pembangunan
perumahan dengan batas-batas kaveling yang jelas dan merupakan
bagian dari kawasan siap bangun sesuai dengan rencana rinci tata ruang.
 KAVELING TANAH MATANG: Sebidang tanah yang telah dipersiapkan
untuk rumah sesuai persyaratan dalam penggunaan, penguasaan,
pemilikan tanah, rencana rinci tata ruang, serta rencana tata bangunan
dan lingkungan.
 KONSOLIDASI TANAH: Penataan kembali penguasaan, pemilikan,
penggunaan, pemanfaatan tanah sesuai rencana tata ruang wilayah dalam
usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan
perumahan/permukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan SDA dengan partisipasi aktif masyarakat
 PRASARANA: Kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak,
sehat, aman, nyaman.
 SARANA: Fasilitas dlm lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial,
budaya dan ekonomi.
 PRASARANA LINGKUNGAN: Komponen yang menunjang perumahan/
permukiman seperti jalan, saluran air limbah, saluran drainase,
persampahan.
 UTILITAS UMUM: Komponen yang menunjang lingkungan permukiman
seperti jaringan listrik, air bersih, telepon, gas.
 FASILITAS SOSIAL: Komponen yang menunjang lingkungan perumahan
/permukiman seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, belanja,
kantor, dan sebagainya.

 PERMUKIMAN (Menurut Doxiadis)


Kawasan perumahan ditata secara fungsional sebagai satuan sosial,
ekonomi, fisik tataruang dilengkapi prasarana lingk, sarana umum dan
fasilitas sosial sebagai kesatuan utuh memberdayakan sumberdaya dalam
mengelola lingkungan yang ada untuk mendukung kelangsungan dan
peningkatan mutu manusia.

ASPEK FISIK DAN NON FISIK DALAM PERMUKIMAN DAN LINGKUNGAN


ASPEK FISIK:
1. Aspek Letak Geografis/Lokasi
2. Aspek Lingkungan Alam dan Lingkungan Binaan
 Lingkungan Alam: Sungai, Danau, Pesisir, dan lain-lain.
 Lingkungan Binaan: Taman, Lingkungan Perumahan lain, Kawasan
Industri, dan lain-lain.
3. Aspek Prasarana:
 Jaringan Air Bersih (PAM, Sumur, MCK)
 Jaringan Air Kotor/ Drainase
 Jaringan Telepon/ Gas
 Jaringan Listrik
 Jaringan Jalan dan Jembatan
 Parkir dan Terminal

Aspek Sarana:
 Pendidikan (Sekolah, Kursus)
 Perbelanjaan (Pasar, Toko, Warung, dan lain-lain)
 Kesehatan (RS, Puskesmas)
 Peribadatan (Masjid, Gereja, Pura, dan lain-lain)
 Olahraga ((Lapangan OR)
 Taman / Jalur Hijau
 Pemakaman / Kuburan
 Industri (Pabrik, dsb)
 Rekreasi / Peninggalan Sejarah
 Pembuangan Sampah (TPS/TPA)
ASPEK NON FISIK:
4. Aspek Politik
 Kebijakan Kawasan Permukiman (UU, Perda, dan lain-lain)
 Keberadaan Perangkat Pemerintahan (Camat, Lurah, Kepala Desa,
Polisi, dan lain-lain)
 Lembaga Desa (LMD), Partai Politik, dan lain-lain
 Karang Taruna
 Kelompok Wanita (PKK), Dasa Wisma, dan lain-lain
5. Aspek Ekonomi
 Berkaitan Pekerjaan/ Mata Pencaharian/Usaha Rumah Tangga (UBR)
6. Aspek Sosial Kemasyarakatan
 Kehidupan Sosial Masyarakat
 Kehidupan Bertetangga
 Gotong Royong/Guyub
 Pekerjaan Bersama Lainnya
7. Aspek Budaya
 Kehidupan Adat Istiadat
 Kehidupan Beragama
 Kebiasaan Bekerja
 Identitas /Ciri Khas spesifik di Masyarakat

8. Aspek Psikologis
 Rasa Aman
 Rasa Tentram
 Rasa Senang/Bahagia
 Rasa Takut
 Rasa Gelisah/Was-Was

B. TUJUAN DAN FUNGSI PENGADAAN PERUMAHAN/PERMUKIMAN


Tujuan: Agar tercipta rumah dan lingkungan permukiman yang sehat, teratur
serta tercegah dampak negative dari gangguan aspek lingkungan.
Fungsi: Fungsi pasif, penyediaan sarana dan prasarana permukiman, dan
fungsi aktif: penciptaan lingkungan yang sesuai kehendak, aspirasi, adat dan
tatacara hidup penghuni dengan segenap dinamika hidup penghuninya.

C. PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN


1. PENGEMBANGAN
Pengembangan perumahan/permukiman adalah untuk: menciptakan iklim
kehidupan yang sehat (lingkungan, ekonomi, social, budaaya), menjamin
berlanjutnya peningkatan kualitas kehidupan bagi semua orang serta mampu
memelihara serta meningkatkan kualitas lingkungan.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu: Adanya pergeseran pandangan dan


konsep pembangunan perumahan ke konsep pembangunan permukiman
yang menekankan keterpaduan social, fungsional dan ekologis serta
menciptakan iklim agar pemukim dapat mampu membangun dan memelihara
huniannya sendiri dan meningkatkan kesejahteraannya.

2. PEMBANGUNAN
Keterbatasan kemampuan pemerintah dengan member peran serta sector
swasta dalam pembangunan permukiman.

Permukiman diselaraskan dengan fungsi ekologis, lapangan kerja, pelayanan


dan transportasi. Pemenuhan pembangunan permukiman bagi masyarakat
miskin/pra sejahtera dengan sistim subsidi silang (contoh konsep 1:3:6).
Untuk menghindari konflik antara permukiman eksklusif dan sederhana
membutuhkan konsep yang menekankan keterpaduan social dan fungsional.
Pembangunan permukiman mempertimbangkan kondisi social, budaya, dan
spesifikasi fisik serta perubahan struktur demografi.
Pembangunan permukiman mempertimbangkan penyediaan lahan, penataan
dan efisiensi pemanfaatan lahan.
Pembangunan sarana dan prasarana permukiman dalam menunjang
permukiman sehat dan teratur.
Dalam menunjang tertib pembangunan perumahan/permukiman dengan
memperhatikan:

Faktor Alam: Pola tata guna tanah, pelestarian SDA, daya dukung tanah
serta tersedianya taman, area rekreasi dan olahraga.

Faktor Manusia: Pemenuhan kebutuhan fisik psikologis, penciptaan rasa


aman dan terlindung, rasa memiliki lingkungan serta tata nilai dan estetika.

Faktor Masyarakat: Berperan-sertanya masyarakat, perhatian aspek hokum,


pola kebudayaan, aspek social ekonomi dan kependudukan.

Faktor Wadah Kegiatan: Terpenuhinya fasilitas umum dan social, prasarana


dan utilitas umum.

D. PERMASALAHAN PERMUKIMAN
DI PERKOTAAN, Upaya yang dapat dilakukan:

 Rumah bagi golongan berpenghasilan rendah


 Penyediaan prasarana permukiman
 Perbaikan kampung
 Penyuluhan kesehatan lingkungan
 Peningkatan koperasi serta badan usaha lainnya
 Ketentuan dan peraturan yang menunjang pembangunan perumahan/
permukiman seperti peraturan tata ruang, pertanahan, dan lain-lain.

DI PERDESAAN, Upaya yang dapat dilakukan:


 Pembangunan perumahan/permukiman desa secara terpadu
 Arahan pembangunan perumahan di perdesaan.

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-1 (satu), dilakukan tanya-jawab dan
diskusi antara dosen dan mahasiswa serta antar mahasiswa untuk lebih
mengetahui, mengenal, dan memahami materi yang diberikan.
MODUL 2

ASPEK-ASPEK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


SESI PERKULIAHAN KE : 02

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu: Mengenal
dan memahami aspek-aspek perumahan dan permukiman

II. Topik Kajian/Bahasan:

ASPEK-ASPEK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari pengertian aspek-aspek
perumahan dan permukiman baik secara aspek fisik maupun aspek
non fisik.

IV. Bahan Bacaan:


1. Direktorat Pekerjaan Umum, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
Jurusan Arsitektur FTSP – ITS, Surabaya.
3. Silas Johan, 1993. Perumahan; Hunian dan Fungsi Lebihnya,
Pidato Pengukuhan Guru Besar FTSP – ITS, Surabaya.
4. Doxiadis, C.A., 1977. Action for Human Settlements, Athaen Center
of Ekistics.
5. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
6. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat,
Yayasan Padamu Negeri, Jakarta.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan aspek fisik perumahan dan permukiman,


2. Jelaskan aspek non fisik perumahan dan permukiman
MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐02 SESI KE: 02 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
ASPEK- ASPEK PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-2 (dua) ini akan diberikan materi tentang aspek-aspek non
fisik dan aspek fisik perumahan dan permukiman. Hal ini terkait dengan
perkembangan permukiman, perencanaan dan pembangunan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami aspek-
aspek non fisik dan aspek fisik tentang perumahan dan permukiman.

PENYAJIAN MATERI
A. ASPEK-ASPEK NON FISIK
1. KEPENDUDUKAN
a. Kepadatan, meliputi kepadatan tinggi, sedang, rendah sesuai dengan
struktur kota baik metropolitan, besar, sedang dan kecil.
b. Struktur Penduduk, terkait menurut umur dan jenis kelamin.
c. Struktur Penduduk menurut Kepala Rumah tangga dan Anggota
Rumah tangga, dikaitkan cara bertempat tinggal satu RT atau lebih.
d. Pertumbuhan Penduduk, pertumbuhan yang dikaitkan dengan
pertumbuhan alami (kematian, kelahiran) serta faktor migrasi (mobilitas
penduduk).
e. Penyebaran, menyangkut lokasi penyebaran serta karakteristik
penyebaran penduduk.
f. Tingkat Kesehatan dan Kematian, meliputi tingkat kematian, gizi serta
penyakit yang sering melanda penduduk.

2. SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA


a. SOSIAL:
 Asal-usul suku pada permukiman
 Keadaan dan tingkat partisipasi dalam pembangunan dan kegiatan
kemasyarakatan
 Kondisi dan tingkat keamanan masyarakat
 Tingkat pendidikan masyarakat

b. EKONOMI:
 Jenis pekerjaan bagi pemukim
 Tingkat pendapatan penduduk meliputi tinggi, sedang dan rendah
menurut paradigma tertentu
 Jenis kegiatan usaha formal dan non formal

c. BUDAYA:
 Adat-istiadat dan kebiasaan yang menonjol bagi pemukim
 Hubungan kekerabatan serta ketetanggaan pemukim
 Agama dan kepercayaan masyarakat
 Upacara-upacara keagamaan dan budaya
 Situs budaya yang ada dan perlu pelestarian

B. ASPEK-ASPEK FISIK
1. LOKASI DAN LINGKUNGAN
a. Status Tanah, status tanah milik, sewa, hak guna, liar, dan sebagainya
b. Tata Guna Lahan dan Bangunan, menyangkut sesuai tidaknya
penggunaan lahan dan bangunan pada lokasi  RTRW
c. Gangguan Bencana, meliputi banjir, kebakar an, gangguan alam lainnya.
d. Kondisi Fisik Lingkungan, meliputi lingkungan. alam dan buatan.
e. Kepadatan Pengguna Lahan, meliputi tingkat kepadatan bangunan
dalam penggunaan lahan untuk pembangunan.
2. BANGUNAN
a. Kepadatan Bangunan (BC), kepadatan yang diperkenankan pada
berbagai lokasi serta kekhususan kepadatan.
b. Kualitas Bangunan, meliputi kondisi fisik bangunan dan gradasinya serta
penyebarannya.
c. Kesehatan dan Kenyamanan Bangunan, meliputi kondisi tata
peruangan bangunan secara mikro dan lingkungan maupun sistem
pencahayaan dan penghawaan, serta prasarana pada gedung/bangunan.
d. Koefisien Lantai Bangunan, meliputi luas lantai yang diperkenankan
(FAR).

3. SARANA DAN PRASARANA


a. Air Bersih, meliputi ketersediaan dan kebutuhan.
b. Sistem Sanitasi, meliputi ketersediaan dan kebutuhan.
c. Sistem Drainase, meliputi ketersediaan dan kebutuhan.
d. Jaringan Jalan, meliputi ketersediaan dan kebutuhan.
e. Jaringan Listrik, Telepon, dll, meliputi ketersediaan dan kebutuhan.
f. Sistem Pembuangan Sampah, meliputi ketersediaan, kebutuhan, serta
pengolahannya.

4. FASILITAS UMUM DAN SOSIAL


Meliputi berbagai kebutuhan fasilitas sosial dan umum serta ketersediaannya
pada suatu permukiman, misalnya: fasilitas taman/open space, tempat ibadah,
balai pertemuan warga, pekuburan, dan lain-lain.

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-2 (dua) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.

MODUL 3

TIPOLOGI DAN KARAKTERISTIK PERUMAHAN PERMUKIMAN


SESI PERKULIAHAN KE : 03

i. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal, memahami tipologi dan karakteristik perumahan permukiman.

I. Topik Kajian/Bahasan:

TIPOLOGI DAN KARAKTERISTIK PERUMAHAN PERMUKIMAN

II. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini akan mempelajari tipologi dan karakteristik perumahan
permukiman.

II. Bahan Bacaan:


1. Doxiadis, C.A., 1977. Action for Human Settlements, Athaen Center
of Ekistics.
2. Hamby, W, F, and Melvyn Jones, 1991. Settlement Geography,
Cambridge University.
3. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
Jurusan Arsitektur FTSP – ITS, Surabaya.
4. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
5. Turner, J,F,C., & Fitcher, R, 1972. Freedom to Build, Mac Millan.
6. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat,
Yayasan Padamu Negeri, Jakarta.
V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan tipologi perumahan permukiman,


2. Jelaskan karakteristik perumahan permukiman

MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐03 SESI KE: 03 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
TIPOLOGI DAN KARAKTERISTIK
PERUMAHAN PERMUKIMAN

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-3 (tiga) ini akan diberikan materi tentang tipologi dan
karakteristik perumahan permukiman. Hal ini terkait dengan perkembangan
permukiman, perencanaan dan pembangunan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami tipologi dan
karakteristik perumahan permukiman.

PENYAJIAN MATERI
A. TIPE PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1. YANG DITINGGALI HANYA SATU KELUARGA
Menurut Tata Perletakan: Rumah Tunggal Koppel, Petak/Deret
Menurut Penggunaan Lantai: Penggunaan hanya satu lantai, dan
penggunaan lebih dari satu lantai (maisonet)
Menurut Golongan Penghasilan: Rumah Sederhana/Rendah yang
meliputi sederhana dan sangat sederhana; Rumah Sedang/Menengah;
Rumah Mewah/Tinggi.
Menurut Konstruksi dan Material: Rumah Permanen, Semi
Permanen, Rumah Darurat.

2. YANG DITINGGALI LEBIH DARI SATU KELUARGA/APARTEMEN


Yang ditempati lebih dari satu keluarga, dapat dibedakan:
Berdasarkan Peruntukan: Sewa, Dijual, Swasta, Instansi, Pemerintah
Berdasarkan Kepemilikan: Sewa Tertentu, Sewa Beli, Kontrak
Berdasarkan Ketinggian: Low Rise (1 s/d 5 lantai), Medium Rise (6
s/d 12 lantai), dan High Rise Building (di atas 13 lantai)
Berdasarkan Massa Bangunan: Slab, Tower, dan Variant
Berdasarkan Sistem Koridor: Tunggal dan Ganda
Berdasarkan Jumlah Ruang Tidur: 1 Ruang Tidur s/d 5 Ruang Tidur

TIPE TIPE RUMAH


 RUMAH TUNGGAL/ DETACHED HOUSE
 RUMAH GANDENG/KOPEL/SEMI DETACHED

Dua rumah: berhubungan penuh, dapur, garasi

 Rumah Tunggal: Dinding pemisah 2 rumah milik bersama


 Rumah Deret (row houses): Dinding pemisah antara 2 rumah milik
bersama yang bersangkutan
 Rumah Susun: Ketinggian maksimal 4 lantai, tanah milik bersama atau milik
lantai 1
 Maisonette: Tiap unit berderet terdiri dari 2 lantai, tiap kavling milik masing-
masing penghuni
 Apartemen: Kepemilikan tiap lantainya sendiri-sendiri, dan tanpa
kepemilikan tanah
 Condominium: Kepemilikan tiap lantainya sendiri-sendiri, tanah milik
bersama
TIPOLOGI PERUMAHAN DI PERKOTAAN
• Perumahan yang direncanakan sepenuhnya (real estate, perumnas)
• Perumahan di rencanakan sebagian (site and services)
• Perumahan tumbuh spontan dan incremental
• Perumahan kampung yang mengalami pemadatan dan tumbuh menjadi urban
• Squater, perumahan pada lahan-lahan marginal di kota diambil oleh kelompok
masyarakat yang kemudian membangun rumah, biasanya dimulai dari rumah
non permanen, bahkan mulai dari berupa gubug

POLA KENAMPAKAN FISIK PERUMAHAN KOTA


Geometris Teratur:
• Kebanyakan pada perumahan terencana
• Membentuk struktur ruang dan hirarkhi yang jelas
• Aksesibilitas ke tiap rumah baik
• Pembangunan utilitas mudah
• Harga lahan antar persil relatif setara
Organik Tak Teratur
• Pada perumahan spontan, incremental atau squater
• Struktur dan hirarkhi ruang sulit diidentifikasi
• Aksesibilitas sangat terbatas
• Sulit membangun infrastruktur
• Terdapat perbedaan harga lahan yang mencolok antar persil

Perkampungan yang tumbuh menjadi urban pada umumnya membentuk pola


percampuran geometris dan organik.
PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-3 (tiga) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.

MODUL 4
LINGKUNGAN PERMUKIMAN (NEIGHBOURHOOD)
DAN KOMPONENNYA

SESI PERKULIAHAN KE : 04

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu: Mengenal,
memahami lingkungan permukiman (neighbourhood) dan
komponennya.

II. Topik Kajian/Bahasan:

LINGKUNGAN PERMUKIMAN (NEIGHBOURHOOD) DAN


KOMPONENNYA

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini akan mempelajari lingkungan permukiman (neighbourhood)
dan komponennya.

IV. Bahan Bacaan:


1. Doxiadis, C.A., 1977. Action for Human Settlements, Athaen Center
of Ekistics.
2. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
3. Turner, J,F,C., & Fitcher, R, 1972. Freedom to Build, Mac Millan.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan komponen permukiman ( human settlements)?


2. Sebutkan dan jelaskan jabaran komponen permukiman?

MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐04 SESI KE: 04 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
LINGKUNGAN PERMUKIMAN
(NEIGHBOURHOOD) DAN KOMPONENNYA

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-4 (empat) ini akan diberikan materi tentang lingkungan
permukiman (neighbourhood) dan komponennya. Hal ini terkait dengan
perkembangan permukiman, perencanaan dan pembangunan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami tentang
lingkungan permukiman (neighbourhood) dan komponennya.

PENYAJIAN MATERI
A. HUMAN SETTLEMENTS (PERMUKIMAN)
Menurut Doxiadis (1977), permukiman (human settlements) terdiri atas:
− Alam (nature),
− Manusia (man),
− Masyarakat (people),
− Kerangka (shells),
− Jaringan (networks)

B. KOMPONEN HUMAN SETTLEMENTS


Permukiman (human settlements) berisi:
 Isi (content): manusia (sendiri maupun di dalam masyarakat)
 Wadah (container): lingkungan fisik (alami atau buatan manusia)
 Kegiatan
KOMPONEN UTAMA PERMUKIMAN (EXISTIC, DOXIADIS):

 Isi (the content): manusia, organisasi (society), tata nilai yang dianutnya,
dan aktifitasnya.
 Wadah (the container): kondisi fisik alami dan buatan.

JABARAN KOMPONEN
1. Contens:
 Manusia (man) dan sifat/kebutuhannya
 Demografi dan sistem organisasi masyarakat (society)
2. Container:
 Elemen alam (nature): Iklim, lahan dgn kondisi fisiografi, hidrologi, flora,
fauna, dsb.
 Struktut terbangun (shells)
 Jaringan (network) alam maupun buatan, seperti: sungai, listrik, jalan,
telepon, dll.

JABARAN ELEMEN

− NATURE (setting): geologi, topografi, tanah, air, iklim, tumbuhan,


binatang.

− SHELL (sarana aktifitas): rumah, fasos, fasum (community servis):


sekolah, klinik kesehatan, dll; fasilitas ekonomi (warung, toko, pasar,
pusat perbelanjaan); civic center: kantor pengadilan, kantor;
pemerintahan, kantor pelayanan publik, gedung seni, dll); industri;
pusat transportasi (terminal, stasiun, bandara), halte.

− MAN (manusia): standar kebutuhan biologi (udara, ruang, suhu, dll);


sensasi dan persepsi; emosi (pandangan terhadap orang lain, terhadap
keamanan, keindahan, dll); etika yang dianut.

− SOCIETY (masyarakat): komposisi penduduk (menurut umur, kelamin,


etnis) dan kepadatannya; strata sosial; pola budaya, kelembagaan;
tingkat perkembangan ekonomi (pendapatan, kepemilikan); tingkat
pendidikan; kesehatan dan kesejahteraan; hukum dan administrasi.

− NETWORK (jaringan): air bersih; drainase dan air kotor; energi;


komunikasi; layout fisik.

Dalam proses pembentukan dan perkembangannya kita dapat mengenali


sistem permukiman pada 3 aras:
SISTEM NILAI Abstrak

SISTEM AKTIVITAS
SISTEM RUANG Real / nyata

Konsep Neighbourhood Unit (1)


Sebagai lingkungan pendukung:
− memacu terciptanya interaksi positif (unit social)
− mampu memenuhi kebutuhan (lokal) pemukim (unit fisik)

Pokok-pokok neighbourhood unit:


− teori kedekatan fisik (physical proximity)
− teori fasilitas sosial sebagai ikatan fisik dan ikatan sosial
− teori keamanan lingkungan
− teori kemandirian
− teori pengelompokkan social

Klasifikasi (hierarki) neighbourhood:


− social acquaintance neighbourhood (kelompok primer)
− homogenous neighbourhood
− neighbourhood unit (kelompok sekunder)
Konsep Neighbourhood Unit (2)
Komunitas perkotaan
Pola komunitas sebagian besar kota-kota di Indonesia:
− Bebas (modern)
− Seimbang (transisi)
− Terikat (tradisional)

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-4 (empat) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.
MODUL 5

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN PERMUKIMAN

SESI PERKULIAHAN KE : 05

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami tentang kebijakan pembangunan perumahan dan
permukiman.

II. Topik Kajian/Bahasan:

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN PERMUKIMAN

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini akan mempelajari tentang kebijakan pembangunan
perumahan dan permukiman.

IV. Bahan Bacaan:


1. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
Jurusan Arsitektur FTSP – ITS, Surabaya.
2. Silas Johan, 1993. Perumahan; Hunian dan Fungsi Lebihnya,
Pidato Pengukuhan Guru Besar FTSP – ITS, Surabaya.
3. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat,
Yayasan Padamu Negeri, Jakarta.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan tujuan pembangunan perumahan?


2. Jelaskan arahan kebijakan pembangunan perumahan?
MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐05 SESI KE: 05 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN
PERMUKIMAN

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-5 (lima) ini akan diberikan materi tentang kebijakan
pembangunan perumahan permukiman. Hal ini terkait dengan perkembangan
permukiman, perencanaan dan pembangunan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami tentang
kebijakan pembangunan perumahan permukiman.

PENYAJIAN MATERI
A. TUJUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN PERMUKIMAN
 Mengurangi jarak antara jumlah rumah dengan kebutuhan rumah I (di
perkotaan).
 Memfokuskan penyediaan rumah bagi kelompok menengah ke bawah.
 Mendorong berkembangnya lingkungan perumahan yang memenuhi
syarat untuk mengembangkan kehidupan sosial, ekonomi dan tidak
menyimpang dari keterbatasan lingkungan.

B. KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN


 RUTR Kota/Kabupaten; arahan lokasi perumahan, intensitas bangunan.
 Pengadaan perumahan; pembangunan perumahan baru, kawasan siap
bangun (KSB).
 Perbaikan lingkungan perumahan; perbaikan kampung, subsidi bahan
bangunan, bantuan teknis.
 Penyediaan prasarana dasar; konsolidasi tanah, site and service, land
reejustment.

ARAHAN LOKASI PERUMAHAN


Aspek dasar dalam kebijakan penentuan lokasi perumahan permukiman:
Keamanan:
− Bencana (alam dan lingkungan); Legalitas/Hukum; Kriminalitas; Investasi
Kenyamanan dan kemudahan:
− Iklim / Cuaca; Lingkungan fisik; Aksesibilitas; Fasilitas umum; Sarana
dan Prasarana; Sosial

PENETAPAN LOKASI
− FISIKAL: aksesibilitas, topografi, ketersediaan air, kesuburan, banjir/
flooding, daya dukung.
− EKONOMI: nilai tanah, aksesibilitas, amenities.
− SOSIAL: keamanan, preferensi, legalitas.

ASPEK KEAMANAN
 Aman dari bencana alam: gempa, badai, tsunami, banjir, longsor (butuh
informasi peta bencana).
 Aman dari bencana lingkungan: pencemaran udara, air dan tanah (akibat
industri, transportasi, induksi listrik, pembuangan sampah, kebakaran
dan kegiatan berbahaya lainnya).
 Aman dari masalah hokum/legalitas: status tanah jelas (tidak dalam
sengketa), peruntukan tanah sesuai rencana kota.
 Aman dari kriminalitas: perampokan, pencurian, pemerasan, intimidasi,
konflik lingkungan.
 Aman dalam investasi: jaminan dan perlindungan hokum, keamanan
lingkungan yang kondusif.
KENYAMANAN (AMENITIES) DAN KEMUDAHAN
 Iklim/cuaca: suhu, kelembaban, kuat angina, kebersihan udara.
 Lingkungan fisik: kondisi tanah (datar, kering), ketersediaan air, drainase
cukup, daya dukung.
 Aksesibilitas lokasi ke tempat kerja: kemudahan pencapaian (jarak dan
jenis angkutan), murah (dilayani publik transport).
 Fasilitas umum: ketersediaan atau kedekatan terhadap layanan umum
(pendidikan, kesehatan, perdagangan, rekreasi).
 Prasarana: ketersediaan jaringan jalan, listrik, air, gas, layanan
pengangkutan sampah.
 Kenyamanan sosial: hubungan ketetanggaan, interaksi antar lingkungan.

MOTIVASI PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN/PERMUKIMAN


 PEMERINTAH;
 Sesuai tata ruang wilayah.
 Seminimal mungkin mengurangi lahan persawahan.
 Aman dari ancaman bencana.
 Dekat dengan berbagai fasilitas yang sudah disiapkan
 PENGEMBANG;
 Harga tanah murah.
 Kondisi tapak potensial untuk dikembangkan (biaya pematangan
murah).
 Ongkos sosial serendah mungkin.
 CALON PEMUKIM;
 Harga terjangkau.
 Dekat tempat kerja.
 Aman dari bencana.

C. ARAHAN INTENSITAS BANGUNAN


 Intensitas bangunan adalah ukuran kepadatan bangunan dalam tiga
dimensional, dikaitkan dgn luas kaveling. Intensitas digunakan sebagai
instrument untuk mengendalikan kepadatan bangunan.
 Untuk ukuran horizontal, digunakan BCR (Building Coverage Ratio),
sedang untuk vertikal digunakan FAR (floor area ratio).
 BCR: perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas
tanah. ( LB/LT X 100%).
 FAR: perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas tanah
(BCR X n ), dimana n = jumlah lantai (tingkat) bangunan.

D. PEMBANGUNAN PERUMAHAN BARU


 PEMBANGUNAN SKALA BESAR (KOTA BARU);
 Pemerintah lebih sebagai regulator.
 Pemerintah sebagai developer via Perumnas.
 Private developer lebih besar perannya (BSD, Lippo Karawaci,
Kelapa Gading).
 Permasalahan utama: perubahan lahan pertanian ke non pertanian.
 PEMBANGUNAN SKALA MENENGAH (KAWASAN PERUMAHAN);
 Perumahan baru di sekitar kota.
 Banyak diminati developer swasta.
 Permasalahan utama: integrasi tata ruang dan prasarana.
 PEMBANGUNAN SKALA KECIL (LINGKUNGAN PERUMAHAN);
 Perumahan “In fill”.
 Sulit dikendalikan.
 Paling banyak dibangun.

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-5 (lima) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.
MODUL 6

 KRITERIA LOKASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN


/PERMUKIMAN

 BIAYA PEMBANGUNAN PERUMAHAN/PERMUKIMAN


SESI PERKULIAHAN KE : 06

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami kriteria lokasi pembangunan perumahan/
permukiman, dan biaya dalam pembangunan perumahan/permukiman.

II. Topik Kajian/Bahasan:

 KRITERIA LOKASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN/PERMUKIMAN

 BIAYA PEMBANGUNAN PERUMAHAN/PERMUKIMAN

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari kriteria lokasi pembangunan
perumahan/ permukiman, dan biaya dalam pembangunan perumahan/
permukiman.

IV. Bahan Bacaan:


1. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
Jurusan Arsitektur FTSP – ITS, Surabaya.
2. Silas Johan, 1993. Perumahan; Hunian dan Fungsi Lebihnya, Pidato
Pengukuhan Guru Besar FTSP – ITS, Surabaya.
3. Doxiadis, C.A., 1977. Action for Human Settlements, Athaen Center
of Ekistics.
4. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
5. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Yayasan
Padamu Negeri, Jakarta.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan kriteria lokasi pembangunan perumahan/permukiman?


2. Jelaskan biaya pembangunan perumahan/permukiman?
MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐06 SESI KE: 06 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
 KRITERIA LOKASI PEMBANGUNAN
PERUMAHAN/PERMUKIMAN
 BIAYA PEMBANGUNAN
PERUMAHAN/ PERM UKIMAN

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-6 (enam) ini akan diberikan materi tentang kriteria lokasi
pembangunan perumahan/permukiman dan tentang biaya pembangunan
perumahan/permukiman. Hal ini terkait dengan perkembangan permukiman,
perencanaan dan pembangunan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami kriteria
lokasi pembangunan dan biaya dalam pembangunan perumahan/permukiman.

PENYAJIAN MATERI
A. KRITERIA LOKASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN/PERMUKIMAN
Tersedia lahan minimal untuk 50 unit rumah, dilengkapi sarana,
prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.
Untuk pembangunan bergabung dengan lingkungan perumahan yang
lengkap prasarana, utilitas dan fasilitas sosial, jumlah rumah yang
dibangun boleh kurang dari 50 unit.
Bebas dari pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara,
kebisingan, yang berasal dari sumberdaya alam dan buatan.
Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi
pembinaan individu dan masyarakat.
 Desain yang harmonis dengan lingkungan
 Desain yang sehat pada bangunan
 Desain yang sehat pada badan/tubuh
Kondisi Tanah:
 Bebas banjir, kemiringan 0–15%
 Memiliki daya dukung yang baik
Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan
bangunannya.

B. BIAYA PEMBANGUNAN PERUMAHAN/PERMUKIMAN


Biaya pembangunan perumahan/permukiman dibagi 4 (empat) yaitu:
1. Biaya Perumahan (BP)
2. Biaya Bangunan (BB)
3. Biaya Prasarana Lingkungan (BPL)
4. Biaya Tanah (BT)

Ad. 1. Biaya Perumahan (BP)


Biaya Perumahan terdiri dari biaya:
 Biaya Bangunan (BB)
 Biaya Tanah (BT)
 Biaya Perencanaan dan Supervisi (BPS)
 Biaya Prasarana Lingkungan (BPL)
 Biaya Umum/overhead dan Tak Terduga (BOT)
 Pajak-pajak (P)

Ad. 2. Biaya Bangunan (BB)


Biaya Bangunan terdiri dari:
 Biaya Pekerjaan Tanah
 Biaya Struktur dan Konstruksi Utama
 Biaya Konstruksi Bangunan Pelengkap
 Biaya Penyelesaian
 Biaya Perlengkapan/Peralatan

Ad. 3. Biaya Prasarana Lingkungan (BPL)


Biaya Prasarana Lingkungan terdiri darI:
 Jalan dan Jembatan
 Jaringan Listrik dan Telepon
 Jaringan Air Minum
 Bembuangan Air Hujan, Air Limbah, dan Sampah

Ad.4. Biaya Tanah (BT)


Biaya Tanah terdiri dari:
 Biaya Pembebasan Tanah (Pembelian, Pemindahan/Pengosongan)
 Biaya Pemutihan (Legalisasi Status Hak Milik)
 Biaya Pematangan Tanah (Pembersihan, Perataan, Penggalian, dan
sebagainya)

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-6 (enam) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.
MODUL 7

KUALITAS PERMUKIMAN DAN TERTIB DALAM MEMBANGUN


SESI PERKULIAHAN KE : 07

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami kualitas permukiman, dan tertib dalam
membangun perumahan/permukiman.

II. Topik Kajian/Bahasan:

KUALITAS PERMUKIMAN DAN TERTIB DALAM MEMBANGUN

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari kualitas permukiman, dan tertib
dalam membangun perumahan/permukiman.

IV. Bahan Bacaan:


1. Silas Johan, 1993. Perumahan; Hunian dan Fungsi Lebihnya,
Pidato Pengukuhan Guru Besar FTSP – ITS, Surabaya.
2. Doxiadis, C.A., 1977. Action for Human Settlements, Athaen Center
of Ekistics.
3. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
4. Turner, J,F,C., & Fitcher, R, 1972. Freedom to Build, Mac Millan.
5. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat,
Yayasan Padamu Negeri, Jakarta.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan kualitas permukiman?


2. Jelaskan tertib dalam membangun perumahan/permukiman?
MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐07 SESI KE: 07 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
KUALITAS PERMUKIMAN DAN
TERTIB DALAM MEMBANGUN

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-7 (tujuh) ini akan diberikan materi tentang kualitas
permukiman dan tertib dalam membangun permukiman. Hal ini terkait dengan
perkembangan permukiman, perencanaan dan pembangunan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami kualitas
permukiman dan tertib dalam membangun permukiman.

PENYAJIAN MATERI
1) KUALITAS PERMUKIMAN
Faktor menurunnya kualitas permukiman, antara lain:
 Kepadatan bangunan perumahan terlalu tinggi
 Lenyapnya taman-taman kota dan ruang terbuka hijau
 Tidak terjangkaunya jaringan air bersih, listrik, pembuangan air kotor
 Berkurangnya tingkat pelayanan dan fasilitas umum, seperti: sekolah, tempat
pertemuan, lapangan olahraga, tempat rekreasi, dan lain-lain
 Hilangnya ciri-ciri khas atau karakter spesifik dari daerah permukiman tertentu
2) TERTIB PEMBANGUNAN
Fungsi Permukiman:
1. Fungsi Pasif
 Tersedianya sarana dan prasarana fisik
2. Fungsi Aktif
 Penciptaan lingkungan yang sesuai kehendak, aspirasi, adat dan tata cara
hidup penghuni dengan segenap dinamika kehidupannya

3) FAKTOR TERTIB PEMBANGUNAN


Terdapat 5 (lima) Faktor Tertib Pembangunan:
1. Faktor Alam
2. Faktor Manusia
3. Faktor Masyarakat
4. Sarana Kegiatan
5. Jaringan Prasarana

Ad. 1. FAKTOR ALAM


 Pola tata guna lahan/ tanah
 Pemanfaatan dan kelestarian Sumber Daya Alam
 Daya dukung lingkungan
 Taman/ open space, area rekreasi dan olahraga

Ad. 2. FAKTOR MANUSIA


 Pemenuhan kebutuhan fisik dan fisiologis
 Penciptaan rasa aman dan terlindungi
 Rasa memiliki lingkungan
 Tata nilai dan estetika

Ad. 3. FAKTOR MASYARAKAT


 Peran serta masyarakat dalam pembangunan
 Aspek hukum (dasar hukum yang kuat dalam kepemilikan)
 Pola kebudayaan (tidak bertentangan dengan pola budaya setempat)
 Aspek sosial ekonomi
 Kependudukan (melihat kebutuhan setiap lapisan masyarakat)

Ad. 4. SARANA KEGIATAN


 Perumahan/permukiman
 Pelayanan umum, seperti: sekolah, puskesmas, dan lain-lain
 Fasilitas umum, seperti: pasar, toko, balai pertemuan, lapangan olahraga

Ad. 5. JARINGAN PRASARANA


 Jaringan utilitas: air bersih, pembuangan air kotor, listrik, gas,
pembuangan sampah, dan lain-lain
 Jaringan transportasi: transportasi darat, laut, udara, kereta api
 Jaringan komunikasi: telepon, e-mail, faximile, telecomprence, dll

4) HAK ASASI PERMUKIMAN


Hak Asasi Permukiman (Habitat Bill of Rights)
 Fisik lingkungan mencerminkan pola kehidupan dan budaya masyarakat
setempat (punya ciri khas)
 Lingkungan permukiman harus didukung fasilitas pelayanan dan utilitas umum
yang sebanding dengan jumlah penduduk, ukuran dan luas lingkungan
(harmonis, tidak boleh timpang)
 Pada permukiman masyarakat berpenghasilan rendah sedapat mungkin
tersedia wadah kegiatan yang dapat menambah penghasilan masyarakat
 Tersedia taman-taman dan ruang terbuka hijau
 Perencanaan tata letak permukiman harus memanfaatkan bentuk tofografi
dan karakteristik alami tapak
 Jalan masuk lingkungan harus berskala manusia, terdapat pemisahan antara
lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki, sedapat mungkin diteduhi pohon-pohon
pelindung
 Lingkungan permukiman harus menunjang terjadinya kontak sosial, dapat
menciptakan identitas dan rasa memiliki dari segenap penghuni

5). HAK ASASI BANGUNAN PERUMAHAN


Hak Asas Bangunan Perumahan, antara lain:
 Interior dan eksterior rumah mencerminkan nilai-nilai dan tata cara hidup
penghuninya
 Setiap rumah memiliki Kamar Mandi/WC dan tempat cuci sendiri yang
memenuhi syarat kesehatan
 Ukuran rumah dan pekarangan harus diperhitungkan atas dasar jumlah
anggota keluarga dan kemungkinan pertumbuhannya
 Setiap rumah harus terbuka ke kedua arah guna mendapat penghawaan
silang dan pencahayaan alami
 Setiap rumah harus memiliki taman sendiri
 Batas pemilikan rumah dan pekarangan harus cukup jelas perbedaannya dari
daerah publik

Undang-Undang yang berkenaan dengan Hak Perumahan dan Permukiman


 Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945
 Pasal 25 Deklarasi tentang Hak Asasi Manusia, tahun 1948
 Perjanjian Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (pasal 11:1)
 Undang-Undang No. 4 tahun 1992 (pasal 5)
 Undang-Undang No. 1 tahun 2011

5 (LIMA) PRINSIP HAK PERUMAHAN


Terdapat 5 (lima) prinsip hak perumahan, yaitu:
1. Hak memiliki, apapun bentuknya
2. Hak mengembangkan mutu
3. Hak mencapai sumber daya
4. Hak mendapat informasi
5. Hak dibantu pemerintah bila tidak mampu

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-7 (tujuh) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.

MODUL 8

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)


SESI PERKULIAHAN KE : 08

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami materi yang telah diperoleh dari modul 01 s/d
modul 07, serta dapat memanfaatkannya pada kegiatan yang terkait dengan
materi yang diperoleh.

II. Topik Kajian/Bahasan:

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini akan dilakukan evaluasi/ujian tengah semester (UTS)
tentang penguasaan materi mulai dari modul ke-1 (satu) sampai dengan
modul ke-7 (tujuh). Hal ini terkait dengan keberhasilan proses
pembelajaran dalam mata kuliah sistem perumahan dan permukiman.

IV. Bahan Bacaan:


1. Direktorat Pekerjaan Umum, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Doxiadis, C.A., 1977. Action for Human Settlements, Athaen Center
of Ekistics.
3. Hamby, W, F, and Melvyn Jones, 1991. Settlement Geography,
Cambridge University.
4. John M,Levy, 2000. Contemporary Urban Planning, Prentice Hall,
New Jersey.
5. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
Jurusan Arsitektur FTSP – ITS, Surabaya.
6. Silas Johan, 1993. Perumahan; Hunian dan Fungsi Lebihnya,
Pidato Pengukuhan Guru Besar FTSP – ITS, Surabaya.
7. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
8. Turner, J,F,C., & Fitcher, R, 1972. Freedom to Build, Mac Millan.
9. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat,
Yayasan Padamu Negeri, Jakarta.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Mahasiswa diberi evaluasi/ujian dari modul 01 s/d modul 07, untuk
mengukur dan mengevaluasi pemahaman materi yang telah diberikan
dalam perkuliahan.

MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐08 SESI KE: 08 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
UJIAN TENGAH SEMESTER ( UTS)

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-8 (delapan) ini akan dilakukan evaluasi/ujian tengah semester
tentang penguasaan materi mulai dari modul ke-1 (satu) s/d modul ke-7 (tujuh).
Hal ini terkait dengan keberhasilan proses pembelajaran dalam mata kuliah sistem
perumahan dan permukiman.

Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat mengetahui, mengenal dan memahami


materi yang telah diperoleh serta dapat memanfaatkannya pada kegiatan yang
terkait dengan materi yang diperoleh.
PENYAJIAN MATERI
Mahasiswa diberi materi evaluasi/ujian dari modul 01 s/d modul 07, untuk
mengukur dan mengevaluasi pemahaman materi yang telah diberikan dalam
perkuliahan.

PENUTUP
Setelah penyajian materi evaluasi berupa ujian tulis dari materi yang terdapat
pada modul ke-1 s/d ke-7 mahasiswa dapat lebih mengenal, memahami,
menganalisa dan menerapkan materi-materi yang telah didapatkan dalam
perkuliahan.

MODUL 9

TATA GUNA LAHAN PERMUKIMAN


SESI PERKULIAHAN KE : 09

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami tentang tata guna lahan permukiman.

II. Topik Kajian/Bahasan:

TATA GUNA LAHAN PERMUKIMAN

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari tentang tata guna lahan
permukiman.

IV. Bahan Bacaan:


1. Direktorat Pekerjaan Umum, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
3. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
4. Turner, J,F,C., & Fitcher, R, 1972. Freedom to Build, Mac Millan.
5. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Yayasan
Padamu Negeri, Jakarta.
V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan pertimbangan-pertimbangan dalam memilih


lahan?
2. Jelaskan cadangan lahan/tanah yang dibutuhkn dalam
pembangunan perumahan/permukiman?

MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐09 SESI KE: 09 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
TATA GUNA LAHAN PERMUKIMAN

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-9 (sembilan) ini akan diberikan materi tentang tata guna lahan
permukiman. Hal ini terkait dengan perkembangan permukiman, perencanaan dan
pembangunan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami tentang tata
guna lahan permukiman.

PENYAJIAN MATERI
A. TATA GUNA LAHAN PERMUKIMAN
ALAM DAN LINGKUNGAN
1. Alam dan Parameternya: Dataran Rendah; Pegunungan; Danau;
Sungai; Hutan; Tanah Kritis; Longsor; Gunung Berapi; Gempa Bumi;
Air; Sumberdaya Mineral.

Gambar 2. Bentuk Alam dan Parameternya

2. Lingkungan, sesuai fungsinya dikelompokkan sebagai berikut:


− Lingkungan Permukiman
− Lingkungan Pertanian
− Lingkungan Pertambangan
− Lingkungan Sumberdaya Laut
− Lingkungan Kegiatan sarana dan Penunjang
− Dan lain-lain
Gambar 3. Lingkungan dan Fungsinya

B. KEGUNAAN DAN EVALUASI LAHAN


Kegunaan lahan dpt dianalisis dlm 3 (tiga) aspek yaitu :
a. Kesesuaian
b. Kemampuan
c. Nilai Lahan

Evaluasi lahan
Gambar 4. Diagram Tahapan Evaluasi Lahan

C. FENOMENA ALAM DAN TATA GUNA LAHAN

− Topografi: datar, bergelombang, berbukit


− Lokasi Pusat Perkotaan: sifat fisik tanah utk jaringan jalan, gedung
tinggi, pabrik, rumah sakit, industri, dll.
− Daerah Pertanian
− Zoning Tanah
− Kebutuhan Air
− Ketersediaan Bahan Bangunan

Merencanakan permukiman dibutuhkan cadangan lahan/tanah untuk:

− Perumahan
− Fasilitas Umum
− Sirkulasi
− Rekreasi/Open Space
− Jaringan Air Kotor/Drainase
− Jaringan Air Bersih, Listrik, Gas, Telepon.
− Jaringan Pembuangan Sampah Padat.
− Jaringan Pembuangan Limbah Rumahtangga, dan lain-lain.

Penggunaan Lahan
1. Lingkungan Permukiman Kota:
− Perumahan
− Fasilitas Umum
− Sirkulasi
2. Lingkungan Permukiman Desa:
− Berkembang pada lokasi Pekerjaan (Sawah/kebun/Ladang, dll)
− Perumahan

D. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN LAHAN
− Keunggulan Komparatif (comparative advantage)
− Anugerah Lahan (natural edowment): air bersih, pemandangan alam,
iklim.
− Kombinasi Produksi yang memberi nilai lebih
− Pertimbangan Transportasi: mudah dan menunjang pengembangan
lokasi.
− Keunggulan Institusi: lembaga yang menunjang pengembangan lahan
permukiman, pendidikan, kesehatan, jasa, dll
− Interaksi yang berbeda antara dasar pertimbangan satu dengan lainnya.

POTENSI

Saling berpengaruh
LAHAN MASALAH

PERATURAN

PENDUDUK LAHAN

Sistem Perumahan dan Permukiman (213 TDE52H0N3O) LOGI 83


 Penduduk : selalu bertambah secara alami dan migrasi
 Teknologi : selalu berkembang
 Lahan : relatif tetap

NILAI / HARGA LAHAN SELALU NAIK

Standar Perencanaan Kebijaksanaan Diabaikan

Tetap harus memperhatikan


Akibat tuntutan ekonomi dan politik “Sustainable Development”
(Pembangunan Berkelanjutan)

Pembangunan yang memperhatikan kelestarian SDA

LOKASI PERMUKIMAN HARUS MEMPERHATIKAN:

 Persaingan
 Hak Pribadi
 Perbedaan Keinginan
 Topografi
 Transportasi
 Struktur Tanah
 Nilai tanah, dll.

PENUTUP

Sistem Perumahan dan Permukiman (213 D52 84


03)
Setelah penyajian materi modul ajar ke-9 (sembilan) yang disertai contoh
penjelasan tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan
mahasiswa serta antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami
materi yang disampaikan.
MODUL 10

TERTIB DALAM MEMBANGUN


SESI PERKULIAHAN KE : 10

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami tentang tertib dalam membangun.

II. Topik Kajian/Bahasan:

TERTIB DALAM MEMBANGUN

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari tentang tertib dalam membangun

IV. Bahan Bacaan:


1. Direktorat Pekerjaan Umum, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
3. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan pengertian membangun?


2. Jelaskan 5 tertib dalam membangun?
MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐10 SESI KE: 10 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:

TERTIB DALAM MEMBANGUN

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-10 (sepuluh) ini akan diberikan materi tentang tertib dalam
membangun perumahan dan permukiman.

Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami tentang


tertib dalam membangun perumahan dan permukiman.

PENYAJIAN MATERI
A. TERTIB DALAM MEMBANGUN
 Membangun dalam hal ini, adalah mendirikan, merenovasi atau
memperbaiki bangunan baik secara permanen maupun sementara.
 Kegiatan ini haruslah memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Setiap pembangunan perlu mengindahkan 5 tertib dalam membangun, untuk


menghasilkan ruang kota yang teratur, kehidupan aman, nyaman dan sehat.

5 Tertib Pembangunan:
1. Tertib Administrasi
2. Tertib Teknis
3. Tertib Lingkungan
4. Tertib Hukum
5. Tertib Lapangan

Ad. 1. Tertib Administrasi


 Memenuhi persyaratan Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (PIMB).
 Membayar retribusi pelayanan IMB, SIPB dan Re-IPB yang dilakukan
Pemda (Dinas Pengawasan Pembangunan Kota).
 Pemilik bangunan bukan rumah tinggal harus menunjuk pemborong
resmi/terdaftar mempunyai izin/SIPP/TDR, pengawas yg memiliki SIBP.
 Melaporkan hasil pembangunan sesuai tahapan pelaksanaan pada Sub
Dinas Pelaksanaan Bangunan.

Ad. 2. Tertib Teknis


Bangunan direncanakan oleh perencana yang memiliki izin bekerja/SIPP.
Perencanaan harus sesuai ketentuan yang berlaku di bidang arsitektur,
konstruksi, perlengkapan teknis bangunan.
 Memenuhi ketentuan jarak bebas dan tata letak bangunan yang berlaku
 Memenuhi syarat standar ttg konstruksi beton, kayu, baja, pembebanan.
 Mengikuti ketentuan teknis tentang instalasi & perlengkapan bangunan:
listrik, AC, telepon, air bersih/kotor, transportasi vertikal, kebakaran,
pengelolaan limbah.

Ad. 3. Tertib Lingkungan

 Lingkungan yang tertib akan memberikan keamanan, kesehatan,


kenyamanan, indahan, keserasian kepada bangunan maupun
Lingkungan.
 Tidak benar daerah hunian dijadikan pertokoan, perkantoran, atau
industry, dll.

Ad. 4. Tertib Hukum


 Pembangunan oleh masyarakat harus mematuhi hukum dalam proses
izin mendirikan bangunan
 Bangunan di atas tanah yang sah kepemilikannya dapat berupa
sertifikat, fatwa, surat kaveling atau akte notaris PPAT, surat bukti
lainnya.
 Bangunan yang didirikan harus sesuai dengan peruntukan tanah yang
ditetapkan dalam RUTR dan RBWK.

Ad. 5. Tertib Lapangan


 Dilakukan sesuai perizinan yang berlaku, meliputi aspek planologis,
arsitektural, konstruksi dan kelengkapan bangunan.
 Pekerjaan benar-benar dilakukan dan diawasi oleh orang yang ahli
dibidangnya dan memiliki izin.
 Selama pelaksanaan pekerjaan, pemborong wajib menjaga keamanan,
keselamatan, kebersihan, ketertiban proyek, dan menghindarkan
terjadinya gangguan terhadap lingkungan.

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-10 (sepuluh) yang disertai contoh
penjelasan tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan
mahasiswa serta antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami
materi yang disampaikan.
MODUL 11

PROSES PENGADAAN PERUMAHAN DAN


PERMASALAHAN UMUM PERUMAHAN
SESI PERKULIAHAN KE : 11

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami proses pengadaan perumahan dan
permasalahan umum perumahan

II. Topik Kajian/Bahasan:

PROSES PENGADAAN PERUMAHAN DAN PERMASALAHAN UMUM


PERUMAHAN

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari tentang proses pengadaan
perumahan dan permasalahan umum perumahan

IV. Bahan Bacaan:


1. Direktorat Pekerjaan Umum, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
3. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan proses pengadaan perumahan?


2. Jelaskan permasalahan umum perumahan?
MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐11 SESI KE: 11 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
PROSES PENGADAAN PERUMAHAN DAN
PERMASALAHAN UMUM PERUMAHAN

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-11 (sebelas) ini akan diberikan materi tentang proses
pengadaan perumahan dan permasalahan umum perumahan. Hal ini terkait
dengan perkembangan permukiman, perencanaan dan pembangunan
permukiman.

Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami proses


pengadaan perumahan dan permasalahan umum perumahan.

PENYAJIAN MATERI
A. PROSES PENGADAAN PERUMAHAN
(Tinjauan Aspek Fisik)
 Pembangunan Rumah Baru:
− Perumnas
− Developer (Real Estate)
− Instansi
− Individu
 KIP (Kampung Improvement Program), Pemugaran (renovasi,
restorasi), Site and services (kapling siap bangun, kapling siap
pakai), Peremajaan kota (Urban renewal):
− Pembangunan baru
− KIP
− Konsolidasi lahan
− Site and services

 Proses pembangunan
perumahan “Standardized”
 Standar di bidang perumahan centralization
 Industri komponen rumah

Pemilihan lokasi Ijin lokasi Penguasa an tanahPenyelidik an tanah

Survey pasar Karakteristik pemukim Konsep perencanaan Potensi lahan

Grading / land development Siteplan Desain rumah


Pembangunan infrastruktur
Pembangun an rumah

Jual

B. PERMASALAHAN UMUM PERUMAHAN


 Perkembangan penduduk (perkotaan)
 Pertanahan
 Sistem Pembiayaan
 Pengembangan Wilayah
 Prasarana Lingkungan
 Teknis Teknologis
 Partisipasi Masyarakat/Pengembangan Komunitas

MASALAH POKOK PEMBANGUNAN PERUMAHAN


(Sarjono, Prisma, 1986)
 KEPENDUDUKAN
− Pertambahan (deret ukur x deret hitung)
− Distribusi (urbanisasi, penduduk kota > penduduk desa)
 PENGEMBANGAN WILAYAH
- Nasional
- Regional zonasi/pemintakatan x kebutuhan
- Lokal
 PERTANAHAN
− Terbatas, langka, bertambah mahal
− Pengendalian
 PEMBIAYAAN
- Kemampuan masyarakat (affordability)
- Sumber dana
 TEKNOLOGI DAN INDUSTRI KONSTRUKSI
- Industri komponen bahan bangunan (material): lokal, massal, biaya,
tersedia, standar
- Proses pembangunan
- Penggunaan teknologi-konstruksi
 PERATURAN DAN PERUNDANGAN
- UU, UUTR Kota, Perda, skala proritas
 KELEMBAGAAN (ORGANISASI & INSTITUSI)
- Terkait, koordinasi, administrasi– birokrasi, fungsi pemerintah daerah
 PARTISIPASI MASYARAKAT
- Sumber daya manusia (skill dan distribusi)
- Masyarakat sebagai pelaku (subyek)

C. PERKEMBANGAN PENDUDUK
 Laju pertumbuhan penduduk perkotaan yang tinggi (proses urbanisasi,
dan perubahan kuantitas).
 Perubahan perilaku dan kebutuhan penduduk; mobilitas, gaya hidup
(perubahan kualitas). Nilai rumah bergeser, dari kebutuhan dasar
menjadi status sosial dan komoditi ekonomi. Mobilitas penduduk
mendorong disparitas ketersediaan rumah (perdesaan banyak rumah tak
berpenghuni, perkotaan banyak rumah penghuni berjejal).
 Kesenjangan pertumbuhan penduduk dengan ketersediaan ruang,
rumah dan prasarananya. Standar layanan semakin menurun.

D. SISTIM PEMBIAYAAN
 PEMERINTAH;
− Semakim menurun
− Subsidi dihapus
− Prasarana diserahkan ke daerah
 SWASTA;
− Semakin berkembang (variasi KPR dan komersial)
− Belum ada regulasi pengendalian
 MASYARAKAT;
− Posisi tetap inferior, tidak ada perlindungan dan dukungan

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-11 (sebelas) yang disertai contoh
penjelasan tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan
mahasiswa serta antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami
materi yang disampaikan.

MODUL 12

PEREMAJAAN DAN PERBAIKAN PERMUKIMAN KUMUH


SESI PERKULIAHAN KE : 12

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami peremajaan dan perbaikan permukiman kumuh.

II. Topik Kajian/Bahasan:

PEREMAJAAN DAN PERBAIKAN PERMUKIMAN KUMUH

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari tentang peremajaan dan perbaikan
permukiman kumuh.

IV. Bahan Bacaan:


1. Direktorat Pekerjaan Umum, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
3. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
4. Turner, J,F,C., & Fitcher, R, 1972. Freedom to Build, Mac Millan.
5. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Yayasan
Padamu Negeri, Jakarta.
V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan tentang permukiman kumuh di perkotaan.


2. Jelaskan penyebab timbulnya permukiman kumuh.
3. Jelaskan upaya untuk menanggulangi permukiman kumuh
4. Jelaskan peremajaan dan perbaikan permukiman kumuh

MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐12 SESI KE: 12 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
PEREMAJAAN DAN PERBAIKAN
PERMUKIMAN KUMUH

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-12 (dua belas) ini akan diberikan materi tentang peremajaan
dan perbaikan permukiman kumuh. Hal ini terkait dengan perkembangan
permukiman, perencanaan dan pembangunan permukiman.

Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami peremajaan


dan perbaikan permukiman kumuh.
PENYAJIAN MATERI
A. PENGERTIAN DAN BATASAN
Lingkungan permukiman kumuh: didefinisikan sebagai lingkungan
permukiman dengan penghuni padat, kondisi social ekonomi rendah, rumah
sangat padat dengan ukuran di bawah standar, prasarana lingkungan tidak
memadai dari segi kuantitas dan kualitas, berada pada tanah milik negara atau
orang lain dan berkembang di luar ketentuan yang berlaku.

 URBANISASI: dialami negara maju dan negara berkembang >>> berlangsung


cepat dan menimbulkan gejolak sosial >>> menimbulkan perkampungan slum
atau kumuh.
 Kebanyakan penduduk bermigran dari desa ke kota menjadi kaum
gelandangan yang disebut kaum miskin kota atau kaum kumuh. Umumnya
bergerombol pada suatu komunitas secara temporer yang menempati wilayah
tertentu.

 Slum (kawasan kumuh): daerah permukiman di perkotaan yang kondisinya


sangat buruk; daerah hunian yang bersifat legal (status hukumnya jelas) yang
kondisinya sudah sangat merosot.

 Squater: daerah/lahan permukiman liar, gubuk-gubuk liar dibangun di atas


lahan orang lain/lahan tidak jelas pemiliknya/lahan negara, menempati lahan
kosong, di tepi rel kereta api dan sungai, di bawah jembatan, di atas kuburan,
di samping gubuk-gubuk darurat yang dibangun menempel ditembok rumah
orang lain, di lorong-lorong kota yang dihuni orang-orang pendatang yang
dekat dengan lokasi mereka bekerja/mencari nafkah (PBB, 1986).

 Daerah slum dan squater biasa disebut sebagai kawasan kumuh, yaitu
daerah yang penduduk dan bangunannya padat/tinggi.

 Kumuh (Slum): permukiman/perumahan orang-orang miskin kota yang


berpenduduk padat terdapat di jalan, lorong-lorong yang kotor dan merupakan
bagian dari kota secara keseluruhan, juga disebut wilayah semrawut (Parsudi
Suparlan).

 Permukiman Kumuh: kawasan hunian masyarakat dengan ketersediaan


sarana dan prasarana umum yang buruk (Turner, 1972).

 Permukiman Kumuh: bagian dari lingkungan perumahan perkotaan yang


merupakan tempat tinggal masyarakat berpenghasilan rendah, padat
penduduknya, sarat pengangguran, sumber kriminalitas, dikesankan sebagai
segala sesuatu yang bersifat jorok (Yudhohusodo).

 Permukiman Kumuh: massa apung, yaitu masyarakat yang memiliki


pekerjaan berganti-ganti, tempat tinggal tidak tetap dan penduduk berproduksi
sub-sistensi (Hans Dieter Evers, 1985).

 Lingkungan Kumuh: suatu keadaan yang tidak layak huni, menyangkut arti
ketidakteraturan, ketidak tertiban pembangunan dan keselamatan.

B. PERMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN (Sajoto, 1986):


1. DARI SEGI FISIK
 Ukuran persil/tanah sempit.
 Pola penggunaan tanah tidak teratur.
 Letak dan bentuk bangunan tidak teratur.
 Prasarana fisik lingkungan di bawah standar atau sama sekali tidak ada.
 Kesehatan lingkungan sangat rendah.
 Pembuangan air limbah RT dan sampah kurang sempurna >>>
menimbulkan wabah penyakit.
 Jaringan jalan internal tidak teratur, kondisi bangunan terbuat dari
material temporer/semi permanen
2. DARI SEGI SOSIAL
 Lingkungan hunian padat dalam area yang terbatas.
 Mayoritas pendapatan penduduk rendah.
 Tingkat pendidikan masyarakat rata-rata rendah.
 Hubungan antara individu masih erat (kegotong-royongan) dibanding
dengan masyarakat kota lainnya.
3. DARI SEGI HUKUM
 Kawasan kumuh terbentuk tanpa melalui prosedur perundang-undangan
yang ada >>> disebabkan karena langka dan mahalnya harga tanah di
perkotaan.
4. DARI SEGI EKONOMI
 Masyarakat dengan pola mata pencaharian yang heterogen.
 Produktifitas kesehatan lingkungan rata-rata rendah.
 Sektor perekonomian bersifat informal (antara lain: penarik becak, buruh,
pedagang kaki lima, dan lain-lain).
 Tingkat daya tabung penduduk umumnya rendah >>> karena tingkat
pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

C. PENYEBAB TIMBULNYA PERMUKIMAN KUMUH


Penyebab utama munculnya permukiman kumuh antara lain:
 Urbanisasi dan migrasi yang sangat tinggi, terutama bagi kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah.
 Sulit mencari pekerjaan.
 Sulit mencicil dan menyewa rumah.
 Kurang tegasnya pelaksanaan peraturan perundang-undangan,
 Program perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati para pemilik rumah.
 Disiplin warga yang rendah.

KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN SESUAI KRITERIA


DIRJEN CIPTA KARYA:
 Kepadatan penduduk tinggi > 200 jiwa/Ha.
 Kepadatan bangunan tinggi > 110 bangunan/Ha.
 Kondisi prasarana buruk (jalan, air bersih, sanitasi, drainase, persampahan)
yang terbangun < 20 % dari luas kawasan.
 Kondisi bangunan rumah tidak permanen atau semi permanen dan tidak
memenuhi persyaratan minimal.
 Rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit, masalah keamanan dan
kriminalitas.

D. IDENTIFIKASI DAN UPAYA PENANGGULANGAN


1. METODE IDENTIFIKASI, menunjukkan tingkat kekumuhan dalam aspek:
a. Kondisi Lokasi
— Status legalitas tanah
— Status penguasaan bangunan
— Frekuensi bencana kebakaran
— Frekuensi bencana banjir
— Frekuensi bencana alam lainnya
b. Kondisi Kependudukan
— Tingkat kepadatan penduduk
— Rata-rata anggota rumah tangga
— Jumlah KK per rumah
— Tingkat pertumbuhan penduduk
— Angka kematian kasar
— Status gizi balita
— Angka kesakitan malaria
— Angka kesakitan diare
— Angka kesakitan demam berdarah
— Angka kesakitan ISPA
c. Kondisi Bangunan
— Tingkat kualitas struktur bangunan
— Tingkat kepadatan bangunan
— Tingkat kesehatan dan kenyamanan bangunan
— Tingkat penggunaan luas lantai bangunan
d. Kondisi Sarana dan Prasarana
— Tingkat pelayanan air bersih
— Kondisi sanitasi lingkungan
— Kondisi persampahan
— Kondisi drainase
— Kondisi jalan
— Besarnya ruang terbuka hijau
e. Kondisi Sosial Ekonomi
— Tingkat kemiskinan
— Tingkat pendapatan
— Tingkat pendidikan
— Tingkat kerawanan keamanan

Dengan penentuan bobot masing-masing indicator yang dikaitkan dengan


tingkat kondisi kumuh akan dapat ditentukan kondisi kekumuhan lingkungan
permukiman kumuh.

2. UPAYA PENANGGULANGAN
Pemecahan masalah dilakukan antara lain:
a. PROGRAM PERBAIKAN KAMPUNG (Kampung Improvement
Programme = KIP)
 Dikenal sejak 1969-1970, sasaran pokok program pada konsep
TRIBINA (bina manusia, bina usaha, bina lingkungan) melalui
pembangunan fisik.

 KIP: bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan dengan


memperbaiki lingkungan fisik kampung (jalan/gang, selokan, tempat
sampah, jamban, MCK, dan sebagainya).

 KIP dilaksanakan di daerah padat dan dihuni oleh penduduk yang


rata-rata berpenghasilan rendah, dikaitkan dengan program INPRES
(pembangunan SD, sarana kesehatan dan fasilitas lain).

 Pelaksanaan KIP ditekankan pada fisiknya saja, dana diatur dan


dikelola oleh LKMD (Top Down), sehingga pengontrolan sulit
dilakukan karena dikerjakan oleh kontraktor yang ditunjuk
pemerintah, masyarakat hanya menerima bentuk jadi.
 Pendanaan KIP dibantu oleh lembaga keuangan internasional
(UNEP, UNICEF & World Bank).

b. KIP- KOMPREHENSIF (KIP-K)


 KIP-K adalah pengembangan dari program KIP sebelumnya (Proyek
WR. Supratman).
 KIP-K: program peningkatan kampung yang bersifat menyeluruh dan
terpadu (aspek fisik dan non fisik), diarahkan untuk pemberdayaan
dan peningkatan kemandirian warga kampung dengan pendekatan
Bottom Up (Community Base Development) atau pembangunan
berdasar partisipasi masyarakat dan Top Down Approach. Kegiatan
dirancang, dilakasanakan dan dievaluasi oleh warga kampung
secara bersama (pemberdayaan dan kemandirian) dan
berkelanjutan (sustainability).
 Tujuan Program KIP-K:
 Meningkatkan kualitas lingkungan dan prasarana
 Meningkatkan peran serta warga kampung dalam pembangunan
 Meningkatkan status kepemilikan tanah dan bangunan rumah
 Meningkatkan kondisi sosial-ekonomi warga

 Sasaran Program KIP-K: untuk warga kampung dengan tingkat


sosial ekonomi rendah, penentuan prioritasnya dimusyawarahkan
sendiri oleh warga. Sasaran capaian adalah:
 Memperbaiki tempat tinggal
 Memperbaiki fisik lingkungan
 Meningkatkan keterampilan
 Memperoleh kredit modal usaha
 Memperoleh IMB dan sertifikat tanah
 Sumber dana KIP-K: 100 % dari pinjaman IBRD (Bank Dunia) yang
berjangka waktu 40 tahun melalui Pemda setempat.
c. PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN (RUSUN)
 Tanah yang tersedia semakin sempit >>> membuat rumah secara
menumpuk (vertikal).
 Disediakan bagi masyarakat penghasilan rendah.
 Contoh rusun yang ada di Indonesia antara lain: Rusun Dupak
Bangunrejo, Rusun Menanggal (Surabaya); Rusun Klender, Rusun
Tanah Abang, Rusun Cempaka Putih, Rusun Tanjung Priok
(Jakarta); Rusun Lette (Makassar), dan lain-lain.

d. PEMBANGUNAN RUMAH MURAH


 Program pembangunan rumah murah dikenalkan di Indonesia tahun
1972, dengan program “Kapling Tanah Matang” (Sites and Services)
berakar dari konsep “Self Helf Housing” (dikembangkan Bank Dunia).
 Tahun 1978 berkembang menjadi “Rumah Inti” yaitu rumah dengan
luas 15 m2, di atas tanah 90 m2.
 Tahun 1990 berkembang menjadi “Rumah Sangat Sederhana
(RSS)” dengan luas bangunan 12 m2, luas tanah 60 m2, lalu
berkembang menjadi tipe 15/60, 21/60, & 36/90 m2 >>> pola ini
dinamakan “Griya Pemula” atau “Starter Housing”.
 Pembangunan rumah murah meliputi “RS dan RSS” yang dilengkapi
dengan fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas ekonomi.
 Pemerintah memberi subsidi kredit melalui KPR-RS/RSS, rumah
murah ini dapat disewa atau dibeli oleh masyarakat.
 Pembangunan perumahan murah dapat dilakukan oleh pemerintah
(perum perumnas), swasta (real estate dev.), atau hibrida (yayasan,
koperasi).

e. PEMBANGUNAN SUPER BLOK


 Bermula dalam upaya mengadakan pembatasan dan pengendalian
pertumbuhan kota pada masa revolusi industri (akhir abad 19) yang
terjadi di Eropa (Inggris).
 Konsep “Garden City” oleh Ebenezer Howard, dianggap potensial
mengatasi masalah pengendalian & pengelolaan pertumbuhan kota.
 Konsep Super Blok memiliki kerangka perancangan yang
lentur/fleksibel dan pengendalian kepadatan bangunan, peruntukan
lahan secara mikro, sistim sirkulasi, jumlah dan keseimbangan
sosial, memberi inovasi rancangan fisik, teknologi bangunan dalam
aspek sosial-ekonomi masyarakat.

f. PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA KOTA TERPADU (P3KT)


 Tujuan utama P3KT :
 Membantu Pemda Tingkat II menyusun program pembangunan
prasarana perkotaan khususnya bidang ke PU-an.
 Meningkatkan efisiensi penggunaan dana prasarana perkotaan,
menghindari kegiatan tumpang-tindih, mengusahakan kegiatan
yang saling menunjang kegiatan lain >>> manfaat sebesar-
besarnya.
 Meningkatkan efektifitas pengembangan sumber dana potensial
yang timbul oleh investasi pembangunan sebelumnya.
 Komponen P3KT (tanggungjawab PU):
 Perencanaan Tata Ruang Kota
 Air Bersih
 Air Limbah
 Persampahan
 Drainase
 Pengendalian Banjir
 Jalan Kota
 Perumahan

g. PEREMAJAAN KOTA
h. PENATAAN LINGKUNGAN
i. PENERAPAN PEMBUDAYAAN HIDUP BERSIH DAN SEHAT
j. PENYEDIAAN TEMPAT USAHA
E. PEREMAJAAN / PERBAIKAN PERMUKIMAN KUMUH
Peremajaan permukiman, khususnya permukiman kumuh diartikan sebagai
pembongkaran sebagian atau seluruh permukiman kumuh yang sebagian besar
atau seluruhnya berada di atas tanah milik pemerintah/instansi tertentu, yang
kemudian di tempat yang sama dibangun sarana dan fasilitas perumahan,
prasarana serta bangunan-bangunan lainnya sesuai rencana tata ruang kota
bersangkutan.

Tujuan Peremajaan:
 Meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat dan martabat
masyarakat penghuni permukiman yang sehat dan teratur.
 Mewujudkan kawasan kota yang ditata secara lebih baik sesuai dengan
fungsinya sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang kota
bersangkutan.
 Mendorong penggunaan tanah yang lebih efiien dengan pembangunan rumah
susun, meningkatkan tertib bangunan, memudahkan penyediaan prasarana
dan fasilitas lingkungan permukiman yang diperlukan, serta mengurangi
kesenjangan kesejahteraan penghuni dari berbagai kawasan di daerah
perkotaan.

Lingkupnya mencakup:
Upaya dan kegiatan pembangunan yang terencana untuk mengubah atau
memperbarui suatu kawasan terbangun kota yang sudah merosot fungsinya agar
kawasan tersebut fungsinya menjadi meningkat lagi sesuai dengan
pengembangan kota.

Peremajaan lingkungan permukiman kumuh menjadi lingkungan terpadu dan


fungsional berupa permukiman, perkantoran, perdagangan dan pertokoan.

Dalam peremajaan lingkungan permukiman kumuh, dianut pola tidak menggusur


warga, bahkan harus meningkatkan penghasilan mereka.
F. JENIS DAN BENTUK PEREMAJAAN
Jenis-jenis dan bentuk peremajaan permukiman kumuh, antara lain:
— Program perbaikan kampung
— Relokasi dan penataan lingkungan permukiman kumuh dengan
membangun rumah susun yang disewakan
— Penataan daerah kumuh dengan memasukkan penghuni lama untuk
menyewa dengan biaya murah
— Pembangunan rumah susun sederhana dengan member kesempatan
penghuni lama menempati dengan berbagai kemudahan
— Pembebasan tanah dengan memberi peranserta pihak swasta
membangun permukiman kumuh menjadi kawasan permukiman,
pertokoan, perkantoran dan perdagangan
— Konsolidasi tanah perkotaan

Komponen yang dibangun/ditingkatkan kualitasnya pada peremajaan dan


perbaikan lingkungan permukiman kumuh di berbagai kota-kota besar di
Indonesia meliputi:
a. SARANA DAN PRASARANA
— Pembangunan rumah susun sederhana dan rumah susun sewa bagi
penghuni lingkungan yang diremajakan maupun yang dari luar wilayah
relokasi.
— Perbaikan dlan lingkungan pemugaran rumah yang dapat dijadikan
contoh.
— Penyuluhan tentang lingkungan sehat bagi masyarakat penghuni
lingkungan kumuh.
— Pengembangan dan peningkatan prasarana jalan, baik jalan lingkungan
dan jalan setapak, serta jalan akses lainnya.
— Peningkatan dan pengembangan saluran drainase.
— Peningkatan dan pengembangan saluran pembuangan limbah dan sistim
sanitasi lingkungan.
b. FASILITAS DAN UTILITAS
— Pembangunan gedung serbaguna bagi warga masyarakat
— Pembangunan sarana ibadah seperti masjid.
— Pembangunan lapangan olahraga
— Peremajaan pasar
— Pembangunan fasilitas fungsional seperti: perkantoran, perdagangan,
pertokoan, dan fasilitas pelayanan lainnya.
— Pembangunan jaringan kelistrikan.
— Pengembangan dan peningkatan jaringan air bersih.
— Pengembangan dan peningkatan sistim persampahan.

c. LINGKUNGAN
Konsolidasi dan relokasi tanah agar tatanan pemanfaatan lahan lebih teratur,
berdaya guna dan berhasil guna. Langkah ini akan memberi dampak positif
pada kondisi sosial dan ekonomi pemilik dan pengguna lahan kelak.
Perencanaan, penataan dan pengembangan lingkunrgan yang disesuaikan
dengan kondisi internal lingkungan serta diserasikan dengan rencana tata
ruang kota dan wilayah secara serasi.

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-12 (dua belas) yang disertai contoh
penjelasan tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan
mahasiswa serta antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami
materi yang disampaikan.
MODUL 13

RUMAH SEHAT
SESI PERKULIAHAN KE : 13

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami pembangunan rumah yang sehat.

II. Topik Kajian/Bahasan:


RUMAH SEHAT

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari tentang rumah sehat.
IV. Bahan Bacaan:
1. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
Jurusan Arsitektur FTSP – ITS, Surabaya.
2. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
3. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Yayasan
Padamu Negeri, Jakarta.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan persyaratan rumah sehat.


2. Jelaskan prinsip rumah sehat.
3. Jelaskan lokasi pembangunan perumahan yang baik

MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐13 SESI KE: 13 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
RUMAH SEHAT

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-13 (tiga belas) ini akan diberikan materi tentang rumah sehat.
Hal ini terkait dengan perkembangan permukiman, perencanaan dan
pembangunan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami perumahan
dan permukiman yang sehat.

PENYAJIAN MATERI
VI. TUJUAN PENGADAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Tujuan pengadaan perumahan dan permukiman: Agar tercipta
rumah/lingkungan perumahan yang sehat, teratur serta mencegah dampak negatif
lingkunganAgar tercipta rumah/lingkungan perumahan yang sehat, teratur serta
mencegah dampak negatif lingkungan.

Arti Rumah Bagi Keluarga


 Tempat Berlindung
 Tempat Pembinaan Keluarga
 Tempat Melakukan Kegiatan / Aktifitas

Ketetapan MPRS Thn 1960, Lamp. A, Bab II ayat 15 berbunyi:


Usahakan rumah yang sehat, nikmat, tahan lama, harga/sewa yang terjangkau
dan memenuhi norma-norma susila.
Menurut Maslow (Newmark & Thompson : 1977):
Rumah: kebutuhan yang paling utama disamping sandang dan pangan. Wujud
fisik rumah ditentukan oleh hirarki kebutuhan yang meliputi: Physiological Needs,
Safety or Security Needs, Social Needs, Self Esteem or Ego Needs, Self
Actualization Needs.

Irwan Altman, et al, (1984):


Keberadaan sebuah rumah ditentukan oleh faktor alam (natural factors),
keterampilan masyarakat (skill and technological factors), dan faktor budaya
(culture factors).
Eko Budihardjo (1998):
Rumah bukan hanya sekedar bangunan tetapi merupakan suatu konteks atau
hubungan sosial suatu keluarga.

B. PERSYARATAN RUMAH SEHAT


1. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
Suhu optimal (22,5 – 25,5 derajat Celsius), pencahayaan dan ventilasi yang
baik (minimun luas jendela 25 % dari luas lantai, lubang ventilasi harus
terletak pada 2 sisi yang berbeda atau berhadapan), terhindar kebisingan,
terdapat ruang bermain bagi anak
2. Memenuhi Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan privacy terpenuhi, kesempatan dan kebebasan kehidupan
keluarga yang normal, keserasian hubungan intern keluarga, terpenuhinya
syarat sopan santun.
3. Terhindar Terhadap Kecelakaan
Menggunakan konstruksi dan material yang kuat dan ramah lingkungan,
tidak mengandung bahan kimia berbahaya.
4. Terlindung Penularan Penyakit dan Pencemaran
Terhindar dari gangguan serangga. Terpenuhi air bersih secara kualitatif dan
kuantitatif, pembuangan air kotor yang baik, tempat penyimpanan terhindar
dari gangguan serangga.
RUMAH YANG LAYAK DAN SEHAT
1. Bangunan Rumah, harus memenuhi:
 Nikmat
 Sehat
 Kuat dan Tahan Lama
 Memenuhi Rasa Aman
2. Pekarangan harus memenuhi:
 Sehat lingkungan (tidak terdapat tumpukan sampah dan genangan air
kotor di sekitar rumah).
 Dapat dimanfaatkan dan dinikmati (ditanami pohon peneduh, tanaman
obat keluarga/tanaman yang dapat dikonsumsi).
 Mendukung bangunan rumah (sebagai peneduh dan penghalang sinar
matahari, kebisingan, unsur estetika).
3. Terasa Nikmat, harus memenuhi:
 Banyaknya ruang mencukupi
 Ukuran ruang / kamar cukup
 Tata letak ruang / kamar yang baik (organisasi ruang baik)
 Penerangan alam / buatan cukup baik
4. Sehat, harus memenuhi:
 Lantai mudah dibersihkan (rata dan tidak lembab)
 Udara dalam ruang harus selalu beredar (cross ventilation / penerangan
silang)
 Sinar matahari pagi cukup masuk ruang
 Air bersih cukup
 Tersedia Km/Wc dan pembuangan air kotor
 Tersedia pembuangan sampah
5. Kuat / Tahan Lama (awet):
 Konstruksi dapat dipertanggung jawabkan
 Bahan bangunan disesuaikan penggunaannya
 Diberi lapisan penutup dan diawetkan dengan bahan pengawet
(misalnya: lapisan residu, dan lain-lain)
6. Rasa Aman:
 Terhindar dari gangguan luar (seperti: cuaca, gempa bumi, longsor, dll)
 Terhindar dari gangguan kebakaran (sempadan batas samping, bahan
bangunan tahan api dan tersedia alat-alat pemadam api, dan lain-lain)

PRINSIP RUMAH SEHAT


1. Memenuhi Syarat Kesehatan:
a. Lantai dan dinding harus kering (tidak lembab) dan mudah
dibersihkan, lantai harus:
— Bahan bangunan tidak menghantar air tanah ke permukaan lantai
(kedap air).
— Berada lebih tinggi dari halaman luar dengan ketinggian lantai
minimun 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari permukaan jalan.

Ketinggian lantai panggung min 0,75 meter dari permukaan tanah.

b. Ventilasi / jendela yang cukup agar udara dalam ruang dapat selalu
mengalir. Luas bukaan jendela minimal 1/9 luas ruang lantai.
c. Lubang bukaan /jendela harus dapat ditembus sinar matahari

d. Letak rumah yang baik sesuai arah matahari (timur-barat) penyinaran


dapat merata (jam 08.00 – 16.00).
2. Rumah harus memenuhi Rasa Nyaman:
a. Pengaturan ruang-ruang:
— Penyediaan macam ruangan dalam rumah harus mencukupi, sesuai
kebutuhan. Rumah tinggal harus mempunyai ruang antara lain:
R.Tamu, R. Tidur, R. Makan, R. Keluarga, Dapur, Km/Wc.
— Ruang diatur sesuai fungsinya. Ruang dengan fungsi berhubungan
erat diletakkan berdekatan agar pencapaian mudah dan kegiatan
berjalan lancar.
— Jika ruangan terbatas, ruang dapat dimanfaatkan untuk beberapa
fungsi, misalnya: ruang makan dapat juga dimanfaatkan sebagai
ruang keluarga dan ruang belajar.
LOKASI PERUMAHAN / PERMUKIMAN
1. Dari Segi Teknis Pelaksanaan
 Mudah dalam pengerjaan
 Terhindar bencana alam
 Mudah / gampang dicapai
 Struktur tanah baik
 Mudah jaringan utilitas
 Mudah bahan bangunan
 Mudah tenaga kerja
2. Dari Segi Tata Guna Tanah
 Tanah tidak produktif, bukan sawah, kebun, daerah usaha.
 Tidak merusak lingkungan yang ada.
 Mempertahankan reservoir air, penampung air hujan, dan penahan abrasi
air laut.
3. Dari Segi Teknis Kesehatan dan Kemudahan
 Jauh dari pabrik
 Aman dari kebisingan
 Udara bersih dan sehat, jauh dari polusi
 Mudah utilitas, fasilitas pelayanan umum dan sosial
 Mudah pencapaian ke tempat kerja
4. Pengaturan Daerah Perumahan
 Jaringan jalan yang mudah untuk pencapaian dan berkomunikasi
 Susunan kapling dengan komposisi yang tidak memudahkan masalah
sosial negatif
 Tersedia lahan untuk berbagai fasilitas
 Terpenuhi jar. utilitas yang memadai
 Keterpaduan dengan lingkungan yang ada

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-13 (tiga belas) yang disertai contoh
penjelasan tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan
mahasiswa serta antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami
materi yang disampaikan.
MODUL 14

PERMUKIMAN KUMUH

SESI PERKULIAHAN KE : 14

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami tentang permukiman kumuh.
II. Topik Kajian/Bahasan:
PERMUKIMAN KUMUH

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari tentang permukiman kumuh.

IV. Bahan Bacaan:


1. Direktorat Pekerjaan Umum, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
3. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
4. Turner, J,F,C., & Fitcher, R, 1972. Freedom to Build, Mac Millan.
5. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Yayasan
Padamu Negeri, Jakarta.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan pengertian dari permukiman kumuh?


2. Sebutkan dan jelaskan usaha-usaha yang telah
dilakukan pemerintah dalam menanggulangi
permukiman kumuh?

MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐14 SESI KE: 14 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
PERMUKIMAN KUMUH

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-14 (empat belas) ini akan diberikan materi tentang
permukiman kumuh. Hal ini terkait dengan perkembangan permukiman,
perencanaan dan pembangunan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami
permukiman kumuh.

PENYAJIAN MATERI
A. PERMUKIMAN KUMUH
URBANISASI: dialami negara maju dan negara berkembang >>>
berlangsung cepat dan menimbulkan gejolak sosial >>> menimbulkan
perkampungan “slum” atau kumuh.
Kebanyakan penduduk bermigran dari desa ke kota menjadi kaum
gelandangan yang disebut kaum miskin kota atau kaum kumuh.
Umumnya bergerombol pada suatu komunitas secara temporer yang
menempati wilayah tertentu.
Slum” (kawasan kumuh): daerah permukiman di perkotaan yang
kondisinya sangat buruk; daerah hunian yang bersifat legal (status
hukumnya jelas) yang kondisinya sudah sangat merosot.
“Squater”: daerah/lahan permukiman liar, gubuk-gubuk liar dibangun di
atas lahan orang lain/lahan tidak jelas pemiliknya/lahan negara,
menempati lahan kosong, di tepi rel KA dan sungai, di bawah jembatan,
di atas kuburan, disamping gubuk-gubuk darurat yang dibangun
menempel ditembok rumah orang lain, di lorong-lorong kota yang dihuni
orang-orang pendatang yang dekat dengan lokasi mereka
bekerja/mencari nafkah (PBB, 1986).
Daerah “ slum & squater” biasa disebut sebagai kawasan kumuh,
yaitu daerah yang penduduk dan bangunannya padat/tinggi.
Kumuh (Slum): permukiman/perumahan orang-orang miskin kota yang
berpenduduk padat terdapat di jalan, lorong-lorong yang kotor dan
merupakan bagian dari kota secara keseluruhan, juga disebut wilayah
semrawut (Parsudi Suparlan).
Permukiman Kumuh: kawasan hunian masyarakat dengan
ketersediaan sarana dan prasarana umum yang buruk (Turner, 1972).
Permukiman Kumuh: bagian dari lingkungan perumahan perkotaan
yang merupakan tempat tinggal masyarakat berpenghasilan rendah,
padat penduduknya, sarat pengangguran, sumber kriminalitas,
dikesankan sebagai segala sesuatu yang bersifat jorok (Yudhohusodo).
Permukiman Kumuh: “massa apung” yaitu masyarakat yang memiliki
pekerjaan berganti-ganti, tempat tinggal tidak tetap dan penduduk
berproduksi sub-sistensi (Hans Dieter Evers, 1985).
Lingkungan Kumuh: suatu keadaan yang tidak layak huni, menyangkut
arti ketidakteraturan, ketidak tertiban pembangunan dan keselamatan.

Menurut Sajoto (1986), Permukiman Kumuh di Perkotaan:


1. Kumuh dari segi Fisik
2. Kumuh dari segi Sosial
3. Kumuh dari segi Hukum
4. Kumuh dari segi Ekonomi

Ad. 1. DARI SEGI FISIK


 Ukuran persil/tanah sempit.
 Pola penggunaan tanah tidak teratur.
 Letak dan bentuk bangunan tidak teratur.
 Prasarana fisik lingkungan dibawah standar atau sama sekali tidak ada.
 Kesehatan lingkungan sangat rendah.
 Pembuangan air limbah RT dan sampah kurang sempurna >>>
menimbulkan wabah penyakit.
 Jaringan jalan internal tidak teratur, kondisi bangunan terbuat dari
material temporer/semi permanen

Ad. 2. DARI SEGI SOSIAL


 Lingkungan hunian padat dalam area yang terbatas.
 Mayoritas pendapatan penduduk rendah.
 Tingkat pendidikan masyarakat rata-rata rendah.
 Hubungan antara individu masih erat (kegotong-royongan) dibanding
dengan masyarakat kota lainnya.

Ad. 3. DARI SEGI HUKUM


 Kawasan kumuh terbentuk tanpa melalui prosedur perundang-undangan
yang ada >>> disebabkan karena langka dan mahalnya harga tanah di
perkotaan.

Ad. 4. DARI SEGI EKONOMI

 Masyarakat dengan pola mata pencaharian yang heterogen.

 Produktifitas kesehatan lingkungan rata-rata rendah.

 Sektor perekonomian bersifat informal (a.l: penarik becak, buruh,

pedagang kaki lima, dll).

 Tingkat daya tabung penduduk umumnya rendah >>> karena tingkat

pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

B. KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN SESUAI KRITERIA


DIRJEN CIPTA KARYA :
− Kepadatan penduduk tinggi > 200 jiwa/Ha.
− Kepadatan bangunan tinggi > 110 bangunan/Ha.
− Kondisi prasarana buruk (jalan, air bersih, sanitasi, drainase,
persampahan) yang terbangun < 20 % dari luas kawasan.
− Kondisi bangunan rumah tidak permanen atau semi permanen dan tidak
memenuhi persyaratan minimal.
− Rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit, masalah keamanan dan
kriminalitas.

Konsep Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota (1979:7):


− Untuk kaveling 90 m2 kepadatan rumah per-Ha maximun 85 rumah/Ha.
− Diusulkan untuk daerah bangunan padat, kepadatan rumah tidak kurang
dari 20 rumah/Ha, sehingga luas kaveling antara 350 – 400 m2.

Menurut Bank Dunia: ukuran pemukiman bagi negara berkembang untuk 1


keluarga (anggota 5 orang) minimum 24 m2.

C. USAHA-USAHA YANG DILAKUKAN PEMERINTAH MENANGGULANGI


PERMUKIMAN KUMUH
1. PROGRAM PERBAIKAN KAMPUNG (Kampung Improvement
Programme = KIP)
− Dikenal sejak 1969-1970, sasaran pokok program pada konsep
TRIBINA (bina manusia, bina usaha, bina lingkungan) melalui
pembangunan fisik.
− KIP: bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan dengan
memperbaiki lingkungan fisik kampung (jalan/gang, selokan, tempat
sampah, jamban, MCK, dsb).
− KIP dilaksaksanakan di daerah padat dan dihuni oleh penduduk yang
rata-rata berpenghasilan rendah, dikaitkan dengan program INPRES
(pembangunan SD, Sarana Kesehatan dan fasilitas lain).

− Pelaksaksanaan KIP ditekankan pada fisiknya saja, dana diatur oleh


LKMD (Top Down), sehingga pengontrolan sulit dilakukan karena
dikerjakan oleh kontraktor yang ditunjuk pemerintah, masyarakat
hanya menerima bentuk jadi.
− Pendanaan KIP dibantu oleh lembaga keuangan internasional
(UNEP, UNICEF dan World Bank)

2. KIP - KOMPREHENSIF (KIP-K)


− KIP-K adalah pengembangan dari program KIP sebelumnya (Proyek
W.R. Supratman).
− KIP-K: program peningkatan kampung yang bersifat menyeluruh dan
terpadu (aspek fisik dan non fisik), diarahkan untuk pemberdayaan
dan peningkatan kemandirian warga kampung dengan pendekatan
Bottom Up (Community Base Development) atau pembangunan
berdasar partisipasi masyarakat dan Top Down Approach. Kegiatan
dirancang, dilakasanakan dan dievaluasi oleh warga kampung
secara bersama (pemberdayaan dan kemandirian) dan berkelanjutan
(sustainability).

 Tujuan Program KIP-K :


 Meningkatkan kualitas lingkungan dan prasarana
 Meningkatkan peran serta warga kampung dalam pembangunan
 Meningkatkan status kepemilikan tanah dan bangunan rumah
 Meningkatkan kondisi sosial-ekonomi warga

 Sasaran Program KIP-K: untuk warga kampung dengen tingkat


sosial ekonomi rendah, yang penentuan prioritasnya
dimusyawarahkan sendiri oleh warga.
Sasaran capaian:
 Memperbaiki tempat tinggal
 Memperbaiki fisik lingkungan
 Meningkatkan keterampilan
 Memperoleh kredit modal usaha
 Memperoleh IMB dan sertifikat tanah
 Sumber dana KIP-K: 100 % dari pinjaman IBRD (Bank Dunia) yang
berjangka waktu 40 tahun melalui Pemda setempat.
3. PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN (RUSUN)
− Tanah yang tersedia semakin sempit >>> membuat rumah secara
menumpuk (vertikal).
− Disediakan bagi masyarakat penghasilan rendah.
− Contoh rusun yang ada di Indonesia a.l. : rusun Dupak Bangunrejo,
rusun Menanggal (Surabaya); rusun Klender, rusun Tanah Abang,
rusun Cempaka Putih, rusun Tanjung Priok (Jakarta); rusun Lette
(Makassar), dsb.

4. PEMBANGUNAN RUMAH MURAH


− Program pembangunan rumah murah dikenalkan di Indonesia tahun
1972, dengan program “Kapling Tanah Matang” (Sites and
Services) berakar dari konsep “Self Helf Housing” (dikembangkan
Bank Dunia).
− Tahun 1978 berkembang menjadi “Rumah Inti” yaitu rumah dengan
luas 15 m2, di atas tanah 90 m2.
− Thn 1990 berkembang menjadi “Rumah Sangat Sederhana (RSS)”
dengan luas bangunan 12 m2, luas tanah 60 m2, lalu berkembang
menjadi tipe 15/60, 21/60, dan 36/90 m2 >>> pola ini dinamakan
“Griya Pemula” atau “Starter Housing”.
− Pembangunan rumah murah meliputi “RS & RSS” yang dilengkapi
dengan fasum, fasos, dan fasek.
− Pemerintah memberi subsidi kredit melalui KPR-RS/RSS, rumah
murah ini dapat disewa atau dibeli oleh masyarakat
− Pembangunan perumahan murah, dilakukan oleh pemerintah (perum
perumnas), swasta (real estate dev.), hibrida (yayasan, koperasi).

5. PEMBANGUNAN SUPER BLOK


− Bermula dalam upaya mengadakan pembatasan dan pengendalian
pertumbuhan kota pada masa revolusi industri (akhir abad 19) yang
terjadi di Eropa (Inggris).
− Konsep “Garden City” oleh Ebenezer Howard, dianggap potensial
mengatasi masalah pengendalian & pengelolaan pertumbuhan kota.
− Konsep Super Blok memiliki kerangka perancangan yang
lentur/fleksibel dan pengendalian kepadatan bangunan, peruntukan
lahan secara mikro, sistem sirkulasi, jumlah dan keseimbangan
sosial, memberi inovasi rancangan fisik, teknologi bangunan dalam
aspek sosial-ekonomi masyarakat.

6. PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA KOTA TERPADU (P3KT)


 Tujuan utama P3KT:
 Membantu Pemda Tingkat II menyusun program pembangunan
prasarana perkotaan khususnya bidang ke PU-an.
 Meningkatkan efisiensi penggunaan dana prasarana perkotaan,
menghindari kegiatan tumpang-tindih, mengusahakan kegiatan
yang saling menunjang kegiatan lain >>> manfaat sebesar-
besarnya.
 Meningkatkan efektifitas pengembangan sumber dana potensial
yang timbul oleh investasi pembangunan sebelumnya.
 Komponen P3KT (tanggungjawab PU) :
 Perencanaan Tata Ruang Kota
 Air Bersih
 Air Limbah
 Persampahan
 Drainase
 Pengendalian Banjir
 Jalan Kota
 Perumahan

D. PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MAKASSAR


Kota Makassar terdiri dari 11 Kecamatan, dibagi dalam 3 kelompok menurut
jarak dari pusat kota:
1. Kelompok Inti Kota: Kecamatan Makassar & Ujung Pandang.
2. Kelompok Tengah Kota: Kecamatan Mariso, Bontoala, Wajo,
Mamajang.
3. Kelompok Tepi Kota: Kecamatan Ujung Tanah, Tamalate, Tallo,
Panakkukang, Biringkanaya.

Permukiman Kumuh di Kota Makassar dibagi 3 kelompok lokasi yaitu:


1. Permukiman Kumuh di Pantai:
Terdapat di Kecamatan Mariso (Kelurahan Lette, Mariso, Bontorannu)
dan Kecamatan Tallo (Kelurahan Tallo, Pannampu) >>> tingkat
kepadatan penduduk tinggi, kondisi sosial-ekonomi homogen, tidak
mempunyai fasilitas sanitasi, MCK, saluran air bersih/air kotor dan
persampahan, bentuk rumah panggung dan semi permanen.
2. Permukiman Kumuh di Tepi Kota:
Terdapat di Kecamatan Tallo (Kelurahan Rappokalling, Pannampu,
Kaluku Bodoa); Kecamatan Panakkukang (Kelurahan Karuwisi,
Panaikang); Kecamatan Tamalate (Kelurahan Mangasa, Rappocini)
>>> pertumbuhan penduduk relatif rendah, kondisi sosial ekonomi
homogen, jumlah pendatang cukup tinggi, bentuk rumah panggung dan
semi permanen.
3. Permukiman Kumuh di Inti dan Tengah Kota:
Terdapat di jantung kota Makassar yaitu: Kecamatan Wajo (Kelurahan
Malimongan Tua, Melayu, Pattunuang); Kecamatan Makassar
(Kelurahan Bara-baraya, Lariang Bangi, Maccini, Maradekaya) >>>
kemacetan lalu lintas, banjir, kebakaran, jangkauan sarana transportasi
(roda 4) sulit >>> dihuni pendatang migran, kondisi sosial-ekonomi
heterogen, kondisi rumah relatif lebih baik daripada kedua jenis
permukiman di atas, mempunyai fasilitas air bersih.
PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-14 (empat belas) yang disertai contoh
penjelasan tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan
mahasiswa serta antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami
materi yang disampaikan.
MODUL 15

PEMUKIMAN MARJINAL
SESI PERKULIAHAN KE : 15

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami tentang pemukiman marjinal.

II. Topik Kajian/Bahasan:


PEMUKIMAN MARJINAL

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini Anda akan mempelajari tentang pemukiman marjinal.

IV. Bahan Bacaan:


1. Direktorat Pekerjaan Umum, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
3. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
4. Turner, J,F,C., & Fitcher, R, 1972. Freedom to Build, Mac Millan.
5. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Yayasan
Padamu Negeri, Jakarta.

V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.

1. Jelaskan pengertian pemukiman marjinal?


2. Jelaskan kriteria pokok pemukiman marjinal?
MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐15 SESI KE: 15 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
PEMUKIMAN MARJINAL

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-15 (lima belas) ini akan diberikan materi tentang pemukiman
marjinal. Hal ini terkait dengan perkembangan permukiman, perencanaan dan
pembangunan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu mengenal dan memahami pemukiman
marjinal.

PENYAJIAN MATERI
A. PENGERTIAN PEMUKIMAN MARJINAL
− Perkembangan suatu kota, sangat erat kaitannya dengan mobilitas
penduduk. Masyarakat yang mampu, cenderung memilih tempat
huniannya keluar dari pusat kota.
− Sedang masyarakat yang kurang mampu cenderung memilih tempat
tinggal di pusat kota, khususnya kelompok masyarakat urbanisasi yang
ingin mencari pekerjaan di kota. Kelompok masyarakat inilah yang
karena tidak tersedianya fasilitas perumahan yang terjangkau oleh
kantong mereka serta kebutuhan akan akses ke tempat usaha, menjadi
penyebab timbulnya lingkungan pemukiman kumuh di perkotaan.
Pemukiman Kumuh menurut Johan Silas adalah:
− Kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam
menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam
menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan pemukiman
berkepadatan tinggi merupakan embrio pemukiman kumuh.
− Kawasan yang lokasi sebarannya secara geografis terdesak
perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh.
Penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.
− Pada kenyataannya masyarakat berpenghasilan rendah mempunyai
potensi untuk mengembangkan lingkungan pemukiman dan
mengorganisasi pembangunan rumahnya.
− Dalam merencanakan dan membangun rumah, mereka lebih
menyesuaikan dengen kondisi setempat seperti: kebutuhan,
penghasilan, iklim, sumberdaya setempat, dimana hal ini tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan pada
akhirnya bagi kacamata pemerintah, lingkungan pemukiman itu dianggap
tidak layak dan ilegal.
− Di sisi lain bagi mereka rumah merupakan cerminan budaya penghuni
yang tinggal didalamnya, dimana budaya tersebut mempengaruhi
pengetahuan yang berasal dari pengalaman yang terakumulasi melalui
jangka waktu yang lama, dimana proses bermukim sangat erat kaitannya
dengan akses ke tempat kerja dan prasarana lingkungan yang tersedia.

Definisi tentang pemukiman liar telah menjadi topik yang banyak


diperdebatkan oleh berbagai kalangan. Meskipun definisi secara resmi belum
ada, namun terdapat beberapa pendapat yang dikutip utk memberikan
gambaran tentang pemukiman kumuh, liar dan marjinal.

Penyebutan marjinal seringkali berkonotasi sebagai proses bermukim secara


tidak lazim bagi masyarakat pendatang di perkotaan dan penyebutan
marjinal kadangkala diidentikkan dengan pemukiman kumuh (slum area) dan
pemukiman liar (squatting settlement).

Pemukiman kumuh didefinisikan sebagai pemukiman substandard yang


terkait dengan kualitas lingkungan yang mencerminkan nilai dan citra.
David Satterwhaite menyatakan bhw pemukiman marjinal adalah tidak sah
dalam 2 hal, yaitu: (1) tanah dihuni secara tidak sah, (2) site serta bangunan
dibangun dan dikembangkan secara tidak sah, berlawanan dengan tata guna
lahan (zoning).

Kriteria Pokok Pemukiman Marjinal (Johan Silas):


− Berada di lokasi yang tidak legal;
− Keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah
(miskin);
− Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota;
− Tidak diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan).
− Pemukiman marjinal selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non
formal); ada sistem angkutan yang memadai; dapat dimanfaatkan secara
mudah walau tidak selalu murah.

Secara umum, pemukiman marjinal dikelompokkan menjadi 4 tipe


besar, secara sekuensial adalah:
− Keadannya cukup baik dan berpeluang diresmikan (dilegalkan).
− Keadannya sudah baik, tetapi ada kesulitan untuk menjadi resmi,
walaupun bukan harga mati.
− Keadaannya amat terbatas dan tidak berpeluang untuk diadakan
pengembangan lebih lanjut.
− Keadaannya sangat darurat, baik tetap maupun mobile.

Ciri-ciri Pemukiman Kumuh (Rima Dewi S.,1997):


− Dilihat dari penggunaan lahan-lahan yang sangat kritis dengan
kecenderungan adanya musibah, kepadatan yang tinggi dilihat dari
penduduk maupun bangunannya, tidak tersedianya sarana dan
prasarana kota yang cukup memadai seperti saluran pembuangan air
kotor, pelayanan air bersih dan penerangan listrik.
KESIMPULAN PEMUKIMAN MARJINAL:
Pemukiman yang muncul secara spontan pada tanah yang bukan miliknya,
umumnya pada tahap awal pemukiman ini mempunyai kondisi yang tidak
teratur dan kurang terpenuhinya utilitas kota (prasarana lingkungan).
Bahwa marjinal berkaitan 2 hal yaitu:
(1) status lahan yang ditempati (squatter/liar);
2) yang berkaitan dengan kondisi fisik lingkungan pemukimannya termasuk
kelengkapan sarana prasarananya (slum/kumuh).

PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-15 (lima belas) yang disertai contoh
penjelasan tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan
mahasiswa serta antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami
materi yang disampaikan.
MODUL 16

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)


SESI PERKULIAHAN KE : 16

I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami materi yang telah diperoleh serta dapat
memanfaatkannya pada kegiatan yang terkait dengan materi yang
diperoleh.

II. Topik Kajian/Bahasan:

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

III. Deskripsi singkat:


Dalam sesi ini akan dilakukan evaluasi secara menyeluruh tentang
penguasaan materi mulai dari modul ke-1 (satu) sampai dengan modul ke-
15 (lima belas). Hal ini terkait dengan keberhasilan proses pembelajaran
dalam mata kuliah sistem perumahan dan permukiman.

IV. Bahan Bacaan:


1. Direktorat Pekerjaan Umum, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Doxiadis, C.A., 1977. Action for Human Settlements, Athaen Center
of Ekistics.
3. Hamby, W, F, and Melvyn Jones, 1991. Settlement Geography,
Cambridge University.
4. John M,Levy, 2000. Contemporary Urban Planning, Prentice Hall,
New Jersey.
5. Silas Johan, 1985. Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan 2),
Jurusan Arsitektur FTSP – ITS, Surabaya.
6. Silas Johan, 1993. Perumahan; Hunian dan Fungsi Lebihnya, Pidato
Pengukuhan Guru Besar FTSP – ITS, Surabaya.
7. Turner, J.F.C, 1976. Housing by People, Marions Boyars.
8. Turner, J,F,C., & Fitcher, R, 1972. Freedom to Build, Mac Millan.
9. Yudohusodo Siswono, 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Yayasan
Padamu Negeri, Jakarta.
V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Mahasiswa diberi materi tugas survey lapangan tentang aspek fisik
dan aspek non fisik perumahan/permukiman di beberapa perumahan/
permukiman yang ada di Kota Makassar (permukiman real estate oleh
pemerintah maupun swasta, permukiman kampung kota, dll)

MODUL AJAR
SISTEM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(KODE: 213 D52 03)

MODUL: M-‐16 SESI KE: 16 WAKTU: 2 x 50 Menit


MATERI:
UJIAN AKHIR SEMESTER ( UAS)

PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-16 (enam belas) ini akan dilakukan evaluasi secara
menyeluruh tentang penguasaan materi mulai dari modul ke-1 (satu) sampai
dengan modul ke-15 (lima belas). Hal ini terkait dengan keberhasilan proses
pembelajaran dalam mata kuliah sistem perumahan dan permukiman.
Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat mengetahui, mengenal dan memahami
materi yang telah diperoleh serta dapat memanfaatkannya pada kegiatan yang
terkait dengan materi yang diperoleh.

PENYAJIAN MATERI
Mahasiswa diberi materi tugas survey lapangan tentang aspek fisik dan aspek non
fisik perumahan/permukiman di beberapa perumahan/permukiman yang ada di
Kota Makassar, dengan mengidentifikasi potensi, masalah, dan mengusulkan alternatif
pemecahan masalah perumahan/permukiman (studi kasus perumahan/permukiman di
sebelah timur, barat, utara dan selatan Kota Makassar).
PENUTUP
Setelah tugas survey selesai dilakukan mahasiswa, maka diadakan presentasi di
depan kelas dari setiap kelompok untuk memaparkan hasil temuan survey dan
mendiskusikan dengan kelompok lain sebagai penanggap.
Presentasi hasil survey lapangan di beberapa perumahan/permukiman oleh
kelompok mahasiswa, ini akan menjadi nilai final test matakuliah sistem
perumahan dan permukiman.
TEST AFEKTIF :
Test afektif dapat dinilai dengan melihat hasil kerja dari beberapa test yang
diberikan pada wawasan kognitif dan psikomotorik di atas dengan melihat aspek :
1. Kejujuran untuk bekerja sendiri
2. Kejujuran menghinadri plagiat
3. Kedidiplinan bekerja sesuai dengan aturan yang ditentukan
4. Percaya diri bekerja sesuai dengan pengetahuan yang ditangkapnya secara
mandiri tanpa terpengaruh ide orang lain (teman).
5. Bekerja secara terstruktur
6. Dapat mengerjakan tugas dengan sistem penyajian yang jelas dan rapih, serta
tepat waktu.
RANCANGAN TUGAS

1. JENIS TUGAS: Kelompok (Problem-Based)


2. TUJUAN TUGAS :
Mengidentifikasi dan menganalisis aspek fisik dan aspek non fisik perumahan/
permukiman dengan mengacu pada standar-standar kebutuhan fasilitas
pelayanan perumahan/permukiman.
3. URAIAN TUGAS:
Buat laporan lengkap dengan melakukan survei lapangan pada perumahan/
permukiman di bawah ini dengan meninjau aspek fisik dan non fisik
perumahan/permukiman.
Mengidentifikasi dan menganalisis aspek fisik dan aspek non fisik perumahan/
permukiman mengacu pada Standar-Standar Kebutuhan Fasilitas Pelayanan
Perumahan Permukiman.
a. Obyek garapan : Meninjau dan menganalisis aspek fisik dan non fisik
perumahan/permukiman.
b. Metodologi/cara pengerjaan tugas, acuan yang digunakan:
— Melakukan survey lapangan ke beberapa perumahan/permukiman
yang dijadikan obyek studi.
— Mengamati aspek fisik dan non fisik perumahan.
— Mengidentifikasi data eksisting, karakteristik, potensi, dan
permasalahan yang ada dilokasi studi.
— Menganalisis permasalahan di lokasi studi dengan mengacu pada
standar-standar kebutuhan fasilitas pelayanan perumahan
permukiman.
— Membuat laporan hasil survey lapangan
— Mempresentasikan hasil survey lapangan secara per kelompok.
Tinjauan Aspek Fisik meliputi:
1. Aspek Letak Geografis/Lokasi
2. Aspek Lingkungan Alam & Lingkungan Binaan
Lingkungan Alam: Sungai, Danau, Pesisir, dan lain-lain.
Lingkungan Binaan: Taman, Lingkungan Perumahan lain, Kawasan
Industri, dll.
3. Sarana dan Prasarana
 Sarana meliputi:
 Pendidikan (Sekolah, Kursus)
 Perbelanjaan (Pasar, Toko, Warung, dll)
 Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, dll)
 Pemerintahan (Perkantoran)
 Peribadatan (Masjid, Gereja, Pura, dll)
 Balai Pertemuan Warga
 Olahraga (Lapangan Olahraga)
 Taman/Jalur Hijau
 Pemakaman/Kuburan
 Industri (Pabrik, dll)
 Rekreasi/Peninggalan Sejarah
 Pembuangan Sampah (TPS & TPA)
 Prasarana meliputi:
 Air Bersih (PAM, Sumur, MCK, dll)
 Air Kotor/Drainase
 Jaringan Listrik dan Telepon
 Jaringan Jalan dan Jembatan
 Parkir dan Terminal

Tinjauan Aspek Non Fisik meliputi:


4. Aspek Non Fisik
 Aspek Sosial Kemasyarakatan (Asal-Usul Suku; Keadaan dan
Tingkat Partisipasi; Kondisi dan Tingkat Keamanan Masyarakat;
Tingkat Pendidikan Masyarakat)
 Aspek Ekonomi (Jenis Pekerjaan; Tingkat Pendapatan Penduduk;
Jenis Kegiatan Usaha)
 Aspek Budaya (Adat istiadat dan Kebiasaan; Hubungan
Kekerabatan dan Ketetanggaan; Agama dan Kepercayaan;
Upacara-upacara Keagamaan & Budaya; Situs Budaya)
 Aspek Politik (Kebijakan Kawasan Permukiman/UU/Perda;
Keberadaan Perangkat Pemerintahan; Lembaga Desa, Partai
Politik; Karang Taruna; Kelompok Wanita/PKK/Dasa Wisma, dll).
 Aspek Psikologis (Rasa Aman, Rasa Tentram, Rasa Senang/
Bahagia, Rasa Takut, Rasa Gelisah/Was-Was).

Lokasi Survei Lapangan:


1. Permukiman Bukit Baruga 1 Antang, Kecamatan Manggala
2. Permukiman Tanjung Bunga, Kecamatan Mariso
3. Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Kecamatan
Biringkanaya
4. Perumahan Minasa Upa, Kecamatan Rappocini
5. Perumnas Toddopuli, Kecamatan Panakkukang
6. Perumnas Antang, Kecamatan Manggala
7. Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea, Kecamatan Biringkanaya
8. Perumahan Nusa Tamalanrea Indah (NTI), Kecamatan
Biringkanaya
9. Perumahan BTN Asal Mula, Kecamatan Biringkanaya
10. Perumahan Citra Tello, Kecamatan Biringkanaya

c. Kriteria luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan:


 Mampu memahami dan mengidentifikasi karakterisik baik secara
fisik dan non fisik perumahan/permukiman.
 Mampu menganalisa permasalahan aspek fisik dan non fisik
perumahan /permukiman.
 Mampu menjelaskan hasil-hasil analisis dan membuat
laporan/konsep/ gagasan yang sesuai dengan standar
kebutuhan perumahan/permukiman.

4. KRITERIA PENILAIAN:
a. Pemahaman teori-teori perumahan/permukiman
b. Pemahaman standar-standar kebutuhan perumahan/permukiman.
c. Proses mengidentifikasi aspek fisik dan non fisik perumahan/
permukiman.
d. Proses menganalisis permasalahan aspek fisik dan non fisik perumahan/
permukiman.
e. Proses membuat laporan akhir hasil survey lapangan dengan mengkaji
berdasarkan teori perumahan dan permukiman serta standar-standar
kebutuhan perumahan/permukiman.
f. Proses mempresentasikan hasil survey lapangan di depan kelas dan
mendiskusikan.
g. Proses kerjasama antar kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, Kepmen. PU. (1987). Pedoman Pembangunan Rumah Tidak


Bersusun.

2. Chapin, F.S. (1985). Urban Land Use Planning. California: University of


Illinois.

3. De Chiara, Joseph. (1978). Standar Perencanaan Tapak/Site Planning


Standards. New York: McGraw Hill Press.

4. Direktorat Pekerjaan Umum. Undang-Undang RI No.1 Tahun 2011 tentang


Perumahan dan Permukiman. Jakarta.

5. Doxiadis, Constantinos. (1968). Ekistics: An Introduction to The Science of


Human Settlement. London: Hutchinson.

6. . (1977). Action for Human Settlements. Athen Center of Ekistics.

7. Hamby, W. F., dan Jones, Melvyn. (1991). Settlement Geography.


Cambridge: Cambridge University.

8. John M., Levy. (2000). Contemporary Urban Planning. New Jersey:


Prentice Hall.

9. Rapoport, Amos. (1969). House Form and Culture. New York: Prentice-Hall
Inc. Englewoods Cliffs, N.J.

10. Silas, Johan. (1985). Perumahan dan Permukiman (Buku 1 dan Buku 2).
Surabaya: Jurusan Arsitektur FTSP, ITS.

11. . (1993). Housing Beyond Home: The Aspect of Resources and


Sustainability. Surabaya: Pidato Pengukuhan Guru Besar, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
12. Strong, M. Et all. (1996). The Local Agenda 21 Planning Guide; an
Introduction to Sustainable Development Planning. The
international Council for Local Enviromental Initiatives (ICLEI).
Canada.

13. Turner, Bertha. (1988). Building Community. London: Building Community


Books.

14. Turner, J. F. C. (1976). Housing by People, Marions Boyars.

15. Turner, J. F. C., (1972). Housing as a Verb, in Freedom to Build. Eds:


Turner J. F. C., Fichter R., The Macmilian Company.

16. Watson, Donald., etc. (2001). Time Saver Standards for Urban Design.
New York: McGraw-Hill.

17. Yudohusodo, Siswono. (1991). Rumah untuk Seluruh Rakyat. Jakarta:


Yayasan Padamu Negeri.

18. Zahnd, Markus. (1999). Perancangan Kota Secara Terpadu (Integreted


Urban Design). Yogyakarta: Kanisius.
SENARAI

 Fasilitas Sosial : komponen yang menunjang lingkungan perumahan/


permukiman seperti fasilitas pendidikan, kesehatan,
peribadatan, belanja, kantor, dan sebagainya.

 Gangguan Bencana : meliputi banjir, kebakaran, gangguan alam lainnya.

 Kepadatan : tinggi, sedang, rendah sesuai struktur kota baik


metropolitan, besar, sedang dan kecil.

 Kualitas Bangunan : kondisi fisik bangunan, gradasi dan penyebarannya.

 Lingkungan Hunian : bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas


lebih dari satu satuan permukiman.

 Perumahan : kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,


baik perkotaan maupun perdesaan, dilengkapi
prasarana, sarana, utilitas umum.

 Permukiman : bagian dari lingkungan hunian, terdiri atas lebih dari


satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.

 Permukiman Kumuh : permukiman yang tidak layak huni karena ketidak


teraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi, kualitas bangunan, sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat.
 Pertumbuhan Penduduk: pertumbuhan yang dikaitkan dengan pertumbuhan
alami (kematian, kelahiran) serta factor migrasi
(mobilitas penduduk).

 Prasarana : kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang


memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan
bertempat tinggal yang layak, sehat, aman,
nyaman.
 Prasarana Lingkungan : komponen yang menunjang perumahan, a.l: jalan,
saluran air limbah, saluran drainase, persampahan.

 Rumah : bangunan berfungsi sebagai tempat tinggal yang


layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi
pemiliknya.

 Rumah Komersial : rumah yang dibangun untuk tujuan mendapat


keuntungan.

 Rumah Swadaya : rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya


masyarakat.

 Rumah Umum : rumah yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan


rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

 Rumah Khusus : rumah yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan


khusus.

 Rumah Negara : rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai


tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas
pejabat dan/ atau pegawai negeri.

 Sarana : fasilitas lingkungan hunian berfungsi mendukung


penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
sosial, budaya dan ekonomi.

 Status Tanah : status tanah milik, tanah sewa, hak guna, liar, dan
sebagainya

 Struktur Penduduk : terkait menurut umur dan jenis kelamin.


 Teori : prinsip & generalisasi antar hubungan, menyajikan
pandangan yang jelas, utuh, dan sistematis dari
masalah yang kompleks atau bidang tertentu.

 Utilitas Umum : komponen penunjang lingkungan permukiman sep:


jaringan listrik, air bersih, telepon, gas.

Anda mungkin juga menyukai