Anda di halaman 1dari 15

Statistik Pencacahan Radiasi

(Radiation Counting Statistics)

Latar Belakang
Radiasi dipancarkan secara acak (random) sehingga pengukuran radiasi
berulang meskipun dilakukan dengan kondisi yang sama akan
memperoleh hasil pengukuran yang berfluktuasi (berbeda-beda).
Materi ini akan membahas sifat acak pancaran radiasi tersebut yang
mengikuti distribusi Gauss, cara untuk menghitung ketidak-pastian
pengukuran serta cara menyajikan nilai hasil pengukuran, pengujian
data distribusi Gauss (chi square test), dan cara membuang data yang
tidak menyimpang.

Tujuan Instruksional
Setelah mengikuti mata pelajaran ini para peserta diharapkan mampu
untuk menerapkan metode statistik dalam pengukuran intensitas radiasi
baik menggunakan sistem pencacah maupun sistem spektroskopi.
Secara khusus setiap peserta akan mampu untuk:
1. menguraikan sifat acak (random) dari besaran fisis;
2. menguraikan distribusi Gauss pada intensitas (aktivitas) radiasi;
3. menghitung penyimpangan pengukuran pada distribusi Gauss
dengan mempertimbangkan faktor propagasi eror (error propagation);
4. menentukan ketidak-pastian pengukuran pada tingkat kepercayaan
(level of confidence) tertentu;
5. menjelaskan limit deteksi dan limit kuantisasi;
6. menentukan nilai intensitas suatu spektrum energi radiasi;
7. menerapkan chi square test pada sekumpulan data pengukuran
radiasi;
8. menerapkan uji Chauvenet pada sekumpulan data pengukuran
radiasi.

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 1


Materi Pembahasan
Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan Instruksional
Materi Pembahasan
Sifat Acak (Random)
Distribusi Gauss (Normal)
Propagasi Eror
Ketidak-pastian Pengukuran
Limit Deteksi dan Limit Kuantisasi
Pengujian Chi Square
Kriteria Chauvenet

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 2


Statistik Pencacahan Radiasi
(Radiation Counting Statistics)

Sifat Acak (random)


Proses pengukuran, misalnya pengukuran temperatur, panjang atau berat,
biasanya dilakukan secara berulang agar diperoleh hasil pengukuran yang
lebih dapat dipercaya. Perhatikan tabel berikut ini yang menampilkan hasil
tiga jenis pengukuran (A, B, dan C) yang diulang 10 kali.

Tabel 1: hasil tiga jenis pengukuran berulang 10 kali

A B C
100 100 100
100 105 128
100 92 10
101 104 135
100 121 76
100 98 214
99 109 39
100 101 382
101 92 99
100 88 157

Hasil pengukuran manakah yang terbaik, pengukuran A, B, atau C. Jangan


terlalu cepat menyimpulkan bahwa pengukuran A lah yang terbaik karena
sangat bergantung pada besaran yang sedang diukur. Bila yang diukur adalah
panjang sebuah meja atau tinggi sebatang pohon maka akan diperoleh hasil
pengukuran A. Tetapi bila mengukur kecepatan angin di atas sebuah gedung
maka mungkin akan dihasilkan data pengukuran C.
Terdapat jenis pengukuran tertentu yang akan menghasilkan data
pengukuran B. Jenis pengukuran tersebut mengikuti kecenderungan atau
distribusi tertentu. Sebagai contoh, bila seseorang mempunyai 200 keping
uang logam yang sama dan kemudian dilemparkannya semua ke lantai.

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 3


Berapa keping uang logamkah yang menunjukkan gambar ? Bila kegiatan
tersebut diulang 10 kali maka akan diperoleh data pengukuran B, bukan
pengukuran A apalagi pengukuran C. Eksperimen di atas juga dapat
dilakukan dengan menggunakan 600 butir dadu.
Data pengukuran B memang berfluktuasi tetapi mempunyai kecenderungan
pada nilai 100. Nilai ini dapat ditentukan secara perhitungan yaitu
X = p N
Dengan X adalah nilai hasil pengukuran, p adalah probabilitas (pada uang
logam dan pada dadu 1/6), sedangkan N adalah jumlah benda yang
terlibat untuk menghasilkan nilai pengukuran tersebut. Fenomena
pengukuran ini bersifat acak (random), yang bila dilakukan secara berulang
dengan jumlah ulangan sangat banyak (tak berhingga) akan menghasilkan
nilai rata-rata 100.
Ingat rumusan aktivitas radioaktif !
A = N

A adalah aktivitas zat radioaktif, adalah konstanta peluruhan, sedangkan N


adalah jumlah inti yang tidak stabil. Konstanta peluruhan ( ) merupakan
probabilitas salah satu inti atom tersebut meluruh atau tidak. Dengan meng-
analogikan dua rumusan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
aktivitas radioaktif bersifat acak (random). Jadi, bila suatu zat radioaktif
mempunyai aktivitas sebesar 100 Bq maka tidak berarti bahwa zat radioaktif
tersebut selalu memancarkan 100 radiasi per detik, melainkan berbeda-beda
tetapi mempunyai kecenderungan di sekitar nilai 100 sebagaimana data
pengukuran B.

Distribusi Gauss (Normal)


Sifat acak suatu pengukuran selalu mengikuti suatu distribusi tertentu,
sebagai contoh eksperimen uang logam dan dadu di atas mengikuti distribusi
binomial. Bila distribusi binomial tersebut mempunyai probabilitas sangat
kecil maka akan berubah menjadi distribusi Poisson, sedangkan bila
distribusi Poisson tersebut menghasilkan nilai ukur yang besar (beberapa
literatur menuliskan > 40) maka berubah menjadi distribusi Gauss (Normal).
Tiga jenis distribusi tersebut memang tidak dibahas pada tulisan ini, bagi
yang berminat untuk mempelajari lebih lanjut silahkan membaca literatur
statistik.
Zat radioaktif mempunyai konstanta peluruhan ( ) yang sangat kecil,
misalnya U-238 adalah 4.88 10-18 dan aktivitas sumber biasanya bernilai
sangat besar dalam orde Bq (peluruhan per detik), misalnya aktivitas 1 Ci
setara dengan 3.7 104 peluruhan per detik. Oleh karena itu pancaran radiasi
mengikuti distribusi Gauss (Normal).

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 4


Gambar 1: distribusi Gauss
Gambar di atas menunjukkan probabilitas nilai ukur yang mungkin
dihasilkan oleh pengukuran berulang terhadap suatu besaran yang mengikuti
distribusi Gauss. Terlihat bahwa nilai ukur yang dihasilkannya dapat
bermacam-macam, dengan probabilitas terbesar adalah terletak pada nilai
rata-ratanya.

Gambar 2: intensitas radiasi yang dipancarkan suatu sumber radiasi


Oleh karena aktivitas zat radioaktif bersifat acak mengikuti distribusi Gauss
(Normal) maka intensitas radiasi yang terukurpun akan bersifat acak
sehingga data hasil pengukurannya juga akan mengikuti distribusi Gauss.
Pengukuran intensitas radiasi yang dilakukan secara berulang pasti akan
memperoleh hasil pengukuran yang berbeda-beda. Yang menjadi pertanyaan
adalah berapakah nilai ukur yang sebenarnya.
Dengan fenomena tersebut di atas maka pengukuran intensitas radiasi harus
dilakukan secara berulang, baik beberapa kali atau dalam selang waktu cukup
panjang, yang berarti akumulasi nilai dari pengulangan waktu beberapa detik.
Nilai ukur sebenarnya diduga berada di dalam rentang nilai rata-rata nilai
simpangannya.

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 5


Sebagaimana perhitungan matematika biasa, nilai rata-rata dapat dihitung
dengan persamaan berikut

X =
X i
(1)
N
Sedangkan nilai simpangan ( ) dari pengukuran tunggal suatu besaran yang
mengikuti distribusi Gauss adalah akar dari nilai ukurnya.
= X (2)

Propagasi Eror (Error Propagation)


Propagasi eror adalah metode untuk menghitung simpangan suatu nilai yang
berasal dari beberapa faktor, misalnya beberapa hasil pengukuran dan data
pendukung lainnya. Rumusan dasar propagasi eror untuk suatu nilai F yang
merupakan fungsi dari faktor X, Y dan Z adalah sebagai berikut.
2 2 2
F 2 F 2 F 2
f = x + y + z (3)
X Y Z
f adalah simpangan nilai F yang merupakan kalkulasi dari faktor nilai X, Y,
dan Z. x, y, dan z adalah masing-masing simpangan nilai X, Y, dan Z.

Laju Cacah
Laju cacah atau cacahan per detik adalah suatu nilai yang sebanding
dengan aktivitas atau intensitas radiasi.
C
R = (3)
T
Karena simpangan waktu ( t ) dapat diasumsikan tidak ada maka
simpangan laju cacah ( r ) hanya dihitung dari satu faktor saja yaitu nilai
cacahan ( C ) dengan simpangan cacahan ( c ) adalah sebesar
c = C (4)
Sehingga simpangan laju cacah ( r ) dapat dihitung sebagaimana
persamaan berikut.
R 1
=
C T
2 2
1 2 1
r = c maka r = C
T T

R
r = (5)
T

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 6


Cacahan Rata-rata
Cacahan rata-rata ( C ) merupakan nilai rata-rata dari beberapa kali
pengukuran, misalnya N kali.
C1 + C 2 + C 3 + + C n
C =
N
2 2 2 2
1 2 1 2 1 2 1 2
C = c1 + c 2 + c3 + . . . . + cn
N N N N

C
C = (6)
N

Laju Cacah Rata-rata


R
R = (7)
N T

Laju Cacah Sumber


Hasil pengukuran intensitas radiasi suatu sumber selalu merupakan
gabungan antara radiasi yang berasal dari sumber tersebut dan radiasi
yang berasal dari lingkungan sekitarnya, atau disebut sebagai radiasi latar
belakang. Laju cacah radiasi yang hanya berasal dari sumber saja ( Rs )
dapat dihitung dengan cara mengurangi laju cacah keseluruhan (Rt )
dengan laju cacah latar belakang ( Rb ).
Rs = Rt Rb
Simpangan laju cacah sumber adalah
2 2
Rs = Rt + Rb (8)
Tentu saja nilai simpangan laju cacah keseluruhan ( Rt ) dan simpangan
laju cacah latar belakang ( Rb ) harus dihitung dahulu menggunakan
persamaan sebelumnya.

Perhitungan propagasi eror, khususnya untuk yang mempunyai relasi


matematik lebih rumit dapat menggunakan persamaan berikut.
2
y
2 2
f x z
=
+ + (9)
F x y z

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 7


Berikut ini sebuah contoh untuk menentukan simpangan dari efisiensi
pengukuran ( ) yaitu suatu nilai yang membandingkan antara laju cacah
dan aktivitas sumber standar.
R
=
A

R
2

2

= + A (10)
R A
Nilai simpangan dari aktivitas sumber dapat dihitung dari toleransi sumber
standar, misalnya toleransi 1% berarti nilai simpangan adalah sebesar 1%
dari nilai aktivitasnya.
A = 0.01 x A

Ketidak-pastian Pengukuran (Measurements Uncertainty)


Ketidak-pastian sebenarnya tidak hanya berasal dari pengukuran saja
melainkan berasal dari semua langkah analisis mulai dari preparasi sampel,
faktor kesalahan alat, kesalahan personil, kesalahan metode, dan
pengukurannya sendiri. Akan tetapi dalam pembahasan ini hanya akan
dipelajari ketidak-pastian yang berasal dari proses pengukuran dan faktor
yang berkaitan langsung dengan pengukuran.
Setiap pengukuran selalu mempunyai kesalahan (eror) oleh karena itu hasil
pengukuran atau kalkulasi yang berdasarkan hasil pengukuran harus
ditampilkan dalam bentuk suatu rentang nilai (bukan nilai tunggal). Rentang
nilai tersebut adalah ketidak-pastian suatu pengukuran. Nilai ukur sebenar-
nya diduga berada di dalam rentang nilai tersebut. Pertanyaannya adalah
seberapa yakinkah nilai ukur sebenarnya berada di dalam rentang nilai
tersebut. Sebagai contoh, pengukuran aktivitas suatu sumber radiasi yang
dilakukan 10 kali dengan kondisi yang sama, ternyata diperoleh hasil sebagai
berikut.
125; 116; 103; 138; 121; 144; 119; 127; 112; dan 134.
Berapakah nilai aktivitas sumber tersebut sebenarnya? Tidak ada yang tahu !
Kemungkinan nilai aktivitas sebenarnya berada di dalam suatu rentang nilai
di sekitar nilai rata-ratanya. Sekali lagi hanya dugaan saja.
Hasil pengukuran disajikan dengan format seperti berikut ini.
X = X (11)
adalah suatu faktor yang menunjukkan tingkat kepercayaan (level of
confidence) dengan nilai sebagaimana tabel berikut.

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 8


Tabel 2: beberapa jenis tingkat kepercayaan yang sering digunakan.
Jenis Tingkat
Prosentase Benar
Kepercayaan
1 sigma 1 68,5 %
nine tenth 1,645 90%
2 sigma 2 95,5 %
ninety nine 2,576 99%
3 sigma 3 99,5 %

Gambar 3: dugaan nilai sebenarnya berada di dalam rentang nilai yang


ditampilkan dengan tingkat kepercayaan 1 sigma (kiri) dan tingkat
kepercayaan 2 sigma (kanan).

Memang dengan memilih tingkat kepercayaan yang semakin besar, misalnya


3 sigma, akan memperoleh kemungkinan nilai ukur sebenarnya berada di
dalam rentang dugaan semakin besar, tetapi nilai rentangnya juga semakin
lebar. Oleh karena itu, nilai simpangan ( ) harus diusahakan sekecil
mungkin, yaitu dengan cara mengulang pengukuran semakin sering atau
memperpanjang waktu pengukuran.

Limit Deteksi dan Limit Kuantisasi


Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa setiap pengukuran radiasi
akan menghasilkan kesalahan atau ketidak-pastian, termasuk pengukuran
radiasi latar belakang (background). Yang menjadi permasalahan sekarang
adalah bila aktivitas suatu sumber atau intensitas radiasi yang dipancarkan
oleh sumber tidak terlalu dibandingkan dengan intensitas radiasi latar
belakang.

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 9


Sebagai contoh, hasil pengukuran intensitas suatu sampel -yang berarti
pengukuran radasi yang berasal dari sumbernya dan ditambah dengan radiasi
latar belakang- adalah 120 sedangkan pengukuran tanpa sampel -yang berarti
hanya pengukuran radiasi letar belakang- adalah 100. Secara perhitungan
dengan mudah dapat ditentukan bahwa radiasi latar belakang adalah 100
sehingga radiasi sumbernya saja adalah 20.
Hal di atas tidak dapat dibenarkan karena nilai intensitas radiasi latar
belakang selalu berfluktuasi sehingga nilai 120 tersebut mungkin saja hanya
fluktuasi nilai intensitas radiasi latar belakang, jadi sampel tersebut
sebenarnya tidak mengandung zat radioaktif sama sekali.
Limit deteksi adalah suatu batas nilai yang digunakan untuk menentukan
apakah zat radioaktif terdeteksi ada di dalam sampel yang diukur atau
memang tidak terdeteksi. Nilai limit deteksi ditentukan sebesar simpangan
pengukuran latar belakang dengan tingkat kepercayaan 3 sigma.
LD = 3 R lb (12)
Nilai hasil pengukuran radiasi sumber pada contoh di atas ( = 20 ) masih
kurang dari limit deteksinya ( = 30 ) sehingga pada contoh di atas tidak
terdeteksi ada zat radioaktif di dalam sampel.
Contoh lain, hasil pengukuran intensitas suatu sampel -yang berarti
pengukuran radasi yang berasal dari sumbernya dan ditambah dengan radiasi
latar belakang- adalah 150 sedangkan pengukuran tanpa sampel -yang berarti
hanya pengukuran radiasi letar belakang- adalah 100. Secara perhitungan
dengan mudah dapat ditentukan bahwa radiasi latar belakang adalah 100
sehingga radiasi sumbernya saja adalah 50.
Berdasarkan pembahasan limit deteksi, sampel pada contoh tersebut di atas
dapat dinyatakan mengandung zat radioaktif karena hasil pengukuran
sumber ( = 50 ) sudah lebih besar daripada limit deteksi pengukurannya.
Tetapi nilai hasil pengukuran ( = 50 ) belum dapat dinyatakan sebagai
kuantitas (atau dalam contoh ini adalah aktivitas) sumber. Limit kuantisasi
adalah suatu batas nilai yang digunakan untuk menentukan apakah nilai hasil
pengukuran dapat dinyatakan secara kuantitatif atau tidak. Nilai limit
kuantisasi harus ditetapkan secara konvensi, dari satu negara atau
laboratorium ke negara atau laboratorium lain mempunyai nilai yang
berbeda. Nilai limit kuantisasi yang banyak digunakan adalah sebesar
simpangan pengukuran latar belakang dengan tingkat kepercayaan 7 sigma.
LK = 7 R lb (13)
Jadi pada contoh pengukuran di atas hanya dapat dinyatakan secara kualitatif
saja bahwa di dalam sampel terdeteksi adanya zat radioaktif tetapi kuantitas
atau aktivitas sumber tidak layak untuk dinyatakan karena masih kurang dari
limit kuantisasinya ( = 70 ).

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 10


Chi Square Test
Pengukuran besaran fisis yang bersifat acak secara berulang selalu akan
menghasilkan nilai yang berubah-ubah, sebagai contoh 10 kali pengukuran
intensitas radiasi akan menghasilkan 10 nilai yang berbeda-beda. Hal ini
menimbulkan kesulitan untuk mengetahui bahwa perubahan nilai tersebut
memang karena sifat acak dari sumber yang diukur, bukan disebabkan oleh
anomali alat pengukur.
Chi square test adalah sebuah metode yang lazim digunakan untuk menguji
apakah sekumpulan data mengikuti distribusi Gauss atau tidak. Terdapat
kemungkinan bahwa fluktuasi nilai terlalu kecil (contoh data pengukuran A
pada tabel 1) atau fluktuasi terlalu besar (contoh data pengukuran C pada
tabel 1). Nilai Chi Square ditentukan dengan persamaan berikut.

(X )
2
i X
2
= (14)
X
Dengan Xi adalah nilai setiap pengukuran. Nilai chi square ( 2 ) dari
perhitungan di atas kemudian dicocokkan ke tabel chi square yang terdapat
pada lampiran.
Tabel 3: sebagian tabel chi square
2 2 2 2 2 2 2
n 0,95 0,90 0,75 0,50 0,25 0,10 0,05
. . . . . . . .

. . . . . . . .

8 15,5 13,4 10,2 7,34 5,07 3,49 2,73

9 16,9 14,7 11,4 8,34 5,90 4,17 3,33

10 18,3 16,0 12,5 9,34 6,74 4,87 3,94

11 19,7 17,3 13,7 10.3 7,58 5,58 4,57

12 21,0 18,5 14,8 11.3 8,44 6,30 5,23

13 22,4 19,8 16,0 12,3 9,30 7,04 5,89

14 23,7 21,1 17,1 13,3 10,2 7,79 6,57

. . . . . . . .

. . . . . . . .

Cara pembacaan tabel chi square di atas: n adalah derajat kebebasan


pengukuran yaitu jumlah pengulangan dikurangi 1 ( N 1 ). Nilai-nilai pada
kolom 2 0,50 adalah nilai ideal bila semua nilai hasil pengukuran tepat
sesuai dengan distribusi Gauss, tentu saja hal ini sangat sulit dicapai dalam

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 11


pengukuran sebenarnya. Seberapa besar toleransi tidak ideal harus
ditentukan oleh masing-masing keperluan atau laboratoriumnya, tetapi
walaupun begitu, nilai yang banyak digunakan adalah nilai di dalam rentang
2 0,90 dan 2 0,10.
Data hasil 10 kali pengukuran layak diterima sebagai distribusi Gauss bila
nilai 2 nya berada di dalam rentang 4,17 ~ 14,7, sedangkan data 15 kali
pengukuran harus berada di dalam rentang 7,79 ~ 21,1. Apabila data hasil
pengukuran intensitas radiasi tidak memenuhi kriteria di atas maka terdapat
kesalahan, mungkin di peralatan ukur atau di sumbernya sendiri.

Kriteria Chauvenet
Memang secara teori distribusi Gauss, hasil pengukuran dapat bernilai
berapapun bahkan sangat jauh berbeda dengan nilai rata-ratanya akan tetapi
dalam kenyataannya kemungkinan tersebut sangat kecil sehingga hasil
pengukuran yang menyimpang terlalu jauh dari nilai rata-ratanya dapat saja
dibuang agar tidak merusak nilai rata-rata pengukuran.
Penyimpangan nilai hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya kemungkinan
disebabkan oleh gangguan dari luar sehingga mempengaruhi kondisi yang
seharusnya dijaga selalu sama, sebagai contoh yang paling sering terjadi
adalah gangguan listrik.
Kriteria Chauvenet adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
membuang salah satu atau beberapa nilai hasil pengukuran yang
menyimpang terlalu jauh dari nilai rata-ratanya, atau disebut outlayer.
xi x
i = (15)
x

Nilai Chauvenet dari setiap data pengukuran yang dihitung menggunakan


persamaan di atas harus lebih kecil daripada tabel berikut ini.
Tabel 4: nilai batas kriteria Chauvenet
Jumlah Nilai Jumlah Nilai
Pengukuran Chauvenet Pengukuran Chauvenet
2 1.15 50 2.58
3 1.38 100 2.81
4 1.54 200 3.02
5 1.65 500 3.29
10 1.96 1000 3.48

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 12


Sebagai contoh dalam eksperimen 10 kali pengukuran berulang, setiap data
pengukuran harus mempunyai nilai yang lebih kecil daripada 1,96. Bila
salah satu hasil pengukuran mempunyai nilai yang lebih besar daripada
1,96 maka data pengukuran tersebut dapat dibuang. Bila jumlah
pengulangan tidak terdapat dalam tabel tersebut maka dapat digunakan cara
interpolasi linier.

ooOoo

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 13


Lampiran
Tabel Chi Square

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 14


Daftar Pustaka
1. G.F. Knoll, Radiation Detection and Measurement, John Wiley,
Toronto, 1989.
2. N. Tsoulfanidis, Detection and Measurement of Radiation, Taylor and
Francis, New York, 1995
3. K. Debertin and R.G. Helmer, Gamma and X-ray Spectrometry with
Semiconductor Detectors, North-Holland, Amsterdam, 1988.
4. Murray R. Spiegel, Mathematical Handbook, Mc Graw Hill, New York,
1968.

Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 15

Anda mungkin juga menyukai