Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA
PANAS PELARUTAN ( Hs)

DISUSUN OLEH:

Adhe Julian Pertananda 0615 4042 1929


Dinna Khoiruummah 0615 4042 1936
Dwi Ayu Pratiwi 0615 4042 1939
Febi Dwi Kania 0615 4042 1942
Novia Sundari 0615 4042 1946
Ricki Noufal Hadi 0615 4042 1951
Tasya Athira Makaminan 0615 4042 2264

Kelompok : 1 (3.KIB)
Instruktur : Idha Silvianti S.T.,MT

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2016/2017
PANAS PELARUTAN ( Hs)

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan :
1. Dapat menentukan panas pelarutan CuSO4.5H2O dan CuSO4.
2. Dapat menghitung panas reaksi dengan menggunakan Hukum
HESS.

II. ALAT DAN BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN


1. Alat-alat yang digunakan :
Kalorimeter 1
Mortar 1
Thermometer 0-100 2
Gelas kimia 100ml 1
Heater 1
Stopwatch 1
Oven 1
Gelas ukur 100ml 1
Kaca arloji / kertas timbang 1
Neraca analitik 1
Botol aquadest 1

2. Bahan Kimia yang digunakan :


CuSO4.5H2O 5 gram
CuSO4 anhidrat 5 gram
Aquadest
III. DASAR TEORI

Perubahan entalpi yang menyertai pelarutan suatu senyawa


disebut panas pelarutan. Panas pelarutan ini dapat meliputi panas hidrasi
yang menyertai pencampuran secara kimia, energy ionisasi bila senyawa
yang dilarutkan mengalami peristiwa ionisasi. Pada umumnya panas
pelarutan untuk garam-garam netral dan tidak mengalami dissosiasi
adalah positif, sehingga reaksinya isotermis atau larutan akan menjadi
dingin dan proses pelarutan berlangsung sacara adiabatis. Panas hidrasi,
khususnya dalam system berair, biasanya negative dan relative besar.
Perubahan entalpi pada pelarutan suatu senyawa tergantung pada jumlah,
sifat zat terlarut dan pelarutnya, temperature dan konsentrasi awal dan
akhir dari larutannya.

Jadi panas pelarut standar didefinisikan sebagai perubahan


entalpi yang terjadi pada suatu system apabila 1 mol zat terlarut
dilarutkan dalam n1 mol pelarut pada temperature 25 C dan tekanan 1
atmosfer.

Kalor pelarutan adalah entalpi dari suatu larutan yang


mengandung 1 mol zat terlarut, relative terhadap zat terlarut atau pelarut
murni pada suhu dan tekanan sama. Entalpi suatu larutan pada suhu T
relative terhadap pelarut dan zat terlarut murni pada suhu T0 dinyatakan
sebagai :

H = n1H1 + n2H2 + n2 Hs2

Dimana :
H = entalpi dari n1 + n2 mol larutan dari komponen 1 dan 2 pada suhu T
relative terhadap temperature T0.
Hs2 = panas pelarutan integral dari komponen 2 pada suhu T.
Pada percobaan ini pelarut yang digunakan sangat terbatas, dan
mencari panas pelarutan dua senyawa yaitu tembaga (III) sulfat.5H2O
dan tembaga (II) sulfat anhidrat. Dengan menggunakan Hukum HESS
dapat dihitung panas reaksi :
CuSO4 (s) + aq CuSO4.5H2O
Menurut hukum HESS bahwa perubahan entalpi suatu reaksi
kimia tidak bergantung pada jalannya reaksi, tetapi hanya tergantung
kepada keadaan awal dan akhir dari suatu reaksi.

Sebagai contoh penggunaan Hukum HESS :


CuSO4 (s) + aq CuSO4 (aq) = a kj
CuSO4.5H2O (s) + aq CuSO4 (aq) + 5H2O (aq) = b
kj
Sehingga : CuSO4 (s) + 5H2O (aq) CuSO4.5H2O (s) =
(a - b) kj.

PANAS PELARUTAN
Perubahan entalpi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses
penambahan sejumlah tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu
dan tekanan tetap. Terdapat dua macam entalpi pelarutan yaitu entalpi
pelarutan integral dan entalpi pelarutan diferensial. Entalpi pelarutan
integral adalah perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut dilarutkan ke
dalam n mol pelarut. Jika pelarut yang digunakan adalah air, maka
persamaan reaksi pelarutnya dituliskan sebagai berikut:
X + n H2O X. nH2O Hr = ........kJ
Persamaan tersebut menyatakan bahwa satu mol zat x dilarutkan
ke dalam n mol air. Sebagai contoh entalpi pelarutan integral dalam
percobaan kita kali ini adalah CuSO4:
CuSO4 + 5 H2O CuSO4. 5 H2O Hr = ........kJ
Pelarut yang kita gunakan dalam hal ini adalah air. Karena air
mempunyai sifat khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai
kemampuan melarutkan berbagai jenis zat. Walaupun air bukan pelarut
yang universal (pelarut yang dapat melarutkan semua zat), tetai dapat
melarutkan banyak macam senyawa ionik, senyawa organik dan
anorganik yang polar dan bahkan dapat melarutkan senyawa-senyawa
yang polaritasnya rendah tetapi berinteraksi khusus dengan air.

Salah satu sebab mengapa air itu dapat melarutkan zat-zat ionik
ialah karena kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan hingga ion-
ion itu dapat terpisah antara satu dengan lainnya. Kemampuan ini
disebabkan oleh besarnya tetapan dielektrika yang dimiliki air. Tetapan
dielektrik adalah suatu tetapan yang menunjukkan kemampuan molekul
mempolarisasikan dirinya atau kemampuan mengatur muatan listrik
yang tedapat dalam molekulnya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat
mengarah pada menetralkan muatan-muatan listrik yang terdapat di
sekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan tarik menarik muatan yang
belawanan akan sangat diperkecil bila medianya mempunyai tetapan
dielektrik besar.

Dalam percobaan ini akan dicari panas pelarutan dua senyawa


yaitu CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat. Biasanya panas reaksi senyawa
sangat sulit untuk ditentukan, tetapi dengan menggunakan hukum Hess
panas reaksi ini dapat dihitung secara tidak langsung. Hukum Hess
menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi
untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor reaksi tidak
bergantung pada lintasan, tetapi hanya ditentukan keadaan awal dan
akhir. Jadi jika suatu reaksi dapat berlangsung menurut dua tahap atau
lebih maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar kalor
tahapan reaksinya. Oleh karena itu hukum Hess disebut juga hukum
penjumlahan kalor.
Termokimia mempelajari perubahan panas yang mengikuti
reaksi kimia dan perubahan-perubahan fisika (pelarutan, peleburan dsb )
satuan tenaga panas = kalori ; joule (1 joule = 0.24 kal);KJ ; Kkal
Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada reaksi-reaksi
kimia dipakai kalorimeter. Besarnya panas reaksi bisa dinyatakan pada:
tekanan tetap ; qp = H
volume tetap ; qv = U

Hubungan H dan U : H = U+P V


H
= + maka panas diserap, reaksi endoterm
U

H
= - maka panas dilepaskan, reaksi eksoterm
U

Panas reaksi dipengaruhi oleh :


- jumlah zat yang bereaksi
- Keadaan fisika
- Temperatur
- Tekanan
- Jenis reaksi (P tetap atau V tetap)
IV. CARA KERJA
A. Menentukan tetapan harga kalorimeter
1. Memasukkan aquadest ke dalam calorimeter sebanyak 50ml.
2. Mengukur dan mencatat suhu air dalam calorimeter (t1).
3. Memanaskan air sebanyak 50ml ke dalam gelas kimia 100ml
10 di atas temperature kamar (t2).
4. Menuangkan air yang telah dipanaskan ke dalam calorimeter.
5. Mengaduk dan mencatat suhu campuran yang merupakan suhu
tertinggi (t3)

B. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi


1. Memasukkan aquades ke dalam calorimeter sebanyak 100ml dan
mengaduknya.
2. Suhu mula-mula dicatat dan setiap 30 detik sampai suhu tidak
berubah.
3. Menambahkan 5 gram CuSO4 ke dalam calorimeter dan
mengaduknya.
4. Mencatat perubahan suhu setiap 30 detik selama 5 menit.
5. Mengulangi langkah a sampai dengan d dengan menggunakan
serbuk CuSO4 anhidrat.

Catatan :
Serbuk CuSO4 penta hidrat dihaluskan pada mortar.
Serbuk CuSO4 anhidrat diperoleh dengan jalan memanaskan CuSO4
penta hidrat sampai warnanya berubah dari biru menjadi putih. Simpan
dalam desikator sampai dingin dan selanjutnya ditimbang.
V. DATA PENGAMATAN
1. Menentukan harga kalorimeter
Suhu air mula-mula (t1) = 29
(t2) = 43
(t3) = 35
2. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi
Waktu Penambahan CuSO4 Penambahan CuSO4
(menit) hidrat ( ) anhidrat ( )
0,5 29 30
1 29,5 32
1,5 29,5 32
2 29,5 32
2,5 29,5 31,8
3 29,5 31,8
3,5 29,5 31,8
4 29,5 31,8
4,5 29,5 31,8
5 29,5 31,8
VI. PERHITUNGAN
a. Menentukan tetapan calorimeter
Kalor yang diserap oleh air dingin
Q1= m1 x c x = 50 x 4,2 x (35 29) = 1260 Joule
Kalor yang diserap oleh air panas
Q2= m2 x c x = 50 x 4,2 x (43 35) = 1680 Joule
Kalor yang diterima kalorimeter
Q3= Q2 Q1 = 1680 Joule 1260 Joule = 420 Joule
Untuk menghitung digunakan persamaan Q lepas = Q serap
m1 x c x = m2 x c x
50 x 4,2 x ( x 29) = 50 x 4,2 x (43 x)
x 29 = 43 x
x = 36
kalorimeter = x 35

= 36 35

=1

Tetapan Kalorimeter

= = 420 Joule/ = 0,42 Kj/

b. Menentukan panas pelarutan


Kalor yang diserap larutan
Q1= m1 x c x = 5 x 4,2 x (29,5 29) = 10,5 Joule
Kalor yang diserap kalorimeter
Q2= c x = 420 x (29,5 29) = 210 Joule
Kalor yang dihasilkan oleh reaksi
Q3= - (q1 q2) = - (10,5 Joule 210 Joule) = -220,5 Joule
Tetapan Kalorimeter
,
= Q3 x = (-220,5) x = -11.005,55 Joule/mol

c. Penentuan panas pelarutan CuSO4 anhidrat
Kalor yang diserap larutan
Q1= m1 x c x = 5 x 4,2 x (31,8 30) = 37,8 Joule
Kalor yang diserap kalorimeter
Q2= c x = 420 x (31,8 30) = 756 Joule
Kalor yang dihasilkan oleh reaksi
Q3= - (q1 q2) = - (37,8 Joule 756 Joule) = -793,8 Joule
Kalor pelarutan
,
= Q3 x = (-793,8) x = -25330,158 Joule/mol

d. Dengan menggunakan hokum Hess:


CuSO4 + aq CuSO4.5H2O
= CuSO4.5H2O - CuSO4)
= (-11.005,55 Joule/mol) (-25330,158 Joule/mol)
= 14325,003 Joule/mol

,
per mol =

= 2865 Joule
VII. ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum ini, telah dilakukan percobaan yaitu mengenai Panas


Pelarutan. Praktikum ini bertujuan agar dapat menentukan panas pelarutan dari
CuSO4.5H2O dan CuSO4, serta dapat menghitung panas reaksi dengan
menggunakan hukum Hess. Panas pelarutan adalah perubahan entalpi yang
menyerupai dan menyertai pelarutan suatu senyawa. Panas pelarutan ini dapat
meliputi panas hiddrasi yang menyertai pencampuran secara kimia. Pada praktikum
ini digunakan dua bahan kimia yaitu CuSO4.5 H2O sebagai pentahidrat dan CuSO4
sebagai anhidrat.

Adapun proses yang dilakukan dalam percobaan ini ialah menentukan harga
tetapan kalorimeter dan panas pelarutan dari panas reaksi. Pada proses penentuan
tetapan harga kalorimeter dilakukan dengan menggunakan data t1, t2, dan t3. T1
merupakan suhu air dingin yang dimasukkan ke dalam kalorimeter. T2 merupakan
suhu air dingin yang dipanaskan 10 C di atas suhu kamar. T3 merupakan suhu air
dingin dan air panas dicampurkan di dalam kalorimeter. Air panas akan
memberikan kalor atau panas dan air dingin akan menyerap kalor tersebut sehingga
suhu campuran akan konstan. Proses pengukuran suhu ini dilakukan selama 4 menit
dan setiap 30 detik dicatat suhu yang terbaca pada termometer.

Pada proses penentuan panas pelarutan dan panas reaksi menggunakan


CuSO4 pentahidrat dan CuSO4 anhidrat. Sebelum dilakukan percobaan maka
CuSO4.5H2O dihaluskan dahulu dengan mortar. Bahan baku ini berwarna biru,
dipanaskan hingga berubah warna menjadi putih dan kemudian didinginkan di
dalam desikator. CuSO4 sebanyak 5 gr dan air 100 ml. CuSO4 pentahidrat itu
dilarutkan dalam air di kalorimeter kemudian diukur t4 dan t5. T4 merupakan suhu
mula-mula air sebelum ditambahkan CuSO4.5H2O sedangkan t5 merupakan suhu
saat ditambahkan CuSO4.5H2O serta suhu diukur selama 5 menit. Setiap 30 detik
suhu yang didapat dicatat. CuSO4 anhidrat yang telah dipanaskan adalah 10 gram.
Zat ini dibuat dengan volume yang berlebih karena untuk mengantisipasi
kehilangan uap air sehingga dibuat dengan volume berlebih.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Panas pelarutan merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada suatu
sistem apabila 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam 1 mol pelarut pada
termometer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi entalpi yaitu : jumlah zat, temperatur,
sifat zat terlarut dan pelarutnya, konsentrasi awal dan akhir larutan.
Tetapan calorimeter (K) = 420 j/
Panas rekasi CuSO4.5H2O, 124,95
Panas pelarutan untuk 1 mol pada :
CuSO4 = - 2,94 kj/mol
CuSO4.5H2O = 22,05 kj/mol.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Jobsheet. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Palembang: POLSRI
X. GAMBAR ALAT

kalorimeter mortar gelas kimia

termometer gelas ukur heater

Stopwatch kaca arloji


Botol aquadest

Anda mungkin juga menyukai