Anda di halaman 1dari 19

OLEH:

H. NURSAMSI PUSPOSENDJOJO, PROF.DR.IR., M.SC.

MAGELANG
3 SYAWAL 1433 H/ 21 AGUSTUS 2012 M

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


PENGANTAR

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim


Assalamualaikum wr.wb.

Kita panjatkan puji: Alhamdulillahi Rabbilaalamiin. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam, yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inyahNYA kepada kita semua
sehingga keluarga besar Bani Saleh masih dan akan tetap di bawah lindunganNYA. Salam
dan shalawat semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. yang
dengan safaat beliau kita akan selamat sampai akhir zaman. Amien.
Uraian singkat mengenai Bani Saleh ini disusun dengan maksud agar semua anggota
Bani Saleh atau keturunan mBah Saleh dapat mengetahui sejarah dan amalan-amalan yang
telah dilakukan oleh sesepuh pendahulu. Harapan selanjutnya adalah sekiranya anggota
Bani Saleh dapat berpikir, berperilaku dan bertindak seperti yang telah diteladankan.
Uraian Bani Saleh ini dibagi menjadi 5 bagian: I. Sejarah Bani Saleh, II. Silsilah
Induk Bani Saleh, III. Daftar Anak Induk Bani Saleh, III, Ikatan Keluarga Bani Saleh, dan
IV. Yayasan Bani Saleh. Bahan untuk menyusun Sejarah Bani Saleh diperoleh dari Ibu
Nursiyah Martopuspito binti Abdulrachim Pusposendjojo sedangkan bahan utama uraian
Ikatan Keluarga Bani Saleh diperoleh dari Bapak Sanyoto bin Joyowinarjo, Bapak Zuchri,
Bc.Hk. bin. H. Syukri, dan yang dialami penyusun pribadi.
Semoga dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb.

Magelang, Ramadhan 1433 H

Penyusun

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


DAFTAR ISI

PENGANTAR ....................................................................................................... ii

I. SEJARAH BANI SALEH .................................................................................... 1

II. SILSILAH INDUK BANI SALEH ...................................................................... 5

III. DAFTAR ANAK INDUK BANI SALEH ........................................................... 6

IV. IKATAN KELUARGA BANI SALEH ............................................................... 10

V. YAYASAN BANI SALEH .................................................................................. 14

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


I. SEJARAH BANI SALEH

A. Leluhur Bani Saleh


Pada zaman Diponegoro di Kiyangkongrejo, suatu desa yang tenang di sebelah
selatan kota Kutoarjo (Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah), hidup seorang
pamong desa yang menjabat sebagai Kaum (kepala urusan agama). Untuk lebih mudahnya,
pamong desa itu kita sebut Mbah Kaum Kiyangkongrejo. Waktu itu daerah
Kiyangkongrejo merupakan daerah pengungsian orang-orang Cina yang tersisih karena
terjadi perang Diponegoro. Mbah Kaum Kiyangkongrejo mempunyai 6 (enam) putera,
empat lelaki dan dua perempuan yang nama kecilnya tidak diketahui dan kemudian
bernama (1) Surokerto, (2) Honggowongso, (3) Nyi Tomenggolo, (4) Nyi Demang Butuh,
dan (5) Kardimin. Puteri mBah Kaum Kiyangkongrejo yang kemudian menjadi Nyi
Tomenggolo itulah yang menurunkan Bani Saleh.
Pada masa kecilnya, Nyi Tomenggolo ngenger di Kadipaten Sawunggaling dan pada
waktu menginjak usia dewasa beliau dilamar oleh salah satu punggawa Kadipaten tetapi
lamaran itu ditolaknya. Untuk menghindarkan diri dari punggawa yang pernah melamarnya
itu, beliau pamit meninggalkan Kadipaten dan pergi ke Magelang untuk berdagang kain
lurik.
Selama berjualan kain lurik di Pasar Magelang, beliau berkenalan dengan seorang
pemuda dari desa Japunan yang kemudian menjadi pelanggan pembeli kain luriknya.
Setelah cukup lama berkenalan, pemuda dari Japunan itu jatuh cinta pada gadis penjual
kain lurik itu. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Gadis penjual kain lurik itu
mengimbangi cinta yang sudah bersemi dan minta kepada pemuda desa Japunan itu untuk
melamar kepada orang tuanya apabila benar-benar mencintainya. Akhirnya pemuda desa
Japunan itu pergi ke Kiyangkongrejo untuk menyampaikan lamarannya kepada orang tua
gadis penjual kain lurik itu (Mbah Kaum Kiyangkongrejo). Lamaran diterima dan
dilanjutkan dengan pernikahan. Kedua pengantin menggunakan nama baru yaitu
Tomenggolo dan memutuskan untuk menetap di Dusun Japunan, Desa Sumberejo,
Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Dari perkawinan itu Nyi Tomenggolo melahirkan seorang putera yang setelah dewasa
menikah dengan seorang janda beranak satu, perempuan, dan menggunakan nama
Sodrono. Dari perkawinan dengan janda itu mBah Sodrono mempuntai enam orang putera
yang masing-masing bernama (1) Sadem, (2) Ambyah, (3) Nyi Lurah Kewayuhan, (4)
Sedu, (5) Redjo, dan (6) Seger. Sedangkan perempuan anak tiri mBah Sodrono kemudian
menikah dengan Tahir (mBah Tahir).

B. Mbah Saleh
Semasa sebelum menikah, mBah Saleh putri bernama Sadem. Beliau dilahirkan kira-
kira tahun 1862 yang setelah dewasa menikah dengan Jasman (mBah Jasman),
menggunakan nama Sodikromo dan menetap di dusun Santan, Desa Sumberejo,
Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Dari perkawinan mBah Sodikromo lahir
seorang putera yang diberi nama Saleh. Sebenarnya Saleh mempunyai seorang adik lelaki
tetapi meninggal pada waktu masih bayi sehingga Saleh dianggap sebagai putera tunggal
mBah Sodikromo. Karena berputera yang bernama Saleh itu maka mBah Sodikromo puteri
atau mBah Jasman puteri atau mBah Sadem dikenal dengan nama mBah Saleh atau mBok
Jas. Dari nama beliau itulah lahir nama BANI SALEH.

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


MBAH SALEH

a. Kepribadian dan Amalan mBah Saleh Mbah Sodikromo kakung wafat pada
tanggal 23 Juli 1913 dan mBah Sodikromo puteri (mBah Saleh) harus hidup sebagai
janda dengan puteranya, Saleh. Karena kehidupan pada waktu itu sangat sulit maka
beliau hidup secara sederhana. Beliau merupakan sosok yang sabar, saleh, tawakal,
ulet, sederhana dan penuh amalan. Dengan modal yang diberikan oleh paman-paman
beliau, yaitu mBah Sutan dan mBah Drojogan, mBah Saleh mulai berdagang tembakau.
Dengan tekun dan sabar mBah Saleh menjual tembakau rajangan mulai dari sejamang
(segenggam). Keuntungan dari penjualan tembakau itu digunakan untuk membeli
tembakau lagi sehingga makin lama tembakau yang dijualnya makin banyak. Dari
sejamang menjadi rong jamang (dua genggam), dari rong jamang menjadi patang
jamang (empat genggam), demikian seterusnya. Dagangan tembakau tersebut terus
berkembang dari jamang menjadi keranjang: satu keranjang menjadi dua keranjang,
dua keranjang menjadi empat keranjang, dan seterusnya sampai akhirnya rumah mBah
Saleh di dusun Santan penuh dengan keranjang berisi tembakau rajangan.

Berkat perdagangan tembakau rajangan itulah secara berangsur-angsur mBah


Saleh dapat membeli tanah dan sawah di dusun Santan yang pada akhirnya mencapai
luas tidak kurang dari 60 hektar. Tanah dan sawah mBah Saleh sangat luas sehingga
dikatakan oleh masyarakat pada waktu itu bahwa tidak ada orang yang kalau akan
bepergian yang tidak melewati tanah atau sawah mBah Saleh. Dikatakan pula bahwa
tiap hari tentu ada sawah yang dipanen dan panenan tidak pernah berhenti. Pemilikan
tanah yang sangat luas itu juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang,
baik saudara/keluarga maupun yang bukan saudara/keluarga.
Meskipun kekayaan mBah saleh melimpah tetapi jiwa sosial beliau sangat besar.
Sangat banyak amalan yang telah beliau buat, di antaranya mewakafkan sebidang
NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012
tanah di seberang tanah pemakaman Santan Warung (di tepi jalan Magelang-
Jogjakarta, sebelah Kantor Kecamatan Mertoyudan sekarang), untuk masjid yang
kemudian diberi nama Masjid Al Huda. Alhamdulillah masjid itu sampai sekarang
sangat makmur dan menjadi persinggahan para musafir yang melakukan perjalanan
antara Magelang-Jogjakarta.
Jiwa sosial yang sangat besar juga diwujudkan dengan menikahkan sanak
keluarga maupun juga para rewang (pembantu) dan mereka diberi rumah beserta
pekarangannya. Tanpa membedakan apakah yang menikah itu keluarga atau
pembantu, pernikahan selalu dengan pagelaran wayang kulit yang tidak hanya satu
malam. Kenyataan lain yang menunjukkan kebesaran jiwa mBah Saleh adalah api
tungku di dapur tidak pernah padam karena selalu digunakan untuk memasak
makanan yang diberikan kepada siapa saja yang ada di rumah atau para
tetangga. Setiap hari ada 4 sampai 5 orang yang bekerja di dapur memasak makanan
sejak pukul 04.00 dini hari sampai pukul 22.00.Semua orang yang datang, tanpa
kecuali, selalu dijamu makan sampai kenyang.
Salah satu contoh kebesaran jiwa dan keikhlasan amalan mBah Saleh adalah
seperti kasus peristiwa berikut ini: Pada suatu hari ada seorang ibu sangat miskin yang
waktu mengandung suaminya meninggal dunia, melahirkan seorang bayi lelaki.
Karena satu dan lain hal, ibu itu bunuh diri dengan cara terjun ke dalam sumur. Tentu
saja bayi kecil yang ditinggalkannya tidak ada yang merawat. Setelah mengetahui
peristiwa itu, mBah Saleh langsung mengambil bayi yatim-piatu itu untuk dirawat.
Beliau berusaha keras untuk dapat menyusui bayi itu dengan laku (doa) disertai
berbagai upaya seperti dengan minum jamu, pijat tubuh, dan upaya-upaya lain seperti
laiknya seorang ibu yang baru melahirkan. Rupa-rupanya Allah s.w.t. mengabulkan
permohonan dan upaya mBah Saleh dengan terjadinya suatu keajaiban yaitu mBah
Saleh yang sudah cukup tua itu dapat mengeluarkan air susu lagi. Dengan demikian
bayi yatim-piatu itu dapat disusui oleh mBah Saleh dengan baik dan tumbuh menjadi
sehat. Seterusnya bayi itu dibesarkan dengan penuh kasih sayang seperti halnya putera
sendiri. Setelah dewasa anak yatim-piatu itu dinikahkan, diberi rumah, pekarangan,
sawah, kerbau dan lain-lainnya. Anak yatim-piatu itu setelah tua dikenal sebagai mBah
Jumirah.
Nama harum mBah Saleh tidak hanya pada tingkat lokal (Sumberejo,
Mertoyudan) saja tetapi juga sampai luar daerah dan dikenal dengan nama mBok Jas
yang nebas tembakau (membeli daun tembakau waktu masih di tanaman). Mbah Saleh
juga mematerikan nama beliau sebagai seorang yang sangat peduli kepada
kemanusiaan. Pada tahun 1946 terjadi wabah kelaparan di negara India. Pemerintah
Indonesia yang masih sangat muda pada waktu itu menghimbau kepada rakyat untuk
menyumbangkan sebagian hasil panen atau padi yang dimilikinya. Himbauan
Pemerintah Indonesia itu ditanggapai secara nyata oleh mBah Saleh dengan
menyumbangkan berton-ton padi dan gabah melalui Pemerintah Republik Indonesia.
Contoh-contoh di atas hanya merupakan sebagian kecil amalan mBah Saleh yang
tidak terhitung jumlah dan besarnya. Oleh karena itu kita semua sebagai keturunan
mBah Saleh patut meneladani amalan-amalan mulia tersebut.
Dari segi intelegensia, mBah Saleh juga sangat hebat. Pada waktu itu banyak
orang yang meminjam uang, padi/gabah, ataupun barang kepada mBah Saleh. Beliau
tidak mencatat semua peminjaman itu tetapi dapat ingat dan hafal di luar kepala setiap
nama peminjam, jenis dan jumlah barang yang dipinjam, serta waktu peminjamannya.
NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012
Meskipun serba tidak kekurangan, kehidupan mBah Saleh tetap sangat sederhana.
Makanan yang paling digemari beliau adalah sayur mayur hijau dan krowodan
(makanan dari ketela dan bijian), tidak menyukai daging tetapi untuk tamu selalu
disuguhi lauk daging dan telur. Apabila turun hujan, mBah Saleh lebih senang mandi
dengan aiar dari cucuran atap karena menurut beliau lebih segar dan lebih sehat.
Mbah Saleh sangat gemar memelihara burung (kukilo) dan kuda (turonggo),
memiliki gamelan (gongso) dan keris kecil (patrem, curigo). Burung tentu saja untuk
dapat dinikmati suaranya yang merdu, kuda digunakan sebagai alat transpor dan untuk
pacuan sedangkan gamelan untuk nguri-uri (memelihara) kesenian dan kebudayaan
Jawa, keris selain sebagai benda yang mampu meningkatkan percaya diri dan dipercaya
mampu menangkal bahaya juga dapat digunakan untuk mempertahankan diri.
Mbah Saleh wafat pada hari Jumat Legi malam tanggal 1 Ramadhan 1366 H atau
19 Juli 1947 M di dalem Santan pada usia 85 tahun dan dimakamkan di makam Dusun
Wonokromo, Sumberejo, Mertoyudan, Magelang..
b. Delapan Induk Bani Saleh Satu-satunya putera mBah Saleh, yaitu Saleh,
setelah dewasa menikah dengan Mursiyem (puteri mBah Lurah Kromorejo) dan
mengganti nama mereka dengan Kromosendjojo (mBah Kromosendjojo). Mursiyem
mempunyai 8 orang saudara yaitu Mursiyah, Murtini (Kalimalang), Amin atau mBah
Soma (Santan), Teplo atau mBah Setro (Santan), Sumini atau mBah Merto (Santan),
Sukinah atau mBah Ali (Nampan), Trubus atau mBah Sunu (Wetan Elo), dan Wajib
atau mBah Maryoto (Santan).
Mbah Kromosendjojo mempunyai 9 (sembilan) orang putera yang berturut-turut
namanya adalah: Awal, Djamal, Sawal, Umbuk, Rusiyah, Kuwat, Endah, Parbini, dan
Moh. Suchaimi. Putera kedua yaitu Sawal, meninggal pada waktu masih sangat muda
sehingga tidak ada keturunannya. Dari delapan orang putera mBah Kromosendjojo
yang hidup dan berkeluarga itulah selanjutnya menjadi 8 (delapan) INDUK BANI
SALEH, yaitu:
I. Awal + Budirah - Induk H. Abdullah
II. Djamal + Asih - Induk Joyowinarjo
III. Umbuk + Akhmad - Induk H. Marzuki
IV. Rusiyah + Abdulrachim - Induk Pusposenjoyo
V. Kuwat + Sukini - Induk Amat Saleh
VI. Endah + H. Syukri - Induk H. Syukri
VII. Parbini + Rusikam - Induk H. Busro
VIII. Moh Suchaimi + Siti Sulastri - Induk Moh. Sukhaemi

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


II. SILSILAH INDUK BANI SALEH

Kaum Kiyangkongrejo x Nyi Kaum Kiangkongrejo

Tomenggolo x Nyi Tomenggolo (Tomenggolo)

Sodrono x Nyi Sodrono (Sodrono)

Jasman x Sadem (Sodikromo)

Saleh x Mursiyem (Kromosendjojo)

Awal x Budirah (H. Abdullah)


(Bumirejo)

Jamal x Asih (Djojowinardjo)


(Ngrajeg)

Akhmad x Umbuk (H. Marzuki)


(Manggoran)

Abdulrachim x Rusiyah (Pusposenjoyo)


(Tengkon)

Kuwat x Sukini (Amat Saleh)


(Ngrajeg)

H. Syukri x Endah (H. Syukri)


(Muntilan)

Rusikam x Parbini (H. Busro)


(Piyungan)

Moh. Suchaimi x Siti Sulastri (Moh. Sukhaemi)


(Senden)

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


III. DAFTAR ANAK INDUK BANI SALEH

I. INDUK H. ABDULLAH

Awal x Budirah

I.1. H. Moh. Zaeni


I.2. Zaenab
1.3. Zaenah *)
I.4. Moh. Zaenudin
I.5. Zuriyah
I.6. Zubaedah
I.7. Zulaechah
I.8. Zuchanah
I.9. Zufariyah

II. INDUK JOYOWINARJO

Jamal x Asih

II.1. Sri *)
II.2. Sadono *)
II.3. Sanyoto
II.4. Said Santosa
II.5. Darsiti
II.6. Artati
II.7. Suwarti
II.8. Suwarni
II.9. Suharto
II.10. Suharti

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


III. INDUK H. MARZUKI

Akhmad x Umbuk

III.1. Asiyah

IV. INDUK PUSPOSENJOYO

Abdulrachim x Rusiyah

IV.1. Nursiyah
IV.2. Nursidah
IV.3. Nursimah
IV.4. Nursiswadi
IV.5. Nuryati
IV.6. Nurharyadi *
IV.7. Nursinggih
IV.8. Nursamsi
IV.9. Nurkaryami
IV.10. Nursuprapti

V. INDUK AMAT SALEH

Kuwat x Sukini

V.1. Muh. Mahfud


V.2. Siti Futiah

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


VI. INDUK H. SYUKRI

H. Syukri x Endah

VI.1. Fatsunah *)
VI.2. Aschan
VI.3. Zuchri
VI.4. Zuchdi

VII. INDUK H. BUSRO

Rusikam x Parbini

VII.1. Komariyah
VII.2. Nabsiyah
VII.3. Robiyah
VII.4. Alimah
VII.5. Badriyah
VII.6. Alfiyah
VII.7. Muhyidin
VII.8. Basrowi
VII.9. Siti Nurjanah *)
VII.10. Bahrun Idris

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


VIII. INDUK MOH. SUKHAEMI

M. Suchaimi x Sri Sulastri

VIII.1. Siti Suchayati


VIII.2. Sri Suchaeni
VIII.3. Sri Suryani
VIII.4. Achmad Suryanto
VIII.5. Sri Suryati *)
VIII.6. Subiyantoro
VIII.7. Sri Subiyantari
VIII.8. Sri Subiyanti
VIII.9. Titik Sulistyani

Keterangan: *) wafat pada usia balita

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


IV. IKATAN KELUARGA BANI SALEH

Pada tahun tanggal 5 Mei 1957 anak cucu dari 8 Induk keluarga, yakni H.
Abdullah, Joyowinarjo, H. Marzuki, Pusposendjojo, Amat Saleh, H. Sukri, H. Busro,
dan M. Sukhaemi berkumpul di desa Santan, Sumberejo, Mertoyudan, Magelang. Pada
waktu itu mBah Kromosendjojo putri melepas nadhar untuk menggiring anak-cucu-
buyut ke kota Magelang karena jumlahnya sudah lebih dari 100 orang. Pada pagi hari,
dengan lebih dari 10 kereta kuda (dokar/andong) iring-iringan menuju kota Magelang.
Anak-cucu-buyut digiring ke Pasar Magelang (Rejowinangun) dan Pecinan. Suasana
riang gembira dan bahagia dirasakan oleh seluruh anggota keluarga, baik tua maupun
muda, salah satunya adalah karena banyak anggota keluarga yang jarang sekali melihat
kota Magelang. Alhamdulillah acara giringan berjalan dengan lancar dan pada kira-
kira pukul 15.00 semuanya kembali ke desa Santan dengan kereta kuda.

MBAH AWAL PUTRI


5 Mei 1957

Dokar/andong Pasar Magelang

Alun-alun Magelang

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


Induk Bani Pusposenjoyo
5 Mei 1957

Pada sore harinya, para Induk mengadakan musyawarah dan oleh Anak-Anak
Induk, di antaranya H. Moh. Zaeni bin H. Abdullah, Sanyoto bin Joyowinarjo,
Nursiswadi bin Pusposenjoyo, dan Aschan bin H. Syukri, diusulkan untuk membentuk
satu ikatan keluarga keturunan mBah Saleh yang bernafaskan Islam. Ikatan keluarga
tidak hanya beranggotakan keturunan langsung mBah Saleh tetapi juga para menantu.
Dasar pertimbangan pembentukan ikatan keluarga di antaranya karena terasa
kurang eratnya hubungan antar keluarga, sehingga kurang saling mengenal. Hal ini
dikhawatirkan akan menjadi parah di masa mendatang apabila keluarga-keluarga makin
berkembang, bertambah banyak, dan makin tersebar tempat tinggalnya.. Hubungan
keluarga akan dapat makin bertambah renggang, bahkan dapat putus sama sekali.
Usulan disetujui dan memperoleh restu para sesepuh dan pinisepuh. Selanjutnya
paguyuban organisasi keluarga diberi nama IKATAN KELUARGA BANI SALEH
atau disingkat IKBS. Untuk memelihara dan menjalankan IKBS, disusun Pengurus
Harian IKBS yang susunan dan personalianya adalah:
1957-1979 Ketua : H. M. Zaeni (H. Abdullah)
Sekretaris : Suparman Martopuspito (Pusposenjoyo)
Bendahara : Sanyoto (Joyowinarjo)
Untuk selanjutnya kepengurusan IKBS mengalami pergantian untuk memberi
kesempatan kepada wakil induk untuk mengembannya:
1979-1983 Ketua : Zuchry, Bc.Hk. (H. Syukri)
Sekretaris : Drs. M. Shodiq (H. Abdullah)
Bendahara : Sanyoto (Joyowinarjo)

1983-1989 Ketua I : DR.Ir. Nursamsi, M.Sc. (Pusposenjoyo)


Ketua II : Drs. A. Suryanto (M. Sukhaemi)
Sekretaris I : Drs. Basrowi (H. Busro)
Sekretaris II : Drs. M. Shodiq (H. Abdullah)
Bendahara : Sanyoto (Joyowinarjo)

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


1989-1995 Ketua I : Drs. Basrowi (H. Busro)
Ketua II : Drs. A. Suryanto (M. Sukhaemi)
Sekretaris I : Drs. Masman Andara, MA. (H. Abdullah)
Sekretaris II : Drs. Mahfudz Ali (H. Abdullah)
Bendahara : Ahmad Masduki Irawanto (H. Marzuki)

1995-2002 Ketua I : Drs. A. Suryanto (M. Sukhaemi)


Ketua II : Drs. Romzan Fauzi (H. Abdullah)
Sekretaris I : Drs. Amien Sedjono (Pusposenjoyo)
Sekretaris II : Drs. Fuad Himawan (H. Abdullah)
Bendahara I : Ahmad Masduki Irawanto (H. Marzuki)
Bendahara II : Drs. Arif Kustanto (H. Syukri)

2002-2008 Ketua I : Drs. Romzan Fauzi (H. Abdullah)


Ketua II : Drs. Amin Sedjono (Pusposenjoyo)
Sekretaris I : Totok Sugiarto (H. Marzuki)
Sekretaris II : Wim Hernadi (Joyowinarjo)
Bendahara I : Drs. Arif Kustanto (H. Syukri)
Bendahara II : Drs. Ardani (H. Busro)

2008-2014 Ketua : Kunto Hendrodoto (H. Syukri)


Wakil Ketua I : Muh. Haris Ashfan (H. Abdullah)
Wakil Ketua II : Wiem Hendardi (Joyowinarjo)
Sekretaris I : Yuli Edi Purwoko (M. Sukhaemi)
Sekretaris II : Puji Kismanto (.....)
Sekretaris III : M. Najib (H. Busro)
Bendahara : Hernadi Sasmoyo Aji (Pusposenjoyo)
Wakil Bendahara : Ridwan Sutanto (H. Syukri)

Pertemuan-pertemuan yang telah diselenggarakan ialah:


I. Tanggal 10-03-1965 di Santan (M. Sukhaemi)
II. Tanggal 01-07-1966 di Santan (M. Sukhaemi)
III. Tanggal 25-06-1967 di Santan (M. Sukhaemi)

Oleh karena situasi dan kondisi yang kurang mendukung, maka sejak akhir tahun
1960-an sampai dengan selama tahun 1970-an tidak diselenggarakan pertemuan
keluarga. Pertemuan dimulai lagi pada tahun 1980.
IV. Tanggal 28-01-1980 di Piyungan (H. Busro)
V. Tanggal 14-08-1980 di Manggoran (H. Marzuki)
VI. Tanggal 03-08-1981 di Santan (M. Sukhaemi)

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


BANI SALEH
Santan, 25 Juni 1967

Sampai dengan pertemuan yang ke enam (VI), jadwal pertemuan belum teratur,
tergantung pada yang bersedia untuk menjadi penyelenggara. Namun setelah itu
disepakati pertemuan keluarga besar Bani Saleh diselenggarakan secara berkala 2 (dua)
tahun Hijriyah sekali setiap tanggal 3 Syawal (hari ketiga Iedul Fitri) dengan tempat
yang bergantian:
VII. Tanggal 14-07-1983 di Manggoran (H. Marzuki)
VIII. Tanggal 22-06-1985 di Piyungan (H. Busro)
IX. Tanggal 31-05-1987 di Santan (M. Sukhaemi)
X. Tanggal 08-05-1989 di Manggoran (H. Marzuki)
XI. Tanggal 17-03-1991 di Piyungan (H. Busro)
Agar supaya tiap-tiap Induk mendapat kesempatan menjadi penyelenggara
pertemuan IKBS, disepakati penyelenggaraan digilir secara berurutan berdasarkan
urutan Induk (H. Abdullah, Joyowinarjo, H. Marzuki, Pusposenjoyo, Amat Saleh, H.
Sukri, H. Busro, M. Sukhaemi).
Pertemuan IKBS diisi dengan penghargaan berupa perkenalan keluarga anggota
baru, pemberian kitab Al Quran kepada anggota-anggota keluarga yang berprestasi
baik dalam penyelesaian pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana, Magister, Doktor, Guru
Besar) maupun dalam bidang non pendidikan seperti dalam wirausaha, dan siraman
rohani. Selain itu, dilakukan bakti sosial seperti pemberian bantuan untuk masjid, panti
asuhan, kaum dhuafa, dan atau sekolah.
Pertemuan IKBS lanjutan yang sudah terselenggara:
XII. Tahun 1994 di Santan Warung (H. Abdullah)
XIII. Tahun 1996 di Santan (Joyowinarjo)
XIV. Tahun 1998 di Manggoran (H. Marzuki)
XV. Tahun 2000 di Muntilan (Pusposendjojo)
XVI. Tahun 2002 di Balai Muslimin (Amat Saleh)

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


XVII. Tahun 2004 di Balai Desa Banyurojo (H. Syukri)
XVIII. Tahun 2006 di Auditorium Pemkot Magelang (H. Busro)
XIX. Tahun 2008 di Santan (H. Muh. Sukhaemi)
XX. Tahun 2010 di Blondo (H. Abdullah)
XXI. Tahun 2012 di RM Kampung Ulu (Joyowinarjo)

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


V. YAYASAN BANI SALEH (= YANISA)

Pada tahun 1991 jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 127 (H. Abdullah= 44,
Joyowinarjo= 17, H. Marzuki= 9, Pusposenjoyo= 19, Amat Saleh= 1, H. Syukri= 12, H.
Busro= 17, M. Sukhaemi= 8). Perkembangan Bani Saleh sangat pesat baik dalam
jumlah anggota, pendidikan maupun dalam dalam kegiatan ekonomi memerlukan
pengembangan IKBS dengan kegiatan-kegiatan yang lebih nyata, tidak hanya
pertemuan keluarga besar. Menanggapi hal tersebut, pada hari Ahad tanggal 17
Februari 1991, bertempat di rumah Bani Pusposenjoyo di Santan Warung, Sumberejo,
Mertoyudan, Magelang, diadakan pertemuan khusus wakil-wakil Induk Bani Saleh
membicarakan rencana pembentukan Yayasan Bani Saleh. Semua wakil Induk sepakat
untuk membentuk satu Yayasan. Pada tanggal 1 Maret 1991 berhasil dibentuk Yayasan
Bani Saleh dengan Akta No. 2 Tahun 1991 Notaris Ny. N. Kartini, SH di Magelang.
Untuk selanjutnya Yayasan Bani Saleh disingkat YANISA.
Di dalam Akta disebutkan bahwa Yanisa berazaskan Pancasila dan UUD 1945
serta bersifat kekeluargaan yang dijiwai jaran Islam. H. Mahmudi (H. Abdullah),
Sanjoto (Joyowinarjo), Masruchin (H. Marzuki), Dr.Ir. Nursamsi Pusposendjojo, M.Sc.
(Pusposenjoyo), Mahfudz (Amat Saleh), Zuchri Bc,Hk. (H Syukri), Hj. Ny. Busro,
Muh. Suchaimi sebagai Pendiri Yanisa. Sedangkan Pengurus pertama Yanisa adalah:
Ketua : Dr.Ir. Nursamsi Pusposendjojo, M.Sc. (Pusposenjoyo)
Wakil Ketua I : Zuchri, Bc.Hk. (H. Syukri)
Wakil Ketua II : Ir. Muh. Cholid (H. Abdullah)
Sekretaris I : Dr. Zuchdi, M.Sc. (H. Syukri)
Sekretaris II : Drs. Mahfudz Shodiq (H. Abdullah)
Bendahara I : Suharto (Joyowinarjo)
Bendahara II : Subiyantari Bc.Ek. (M. Sukhaemi)

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012


Maksud dan tujuan Yanisa ialah (a) mewujudkan ikatan kekeluargaan dan
meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga keturunan mBah Saleh dan masyarakat
umum, (b) mengadakan kegiatan dalam bidang (1) pendidikan yang berazaskan Islam,
(2) pengabdian kepada masyarakat, (3) pengembangan kemampuan keluarga

NurPs/Riwayat Bani Saleh/2012

Anda mungkin juga menyukai