MAGELANG
3 SYAWAL 1433 H/ 21 AGUSTUS 2012 M
Kita panjatkan puji: Alhamdulillahi Rabbilaalamiin. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam, yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inyahNYA kepada kita semua
sehingga keluarga besar Bani Saleh masih dan akan tetap di bawah lindunganNYA. Salam
dan shalawat semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. yang
dengan safaat beliau kita akan selamat sampai akhir zaman. Amien.
Uraian singkat mengenai Bani Saleh ini disusun dengan maksud agar semua anggota
Bani Saleh atau keturunan mBah Saleh dapat mengetahui sejarah dan amalan-amalan yang
telah dilakukan oleh sesepuh pendahulu. Harapan selanjutnya adalah sekiranya anggota
Bani Saleh dapat berpikir, berperilaku dan bertindak seperti yang telah diteladankan.
Uraian Bani Saleh ini dibagi menjadi 5 bagian: I. Sejarah Bani Saleh, II. Silsilah
Induk Bani Saleh, III. Daftar Anak Induk Bani Saleh, III, Ikatan Keluarga Bani Saleh, dan
IV. Yayasan Bani Saleh. Bahan untuk menyusun Sejarah Bani Saleh diperoleh dari Ibu
Nursiyah Martopuspito binti Abdulrachim Pusposendjojo sedangkan bahan utama uraian
Ikatan Keluarga Bani Saleh diperoleh dari Bapak Sanyoto bin Joyowinarjo, Bapak Zuchri,
Bc.Hk. bin. H. Syukri, dan yang dialami penyusun pribadi.
Semoga dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb.
Penyusun
PENGANTAR ....................................................................................................... ii
B. Mbah Saleh
Semasa sebelum menikah, mBah Saleh putri bernama Sadem. Beliau dilahirkan kira-
kira tahun 1862 yang setelah dewasa menikah dengan Jasman (mBah Jasman),
menggunakan nama Sodikromo dan menetap di dusun Santan, Desa Sumberejo,
Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Dari perkawinan mBah Sodikromo lahir
seorang putera yang diberi nama Saleh. Sebenarnya Saleh mempunyai seorang adik lelaki
tetapi meninggal pada waktu masih bayi sehingga Saleh dianggap sebagai putera tunggal
mBah Sodikromo. Karena berputera yang bernama Saleh itu maka mBah Sodikromo puteri
atau mBah Jasman puteri atau mBah Sadem dikenal dengan nama mBah Saleh atau mBok
Jas. Dari nama beliau itulah lahir nama BANI SALEH.
a. Kepribadian dan Amalan mBah Saleh Mbah Sodikromo kakung wafat pada
tanggal 23 Juli 1913 dan mBah Sodikromo puteri (mBah Saleh) harus hidup sebagai
janda dengan puteranya, Saleh. Karena kehidupan pada waktu itu sangat sulit maka
beliau hidup secara sederhana. Beliau merupakan sosok yang sabar, saleh, tawakal,
ulet, sederhana dan penuh amalan. Dengan modal yang diberikan oleh paman-paman
beliau, yaitu mBah Sutan dan mBah Drojogan, mBah Saleh mulai berdagang tembakau.
Dengan tekun dan sabar mBah Saleh menjual tembakau rajangan mulai dari sejamang
(segenggam). Keuntungan dari penjualan tembakau itu digunakan untuk membeli
tembakau lagi sehingga makin lama tembakau yang dijualnya makin banyak. Dari
sejamang menjadi rong jamang (dua genggam), dari rong jamang menjadi patang
jamang (empat genggam), demikian seterusnya. Dagangan tembakau tersebut terus
berkembang dari jamang menjadi keranjang: satu keranjang menjadi dua keranjang,
dua keranjang menjadi empat keranjang, dan seterusnya sampai akhirnya rumah mBah
Saleh di dusun Santan penuh dengan keranjang berisi tembakau rajangan.
I. INDUK H. ABDULLAH
Awal x Budirah
Jamal x Asih
II.1. Sri *)
II.2. Sadono *)
II.3. Sanyoto
II.4. Said Santosa
II.5. Darsiti
II.6. Artati
II.7. Suwarti
II.8. Suwarni
II.9. Suharto
II.10. Suharti
Akhmad x Umbuk
III.1. Asiyah
Abdulrachim x Rusiyah
IV.1. Nursiyah
IV.2. Nursidah
IV.3. Nursimah
IV.4. Nursiswadi
IV.5. Nuryati
IV.6. Nurharyadi *
IV.7. Nursinggih
IV.8. Nursamsi
IV.9. Nurkaryami
IV.10. Nursuprapti
Kuwat x Sukini
H. Syukri x Endah
VI.1. Fatsunah *)
VI.2. Aschan
VI.3. Zuchri
VI.4. Zuchdi
Rusikam x Parbini
VII.1. Komariyah
VII.2. Nabsiyah
VII.3. Robiyah
VII.4. Alimah
VII.5. Badriyah
VII.6. Alfiyah
VII.7. Muhyidin
VII.8. Basrowi
VII.9. Siti Nurjanah *)
VII.10. Bahrun Idris
Pada tahun tanggal 5 Mei 1957 anak cucu dari 8 Induk keluarga, yakni H.
Abdullah, Joyowinarjo, H. Marzuki, Pusposendjojo, Amat Saleh, H. Sukri, H. Busro,
dan M. Sukhaemi berkumpul di desa Santan, Sumberejo, Mertoyudan, Magelang. Pada
waktu itu mBah Kromosendjojo putri melepas nadhar untuk menggiring anak-cucu-
buyut ke kota Magelang karena jumlahnya sudah lebih dari 100 orang. Pada pagi hari,
dengan lebih dari 10 kereta kuda (dokar/andong) iring-iringan menuju kota Magelang.
Anak-cucu-buyut digiring ke Pasar Magelang (Rejowinangun) dan Pecinan. Suasana
riang gembira dan bahagia dirasakan oleh seluruh anggota keluarga, baik tua maupun
muda, salah satunya adalah karena banyak anggota keluarga yang jarang sekali melihat
kota Magelang. Alhamdulillah acara giringan berjalan dengan lancar dan pada kira-
kira pukul 15.00 semuanya kembali ke desa Santan dengan kereta kuda.
Alun-alun Magelang
Pada sore harinya, para Induk mengadakan musyawarah dan oleh Anak-Anak
Induk, di antaranya H. Moh. Zaeni bin H. Abdullah, Sanyoto bin Joyowinarjo,
Nursiswadi bin Pusposenjoyo, dan Aschan bin H. Syukri, diusulkan untuk membentuk
satu ikatan keluarga keturunan mBah Saleh yang bernafaskan Islam. Ikatan keluarga
tidak hanya beranggotakan keturunan langsung mBah Saleh tetapi juga para menantu.
Dasar pertimbangan pembentukan ikatan keluarga di antaranya karena terasa
kurang eratnya hubungan antar keluarga, sehingga kurang saling mengenal. Hal ini
dikhawatirkan akan menjadi parah di masa mendatang apabila keluarga-keluarga makin
berkembang, bertambah banyak, dan makin tersebar tempat tinggalnya.. Hubungan
keluarga akan dapat makin bertambah renggang, bahkan dapat putus sama sekali.
Usulan disetujui dan memperoleh restu para sesepuh dan pinisepuh. Selanjutnya
paguyuban organisasi keluarga diberi nama IKATAN KELUARGA BANI SALEH
atau disingkat IKBS. Untuk memelihara dan menjalankan IKBS, disusun Pengurus
Harian IKBS yang susunan dan personalianya adalah:
1957-1979 Ketua : H. M. Zaeni (H. Abdullah)
Sekretaris : Suparman Martopuspito (Pusposenjoyo)
Bendahara : Sanyoto (Joyowinarjo)
Untuk selanjutnya kepengurusan IKBS mengalami pergantian untuk memberi
kesempatan kepada wakil induk untuk mengembannya:
1979-1983 Ketua : Zuchry, Bc.Hk. (H. Syukri)
Sekretaris : Drs. M. Shodiq (H. Abdullah)
Bendahara : Sanyoto (Joyowinarjo)
Oleh karena situasi dan kondisi yang kurang mendukung, maka sejak akhir tahun
1960-an sampai dengan selama tahun 1970-an tidak diselenggarakan pertemuan
keluarga. Pertemuan dimulai lagi pada tahun 1980.
IV. Tanggal 28-01-1980 di Piyungan (H. Busro)
V. Tanggal 14-08-1980 di Manggoran (H. Marzuki)
VI. Tanggal 03-08-1981 di Santan (M. Sukhaemi)
Sampai dengan pertemuan yang ke enam (VI), jadwal pertemuan belum teratur,
tergantung pada yang bersedia untuk menjadi penyelenggara. Namun setelah itu
disepakati pertemuan keluarga besar Bani Saleh diselenggarakan secara berkala 2 (dua)
tahun Hijriyah sekali setiap tanggal 3 Syawal (hari ketiga Iedul Fitri) dengan tempat
yang bergantian:
VII. Tanggal 14-07-1983 di Manggoran (H. Marzuki)
VIII. Tanggal 22-06-1985 di Piyungan (H. Busro)
IX. Tanggal 31-05-1987 di Santan (M. Sukhaemi)
X. Tanggal 08-05-1989 di Manggoran (H. Marzuki)
XI. Tanggal 17-03-1991 di Piyungan (H. Busro)
Agar supaya tiap-tiap Induk mendapat kesempatan menjadi penyelenggara
pertemuan IKBS, disepakati penyelenggaraan digilir secara berurutan berdasarkan
urutan Induk (H. Abdullah, Joyowinarjo, H. Marzuki, Pusposenjoyo, Amat Saleh, H.
Sukri, H. Busro, M. Sukhaemi).
Pertemuan IKBS diisi dengan penghargaan berupa perkenalan keluarga anggota
baru, pemberian kitab Al Quran kepada anggota-anggota keluarga yang berprestasi
baik dalam penyelesaian pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana, Magister, Doktor, Guru
Besar) maupun dalam bidang non pendidikan seperti dalam wirausaha, dan siraman
rohani. Selain itu, dilakukan bakti sosial seperti pemberian bantuan untuk masjid, panti
asuhan, kaum dhuafa, dan atau sekolah.
Pertemuan IKBS lanjutan yang sudah terselenggara:
XII. Tahun 1994 di Santan Warung (H. Abdullah)
XIII. Tahun 1996 di Santan (Joyowinarjo)
XIV. Tahun 1998 di Manggoran (H. Marzuki)
XV. Tahun 2000 di Muntilan (Pusposendjojo)
XVI. Tahun 2002 di Balai Muslimin (Amat Saleh)
Pada tahun 1991 jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 127 (H. Abdullah= 44,
Joyowinarjo= 17, H. Marzuki= 9, Pusposenjoyo= 19, Amat Saleh= 1, H. Syukri= 12, H.
Busro= 17, M. Sukhaemi= 8). Perkembangan Bani Saleh sangat pesat baik dalam
jumlah anggota, pendidikan maupun dalam dalam kegiatan ekonomi memerlukan
pengembangan IKBS dengan kegiatan-kegiatan yang lebih nyata, tidak hanya
pertemuan keluarga besar. Menanggapi hal tersebut, pada hari Ahad tanggal 17
Februari 1991, bertempat di rumah Bani Pusposenjoyo di Santan Warung, Sumberejo,
Mertoyudan, Magelang, diadakan pertemuan khusus wakil-wakil Induk Bani Saleh
membicarakan rencana pembentukan Yayasan Bani Saleh. Semua wakil Induk sepakat
untuk membentuk satu Yayasan. Pada tanggal 1 Maret 1991 berhasil dibentuk Yayasan
Bani Saleh dengan Akta No. 2 Tahun 1991 Notaris Ny. N. Kartini, SH di Magelang.
Untuk selanjutnya Yayasan Bani Saleh disingkat YANISA.
Di dalam Akta disebutkan bahwa Yanisa berazaskan Pancasila dan UUD 1945
serta bersifat kekeluargaan yang dijiwai jaran Islam. H. Mahmudi (H. Abdullah),
Sanjoto (Joyowinarjo), Masruchin (H. Marzuki), Dr.Ir. Nursamsi Pusposendjojo, M.Sc.
(Pusposenjoyo), Mahfudz (Amat Saleh), Zuchri Bc,Hk. (H Syukri), Hj. Ny. Busro,
Muh. Suchaimi sebagai Pendiri Yanisa. Sedangkan Pengurus pertama Yanisa adalah:
Ketua : Dr.Ir. Nursamsi Pusposendjojo, M.Sc. (Pusposenjoyo)
Wakil Ketua I : Zuchri, Bc.Hk. (H. Syukri)
Wakil Ketua II : Ir. Muh. Cholid (H. Abdullah)
Sekretaris I : Dr. Zuchdi, M.Sc. (H. Syukri)
Sekretaris II : Drs. Mahfudz Shodiq (H. Abdullah)
Bendahara I : Suharto (Joyowinarjo)
Bendahara II : Subiyantari Bc.Ek. (M. Sukhaemi)