Anda di halaman 1dari 11

KONSELING MANTAP PASTI KELANGSUNGAN BER KB MENINGKAT

Selasa, 2 Oktober 2012 | Program Kependudukan dan Keluarga Berencana

Barometer kesuksesan setiap pelayanan keluarga berencana pasti akan dilihat dari output
yang terlihat saat itu, dan mendapatkan peserta KB yang sangat banyak, tentu
merupakan harapan dari kegiatan yang dilakukan tersebut.

Jika peserta KB baru ini tetap bertahan untuk menggunakan alat kontrasepsi sesuai dengan
perencanaan keluarganya, sudah dipastikan mereka ini merupakan konstributor dalam
meningkatkan jumlah peserta KB aktif. Jika kondisi tersebut selalu terjadi,
tentu secara signifikan akan mempengaruhi terhadap penurunan tingkat kelahiran, yang nantinya
pasti akan berdampak pada perobahan Angka Kelahiran Total (TFR).

Ada beberapa hal yang membuat pasangan usia subur mau menggunakan alat kontrasepsi secara
berkesinambungan dan terus menerus, selain mereka memang sudah tidak ingin punya anak lagi
atau tidak boleh punya anak lagi, maka hal lain yang signifikan sangat mempengaruhinya
adalah keinginan dan kemauannya untuk menggunakan alat kontrasepsi itu muncul dari hati
nuraninya bukan dari pengaruh orang lain.

Tempat dan sarana pelayanan yang baik dan memenuhi standar, serta Tim Pelayanan yang
bekualitas, dengan memiliki kualifikasi serta kompetensi dalam melakukan pelayanan tentu sangat
mempengaruhi dalam menjaring PUS untuk dilayani sebagai akseptor KB, namun demikian untuk
membuat mereka lebih mantap menjadi peserta KB yang aktif dan tidak drop out tentu harus ada
keyakinan dari mereka bahwa keluarga berencana adalah kebutuhan mutlak baginya, dan untuk
memberikan keyakinan pada pasangan usia subur tentang pentingnya menggunakan alat
kontrasepsi ini biasanya dilakukan melalui konseling.

Secara teori konseling itu merupakan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang
kepada orang lain, dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui
pemahaman, tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat didalamnya, dan bila
konseling tersebut diberikan dalam pelayanan kontrasepsi, jelas arahnya adalah membantu klien
dalam mengambil keputusan secara sadar dan bertanggung jawab dalam pemilihan alat kontrasepsi
atau masalah yang dihadapi sehubungan dengan kesehatan reproduksi
Dalam konseling petugas sebetulnya hanya membanntu mereka dalam mengambil keputusan, dan
bantuan yang harus diberikan agar keputusan yang diambil oleh mereka tepat adalah dengan
memberikan informasi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Seorang petugas yang melakukan konseling atau konselor sebaiknya adalah orang yang mempunyai
kemampuan berkomunikasi khususnya trampil dalam melakukan observasi, dapat memantapkan
hubungan baik dengan calon peserta KB maupun peserta KB lainnya, trampil mendengar secara aktif
dan bertanya efektif, dan juga punya kemampuan untuk membantu klien dalam mengambil
keputusan.

Ada beberapa syarat yang perlu dilakukan agar konseling tersebut dapat berhasil diantaranya yatu
:

Perlakukan sasaran dengan baik, menghargai mereka tanpa membeda-bedakan.

Ada Interaksi dengan cara mendengarkan, mempelajari dan menanggapi sasaran

Memberikan informasi yang dibutuhkan dengan benar dan jelas.

Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran.

Berikan kesempata sasaran untuk bertanya, berpendapat

Bantu sasaran untuk mengerti tentang informasi informasi yang disampaikan

Bagi petugas konseling dalam pelayanan kontrasepsi selain harus mempunyai ketrampilan dasar
berkomunikasi, mereka juga harus memiliki pengetahuan tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan alat kontrasepsi dan kesehatan reproduksi.

Konseling dalam pelayanan kontrasepsi seharusnya tidak hanya dilakukan oleh provider pada saat
pelayanan saja, tetapi sudah harus mulai dilakukan sejak peserta KB tersebut masih ada di
kediaman, dan ini berarti bahwa para petugas di lini lapangan KB harus sanggup dan siap menjadi
konselor yang handal. Oleh sebab itu mereka tidak boleh malas belajar dan malas mencari llmu
serta menambah pengetahuan.

Kemampuan dan kepiawian petugas dalam memberikan konseling ini sangat mempengaruhi pada
tumbuhnya keyakinan dan kemantapan peserta KB dalam memilih serta
menentukan penggunaan alat kontrasepsi, dan selanjutnya hal tersebut tentu juga akan
berpengaruh pada kelangsungan peserta KB dalam penggunaan alat kontrasepsi. ( S. Art )
KONSELING MANTAP PASTI KELANGSUNGAN BER KB MENINGKAT

Selasa, 2 Oktober 2012 | Program Kependudukan dan Keluarga Berencana

Barometer kesuksesan setiap pelayanan keluarga berencana pasti akan dilihat dari output
yang terlihat saat itu, dan mendapatkan peserta KB yang sangat banyak, tentu
merupakan harapan dari kegiatan yang dilakukan tersebut.

Jika peserta KB baru ini tetap bertahan untuk menggunakan alat kontrasepsi sesuai dengan
perencanaan keluarganya, sudah dipastikan mereka ini merupakan konstributor dalam
meningkatkan jumlah peserta KB aktif. Jika kondisi tersebut selalu terjadi,
tentu secara signifikan akan mempengaruhi terhadap penurunan tingkat kelahiran, yang nantinya
pasti akan berdampak pada perobahan Angka Kelahiran Total (TFR).

Ada beberapa hal yang membuat pasangan usia subur mau menggunakan alat kontrasepsi secara
berkesinambungan dan terus menerus, selain mereka memang sudah tidak ingin punya anak lagi
atau tidak boleh punya anak lagi, maka hal lain yang signifikan sangat mempengaruhinya
adalah keinginan dan kemauannya untuk menggunakan alat kontrasepsi itu muncul dari hati
nuraninya bukan dari pengaruh orang lain.

Tempat dan sarana pelayanan yang baik dan memenuhi standar, serta Tim Pelayanan yang
bekualitas, dengan memiliki kualifikasi serta kompetensi dalam melakukan pelayanan tentu sangat
mempengaruhi dalam menjaring PUS untuk dilayani sebagai akseptor KB, namun demikian untuk
membuat mereka lebih mantap menjadi peserta KB yang aktif dan tidak drop out tentu harus ada
keyakinan dari mereka bahwa keluarga berencana adalah kebutuhan mutlak baginya, dan untuk
memberikan keyakinan pada pasangan usia subur tentang pentingnya menggunakan alat
kontrasepsi ini biasanya dilakukan melalui konseling.

Secara teori konseling itu merupakan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang
kepada orang lain, dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui
pemahaman, tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat didalamnya, dan bila
konseling tersebut diberikan dalam pelayanan kontrasepsi, jelas arahnya adalah membantu klien
dalam mengambil keputusan secara sadar dan bertanggung jawab dalam pemilihan alat kontrasepsi
atau masalah yang dihadapi sehubungan dengan kesehatan reproduksi
Dalam konseling petugas sebetulnya hanya membanntu mereka dalam mengambil keputusan, dan
bantuan yang harus diberikan agar keputusan yang diambil oleh mereka tepat adalah dengan
memberikan informasi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Seorang petugas yang melakukan konseling atau konselor sebaiknya adalah orang yang mempunyai
kemampuan berkomunikasi khususnya trampil dalam melakukan observasi, dapat memantapkan
hubungan baik dengan calon peserta KB maupun peserta KB lainnya, trampil mendengar secara aktif
dan bertanya efektif, dan juga punya kemampuan untuk membantu klien dalam mengambil
keputusan.

Ada beberapa syarat yang perlu dilakukan agar konseling tersebut dapat berhasil diantaranya yatu
:

Perlakukan sasaran dengan baik, menghargai mereka tanpa membeda-bedakan.

Ada Interaksi dengan cara mendengarkan, mempelajari dan menanggapi sasaran

Memberikan informasi yang dibutuhkan dengan benar dan jelas.

Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran.

Berikan kesempata sasaran untuk bertanya, berpendapat

Bantu sasaran untuk mengerti tentang informasi informasi yang disampaikan

Bagi petugas konseling dalam pelayanan kontrasepsi selain harus mempunyai ketrampilan dasar
berkomunikasi, mereka juga harus memiliki pengetahuan tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan alat kontrasepsi dan kesehatan reproduksi.

Konseling dalam pelayanan kontrasepsi seharusnya tidak hanya dilakukan oleh provider pada saat
pelayanan saja, tetapi sudah harus mulai dilakukan sejak peserta KB tersebut masih ada di
kediaman, dan ini berarti bahwa para petugas di lini lapangan KB harus sanggup dan siap menjadi
konselor yang handal. Oleh sebab itu mereka tidak boleh malas belajar dan malas mencari llmu
serta menambah pengetahuan.

Kemampuan dan kepiawian petugas dalam memberikan konseling ini sangat mempengaruhi pada
tumbuhnya keyakinan dan kemantapan peserta KB dalam memilih serta
menentukan penggunaan alat kontrasepsi, dan selanjutnya hal tersebut tentu juga akan
berpengaruh pada kelangsungan peserta KB dalam penggunaan alat kontrasepsi. ( S. Art )
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alat kontrasepsi atau KB tidak asing lagi di tengah tangah masyarakat. Dimana lebih dari
120 juta perempuan di seluruh dunia ingin mencegah kehamilannya. Walaupun kontrasepsi
tidak asing lagi ditengah tengah masyarakat namun masih ada pasangan yang tidak memilih
menggunakan alat kontrasepsi.

Alasan dari masyarakat yang tidak berKB dikarenakan pelayanan atau alat belum tersedia
atau terbatas di suatu daerah, kekhawatiran akan efek sampingnya, kondisi kesehatan,
kurangnya pengetahuan tentang pilihan dan penggunaan kontrasepsi.

Program KB secara Nasional berkaitan erat dengan program Nasional di bidang kesehatan,
karena program KB Nasional bersifat mendukung dan mempunyai sasaran serupa dengan
program kesehatan. Program Keluarga Berencana Nasional memberikan arahan kebijakan
untuk meningkatkan kualitas penduduk melalui pegendalian kelahiran, memperkecil angka
kematian dan peningkatan kualitas program KB.

Di Indonesia sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah
kehamilan. Di Indonesia keluarga berencana modren mulai dikenal pada tahun 1953.

Kontrasepsi yang ideal hingga sekarang belum diketahui, dikarenakan kontrasepsi yang ideal
itu harus memenuhi syarat syarat seperti dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang
mengganggu kesehatan, daya kerja dapat diatur sesuai kebutuhan.

Tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan informasi tentang metode
KB calon akseptor yang dalam hal ini khusus ibu hamil, bersalin dan nifas. Pemberian
informasi ini dilakukan melalui konseling dengan menggunakan alat bantu pengambilan
keputusan (ABPK) berKB. ABPK adalah lembar balik yang dikembangkan WHO dan telah
diadaptasi untuk Indonesia oleh STARH untuk digunakan dalam konseling.

Disini tenaga kesehatan yang memegang peran adalah bidan. Bidan melakukan itu sesuai
dengan perannya. Dalam memberikan pelayanan bidan melakukannya secara professional
dan sesuai standar.

Peran bidan sebagai konselor KB pasca persalinan bertujuan agar masyarakat khususnya ibu
setelah melahirkan tidak bingung mengenai pemakaian KB setelah persalinan. Masih banyak
perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak
hanya karena keterbatasan metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka
tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut.

Berbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial,
konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang
direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya lingkungan dan orang tua. Untuk
itu semua, konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan
keluarga berencana.
1.2 Tujuan

1. Menyelesaikan tugas dari lembaga


2. Masyarakat lebih memahami tentang KB
3. Agar bidan lebih mengetahui akan perannya
4. Meningkatkan angka penggunaan dan penerimaan kontrasepsi
5. Meningkatkan kualitas SDM

1.3 Manfaat

1. Agar karyawan lembaga mengetahui tentang Alat Kontrasepsi


2. Agar pengguna kontrasepsi dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai untuk

dirinya dan keinginannya

1. Bidan akan melaksanakan perannya dengan sebagai mana mestinya

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Konseling adalah bentuk wawancara untuk membantu orang lain memperoleh pengetahuan
yang lebih baik mengenai dirinya, termasuk keinginan, sikap, kecemasan dalam usahanya
untuk memahami permasalahan yang sedang dihadapinya.

Kontrasepsi merupakan usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dimana usaha tersebut
dapat bersifat sementara maupun permanen. Alat kontrasepsi tidak hanya digunakan oleh
perempuan saja namun pria juga mempunyai alat kontrasepsi tersendiri.

Peran bidan merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang bidan dalam berperan
sebagai bidan yang profesional. Dalam profesinya bidan memiliki berbagai peran yaitu
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti.

Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri. tugas kolaborasi,
dan tugas ketergantungan.

2.2 Pilihan kontrasepsi pascapersalinan

1. MOW

MOW merupakan kontrasepsi mantap untuk wanita melalui operasi. MOW untuk wanita
dinamai tubektomi yaitu tindakan yang dilakukan pada kedua tuba Fallopii wanita. Waktu
pemasangan MOW ibu pasca persalinan dapat digunakan pada hari ke- 6 sampai ke- 13 siklus
haid. Sedangkan pada pria dinamai vasektomi dan dapat dilakukan kapan saja.

1. AKDR

Alat kontrasepsi dengan cara memasukkan suatu benda kedalam uterus dengan tujuan
mencegah kehamilan. IUD yang telah terpasang akan mengeluarkan hormone progesteron
sehingga dapat menghalangi sperma dalam usahanya untuk memasuki cervix dan uterus.
Waktu pemasangan IUD pasca persalinan pada 42 hari setelah persalinan.

1. Implan

Implan merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan atau disusukkan dibawah kulit lengan
kiri ibu. Waktu Pemasangan pasca persalinan yaitu paling cepat digunakan 1 minggu pasca
persalinan.

1. Suntik

KB suntik yang dapat diberikan pada ibu pasca persalinan dan menyusui yaitu suntik 3 bulan
atau yang mengandung progesterone saja. Waktu pemasangannya dapat digunakan 7 hari
pasca persalinan.

1. Minipil

Alat kontrasepsi ini dapat digunakan segera minimal 3 hari pasca persalinan.

1. Kondom

Dapat digunakan setiap waktu. Cara kerja kondom adalah menampung spermatozoa sehingga
tidak masuk kedalam kanalis servikalis. Keuntungan kondom murah, mudah didapat, tidak
perlu pengawasan medis. Kerugiannya kenikmatan terganggu, alergi.

2.3 Peran bidan sebagai konselor Keluarga Berencana

Bidan merupakan satu profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat manusia. Peran
dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya sangat mulia,
memberi semangat, mendampingi serta menolong ibu yang akan melahirkan.

Bidan sebagai konselor memiliki kemampuan teknik konseling, pengetahuan tentang alat
kontrasepsi dan yang berkaitan dengan pemakaiannya.

Calon pemakai kontrasepsi untuk menggunakan salah satu alat KB adalah pilihan calon
sendiri, setelah mereka memahami manfaat dari setiap alat kontrasepsi. Dan pemilihan alat
kontrasepsi oleh bidan dan keluarganya merupakan hak calon dan keluarganya untuk dapat
merencanakan dengan baik tentang pengaturan kelahiran mereka.

Salah satu tugas mandiri bidan yaitu memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur
yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana dimana mencakup :

1. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada PUS


2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan
3. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien
4. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
5. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama
7. Membuat pencatan dan pelaporan
Bidan yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang kebidanan khususnya akan
dapat berperan sebagai konselor, salah satunya konselor KB. Dalam tugasnya sebagai
konselor KB, bidan memberikan peyuluhan pertama tentang pemanfaatan kontrasepsi
kemudian menjelsakan macam macam alkon serta keutungan dan kerugian dari masing-
masing KB.

Peran bidan sebagai konselor keluarga berencana ini tidak hanya diperuntukan untuk wanita
saja tapi pria juga. Dikarenakan alat kontrasepsi tidak hanya digunakan oleh wanita saja
namun pria juga mempunyai alat kontrasepsi tersendiri.

Konseling keluarga berencana pascapersalinan yang diberikan oleh bidan tidak hanya
diberikan pada ibu sendiri tapi pada saat berlangsungnya konseling diikuti oleh suami istri.

2.4 Sistem Pelayanan KB

Dalam memberikan pelayanan KB bidan harus dapat memenuhi hal hal tertentu agar
pelayanan yang diberikan dapat optimal.

Hal-hal yang harus dipenuhi :

1. Pelayanan harus dilakukan sesuai standar


2. Terpadu dengan komponen kespro lainnya
3. SDM, sarana dan prasarana sesuai ketentuan
4. Dokumentasi tindakan
5. Monitoring dan evaluasi

Bidan sebagai konselor hendaknya memiliki pribadi :

1. Minat untuk menolong orang lain


2. Mampu untuk empati
3. Mampu untuk menjadi pendengar yang baik dan aktif
4. Mempunyai daya pengamat yang tajam
5. Terbuka terhadap pendapat orang lain
6. Mampu mengenali hambatan psikologis, social dan budaya

Setiap pelayanan profesi yang diberikan bidan harus selalu memberikan kesempatan pasien
untuk memilih ( informedchoice ) dan memberi persetujuan ( informed concent ). Dalam
pelayanan KB hal ini tetap berlaku karena bidan harus menjelaskan keuntungan dan kerugian
setiap jenis alkon dengan jujur dan netral, tidak memaksakan suatu metode kontrasepsi
tertentu.

2.5 Langkah-langkah konseling KB

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru bidan hendaknya
dapat menerapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU.
Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.

Kata kunci dari SATU TUJU adalah sbb:


SA : SAlam dan SApa kepada klien secara terbuka dan sopan.
T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya termasuk beberapa jenis kontrasepsi.
TU : banTU klien menentukan pilihan.
J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
U : perlunya dilakukan kunjungan Ulang.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peran bidan sebagai konselor KB pasca persalinan bertujuan agar masyarakat khususnya ibu
setelah melahirkan tidak bingung mengenai pemakaian KB setelah persalinan. Masih banyak
perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak
hanya karena keterbatasan metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka
tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut.

3.2 Saran

Sebagai bidan agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang KB serta lebih memahami
akan peran sebagai konselor, yang dalam makalah ini sebagai konselor keluarga berencana.

Selanjutnya agar masyarakat khususnya ibu-ibu dapat mengetahui tentang jenis KB dan jenis
KB yang dapat digunakan setelah melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Soepardan, S. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Verallis, S. 1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Like
Be the first to like this.
Hello world!
NARKOTIKA

Discussion
KONSELING MANTAP PASTI KELANGSUNGAN BER KB MENINGKAT

Selasa, 2 Oktober 2012 | Program Kependudukan dan Keluarga Berencana


Barometer kesuksesan setiap pelayanan keluarga berencana pasti akan dilihat dari output
yang terlihat saat itu, dan mendapatkan peserta KB yang sangat banyak, tentu
merupakan harapan dari kegiatan yang dilakukan tersebut.

Jika peserta KB baru ini tetap bertahan untuk menggunakan alat kontrasepsi sesuai dengan
perencanaan keluarganya, sudah dipastikan mereka ini merupakan konstributor dalam
meningkatkan jumlah peserta KB aktif. Jika kondisi tersebut selalu terjadi,
tentu secara signifikan akan mempengaruhi terhadap penurunan tingkat kelahiran, yang nantinya
pasti akan berdampak pada perobahan Angka Kelahiran Total (TFR).

Ada beberapa hal yang membuat pasangan usia subur mau menggunakan alat kontrasepsi secara
berkesinambungan dan terus menerus, selain mereka memang sudah tidak ingin punya anak lagi
atau tidak boleh punya anak lagi, maka hal lain yang signifikan sangat mempengaruhinya
adalah keinginan dan kemauannya untuk menggunakan alat kontrasepsi itu muncul dari hati
nuraninya bukan dari pengaruh orang lain.

Tempat dan sarana pelayanan yang baik dan memenuhi standar, serta Tim Pelayanan yang
bekualitas, dengan memiliki kualifikasi serta kompetensi dalam melakukan pelayanan tentu sangat
mempengaruhi dalam menjaring PUS untuk dilayani sebagai akseptor KB, namun demikian untuk
membuat mereka lebih mantap menjadi peserta KB yang aktif dan tidak drop out tentu harus ada
keyakinan dari mereka bahwa keluarga berencana adalah kebutuhan mutlak baginya, dan untuk
memberikan keyakinan pada pasangan usia subur tentang pentingnya menggunakan alat
kontrasepsi ini biasanya dilakukan melalui konseling.

Secara teori konseling itu merupakan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang
kepada orang lain, dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui
pemahaman, tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat didalamnya, dan bila
konseling tersebut diberikan dalam pelayanan kontrasepsi, jelas arahnya adalah membantu klien
dalam mengambil keputusan secara sadar dan bertanggung jawab dalam pemilihan alat kontrasepsi
atau masalah yang dihadapi sehubungan dengan kesehatan reproduksi

Dalam konseling petugas sebetulnya hanya membanntu mereka dalam mengambil keputusan, dan
bantuan yang harus diberikan agar keputusan yang diambil oleh mereka tepat adalah dengan
memberikan informasi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Seorang petugas yang melakukan konseling atau konselor sebaiknya adalah orang yang mempunyai
kemampuan berkomunikasi khususnya trampil dalam melakukan observasi, dapat memantapkan
hubungan baik dengan calon peserta KB maupun peserta KB lainnya, trampil mendengar secara aktif
dan bertanya efektif, dan juga punya kemampuan untuk membantu klien dalam mengambil
keputusan.

Ada beberapa syarat yang perlu dilakukan agar konseling tersebut dapat berhasil diantaranya yatu
:

Perlakukan sasaran dengan baik, menghargai mereka tanpa membeda-bedakan.

Ada Interaksi dengan cara mendengarkan, mempelajari dan menanggapi sasaran

Memberikan informasi yang dibutuhkan dengan benar dan jelas.

Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran.

Berikan kesempata sasaran untuk bertanya, berpendapat

Bantu sasaran untuk mengerti tentang informasi informasi yang disampaikan

Bagi petugas konseling dalam pelayanan kontrasepsi selain harus mempunyai ketrampilan dasar
berkomunikasi, mereka juga harus memiliki pengetahuan tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan alat kontrasepsi dan kesehatan reproduksi.

Konseling dalam pelayanan kontrasepsi seharusnya tidak hanya dilakukan oleh provider pada saat
pelayanan saja, tetapi sudah harus mulai dilakukan sejak peserta KB tersebut masih ada di
kediaman, dan ini berarti bahwa para petugas di lini lapangan KB harus sanggup dan siap menjadi
konselor yang handal. Oleh sebab itu mereka tidak boleh malas belajar dan malas mencari llmu
serta menambah pengetahuan.

Kemampuan dan kepiawian petugas dalam memberikan konseling ini sangat mempengaruhi pada
tumbuhnya keyakinan dan kemantapan peserta KB dalam memilih serta
menentukan penggunaan alat kontrasepsi, dan selanjutnya hal tersebut tentu juga akan
berpengaruh pada kelangsungan peserta KB dalam penggunaan alat kontrasepsi. ( S. Art )

Anda mungkin juga menyukai