Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kelompok 4 dapat menyusun laporan praktikum Ilmu Usahatani ini.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan
para sahabat-Nya yang telah membimbing kita menuju jalan kebenaran. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berusaha membantu hingga
terselesaikannya penulisan laporan praktikum ini. Semoga semua bantuan tersebut dapat dibalas oleh
Allah SWT.

Penulis berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat dan memperluas wawasan bagi penulis
khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menuju
kesempurnaan laporan praktikum Ilmu Usahatani ini.

Purwokerto, Desember 2013

Penyusun,
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar penduduknya terdiri dari petani
sehingga sector pertanian memegang peranan penting. Sektor pertanian sebagai sumber
kehidupan bagi sebagian besar penduduk terutama bagi mereka yang memiliki mata
pencaharian utama sebagai petani. Selain itu sector pertanian, salah satu hal penting yang harus
diperhatikan sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus
seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan
usaha tani secara intensif. Olehkarenaitu, pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu usaha
tani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan produktifitas serta dapat meningkatkan
pendapatan sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat.
Ilmu usaha tani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh
hasil maksimal. Sumber daya itua dalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Besarnya
pendapatan usaha tani diperhitungkan dari pengurangan besarnya penerimaan dengan besarnya
biaya usaha tani tersebut. Penerimaan suatu usaha Tani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti luasnya usaha tani, jenis dan harga komoditi usaha tani yang diusahakan, sedang
besarnya biaya suatu usaha tani akan dipengaruhi oleh topografi, strukturtanah, jenis dan
varietas komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat teknologi yang digunakan.
1
Analisis biaya dan pendapatan perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha
yang dimiliki. Layak tidaknya suatu peluang usaha tergantung berapa lama periode
pengembalian modal, semakin cepat kembali berarti usaha tersebut semakin menguntungkan.
Hal ini berkaitan dengan cash flow, yaitu sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk
sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari
aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap
periode.
Konteks studi perencanaan usaha tani sangat bervariasi, bila perencanaan usaha tani
merupakan bagian dari program penyuluhan dan untuk keperluan itu disusun
perencanaankhusus bagi usaha tani perorangan. Perencanaan usaha tani bersifat menguji
implikasi pengaturan kembali sumberdaya usahatani, mengevaluasi akibat yang di sebabkan
oleh perubahan dalam metode berproduksi maupun organisasinya. Perencanaan usaha tani
dapat dilakukan pada usaha tani sebagai satu kesatuan (terpadu) atau sebahagian saja (parsial).
Dalam macam perencaan yang pertama semua tanaman dan ternak ditinjau dan
dipertimbangkan berdasarkan keseluruhan kegiatan.
Komoditas kentang saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang strategis. Meskipun
masyakarat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi kentang bukan sebagai makanan pokok,
namun permintaan terhadap komoditas ini menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan
permintaan tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya permintaan kentang untuk
kebutuhan bahan pangan, sebagai bahan baku industry maupun pakan ternak. Hal ini
menunjukkan adanya implikasi bahwa komoditas kentang kini memiliki peranan yang sangat
penting.
Bab 2

Bayam Merah

Bayam (Amaranthus spp. L) termasuk jenis sayuran daun yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat karena sayuran ini banyak mengadung vitamin dan mineral. Ada tiga jenis
bayam yang biasanya ditanami petani yaitu Amaranthus tricolor, Amaranthus dubius dan
Amaranthus cruentus. Amaranthus tricolor termasuk jenis bayam cabut berbatang merah
(bayam merah) atau hijau keputih-putihan. Amaranthus dubius termasuk jenis bayam petik
yang tumbuhnya tegak dan berdaun lebar. Daunnya berwarna hijau tua dan ada pula berwarna
kemerah-merahan. Amaranthus cruentus termasuk jenis bayam cabut dan juga bisa dipetik.
Jenis bayam ini tumbuh tegak, berdaun besar berwarna hijau keabu-abuan (Rukmana, 2000).
Jenis bayam budidaya dibedakan 2 macam, yaitu:
1. Bayam cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.). Ciri ciri bayam cabut
adalah memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau hijau keputih-putihan, dan memilki
bunga yang keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam
merah, sedangkan yang batangnya putih disebut bayam putih.
2. Bayam tahun, bayam skop atau bayam kakap (A. hybridus L.). Ciri ciri bayam ini adalah
memiliki daun lebar lebar, yang dibedakan atas 2 spesies yaitu:
a. Hybridus caudatus L. memiliki daun agak panjang dengan ujung runcing, berwarna hijau
kemerahmerahan atau merah tua, dan bunganya tersusun dalam rangkaian panjang terkumpul
pada ujung batang.
b. Hibridus paniculatus L. mempunyai dasar daun yang lebar sekali, berwarna hijau, rangkaian
bunga panjang tersusun secara teratur dan besar-besar pada ketiak daun. Varietas bayam unggul
ada 7 macam yaitu varietas giri hijau, giti merah, maksi, raja, betawi, skop dan hijau
(Dalimartha, 2002)
Penciptaan kondisi lingkungan yang baik bagi pertumbuhan tanaman bayam dapat
dilakukan dengan menanam di bawah naungan waring (paranet). Paranet sebagai naungan
dimaksudkan untuk mengurangi intensitas cahaya mata hari menjadi 70 dan 40%. Menurut
Branchini, tanaman bayam menghendaki kondisi lingkungan cahaya matahari yang banyak
(sunny) tetapi tidak terlalu terbuka (exposed). Sementara itu, faktor kultur teknik yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki pertumbuhan dan kualitas hasil bayam adalah penggunaan zat
pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik selain zat hara yang dalam
konsentrasi rendah mampu mempengaruhi proses fisiologis tanaman (Arifin, 2007)
Hama, penyakit dan gulma yang menyerang pada tanaman bayam, seperti
serangga ulat daun (Spodoptera Plusia Hymenia), gejala daun berlubang-lubang dengan
pengendalian pestisida/cukup, menggoyangkan tanaman seperti serangga kutu daun (Myzus
persicae Thrips sp.), gejala daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian pestisida/cukup
dengan menggoyangkan tanaman. Serangga tungau (Polyphagotarsonemus latus), gejala daun
rusak, berlubang dan layu. Pengendalian pestisida/cukup dengan menggoyangkan tanaman.
Serangga lalat (Liriomyza sp.), gejala daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian
pestisida/cukup dengan menggoyangkan tanaman. Penyakit yang menyerang rebah kecambah,
penyebabnya cendawan Phytium sp. gejala menginfeksi batang daun maupun batang daun.
Penyebab cendawan Rhizoctonia sp. gejala adanya bercak-bercak putih. Pengendalian sama
dengan pengendalian penyakit rebah kecambah. Karat putih, penyebab cendawan
Choanephora sp. gejala menginfeksi batang daun dan daunnya. Pengendalian sama dengan
pengendalian penyakit rebah kecambah. Jenis gulma rumput-rumputan, alang-alang. Ciri-ciri
tumbuh mengganggu tanaman budidaya. (Marwoto, 2008).

Khasiat dari bayam secara umum adalah dapat meningkatkan kerja ginjal dan
melancarkan pencernaan. Akar bayam merah berkhasiat sebagai obat disentri. Bayam merah
kurang popular dibanding bayam hijau, meskipun kaya akan gizi. Dalam bayam merah terdapat
vitamin A, B1, B2, C, dan niasin, juga mineral seperti zat besi, kalsium, mangan, dan fosfor.
Mengandung banyak serat dan di dalam daunnya terdapat karotein, klorofil, dan saponin. Pada
batangnya ditemukan alkaloid, flavonoid, dan polifenol. Bayam selain digunakan sebagai
sayuran pelengkap hidangan juga mempunyai banyak manfaat dan khasiat,termasuk bayam
merah (Blitum rubrum). Bayam jenis ini mempunyai ciri-ciri tinggi batang 0.4 1 meter dan
bercabang, batang lemah dan berair, daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, panjang 5-
8 cm, ujung tumpul, pangkal runcing serta berwarna merah (Soepardi, 2008).
III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
.
Konsep Usahatani
Ilmu usahatani menurut Soekarwati (2002) adalah ilmu yang
mempelajari
bagaimana cara-cara petani memperoleh dan mengkombinasikan
sumberdaya
(lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengolahan) yang terbatas
untuk mencapai
tujuannya. Sedangkan Suratiyah (2008) menjelaskan bahwa ilmu
usahatani adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan
mengkoordinir
faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal
sehingga
memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Keberhasilan dalam suatu usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (faktor internal) dan faktor-
faktor di
luar usahatani (faktor eksternal). Faktor-faktor internal usahatani terdiri
dari
petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat
teknologi, jumlah
keluarga, dan kemampuan petani dalam mengaplikasikan penerimaan
keluarga.
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari sarana transportasi dan
komunikasi, harga
output, harga faktor produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan bagi
petani.
Hernanto (1996) diacu
dalam
Khotimah (2010) menjelaskan bahwa
terdapat
empat unsur pokok faktor-faktor produksi dalam usahatani, yaitu :
1)
Lahan
Lahan merupakan faktor yang relatif langka dibanding dengan faktor
produksi lain serta distribusi penguasaannya tidak merata di
masyarakat. Oleh
karena itu, lahan memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah : luasnya
relatif
atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan
,
dan dapat
dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Lahan usahatani dapat
diperoleh
dengan cara membeli, menyewa, membuka lahan sendiri, wakaf,
menyakap
atau pemberian negara.
2)
Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan pelaku dalam usahatani yang bertugas
menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Dalam usahatani,
tenaga
kerja dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : tenaga kerja manusia,
tenaga
kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik.
Tenaga kerja manusia digolongkan
23
menjadi tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja
manusia dapat
mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani
didasari oleh
tingkat
kemampuannya. K
ualitas k
erja manusia
sangat
dipengaruhi oleh umur,
pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan, dan lain
-
la
in. Oleh
karena itu
,
dalam
kegiatan usahatani
digunakan satuan ukuran yang umum
untuk mengatur tenaga kerja yaitu jumlah jam dan hari kerja total.
Ukuran ini
menghitung seluruh pencurahan kerja mulai dari persiapan hingga
pemanenan
dengan menggunakan inventarisasi jam kerja (1 hari = 7 jam kerja) lal
u
dijadikan hari kerja total (HK total). Tenaga kerja
manusia
dapat diperoleh
dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja ternak
sering
digunakan untuk
pengolahan tanah dan angkutan. Begitu pula dengan tenaga kerja
mekanik
sering
digunakan untuk pengolahan
tanah, penanaman, pengemdalian hama,
serta pemanenan.
3)
Modal
Modal merupakan barang atau uang yang bersama-sama dengan
faktor
produksi lain dan tenaga kerja serta manajemen menghasilkan produk
pertanian. Menurut sifatnya modal dibedakan menjadi dua yaitu
mo
dal tetap
yang meliputi tanah bangunan dan modal tidak tetap yang meliputi alat-
alat,
bahan, uang tunai, piutang di bank, tanaman, ternak, ikan di kolam.
Penggunaan modal berfungsi untuk membantu meningkatkan
produktiv
itas
dan menciptakan kekayaan serta pendapatan usahatani.
Modal dalam suatu
usahatani untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama
kegiatan
usahatani berlangsung.
Sumber modal dapat diperoleh dari milik sendiri,
pinjaman atau kredit (kredit bank, kerabat, dan lain
-
lain), warisan, usa
ha lain,
atau kontrak sewa.
4)
Manajemen
Manajemen usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan,
mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi dengan
sebaik-
baiknya sehingga mampu memberikan produksi pertanian
sebagaimana yang
diharapkan. Dengan demikian, pengenalan secara utuh faktor yang
dimiliki
dan faktor yang dikuasai akan sangat menentukan keberhasilan penge

Pembibitan
Varietas horenso yang dibudidayakan oleh petani responden adalah
varietas
Ritoma Hybrid F1 Chinese Spinach
.
Mayoritas petani responden
menggunakan bibit dengan
merk
AMS Seeds. Bibit tersebut dapat diperoleh di
Kelompok Tani Agro Segar dengan harga sekitar Rp 65.000,00 per
kemasan
berisi 250 gram. Penggunaan bibit dengan merk AMS Seeds tersebut
banyak
52
dipilih oleh petani responden karena memiliki beberapa keunggulan di
antaranya
pentumbuhannya lebih cepat dan lebih seragam. Adapun jumlah
penggunaan
bibit yang dianjurkan adalah 10-15 kg per hekt

53
5.4.3
Penanaman
Penanaman horenso yang dilakukan petani responden tergolong
mudah
.
Dapat dikatakan demikian karena seluruh petani responden di lokasi
penelitian
menggunakan metode penanaman langsung tebar, dimana proses
penanaman
tersebut tidak perlu melalui proses pembibitan terlebih dahulu. Pada
metode
penanaman langsung tebar, bibit yang telah dibeli dapat langsung
ditebar pada
lahan pertanian yang telah tersedia tanpa harus dilakukan perlakuan
khusus pada
bibit.
5.4.4
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan membuang atau mencabut tanaman
pengganggu yang berada di sekitar bedeng ataupun sayuran yang
pertumbuhannya terganggu. Seluruh petani responden menggunakan
tenaga
kerja wanita untuk melakukan penyiangan. Penyiangan dilakukan
sebanyak 4-
6
kali saat usia tanaman telah mencapai 25 hari, dimana pada usia
tersebut
pertumbuhan tanaman sedang berada pada tingkat maksimal.
Penyiangan dilakukan oleh petani responden dengan
tujuan untuk
mencabut tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan horenso,
membuang
tanaman yang dapat menyaingi penyerapan unsur hara, menghindari
serangan
hama dan penyakit, dan menggemburkan tanah disekitar tanaman
horenso. Pada
kegiatan usahatani horenso yang dilakukan petani responden,
penyulaman tidak
dilakukan. Hal ini terkait dengan metode penanaman yang dilakukan
oleh petani
responden yaitu metode langsung tebar, sehingga penyulaman tidak
perlu
dilakukan.
5.4.5
Pemupukan
Pemupukan penting dilakukan oleh petani responden agar tanaman
horenso yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan hasil
panen yang optimal. Terdapat dua jenis pupuk yang digunakan oleh
petani
responden dalam usahatani horenso, yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik.
Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang, sedangkan
pupuk
54
anorganik yang digunakan bermacam-macam, seperti : NPK, Phoska,
TSP, Urea
dan ZA.
Pupuk organik digunakan untuk pemupukan dasar yang dilakukan satu
kali yaitu pada saat sebelum menebar bibit. Seluruh petani responden
melakukan
pemupukan dasar dengan tujuan untuk merangsang peranakan
tanaman horenso.
Pupuk anorganik digunakan untuk pemupukan rutin yang dilakukan
sekitar dua
kali selama masa tanam. Adapun tahapan untuk pemupukan rutin
adalah sebagai
berikut :
a.
Pemupukan rutin pertama dilakukan 10
-14 hari setelah tebar dengan
komposisi pupuk NPK sebesar 125 kg/ha dan pupuk Phoska sebesar
175
kg/ha.
b.
Pemupukan rutin kedua dilakukan 25-30 hari setelah tebar dengan
komposisi pupuk Phoska sebesar 175 kg/ha dan pupuk TSP sebesar
200
kg/ha.
Terdapat beberapa petani responden yang tidak mengikuti anjuran
penggunaan pupuk dengan melakukan pemupukan kurang atau lebih
dari tiga
kali. Persentase pemupukan petani responden dijelaskan pada Tabel
15.
Tabel 15
.
Persentase
Pemupukan Petani Responden pada Tahun 2011
Pemupukan
Jumlah
Persentase (%)
Sesuai anjuran
18
60
Tidak sesuai anjuran
12
40
Total
30
100
Ketidaksesuaian pemupukan yang dilakukan petani responden dengan
anjuran penggunaan pupuk mengakibatkan perbedaan jumlah hasil
panen yang
diperoleh oleh petani responden.
5.4.6
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan petani responden sesuai
dengan kondisi hama dan penyakit yang menyerang lahan pertanian.
Petani
responden sering menggunakan obat cair untuk mengendali hama dan
penyakit
pada tanaman horenso seperti
curacron, supergrow, score, rohastic, calicron,
bestox, dursban, agrimex
dan lain-lain. Selain itu, digunakan juga obat padat
seperti
vandozeb, dithane, antracol,
dan lain-lain. Jenis obat-obatan yang
55
digunakan oleh petani responden adalah insektisida, fungisida, obat
daun dan
perekat. Penggunaan obat-obatan disesuaikan dengan kondisi
tanaman. Jenis
hama yang paling sering menyerang tanaman horenso adalah ulat.
Intensitas pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani
responden bervariasi, namun rata-rata dilakukan 4-6 kali selama masa
tanam.
Adapun persentase pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan
oleh petani
re
sponden dijelaskan pada Tabel 16.
Tabel 16.
Persentase Penggunaan Obat-obatan Petani Responden pada Tahun
2011
Intensitas per satu musim t
anam
Jumlah
Persentase (%)
3
4
13,33
4
8
26,67
5
5
16,67
6
7
23,33
7
3
10
8
2
6,67
>8
1
3,33
Total
30
100
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan mencampurkan
beberapa jenis obat menjadi larutan dengan kapasitas tujuh belas liter
untuk sekali
pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan cara disemprot, oleh
karena itu alat
yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pengendalian hama dan
penyakit
adalah tangki penyemprot obat. Pengobatan dilakukan saat pagi atau
sore hari dan
dilakukan hanya oleh satu orang tenaga kerja.
5.4.7
Pemanenan
Pemanenan horenso dilakukan setelah tanaman berusia 45
-50 hari. Hal
ini dikarenakan pada usia tersebut tanaman horenso sedang berada
pada kondisi
ideal. Bobot ideal untuk horenso yang akan dipanen adalah 50 gram.
Cara
memanen horenso adalah dengan mencabut seluruh tanaman tersebut
hingga ke
akar. Pencabutan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak
tanaman.
Terdapat dua cara panen yang dilakukan oleh petani responden, yaitu
panen sekaligus dan panen bertahap. Hal ini terkait dengan jumlah
permintaan di
pasar. Horenso yang merupakan sayuran eksklusif memiliki pasar yang
sangat
spesifik. Hal ini membuat permintaan komoditas tersebut belum tetap.
Oleh
56
karena itu, sebagian besar petani responden melakukan pemanenan
secara
bertahap agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasar namun tidak
berlebihan dan
terbuang. Persentase cara panen
petani responden dijelaskan pada Tabel 17.
Tabel 17
.
Persentase Cara Panen
Petani Responden pada Tahun 2011
Pemanenan
Jumlah
Persentase (%)
Panen
sekaligus
7
23,33
Panen
bertahap
23
76,67
Total
30
100
Metode pemanenan bertahap dianggap petani responden lebih baik
daripada pemanenan sekaligus karena pada pemanenan bertahap
petani dapat
menyesuaikan waktu panen dengan harga yang sesuai. Hal ini juga
menjadi alasan
petani responden banyak memilih metode panen bertahap.
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
HORENSO
Analisis pendapatan usahatani
horenso yang dilakukan
bertujuan untuk
mengetahui tingkat penerimaan dan pengeluaran petani responden
serta
perbandingan dari penerimaan dan pengeluaran tersebut.
Hal ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh petani responden
dalam
melakukan kegiatan usahatani horenso. Oleh karena itu, analisis
pendapatan
usahatani horenso yang dilakukan
terdiri dari
analisis penerimaan, analisis biaya,
anali
sis pendapatan serta analisis R/C rasio usahatani
horenso
.
6.1
Penerimaan Usahatani Horenso
Penerimaan usahatani horenso yang dihitung hanya terdiri dari
penerimaan
tunai.
Penerimaan tunai merupakan penerimaan yang langsung diterima oleh
petani
responden
dalam bentuk uang tunai dari hasil penjualan
horensonya.
Penerimaan tidak tunai tidak
dimasukkan ke dalam analisis penerimaan
karena
seluruh hasil panen yang diperoleh petani responden
langsung dijual dan tidak ada
hasil panen yang disimpan untuk konsumsi
rumah tangga ataupun untuk konsumsi
bibit.
Penerimaan usahatani horenso dihitung dari hasil perkalian antara
jumlah
hasil produksi horenso dengan harga jualnya. Jumlah rata-rata
produksi horenso di
lokasi penelitian adalah 888,05 kg dengan harga jual rata-rata sebesar
Rp
5.700,00/kg. Penerimaan tunai yang diperoleh petani responden dari
hasil
penjualan horenso adalah sebesar Rp 5.061.916,67. Sedangkan
penerimaan tidak
tunai bernilai nol karena tidak ada hasil panen horenso yang digunakan
untuk
konsumsi RT maupun konsumsi untuk bibit. Adapun penerimaan
usahatani
horenso di lokasi penelitian ditunjukkan pada Tabel 18
.
Tabel
18
.
Penerimaan Usahatani
Horenso
per Hektar di K
elompok Tani Agro
Segar
Periode April
-
Juni
20
11
Penerimaan
Jumlah (kg)
Harga (Rp/kg)
Nilai (Rp)
Horenso
888
,
05
5.700
5
.
061
.
916
,
67
Penerimaan tunai
5.061.916,67
Penerimaan non tunai
0
Total penerimaan
5.061.916,67
58
6.2
Biaya Usahatani Horenso
Biaya usahatani horenso yang dilakukan terdiri dari dua bagian, yaitu
biaya
tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh
petani
responden meliputi biaya bibit, pemupukan, pestisida, biaya tenaga
kerja luar
keluarga, sewa lahan dan pajak lahan. Sedangkan biaya yang
diperhitungkan
merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk kegiatan produksi
yang harus
diperhitungkan sebagai pengeluaran petani untuk usahatani
horenso.
Biaya
yang
diperhitungkan yang dikeluarkan petani responden meliputi
biaya tenaga kerja
dalam keluarga
dan
biaya penyusutan
.
Tabel
19
.
Biaya Usahatani
Horenso
per Hektar
pada Kelompok Tani Agro Segar
Periode April
-
Juni
2011
Keterangan
Jumlah
Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
% atas
biaya
Biaya tunai
Bibit (kg)
0,86
292.667
252
.
221
,
7
6
13,54
Pupuk Kandang (kg)
620
,
28
441,10
2
73
.
604
,
5
3
14,69
P
upuk
NPK
(kg)
26
,
01
8.538,46
222
.
109
,
47
11,93
P
upuk
TSP
(kg)
30
,
72
3.340,91
1
02
.
631
,
73
5,51
Pupuk
Phoska
(kg)
33
,
23
2.760,00
91.7
24
4,93
Pupuk
Urea
(kg)
65
,
12
1.852,94
1
20
.
668
,
25
6,48
Pupuk
ZA
(kg)
111,11
1.600,00
177
.
777
,
78
9,55
Pestisida (kg)
3
,
3
62.433,00
2
06
.
028
,
90
11,06
TKLK Pria (
HOK
)
4,75
21.518,52
96
.
302
,
01
5,17
TKLK
Wanita
(
HOK
)
5
,
3
4
9.966,67
53
.
183
,
24
2,86
Sewa lahan
(
000 m
2
/
1,
5 bulan)
1
,
3
146
.
953
,
1
3
1
83
.
691
,
40
9,86
Pajak lahan
(
000 m
2
/
1,
5 bulan)
3
,
7
8
.
952
,
70
33
.
125
1,78
Total biaya tunai
1
.
813
.
068
,
0
9
97,35
Biaya diperhitungkan
TKDK Pria (orang)
2
,10
21.518,52
45
.
162
,
32
2,42
Penyusutan
4
.
159
,
9
9
0,22
Total biaya diperhitungkan
49
.
322
,
3
1
2,65
Total biaya
1
.
862
.
390
,
39
100,00
59
Nilai biaya terbesar pada komponen biaya tunai adalah biaya
pupuk
kandang, yaitu
sebesar Rp
273
.
604
,
5
3
atau
14,69
persen dari biaya total. Jumlah
rata
-
rata pupuk kandang yang digunakan
adalah
6
20
,
28 kg/
1000
m
2
dengan
harga
rata
-
rata
sebesar
Rp
441,10
.
Penggunaan pupuk kandang yang tinggi pada lokasi
penelitian bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah pada lahan
produksi
agar tanaman horenso yang dibudidayakan dapat tumbuh secara
maksimal.
Biaya terbesar kedua adalah
biaya pembibitan yaitu sebesar Rp 252
.
221
,
7
6
atau 13,54 persen dari biaya total. Besarnya biaya pembibitan di lokasi
penelitian
disebabkan tingginya penggunaan bibit yang dilakukan oleh petani
responden.
Rata
-
rata penggunaan bibit horenso di lokasi penel
itian adalah sebanyak 3
,
4
5
kg/
1000
m
2
dengan harga rata
-
rata sebesar Rp 73.166,67. Penggunaan bibit yang
dilakukan para petani responden sudah berlebihan dibandingkan
penggunaan bibit
pada lokasi lain yang ha
nya 2,46 kg/1000
m
2
.
Komponen biaya pemupukan
a
norganik
terdiri dari biaya pupuk
NPK, TSP,
Phoska, Urea dan ZA.
Biaya pemupukan terbesar
yang dikeluarkan petani
responden
adalah biaya untuk pupuk
NPK yaitu sebesar Rp 2
22
.
109
,
47 atau 11,93
persen dari biaya total
.
Jumlah
rata
-
rata pupuk NPK yang
digunakan
adalah
26
,
01
kg/
1000
m
2
dengan
harga
rata
-
rata
sebesar
Rp
8.538,46
.
Biaya pemupukan
lainnya
berdasarkan
presentase
dari biaya total yang diurutkan dari
biaya
ter
besar
adalah ZA (
9,55
%), Urea (
6,48
%),
TSP
(
5
,
51
%),
Phoska
(
4,93
%). Komponen
biaya tu
nai lainnya adalah
biaya
pestisida
yang sebesar
Rp
2
06
.
028
,
9
atau
11,06
persen dari biaya total.
Persentase b
iaya pestisida
tergolong
tinggi
disebabkan
harga rata
-
rata
pestisida yang
relatif mahal
yaitu
sebesar Rp
62.433,00
. Pestisida
yang digunakan
pada lokasi penelitian
adalah
Curacron, Vandozeb, Score, dan
lain
-
lain
dengan rata
-
rata penggunaan
sebesar
3
,
3
kg/
1000
m
2
dengan harga Rp
62.433,00
/kg. Penggunaan pestisida per
1000
m
2
sangat
tinggi
karena
tanaman
horenso sangat rentan terhadap hama dan pe
nyakit sehingga penggunaan pestisida
yang tinggi dibutuhkan untuk memperoleh tanaman horenso yang
sehat
.
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani responden terbagi menjadi
dua,
yaitu biaya tenaga kerja wanita dan biaya tenaga kerja pria. Biaya
tenaga kerja
wanita sebesar Rp 53.1
83
,
24 atau 2,86 persen dari biaya total dengan harga Rp
9.966,67 per orang. Sedangkan biaya tenaga kerja pria sebesar Rp 96.
302,01 atau
60
5,17 persen dari biaya total usahatani horenso dengan harga Rp
21.528,52 per
orang. Biaya untuk tenaga kerja pria lebih besar daripada biaya untuk
tenaga kerja
wanita karena harga untuk tenaga kerja pria lebih tinggi. Tenaga kerja
wanita
hanya mengerjakan pekerjaan penyiangan tanaman sedangkan
pekerjaan lainnya
dikerjakan oleh tenaga kerja pria.
Biaya tunai sewa lahan dan pajak lahan dihitung dalam jangka waktu
satu
musim tanam horenso atau satu setengah bulan. Biaya sewa lahan
yang
dikeluarkan petani responden yang menyewa lahan adalah sebesar Rp
183
.
691
,
4
1
.
Rata-rata luas lahan yang disewa petani responden adalah seluas 13
0
m
2
dengan
harga Rp 1.
469.
531
,
25 per 1000 m
2
. Sedangkan biaya pajak lahan yang
dikeluarkan petani responden yang merupakan pemilik lahan adalah
sebesar Rp
33
.
125. Jumlah biaya pajak lahan tersebut relatif rendah karena hanya
sebagian
kecil petani pemilik lahan yang membayar pajak lahannya.
Komponen biaya diperhitungkan hanya terdiri dari biaya tenaga kerja
dalam
keluarga (TKDK) dan biaya penyusutan.
Pada komponen biaya diperhitungkan,
biaya terbesar adalah biaya tenaga kerja d
alam keluarga (TKDK)
yaitu
sebesar Rp
45.1
62
,
32
atau
2,42
persen dari biaya
total usahatani horenso
.
Biaya tenaga kerja
dalam keluarga digunakan untuk jenis pekerjaan
yang
bersifat pemeliharaan
seperti pemupukan,
penyiangan
dan pengendalian hama penyakit.
Komponen
biaya diperhitungkan lainnya adalah biaya penyusutan
sebesar Rp 4
.
159
,
9
9
atau
0,22 persen dari biaya total.
Total biaya diperhitungkan adalah
sebesar
Rp
49
.
322
,
3
1
atau
2,65
persen
dari biaya total.
Sedangkan total biaya tunai adalah sebesar Rp 1
.
813
.
068
,19
atau
sebesar 97,35 persen dari biaya total.
Total biaya diperhitungkan
jumlahnya
lebih
kecil dari biaya tunai
. Hal ini
menjelaskan bahwa usahatani
horenso pada
Kelompok Tani Agro Segar
termasuk komersial karena sebagian besar inputnya
dibayar tu
nai (
97,35
persen). Sehingga biaya total usahatani
horenso
di lokasi
penelitian adalah Rp
1
.
862
.
390
,
39
untuk luas tanam
1000 m

Anda mungkin juga menyukai