Anda di halaman 1dari 18

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 54 Tahun
Alamat : Papahan, Karanganyar
Pekerjaan : PNS
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S-1
Tanggal MRS : 07 Oktober 2012
Tanggal Pemeriksaan : 08 Oktober 2012 dan 09 Oktober 2012
No. RM : 0025.4x.xx

II. RIWAYAT PENYAKIT


A. Keluhan Utama
Nyeri pada seluruh lapang perut.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
6 Jam SMRS pasien mengeluh nyeri mendadak pada seluruh
lapang perutnya. Pasien merasa pusing pada kepalanya, keringat
dingin, mual, tidak ada muntah. Pasien merasa lemas dan kehausan,
BAK normal, BAB terakhir kemarin sore. Kemudian pasien
memutuskan datang ke IGD RSUD KRA, rasa sakit berkurang dan
pasien pulang ke rumah untuk rawat jalan. Namun tiba-tiba 6 jam
kemudian pasien mengeluh hal yang sama lalu kembali ke IGD RSUD
KRA dan rawat inap. Keluhan masih sama sampai pada saat
pemeriksaan.
Hari berikutnya pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah.
Nyeri terasa terus-menerus dan tajam, nyeri menjalar (-). Mual (+),
nafsu makan menurun, muntah (-). Tidak anyang-anyangan. Perut
terasa kembung, tidak terdapat kesulitan pada BAB
(konstipasi/obstipasi)
C. Riwayat penyakit dahulu

1
Riwayat penyakit serupa : diakui 1 tahun
yang lalu pasien pernah mengalami sakit semula, dapat sembuh
setelah beli obat diwarung dan istirahat.
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat operasi sebelumnya : disangkal
D. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat penyakit serupa : disangkal
b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
c. Riwayat kencing manis : disangkal
d. Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : lemah
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Vital Sign
(08 Oktober 2012)
a. Tekanan Darah : 140/90 mmHg
b. Nadi : 76 kali/menit
c. Respirasi : 24 kali/menit
d. Suhu : 36,5 oC
(09 Oktober 2012)
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 72 kali/menit
c. Respirasi : 24 kali/menit
d. Suhu : 38,2 oC
4. Pemeriksaan kepala :
a. Bentuk kepala : normocephal, simetris
b. Pemeriksaan mata
Konjungtiva anemis : (-/-)
Sklera ikterik : (-/-)
Mata cekung : (+/+)
c. Hidung : tidak ada kelainan
d. Telinga : tidak ada kelainan
e. Mulut : tidak ada kelainan
5. Pemeriksaan Leher
a. KGB : tidak ada pembesaran
b. JVP : terdapat peningkatan
6. Pemeriksaan Thorax
a. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, massa (-)
Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi :
Batas batas jantung
Kanan atas SIC II parasternalis dextra

2
Kanan bawah SIC IV parasternalis dextra
Kiri bawah SIC V linea midclavikularis
redup
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, reguler, bising
jantung (-)
b. Paru
Inspeksi : simetris kanan kiri, ketinggalan gerak (-),
massa (-)
Palpasi : fremitus normal, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : SDV(+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
7. Pemeriksaan abdomen
(08 Oktober 2012)
a. Inspeksi : permukaan perut distended, terdapat massa pada
regio inguinalis dextra batas tegas, lunak, dan terfiksir, adanya
gelombang peristaltik, bekas luka operasi (-),
b. Auskultasi: peristaltik meningkat/
c. Perkusi : pekak seluruh lapang abdomen
d. Palpasi : nyeri tekan (+)

defans muskuler (+)


(09 Oktober 2012)
a. Inspeksi : permukaan perut distended, terdapat massa pada
regio inguinalis dextra batas tegas, lunak, dan terfiksir, adanya
gelombang peristaltik, bekas luka operasi (-), reffered pain (+)
b. Auskultasi: peristaltik meningkat/
c. Perkusi : Hipertympani
d. Palpasi : nyeri tekan (+)

defans muskuler (-)


Rebound test (+)
Obturator sign (-)
Psoas sign (-)

3
Rovsing sign (+)
8. Pemeriksaan ekstremitas :
a. Superior : Tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi
kapiler baik, tidak anemis, akral dingin.
b. Inferior : Tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi
kapiler baik, tidak anemis, akral dingin.
9. Pemeriksaan kulit :
Warna kulit sawo matang, kulit lembab, turgor kulit menurun.
10. Rectal Toucher
Tonus otot spincter ani mencengkram kuat, mucosa licin, ampula
recti tidak kolaps, tidak terdapat benjolan/massa, ada nyeri pada
penekanan pada jam 10 dan 12, saat jari pemeriksa dikeluarkan
tidak terdapat lendir atau darah, terdapat feces ada pada sarung
tangan.

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 07 Oktober 2012
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 13,8 14-18 G %
Leukosit 12.400 5000-10000/ mm3
Erytrosit 4,58 4,5-5,5 juta/mm3
Ht 37,1 40-43Vol %
Eosinofil 0 1-3 %
Limfosit 12,9 2-8 %
Monosit 1,5 2-8 %
Trombosit 133000 150000-300000 mm3
Masa Pembekuan (CT) 2-8
Masa Perdarahan (BT) 1-3
MCV 81 82-92 mikron3
MCH 30,1 27-31 pikogram
MCHC 37,2 32-37 %
GDS 126 Sampai 150 mg/100ml
Ureum 10-50 mg/100ml
Creatinin 0,8-1,1 mg/100ml
SGPT/ALT Sampai 42 U/lt
SGOT/AST Sampai 47 U/lt
HBSAg 0

B. Pemeriksaan Radiologi

4
1. Foto Thoraks PA

- Cor : dalam batas normal


- Arcus aorta : Normal
- Paru- paru : Tak tampak kelainan, bentuk dan struktur tulang
normal

2. USG Abdomen

Ren dextra et sinistra : ren destra terdapat gambaran


hydroneprosis grade 1. Ren sinistra dalam batas normal
Ureter : tidak jelas
Hepar : dalam batas normal
Area Mc. Burney : lesi hypoechoik ireguler dengan
nyeri tekan
Gaster : hyperaciditas mukosa normal, tukak
kurang jelas, asam lambung kurang jelas
Kesan : Gambaran proses radang di Mc.
Burney biasanya dari appendicitis (sub akut)
3. BNO

5
- Vertebrae lumbalis spondilosis dan cronis compressi vertebrae
lumbalis
- Gastrointestinalees terdapat gambaran local ileus di Mc. Burney
(tanda dari proses radang appendic)

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


1. Anamnesis
6 Jam SMRS pasien mengeluh nyeri mendadak pada seluruh
lapang perutnya. Pasien merasa pusing pada kepalanya, keringat
dingin, mual. Pasien merasa lemas dan kehausan, BAB terakhir
kemarin sore. Kemudian pasien memutuskan datang ke IGD RSUD
KRA, rasa sakit berkurang dan pasien pulang ke rumah untuk rawat
jalan. Namun tiba-tiba 6 jam kemudian pasien mengeluh hal yang
sama lalu kembali ke IGD RSUD KRA dan rawat inap. Keluhan
masih sama sampai pada saat pemeriksaan.
Hari berikutnya pasien mengeluh nyeri pada perut kanan
bawah. Nyeri terasa terus-menerus dan tajam. Mual (+), nafsu makan
menurun. Perut terasa kembung.
Riwayat penyakit serupa diakui 1 tahun yang lalu pasien
pernah mengalami sakit semula, dapat sembuh setelah beli obat
diwarung dan istirahat.
2. Vital Sign
(08 Oktober 2012)

Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 76 kali/menit

Respirasi : 24 kali/menit

Suhu : 36,5 oC
(09 Oktober 2012)
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 72 kali/menit
c. Respirasi : 24 kali/menit
d. Suhu : 38,2 oC
3. Status Lokalis
(08 Oktober 2012)

6
a. Inspeksi : permukaan perut distended, terdapat massa pada
regio inguinalis dextra batas tegas, lunak, dan terfiksir, adanya
gelombang peristaltik.
b. Auskultasi : peristaltik meningkat/
c. Perkusi : pekak seluruh lapang abdomen
d. Palpasi : nyeri tekan (+)

defans muskuler (+)


(09 Oktober 2012)
a. Inspeksi : permukaan perut distended, terdapat massa pada
regio inguinalis dextra batas tegas, lunak, dan terfiksir, adanya
gelombang peristaltik, reffered pain (+)
b. Auskultasi : peristaltik meningkat/
c. Perkusi : Hipertympani
d. Palpasi : nyeri tekan (+)

Rebound test (+)


Rovsing sign (+)
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 13,8 14-18 G %
Leukosit 12.400 5000-10000/ mm3
Ht 37,1 40-43Vol %
Eosinofil 0 1-3 %
Limfosit 12,9 2-8 %
Trombosit 133000 150000-300000 mm3
MCV 81 82-92 mikron3
MCHC 37,2 32-37 %

V. DIAGNOSIS KLINIS
Abdominal Pain e.c Appendisitis kronis eksaserbasi akut

7
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Diverticulitis Meckel
2. Ileus regionalis
3. Psoas abses
4. Batu ureter (kolik)

VII. PLANNING
1. Appedicogram
2. Laparoscopy

VIII. PENATALAKSANAAN
A. Terapi Konservative (Non-bedah)
1. Bed rest dengan posisi Fowler (posisi terlentang, kepala
ditinggikan 18-20 inchs, kaki diberi bantal, lutut ditekuk)
2. Analgesik
3. Antibiotik
4. Balance cairan
5. Pasang DC
6. Terapi Pre Operasi:
- Analgesik
- Antibiotik
7. Terapi Post Operasi
- Edukasi pasien agar mobilisasi bertahap yaitu latihan duduk-
berjalan.
- Analgesik
- Antibiotik
B. Bedah
Appendectomy cito

IX. PROGNOSIS
- Ad Sanam : Ad bonam
- Ad Vitam : Ad bonam
- Ad Fungsionam : Ad bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI APPENDIKS
Pppendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjang nya kira-kira
10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal disekum. Lumennya sempit
dibagian proksimal dan melebar dibagian distal. Namun demikian, pada
bayi, appensndiks berbentuk kerucut. Keaadaan ini mungkin menjadi sebab
rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks
terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak
dan ruangt gerak nya bergantung pada panjang mesoappendiks
penggantungnya.
Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di
belakang sekum, dibelakang kolon ascendens, atau ditepi lateral kolon
ascendens. Gejala klinis appendicitis ditentukan oleh letak apendiks.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti
a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis
berasal dari n.torakalis X. Oleh karena itu nyeri visceral pada apendisitis
bermula disekitar umbilikus.
Perdarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan
arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis
pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren.

9
II. DEFINISI APPENDICITIS
Appendicitis adalah infeksi pada organ appendik yang diawali dengan
penyumbatan dari lumen appendik oleh mucus, fekalit, atau benda asing,
yang diikuti oleh infeksi bakteri dari proses peradangan. Penyakit
ini merupakan kegawatdaruratan bedahabdomen yang paling sering
ditemukan.
Apendisitis Akut adalah inflamasi pada dari vermiform appendiks dan
ini merupakan kasus operasi intraabdominal tersering yang memerlukan
tindakan bedah. appendicitis akut adalah appendicitis dengan onset gejala
akut yang memerlukan intervensi bedah dan biasanya dengan nyeri di
kuadran abdomen kanan bawah dan dengan nyeri tekan tekan dan alih,
spasme otot yang ada di atasnya, dan dengan hiperestesia kulit. Sedangkan
appendicitis kronis ditandai dengan nyeri abdomen kronik (berlangsung
terus menerus ) di dearah fossa illiaca dextra,tetapi tidak terlalu parah, dan
bersifat continue atau intermittent, nyeri ini terjadikarena lumen appendix
mengalami partial obstruk.
Appendicitis chronica kadang-kadang dapat menjadi akut lagi disebut
appendicitis chronica dengtan eksaserbasi akut.

III. INSIDENSI
Dapat terjadi pada semua umur, hanya jarang dilaporkan pada anak
berusia kurang dari 1 tahun. Insiden tertinggi pada usia 20-30 tahun terjadi
pada laki-laki dan perempuan sama banyak.

IV. ETIOLOGI
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berprran
sebagai faktor pendcetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor
yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan
limfoid, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah
erosi mukosa apendiks karena parasit sepeti E.histoliytica.

10
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timnulnya
apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.

V. PATOGENESIS
Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian
melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam
pertama. Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang denjgan
menutup apendiks dengan omentum, usus halus atau adneksa sehingga
terbentuk massa periapendikuler yanf secara salah dikenal dengan istilah
infiltrat apendiks. Didalammnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa
absesyang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis
akan sembuh dan massa apendikuler akan tenang untuk selanjutnya akan
mengurangi diri secara lambat.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi
akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan
jaringan sekitarnya. Perlengketan ini akan menimbulkan keluhan berulang
diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi
dan dinyatakan sebagai mengalami eksaserbasi akut.

VI. PATOFISIOLOGI

VII. TANDA DAN GEJALA KLINIS


Titik maksimal nyeri adalah pada sepertiga dari umblikus ke fossa
ilaka kanan, itu disebut titik Mc Burney. Nyeri biasanya tajam dan
diperburuk dengan gerakan (seperti batuk dan berjalan). Nyeri pada titik Mc
Burney juga dirasakan pada penekanan iliaka kiri, yang biasa disebut tanda
Rovsing. Posisi pasien dipengaruhi oleh posisi dari apendiks. Jika apendiks
ditemukan di posisi retrosekal (terpapar antara sekum dan otot psoas) nyeri
tidak terasa di titik Mc Burney, namun ditemukan lebih ke lateral pinggang.
Jika apendiks terletak retrosekal nyeri jika ilaka kiri ditekan tidak terasa.
Ketika apendiks dekat dengan otot psoas, pasien datang dengan pinggul
tertekuk dan jika kita coba meluruskan maka akan terjadi nyeri pada lokasi
apendiks (tanda psoas). Ketika apendiks terletak retrosekal maka bisa

11
menyebabkan iritasi pada ureter sehingga darah dan protein dapat
ditemukan dalam urinalisis. Jika apendiks terletak di pelvis, maka tanda
klinik sangat sedikit, sehingga harus dilakukan pemeriksaan rektal,
menemukan nyeri dan bengkak pada kanan pemeriksaan. Jika apendiks
terletak di dekat otot obturator internus, rotasi dari pinggang meningkatkan
nyeri pada pasien (tanda obturator).
Hiperestesia kutaneus pada daerah yang dipersarafi oleh saraf
spinal kanan T10,T11 dan T12 biasanya juga mengikuti kejadian
appendisitis akut. Jika apendiks terletak di depan ileum terminal dekat
dengan dinding abdominal, maka nyeri sangat jelas. Jika apendiks terletak
di belakang ileum terminal maka diagnosa sangat sulit, tanda-tanda yang
ada samar dan nyeri terletak tinggi di abdomen.
Appendicities mempunyai tanda dan gejala bervariasi yaitu nyari
yang dirasakan samara yaitu pada bagian tengah abdominal tepatnya pada
periumbilikal ( nyeri tumpul ). Seringkali disertai dengan rasa mual dan
muntah ( 3 kali,facial fkush, tenderness pada fossa illiaca, demam suhu
antara 37,5 38,5C). Beberapa jam kemudian nyeri itu akan berpindah ke
perut kanan bawah, yang oleh kalangan medis disebut titik Mc. Eurney.
Nyeri ini akan dirasakan akan lebih jelas baik letak maupun derajat
nyerinya. Tanda tanda dari appendicities klasik ini dapat ditemukan
kurang dari setangah kasus yng terjadi. Ada juga tanda tanda lain yang
muncul yaitu bila appendix berada di dekat rectum, maka itu dapat
menyebabkan iritasi local dan diarrhea. Bila appendix terletak dekat dengan
vesica urinaria atau ureter, maka itu dapat menyebabkan dysuria dan pyuria
( secara mikroskopik ).

VIII. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Karakter klinis dari appendisitis dapat bervariasi, namun
umumnya ditampikan dengan riwayat sakit perut yang samar-samar,
dimana dirasakan pertama kali di ulu hati. Mungkin diikuti mual dan
muntah, demam ringan. Nyeri biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan
setelah beberapa jam, sampai dengan 24 jam.

12
2. Pemeriksaan Fisik
Rovsings sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada
kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi
kanan.

Psoas sign atau Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian


Obraztsovas sign dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif jika
timbul nyeri pada kanan bawah.

Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan


dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif jika
timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.

Dunphys sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah


dengan batuk

Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut
pada korda spermatic kanan

Kocher (Kosher)s Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau


sign sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran
kanan bawah.

Sitkovskiy Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran


(Rosenstein)s sign kanan bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri

Bartomier- Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran


Michelsons sign kanan bawah pada pasien dibaringkan pada sisi
kiri dibandingkan dengan posisi terlentang

Aure-Rozanovas sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit


trianglekanan (akan positif Shchetkin-Bloombergs
sign)

Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada


kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-
tiba

13
Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan
menggunakan skor Alvarado. Sistem skor dibuat untuk meningkatkan
cara mendiagnosis apendisitis.

The Modified Alvarado Score Skor

Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke 1


perut kanan bawah

IX. Mual-Muntah 1

Anoreksia 1

Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2

Nyeri lepas 1

Demam diatas 37,5 C 1

Pemeriksaan Leukositosis 2
Lab

Hitung jenis leukosit shift to the left1

Total 10

Interpretasi dari Modified Alvarado Score:

1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut

5-7 : sangat mungkin apendisitis akut

8-10 : pasti apendisitis akut

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah: pada pemeriksaan dilakukan untuk melihat
angka leukosit. Pada kasus appendicitis akut, biasanya didapatkan
angka leukosit yang neutrofil yang tinggi.
b. Pemeriksaan urin: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya
eritrosis, leukosit dan bakteri didalam urin. Pemeriksaan ini dapat
membantu untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi
saluran kemih dan batu ginjal yang memiliki gejala klinis yang
hampir sama dengan appendicitis.
2. Foto polos abdomen

14
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab
appendicitis. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak.
Kurang dari 5% pasien akan terlihat adanya gambaran opak fecalith
yang nampak di kuadran kanan bawah abdomen, sehingga pemeriksaan
ini jarang dilakukan.
3. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan
pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya
abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis
banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
Akurasi ultrasonografi sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan
kemampuan pemeriksa. Pada beberapa penelitian, akurasi antara 90
94%, dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85 dan 92%.
Pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG) pada appendicitis akut,
ditemukan adanya fekalit, udara intralumen, diameter apendiks lebih
dari 6 mm, penebalan dinding apendiks lebih dari 2 mm dan
pengumpulan cairan perisekal. Apabila apendiks mengalami ruptur atau
perforasi maka akan sulit untuk dinilai, hanya apabila cukup udara
maka abses apendiks dapat diidentifikasi.
4. CT-Scan
Pada keadaan normal apendiks, jarang tervisualisasi dengan
pemeriksaan skening ini. Gambaran penebalan diding apendiks dengan
jaringan lunak sekitar yang melekat, mendukung keadaan apendiks
yang meradang. CT-Scan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi yaitu 90 100% dan 96 97%, serta akurasi 94 100%. Ct-
Scan sangat baik untuk mendeteksi apendiks dengan abses atau flegmon
5. Laparoscopy
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang
dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara
langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila
pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix
maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan
appendix.

15
X. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah
apendektomi. Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan
kejadian perforasi.9 Penggunaan ligasi ganda pada setelah appendektomi
terbuka dilakukan dengan jahitan yang mudah diserap tubuh. Ligasi yang
biasa dilakukan pada apendektomi adalah dengan purse string (z-stich atau
tobacco sac) dan ligasi ganda. Pada keadaan normal, digunakan jahitan
purse string. Ligasi ganda digunakan pada saat pembalikkan tunggul tidak
dapat dicapai dengan aman, sehingga yang dilakukan adalah meligasi ganda
tunggul dengan dua baris jahitan. Dengan peningkatan penggunaan
laparoskopi dan peningkatan teknik laparoskopik, apendektomi
laparoskopik menjadi lebih sering. Prosedur ini sudah terbukti menghasilkan
nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka
kejadian infeksi luka yang lebih rendah, akan tetapi terdapat peningkatan
kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi
itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen,
terutama pada wanita. Beberapa studi mengatakan bahwa laparoskopi
meningkatkan kemampuan dokter bedah untuk operasi.

Insisi Grid Iron (McBurney Incision)

Insisi Gridiron pada titik McBurney.


Garis insisi parallel dengan otot oblikus
eksternal, melewati titik McBurney yaitu
1/3 lateral garis yang menghubungkan
spina liaka anterior superior kanan dan
umbilikus.

16
Lanz transverse incision

Insisi dilakukan pada 2 cm di bawah


pusat, insisi transversal pada garis
miklavikula-midinguinal. Mempunyai
keuntungan kosmetik yang lebih baik
dari pada insisi grid iron.

Rutherford Morissons incision (insisi


suprainguinal)

Merupakan insisi perluasan dari insisi


McBurney. Dilakukan jika apendiks
terletak di parasekal atau retrosekal dan
terfiksir.

Low Midline Incision

Dilakukan jika apendisitis sudah terjadi


perforasi dan terjadi peritonitis umum.

17
Insisi paramedian kanan bawah

Insisi vertikal paralel dengan midline,


2,5 cm di bawah umbilikus sampai di
atas pubis.

XI. KOMPLIKASI
Komplikasi appendicitis chronicakarena obliterasi rongga appendix
dapat terjadi penyumbatan isinya berupa cairan sekret, terutama jika
penyumbatan isinya berupa cairan sekret, terutama jika penyumbatan terjadi
di baian proksimal. Appendix akan membessar dan berdilatasi menjadi suatu
kista yang disebut mucocele benigna.

18

Anda mungkin juga menyukai