Anda di halaman 1dari 28

Cronic Fatique Syndrom

Definisi
Apa itu sindrom kelelahan kronis?
Sindrom kelelahan kronis atau chronic fatigue syndrome adalah kondisi yang membuat
orang merasa lelah pada sebagian besar atau sepanjang waktu. Gejala sering meliputi
nyeri otot dan sulit berkonsentrasi yang berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Gejala
bisa datang dan pergi sepanjang periode, dan banyak orang dapat memiliki masalah
serius, termasuk tidak dapat bekerja. Dengan kebiasaan gaya hidup yang baik, banyak
orang penderita sindrom ini yang muncul setelah infeksi virus, biasanya membaik atau
sembuh total setelah 2-3 tahun.

Seberapa umumkah sindrom kelelahan kronis?


Sindrom kelelahan kronis cukup umum terjadi dan lebih banyak mempengaruhi wanita
daripada pria.

Tanda-tanda & gejala


Apa saja tanda-tanda dan gejala sindrom kelelahan kronis?
Gejala sindrom kelelahan kronis yang paling umum adalah merasa lelah, lemah, atau
kecapekan pada sebagian besar waktu.

kebingungan dan bermasalah pada konsentrasi dan ingatan


sulit tidur
sakit kepala
sakit tenggorokan
demam ringan
perubahan penglihatan
nyeri otot, sendi, dan tulang

Mungkin masih ada gejala lain yang tidak tercantum di atas. Jika Anda memiliki
kekhawatiran mengenai gejala tertentu, konsultasikan dengan dokter.

Kapan saya harus periksa ke dokter?


Jika Anda memiliki tanda atau gejala di atas atau ingin bertanya, konsultasikanlah
kepada dokter. Setiap tubuh bertindak berbeda satu sama lain. Selalu diskusi dengan
dokter untuk mendapatkan solusi terbaik bagi kondisi yang Anda alami.

1
Penyebab
Apa penyebab sindrom kelelahan kronis?
Penyebabnya tidak diketahui. Beberapa orang percaya bahwa ini adalah komplikasi
infeksi virus, tapi tidak ada virus yang telah teridentifikasi. Respon terhadap infeksi
pada sistem kekebalan tubuh (sistem yang melawan infeksi) yang abnormal atau stres
mungkin berperan dalam sindrom ini.

Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk sindrom kelelahan
kronis?
Ada banyak faktor risiko yang meningkatkan risiko sindrom kelelahan kronis seperti:

umur: antara 40-50 tahun.


jenis kelamin: wanita lebih sering terkena penyakit ini daripada pria.
stres: di bawah situasi yang membuat Anda tertekan yang tidak mungkin langsung
hilang.

Obat & Pengobatan


Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU
konsultasikan pada dokter Anda.

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk sindrom kelelahan


kronis?
Tidak ada obat yang benar-benar menyembuhkan, tapi perawatan yang mendukung dari
dokter dan anggota keluarga sangat penting. Dokter mungkin meresepkan obat anti
radang untuk membantu meredakan nyeri otot. Antidepresan mungkin juga diberikan.
Dokter mungkin akan menyarankan program olahraga dan diet seimbang. Konseling
dan terapi kebiasaan mungkin membantu orang hidup dengan sindrom ini.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk sindrom kelelahan


kronis?
Tidak ada tes khusus yang dapat mendiagnosis penyakit ini. Dokter membuat diagnosis
setelah mencatat gejala khusus yang berlangsung selama setidaknya 6 bulan: kelelahan
berkepanjangan tanpa sebab yang tidak dapat hilang dengan beristirahat, mengakibatkan
berkurangnya aktivitas secara drastis. Gejala lain termasuk masalah pada ingatan atau
konsentrasi, sakit tenggorokan, node limfa yang lunak (kelenjar yang membengkak),
nyeri otot, sakit kepala, nyeri pada banyak sendi, dan tidak dapat tidur nyenyak.

2
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi sindrom kelelahan kronis?
Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin membantu mengatasi
sindrom kelelahan kronis:

Ikuti saran dokter


Berpikir positif
Berolahraga sesuai dengan rekomendasi dokter
Jangan berolahraga terlalu keras
Diet seimbang, rendah lemak, dan tinggi serat
Jangan cepat putus asa jika pengobatan tidak langsung bekerja

Hubungi dokter jika gejala memburuk setelah pengobatan.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

3
4
5
6
1. LIMBAH MEDIS
2. Limbah Medis
Berdasarkan Depkes RI 1992 : sampah dan limbah rumah sakit adalah
semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan
kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non klinis
baik padat maupun cair.
Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun alat lain yang tidak
kontak langsung dengan penderita
Sumber limbah medis : Unit pelayanan kesehatan dasar Unit pelayanan
kesehatan rujukan Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium) Unit
pelayanan non kesehatan ( farmasi )
3. Limbah Medis, klasifikasi
Limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan potensi bahaya yang
terkandung didalamnya, maupun berdasarkan bentuknya (cair dan padat)
Klasifikasi limbah medis utama : Limbah umum Limbah benda tajam Limbah
patologis Limbah farmasi Limbah genotoksik Limbah kimia Limbah alat yang
mengandung logam berat Limbah radioaktif Wadah bertekanan tinggi
4. Limbah Medis, klasifikasi

7
Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan tidak membutuhkan
penanganan khusus, contoh : limbah domestik, limbah kemasan non infectious
Limbah benda tajam : obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah
Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh manusia, contoh bagian
tubuh, darah dan cairan tubuh yang lain termasuk janin
Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan farmasi contoh obat-
obatan yang sudah kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi
5. Limbah Medis, klasifikasi
Limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan dengan sifat
genotoksik contoh limbah yang mengandung obat-obatan sitostatik (sering
dipakai dalam terapi kanker), yaitu zat karsinogenik (benzen,antrasen), zat
sitotoksik, (tamoksifen, semustin) zat yang mungkin bersifat karsoinogenik
(chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).
Limbah kimia : limbah yang mengandung bahan kimia contoh reagen di
laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah
tidak diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah berbahaya jika
memiliki beberapa sifat (toksik, korosif (pH12), mudah terbakar, reaktif (mudah
meledak, bereaksi dengan air, rawan goncangan), genotoksik
6. Limbah Medis, klasifikasi
Limbah alat yang mengandung logam berat : Baterai, pecahan termometer,
tensimeter
Limbah radioaktif : bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas anestesi, gas cartridge, kaleng
aerosol, peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cair
7. Limbah Medis, klasifikasi
Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious): mengandung
mikroorganisme patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila
terpapar dengan manusia akan dapat menimbulkan penyakit - jaringan dan stok
dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari
autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular - atau dari pasien yang
diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien yang menjalani
haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung tangan dan sebagainya) -

8
atau materi yang berkontak dengan binatang yang sedang diinokulasi dengan
penyakit menular atau sedang menderita penyakit menular
8. Limbah Medis, klasifikasi Limbah reaktif yang berasal dari rumah sakit adalah :
Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo, metal azide, nitro cellulose,
perchloric acid, garam-garam perchlorat, bahan kimia peroksida, asam picric,
garam-garam picrat, polynitroaromatic.
Water reactive: logam-logam alkali dan alkali tanah, reagen alkyl lithium,
larutan- larutan boron trifluorida, reagen Grignard, hidrida dari Al, B, Ca, K, Li,
dan Na, logam halida dari Al, As, Fe, P, S, Sb, Si, Su dan Ti, phosphorus
oxychloride, phosphorus pentoxide, sulfuryl chloride, thionyl chloride.
Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%,
9. Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan
Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar
10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah infeksius yang
mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg).
Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari
makanan dan sisa makanan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun
dapur gizi.
Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas
infus dan plastik. Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar
bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun 1999. Secara terpisah, mantan
Ketua Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar, Ikhwan Fauzi mengatakan, volume
limbah infeksius dibeberapa rumah sakit bahkan melebihi jumlah yang
ditemukan Bapedalda. Limbah infeksius ini lebih banyak ditemukan di beberapa
rumah sakit umum, yang pemeliharaan lingkungannya kurang baik (Pristiyanto.
D, 2000).
10. Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan
Pengolahan limbah medis bukanlah hal mudah dilakukan. Di Indonesia
sendiri, pengolahan limbah medis masih belum tertangani dengan serius, baik
di kota kecil maupun kota besar di Indonesia. Kurangnya sosialisasi pemerintah
dan badan yang terkait mengenai efek yang ditimbulkan dari pembuangan
limbah medis secara sembarangan dan ketertarikan investor dalam mengolah
limbah rumah sakit menjadi masalah utama. Salah satu bukti, menurut hasil
survei pada tahun 2003 dari 107 rumah sakit di Jakarta, hanya 10 rumah sakit

9
yang memiliki insinerator (tungku pembakar). (Suara Pembaharuan, 20 Oktober
2003) Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan, apalagi jumlah dan jenis
penyakit semakin bertambah setiap tahunnya, demikian pula dengan limbah
yang
11. Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan
Contoh kasus lainnya adalah pembuangan limbah medis ke TPA Ciangir,
Tasikmalaya. Akibatnya beberapa pekerja terpaksa dirawat beberapa minggu
karena menginjak sampah alat suntik. Kejadian ini selain merugikan pekerja
tersebut juga merugikan pihak TPA karena harus bekerja ekstra untuk
memisahkan sampah medis dari sampah rumah tangga. (Pikiran Rakyat, 7
April 2005)
Di RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial). Sebagai contoh, limbah
medis tajam seperti alat suntik. Karena berhubungan langsung dengan
penderita, alat itu mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit. Bila
pengelolaan pembuangannya tidak benar, alat suntik dapat menularkan
penyakit kepada pasien lain, pengunjung RS dan puskesmas, petugas
kesehatan, maupun masyarakat umum.
12. Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan
Data P2M-PL menunjukkan : limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk
imunisasi diperkirakan sekitar 66 juta per tahun (36,8 juta limbah alat suntik
imunisasi bayi, 10 juta imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, 20 juta imunisasi
anak sekolah (BIAS)) limbah alat suntik secara kuratif sekitar300 juta per tahun.
Insinerasi juga tidak menyelesaikan masalah karena pembakaran hanya
mengubah volume limbah menjadi lebih kecil. Belum lagi debu yang juga
sangat berbahaya dan harus dipindahkan atau ditentukan lagi tempat
pembuangannya yang kedap air. Debu hasil insinerasi yang tak terurai dan
materi tetap ada menjadi sangat berbahaya karena dapat menghasilkan
dioksin.
13. Pengelolaan Limbah Medis
Point penting dalam pengelolaan limbah medis adalah sterilisasi, kemudian
pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan
sterilisasi, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment).
Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan berdasarkan potensi bahaya
yang ditimbulkan.
Adapun tahap pengolahan limbah medis antara lain :

10
1. Pemisahan
2. Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Penanganan
5. Pembuangan
14. Pemisahan dan Penyimpanan Limbah Medis
Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan menggunakan kantong plastik
berwarna yang berlabel.
Berikut adalah contoh warna kantong menurut DepKes RI :
Kantong hitam : limbah umum
Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi
Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi dapat
dibuang ke landfill
Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi
Limbah infectious dan patologis dipisahkan tersendiri. Kedua jenis limbah ini
harus disterilisasi terlebih dahulu.
Limbah yang dapat didaur ulang termasuk dalam kategori limbah umum.
15. Pengangkutan Limbah Medis
Limbah medis diangkut dengan kontainer tertutup. Untuk keamanan,
pengangkutan limbah radioaktif sebaiknya dipisahkan dengan limbah kimia
yang bersifat reaktif, mudah terbakar, korosif.
Alat pengangkutan harus dirawat dan dibersihkan secara rutin untuk
mencegah adanya limbah yang tercecer akibat pengangkutan dan mengurangi
resiko kecelakaan saat pengiriman limbah.
16. Penanganan Limbah Medis
Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat langsung dibawa ke tempat
pengumpul limbah daur ulang.
Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai masa
aktifnya terlampaui.
Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang ke dalam saluran
pembuangan air, contoh : limbah asam amino, gula, ion-ion anorganik (Ca,K,
Mg, I, Cl, F dll)
Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi, ekstraksi,
elektrolisis
Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi)

11
Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill, maupun didaur ulang.
17. Sterilisasi limbah dengan rotoclave Rotoclave (http:// tempico. gostrategic.com/
newsIm/ HopkinsP1010465.jpg)
18. Penanganan Limbah Suntik
Penggunaan disposable syringe
Saat ini ada beberapa alat untuk mengatasi limbah berupa jarum suntik, yaitu
alat pemisah jarum, alat penghancur jarum, tempat pembuangan jarum khusus
(needle pit), syringe safety box, dan insinerator SICIM.
19. Skema Alternatif Reuse & Recycle Limbah Medis
20. Insinerator Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
yang diantaranya adalah sebagai berikut:
Pengurangan sampah yang efektif
Lokasi jauh dari area penduduk
Adanya sistem pemisahan sampah
Desain yang bagus
Pembakaran sampah mencapai suhu 1000 derajat
Emisi gas buang memenuhi standar baku mutu.
Perawatan yang teratur/periodik
Ada Pelatihan Staf dan Manajemen
21. Insinerator
Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang
kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang
diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki
efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction
Reduction Efisience) yang tinggi.
Baku Mutu DRE untuk Incinerator No Parameter Baku Mutu DRE
1. POHCs 99.99%
2. Polychlorinated biphenil (PCBs) 99.9999%
3. Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs) 99.9999%
4. Polychlorinated dibenzo-p-dioksin 99.9999%
22. Insinerator
Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam menjalankan
incinerator adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai dengan baku
mutu emisi untuk incinerator.

12
Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator No Parameter Kadar Maksimum
(mg/Nm2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13 14 Partikel Sulfur dioksida (SO2)
Nitrogen dioksida (NO2) Hidrogen Fluorida (HF) Karbon Monoksida (CO)
Hidrogen Chlorida (HCl) Total Hidrocarbon (sbg CH4) Arsen (As) Kadmiun (Cd)
Kromium (Cr) Timbal (Pb) Merkuri (Hg) Talium (Tl) Opasitas 50 250 300 10 100
70 35 1 0.2 1 5 0.2 0.2 10%
23. Insinerator Maxpell
Teknologi Ramah Lingkungan pada incinerator Maxpell : pada tungku
Maxpell limbah ditempatkan dalam ruangan yang kedap, lalu disuntikkan bahan
bakar yang sudah dicampur oksigen dan terbakar dengan suhu yang tinggi.
Asap hasil pembakaran direaksikan dengan molekul air sehingga asap yang
keluar menjadi hidrokarbon yang akan terbakar habis pada secondary
chamber. Dengan demikian asap akan bersih dan ramah lingkungan.
24. Insinerator Maxpell
Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa tungku
pembakaran yang didesain secara sempurna dalam sistem pembakaran
dengan menggunakan berbagai media bahan bakar yang terus dikembangkan
baik dari sisi teknologi maupun kapasitas.
Insinerator Maxpell dirancang mudah dioperasikan. Beberapa keunggulan
insinerator ini adalah:
Tidak membutuhkan tempat luas;
Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;
Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000 C; Bekerja
efektif dan irit bahan bakar;
Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa tempat
terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong hampir tidak
kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu;
Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara
konstan;
Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;
Perawatan yang mudah dan murah;
Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk
25. Skema Pengolahan Limbah Medis dengan Insinerator Maxpell
26. Alternative Medical Waste Treatment Technologies Approved by the California
Department of Public Health company Device Type of Treatment Approved for

13
BioMedical Tech.Solutions Demolizer System Heat Red Bag/sharps Honua
Tech Pyrolitic Destructor Heat red bag /sharps /path /trace chemo /pharms
Scientific Ecology Group, Inc Synthetica Detoxifie Process Steam heat red bag/
sharps UnitedRecycling Technology, Inc Gasification System (Gasf) Heat-gas
burner red bag/sharps/path/ trace chemo/pharms Stericycle, Inc Electro-
Thermal Deactivation Radiowaves-heat red bag/ sharps sanitec HG-A-100, HG-
A-250 Microwaves red bag/sharps/path Modifikasi metode digunakan untuk
destruksi/penghancuran limbah patologis
27. SIMPULAN DAN SARAN Permasalahan limbah rumah sakit di Indonesia yakni
limbah rumah sakit yang dihasilkan diperkirakan secara nasional produksi
sampah (Limbah Padat) sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah
sebesar 48.985,70 ton per hari. Angka ini sangat berpotensi limbah rumah sakit
untuk mecemari lingkungan dan membahayakan manusia bila tidak dikelola
dengan baik, seperti beberapa kasus limbah medis yang sudah terjadi di
Indonesia akibat penanganan yang buruk.
Buruknya pengelolaan limbah rumah sakit dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya :
pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit
peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan Departemen
Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan benar
28. SIMPULAN DAN SARAN
Sebelum ditangani limbah medis dan limbah nonmedis harus dipisahkan
terlebih dahulu untuk menghindari pencampuran antara limbah medis dan
nonmedis. Pengolahan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang
diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam
volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang
(recycle), dan pengolahan (treatment). Sterilisasi dapat juga dilakukan dengan
insenerator. Namun abu dari insenerator juga dapat membahayakan sehingga
perlu dilakukan pengelolaan lanjutan.

Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah sakit diwajibkan melakukan


pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda
beda berdasarkan karakteristik limbahnya.

14
MEDICAL EMERGENTION RESPONS PLANNING
From evacuation plans and medical site surveys to transportation options
and customs clearance procedures, Remote Medical Internationals
MERP and medical consulting services enable your team to proactively
and successfully plan for, and respond to, medical emergencies in remote
locations.

Our team of experts delivers peace of mind by preparing the emergency actions
checklists and communications plans that keep your team safe. You can rest easy
knowing that you have a vetted plan for appropriate response should a major
incident occur. MERPs provide:

A THOROUGH EXECUTION PLAN


Obtain a detailed, step-by-step response and communications strategy for your
team to utilize during a medical emergency.

HEALTH RISK ASSESSME NT


Review location-based health and security risk data and receive basic mitigation
suggestions, based on the latest Centers for Disease Control (CDC)
recommendations.

GROUND TRANSPORTATIO N
Utilize the best mode of transportation possible during a medical emergency, which
may include local Emergency Medical Services, helicopter transport, private
ambulance, or a private car.

VETTED HOSPITALS
Receive our assessment of local healthcare facilities and identified best options for
stabilization and definitive medical care. Information will include:

Available services
Detailed location information, including maps and GPS coordinates
Verified contact information for the facility

INTERNATIONAL TRANSF ER AND REPATRIATION


Access our network of internationally accredited air ambulance providers. We will
thoroughly help you plan for long-distance medical transports and treatment at
regional medical facilities, should your team require definitive care.

15
Jenis-Jenis Pengusung dan Cara Mengangkat Pesakit Menggunakan
Pengusung ( stretcher)

1. Pengusung gantian (improvise stretcher )

I.menggunakan kain blanket atau selimut tebal dan diangkat di ke empat-empat


bucunya.

II.Menggunakan empat atau lima kain anduh yang diikat di dua batang kayu.

III.Menggunakan dua buah guni yang ditebuk buntutnya. Kemudian dimasukkan dua
batang kayu dalam guni itu.

IV.Menggunakan dua kain sarung yang dimasukkan dua batang kayu didalamnya.

V.Menggunakan tiga atau empat kain baju kemeja. Masukkan dua


batang kayu di dalam baju-baju tersebut dan kemudian dibutangkan kancingnya.

Usungan Improvisi

2.2

Long Spine Board

Merupakan sebuah papan belakang, juga dikenal sebagai papan tulang panjang

(Long Spine Board),longboard, spineboard, atau papan, adalah sebuah


pengusung yang digunakan terutamanya dalam hospital dan digunakan untuk
immobilisasi pasien. Paling kerap digunakan dalam ambulans.

16
Long Spine Board

2.3 Pengusung Beroda

Terdapat dua jenis asas pengusung digunakan:

a)Pengusung seorang

b)Pengusung dua orang.

Pengusung seorang mempunyai roda memindah yang sedia dan sesuai untuk seorang
pengusung unutuk memindahkan pesakit ke dalam ambulans.
Pengusung Dua orang pula memerlukan dua orang pembantu untuk
mengangkat dan memuatkan pesakit dalam ambulans. Pengusung biasanya boleh
dilaraskan ke tahap yang berbeza dan sudut yang berbeza. Setengah
boleh diselaraskan untuk meningkatkan kaki . Peralatan tambahan boleh diletakkan
bersama pengusung termasuk oksigen, monitor jantung dan sebagainya.

2.3.1 Panduan Mengalihkan Pesakit Menggunakan Pengusung Beroda

1.Pengusung harus dikendalikan oleh dua orang pembantu dengan kedua-dua tangan
atas pengusung. Kaki tangan lain mungkin akan diminta untuk membantu membawa
peralatan tambahan jika perlu.

2.Jangan sekali-kali meninggalkan pesakit bersendirian atas pengusung.

3.Kedudukan seorang pembantu di kaki dan seorang lagi di kepala pengusung apabila
menolak pengusung.

17
4.Pembantu yang berada di bahagian di kaki pesakit harus menarrik manakala
pembantu di bahagian kepala harus menolak.

5.Sentiasa mengekalkan cengkaman yang kukuh ke atas pengusung apabila menolak


untuk mencegah pengusung terbalik.

6.Menggunakan empat orang pembantu, satu di setiap penjuru, apabila membawa


pengusung merentasi keadaan lantai yang sangat kasar.

7.Pastikan pesakit diikat dengan tali pinggang pada setiap masa walaupun pengusung
tidak dialihkan.

Pengusung beroda

2.4

Scoop Stretcher (Pengusung Ortopedik )

Pengusung ini direka untuk memudahkan unutuk mengangkat pesakit


yang terlentang. Pengusung dibuat daripada tiub aluminium segi empat dengan
berbentuk V diamana mempunyai ciri-ciri sepunya dengan "sudu". Scoop Stretcher
mengangkat pesakit dari lantai atau tanah tanpa mengubah kedudukan mereka.
Kelebihan terbesar adalah bahawa ia boleh digunakan dalam ruang sempit di mana
pengusung lain tidak boleh dimuatkan.

Sccop Stretcher boleh digunakan pada mulanya mengangkat pesakityang disyaki


mempunyai kecederaan tulang belakang. Unutk mengalihkan
pesakit, bukakan bahagian yang boleh dibuka, senduk , kemudiannya boleh
diletakkan pesakit ke atas pengusung untuk memindahkan mangsa.

18
2.4.1 Langkah-langkah berikut menggunakan scoop stretcher

1. Laraskan panjang pengusung di atas tanah di sebelah pesakit untuk menampung


pesakit.

2. Angkat sedikit pakaian pesakit manakala seorang lagi pembantu menyorong


setengah pengusung di bawah sebelah pesakit. Ulangi di sisi lain.

3. Jika terdapat sebarang kecederaan tulang belakang yang disyaki, seorang lagi
pembantu perlu mengekalkan sokongan tulang belakang pada setiap masa.

4. Kunci bukaan yang terdapat pada hujung kepala, kemudian bawa hujung kaki
bersama-sama sehingga bukaan dapat dikunci.

5. Lampirkan kepala tali berpad. Gunakan sekurang-kurangnya tiga tali untuk


mengusung pesakit.

scoop stertcher

19
2.5 Pengusung Fleksibel

Jangan gunakan pengusung fleksibel jika terdapat kecederaan tulang belakang. Ia


direka untuk kegunaan berikut:

1.Akses ruang terhad

2.Atas tangga atau sempit sekitar sudut.

3.Apabila peralatan lain tidak boleh didapati.

Pengusung Fleksibel

2.6 Garis Panduan Mengangkat Pesakit Dengan Selamat.

1.Pertimbangkan berat pesakit bersama-sama dengan berat pengusung atau peralatan


lain yang diperlukan

2.Nilai keupayaan fizikal dan batasan anda. Nilai juga keupayaan gabungan anda
dengan pasangan anda. Jika benar-benar perlu, anda boleh meminta orang lain
disekitar untuk membantu.

20
3.Angkat tanpa berpusing. Elakkan apa-apa jenis gerakan berayun apabila
mengangkat.

4.Kedudukan bukaan kaki adalah seluas lebar bahu. Pakai but betul yang
berada di atas buku lali untuk melindungi kaki anda dan membantu mengekalkan
kedudukan yang kukuh dan stabil.

5.Berkomunikasi dengan jelas dan kerap dengan pasangan anda. Putuskan


bagaimana anda akan bergerak bersama pesakit dan apa arahan lisan
akandigunakan. Juga, beritahu pesakit apa yang kan anda akan lakukan agar pasakit
tidak terkejut atau panik dimana pesakit mungkin akan melakukan pergerakan di
atas pengusung

21
Universal precautions
From Wikipedia, the free encyclopedia
A US Navy hospital corpsman wearing personal protective equipment (PPE) while
handling blood samples.
Universal precautions refers to the practice, in medicine, of avoiding contact with
patients' bodily fluids, by means of the wearing of nonporous articles such as medical
gloves, goggles, and face shields. The practice was introduced in 198588.[1][2] In 1987,
the practice of universal precautions was adjusted by a set of rules known as body
substance isolation. In 1996, both practices were replaced by the latest approach
known as standard precautions. Use of personal protective equipment is now
recommended in all health settings.
Contents
[hide]
1Historical significance of universal precautions
2Use
3Equipment
4Additional precautions
5Issues of stigma and discrimination
6See also
7Footnotes
8External links
Historical significance of universal precautions[edit]
Under universal precautions all patients were considered to be possible carriers of
blood-borne pathogens. The guideline recommended wearing gloves when collecting
or handling blood and body fluids contaminated with blood, wearing face shields when
there was danger of blood splashing on mucous membranes and disposing of all
needles and sharp objects in puncture-resistant containers.
Universal precautions were designed for doctors, nurses, patients, and health care
support workers who were required to come into contact with patients or bodily fluids.
This included staff and others who might not come into direct contact with patients.
Pathogens fall into two broad categories, bloodborne (carried in the body fluids) and
airborne.
Use[edit]

22
Universal precautions were typically practiced in any environment where workers were
exposed to bodily fluids, such as:
Blood
Semen
Vaginal secretions
Synovial fluid
Amniotic fluid
Cerebrospinal fluid
Pleural fluid
Peritoneal fluid
Pericardial fluid
Feces
Urine
Bodily fluids that did not require such precautions[3][4][5] included:
Nasal secretions
Vomitus
Perspiration
Sputum
Saliva
Universal precautions were the infection control techniques that were recommended
following the AIDS outbreak in the 1980s. Every patient was treated as if infected and
therefore precautions were taken to minimize risk.
Essentially, universal precautions were good hygiene habits, such as hand washing
and the use of gloves and other barriers, correct handling of hypodermic
needles and scalpels, and aseptic techniques.
Equipment[edit]
Protective clothing included but was not limited to:
Barrier gowns
Gloves
Eyewear (goggles or glasses)
Face shields
Additional precautions[edit]
Additional precautions were used in addition to universal precautions for patients who
were known or suspected to have an infectious condition, and varied depending on the

23
infection control needed of that patient. Additional precautions were not needed for
blood-borne infections, unless there were complicating factors.
Conditions indicating additional precautions:
Prion diseases (e.g., CreutzfeldtJakob disease)
Diseases with air-borne transmission (e.g., tuberculosis)
Diseases with droplet transmission (e.g., mumps, rubella, influenza, pertussis)
Transmission by direct or indirect contact with dried skin (e.g., colonisation
with MRSA) or contaminated surfaces or any combination of the above.
Issues of stigma and discrimination[edit]
Research around stigma and discrimination in health-related settings has implicated
universal precautions as a means by which health care workers discriminate against
patients.[6][7] Particularly the employment of universal precautions when working with
people with HIV and/or hepatitis C has been demonstrated to be inconsistent and
implicated with feelings of stigmatization reported by those populations.[8] Health-cased
social research reveals that by not applying universal precautions universally, as is the
purpose, health professionals are instead making judgements based on an individual's
health status.[9] It is speculated that this differential approach to care stems from stigma
towards HIV and hepatitis C, rooted largely in fears and misconceptions around
transmission and assumptions about patient lifestyle and risk.

24
DAFTAR ALAT KESEHATAN YANG WAJIB UJI ATAU KALIBRASI

KLASIFIKASI
NO NAMA ALAT Pengujian Kalibrasi Radiasi Non NAMA LAIN
KESEHATAN Rradiasi
1. Afler loading
2. Alat Bedah Frekwensi Electrosurgery
Tinggi
3. Alat Hisap Medik Suction Pumop
4. Anaesthesi Apparatus Anastesi Unit
5. Audio meter
6. Arrytmia Monitor
7. Autoclave Table Sterilisator
8. Asma Bronchial
9. Amnioscope
10. Automatic Film
Procersing
11. Acupunture Theraply
12. Analgesia
13. Analytical Balance
14. Automatic Microplatic
Laser
15. Blood Chemisty
Analyzer
16. Blood Gas Analyzer
17. Blood Pressure Monitor
18. Blood Solution
Warnner
19. Bed Side Monitor Vital Sign Monitor
20. Bronchoscope Fibrescope
21. Blood Cell Counter
22. Cardiac Stress Test
23. Cardiotoograph Festal Monitor
24. Central Monitor
25. Centrifuge
26. CT. Scancer Whole
Body
27. CT Scncer Head
28. Central Gas Medik
29. Cough Exmination
30. Cardio Pulmonary
31. CO2 Analyzer Capnograph
32. Defibrillator DC Shock
33. Defibrillator Monitor
34. Dental Unit
35. Diathermy UKG
36. Duadeno Fiberscope Gastroscopy
Therapy

25
37. Echocardiograph
38. Electrocardiograph
Monitor
39. Electrokardiograf ECG
40. Electroconvulsion
Therapy
41. Electrolite Analyzer Na. K Analyzer
42. Electromyograph EMG
KLASIFIKASI
NO NAMA ALAT Pengujian Kalibrasi Radiasi Non NAMA LAIN
KESEHATAN Rradiasi
43. Electrostimulator
44. Endoscopy Unit
45. ENT Treatment Galvanic/Faradic
46. Examination Lamp Fibrescope
47. Electro Coutry
Treatment
48. Electrogravimetri Lampu Periksa
49. Foetal Detector
50. Finger Muscle Therapy
51. Flame Photometer Doppler
52. Tele Gamma Theraphy
53. Gas Cromatograph
54. Haemodialysa Tele Theraphy
55. Hydrotubator
56. Head Lamp
57. Horizontal Sterilizer
58. Hydro Exractor
59. Infusion Pump
60. Inkubator Perawatan Baby Incubator
61. Instrument Washer
62. Infa Red Lamp IR Lamp
63. Iso Enzym
Electrophoresis
64. Imuno Electrophoresis
65. Laboratory Incubator
66. Laboratory Refrigerator
67. Laser Surgical Unit
68. Laser Coagulator
69. Light Source
70. LINAC
71. Laser Lithotripsy
72. Laser Therapy
73. Limphatic
Physiotherapy
74. Microscope Laboratory
75. Microtome
76. Mobile Operating

26
Lapm
77. Magnetic Resonant
Imaging
78. Nebulizer
79. Nesofaringoscope
80. Operating Lamp Ceiling
Type
81. Operating Microscope
82. Oxygen Tent
83. Pace Maker
84. pH Meter

KLASIFIKASI
NO NAMA ALAT KESEHATAN Pengujian Kalibrasi Radiasi Non NAMA LAIN
Rradiasi
85. Phototheraply Unit
86. Protombin Meter O2 Saturasi
87. Pulse Oximeter
88. Phonocardiograph
89. Pleurel Biopsy
90. Photo Fundus Unit Fundus Camera
91. Precision Balance
92. Photo Meter
93. Respiration Appra
94. Resuscitator
95. Refracto Meter
96. Retinoscope
97. Refrigerator
98. Spectrophotometer
99. Spirometer
100. Stirrer
101. Suction Thorax WSD
102. Thyroid Up Take
103. Trombelastograph
104. TL Chomatograph
105. Ultrasinic Cleaner
106. Ultrasonography USG
107. Ultrasonic Pachymeter
108. Ultra Violet Unit UV Lamp
109. UV Sterilizer
110. Vacuum Extractor
111. Vector Cardiograph
112. Ventilator
113. Viscometer
114. Water Bath
115. Water Destilator
116. X-Ray Angiography

27
117. X- Ray Dental Panoramic
118. X- Ray Dental
119. X- Ray Mobile C- Arm
120. X- Ray Mobile Unit
121. X- Ray General Porpuse
122. X-Ray Simulator
123. X- Ray Theraply
124 X- Ray Tomografphy
125. X- Ray Mammography

28

Anda mungkin juga menyukai