Anda di halaman 1dari 1

MEMBELA KEHIDUPAN

(Keluaran 1:17)

Bagai makan buah simalakama. Kalau dimakan, bapak yang mati; kalau tidak dimakan, ibu yang
mati. Dua pilihan yang sama-sama menyulitkan dan menyudutkan kita. Bagaimana sikap kita
jika dihadapkan pada kondisi semacam itu?

Bidan Sifra dan Pua, pahlawan perempuan dalam awal sejarah perbudakan orang Israel di tanah
Mesir, dihadapkan pada pilihan dilematis. Mereka secara diam-diam menentang perintah raja
Mesir. Raja memerintahkan mereka agar membunuh bayi laki-laki Ibrani yang mereka tolong
kelahirannya. Tetapi mereka mengelak perintah ini. Mereka diinterogasi (ayat 18), tetapi
mereka tak kehabisan akal. Dan Alkitab mencatat bahwa mereka melakukan hal ini karena
"takut akan Allah" (ayat 17). Rupanya, kedua bidan Mesir ini sudah mengenal Allah. Sebuah
catatan yang menarik: pada waktu itu Allah juga sudah dikenali oleh orang-orang bukan Israel!
Dan, karena pengenalan akan Allah itu, sekalipun diperintahkan untuk membunuh, mereka
memilih untuk membela kehidupan.

Kisah mereka mengajarkan bahwa kunci untuk menghadapi pilihan dilematis adalah takut akan
Tuhan. Artinya, kita menentukan pilihan berdasarkan apa yang dipikirkan Tuhan, bukan apa
yang dipikirkan manusia. Berdasarkan kebenaran firman Tuhan, bukan berdasarkan pendapat
orang. Berdasarkan pembelaan terhadap kehidupan, bukan kejahatan. Mungkin, akibat pilihan
yang tidak populer itu, kita dikucilkan, atau batal menerima promosi jabatan tertentu. Namun,
seperti dialami Sifra dan Pua (ayat 21), Tuhan akan berbuat baik kepada kita. Bukankah
kebaikan Tuhan jauh lebih hebat daripada perlindungan manusia? -- DKL
MEMBELA KEHIDUPAN BUKAN SEKADAR KEWAJIBAN MELAINKAN PANGGILAN DALAM SETIAP
ASPEK KEHIDUPAN

Anda mungkin juga menyukai