Anda di halaman 1dari 10

MENGAPA ABORSI ITU DOSA ?

Oleh : Andreas Julio Nembo XII IPA 3 / 3

Pro Choice vs Pro-life


Di Amerika dewasa ini, terdapat isu yang cukup hangat, yang tak jarang mengundang
perdebatan, yaitu mengenai aborsi. Umumnya mereka yang setuju aborsi menyebut diri
sebagai pro- choice -karena mengacu kepada hak ibu untuk memilih nasib dirinya dan
bayi yang dikandungnya; sedangkan yang tidak setuju menyebut diri pro-life. Gereja
Katolik sendiri selalu ada dalam posisi pro-life karena Gereja Katolik selalu mendukung
kehidupan manusia, tak peduli seberapa muda usianya, termasuk mereka yang masih di
dalam kandungan.
Sebenarnya secara objektif terminologi yang dipakai sudah rancu, karena pro-choice
sebenarnya bukan choice, sebab pilihan yang diambil dalam hal ini hanya satu, yaitu
membunuh bayi yang masih dalam usia kandungan. Sang bayi yang kecil dan lemah itu tidak
membuat pilihan, sebab ia ditentukan untuk mati. Tragisnya, yang menentukan kematiannya
adalah ibunya sendiri yang mengandungnya.
Kapan kehidupan manusia terbentuk?
Gereja Katolik pro- life karena Tuhan mengajarkan kepada kita untuk menghargai
kehidupan, yang diperoleh manusia sejak masa konsepsi (pembuahan) antara sel sperma dan
sel telur. Kehidupan manusia terbentuk pada saat konsepsi, karena bahkan dalam ilmu
pengetahuan-pun diketahui, Sebuah zygote adalah sebuah keseluruhan manusia yang unik.
Pada saat konsepsi inilah sebuah kesatuan sel manusia yang baru terbentuk, yang lain jika
dibandingkan dengan sel telur ibunya, ataupun sel sperma ayahnya. Pada saat konsepsi ini,
terbentuk sel baru yang terdiri dari 46 kromosom (seperti halnya sel manusia dewasa)
dengan kemampuan untuk mengganti bagi dirinya sendiri sel-sel yang mati. Analisa science
menyimpulkan bahwa fertilisasi bukan suatu proses tetapi sebuah kejadian yang
mengambil waktu kurang dari satu detik. Selanjutnya, dalam 24 jam pertama, persatuan sel
telur dan sperma bertindak sebagai sebuah organisme manusia, dan bukan sebagai sel
manusia semata-mata.

Masalahnya, orang-orang yang pro-choice tidak menganggap bahwa yang ada di


dalam kandungan itu adalah manusia, atau setidaknya mereka menghindari kenyataan
tersebut dengan berbagai alasan. Padahal science sangat jelas mengatakan terbentuknya sosok
manusia adalah pada saat konsepsi (pembuahan sel telur oleh sel sperma). Pada saat itulah
Tuhan menghembuskan jiwa kepada manusia baru ciptaan-Nya, yang kelak bertumbuh
dalam rahim ibunya, dapat lahir dan berkembang sebagai manusia dewasa. Adalah suatu ironi
untuk membayangkan bahwa kita manusia berasal dari fetus yang bukan manusia. Logika
sendiri sesungguhnya mengatakan, bahwa apa yang akan bertumbuh menjadi manusia layak
disebut sebagai manusia.
Dasar Kitab Suci
1. Kitab suci juga mengajarkan bahwa manusia sudah terbentuk sebagai manusia sejak
dalam kandungan ibu:
Yes 44:2: Beginilah firman TUHAN yang menjadikan engkau, yang membentuk
engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau
Allah sendiri mengatakan telah membentuk kita sejak dari kandungan, artinya, sejak
dalam kandungan kita sudah menjadi manusia yang telah dipilih-Nya.
Ayb 31: 15: Bukankah Ia, yang membuat aku dalam kandungan, membuat orang
itu juga? Bukankah satu juga yang membentuk kami dalam rahim?
Ayub menyadari bahwa ia dan juga orang-orang lain telah diciptakan/ dibentuk oleh
Allah sejak dalam kandungan.
Yes 49, 1,5: .TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah
menyebut namaku sejak dari perut ibuku. Maka sekarang firman TUHAN, yang
membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk
mengembalikan Yakub kepada-Nya
Nabi Yesaya mengajarkan bahwa Allah telah memanggilnya sejak ia masih di dalam
kandungan (sesuatu yang tidak mungkin jika ketika di dalam kandungan ia bukan
manusia).
2. Kitab Suci mengajarkan bahwa setiap kehidupan di dalam rahim ibu adalah ciptaan yang
unik, yang sudah dikenal oleh Tuhan:

Yer 1:5: Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau,
Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.
Mazmur 139: 13, 15-16: Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,
menenun aku dalam kandungan ibuku. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu,
ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian
bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari
padanya.
Gal 1:15-16: Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku
dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di
dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi,
maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia
Luk 1:41-42: Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang
di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus lalu berseru,
Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
Di dalam kisah ini, Yohanes Pembaptis yang masih berada dalam kandungan Elisabet
dapat melonjak gembira pada saat mendengar salam Maria. Lalu Elisabet-pun
mengucapkan salam kepada Maria dan kepada Yesus yang ada dalam kandungan
Bunda Maria sebagai buah rahim-nya. Tentulah ini menunjukkan bahwa kehidupan
janin di dalam kandungan sudah menunjukkan kehidupan seorang manusia, yang
sudah dapat turut melonjak karena suka cita, dan layak untuk diberkati sebagai
manusia. Janin di dalam kadungan bukan hanya sekedar sepotong daging/ fetus tanpa
identitas. Sejak di dalam kandungan, Allah telah membentuk kita secara khusus,
memperlengkapi kita dengan berbagai sifat dan karakter tertentu agar nantinya dapat
melakukan tugas-tugas perutusan kita di dunia.
3. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk memperhatikan dan mengasihi saudara-saudari
kita yang terkecil dan terlemah, sebab dengan demikian kita melakukannya untuk Kristus
sendiri.
Mat 25:45: sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah
seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.

Aborsi yang pada akhirnya membunuh janin, entah di dalam atau di luar kandungan,
adalah tindakan pembunuhan yang bertentangan dengan perintah Yesus untuk
memperhatikan dan mengasihi saudari-saudari kita yang terkecil dan terlemah.
4. Kitab Suci menuliskan bahwa kita tidak boleh membunuh, atau jika mau dikatakan
dengan kalimat positif, kita harus mengasihi sesama kita.
Kel 20: 13; Ul 5:17; Mat 5:21-22; 19:18: Jangan membunuh.
Mat 22:36-40; Mrk 12:31; Luk 10:27; Rom 13:9, Gal 5:14: Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri
1 Yoh 3:15 Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh
manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki
hidup yang kekal di dalam dirinya.
Jika di dunia ini mulai banyak kampanye untuk melindungi binatang-binatang,
(terutama binatang langka), maka adalah suatu ironi, jika manusia

malahan

melakukan aborsi yang membunuh sesama manusia, yang derajatnya lebih tinggi dari
binatang. Apalagi jika aborsi dilegalkan/ diperbolehkan secara hukum. Maka menjadi
suatu ironi yang mengenaskan: ikan lumba-lumba dilindungi mati-matian, tetapi bayibayi manusia dimatikan dan tidak dilindungi.
Suatu permenungan: seandainya kita adalah janin itu, tentu kitapun tak ingin ditusuk
dan dipotong-potong sampai mati. Maka, jika kita tidak ingin diperlakukan demikian,
janganlah kita melakukannya terhadap bayi itu. Atau, kalau kita mengatakan bahwa
kita mengimani Kristus Tuhan yang hadir di dalam mahluk ciptaan-Nya yang terkecil
itu, maka sudah selayaknya kita tidak menyiksanya apalagi membunuhnya! Kita
malah harus sedapat mungkin memeliharanya dan memperlakukannya dengan kasih.
5. Kitab Suci menuliskan, bahwa jika kita tidak peduli akan nasib saudara-saudari kita yang
lemah ini, kita sama dengan Kain, yang pura-pura tidak tahu nasib saudaranya sendiri.
Kel 4: 9 Firman Tuhan kepada Kain, Di mana Habel adikmu itu? Ia (Kain)
menjawab, Aku tidak tahu. Padahal tidak mungkin ia tidak tahu sebab Kain
sendirilah yang memukul Habel adiknya hingga ia mati (lih. Kel 4:8).

Adalah suatu fakta yang memprihatinkan, yang menyangkut Presiden Barrack Obama
yang terkenal oleh kebijakannya memperbolehkan aborsi. Pada suatu kesempatan
dalam wawancara tanggal 16 Agustus 2008 (pada saat itu ia masih menjadi senator
Illinois), ia ditanya oleh Pastor Rick Warren, Jadi kapan menurut anda seorang bayi
memperoleh hak azasinya? Ini adalah pertanyaan yang menyangkut iman dan
bagaimana iman itu bekerja dalam hati nurani dan kebijaksanaan sang (calon)
Presiden. Namun sayangnya jawaban Obama adalah, Answering that question with
specificity, you know, is above my pay grade. (Menjawab pertanyaan itu dengan
detailnya, kamu tahu, itu melampaui batas gaji/ penghasilan saya). Suatu jawaban
yang kelihatan sangat enteng untuk pertanyaan yang sangat serius. Ini sungguh mirip
dengan jawaban Kain, Aku tidak tahu. Padahal, tentu bukannya tidak tahu, tetapi
lebih tepatnya tidak mau tahu. Sebab fakta science dan bahkan akal sehat
sesungguhnya telah begitu jelas menunjukkan kapan manusia terbentuk sebagai
manusia.
Alkitab menunjukkan dan bahkan ilmu pengetahuan membuktikan bahwa kehidupan
manusia berawal dari masa konsepsi. Satu sel ini kemudian berkembang menjadi
janin yang sungguh sudah berbentuk manusia, walaupun masih di dalam kandungan.
DNA dan keseluruhan 46 kromosom terbentuk saat konsepsi. Jantung janin telah
berdetak di hari ke-18, keseluruhan struktur syaraf terbentuk di hari ke- 20. Di hari ke
42, semua tulang sudah lengkap, gerak refleks sudah ada. Otak dan semua sistem
tubuh terbentuk di minggu ke-8. Semua sistem tubuh berfungsi dalam 12 minggu.
Hanya orang yang menutup diri terhadap semua fakta ini dapat berkata, aku tidak
tahu kapan kehidupan manusia dimulai, dan apakah janin itu seorang manusia atau
bukan.
Pengajaran Bapa Gereja
1. Didache: Pengajaran dari kedua belas Rasul (80- 110)
Mungkin tak banyak orang mengetahui bahwa larangan aborsi sudah berlaku sejak abad
ke-1. Dalam Didache, yang merupakan katekese moral, aborsi dan mungkin juga
kontrasepsi (yang dikatakan dalam istilah magic atau drug).
2. Konsili Elvira (305) dan Konsili Ancyra (314) mengecam aborsi.
3. Beberapa Bapa Gereja yang mengajarkan larangan aborsi:

- The Apocalypse of Peter (ca. 135)


- Tertullian (c.160-240)
- Athenagoras (d. 177)
- Minucius (3rd Century AD)
Pengajaran Magisterium Gereja Katolik
Maka, Magisterium Gereja Katolik dengan teguh menjunjung tinggi kehidupan manusia dan
menentang aborsi, karena memang demikianlah yang sudah diajarkan oleh para rasul dan
diimani Gereja sepanjang sejarah.
1. Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes 27, Selain itu apa saja yang berlawanan dengan
kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang mana pun juga, penumpasan suku,
pengguguran (aborsi), eutanasia atau bunuh diri yang disengaja; apa pun yang melanggar
keutuhan pribadi manusia, . apa pun yang melukai martabat manusia, seperti kondisikondisi hidup yang tidak layak manusiawi, pemenjaraan yang sewenang-wenang,
pembuangan orang-orang, perbudakan, pelacuran, perdagangan wanita dan anak-anak muda;
begitu pula kondisi-kondisi kerja yang memalukan, sehingga kaum buruh diperalat sematamata untuk menarik keuntungan. itu semua dan hal-hal lain yang serupa memang
perbuatan yang keji. Dan sementara mencoreng peradaban manusiawi, perbuatan-perbuatan
itu lebih mencemarkan mereka yang melakukannya, dari pada mereka yang menanggung
ketidak-adilan, lagi pula sangat berlawanan dengan kemuliaan Sang Pencipta.
2. Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, Humanae Vitae 13 mengutip Paus Yohanes XXIII
mengatakan, Hidup manusia adalah sesuatu yang sakral, dari sejak permulaannya, ia
secara langsung melibatkan tindakan penciptaan oleh Allah. Maka manusia tidak
mempunyai dominasi yang tak terbatas terhadap tubuhnya secara umum; manusia tidak
mempunyai dominasi penuh atas kemampuannya berkembang biak justru karena pemberian
kemampuan berkembang biak itu ditentukan oleh Allah untuk memberi kehidupan baru, di
mana Tuhan adalah sumber dan asalnya.
Dalam surat ensiklik yang sana Paus Paulus VI juga menyebutkan kedua aspek perkawinan
yaitu persatuan (union) dan penciptaan kehidupan baru (pro-creation). Maka usaha interupsi/
pemutusan terhadap proses generatif yang sudah berjalan, dan terutama, aborsi yang dengan

sengaja diinginkan, meskipun untuk alasan terapi, adalah mutlak tidak termasuk dalam
cara-cara yang diizinkan untuk pengaturan kelahiran..
3. Congregation for the Doctrine of the Faith, Declaration on Procured Abortion: (18
November 1974), nos 12-13, AAS (1974), 738:
from the time that the ovum is fertilized, a life is begun which is neither that of the father
nor the mother; it is rather the life of a new human being with his own growth. It would never
be made human if it were not human already. This has always been clear, and modern
genetic science offers clear confirmation. It has demonstrated that from the first instant there
is established the programme of what this living being will be: a person, this individual
person with his characteristic aspects already well determined. Right from fertilization the
adventure of a human life begins, and each of its capacities requires time-a rather lengthy
time-to find its place and to be in a position to act.
Karena hidup manusia dimulai saat konsepsi/ fertilisasi, maka manusia harus dihormati dan
diperlakukan sebagai manusia sejak masa konsepsi dan karenanya, sejak saat konsepsi, hakhaknya sebagai manusia harus diakui, terutama haknya untuk hidup.
4. Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, Evangelium Vitae menekankan bahwa Injil
Kehidupan (the Gospel of Life) yang diterima Gereja dari Tuhan Yesus sebenarnya telah
menggema di hati semua orang. Setiap orang yang terbuka terhadap kebenaran dan kebaikan
akan mengenali hukum kodrat yang tertulis di dalam hatinya (lih. 2:14-15) tentang kesakralan
kehidupan manusia dari sejak awal mula sampai akhirnya; dan dengan demikian dapat
mengakui adanya hak dari setiap orang untuk dapat hidup. Sesungguhnya atas dasar
pengakuan akan hak untuk hidup inilah setiap komunitas manusia dan komunitas politik
didirikan.
Paus Yohanes Paulus II kemudian menyebutkan adanya hubungan yang dekat antara
kontrasepsi dan aborsi. Kontrasepsi menentang kebenaran sejati tentang hubungan suami
istri, sedangkan aborsi menghancurkan kehidupan manusia. Kontrasepsi menentang
kebajikan kemurnian di dalam perkawinan, sedangkan aborsi menentang kebajikan keadilan
dan merupakan pelanggaran perintah Jangan membunuh. Maka keduanya sebenarnya
berasal dari pohon yang sama, berakar dari mental hedonistik yang tidak mau menanggung
akibat dalam hal seksualitas, berpusat pada kebebasan yang egois, yang menganggap procreation sesuatu beban untuk pencapaian cita-cita/ personal fulfillment.

Paus Yohanes Paulus II menyebutkan mentalitas sedemikian mendorong bertumbuhnya


culture of death di dalam masyarakat, yang pada dasarnya menentang kehidupan. Dalam
mentalitas ini, bayi/ anak-anak maupun orang tua yang sakit-sakitan dianggap sebagai
beban sehingga muncullah budaya aborsi dan euthanasia. Suatu yang sangat menyedihkan!
Padahal seharusnya, manusia memilih kehidupan seperti yang diperintahkan Allah, Pilihlah
kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi
Tuhan Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut kepada-Nya. (Ul 30:19-20).
Efek-efek negatif dari aborsi
Tidak mengherankan, karena aborsi adalah perbuatan yang menentang hukum alam
dan hukum Tuhan, maka tindakan ini membawa akibat- akibat negatif, terutama kepada ibu
dan ayah bayi, maupun juga kepada para pelaku aborsi dan masyarakat umum, terutama
generasi muda, yang tidak lagi melihat kesakralan makna perkawinan.
Ibu yang mengandung bayi, terutama menanggung akibat negatif, baik bagi fisik
maupun psikologis, yaitu kemungkinan komplikasi fisik, resiko infeksi, perdarahan, atau
bahkan kematian. Selanjutnya, penelitian dalam Journal of the National Cancer Institute di
Amerika juga menunjukkan wanita yang melakukan aborsi meningkatkan resiko 50% terkena
kanker payudara. Sebab aborsi membuat terputusnya proses perkembangan natural payudara,
sehingga jutaan selnya kemudian mempunyai resiko tinggi mengalami keganasan.
Selanjutnyapun kehamilan berikutnya mempunyai peningkatan resiko gagal 45%, atau
komplikasi lainnya seperti prematur, steril, kerusakan cervix.
Di atas semua itu adalah tekanan kejiwaan yang biasanya dialami oleh wanita- wanita
yang mengalami aborsi. Tekanan kejiwaan ini membuat mereka depresi, mengalami
kesedihan yang berkepanjangan, menjadi pemarah, dikejar perasaan bersalah, membenci diri
sendiri, bahkan sampai mempunyai kecenderungan bunuh diri. Menurut studi yang diadakan
oleh David Reardon yang memimpin the Elliot Institute for Social Sciences Research di
Springfield Illinois (di negara Obama menjadi senator): 98% wanita yang melakukan aborsi
menyesali tindakannya, 28% wanita sesudah melakukan aborsi mencoba bunuh diri, 20%
wanita post-aborsi mengalami nervous breakdown, 10% dirawat oleh psikiatris.
Ini belum menghitung adanya akibat negatif dalam masyarakat, terutama generasi
muda. Legalisasi aborsi semakin memerosotkan moral generasi muda, yang dapat
mempunyai kecenderungan untuk mengagungkan kesenangan seksual, ataupun memikirkan

kepentingan diri sendiri, tanpa memperhitungkan tanggung jawab. Suatu mentalitas yang
sangat bertentangan dengan ajaran Kristiani.
Bagi yang telah melakukan aborsi
Paus Yohanes Paulus II dengan kebapakan mengatakan bahwa Gereja menyadari
bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan seorang wanita melakukan aborsi. Gereja
mengajak para wanita yang telah melakukan aborsi untuk menghadapi segala yang telah
terjadi dengan jujur. Perbuatan aborsi tetap merupakan perbuatan yang sangat salah dan dosa,
namun juga janganlah berputus asa dan kehilangan harapan. Datanglah kepada Tuhan dalam
pertobatan yang sungguh dalam Sakramen Pengakuan Dosa. Percayakanlah kepada Allah
Bapa jiwa anak yang telah diaborsi, dan mulai sekarang junjunglah kehidupan, entah dengan
komitmen mengasuh anak-anak yang lain, atau bahkan menjadi promotor bagi banyak orang
agar mempunyai pandangan yang baru dalam melihat makna kehidupan manusia. Anjuran ini
juga berlaku bagi para dokter, petugas medis atau siapapun yang pernah terlibat dalam
tindakan aborsi, entah dengan menganjurkannya ataupun dengan melakukan/ membantu
proses aborsi itu sendiri. Semoga semakin banyak orang dapat melihat kejahatan aborsi,
sehingga tidak lagi mau melakukannya.
Kesimpulan
Pengajaran Alkitab dan Gereja Katolik menyatakan, Kehidupan manusia adalah
sakral karena sejak dari awalnya melibatkan tindakan penciptaan Allah. Kehidupan, seperti
halnya kematian adalah sesuatu yang menjadi hak Allah, dan manusia tidak berkuasa untuk
mempermainkannya. Perbuatan aborsi menentang hukum alam dan hukum Allah, maka tak
heran, perbuatan ini mengakibatkan hal yang sangat negatif kepada orang-orang yang terlibat
di dalamnya. Aborsi adalah tindakan pembunuhan manusia, walaupun ada sebagian orang
yang menutup mata terhadap kenyataan ini. Gereja Katolik tidak pernah urung dalam
menyatakan sikapnya yang pro-life/ mendukung kehidupan, sebab, Gereja menghormati
Allah Pencipta yang memberikan kehidupan itu. Tindakan melindungi kehidupan ini
merupakan bukti nyata dari iman kita kepada Kristus, yang adalah Sang Hidup (Yoh 14:6)
dan pemberi hidup itu sendiri.
Mari, di tengah-tengah budaya yang menyerukan kematian/ culture of death, kita
sebagai umat Katolik dengan berani menyuarakan kehidupan/ culture of life. Mari kita
melihat di dalam setiap anak yang lahir, di dalam setiap orang yang hidup maupun yang

meninggal, gambaran kemuliaan Tuhan Pencipta yang telah menciptakan manusia sesuai
dengan gambaran-Nya. Dengan demikian, kita dapat menghormati setiap orang, dan
memperlakukan setiap manusia sebagaimana mestinya demi kasih dan hormat kita kepada
Tuhan yang menciptakannya.
Mari bersama kita mewartakan Injil Kehidupan, yang menyatakan kepenuhan
kebenaran tentang manusia dan tentang kehidupan manusia. Semoga kita dapat memiliki hati
nurani yang jernih, sehingga kita dapat mendengar seruan Tuhan untuk memperhatikan dan
mengasihi sesama kita yang terkecil, yakni mereka yang sedang terbentuk di dalam rahim
para ibu. Sebab Yesus bersabda, Apa yang kau lakukan terhadap saudaramu yang paling
kecil ini, engkau lakukan untuk Aku (lih. Mat 25:45).

Sumber:
- https://andosipayung.wordpress.com/2013/12/28/mengapa-gereja-katolikmelarang-aborsi/
- CB. Kusmaryanto, Tolak Aborsi: Budaya Kehidupan Versus Budaya Kematian (Yogyakarta: Kanisius,
2005)

Anda mungkin juga menyukai