Anda di halaman 1dari 1

Pandangan Etika Morol Gereja Katolik dalam menanggapi persoalan stem sel embrio

Stem sel pada manusia kiranya amat jelas bahwa gereja katolik menolak segala macam bentuk
pembunuhan terhadap manusia (sekalipun manusia itu masih dalam tahap embrio). Dengan demikian,
sikap gereja amat jelas akan menolak teknologi human embryonic stem cell karena didapatkan dengan
dengan membunuh embrio. Hal ini dapat disamakan dengan pelanggar moral sebagaimana terjadi
dalam tindakan aborsi. Sikap gereja katolik berkaitan dengan kloning pun senada dengan penolakannya
terhadap teknologi human embryonic stem cell. Dengan jelas cloning pada manusia telah mengingkari
martabat prokreasi dan keunikan identitas manusia sebagai pribadi yang bermartabat di hadapan Allah.
Beberapa sikap gereja katolik tersebut didasarkan pada pokok-pokok ajaran tentang hidup dan martabat
manusia yang adalah seorang pribadi, sebagai berikut:

Dasar Alkitab mengenai human embryonic stem cell

Salah satu sumber inspirasi iman, sikap moral dan etika gereja katolik adalah Alkitab. Bagi gereja katolik,
Alkitab merupakan refleksi iman terhadap Allah yang mau terlibat dalam sejarah keselamatan manusia
di dalam Yesus Kristus. Dalam setiap langkah hidupnya, gereja katolik selalu dihidupi oleh refleksi iman
tersebut yang akan menghantar setiap umat beriman kepada pengalaman akan Allah yang sungguh-
sungguh terlibat dalam hidup dan sejarah keselamatan manusia. Dalam menanggapi persoalan-
persoalan duniawi pun, gereja tertuang dalam alkitab. Melalui Alkitab pula umat katolik diajak untuk
semakin mau mendengarkan intisari kehendak Tuhan dalam hidup ini, termasuk ketika menanggapi
persoalan-persoalan etis tentang perkembangan teknologi manusia.

Dalam menanggapi persoalan tentang human embryonic stem cell dan cloning pada manusia, Marion L.
Soard mengajak untuk melihat dasar-dasar Alkitab yang melarang keras tindakan pembunuhan terhadap
manusia (termasuk ketika manusia itu masih dalam bentuk embrio).

Kejadian 1:2, teks berikut merupakan dasar dari iman katolik terhadap indahnya kehidupan. Dalam teks
tersebut terungkap bahwa Allah menciptakan segala sesuatu. Oleh para pendukung peneliti human
embryonic stem cell, ayat ini digunakan sebagai salah satu alas bahwa teknologi dan penelitian tentang
human embryonic stem cell ini juga atas prakarsa Allah. Allah memberi kemampuan kepada manusia
untuk membuat kehidupan manusia ini semakin baik, termasuk menciptakan human embryonic stem
cell demi tujuan kemanusiaan. Namun kerangka pikir tentu tidak benar. Jika menelaah lebih dalam, “
segala sesuatu diciptakan oleh Allah”, maka manusia yang masih berwujud embrio pun adalah

Anda mungkin juga menyukai