Anda di halaman 1dari 12

Gereja Senantiasa Mengutuk Aborsi

oleh: Romo William P. Saunders *

Saya berselisih pendapat dengan seorang teman tentang ajaran Gereja mengenai aborsi. Menurutnya Gereja tidak menentang aborsi hingga abad ke-20; sebaliknya saya mengatakan bahwa Gereja senantiasa menentang aborsi. Apakah pendapat saya benar? ~ seorang pembaca di Leesburg Gereja Katolik Roma tak henti-hentinya mengutuk aborsi - yang secara langsung dan terencana mencabut nyawa bayi yang belum dilahirkan. Pada prinsipnya, umat Kristen Katolik percaya bahwa semua kehidupan adalah kudus sejak dari masa pembuahan hingga kematian yang wajar, dan karenanya mengakhiri kehidupan manusia yang tidak bersalah, baik sebelum ataupun sesudah ia dilahirkan, merupakan kejahatan moral. Gereja mengajarkan, Kehidupan manusia adalah kudus karena sejak awal ia membutuhkan 'kekuasaan Allah Pencipta' dan untuk selama-lamanya tinggal dalam hubungan khusus dengan Penciptanya, tujuan satu-satunya. Hanya Allah sajalah Tuhan kehidupan sejak awal sampai akhir: tidak ada seorang pun boleh berpretensi mempunyai hak, dalam keadaan mana pun, untuk mengakhiri secara langsung kehidupan manusia yang tidak bersalah (Donum vitae, 5). Hormat terhadap kudusnya kehidupan dalam rahim berakar dari kekristenan bangsa Yahudi. Peradaban bangsa Yahudi kuno jauh berbeda dari peradaban bangsa-bangsa sekitarnya di Palestina di mana pembunuhan bayi, persembahan korban bayi dan aborsi merupakan hal biasa, dan dalam beberapa kasus merupakan hal yang lazim. Bagi bangsa Yahudi pada masa itu dan bagi bangsa Yahudi Orthodoks hingga sekarang ini, semua kehidupan manusia adalah ciptaan Tuhan yang dengan daya cipta-Nya menciptakan anak dalam rahim ibunya dan membentuknya tahap demi tahap hingga mencapai kepenuhan hidupnya. Pewahyuan dalam Perjanjian Lama yang diwarisi dan diterima Gereja

memberikan bukti nyata bahwa kehidupan dalam rahim dianggap kudus. Musa menyatakan, Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu: Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang. Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu. Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar. (Ul 28:2-6). Malaikat mengatakan kepada ibu Simson, Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir. (Hak 13:5). Ayub menyatakan, Bukankah Ia, yang membuat aku dalam kandungan, membuat orang itu juga? Bukankah satu juga yang membentuk kami dalam rahim? (Ayb 31:15). Dalam Mzm 139:13 kita berdoa, Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Perjanjian Lama juga memberikan kesaksian bagaimana Tuhan telah memberikan tanda secara istimewa kepada masing-masing pribadi untuk suatu peran kepemimpinan yang penting sejak saat pertama kehidupan mereka. Nabi Yesaya memaklumkan, Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsabangsa yang jauh! TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku. Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya. Ia berfirman kepadaku: `Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.' Tetapi aku berkata: `Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna; namun, hakku terjamin pada TUHAN dan upahku pada Allahku.' Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya - maka aku dipermuliakan di mata TUHAN, dan Allahku menjadi kekuatanku! (Yes 49: 1-5). Demikian juga Nabi Yeremia mengenangkan, Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: `Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsabangsa.' (Yer 1:4-5). Sesudahnya beberapa tafsiran para rabi mengijinkan pengecualian dalam aborsi, namun demikian tidak ada pembenaran yang pasti atau yang berlaku umum. Pada dasarnya, ajaran Yahudi menjunjung tinggi kekudusan hidup bayi yang belum dilahirkan. Peradaban Greco-Romawi, pada jaman Kristus dan jaman mulai berkembangnya kekristenan, mengijinkan aborsi dan pembunuhan bayi-bayi. Menurut hukum Romawi, aborsi maupun pembunuhan bayi tak ada bedanya sebab seorang bayi tidak memiliki status hukum hingga ia diterima oleh pater familias, kepala

keluarga; sebelum diterima, seorang bayi bukanlah seorang pribadi dan dengan demikian diperkenankan dibinasakan. Di beberapa wilayah dalam Kekaisaran Romawi, aborsi dan pembunuhan bayi-bayi begitu lazim hingga tingkat kelahiran berada di bawah angka nol. (Sungguh menyedihkan bahwa sebagian besar negara Eropa menghadapi masalah serupa sekarang ini karena kontrasepsi dan aborsi). Sementara itu, kaum Kristiani tetap menjunjung tinggi kekudusan hidup bayi yang belum dilahirkan, bukan saja karena pewahyuan seperti yang disampaikan dalam Perjanjian Lama, tetapi juga karena misteri inkarnasi. Umat Kristen perdana, hingga sekarang kita pun juga, percaya bahwa Maria mengandung dari kuasa Roh Kudus, dan melalui dia, Yesus Kristus - pribadi kedua dalam Tritunggal Mahakudus, sesuai rencana Bapa, sungguh Allah - menjadi sungguh manusia. Tak seorang pun Kristen yang saleh akan menyangkal bahwa Yesus adalah sungguh manusia yang hidupnya dikuduskan sejak dari saat pertama perkandungan-Nya dalam rahim Bunda-Nya, Santa Perawan Maria. Kisah kunjungan Maria kepada Elisabet - saudarinya, lebih mempertegas kekudusan hidup dalam rahim dan adanya pribadi dalam diri bayi yang belum dilahirkan: Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: `Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.' (Luk 1:39-45). Seturut wahyu, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dengan penekanan khusus pada misteri inkarnasi, Gereja Katolik Roma mengutuk praktek aborsi. Beberapa contoh ajaran dalam rentang waktu tiga ratus tahun pertama sejak berdirinya Gereja meliputi yang berikut ini: Didache (Ajaran dari Keduabelas Rasul, thn 80 M) menegaskan, Engkau tidak boleh melakukan abortus dan juga tidak boleh membunuh anak yang baru dilahirkan. Surat Barnabas (thn 138) juga mengutuk aborsi. Athenagoras (thn 177) dalam tulisannya Pembelaan Atas Nama Umat Kristen (suatu pembelaan terhadap paham kafir) menegaskan bahwa umat Kristen menganggap para wanita yang menelan ramuan atau obat-obatan untuk menggugurkan kandungannya sebagai para pembunuh; ia mengutuk para pembunuh anak-anak, termasuk anak-anak yang masih ada dalam rahim ibu mereka, di mana mereka telah menjadi obyek penyelenggaraan ilahi. Tertulianus (thn 197) dalam Apologeticum menegaskan hal serupa, mencegah kelahiran adalah melakukan pembunuhan; tidak banyak bedanya apakah orang membinasakan kehidupan yang telah dilahirkan ataupun melakukannya dalam tahap yang lebih awal. Ia yang bakal manusia adalah

manusia. Pada tahun 300, Konsili Elvira, suatu konsili gereja lokal di Spanyol, mengeluarkan undang-undang khusus yang mengutuk aborsi (Kanon 63). Setelah pengesahan kekristenan pada tahun 313, Gereja tetap mengutuk aborsi. Sebagai contoh, St. Basilus dalam sepucuk suratnya kepada Uskup Amphilochius (thn 374) dengan tegas menyatakan ajaran Gereja: Seorang wanita yang dengan sengaja membinasakan janin haruslah diganjari dengan hukuman seorang pembunuh dan Mereka yang memberikan ramuan atau obat-obatan yang mengakibatkan aborsi adalah para pembunuh juga, sama seperti mereka yang menerima racun itu guna membunuh janin. Begitu banyak contoh dapat disebutkan, tetapi poin utamanya adalah Gereja Katolik Roma sejak dari awal secara terus-menerus menjunjung tinggi kekudusan hidup dari bayi yang belum dilahirkan dan mengutuk tindakan aborsi langsung (abortus langsung, artinya abortus yang dikehendaki baik sebagai tujuan maupun sebagai sarana, KGK No. 2271). Menentang ajaran ini berarti menyangkal ilham Kitab Suci dan Tradisi kristiani. Kita, sebagai umat Kristen Katolik, patut berdoa demi berubahnya hati nurani umat manusia dan dengan gagah berani mengajarkan, mempertahankan serta membela kekudusan hidup manusia, teristimewa bayi-bayi tak dilahirkan yang tak berdaya dan tak bersalah.

Aborsi : Tinjauan Medis, Hukum dan Agama (Katolik)

Minggu ini, dunia kedokteran Indonesia dikejutkan dengan merebaknya berita tentang praktek aborsi seorang dokter di Jakarta. Seorang janin yang belum pernah melihat dunia, harus meregang nyawa tanpa tahu apa salah dan dosanya melankolis gak?Berita ini mengingatkan saya pada kejadian sekitar 2 minggu yang lalu. Alkisah, saat itu matahari tlah digantikan bulan. Jam sudah menunjukkan pkl.20.00, berhubung tidak ada kegiatan koas a.k.a kepaniteraan klinik seperti jaga , kerja tugas, atau hal-hal lain maka saat itu mode santai on. Ceritanya, lagi menikmati acara tv- sudah lupa waktu itu nonton apatiba-tiba Kringkring - sebuah nomor yang tidak saya kenal melakukan panggilan ke hp saya. Saya angkat dan mulailah percakapan. Inti dari percakapan itu, ternyata dia teman SMA yang sedang dalam kesulitan. Seorang temannya sudah hamil a.k.a mengandung a.k.a bunting a.k.a berbadan dua sudah 2 bulan. Berhubung mekanisme terjadinya badan dua itu tidak sesuai hukum alias akibat pergaulan bebas maka teman saya itu bertanya apakah saya mengenal seorang yang bisa melakukan tindakan aborsi terhadap temannya itu. Menurut penuturan dia, seorang telah memberikan dia suatu obat yang setelah saya cek di MIMS ternyata obat yang dikontraindikasikan bagi wanita hamil. Dugaan saya, orang yang memberikannya berharap supaya kandungannya itu rupture atau terjadi aborsi. Namun, ternyata si obat gak mempan. Berhubung, teman wanita teman saya ini sudah kepepet takut ketahuan orang tua dan keluarganya maka dia berencana aborsi. Untungnya

tidak ada orang yang saya kenal berpraktek aborsi. Akhir dari percakapan itu, saya sarankan bahwa teman wanitanya itu sudah sekali berbuat dosa, daripada berbuat dosa lagi lebih baik memperbaiki kesalahan itu dan bertanggung jawab atas perbuatan yang dia lakukan. Kejadian di atas,benar-benar nyata tidak dibuat-buat. mode= case close

HmHmHm mode serious abiz Sebenarnya aborsi itu apa? Apa alasan orang melakukan aborsi? Apa benar aborsi melanggar hukum? Apa? Mengapa? Bagaimana?Kapan? Siapa?Di mana? tapi itulah yang akan dibahas. mode serious on

Apa

itu

abortus

Dari buku kapita selekta kedokteran disebutkan bahwa abortus adalah suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram, sementara aborsi adalah suatu tindakan melakukan abortus. Secara umum, abortus ada 2 yaitu , abortus spontan dan abortus buatan atau abortus provocatus. Abortus spontan adalah mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi. Sementara abortus buatan adalah suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar. Abortus provocatus dibagi menjadi dua, yaitu abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus criminalis . Pembagian lain abortus menurut keadaan janin yang sudah dikeluarkan berupa abortus komplit, abortus inkomplet, abortus insipiens, abortus iminens, dan missed abortion. Bagaimana proses aborsi terjadi ? Menurut Dokter Boyke, praktik aborsi dilakukan dengan beberapa macam teknik. Pertama, teknik adilatasi dan kuret. Sebuah alat dimasukkan untuk memperlebar lubang leher rahim. Kemudian, janin yang hidup itu dilepaskan dari dinding rahim, dicabik kecil-kecil menggunakan alat yang tajam, dan dibuang ke luar. Kedua, teknik sunction. Teknik ini dilakukan dengan memasukkan sebuah tabung ke dalam rahim yang menyedot janin ke luar. Janin tercabik menjadi potongan kecil dan dimasukkan ke dalam sebuah botol. Ketiga, teknik salt poisoned. Cara ini dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu, ketika sudah cukup banyak cairan yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantong anak sehingga sulit

memasukkan

alat

karena

ruang

gerak

bayi

semakin

menyempit.

Keempat, teknik histerotomi. Pengguguran bayi dilakukan ketika kandungan berumur lebih dari enam bulan. Cara ini menggunakan sebuah alat bedah yang dimasukkan melalui dinding perut. Bayi kecil itu kadang langsung dibunuh dengan menggunakan teknik pil bunuh (Pil Roussell-Uclaf/RU-486). Kelima, teknik prostaglandin, yang merupakan cara terbaru. Teknik ini menggunakan bahanbahan kimia yang mengakibatkan rahim ibu mengerut sehingga bayi yang hidup itu mati dan terdorong keluar.

Apa

dasar

hukum

aborsi

Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut : Pasal 346 : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 349 : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara. 2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara. 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan

atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.

Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
yakni harus memenuhi anasir sebagai berikut : a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenagan; c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. Dalam Katekismus Gereja Katolik, aborsi dijelaskan dalam bagian 2270 2275. --> boleh liat langsung di sini

Apa

bahaya

dari

aborsi

Aborsi sangat mungkin berimplikasi negatif bagi perempuan yang pernah melakukannya. Mereka akan menderita beberapa penyakit kanker. Seperti, kanker payudara, kanker leher rahim, kanker indung telur, kanker hati, infeksi rongga panggul atau yang disebut pelvic inflammatory disense atau endometrosis. Mereka juga akan mengalami kelainan pada ari-ari yang disebut placenta previa, yang akan menyebabkan cacat pada anak dan perdarahan hebat pada saat kehamilan atau tidak memiliki anak lagi secara permanen atau ecotopic pregnancy. Mereka akan mengalami post abortion syndrome (PAS) atau mimpi buruk. Aborsi merupakan sesuatu yang sangat disayangkan ,namun kenyataannya banyak orang di luaran melakukannya. Bahkan menurut data, setiap tahunnya kurang lebih 50 juta wanita di dunia melakukan aborsi dan sekitar 40%nya dilakukan secara illegal.

Alkitab tidak pernah secara khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah mengenai aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum Dia membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran 21:22-25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh. Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristiani, aborsi bukan

hanya sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6). Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang Kristiani dalam hal aborsi adalah, Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau hubungan seks antar saudara.. Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara, apakah membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat saja diberikan untik diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak atau anak tsb dapat dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum karena perbuatan jahat ayahnya. Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang Kristiani dalam hal aborsi adalah, Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?. Pertama-tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena mereka tidak mau merusak tubuh mereka daripada perempuan yang melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kedua, mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin. Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap pasangan yang menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka buat. Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah pengaturan kelahiran secara retroaktif. Perempuan dan/atau pasangannya memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada harus bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari manusia dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya. Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit diampuni dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua dosa apapun dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau laki-

laki yang mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus.

AJARAN AGAMA
Pada prinsipnya, umat Kristen Katolik percaya bahwa semua kehidupan adalah kudus sejak dari masa pembuahan hingga kematian yang wajar, dan karenanya mengakhiri kehidupan manusia yang tidak bersalah, baik sebelum ataupun sesudah ia dilahirkan, merupakan kejahatan moral. Gereja mengajarkan, Kehidupan manusia adalah kudus karena sejak awal ia membutuhkan kekuasaan Allah Pencipta dan untuk selama-lamanya tinggal dalam hubungan khusus dengan Penciptanya, tujuan satu-satunya. Hanya Allah sajalah Tuhan kehidupan sejak awal sampai akhir: tidak ada seorang pun boleh berpretensi mempunyai hak, dalam keadaan mana pun, untuk mengakhiri secara langsung kehidupan manusia yang tidak bersalah. Seturut wahyu, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dengan penekanan khusus pada misteri inkarnasi, Gereja Katolik Roma mengutuk praktek aborsi. Beberapa contoh ajaran dalam rentang waktu tiga ratus tahun pertama sejak berdirinya Gereja meliputi yang berikut ini: Didache (Ajaran dari Keduabelas Rasul, thn 80 M) menegaskan, Engkau tidak boleh melakukan abortus dan juga tidak boleh membunuh anak yang baru dilahirkan. Surat Barnabas (thn 138) juga mengutuk aborsi. Athenagoras (thn 177) dalam tulisannya Pembelaan Atas Nama Umat Kristen (suatu pembelaan terhadap paham kafir) menegaskan bahwa umat Kristen menganggap para wanita yang menelan ramuan atau obat-obatan untuk menggugurkan kandungannya sebagai para pembunuh; ia mengutuk para pembunuh anak-anak, termasuk anakanak yang masih ada dalam rahim ibu mereka, di mana mereka telah menjadi obyek penyelenggaraan ilahi. Tertulianus (thn 197) dalam Apologeticum menegaskan hal serupa, mencegah kelahiran adalah melakukan pembunuhan; tidak banyak bedanya apakah orang membinasakan kehidupan yang telah dilahirkan ataupun melakukannya dalam tahap yang lebih awal. Ia yang bakal manusia adalah manusia. Pada tahun 300, Konsili Elvira, suatu konsili gereja lokal di Spanyol, mengeluarkan undang-undang khusus yang mengutuk aborsi (Kanon 63).

Setelah pengesahan kekristenan pada tahun 313, Gereja tetap mengutuk aborsi. Sebagai contoh, St. Basilus dalam sepucuk suratnya kepada Uskup Amphilochius (thn 374) dengan tegas menyatakan ajaran Gereja: Seorang wanita yang dengan sengaja membinasakan janin haruslah diganjari dengan hukuman seorang pembunuh dan Mereka yang memberikan ramuan atau obat-obatan yang mengakibatkan aborsi adalah para pembunuh juga, sama seperti mereka yang menerima racun itu guna membunuh janin. Poin utamanya adalah Gereja Katolik Roma sejak dari awal secara terus-menerus menjunjung tinggi kekudusan hidup dari bayi yang belum dilahirkan dan mengutuk tindakan aborsi langsung (abortus langsung, artinya abortus yang dikehendaki baik sebagai tujuan maupun sebagai sarana). Menentang ajaran ini berarti menyangkal ilham Kitab Suci dan Tradisi kristiani. Kita, sebagai umat Kristen Katolik, patut berdoa demi berubahnya hati nurani umat manusia dan dengan gagah berani mengajarkan, mempertahankan serta membela kekudusan hidup manusia, teristimewa bayi-bayi tak dilahirkan yang tak berdaya dan tak bersalah.

TANGGAPAN GEREJA
Gereja Katolik merupakan satu-satunya lembaga keagamaan yang dengan lantang menentang aborsi. Untuk Gereja Katolik, aborsi adalah pembunuhan atas manusia tak berdosa dan yang dalam dirinya tak bisa membela diri. Maka sangat jelas bahwa Gereja Katolik mengerti tindakan mengaborsi bukanlah hak azasi melainkan sebaliknya adalah kejahatan azasi. Hak azasi dalam pengertian Gereja Katolik selalu mengarah kepada kehidupan dan bukan kepada kematian. Aborsi adalah suatu tindakan yang mengarah pada kematian dan hanya dilakukan oleh orang yang mencintai kematian. Paus Benedictus XVI dalam kunjungannya ke Austria, dengan tegas mengumandangkan kembali ajaran Gereja bahwa aborsi adalah dosa besar dan aborsi sama sekali bukan hak azasi. Pernyataan Paus tersebut disambut gembira oleh pencinta kehidupan dan di lain pihak disambut dengan protes keras oleh para pencinta kematian. Sebab memang kata-kata Johannes Paulus II, sangatlah benar, beliau mengatakan bahwa zaman ini sangat diwarnai oleh budaya kematian (the culture of death). Manusia atas nama kesenangan yang sifatnya sangat sementara dan sangat egois mengorbankan kehidupan.

Dalam Gereja Katolik, aborsi hanya layak dibenarkan dalam dua kasus dilematis berikut: kasus dilematis pertama, yakni situasi dimana jelas bahwa janin akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran. Dan kasus dilematis kedua, yakni situasi dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan. Bahkan dalam kasus kedua itu beberapa ahli moral masih meragukan apakah hidup ibu selalu layak lebih diutamakan dibandingkan dengan hidup janin. Jikalau ada kelainan pada janin, Gereja tetap tidak memperbolehkan adanya aborsi. Gereja hanya menerima kedua kasus dilematis yang tadi telah dijelaskan. Kecuali kalau kelainan itu mengakibatkan masalah dilematis seperti diatas tadi. Jikalau seseorang menjadi korban pemerkosaan, dan ia takut kalau anak yang dilahirkannya dilecehkan oleh masyarakat, ia tetap tidak boleh melakukan tindakan aborsi. Tetapi Gereja akan membantu menyiapkan proses kematangan jiwa sang ibu misalnya melalui pendampingan oleh para suster sehingga sang ibu mau melahirkan anak dan membatalkan niat pengguguran. Gereja menyiapkan mental/kejiwaan si korban perkosaan melalui pendampingan (konseling) yang bisa dilakukan oleh pastor dan suster.

KESULITAN GEREJA
Gereja Katolik saat ini masih kesulitan untuk mengatasi masalah aborsi yang masih tinggi. Diantaranya seperti sebuah kebijakan-kebijakan Negara, dimana Negara tersebut masih memperbolehkan diadakannya aborsi. Dalam perintah Allah yang ke-5 berbunyi Jangan Membunuh, gereja masih bertanya-tanya, dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah ini masih berlaku? Dan kalau kita melihat konteksnya, maka perintah ini ditujukan untuk manusia. Dan sekarang yang menjadi masalah utama adalah tentang status fetus/janin itu sendiri;

Apakah fetus atau janin itu manusia atau bukan? Syarat apakah yang harus dimiliki sesuatu supaya dapat dianggap seorang manusia, jelasnya supaya memiliki hak hidup?

Jika kita menganggap bayi yang belum dilahirkan bukan manusia, tetapi hanya benda, kapankah fetus itu dapat menikmati statusnya sebagai seorang manusia atau pribadi?

Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka Abortus tidak dapat dicap sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat diselesaikan, tetapi jika itu adalah manusia yang sedang mengalami proses pertumbuhan secara kontiniu, maka ini jelas merupakan suatu pembunuhan.

Anda mungkin juga menyukai