Anda di halaman 1dari 13

SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR

2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
Sesi Pembuka (Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong)
Setiap kali membicarakan manusia, di dalam jiwa kita, maka kita selalu merasa ada tanggung
jawab yang berat. Siapakah manusia? Dari mana manusia? Mengapa manusia ada di sini? Dan
kemanakah manusia? Mungkinkah pertanyaan sepenting ini mungkinkah dijawab oleh manusia?
Tidak. Pertanyaan ini pernah muncul dari siapa? Plato, Sokrates, Philo, Origen, Agustinus,
sampai kepada zaman skolastisisme sampai Aufklarung, tidak ada satu pemikir yang memahami
pertanyaan ini. Namun, semua pemikir pertanyaan ini tidak ada orang yang memiliki jawaban
yang sama. Siapakah yang memberikan jawaban yang tepat? Orang Kristen bersyukur kepada
Tuhan karena bagaimanapun kita melebihi siapapun di dalam dunia ini karena wahyu Tuhan.
Hanyalah Tuhan yang memberikan jawaban tepat kepada manusia, karena Ia rela memberikan
petunjuk dan jaminan kekal dan bahagia untuk manusia. Itu sebab, jikalau kita tidak meminta
jawaban dari Allah, maka tidak akan mengerti hal yang sebesar ini. Hidup manusia ada sumber
dan asal usulnya. Hidup manusia ada akibat dan destinasi atau tujuan terakhirnya. Ini berbeda
dengan binatang, karena binatang dicipta dari materi sementara dan tujuan hidup sementara,
setelah itu menjadi kosong atau tidak bereksistensi lagi. Tetapi, manusia bukan seperti ini.
Manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah, dari kalimat ini mengisi rahasia yang tidak
mungkin kita ketahui dari hidup binatang dan sebagainya. Dalam istilah peta dan teladan Allah
ini mengajak kita untuk mengenal siapa Tuhan dan siapa manusia. Mati bukan selesai,
melainkan menikmati apa yang sudah disiapkan bagi jiwa kita yang dibentuk bagi kekekalan
bersama dengan Tuhan selama-lamanya. Agama memiliki fungsi untuk melakukan ini, tetapi
hanya di dalam Kristus saja kita bisa mencapai ini.

Sesi 1 (Pdt. David Tong. Ph.D.) (Manusia sebagai Makhluk Dikotomi)


Matius 10:28, 1 Korintus 7:34 menggambarkan bagaimana manusia dibubuhi komposisi tubuh
dan jiwa. Sama seperti manusia, binatang juga memiliki roh (Pengkhotbah 3:21). Jehovah, juga
menggambarkan diri-Nya, dengan jiwa (Yesaya 42:1, Ibrani 10:38). Alkitab dari depan sampai
belakang menyatakan jiwa atau roh adalah sama artinya. Kemudian, apa implikasinya manusia
sebagai makhluk dikotomi? Pertama, ada kesatuan tubuh dan jiwa/roh. Kematian, sementara
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
saja, adalah keadaan abnormal existence bagi manusia. Namun, manusia juga memiliki
kekebalan tubuh. Kedua, pengertian yang baru atas Kejadian 2:7 (band. Kejadian 2:19). Ayat ini
tidak ada perbedaan kata “ruakh” yang dipakai Pengkhotbah 3:21. Bila hewan juga memiliki
hewan/roh, maka Kejadian 2:7 tidak harus dimengerti sebagai Allah pertama kali baru
memberikan jiwa/roh kepada manusia. Kemudian, Kejadian 2:7 ada kata “hidup”, bukan hidup
secara biologis, melainkan manusia menjadi makhluk covenant (perjanjian). Oleh karena itu,
dosa (Kejadian 2:16-17), terjadi “mati”, bukan berhenti nafas saja, melainkan terputusnya
hubungan covenant, maka terjadi kematian rohani. Soteriologi Reformed mengatakan bila
manusia berdosa berarti manusia terjadi mati rohani (Total Depravity), maka keselamatan berarti
kebangkitan rohani (Sola Gratia dan Sola FIde). Bandingkan ini dengan Efesus 2:1, 5.

Ada tiga teori asal usul jiwa manusia. Pertama, pre-existence. Mereka percaya Allah telah
menciptakan jiwa/roh seluruh manusia yang ada dan akan ada dan menyatukan jiwa/roh tersebut
bersama dengan tubuh manusia ketika tubuh manusia terbentuk. Dalam sejarah gereja, Origen
adalah pelopornya. Kedua, creationism. Allah menciptakan (tanpa pengantara/secondary causes)
jiwa/roh seluruh manusia pada saat tubuh manusia terbentuk. Ketiga, traducianism. Allah
menciptakan (dengan pengantara/secondary causes) jiwa/roh seluruh manusia pada saat tubuh
manusia terbentuk. Ketiganya adalah teori penciptaan allah atas jiwa/roh. Ada beberapa kesulitan
dari semua teori penciptaan manusia. Pertama, pre-existence. Manusia bisa eksis sebelum ada
kelahiran, maka mereka memisahkan tubuh dari jiwa/roh. Kedua, creationism, selain jiwa/roh,
apakah Allah masih melakukan penciptaan (immediate/tanpa secondary causes) saat inI?
Bagaimana dengan Kejadian 2:22? Mereka sulit karena Allah berhenti pada hari ketujuh. Mereka
juga menjadikan jiwa/roh lebih penting daripada tubuh. Padahal sel sperma dan sel telur yang
memungkinkan terjadinya embrio. Mungkin teori ini masuk dari sisa-sisa pemikiran Platonism.
Ketiga, traducianism. Apakah berarti tidak ada perbedaan antara penciptaan tubuh dan jiwa/roh?
Apakah jiwa/roh manusia terbagi-bagi, terbentuk dari bagian jiwa/roh dari ayah + jiwa/roh dari
ibu?
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
Lantas, bagaimana dengan Kristus? Kristus sama seperti kita semua kecuali Ia tidak berdosa.
Menurut Alkitab, menurut daging, Kristus adalah keturunan Daud (Roma 1:3). Kristus dan dosa
asal Adam, Ia tidak memiliki dosa asal dari Adam. Dari ketiga teori penciptaan, ada beberapa
kesulitan. Pertama, pre existence memiliki kesulitan yaitu bagaimana dengan tubuh Kristus yang
adalah keturunan orang berdosa? Creationism, Kristus tidak memiliki dosa awal Adam karena
jiwa/roh manusia-Nya baru diciptakan ketika tubuh Kristus ada. Namun kesulitannya adalah
bagaimana tubuh Kristus yang adalah keturunan manusia? Traducianism memiliki kesulitan,
yaitu mungkinkah Yesus tidak memiliki dosa asal Daud? Kita harus memahami pengertian dosa
asal dalam teologi Reformed. Pertama, bukan diturunkan karena hubungan darah. Kalau dosa
asal diturunkan, maka celaka sekali bagaimana dengan status kebenaran kita? Kedua, konsep
perwakilan, yaitu semua manusia diwakilkan oleh Adam pertama atau Adam kedua dan yang
terakhir (Roma 5:12). Ketiga, traducianism tidak menjadikan Kristus otomatis mewarisi dosa
asal Adam, walau jiwa/roh dan tubuh adalah keturunan Daud. Ada dua pengakuan iman untuk
ini. Pengakuan Iman Konstantinopel, “Bagi kita manusia dan untuk keselamatan kita Dia turun
dari sorga, dan oleh Roh Kudus DIa berinkarnasi menjadi manusia melalui anak dara Maria”.
Pengakuan Iman Westminister 8.3 “ Tuhan Yesus, di dalam natur manusia-Nya, yang telah
disatukan sedemikian rupa dengan natur ilahi-Nya, telah dikuduskan dan diurapi dengan Roh
Kudus, di atas segalanya (above measure)...” Keempat, imputasi vs infusi. Dosa kita
diimputasikan (diperhitungkan) kepada Kristus (gereja Katolik Roma) vs kebenaran Kristus
diimputasikan kepada kita (Reformed).

Mengapa traducianism? Pertama, ada beberapa dukungan Alkitab. Allah telah menyelesaikan
pekerjaan penciptaan-Nya (Kejadian 2:2). Penciptaan Hawa berbeda dengan Adam, Tuhan tidak
menghembuskan nafas (Kejadian 2:23 “dari Adam”). Penciptaan hewan juga tidak menerima
hembusan nafas Tuhan (Kejadian 2:19), tetapi menerima roh. Kedua, penekanan doktrin
concursus (sama-sama bekerja sama) dalam doktrin Reformed. Penulisan Alkitab adalah first
author (Allah) dan secondary authors (manusia). Allah menetapkan siapa yang akan
diselamatkan (predestinasi) dan tanggung jawab kita untuk mengabarkan Injil. Providensi Allah
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
melalui hukum hukum alam (Matius 5:45). Penciptaan Allah melalui apa yang telah Allah
ciptakan (Kejadian 1:11, 12, 21, 24, 25) (“according to its kind/their kinds'') dan ini melawan
teori common descent Darwinismem, yaitu Tuhan tidak perlu menciptakan segala binatang dan
spesies dan dapat bertumbuh melalui berdasarkan jenisnya. Ultimate vs Proximate causes (Amsal
16:33, Kisah Para Rasul 1:24-26). Ketika para rasul membuang undi untuk mencari pengganti
Yudas, maka mereka percaya bahwa ini adalah pilihan Kristus walau Ia sudah terangkat ke
Surga. Ketiga, Pengakuan Iman Westminister 5.3, “Allah, di dalam pemeliharaan-Nya yang
biasa, menggunakan cara-cara (means), namun DIa bebas untuk melakukan cara-cara dalam
secondary means.” Keempat, lebih memungkinkan kita menikmati Tuhan. Pemeliharaan
(providensi) Tuhan melalui secondary causes. Tangan TUhan yang masih terus bekerja, bahkan
dalam hal-hal yang biasa.” John Calvin mengatakan, “Kalau Allah menarik sedikit tangannya
saja, maka semua akan jatuh.”

Sesi 2 (Pdt. Edward Oei) (Creationism)


Dari tiga teori penciptaan, paling tidak ada empat posisi orang Kristen, yaitu pre-existence,
creationism, traducianism, dan ada satu lagi. Namun sebagai orang Reformed, kita memegang
tiga posisi ini kecuali pre-existence. Saat ini, kita akan membahas Creationism. Memikirkan
manusia sangatlah penting, karena tujuan dibelakangnya yang mempengaruhi bagaimana kita
hidup dan memutuskan segala sesuatu di dalam hidup. Orang Yahudi cenderung membicarakan
manusia sebagai manusia. Ketika para pemazmur mengatakan, “Pujilah Tuhan hai jiwaku”, ini
berarti seluruh manusia memuji. Creationism mengambil dari dua ayat, Kejadian 2:18 dan 1:28,
manusia tidak baik sendiri dan harus beranak cucu dan bertambah banyak. Inilah nasib manusia.
Di sinilah mulai permasalahannya, yaitu dari mana jiwanya? Perjanjian kerja, ketika Allah
memberikan mandat kepada manusia, Bavinck memberikan dua gambaran manusiai, yaitu
naturalisme, melihat kisah perjanjian kerja di baca dari sesuatu yang natural di dalam bekerja,
dan supranaturalisme, melihat segala sesuatu dengan urusan Allah/supranatural. Maka, Bavinck
melihat bagaimana kedua ini, baik natural maupun supranatural, saling berkaitan di dalam
perjanjian dengan Allah. Ada bagian manusia di dalamnya. Ketika Abraham berumur 75 tahun,
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
Allah memberikan kabar dan berjanji kepadanya bahwa Abraham akan memiliki anak dan
keturunannya seperti pasir di laut. Saat itu, Abraham dan Sarah tidak bisa memiliki anak secara
biologi. Ketika Allah berjanji, Abraham dan Sara harus mencoba/mengerjakannya di dalam janji
Tuhan. Ketika manusia memiliki tubuh dan jiwa, dua wilayah yang berbeda menjadi satu
keutuhan manusia di dalam dirinya. Ketika kita berbicara nasib kita, maka dalam perjalanan
hidup kita adalah menuntut pertanggungjawaban secara indirectly dan directly kepada Tuhan.

Maka, creationism akan menjawab bahwa jiwa dan tubuh ini menuntut pertanggungjawaban
langsung kepada Allah. Ada tiga sisi argumen creationism. Pertama, tentang hukum penciptaan.
Kejadian 2:7, kaum creationism membaca bahwa manusia dibentuk dari debu tanah dan
hembusan nafas Allah. Bukan hanya berbicara manusia hanya bisa hidup dari Allah, melainkan
karena karya Allah secara langsung, melalui hembusan nafas-Nya, membuat manusia menjadi
hidup. Kejadian 2:21-23, ada sesuatu yang diracik. Di dalam seluruh kisah penciptaan, bahkan di
dalam penciptaan manusia, Musa tidak menulis darimana nyawanya Hawa. Tubuhnya dibentuk
secara berbeda saja. Adam dari debu tanah dan Hawa dari tulang dan daging Adam. Kedua,
kesaksian Alkitab. Pengkhotbah 12:7, ia memisahkan bagaimana tubuh dan nyawa kembali.
Sumber nyawa manusia adalah Allah. Yesaya 57:16, istilah “nafas kehidupan” sama seperti
istilah “nesyamah”, yaitu yang memberikan nafas kehidupan ini kepada manusia, sehingga ini
ada pada manusia yang dibuat oleh Allah. Zakharia 12:1, ini merupakan ayat yang paling
penting, karena Allah menciptakan roh manusia di dalam diri manusia dan dikaitkan bagaimana
kisah penciptaan Allah di dalam bumi. 1 Petrus 4:19, di sini digambarkan Allah sebagai pencipta
atau perancang jiwa tanpa ada pembedaan Adam dengan manusia lainnya. Ketiga, penalaran.
Ketika kita melihat penalaran, semua jiwa memiliki nasib yang sama. Diciptakan dan memiliki
esensi yang sama. Sama-sama memiliki pre-existing matter, yaitu dari tanah kembali ke tanah.
Jiwa manusia akan kembali kepada Allah. Ini yang menjadikan manusia memiliki nasib sama
secara total, dari Adam sampai Kristus datang kedua kalinya. Secara penalaran, kita memiliki
sumber dan esensi yang sama, memiliki kesamaan total sebagai manusia. Tiga argumentasi ini
membawa kepada suatu kehidupan yang berbeda.
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan

Kita tahu antara tubuh dan jiwa sama di hadapan Tuhan, namun ada perbedaan tingkatan atau
ordonya. Nyawa memiliki ordo lebih tinggi daripada tubuh. Yesus mengatakan bahwa yang lebih
penting adalah nyawa daripada apa yang bisa membunuh tubuh. Dari tiga argumen, ada kesulitan
yang dilontarkan kepada kaum creationism. Kejadian 2:3, “pekerjaan penciptaan” memiliki kata
“bara”. Allah tidak berhenti bekerja, bukan yang baru, melainkan yang Allah masih kerjakan
sampai hari ini. Ada dua pertanggungjawaban secara tubuh dan jiwa, namun ketika dua ini
dibenturkan, yaitu nyawa lebih penting daripada tubuh, karena nyawa berelasi dari Allah dan
kembali kepada Allah. Jiwa memiliki nilai kekekalan, sedangkan tubuh ini adalah tubuh yang
Allah kutuk, dari tanah yang Allah kutuk. Di dalam inilah, hidup berhati-hati dan
pertanggungjawaban di hadapan Allah. Posisi keempat, yaitu kaum yang tidak mau memilih
creationism ataupun traducianism. Bukan karena ada kelemahan, melainkan karena ada
keindahan di keduanya. Agustinus merupakan salah satunya yang kesulitan memilih. Di dalam
sejarah banyak hamba Tuhan yang tidak memilih. Mereka tidak memilih karena tahu keduanya
namun sulit memilih. Mereka terus bergumul bahkan sampai di akhir hidupnya mereka.

Sesi 3 (Pdt. Johanis Putratama Kamuri)


Kejadian 2:7, tema SPIK ini adalah tema yang sangat menarik. Karena kalau dari mana kita
datang dan kemana kita akan pergi, maka kita akan tahu bagaimana mempertanggungjawabkan
hidup kita di hadapan Tuhan. Dalam Kejadian 2:7, Calvin menafsirkan dan melihat bagaimana
bagian terakhir ada sesuatu yang menggerakan manusia. Namun, ketika ada tulisan “makhluk
yang hidup,” ini yang membuat manusia sama seperti makhluk hidup yang lain. Namun, Calvin
menafsirkan bahwa kita harus mengasumsikan keadaan yang jauh lebih tinggi dan mulia dari
makhluk lain walaupun sama seperti makhluk hidup yang lain. Fakta bahwa ia satu sisi seperti
makhluk lain, namun ia memiliki kemuliaan yang tidak ada pada makhluk lain. Victor Hamilton
menafsirkan bahwa Yahweh menghembuskan nafas hidup kepada hidung manusia, yaitu kata
“nesyamah”, dan kata ini dipakai Tuhan dan manusia. Kata ini tidak disebut kepada makhluk lain
dan menjadi prinsip penentu keunikan manusia dengan ciptaan lain. Ia adalah manusia yang
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
memperoleh hidup karena Allah. Herman Bavinck menyatakan, “Sorga dan bumi, natural dan
spiritual, di dalamnya terwujud di dalam diri manusia.” Inilah gambar dan rupa Allah, karena
manusia sangat serupa dengan Allah. Ada dua hal yang ditekankan di sini. Pertama, kondisi
manusia ketika tercipta dalam relasi intim dengan Tuhan. Ada perjanjian ketika Allah
menghembuskan nafasnya. Ia tercipta dalam relasi intim dengan Tuhan. Kedua, manusia
memiliki kekekalan. Ia memiliki kaitan dengan bumi dan Surga. Mati tidak menjadikan diri kita
menjadi nihil meskipun ada kondisi abnormal setelah kejatuhan, yaitu tubuh dan jiwa terpisah.
Kenapa? Karena manusia tercipta di dalam kondisi unik dan kekekalan. Ia memiliki hasrat yang
berbeda dengan ciptaan lain yang berhubungan dengan biologis, kebutuhan hidup, dan seksual.
Mazmur 42:2 menceritakan ini. Apa yang Bavinck katakan sangatlah penting, karena ketika
Kristus berinkarnasi, Ia memiliki tubuh dan jiwa yang sama seperti manusia dan ketika Kristus
datang kedua kalinya, bumi dan Surga bersatu dan Kristus ada di sana. Tubuh menjadi instrumen
jiwa.

Apa konsekuensinya? Pertama, semua aktivitas manusia apapun, ia terkait dengan Allah yang
menciptakan kita dan seharusnya kita berkait di dalam suatu perjanjian dengan-Nya. Karena di
dalam diri manusia bersatu yang kelihatan dan tidak kelihatan, maka urusan makan bersifat
spiritual, bukan hanya masalah bersifat bertahan hidup. Hanya dengan satu urusan saja. Tuhan,
untuk menentukan suatu makan bagi manusia, memberikan interpretasi kepada manusia untuk
mana yang harus di makan dan tidak di makan. Tindakan adalah benar jika sesuai dengan
interpretasi Tuhan. Jiwa menghadirkan kita di dalam kondisi demikian. Benar berarti sesuai
dengan perintah firman Tuhan. Semua aktivitas manusia sesederhana itu berkaitan dengan Surga
dan harus dipersembahkan sebagai hal yang terbaik dan berkenan kepada Tuhan. Kedua, dengan
ada jiwa dalam tubuh terbatas, dimungkinkan hidup melampaui tubuh yang ada pada hari ini dan
mengantisipasi masa depan. Tubuh ini tidak bisa kembali 10 tahun yang lalu, namun kita bisa
mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan. Kita akan melihat ini pada orang-orang
yang agung dan besar, yaitu mereka yang belajar dari sejarah dan menata hidupnya pada hari ini.
Alkitab mengajak kita, Roma 6:13, untuk menjadi senjata kebenaran, bukan senjata kelaliman.
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
Tuhan memberikan jiwa, kemampuan untuk berpikir, dan memahami kebenaran. Kita belajar
kebenaran di dalam alam semesta ini, seharusnya jiwa dan hati kita mencintai kebenaran dan
menjadi kekuatan untuk menggunakan tubuh kita sebagai senjata kebenaran. Bukankah jika kita
memahami ini, maka kita menjadi orang yang sadar untuk belajar dari sejarah dan
mengantisipasi apapun di masa depan? Ketiga, membuat manusia melampaui kematian secara
jasmaniah. Ini bukan berarti kita tidak akan mati secara lahiriah atau menaklukkan kematian
seperti Kristus lakukan, melainkan kematian tidak menghentikan jiwa kita. Setelah kematian
terjadi, jiwa tetap ada. Dalam kitab Wahyu, kapasitas jiwa itu ada ketika mereka berdoa kepada
Tuhan dan meminta keadilan terjadi atas kehidupan para martir. Ini kondisi yang abnormal,
namun ketika Kristus datang kembali, maka jiwa dan tubuh akan disatukan kembali.

Lukas 16:22-23, orang kaya diberkati Tuhan namun gagal. Mungkin ia bangsawan karena
memakai pakaian ungu atau ahli taurat, atau mungkin orang farisi yang memahami taurat tapi
tidak menjalankannya. Dalam PB, orang yang memahami firman harus membuka tangannya.
Sampai mati, dicatatlah penguburannya dan tidak menjalankan tugas sederhana. Bukan hanya
berhubungan natural, namun spiritual juga. Maka, Allah menempatkan dia di alam maut. Ia
memahami penderitaan di Neraka. Berbeda dengan Lazarus, ia ditempatkan di pangkuan
Abraham. Apa itu pangkuan Abraham? Setidaknya ada dua hal, yaitu persekutuan yang dekat
bagaikan dipangkuan ayah (Yohanes 1:18) dan kedekatan antara tamu dan tuan pesta dalam
sebuah perjamuan. Dosa merusak semua ini dan dimunculkan dalam orang kaya ini.
Kebahagiaan, ketenangan, dan sukacita kekal di dalam tangan Allah, bukankah ini harapan
semua manusia? Kita semua menginginkan “Rest In Peace,” kematian dengan tenang. Namun
dalam ayat yang sama, kematian itu bukan akhir, hanya kita akan berjalan dua tempat, neraka,
yaitu tempat bagi orang yang di dalam hidupnya melawan Allah, atau surga, yaitu tempat di
mana Allah memberikan anugerah kepada umat-Nya. Kita pasti menginginkan surga karena kita
diciptakan dengan Allah dan menginginkan persatuan “muka dengan muka” dengan Allah. Dan
hanya melalui satu jalan untuk ini, yaitu di dalam Kristus. Surga dan bumi disatukan di dalam
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
Kristus dan tersalib bagi kita. Firman adalah alat anugerah yang Tuhan berikan untuk mengenal
Kristus dan memimpin kita kepada nasib terakhir kita, yaitu kerajaan Surga.

Sesi 4 (Pdt. Ivan Kristiono) (“Faculty of Soul: Intellect, Will and Akrasia”)
Luther setuju pada traducianism dan Calvin memegang creationism. Ada tiga teori mengenai
kesatuan tubuh dan jiwa, yaitu teori dualisme (teori yang dipegang Rene Descartes, jiwa dan
tubuh terpisah), anthropological monism (teori yang dipegang Berkauhower, Anthony Hoekema,
John Frame, jiwa dan tubuh bersatu, misalnya Roma 12 “persembahkanlah tubuhmu”), dan
duality (mengakui kesatuan tubuh dan jiwa, tetapi mengakui tubuh dan jiwa bisa dibedakan dan
dua substansi yang berbeda). Di dalam duality, Matius menjelaskan bahwa Yesus menyuruh
untuk kita takut pada yang membunuh jiwa, bukan tubuh. Di dalam karya Calvin, dalam umur 25
tahun, judulnya “Psychopannychia” atau jiwa yang tidur dan ini melawan Anabaptis, yaitu ketika
tubuh mati dan jiwa kembali kepada Tuhan, maka jiwa dalam kondisi tertidur. Calvin
menjelaskan bahwa jiwa dalam keadaan aktif. Ia membahas kisah Lazarus dengan orang kaya
(ada percakapan) dan ada teriakan permohonan akan keadilan dalam kitab Wahyu.

Jiwa itu memiliki faculties. Dalam dunia Yunani kuno ada dua filsafat, yaitu self-deception dan
akrasia. Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Secara klasik, jiwa dibagi menjadi dua faculties,
yaitu understanding (intelect, logic) dan will (love, longing, desire, heart, affection). Cakvin
mengatakan, “... that human soul consists of two faculties, understanding and will”
(Institutio.1.15.7). Kita bisa membedakan understanding dan will. Misalnya, seorang pria mau
menikah dengan seorang wanita dengan beberapa deskripsi yang ia inginkan. Suatu hari ia
bertemu dengan deskripsi yang sangat berbeda, namun ia ingin menikah. Blaise Pascal
mengatakan, “Hati memiliki logikanya sendiri.” Kita bisa membedakannya di dalam pengalaman
sehari-hari seperti contoh sebelumnya. Kalau kedua ini bisa dibedakan, walau bisa disatukan,
mana yang lebih utama? Tujuan utama jiwa, menurut Agustinus, yaitu untuk mengenal Tuhan (to
know God) dan mengasihi Tuhan (to love God).
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
Ada dua kutub di sini, yang antara yang mengatakan intellect atau will lebih utama. Posisi
pertama adalah intelektualis. Ini adalah kubu yang mempercayai bahwa intelek lebih utama
daripada kehendak dalam pengambilan keputusan. Tokohnya adalah Socrates, Plato, Aristoteles,
Stoik, dan Thomas Aquinas. Orang intelektualis mempercayai sebuah rantai, yaitu reason
mempengaruhi emotion, emotion mempengaruhi action, dan action mempengaruhi habit. Ini
diterapkan terapi bagi jiwa oleh kaum Stoik. Epikuros, bukan pengikut Stoik, mengajarkan
empat macam obat bagi jiwa. Kelihatan ini adalah cara yang baik, namun apakah metode ini
mutlak untuk setiap keadaan. Kita ke posisi kedua, yaitu voluntarist. Kehendak lebih utama dari
intelek. Kehendak bisa mendorong agen melakukan sesuatu bertentangan dengan
pengetahuannya yang baik. Contoh tokohnya adalah Agustinus, Dun Scotus, dan Pascal. Bukan
hanya dengan satu cara saja jiwa bekerja, dari will bisa bekerja kepada kehendak. Dan ini adalah
kebalikan rantai dari orang intelektualis. Habit/action mempengaruhi emotion dan emotion
mempengaruhi reason. Mulai dari hati sampai kepada reason mengikuti. Salah satu tipe
voluntarisme adalah Agustinian voluntarisme.

Jadi, intelek dan will, knowledge dan love, memiliki objek yang sama, yaitu Tuhan. Knowledge
bisa menjalankan tugasnya dengan baik, jika dituntun oleh cinta. Melalui kasih, manusia dituntut
untuk rendah hati, bertobat, memahami batasan. Maka, dalam batasan ini, fondasinya adalah
will. Agustinus sangat menghormati peran intellect dalam sains, logika dan filsafat. Dia
menggunakan struktur rasional dalam pikiran untuk melawan kaum skeptis. Namun intellect
hanya dapat mengetahui kebenaran dengan tepat, kalau dituntun dan diarahkan oleh love.
Mereka yang misdireksi, harus kembali. Hanya melalui anugerah hal itu terjadi. Pengetahuan
memerlukan arah, dan di situ dibutuhkan disiplin dari diri dan transformasi oleh roh dituntun
oleh kasih. Agustinus memiliki formulanya, yaitu faith seeking understanding. Faith di sini
bukan hanya doktrin, namun juga meliputi penerimaan akan anugerah Tuhan, trust, dependency,
pada Tuhan. Jadi kita cinta, kagum, dan terarah, lalu knowledge menggali di sana. Zaman
modern sayangnya iman hanya dipahami sebagai seperangkat pengetahuan metafisika tentang
dogma.
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan

Kita akan masuk ke dalam pembahasan Akrasia. Semua filsafat moral membicarakan Akrasia.
Ini berarti weakness of will. Lemahnya kontrol diri. Suatu kondisi di mana kita mengetahui
sesuatu yang baik yang harus dilakukan, tetapi kita malah melakukan sebaliknya berlawanan
dengan penilaian kita. Misalnya kita tahu harus hidup jujur, lebih baik mati miskin. Tetapi
nyatanya korupsi. Bagaimana memandang Akrasia ini? Akrasia Socrates dalam teks Plato,
“Protagoras 358), Plato memakai tokoh Socrates sedang berbincang dengan Protagoras. Socrates
mengatakan, di sini, “No one willingly goes to meet evil or what he thinks to be evil. To make
for what one believes to be evil, instead of making for the good, is not, it seems, in human
nature, and when faced wih the choice of two evils, no one will choose the greater when he
might choose the less.” Jadi, tidak ada Akrasia menurutnya, hanya ada ignorance. “As for me, if
I act wrongly at all in the conduct of my life, you may be assured that my error is not voluntary
but due to my ignorance.” Agustinus akan mengatakan will lebih dulu dalam hal ini. Dalam buku
kedua, sebelum Confession, ia menjelaskan dosa ketika mencuri buah pir di taman. Agustinus
tahu bahwa itu jahat dan ia lakukan. Seorang komentator mengatakan, apa yang Agustinus
pikirkan ini tidak masuk akal, namun justru kejahatan itu memang tidak masuk akal. Itu bukan
masalah understanding, tetapi will. Calvin juga akan mengatakan hal yang sama nantinya.
Dorongan berbuat jahat adalah irasional. Jadi, kenapa manusia bisa mengalami akrasia?
Menurutnya, objeknya salah, apakah dia mencintai yang diketahui? Manusia bekerja mengikuti
apa yang ia cintai. Ada keterpecahan kehendak di sini, satu sisi mau melakukan apa yang baik,
satu sisi kita ditarik dari apa yang kita cintai dan baik.

Manusia seharusnya mencintai Tuhan, tetapi ia mengalami kekacauan cinta. Maka, harus menata
cinta (ordo amoris). Mencintai Tuhan seperti mencintai barang, itu salah. Ini menjadi disorder
love/will/life. Harus menata will-nya, yaitu terbuka menerima anugerah Tuhan melalui Kristus.
Pertanyaannya, kalau sudah bertobat, kembali kepada Tuhan, lantas mengapa masih ada akrasia?
Dalam teori jiwa Agustinus, ia akan menjelaskan bahwa itu adalah masalah jiwa. Dalam buku
Confession ke-8, ia mengatakan, “I longed for the same chance (the chance to devote himself to
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
God), but I was bound not with the iron of another’s chains, but by my own iron will. The enemy
held my will, and of it he made a chain and bound me. Because my will was perverse it change
to lust, and lust yielded to become habit, and habit not resisted became necessity. These were like
links hanging one on another-which is why I have called it a chain-and their hard bondage held
me bound hand and foot. The new will which I now began to have, by which I willed enough to
overcome that earlier will rooted deep through the years. My two wills, one old, one new, one
carnal, one spiritual, were in conflict and in their conflict wasted my soul.” Ada dua daya dari
satu jiwa, implikasinya menjadi banyak di dalam pendidikan, terapi jiwa, dan yang lain.

Sesi 4 (Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong


Istilah mengenal Tuhan, itu adalah teologi. Orang Kristen yang bertanggung jawab harus
baik-baik mempelajari firman Tuhan. Kita mudah belajar Tuhan, tetapi sulit mencintai Tuhan. Di
antara mengerti dan mencintai, ada satu jalan yang bernama lembah bayang maut. Betul-betul
mengerti dengan betul-betul mencintai adalah dua hal yang berbeda. Orang-orang farisi seperti
ini, mereka banyak memahami tulisan Musa dan banyak mengajar rakyat. Namun Yesus
menjelaskan bahwa silakan mendengar mereka namun jangan mengikuti jalan hidup mereka.
Kalimat ini menyinggung gejala beragama, pengetahuan yang tidak diikuti cinta kasih. Kalau
kita mencintai Tuhan hanya 2%, maka tidak mungkin sekali kita memahami Tuhan di atas 2%.
To know your God, is theology. Saat mengenal dan mencintai sama-sama bertumbuh dan
seimbang, tidak mungkin kita meninggalkan Tuhan. Kebenaran yang sejati membuat kita lebih
mengerti dan mencintai Tuhan.

Setelah mendengar ketiga teori penciptaan, hanya traducianism atau creationism yang boleh kita
anut. Tidak menjadi masalah jika bimbang dan jangan berdebat antar gereja untuk ini. Selain
mengetahui sumber kita dari mana, kita menuju ke mana? Beda Tuhan, manusia dan binatang,
eksistensi Tuhan menjadi fondasi ciptaan untuk berada. Tidak ada manusia dan binatang yang
tidak dicipta oleh Tuhan. Eksistensi Allah berada pada diri-Nya sendiri dan eksistensi manusia
dan binatang di dalam kerelaan-Nya untuk menopang ciptaan-Nya. Kemudian, eksistensi
SPIK ANTHROPOLOGI 4 - JIWA MANUSIA: ASAL USUL & NASIB TERAKHIR
2023-11-04
Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong & Rekan-rekan
binatang dari ada menjadi tidak ada, sedangkan manusia dari ada menjadi kekal. Allah berada
pada diri, bersandar pada diri, dan tidak pernah tidak berada. Saat sesuatu hidup, semuanya
lengkap pada makhluk itu. Manusia ada permulaan dan tidak ada akhir. Binatang ada permulaan
dan akhir. Allah tidak ada permulaan dan tidak ada akhir. Maka, manusia setelah mati tidak bisa
tidak ada dan tidak dipikirkan. We are immortal being, we can’t die our soul and it will exist
forever and ever. Kita diberikan kekekalan dan kekekalan ditambah dengan keselamatan baru
menjadi hidup kekal. Yesus tidak pernah membahas tentang jiwa manusia ke mana setelah mati
kecuali di dalam kisah orang kaya dan Lazarus, hanya dua saja yaitu ke Surga atau Neraka, tetapi
keduanya adalah kekekalan. Sama-sama kekekalan, tetapi ada pangkuan Abraham atau masuk ke
dalam api. Tubuh dan roh membentuk satu manusia dan dualitas. Abraham mengatakan,
“ingatlah”. Neraka adalah tempat di mana tidak ada pengharapan, pengampunan, cinta kasih,
penyertaan, dan perdamaian dengan Tuhan, hanya ingat melakukan kejahatan ini dan itu. Kita
semua pernah diberi hidup, sedang mengalami hidup, dan diberi kesempatan dengan bebas untuk
mengikuti pimpinan Tuhan atau nafsu seks/kejahatan kita sendiri. Kita sedang melakukan
perjalanan dan menuju hidup kekal di dalam kesenangan atau penyesalan yang tidak habis-habis.
Tema kali ini terlalu serius dan kiranya Tuhan bekerja dalam hati kita supaya setiap orang sadar
dan minta pengampunan dari Tuhan. We are in the choce of with God and His eternal peace or
torture and unending regret.

Anda mungkin juga menyukai