Anda di halaman 1dari 2

Tugas Refleksi SPIK Anthropologi 4

Jiwa Manusia: Asal usul & Nasib Terakhir


Nama: Kezia Rambu Durry
NIM: 232200169
Prodi: Chemical and Food Processing

Sabtu, 04 November 2023

Anthropologi adalah ilmu yang membahas mengenai manusia. Pertanyaan, “Siapa manusia?
Darimana manusia? Kemanakah manusia setelah kematian?” selalu berusaha dijawab oleh banyak
orang namun tidak ada yang dapat menarik kesimpulan selain daripada TUHAN Sang Pencipta yang
memberikan kebenaran bahwa manusia dicipta menurut Peta dan Teladan Allah. Istilah Peta dan
Teladan Allah ini mengajak kita untuk mengenal siapa TUHAN dan siapa manusia. Karena kalau kita
tahu darimana kita datang dan kemana kita pergi, maka kita akan mengetahui bagaimana
mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan TUHAN.
Dalam kitab Matius 10:28 dan 1 Korintus 7:34 dituliskan bahwa manusia terdiri atas jiwa dan
tubuh. Manusia dinyatakan sebagai makhluk dikotomi. Terdapat 3 teori asal usul jiwa manusia.
Pertama, pre-existence yang dipelopori oleh Origen. Teori ini menyatakan bahwa Allah telah
menciptakan jiwa semua manusia dan menyatukan jiwa dengan tubuh ketika tubuh manusia terbentuk
sehingga teori ini menyatakan bahwa manusia bisa eksis sebelum ada kelahiran, maka teori ini
memisahkan tubuh dari jiwa. Teori yang kedua adalah Creationism dimana Allah menciptakan jiwa
seluruh manusia pada saat tubuh manusia terbentuk tanpa perantara/secondary causes. Teori ini
menekankan bahwa antara tubuh dan jiwa sama di hadapan Tuhan, namun ada perbedaan tingkatan
dimana nyawa memiliki ordo lebih tinggi dari tubuh. Disebabkan oleh nyawa berelasi dari Allah dan
kembali kepada Allah. Teori ini mendapatkan kesulitan dalam menjawab apakah selain jiwa, Allah
masih melakukan penciptaan tanpa secondary causes? Sedangkan pada Kejadian 2:22 dikatakan
bahwa Allah berhenti pada hari ketujuh. Tentu tetap ada pemeliharaan Allah atas dunia ciptaan-Nya
namun melewati perantara/representasi Allah di bumi yang adalah manusia itu sendiri. Sehingga ini
merujuk pada teori yang ketiga yaitu Traducianism. Teori ini menyatakan bahwa Allah menciptakan
jiwa seluruh manusia pada saat manusia terbentuk tanpa secondary causes/perantara.
Victor Hamilton menafsirkan bahwa TUHAN menghembuskan nafas hidup kepada hidung
manusia menggunakan kata ‘nesyamah’. Kata ini tidak disebut kepada makhluk lain dan menjadi
prinsip penentu keunikan manusia dari ciptaan lain. Ini menunjukkan kondisi manusia ketika tercipta
ada dalam relasi intim dengan TUHAN, serta manusia memiliki kekekalan. Konsekuensi yang
pertama semua aktivitas manusia terkait dengan Allah yang menciptakan dia. Maka semua aktivitas
manusia bahkan yang paling sederhana-pun berkaitan dengan surga dan harus dipersembahkan
sebagai yang terbaik dan berkenan kepada TUHAN. Konsekuensi kedua adalah dengan adanya jiwa
maka tubuh kita yang terbatas ini dapat kemampuan untuk berpikir dan memahami kebenaran.
Konsekuensi ketiga adalah kematian tidak menghentikan jiwa kita.
Tujuan utama jiwa, menurut Agustinus, yaitu untuk mengenal TUHAN dan mengasihi
TUHAN. Di dalam jiwa ada Intellect dan Will, Knowledge dan Love yang harus memiliki objek yang
sama, yaitu TUHAN. Knowledge perlu arah, perlu transformasi oleh Roh, dituntun oleh Love.
Manusia perlu tahu bahwa kebenaran yang sejati membuat kita lebih mengerti dan mencintai
TUHAN. Faith Seeking Understanding. Faith bukan hanya doktrin namun meliputi penerimaan akan
anugerah TUHAN, trust, dan dependency pada TUHAN.
Bersyukur akan TUHAN sang pemberi hidup kekal, untuk itu manusia perlu
bertanggungjawab dan mengerjakan yang terbaik bagi TUHAN.

Anda mungkin juga menyukai