Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Balita adalah Anak yang berusia 1 tahun sampai usia 5 tahun. Anak pada usia ini
juga disebut anak pra sekolah. Dimana pada usia tersebut seorang anak sibuk dengan
bermacam macam kegiatan atau bermain. Pada masa balita ini seringkali terjangkit
kasus kejang yang diakibatkan oleh panas.

Banyak orang tua atau keluarga yang kurang waspada terhadap timbulnya
kejang akibat demam, sehingga perlu adanya pengetahuan tentang cara mencegah dan
menangani kejang.

Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengambil kasus anak balita dengan
Kejang demam sederhana, dengan harapan penulis dapat memberikan bantuan dan
perawatan sebagai salah satu usaha untuk menolong mengatasi keadaan yang dihapai
pada saat praktek lapangan.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan / keperawatan pada anak balita dengan


kejang demam sederhana diharapkan semua mahasiswa mampu memahami asuhan yang
diberikan pada kasus anak balita dengan KDS.

1.2.2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan / keperawatan pada kasus anak balita


dengan KDS, maka mahasiswa mampu :

1. Melaksanakan pengkajian pada anak balita dengan kejang demam sederhana


2. Mengidentifikasi masalah pada anak balita dengan kejang demam sederhana
3. Mengidentifikasi masalah potensial
4. Menentukan kebutuhan segera
5. Membuat rencana tindakan
6. Melaksanakan tindakan
7. Membuat evaluasi dari hasil tandakan

1
1.3. Manfaat
1.3.1. Mahasiswa

Mahasiswa dapat memahami tentang konsep asuhan pada anak balita dengan kejang
demam sederhana
1.3.2. Bagi Institusi

Institusi dapat memahami sejauh mana mahasiswa akademi kebidanan STIKES


DIAN HUSADA mampu membuat asuhan kebidanan / keperawatan

1.3.3. Bagi Lahan Praktek

Di RSUD Jombang khususnya di ruang anak dapat meningkatkan pelayanan yang


komprehensif

1.4. Metode Penulisan


Di dalam penulisan makalah ini yang digunakan adalah deskriptif dengan
menggunakan study kasus melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut varney,
meliputi : pengumpulan data, identifikasi diagnosa masalah, identifikasi masalah potensial,
identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1.5. Tekhnik Pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah :

1. Wawancara
Yaitu dengan bertanya langsung kepada ibu anak tentang hal hal yang
berhubungan dengan dirinya.

2. Observasi Langsung
Yaitu melalui pengamatan langsung maupun pemeriksaan fisik dengan
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

3. Studi Literatur
Yaitu melalui refrensi dan literature.

4. Studi Dokumen
Yaitu dangan melihat rekam medis.

2
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : TINJAUAN TEORI

BAB III : TINJAUAN KASUS

BAB IV : PEMBAHASAN

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kejang Demam

2.11 Definisi

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan
suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara

Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut
kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

2.1.2 Etiologi

1. Demam itu sendiri

Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.

2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme

3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.

4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati
toksik sepintas.

4
2.1.3 Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat
dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat
proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui
system kardiovaskuler.

Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan
dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.

Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan
didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi
ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial
nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion
diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena
penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion
NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel
maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.

Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat,
kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan
menimbulkan terjadinya asidosis.

5
2.1.4 Manifestasi Klinis

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat :
misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24
jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk
tonik-klonik.

Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul
pertanyaan sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakibatkan anak menderita epilepsy.

untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2 golongan
yaitu :

1. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)

2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off fever

Disub bagian anak FKUI, RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone tersebut setelah
dimanifestasikan di pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam
sederhana, yaitu :

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun

2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit.

3. Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.

6
2.1.5 Klasifikasi

Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat
diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.

1. Kejang Tonik

Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa
kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis
kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan
ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi
lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi
harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena
infeksi selaput otak atau kernikterus

1. Kejang Klonik

Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan
multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 3 detik,
terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh
fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada
bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.

1. Kejang Mioklonik

Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat
anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro.
Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat.
Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.

2.1.6 Diagnosa Banding

Adapun diagnosis banding kejang pada anak adalah gemetar, apnea dan mioklonus nokturnal
benigna.

1. Gemetar

7
Gemetar merupakan bentuk klinis kejang pada anak tetapi sering membingungkan terutama
bagi yang belum berpengalaman. Keadaan ini dapat terlihat pada anak normal dalam keadaan
lapar seperti hipoglikemia, hipokapnia dengan hiperiritabilitas neuromuskular, bayi dengan
ensepalopati hipoksik iskemi dan BBLR. Gemetar adalah gerakan tremor cepat dengan irama
dan amplitudo teratur dan sama, kadang-kadang bentuk gerakannya menyerupai klonik .

b. Apnea

Pada BBLR biasanya pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti napas 3-6 detik dan
sering diikuti hiper sekresi selama 10 15 detik. Berhentinya pernafasan tidak disertai
dengan perubahan denyut jantung, tekanan darah, suhu badan, warna kulit. Bentuk
pernafasan ini disebut pernafasan di batang otak. Serangan apnea selama 10 15 detik
terdapat pada hampir semua bagi prematur, kadang-kadang pada bayi cukup bulan.

Serangan apnea tiba-tiba yang disertai kesadaran menurun pada BBLR perlu di curigai
adanya perdarahan intrakranial dengan penekanan batang otak. Pada keadaan ini USG perlu
segera dilakukan. Serangan Apnea yang termasuk gejala kejang adalah apabila disertai
dengan bentuk serangan kejang yang lain dan tidak disertai bradikardia.

c. Mioklonus Nokturnal Benigna

Gerakan terkejut tiba-tiba anggota gerak dapat terjadi pada semua orang waktu tidur.
Biasanya timbul pada waktu permulaan tidur berupa pergerakan fleksi pada jari persendian
tangan dan siku yang berulang. Apabila serangan tersebut berlangsung lama dapat dapat
disalahartikan sebagai bentuk kejang klonik fokal atau mioklonik. Mioklonik nokturnal
benigna ini dapat dibedakan dengan kejang dan gemetar karena timbulnya selalu waktu tidur
tidak dapat di stimulasi dan pemeriksaan EEG normal. Keadaan ini tidak memerlukan
pengobatan

2.1.7 Pencegahan

1. Pencegahan berulang

a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang

b. Penkes tentang

8
1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran
suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37C)
3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan
jangan menunggu sampai meningkat

4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang


demam bila anak akan diimunisasi.

2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :

a. Baringkan pasien pada tempat yang rata

b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh

c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas

d. Lepaskan pakaian yang ketat

e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Umum terdiri dari :

a. Mengawasi bayi dengan teliti dan hati-hati

b. Memonitor pernafasan dan denyut jantung

c. Usahakan suhu tetap stabil

d. Perlu dipasang infus untuk pemberian glukosa dan obat lain

e. Pemeriksaan EEG, terutama pada pemberian pridoksin intravena

Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila
terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 4 ml/kg BB secara
intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 80
ml/kg secara intravena. Pemberian Ca glukosa hendaknya disertai dengan monitoring
jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai

9
kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak
10 ml per oral setiap sebelum minum susu.

Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg
SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 6 ml.
Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant
dapat muncul.

Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti


hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi
baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang
rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan
anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20
menit.

Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada
BBL dengan alasan

a. Efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya

b. Pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan

c. Zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan
bilirubin dalam darah.

10
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Tanggal MRS : 7 Juli 2012 jam : 06.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 9 Juli 2012 Jam : 14.00 WIB

No. RM : 13 32 10

A. Data Subjektif
1. Biodata

Anak

Nama Anak : An Z

Umur : 18 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Orang tua / wali

Nama : Ny U Nama ayah : Tn M

Umur : 31 tahun Umur : 32 tahun

Agama : Islam Agama : islam

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : buruh tani

Suku/bangsa : Jawa/indonesia Suku/bangsa : jawa/Indonesia

Alamat : diwek Jombang Alamat : Diwek Jombang

2. Keluhan utama

Anak Z kejang tanggal 7 juli 2012 pukul 05.30

3. Riwayat Kesehatan sekarang

11
Anak demam sejak jumat pagi 6 juli 2012, tidak disertai batuk dan pilek. Kemudian diberi
paracetamol sendok teh tetapi masih tetap demam. Tanggal 7 juli 2012 pukul 05.30 anak
mengalami demam tinggi lagi hingga kejang kurang lebih 5 menit. Setelah kejang anak sadar
dan langsung dibawa ke IGD RSUD Jombang karena kondisinya cukup lemas dan pucat. Dan
akhirnya anak dianjurkan untuk rawat inap di paviliun seruni RSUD Jombang. Pasieb BAB 1
kali , BAKnya juga lancar terakhir sejam lalu.

4. Riwaya Kesehatan lalu

Anaknya sering sakit batuk, pilek biasa, anaknya juga pernah mengalami kejang saat suhu
tubuhnya tinggi pada umur 6 bulan .

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit menurun seperti darah tinggi,
kencing manis, tidak ada yang menderita penyakit menular seperti batuk darah.

6. Riwayat Pertukem
a. Pertumbuhan
BB sebelumnya : 9,5 kg
BB sekarang : 10.2 kg
b. Perkembangan

Anak sekarang sudah bisa berjalan sendiri dan sudah bisa berbicara sedikit sedikit

7. Pola nutrisi

Sebelum Sakit : anak makan 3x sehari, setengah porsi orang dewasa, makan dengan nasi, lauk
ikan tempe, telor, tahu, dan sayur

Anak minum ASI setiap 2 jam sekali, dan air putih 5-6 gelas perhari

Selama sakit : anak makan 3 kali sehari, seperempat porsi orang dewasa dengan komposisi
nasi sayur dan lauk.

Anak minum ASI 2 jam sekali

8. Pola Eliminasi

Sebelum sakit : BAB 1x/hari konsistensi lunak, kuning , tidak ada keluhan. BAK 5-6 x/hari

Selama sakit : BAB 1 kali, konsistensi luank, kuning, tidak ada keluahn. BAK 5-6 x/hari

12
9. Pola aktifitas

Sebelum sakit : anak setiap harinya bermain

Selama sakit : anak lebih banyak diam dan tidur

10. Pola Istirahat

Sebelum sakit : siang ( 12.00-14.00) malam ( 20.30-05.00)

Selama sakit : siang ( 12.00-14.00) malam ( 21.00-06.00)

11. Pola kebersihan

Sebelum sakit : anak mandi 2x/hari

Selama sakit : anak tidak dimandikan hanya diseka saja

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : composmentis
TTV
Suhu : 38,3 C
Nadi : 106 x/menit
RR : 28 x/mennit
Status gizi : baik
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

Kepala : bersih, rambut tipis

Muka : sedikit pucat

Mata : simetris, sklera putih, konjungiva merah muda

Telinga: simetris, tidak ada serumen

Hidung : tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung

Leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidaka ada bendungan vena jugularis

Dada : simetris, gerak napas teratur, tidak ada retraksi dada

Abdomen : tidak ada hepatomegali

13
Ekstrimitas : pergerakan aktif, tidak ada kelainan jumlah jari, terpasang infus D5 NS

b. Palpasi

Kepala : tidak teraba benjolan abnormal

Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran tyroid

Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada hepatomegali

Ektrmitas atas bawah : akral hangat

c. Auskultasi

Dada : tidak ada bunyi wheezing dan ronchi

Abdomen : bising usus 20x

3. Pemeriksaan penunjang

Tanggal :8 juli 2012 jam :18.25 WIB

hasil Normal
Hemoglobin 9.5 11,4 17.79 / dl
Lekosit 8.600 4700 10.300 / cmm
Hematokrit 32.0 37 48 %
Eritrosit 5.170.000 L 4,5 5,5 ; P 4 5 jt/ ul
Trombosit 366.000 150.000 350.000 / cmm

Tanggal : 10 juli 2012 jam : 14. 00 WIB

hasil Normal
Hemoglobin 9.4 11,4 17.79 / dl
Lekosit 5.300 4700 10.300 / cmm
Hematokrit 32.,4 37 48 %
Eritrosit 5.130.000 L 4,5 5,5 ; P 4 5 jt/ ul
Trombosit 310.000 150.000 350.000 / cmm

4. Terapi tanggal 7 juli 2012


- Infus D5 NS
- Injeksi farmadol 5 x 15 cc
- Kompres

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH

14
Dx : An Z usia 18 bulan dengan KDS dengan masalah gangguan peningkatan suhu
tubuh

Ds : anak demam tinggi sejak 2 hari lalu dan mengalami kejang 5 menit dan sekarang
masih demam

Do : KU : cukup

Kesadaran : composmentis

Suhu : 38,3 C
Nadi : 106 x/menit
RR : 28 x/mennit
Akral hangat
Turgor kulit normal

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


- Kejang ulang
- Dehidrasi
- Anoksi = kurang oksigen dalam darah
- Kerusakan otak

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi
- Kompres dingin
- Pasang oksigen
- Pasang infus

V. INTERVENSI

Tanggal : 9 juli 2012 jam : 14.15 WIB

Dx : An Z usia 18 bulan dengan KDS dengan masalah gangguan peningkatan suhu


tubuh

Tujuan : pasien tidak mengalami kejang lagi selama berhubungan dengan hipertermi

KH : TTV Normal nadi : 120 x/ menit, suhu : 37 C

Tidak terjadi serangan kejang ulang

Intervensi

Lakukan pendekatan teraupetik dengan pasien dan keluarga


R/ menjalin kerjasama dah hubungan saling percaya antara klie dan nakes
Jelaskan kondisi anak pada keluarga

15
R/ menghindari kecemasan orang tua dan meningkatkan pengetahuan orang tua
tentang kondisi anaknya
Longgarkan pakaian berikan baju tipis yang mudah menyerap keringat
R/ proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap
keringat
Berikan kompres dingin
R/ perpindahan panas secara konduksi
Berikan ekstra cairan
R/ saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat
Observasi kejang dan TTV tiap 4 jam
Penentuan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan
Batasi aktifitas selama anak panas
R/ aktifitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik dan pengobatan yang sesuai
R/ untuk menurunkan panas pada pusat hipotalamus

VI. IMPLEMENTASI

Tanggal Jam implementasi


9 juli 2012 14.00 wib -melakukan pendekatan teraupetik dengan senyum
salam sapa
- Menjelaskan bahwa panas anak sudah turun
- Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering
mungkin jika anak lapar
- Mengobservasi TTV
> S : 37,9 C > N : 122 x/menit >> RR : 28 x/menit
- Mengganti infus D5 NS 12 tts/menit
- Injeksi Cefotaxim 3 x 300 mg
20.00 wib
-Mengobservasi TTV
> S : 37,7 C > N : 130 x / menit > RR ; 30 x/mnt
- melonggarkan pakaian dan memberikan pakaian
10 juli 2012 08.00 wib
tipis

-Melakukan pendekatan teraupetik dengan senyum


salam sapa
- menjelaskan mengenai kondisi anaknya yang sudah
mulai membaik
12.00 wib
- mengobservasi TTV
> S : 37,5 C > N : 131 x/menit > RR : 30 x/menit
- ganti infus D5 NS 12 tts/mnt

16
- injeksi cefotaxim 3 x 250 mg

-Melakukan pendekatan teraupetik dengan senyum


salam sapa
- tetap mengingatkan untuk memberi ASI
- mengobservasi TTV
> S : 37,2 C > RR ; 30 x/menit > N : 129 x/menit
- menjelaskan bahwa kondisi anak sudah stabil

VII. EVALUASI

Tanggal Jam Keterangan


11 juli 2012 10. 30 wib S : anak sudah tidak panas, tidak mual, tidak muntah
O: KU : baik
Kesadaran : composmentis
N : 120 x/ menit
RR : 30 x/menit
S : 37 C
Akral hangat
A : An Z usia 18 bulan dengan KDS masalah
peningkatan suhu tubuh
Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien KRS

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan analisa penulis mengenai kesenjangan dan kesamaan yang


terjadi diantara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Setelah melakukan Asuhan Kebidanan
pada An. Z usia 18 bulan dengan KDS pada tanggal 9 juli 2012 jam 14.00 WIB, didapatkan
bahwa tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada praktek
lapangan.

Pada An. Z telah dilakukan analisa data dan tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktek.Pada teori dilakukan asuhan asuhan sebagaimana mestinya bahkan di lapangan
pun dilakukan hal tersebut. Seperti pemberian cairan infus, obat obatan dan pemeriksaan
lab.

Penulis mendapatkan yaitu : pada pengkajian, identifikasi diagnosa masalah,


antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi, evaluasi
dan antara teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

18
Dari pembahasan mengenai perawatan anak dengan kasus kejang demam
sederhana, kesenjangan dan kesamaan yang terjadi diantara tinjauan pustaka dan tinjauan
kasus, maka dapat disimpulakan Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada anak dengan
kasus kejang demam sederhana di lapangan sesuai dengan teori.

5.2 Saran

Asuhan pada Anak dengan kasus kejang demam harus dilakukan pengawasan dan
perawatan yang cukup ketat akan meningkatkan kesehatan anak. Disini peran petugas
kesehatan perlu dioptimalkan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan motivasi pada
anak serta keluarga melalui penyuluhan penyuluhan. Pada kasus KDS petugas
kesehatan perlu observasi tanda tanda vital anak secara rutin dan teratur, khususnya
peningkatan suhu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

- Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan.

- Lumbantobing,SM.1989.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI

- Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

- Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

19
- Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta

- Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.


- Hidayat, aziz alimun. 2006.

20

Anda mungkin juga menyukai