Buku Petunjuk Praktikum PDF
Buku Petunjuk Praktikum PDF
Oleh :
Oleh :
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR . ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB
I. PENDAHULUAN .. 1
II. TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 3
2.1. PREPARASI 3
2.2. KONSENTRASI . 5
2.2.1. Warna, Kilap, Bentuk Kristal . 6
2.2.2. Berat Jenis (Specific Gravity) 6
2.2.3. Sifat Kemagnetan (Magnetic Susceptibility) . 9
2.2.4. Sifat Konduktor dan Non Konduktor . 9
2.2.5. Sifat Permukaan Mineral Senang Tidaknya Terhadap
Gelembung Udara .. 9
2.3. DEWATERING . 10
III. PETUNJUK MENYUSUN LAPORAN 11
3.1. Penyusunan Laporan ... 11
3.2. Ketentuan Praktikum .. 12
IV. TUGAS DAN PETUNJUK PRAKTIKUM .. 13
4.1. Jaw Crusher 13
4.2. Mengambil Contoh dan Analisis Ayak .. 14
4.3. Classifying . 15
4.4. Settling Test ... 15
4.5. Panning .. 16
4.6. Jigging 17
4.7. Tabling 18
4.8. Sluicing .. 18
4.9. Flotasi . 19
DAFTAR PUSTAKA . 20
LAMPIRAN 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar : Halaman
2.1. Meja Goyang 6
2.2. Fixed Sieve Jig . 7
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN : Halaman
Pengolahan Bahan Galian (ore dressing) adalah suatu proses pengolahan bijih
(ore) secara mekanik sehingga mineral berharga dapat dipisahkan dari mineral
pengotornya dengan didasarkan pada sifat fisika atau sifat kimia-fisika permukaan
mineral.
Bijih yang dilakukan pengolahan bahan galian akan dapat ditingkatkan
kadarnya, sehingga dari hasil pengolahan tersebut diharapkan diperoleh keuntungan
antara lain adalah :
1. Mengurangi ongkos transport dari tempat pengolahan sampai tempat peleburan.
Hal ini karena mineral pengotor (gangue mineral) sudah dapat dipisahkan
sehingga tidak ikut terangkut.
2. Mengurangi biaya peleburan. Dengan naiknya kadar bijih maka logam berharga
semakin banyak untuk setiap berat yang sama, sehingga dalam satuan waktu
tertentu logam hasil peleburan akan lebih banyak jika dibanding dengan peleburan
bijih kadar rendah.
3. Mengurangi bahan imbuh (flux) selama peleburan. Semakin tinggi kadar bijih
berarti kadar mineral pengotor semakin kecil, sehingga flux yang dibutuhkan juga
semakin sedikit.
Bijih dari tambang umumnya masih berukuran relatif besar, sehingga mineral
berharga belum terliberasi, maka perlu direduksi ukurannya dengan menggunakan
alat peremuk (crusher) dan alat penggiling/penggerus (grinding mill). Supaya hasil
peremukan dan penggilingan mempunyai ukuran yang sama, maka perlu dilakukan
pengelompokan ukuran (sizing) yaitu dengan cara pengayakan (screening) maupun
classifying.
Konsentrasi dilakukan dengan menggunakan alat yang dirancang bangun
mendasarkan sifat fisik mineral atau sifat kimia-fisika permukaan mineral pada bijih,
diantaranya adalah :
1
Sifat fisika atau sifat kimia-fisika Cara pemisahan
permukaan
2
BAB II
TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
2.1. PREPARASI
Preparasi merupakan operasi atau tahap persiapan sebelum dilakukan
konsentrasi, yaitu usaha untuk meliberasi/ membebaskan bijih antara mineral
berharga dengan mineral pengotornya dengan jalan mereduksi / memperkecil ukuran
butir. Tujuannya agar sifat mineralnya tampak murni / aseli dan tidak terikat lagi
dengan mineral pengotornya. Pada preparasi sering dilakukan pengendalian /
pengelompokan ukuran butir material (sizing) dengan menggunakan pengayak
(screen) maupun classifyer.
Bijih yang berupa padatan (solid ore), umumnya antara mineral berharga
dengan yang tidak berharga saling terikat satu sama lain, oleh sebeb itu perlu
dilakukan peremukan dan penggerusan. Operasi pembebasan dari ikatan masing-
masing mineral sering disebut liberation / unlocking. Bijih berukuran bongkah
diremuk dengan menggunakan peremuk (crusher) maupun penggerus / penggiling
(grinder), sehingga didapat produk yang berukuran lebih kecil / halus.
Kominusi (crushing dan grinding) umumnya dilakukan dalam 3 tahap, sebab
kemampuan alat peremuk atau penggerus terbatas, yaitu :
1) Primary crushing, umumnya ukuran umpan 5 cm 225 cm ( 2 inchi 90 inchi)
yang merupakan bijih hasil bongkaran dari tambang. Alat yang digunakan dapat
berupa jaw crusher, gyratory crusher, maupun cone crusher.
2) Secondary crushing, umumnya ukuran umpan 2,5 cm 7,5 cm ( 1 inchi 3 inchi)
yang merupakan produk dari primary crusher. Alat yang digunakan dapat berupa
gyratory crusher, cone crusher, roll crusher.
3
3) Tertiary crushing / fine crushing / grinding, umumnya ukuran umpan 0,5 cm 1
cm ( 1/4 inchi 3/8 inchi) yang merupakan produk dari secondary crusher. Alat
yang digunakan dapat berupa ball mill, rod mill, tube mill.
Umumnya distribusi ukuran produk dari peremuk maupun penggerus sudah
standar dan dinyatakan dalam bentuk grafik yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat
alat peremuk / penggerus yang bersangkutan.
Perbandingan antara ukuran / dimensi terbesar umpan dengan ukuran /
dimensi terbesar produk disebut nisbah reduksi (reduction ratio). Untuk tahap
primary crushing nisbah reduksi berkisar 4 7, secondary crushing berkisar 8 50,
dan tertiary crushing / fine crushing biasanya lebih besar 50. Pembatasan harga
nisbah reduksi ini dimaksudkan agar kerja alat peremuk maupun penggerus lebih
efektif untuk menghasilkan produk sesuai dengan target produksi.
Pada proses peremukan, pecahnya batuan / bijih disebabkan gaya dari luar
lebih besar dari gaya tahan batuan / bijih, disamping itu nip angle (sudut jepit dari
alat peremuk) memenuhi. Gaya yang bekerja pada umumnya : gaya tekan, gravitasi,
gesek, chipping (menyudut), sedangkan pada proses penggilingan pecahnya bijih
dapat disebabkan adanya grinding media yang dapat menimbulkan gaya : gesek,
impact atau jatuhan.
Pada operasi penggilingan menggunakan mill maka kecepatan putar mill
perlu diperhitungkan karena sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan.
Kecepatan kritis mill, yaitu batas kecepatan putar silinder mill yang membuat semua
isian (beban) didalam mill mulai menempel pada dinding bagian dalam silinder,
sehingga tidak terjadi penggerusan / penggilingan. Besarnya kecepatan / putaran
kritis mill ini menurut B.A.Wills (1985) dapat didekati dengan persamaan :
42,3
Nc rpm
(D d)
2.2. KONSENTRASI
Konsentrasi merupakan suatu operasi untuk memisahkan antara mineral yang
berharga dengan mineral tak berharga / pengotornya (gangue mineral) dalam sustu
bijih / material yang memanfaatkan sifat fisik atau sifat kimia-fisika permukaan
mineral yang akan dipisahkan. Sifat fisik yang sering digunakan sebagai dasar
pemisahan adalah :
5
2.2.1. Warna, kilap, bentuk kristal
Cara pemisahan mineral yang didasarkan pada warna, kilap, bentuk kristal
dapat dilakukan secara manual, dan cara ini disebut dengan hand picking atau hand
sorting. Umumnya mineral/ material yang dipisahkan ukurannya tidak terlalu halus
dan biasanya merupakan pemisahan tahap paling awal.
6
sedangkan gaya dorong air akan dominan terhadap mineral ringan dan gaya
gravitasi akan mengenai pada mineral berat maupun ringan.
Gambar 2.1.
Meja Goyang (Shaking Table)
Akibat pengaruh gaya-gaya, maka mineral yang berat, kecil dan bentuknya datar
atau pipih akan didapatkan pada hulu dari suatu aliran, sedangkan partikel
ringan, kasar dan bentuknya membulat akan didapatkan di bagian hilir, dengan
kata lain bahwa mineral ringan akan lebih jauh diangkut oleh air daripada
mineral berat. Untuk membantu kerja gaya-gaya ini pada umumnya
ditambahkan perlengkapan berupa pengaduk seperti cangkul, head motion.
Peralatan konsentrasi yang berprinsip pada flowing film concentration adalah :
shaking table (meja goyang), sluice box dan humphrey spiral.
2) Jigging :
Jigging adalah operasi pengerjaan mineral mendasarkan atas perbedaan
kecepatan mengendap antara mineral berharga dengan gangue mineral. Ada 3
peristiwa penting dalam jigging, yaitu :
i. Hindered Settling Classification
ii. Differential Acceleration
7
iii. Consolidation Trickling pada akhir suction
Agar ketiga peristiwa ini bisa terjadi berulang-ulang dan untuk membantu proses
pemisahan, maka pada alat ini dilengkapi dengan peralatan penimbul pultion
(dorongan) dan suction (isapan). Peralatan pembantu ini dapat berupa plunger,
diaphragma, pulsator maupun air pulsator. Akibat dari adanya ketiga peristiwa
dan gaya di atas, maka mineral berat akan terletak di bawah dan mineral ringan
terletak di bagian atas dengan pemisah berupa screen yang ada jig bed-nya. Pada
umumnya jig bed ini mempunyai berat jenis diantara mineral berat dan ringan
sehingga kecepatan mengendapnya di antara mineral berat dan ringan. Alat yang
digunakan mendasarkan atas sieve-nya dan dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Movable Sieve Jig (Hand Jig)
b. Fixed Sieve Jig (Plunger, Diaphragma, Pulsator dan Air Pulsator Jig)
Gambar 2.2.
Fixed Sieve Jig
8
separation (HMS). Operasi ini tidak akan berhasil untuk mineral yang berukuran
sangat halus, sebab mineral tersebut akan selalu dalam suspensi, sehingga
mineral berat tidak dapat dipisahkan dengan mineral ringan. Oleh karena itulah
pada operasi HLS dan HMS, umpan harus diayak terlebih dahulu.
9
satu polar dan non polar, berfungsi untuk menstabilkan gelembung udara agar tetap
utuh (tidak pecah) hingga sampai permukaan.
2.3. DEWATERING
Adalah operasi pemisahan antara cairan dengan padatan yang pada umumnya
melalui 3 tahapan, yaitu :
1) Thickening : merupakan tahapan pertama dari dewatering dengan mendasarkan
atas kecepatan jatuh material pada media, sehingga solid factor mencapai = 1
(%solid = 50 %).
2) Filtrasi : merupakan operasi pemisahan antara cairan dengan padatan
menggunakan saringan (filter) yang terbuat dari kain, hingga diperoleh solid
factor = 4 (%solid = 80 %).
3) Drying : merupakan operasi pemanasan material sampai 110 oC, sehingga
didapat %solid = 100 %.
Pekerjaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah sampling, yaitu
pengambilan conto material yang sesedikit mungkin namun dapat mewakili material
keseluruhan. Sampling selalu dilakukan disetiap pekerjaan pengolahan bahan galian,
dengan tujuan untuk meneliti apakah operasi yang sedang berjalan sesuai dengan
yang dikehendaki atau tidak. Prinsip di dalam sampling adalah lebih baik mengambil
conto berkali-kali dengan jumlah yang sedikit, dari pada mengambil conto hanya
sekali tetapi dalam jumlah yang besar / banyak.
10
BAB III
PETUNJUK MENYUSUN LAPORAN
11
percobaan, maupun factor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
percobaan.
V. KESIMPULAN
Pada Bab ini yang ditulis adalah kesimpulan dari pembahasan, tidak perlu
diuraikan lagi, dapat pula berisikan factor-faktor yang berpengaruh terhadap
hasil percobaan secara ringkas.
4). Daftar Bacaan / Daftar Pustaka
Disusun sesuai dengan petunjuk menyusun laporan.
5). Lampiran
Data-data yang harus dilampirkan adalah :
a. Jawaban pertanyaan (tulis dahulu pertanyaannya, baru kemudian jawabannya)
b. Hasil percobaan atau perhitungannya.
c. Data-data yang mendukung isi laporan.
12
BAB IV
TUGAS DAN PETUNJUK PRAKTIKUM
13
LAMPIRAN A
KETENTUAN PRAKTIKUM PBG
A.1. LAPORAN
A.1.1. SETIAP PESERTA PRAKTIKUM WAJIB MEMBUAT LAPORAN
PRAKTIKUM
A.1.2. LAPORAN PRAKTIKUM DITULIS TANGAN
A.1.3. LAPORAN PRAKTIKUM DIKUMPUL PALING LAMBAT
SEBELUM PELAKSANAAN PRAKTIKUM BERIKUTNYA
A.2. PENILAIAN :
KETERANGAN NILAI :
A : 8 10
B :68
C :46
D : < 4 DIANGGAP GUGUR (HARUS MENGULANG PRAKTIKUM)
A.3. SANGSI
Jika peserta praktikum tidak mengumpulkan laporan praktikum sesuai waktu
yang telah ditentukan, maka dianggap gugur pada acara yang bersangkutan dan
wajib untuk mengulang lagi dengan membayar setiap acara praktikum yang
diulang sebesar Rp. 10.000,-
Yogyakarta, 20 Maret 2005
Ka. Lab. PBG.
TTD
Ir. Untung Sukamto, MT
SETTLING TEST
OLEH :
PELAKSANAAN PRAKTIKUM :
HARI / TANGGAL : .. / ..
JAM : s/d .
ACARA : .
ANGGOTA REGU : 1. . ..
2. . ..
3. . ..
4. . ..
5. . ..
6. . ..
7. . ..
8. . ..
9. . ..
10. ... ..
PEMBIMBING : ....
A. DISKRIPSI ALAT
B. PROSEDUR PERCOBAAN
..
C. HASIL PERCOBAAN
..
I. KETENTUAN UMUM
SETIAP PESERTA PRAKTIKUM WAJIB MEMBUAT LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM DITULIS TANGAN / DIKETIK MANUAL
JUMLAH HALAMAN MAKSIMUM 5 HALAMAN FOLIO
LAPORAN PRAKTIKUM DIKUMPUL PALING LAMBAT SATU HARI SETELAH
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
II. FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM MELIPUTI :
HALAMAN JUDUL
ISI LAPORAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Jelaskan maksud dan tujuan saudara melakukan praktikum pada acara
tersebut.
B. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
Sebutkan bahan praktikum yang digunakan secara rinci.
Sebutkan alat-alat yang digunakan.
Gambar alat yang digunakan disertai bagian-bagian yang penting.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Uraikan prosedur percobaan saudara secara rinci, jika perlu buat diagram
alirnya.
D. PEMBAHASAN DATA HASIL PERCOBAAN
Lakukan pengamatan selama saudara melakukan praktikum, baik
mekanisme kerja alat maupun perilaku material / partikel selama
percobaan.
Catat semua data hasil percobaan saudara dan lakukan perhitungan
sebagai pengolahan data, dan berilah komentar dari hasil percobaan
saudara.
E. KESIMPULAN
Simpulkan hasil pengamatan dan perhitungan dari percobaan saudara.
III. SANGSI
Setiap kelambatan satu hari penyerahan laporan makan nilai laporan resmi
dikurangi 10 %.
DAFTAR BACAAN
2. Dorr John, VN and Bosqui, Francis L., 1950, Cyanidation and Concentration of
Gold and Silver Ore, Mc. Graw Hill Book Company Inc., New York, Toronto,
London.