1. Pengertian Stroke
Stroke dapat di definisikan sebagai defisit neurologi yang mempunyai awitan mendadak
dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari Cerebro Vaskuler Disease. (Hudak, Caroline M,
Stroke (cerebrovaskuler disease) can be defined as those in which brain disease occurs
(Lindsay, Bone, 1998:237). Pengertian tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut Stroke
(penyakit serebrovaskuler) bisa didefinisikan sebagai penyakit otak yang terjadi secara
sekunder terhadap gangguan patologi dari pembuluh darah (terutama pembuluh arteri) atau
suplai darah.
Stroke yaitu kehilangan fungsi otak yang diakibatkan terhentinya suplai darah ke otak.
(Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G., alih bahasa : Kuncara H.Y., dkk, 2002:2131).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah gangguan
neurologik yang terjadi secara mendadak karena adanya gangguan suplai darah ke otak yang
a. Anatomi Otak
Otak terletak dirongga kranium dan dilindungi oleh tulang tengkorak serta tiga lapis
selaput penutup (meningen) yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Berat otak manusia
kira-kira 2 % dari total berat badan orang dewasa. Otak menerima 20 % dari curah jantung
dan memerlukan sekitar 20 % pemakaian O2 tubuh, atau sekitar 400 kilo kalori energi setiap
harinya.
Otak merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi dalam seluruh tubuh
manusia, yang terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan O2 dan
glukosa relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan proses
yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar O2 dan glukosa kurang
dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan
mengalami kerusakan. Secara garis besar otak terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
Serebrum merupakan bagian otak yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur
mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Serebrum terbagi menjadi dua hemisfer
yaitu hemisfer kanan dan kiri, keduanya dipisahkan oleh lekuk atau celah dalam yang disebut
visura longitudinalis mayor dan dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut
korpus kalosum. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing hemisfer
dirangkap dua dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan, hemisfer
sebelah kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer serebri kiri mengatur bagian
Bagian luar hemisfer serebri terdiri dari subtansia grisea yang disebut sebagai korteks
serebri, terletak diatas substansia alba yang merupakan bagian inti hemisfer yang disebut
pusat medula. Fungsi kortek yaitu untuk menjalankan semua fungsifungsi mental yang lebih
tinggi seperti penilaian, bahasa, memori (daya ingat), kreativitas dan berfikir abstrak.
Berfungsi juga dalam persepsi, penempatan dan interpretasi semua sensasi serta mengatur
Basal ganglia terdiri dari sejumlah nukleus dan terletak dibagian terdalam hemisfer
serebri. Ganglia basalis yang merupakan kelompok massa substansia grisea tertanam
didalam substansia alba. Substansia alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan
Fungsi basal ganglia bertanggung jawab mengontrol gerakan halus tubuh, kedua tangan
dan ekstremitas bagian bawah. Fungsi basal ganglia dalam kooperasi dengan bagian-bagian
otak yang lebih rendah dalam memberikan sirkuit dalam gerakan tubuh dasar dan dibawah
sadar. Basal ganglia ini memberikan latar belakang tonus otot yang penting untuk gerakan
volunter yang mempunyai ciri tersendiri, kehalusan dan koordinasi fungsi-fungsi antagonis
otot, dasar gerakan berirama bawah sadar otomatis yang terlibat dalam pemeliharaan
Secara anatomi serebrum hemisfer memiliki 4 lobus dan secara umum terletak dibawah
masing-masing tulang tengkorak, yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Beberapa
daerah tertentu dari korteks serebri memiliki fungsi spesifik. Lobus tersebut dibagi lagi
menjadi 47 area yang lebih dikenal dengan area brodmann yang mempunyai fungsi, yaitu :
a) Lobus Frontal
(1). Area 4 brodmann merupakan area motorik primer, terletak di sepanjang girus presentralis
dan tersusun secara somatotopik. Area ini bertanggung jawab atas gerakan-gerakan volunter.
(2). Area 6 brodmann terletak dikenal sebagai korteks premotorik. Area ini bertanggung jawab
volunter dan deviasi konjugat dari mata dan kepala atau sering disebut juga area lapangan
pandang frontal.
(5). Area 44 dan 45 Brodmann, dikenal sebagai area bicara motorik broca. Terletak di girus
frontalis inferior pars operkularis dan triangularis. Area ini bertanggung jawab atas
pelaksanaan motorik berbicara. Hemisfer dominan yang mengatur bicara terletak pada
hemisfer kiri.
(6). Area 9 sampai 12 Brodmann, merupakan area yang berkaitan dengan kepribadian. Terletak
di korteks prefrontalis, fungsinya melakukan kegiatan intelektual seperti fungsi ingatan, ide-
b) Lobus Parietal
(1). Area 1 sampai 3 Brodmann, area ini terletak pada girus post sentralis. Area ini dikenal
dengan area somestetik primer, fungsinya memproses dan mengintegrasi informasi sensasi
seperti nyeri, suhu, raba, tekan, dan propioseptik. Jika ada lesi diarea ini mengakibatkan
(2). Area 5 dan 7 Brodmann terletak di lobus parietalis superior dan meluas sampai permukaan
medial hemisfer. Fungsinya adalah menerima berbagai modalitas sensorik seperti kualitas,
bentuk, berat dan tekstur dan suhu berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu. Area ini
(3). Area 39 brodmann (Girus Angularis) terletak di lobus parietalis inferior. Fungsinya
(4). Area 40 brodmann (Girus Supramarginalis) terletak di lobus parietalis inferior, fungsinya
c) Lobus Temporal
(1). Area 41 (Area auditorik Primer) dan 42 (Area auditorik sekunder) Brodmann, area ini
(2). Area 22 Brodmann (Area Asosiasi Auditorik) terletak pada girus temporalis superior.
Fungsinya sebagai tempat proses pemahaman atau lebih dikenal dengan nama area Wernicke.
d) Lobus Oksipital
(1). Area 17 Brodmann (Area Visual Primer), terletak pada sulkus kalkarinus. Fungsinya sebagai
(2).
Area 18 dan 19 Brodmann, area ini memegang peranan penting dalam reflek gerakan mata
apabila sedang memandang atau mengikuti suatu benda dan menjadikan informasi-informasi
penglihatan menjadi berarti.
a) Diensefalon
Merupakan fosa bagian tengah yang terisi talamus, hipotalamus dan kelenjar hipofisis.
Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel sebagai pusat pemancar sensorik
dan motorik. Aktivitasnya adalah sebagai penyambung sensasi bau yang diterima. Talamus
juga sebagai kesadaran kasar dari sensasi tertentu yang terbanyak adalah nyeri. Hipotalamus
terletak pada anterior dan inferior talamus. Hipotamus berfungsi mengontrol dan mengatur
sistem saraf otonom. Hipotalamus juga bekerja sama dengan hipofisis untuk
Hipotalmus juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur,
tekanan darah, prilaku agresif, seksual dan pusat respon emosional. Kelenjar hipofisis
dianggap sebagai master kelenjar karena sejumlah hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar
ini. Dengan hormon-hormonnya hipofisis dapat mengontrol fungsi ginjal, pankreas, organ-
Merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya diatas pons. Substansia nigra dan
nukleus ruber terletak dalam mesensefalon dan merupakan bagian dari jaras ekstra piramidal
c) Pons Varolli
Merupakan jembatan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum, serta
d) Medula Oblongata
Merupakan pusat refleks untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
Batang otak merupakan pusat relai dan refleks dari susunan saraf pusat. Jaras-jaras tersebut
Jaras motorik
Setiap serabut otot yang mengatur gerakan disadari melalui dua kombinasi sel-sel saraf,
salah satunya terdapat pada kortek motorik, serabut-serabutnya berada tepat pada traktus
piramida atau penyilangan traktus piramida dan serat lainnya berada pada ujung anterior
medula spinalis, serat-seratnya berjalan menuju otot. Pertama disebut sebagai neuron motorik
atas / Upper Motor Neuron (UMN) dan yang kedua disebut sebagai neuron motorik bawah /
Lower Motor Neuron (LMN). Setiap saraf motorik yang menggerakan setiap otot merupakan
Jaras motorik dari otak ke medula spinalis dan juga dari serebrum ke batang otak
dibentuk oleh UMN. UMN mulai didalam kortek pada sisi yang berlawanan di otak menurun
melalui kapsul interna, menyilang ke sisi yang berlawanan di dalam batang otak, menurun
melalui traktus kortikospinal dan ujungnya berakhir pada sinaps LMN. UMN seluruhnya
berada dalam sistem saraf pusat (SSP). LMN menerima impuls di bagian ujung posterior dan
berjalan menuju sambungan mioneural, berbeda dengan UMN, LMN berakhir didalam otot.
Lesi pada UMN dapat melibatkan kortek motor, kapsul interna, medula spinalis dan
struktur-struktur lain pada otak dimana sistem kortikospinal menuruninya. Jika UMN rusak
atau hancur sering menyebabkan stoke, paralisis (kehilangan gerak yang disadari). Hemiplegi
(paralisis satu tangan kaki pada sisi tubuh yang sama) adalah salah satu contoh paralisis
UMN. Jika terjadi hemoragi, embolus atau trombus dapat merusak serat-serat pada daerah
motor di kapsula interna, tangan dan kaki pada sisi yang berlawanan menjadi kaku dan sangat
Lesi pada LMN yaitu pada satu saraf motor antara otot dan medula spinalis berakibat
rusak berat pada jaras ke otot. Akibatnya otot menjadi lumpuh dan orang tersebut tidak
mampu menggerakan otot. Saraf tidak mengambil peran pada gerakan-gerakan reflek, otot
menjadi lemah dan atropi karena otot tidak digerakan. Rentetan kejadian ini terjadi pada
poliomielitis anterior, paralisis flaksid (kelumpuhan dan atropi) pada otot-otot adalah tanda
Jaras sensorik
Transisi impuls sensorik dari titik asal menuju serebral melibatkan tiga jalur neuron.
Dimana ketiga jaras mayor ini dilalui oleh sensasi dan bergantung pada tipe sensasi yang ada.
Akson pada saraf yang mengandung impuls sensori memasuki medula spinalis melalui akar
posterior. Akson yang membawa sensasi panas, dingin dan nyeri segera saat memasuki
kolumna grisea posterior di medula spinalis, dimana akson ini membuat hubungan dengan
sel-sel neuron sekunder. Serabut-serabut nyeri dan temperatur segera menyilang ke sisi yang
berlawanan pada medula dan jalan ke atas menuju talamus. Serabut-serabut yang membawa
sensasi sentuhan, tekanan cahaya, dan yang ditempati sensasi-sensasi tersebut tidak segera
dan tulang termasuk sensasi terhadap posisi dan getaran. Stimulus ini dibawa oleh neuron
distribusinya. Kerusakan dan degenerasi selektif kolumna medula spinalis posterior berakibat
kehilangan indra posisi pada segmen distal lesi tidak disertai hilangnya persepsi.
iba
gian batang otak terdapat nukleus saraf-saraf kranial yang mempunyai fungsi yang berbeda-
beda. Susunan saraf kranial dapat dilihat pada tabel dibawah ini (ignatavasius, 1995 :1089).
Muara Saraf
Saraf Kranial Komponen Fungsi
Kranial
Olfaktorius
Sensorik Penciuman Bulbus olfaktori
(Nervus I)
Optikus Mid Brain
Sensorik Penglihatan
(Nervus II) (mesensefalon)
Mengangkat kelopak mata atas
Okulomotorius Kontriksi pupil Mid Brain
Motorik
(Nervus III) Sebagaian besar gerakan (mesensefalon)
ekstraokuler
Troklearis Gerakan mata ke bawah dan Mid Brain
Motorik
(Nervus IV) kedalam (mesensefalon)
Abdusens
Motorik Deviasi mata ke lateral Pons Varolli
(Nervus V)
Otot temporalis dan maseter
Motorik (menutup rahang dan mengunyah) ;
gerakan rahang ke lateral
Trigeminus
Kulit wajah, dua pertiga depan kulit Pons Varolli
(Nervus VI)
kepala; mukosa mata; mukosa
Sensorik
hidung dan rongga mulut, lidah dan
gigi.
Otot-otot ekspresi wajah termasuk
otot dahi, sekeliling mata serta
Motorik
Fasialis mulut.
Pons Varolli
(Nervus VII) Lakrimasi dan salivasi.
Pengecapan dua pertiga depan lidah
Sensorik
(rasa manis, asam dan asin).
Vestibulokoklearis
(Nervus VIII)
Sensorik
Cabang Keseimbangan Pons Varolli
vestibularis
Cabang koklearis Sensorik
Pendengaran
Faring : menelan, refleks muntah.
Sensorik
Glosofaringeus Parotis : salivasi.
Medulla Oblongata
(Nervus IX) Faring, lidah posterior, termasuk
Motorik
rasa pahit.
Faring, laring :menelan, refleks
Sensorik
Vagus muntah, fonasi, visera abdomen.
Medulla Oblongata
(Nervus X) Faring, laring : refleks muntah,
Motorik
visera leher, toraks dan abdomen.
Otot sternokleido- mastoideus dan
Asesorius
Motorik bagian atas dari otot trapezius : Medulla Oblongata
(Nervus XI)
pergerakan kepala dan bahu.
Hipoglosus
Motorik Pergerakan lidah. Medulla Oblongata
(Nervus XII)
3) Serebelum (Otak Kecil)
Serebelum terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter yang menyerupai
atap tenda, yaitu tentorium yang memisahkan dari bagian posterior serebrum. Serebelum
terdiri dari bagian tengah, vermis dan dua hemisfer lateral. Semua aktivitas serebelum ada
dibawah kesadaran. Fungsi utamanya sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
b. Sirkulasi Serebral
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20 % dari curah jantung atau 750 ml/menit.
Sirkulasi ini sangat dibutuhkan, karena otak tidak mampu menyimpan makanan, sementara
kebutuhan metabolisme otak tinggi. Aliran darah otak sangat unik, karena melawan arah
gravitasi. Sirkulasi darah arteri mengalir mengisi dari bawah dan vena mengalir dari atas.
Kurangnya aliran darah kolateral dapat menyebabkan jaringan rusak ireversibel, hal ini
berbeda dengan organ tubuh lainnya yang akan cepat mentoleransi apabila aliran darahnya
menurun.
1). Arteri-arteri
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis. Arteri karotis
komunis kiri berasal dari arkus aorta, sedangkan arteri korotis komunis kanan berasal dari
arteri brakhiosefalika. Arteri karotis eksterna memperdarahi wajah, tiroid, lidah dan faring.
Arteri karotis interna masuk kedalam tengkorak dan bercabang menjadi arteri serebri anterior
dan media. Segera sesudah masuk kedalam ruang subarakhnoid dan sebelum bercabang-
cabang, arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang masuk kedalam orbita
dan memperdarahi mata dan isi orbita lainnya, bagian-bagian hidung dan sinus-sinus udara.
Bila cabang arteri karotis interna ini tersumbat dapat mengakibatkan kebutaan monokular.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus
kaudatus dan putamen basal ganglia, bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum,
serta bagian-bagian lobus frontal dan parietal serebri, termasuk korteks somestetik dan
korteks motorik. Bila arteri serebri anterior mengalami sumbatan maka akan terjadi hemiplegi
kontalateral.
Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis
korteks serebri. Arteri ini merupakan sumber darah utama girus pra sentralis dan post
sentralis. Korteks auditorius, somestetik, motorik dan premotorik disuplai oleh arteri ini
seperti juga korteks asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi pada
lobus sentralis tersebut. Apabila arteri serebri media tersumbat akan menimbulkan afasia,
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia
kanan merupakan cabang dari arteri inominata, arteri subklavia kiri merupakan cabang
langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi
otak tengah dan disini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior.
sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ vestibular. Korteks
penglihatan primer pada lobus oksipitalis diperdarahi oleh arteri kalkarina yang merupakan
cabang dari arteri serebri posterior. Apabila arteri kalkarina tersumbat akan menimbulkan
Meskipun arteri karotis interna dan vertebrobasilaris merupakan dua sistem arteri terpisah
anastomosis yang membentuk sirkulus arteriosus willisi. Aliran darah dari sirkulus willisi
secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri-arteri pada
sirkulus willisi memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri mayor
tersumbat. Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena trobus dapat
menyebabkan sumbatan aliran darah kedistal neuron-neuron dan hal ini mengakibatkan sel-
3). Vena
Aliran vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada struktur organ lain.
Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan bergabung menjadi vena-vena besar.
Penyilangan pada sub arachnoid dan pengosongan pada sinus dural yang luas, mempengaruhi
vaskular yang terbentang dalam duramater yang kuat. Jaringan kerja pada sinus-sinus
membawa vena keluar dari otak dan pengosongan vena jugularis interna menuju sistem
sirkulasi pusat. Vena-vena serebri bersifat unik, karena vena serebri tidak mempunyai katup
untuk mencegah aliran darah balik darah seperti pada vena-vena lain ditubuh.
3. Etiologi
Gangguan pada aliran darah otak dapat disebabkan oleh adanya penyempitan,
tertutupnya maupun pecahnya pembuluh darah ke otak, penyebab stroke dapat terjadi karena
a. Trombosis
Trombosis terjadi karena adanya kelainan pada dinding arteri yang menyebabkan
penyempitan dari lumen arteri, sehingga diameternya menjadi kecil yang pada suatu saat
dapat terjadi penyumbatan. Usia yang paling sering terserang penyakit ini berkisar antara usia
60 sampai 69 tahun, awitan gejala penyakit biasanya cenderung terjadi bila penderita sedang
tidur atau pada saat bangun tidur. Intensitas maksimal baru disadari sesudah 48 jam,
1) Artherogenik
Umumnya karena proses artheroskeloris ditandai oleh plak berlemak pada lapisan intima
arteri besar. Bagian intima arteri serebri menjadi tipis berserabut, sedangkan sel-sel ototnya
menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh darah
Terjadi bukan karena proses artherogenik, misalnya karena kelainan penyakit darah seperti
anemia, polisitemia, diskrasia darah, arteritis dan efek samping penggunaan pil konstrasepsi.
b. Emboli
Emboli merupakan benda asing dalam aliran darah sehingga dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh arteri, apabila terjadi pada arteri yang menuju ke otak maka otak
akan mengalami penurunan suplai darah sehingga otak hypoxia dan akhirnya iskemik.
Penyebab terjadinya emboli ada dua, yaitu faktor dari jantung (artrial fibrilasi, infark
miokard, kelainan katup, endocarditis) dan faktor non kardial (pleque artheromatosus di arteri
karotis komunis, emboli dari paru, emboli udara pada tindakan abortus). Gejala-gejala dapat
c. Perdarahan.
Perdarahan biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di
aliran darah otak dan atau sub archnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan
tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak sehingga mengakibatkan
vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer
Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusi dapat dikatakan cepat dan konstan, dapat
berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan kadang-kadang sampai beberapa hari.
Gambaran klinis yang sering terjadi antara lain : sakit kepala berat, leher bagian belakang
Terdapat dua jenis perdarahan otak, yaitu perdarahan intra serebral dan perdarahan sub
arachnoid.
terjadi karena :
a). Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan laju aliran darah lebih kuat dari normal, sehingga
dapat menyebabkan ruptur arteri dan mengakibatkan perdarahan. Apabila hal tersebut terjadi
pada pembuluh darah otak maka terjadilah stroke. Dengan bertambahnya usia, adanya
b). Aneurisma, anomaly arteri vena serebral, diskrasia darah, pemakaian obat-obatan anti
koagulan.
Biasanya disebabkan oleh perdarahan arterial ke dalam ruang sub arachnoid di sekeliling
otak dan sering meluas ke dalam jaringan otak atau ke dalam ventrikel. Perdarahan sub
arachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma dan hipertensi, tetapi penyebab paling sering
4. Klasifikasi Stroke
vasospasme sehingga terjadi penyumbatan pada pembuluh darah otak. Setelah vasospasme
hilang, maka gejala juga akan hilang dan keadaan akan sembuh seperti semula dalam jangka
waktu tidak lebih dari 24 jam. Gejalanya yang dapat timbul berupa hemiparese,
Merupakan defisit neurologik yang bertambah berat secara kuantitatif dan kualitatif. Terjadi
secara bertahap selama jangka waktu menit, jam ataupun hari. Gejala awalnya biasanya
penderita merasakan disfungsi ringan yang dapat berupa parestesia hemifasialis saja atau
parese ringan pada lengan atau tungkai satu sisi tergantung pada daerah otak mana yang
mengalami iskemia. Apabila mekanisme vaskularisasi kompensatorik tidak juga datang dapat
menyebabkan iskemia serebral yang lebih berat dan luas sehingga timbul hemiparesis yang
parah.
Iskemia serebri regional akibat trombosis serebri berkembang menjadi infark dan hemoragic.
Pada tahap ini maka berkembanglah hemiparesis yang tidak lama kemudian akan menjadi
hemiparalisis. Defisit neurologik yang terjadi relatif stabil dan sedikit sekali perubahannya.
1) Infark Serebri
Keadaan ini terjadi akibat suplai darah yang dialirkan ke otak hanya melalui arteri cerebri
yang sehat atau berdilatasi sehingga hanya jaringan otak yang sehat saja yang mempunyai
jatah darah, sedangkan daerah yang edema tidak kebagian mendapat jatah darah.
2) Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral terjadi akibat pecahnya pembuluh darah arteri otak, sehingga terjadi
perembesan aliran darah ke daerah parenkim otak. Hal ini menyebabkan pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan. Jaringan otak internal akan tertekan dan
3) Perdarahan Subarachnoid
Merupakan gangguan aliran darah pada satu atau lebih pembuluh darah serebral yang terjadi
5. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis utama yang dikaitkan dengan insufisiensi aliran darah ke otak dapat
a. Vertebro-basilaris
Apabila insufisiensi terjadi pada daerah ini maka akan timbul gejala seperti kelemahan pada
satu atau keempat anggota gerak, peningkatan refleks tendon, ataksia, tanda babinski
bilateral, disfagia, gangguan daya ingat, pusing, gangguan penglihatan dan muka baal.
Bila insufisiensi terjadi pada area ini maka akan timbul gejala seperti buta satu mata yang
episodik pada sisi tubuh yang arteri karotisnya terserang yang disebabkan oleh insufisiensi
arteri retina, gejala sensorik dan motorik anggota tubuh kontralateral akibat insufisiensi aliran
darah arteri serebri media, lesi pada daerah antara arteri cerebri anterior dan media, gejala
mula-mula anggota gerak terasa lemah dan baal dan dapat melibatkan wajah, bila terjadi pada
hemisfer dominan maka akan timbul gejala afasia ekspresif, arteria serebri anterior (gejala
primernya adalah perasaan kacau), kelemahan kontralateral, gerakan volunter pada tungkai
Apabila insufisiensi terjadi pada arteri cerebri posterior maka akan timbul gejala seperti
koma, hemiparesis kontralateral, afasia visual atau buta kata dan kelumpuhan nervus saraf
ketiga.
Bila insufisiensi terjadi pada arteri serebri media maka akan timbul gejala-gejala seperti
Tidak semua orang akan mengalami penyakit stroke, namun tidak dapat dipungkiri bahwa
1). Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi sering menyebabkan gangguan fungsi otak dan merusak struktur
otak manusia melalui mekanisme gangguan vaskuler, infark dan perdarahan otak.
Penyakit jantung seperti penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertropi
ventikrel kiri, fibrilasi atrium, dapat menyebabkan artherosklerosis, emboli, beban jantung
meningkat, sehingga lumen arteri menyempit dan terjadi gangguan pada aliran darah otak.
Pada klien diiabetes militus terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah, hal tersebut
1). Hiperlipidemia.
Peningkatan kadar lipid (kolesterol dan trigliserida) di dalam darah dapat mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat dan protein. Penumpukan lemak didalam lumen darah
akan meningkatkan viskositas darah dan menyebabkan laju aliran darah terganggu, sehingga
2). Obesitas.
Orang yang obesitas atau kegemukan cenderung untuk mempunyai penyakit DM, jantung
dan hipertensi. Adanya penumpukan lemak yang berlebih didalam tubuh menjadi salah satu
meningkat menyebabkan laju aliran darah terganggu sehingga menimbulkan resiko terjadinya
stroke.
a) Merokok.
b) Penderita stroke pada orang yang minum-minuman keras / alcohol dan wanita menggunakan
7. Patofisiologi
Otak merupakan organ tubuh yang sensitif terhadap oksigen dan nutrisi. Otak harus
menerima aliran darah yang konstans untuk mempertahankan fungsi normalnya karena otak
tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sendiri. Aliran darah berfungsi sebagai tempat
untuk membuang sampah metabolik, karbondioksida dan asam laktat. Jika aliran darah
keotak berkurang ataupun menurun maka akan mengakibatkan kerusakan otak dengan cepat.
Melalui proses autoregulasi serebral, aliran darah keotak tetap diupayakan konstan
sebanyak 750 ml/ menit. Untuk merespon terhadap perubahan tekanan darah maka akan
Pada stroke, iskemik terjadi dalam jaringan otak yang aliran darah arterinya terganggu
akibat trombus atau emboli sehingga menimbulkan gangguan fungsi otak. Iskemik dapat
menyebabkan hipoksia atau anoksia dan hipoglikemik pada jaringan otak. Proses ini dapat
mengakibatkan kematian pada neuron, sel ganglia dan struktur otak disekitar area infark.
Edema yang terjadi akan memperberat infark itu sendiri. Edema dapat berlangsung dalam
Setelah terjadinya infark dan edema, maka secara otomatis akan terjadi penurunan
kemampuan fungsi otak dalam menjalankan fungsi neurologisnya seperti semula. Hal ini
mengakibatkan terjadinya defisit neurologis pada area kontralateral dari area lesi otak yang
Sumber : Donna D. Ignatavicius et al 1995 : 1254 & Price, A.Sylvia, M. Wilson Lorraine, 1995 : 255
a. Dampak Fisik
1) Sistem Pernafasan
Apabila terjadi penekanan pada medula oblongata sebagai pusat pengaturan vital sistem
pernafasan akibat adanya perdarahan, dapat menyebabkan pola nafas tidak teratur. Efek
masuk. Apabila hal ini terus-menerus berlanjut maka dapat menyebabkan asidosis
respiratorik, dimana terjadi peningkatan kadar CO2 dalam tubuh karena asupan O2 tidak
adekuat.
2) Sistem Kardiovaskuler
menimbulkan respon simpatis dengan segera terhadap penurunan darah arteri. Respon
simpatis menimbulkan fase kontriksi perperal untuk mencegah darah mengalir ke daerah
ekstremitas bagian bawah, dan menurunkan volume darah yang bersirkulasi dalam tubuh.
Pada keadaan ini juga mengakibatkan penurunan venous return, sehingga mengurangi jumlah
darah ke ventrikel saat diastolik sehingga jumlah darah yang dikeluarkan saat sistolik tidak
3) Sistem Gastrointestinal
menyebabkan penekanan pada batang otak, dimana pada area tersebut merupakan tempat
keluarnya serabut saraf cranial I sampai XII. Apabila penekanan itu terjadi pada area nervus
cranial V motorik, X dan XII, maka dapat menyebabkan klien mengalami kelemahan fungsi
Immobilisasi pada klien stroke akan menyebabkan penurunan motilitas usus dan
pergerakan kolon. Proses absorpsi air dari faeses terus berlanjut sepanjang massa faeses
berada didalam kolon, lama kelamaan massa faeses akan mengeras dan menyebabkan
Masalah yang dapat terjadi pada klien stroke adalah inkontinensia urine. Ini terjadi
karena klien dengan stroke mengalami perubahan fungsi cerebral, dimana kemampuan untuk
mengendalikan pengeluaran urine menurun atau hilang akibat adanya penurunan fungsi
kontrol otak terhadap bladder. Hal ini menyebabkan sensasi untuk berkemih tidak dirasakan.
5) Sistem Persyarafan
Dampak pada sistem persyarafan tergantung pada area otak mana yang mengalami
kesadaran, umumnya terjadi pada tahap awal hemoragik. Individu akan tetap sadar bila
penyebab strokenya adalah trombosis, gangguan tingkah laku, gangguan fungsi kognitif,
kelemahan atau paralisis, reflek tendon melemah secara kontralateral, aphasia dan kejang.
6) Sistem Muskuloskeletal
baik Upper Motor Neuron maupun Lower Motor Neuron, sehingga terjadi penurunan
7) Sistem Integumen
Immobilisasi lama pada klien stroke dapat menyebabkan penekanan pada daerah yang
menonjol seperti bokong, pinggul, pergelangan kaki serta tumit. Penekanan tersebut
mengakibatkan terjadinya penyumbatan aliran darah, sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke
jaringan menurun maka terjadilah iskemia jaringan. Lama kelamaan jaringan sekitar menjadi
8) Sistem Endokrin
Akibat suplai darah keotak terganggu, maka kemungkinan suplai darah ke hipotalamus
dan hipofise sebagai master of glans berkurang, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa
darah sebagai akibat peningkatan metabolisme dari efek hormon tiroid sebagai upaya tubuh
b. Terhadap Psiko-Sosial-Spiritual
Individu yang mengalami stroke akan muncul respon psikologis berupa perubahan
aspek mental akibat gangguan fungsi serebral dan ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik
sehingga dapat menurunkan produktifitas klien. Tidak jarang individu yang mengalami stroke
akan menderita kelemahan dalam berpikir abstrak, kesulitan dalam memusatkan perhatian,
berkomunikasi dan perubahan konsep diri. Hal tersebut dapat menyebabkan kecemasan pada
klien atau bahkan sampai terjadi depresi, akibatnya klien menarik diri dari lingkungan. Selain
itu kelemahan pada bagian tubuh sering menjadi hambatan klien dalam memenuhi kebutuhan
rohaninya.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Fase Akut
Untuk merawat keadaan akut perlu dipertimbangkan faktor-faktor kritis sebagai berikut :
Kateter urine menetap (kateter Folley) sebaiknya hanya dipakai dengan pertimbangan khusus
a) Klien stroke harus di ubah posisinya setiap jam dan latihan gerakan pasif setiap 2 jam.
b) Dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan pasif penuh sebanyak 50 kali per
hari, tindakan ini perlu untuk mencegah tekanan pada daerah tertentu dan untuk mencegah
b. Pengobatan konservatif.
a) Berikan plasma beku segar (FFP 4-8 unit setiap 4 jam) dan vitamin K 15 mg intravena bolus,
b) Kendalikan hipertensi karena tekanan yang tinggi dapat menyebabkan perburukan edema
perihematoma serta meningkatkan kemungkinan perdarahan ulang. Tekanan darah sistolik >
c) Konsul bedah saraf apabila perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 centimeter untuk
d) Berikan manitol 20 % (I kg/ kg BB, intravena dalam 20-30 menit) untuk pasien dengan koma
a) Tekanan darah yang tinggi pada stroke iskemik tidak boleh cepat-cepat diturunkan karena
akibatnya dapat memperluas infark dan memburuknya status neurologis. Aliran darah yang
meningkat akibat tekanan perfusi otak yang meningkat bermanfaat bagi daerah otak yang
mendapat perfusi marginal. Tetapi tekanan darah yang terlalu tinggi, dapat menimbulkan
mendekati normal, kontrol pada kondisi : Stroke kardioemboli, TIA atau infark karena
d) Pasien stroke dengan infark miokard harus diberikan antikoagulan sampai minimal 1 tahun
e) Pertimbangkan pemeriksaan darah pada kasus penyebab stroke pada usia muda contohnya
c. Perawatan
1) Bila pasien sadar penuh lakukan pemeriksaan tes kemampuan menelan, bila hasilnya negatif
2) Lakukan perubahan posisi tiap 2 jam dan latihan gerak sendi tiap 4 jam.
3) Stimulasi sensorik, kognitif, memori, bahasa sedini mungkin untuk mempercepat restorasi
4) Lakukan perawatan kateter pada klien dengan penurunan kesadaran, lakukan latihan vesika
sedini mungkin.
1) Pencegahan primer
a) Hindari merokok, stress mental, alkohol, kegemukan dan konsumsi garam berlebihan.
2) Pencegahan sekunder
10. Komplikasi
a. Hipoksia cerebral
jaringan.
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas pembuluh darah serebral.
Hidrasi adekuat harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah
serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan aliran
c. Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup
jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya
menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak
konsisten dan menghentikan trombus lokal, selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus
Proses keperawatan merupakan suatu modalitas pemecahan masalah yang didasari oleh
metode ilmiah, yang memerlukan pemeriksaan secara sistematis serta identifikasi masalah
dengan pengembangan strategi untuk memberikan hasil yang diinginkan. (Hidayat, A. Azis.,
2001:8).
Proses keperawatan tersebut meliputi lima tahap, yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang berkesinambungan dan berkaitan
satu sama lain.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status bangsa, status
perkawinan, tanggal masuk RS, nomor medrek, diagnosa medis dan alamat.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Pada umumnya keluhan yang paling dirasakan klien dengan gangguan sistem persarafan
akibat stroke akan ditemukan adanya lumpuh sebelah. Adanya hemiplegi, herniasi, kemudian
rasa pusing / nyeri kepala, bicara rero dan sulit dimengerti.. Dikembangkan pula dengan
menggunakan konsep PQRST mulai dari adanya keluhan sampai datang ke rumah sakit untuk
meminta pertolongan.
b) Keluhan saat pengkajian
Pada stroke perdarahan biasanya akan ditemukan adanya penurunan tingkat kesadaran dan
kemungkinan sampai terjadi koma sehingga klien tidak dapat dilakukan pengajian tentang
keluhan utamanya, sedangkan pada stroke akibat infark biasanya terjadi kelumpuhan sebelah
(hemiplegi), kepala pusing atau nyeri, bicara tidak jelas (rero) dan klien mengeluh lemah
tubuh. Dikembangkan dengan menggunakan konsep PQRST.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada umumnya klien stroke akan didapatkan adanya riwayat hipertensi, Diabetes Melitus,
dan atau penyakit jantung dan beberapa kebiasaan yaitu makan-makanan yang tinggi garam
dan lemak, obesitas kebiasaan merokok, minum alkohol, riwayat penggunaan pil kontrasepsi,
sering stress dan kurang beraktivitas.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga.
Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat penyakit heriditer, yaitu: adanya keluarga
yang mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan riwayat stroke /
TIA.
e. Pemeriksaan Fisik.
1) Sistem Pernafasan.
Klien akan didapatkan batuk tidak efektif, pernafasan tidak teratur, kemungkinan cheynes-
stokes dan terjadi paralisis otot pernafasan, bunyi nafas ngorok ronchi, adanya sekret dan
aspirasi.
2) Sistem Kardiovaskuler.
Adanya hipotensi, denyut nadi perifer berkurang tetapi nadi sentral kuat, terdengar bunyi
jantung tambahan seperti mur-mur atau gallop dan irama jantung tidak teratur.
3) Sistem Gastro Intestinal.
Nafsu makan menurun, kehilangan sensasi pada lidah, paralise pada otot wajah dan
kerongkongan (disfagia), sehingga menimbulkan masalah dalam menelan dan mengunyah,
serta terjadi peristaltik usus menurun yang mengakibatkan konstipasi. Distensi abdomen dan
penembahan berat badan dengan pesat terjadi pada klien stroke disertai penyakit jantung.
4) Sistem Persarafan.
Dapat terjadi penurunan tingkat kesadaran dihitung dari nilai GCS biasanya pada stroke
dengan hemoragik, biasanya stroke infark pada hemisfer serebri tetap sadar selama
perjalanan penyakitnya.
a) Tes Fungsi Serebral.
(1) Status Mental.
Dapat timbul gejala disorientasi waktu, tempat dan orang, menjadi kurang konsentrasi dan
perhitungan, ataupun dalam memori.
(2) Pengkajian Bicara.
Klien dengan stroke didapatkan bicara menjadi tidak jelas, bicara rero, pelo dan tidak
dimengerti.
b) Tes Fungsi Nervus Kranial.
(a). Kerusakan Nervus I (olfaktorius) memperlihatkan gejala penurunan daya penciuman.
(b). Nervus II (optikus). Penurunan daya penglihatan kehilangan sebagian penglihatannya, atau
bahkan terjadi diplopia.
(c). Nervus III (okulamotorius), Nervus IV (troklearis) dan Nervus VI (abdusens). Kerusakannya
akan menyebabkan penurunan lapang pandang perubahan ukuran pupil, pupil tidak sama,
pupil berdilatasi, pergerakan bola mata tidak simetris.
(d). Nervus V (trigeminus). Kerusakannya akan menyebabkan gangguan dalam mengunyah,
terjadi paralisis otot wajah dan penurunan fungsi reflek kornea.
(e). Nervus VII (fasialis). Asimetris wajah saat tersenyum, melemahnya penutupan kelopak mata
dan hilangnya rasa 2/3 bagian tidak anterior lidah.
(f). Nervus VIII (akustikus). Menyebabkan menurunnya fungsi pendengaran dan daya
keseimbangan tubuh.
(g). Nervus IX (glosofaringeus), Nervus X (vagus). Biasanya terjadi cegukan (hiccuping), biasa
terjadi pada klien dengan resiko peningkatan intra kranial, menurunnya reflek menelan,
menurunnya fungsi rasa pada 1/3 posterior lidah.
(h). Nervus XI (asesorius). Biasanya terjadi penurunan kekuatan otot sternokleidomastoideus dan
otot trapezius.
(i). Nervus XII (Hipoglosus). Gejala yang biasa timbul adalah jatuhnya lidah ke salah satu sisi,
menurunnya fungsi pergerakan lidah.
c) Pemeriksaan motorik.
Dapat terjadi massa otot atropi, tonus otot menjadi kurang baik, terdapat penurunan kekuatan
otot.
d) Fungsi sensoris.
Bila terjadi kerusakan pada neuron sensoriknya kemungkinan klien tidak dapat merasakan
sentuhan atau goresan tumpul, tajam dan halus. Tidak dapat membedakan panas dan dingin.
e) Fungsi serebelum.
Fungsi koordinasi menjadi kurang sempurna dan terdapat gangguan keseimbangan tubuh.
f) Tes fungsi refleks.
Terjadi penurunan reflek-reflek karena menurunya respon motorik involunter yang
ditimbulkan karena adanya rangsangan di sepanjang lengkung reflek .
g) Rangsang selaput meningeal.
Pada klien dengan stroke perdarahan intra serebral pun tanda meningeal dapat positif apabila
stroke tersebut disebabkan karena sebelumnya ada riwayat hipertensi.
5)Sistem Perkemihan.
Terjadi perubahan pola eliminasi seperti inkontinensia urine karena adanya paralise spinkter
uretra.
6)Sistem Muskuloskeletal.
Biasanya terjadi kesulitan dalam aktivitas karena lemah, kehilangan fungsi sensasi, paralisis
pada sebagian atau seluruh motorik, perubahan tonus otot, kelelahan, adanya pengurangan
massa otot, terbatasnya Range Of Motion.
7)Sistem Integumen.
Pada stroke yang immobilitas lama terjadi kerusakan pada kulit daerah yang tertekan akibat
immobilitasi yang menimbulkan perubahan aliran darah ke area yang tertekan dan menonjol.
f. Data Psikologis.
1) Status Emosi : dapat dijumpai ketidakstabilan emosi klien menghadapi penyakitnya.
2) Konsep diri : perubahan dalam konsep diri karena ketakutan akan timbulnya kecacatan,
pandangan negatif terhadap dirinya, perubahan peran akibat adanya ketergantungan.
3) Gaya komunikasi : bicara klien tenang, hati-hati, banyak bicara atau memiliki kesulitan
dalam mengungkapkan kata-kata, rero, afasia motorik, afasia sensorik yang mengakibatkan
klien kesulitan untuk mengekspresikan diri dengan komunikasi non verbal, kecocokan bahasa
non verbal dengan verbal, komunikasi jelas atau tidak.
4) Pola koping : hal apa saja yang dilakukakan klien dalam mengatasi masalahnya adakah
tindakan yang maladaftif dan kepada siapa klien meminta bantuan atau menceritakan apabila
ada masalah.
g. Data Sosial.
Terjadi penarikan diri dari interaksi sosialnya akibat ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
h. Data Spiritual
Kesulitan untuk melakukan kewajiban sebagai umat beragama, perasaan marah kepada
Tuhan.
i. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
diagnosa stroke, bagaimanapun pemeriksaan darah termasuk hematokrit dan hemoglobin, bila
mengalami peningkatan dapat menunjukkan oklusi yang lebih parah. Masa protrombin dan
masa protrombin parsial yang memberikan dasar dalam memberikan dasar dimulainya terapi
anti koagulan. Peningkatan leukosit dapat menandakan adanya infeksi seperti endokarditis.
Biasanya klien stroke akan dilakukan pemeriksaan Protrombin Time (PT) dan Partial
Pemeriksaan CSF juga dilakukan untuk melihat adanya sel darah merah dalam CSF yang
2) Pemeriksaan Penunjang
Resonance
Imaging)
d. EEG (Elektro : Membantu dalam menentukan lokasi.
ST.
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan stroke menurut Marilynn E.
492), yaitu :
gerak.
c. Gangguan pemenuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan melemahnya
f. Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
tingkat kesadaran.
j. Gangguan pemenuhan diri : body image menurun berhubungan dengan adanya parese
otot.
k. Gangguan rasa aman : cemas dari keluarga berhubungan dengan ketidakpastian hasil
3. Perencanaan
a. Gangguan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah :
Kriteria evaluasi :
No Intervensi Rasional
1. Tentukan faktor-faktor yang Kerusakan dan kegagalan memperbaikinya
berhubungan dengan penyebab setelah fase awal memerlukan tindakan
penurunan perfusi serebral pembedahan atau klien harus dipindahkan
keruang perawatan kritis.
Pantau status neurologis sesering Mengetahui kecenderungan peningkatan
2. TIK, dan mengetahui kemajuan, atau
mungkin dan bandingkan dengan
keadaan normal kerusakan SSP.
Observasi tanda-tanda vital, catat adanya Tersumbatnya arteri subklavia dapat
3. hiper / hipotensi, bandingkan kiri dan dinyatakan dengan adanya perbedaan
kanan. Catat irama dan pola pernafasan, tekanan pada kedua lengan, ketidakteraturan
catat frekuensi dan irama jantung. irama pernafasan dapat memberikan
gambaran lokasi kerusakan serebral,
disritmia atau mur-mur mungkin
mencerminkan adanya penyakit jantung
yang menjadi faktor pencetus.
Reaksi pupil berguna menentukan apakah
Evaluasi keadaan pupil, catat bentuk, batang otak tersebut masih baik atau tidak.
4. ukuran, kesamaan dan reaksinya
terhadap cahaya. Aktivitas dan stimulus yang kontinyu dapat
Pertahankan keadaan tirah baring, meningkatkan TIK.
ciptakan lingkungan yang tenang. Valsava manuver dapat meningkatkan TIK.
5. Cegah terjadinya defekasi dan
pernapasan yang memaksa (batuk terus
6. menerus).
Berikan oksigen sesuai indikasi. Menurunkan hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi serebral.
7.
gerak.
Tujuan :
Mempertahankann posisi yang optimal agar dapat berfungsi seperti pada saat tidak ada
kontraktur.
Kriteria Evaluasi.
- Klien dapat melakukan mobilisasi yang ringan sampai kemampuan yang sesuai dengan
kondisi klien.
Tujuan :
Kriteria Evaluasi:
No Intervensi Rasional
1. Timbang Berat badan. Penimbangan berat badan dapat
mendeteksi perkembangan berat badan
No Intervensi Rasional
sehingga memudahkan untuk intervensi
2 Stimulasi bibir untuk menutup dan selanjutnya.
membuka mulut secara manual Membantu dalam melatih kembali
denagn menekan rinagn diatas bibir
/ dibawah dagu
motorik dan meningkatkan kontrol
Kaji perkembangan kemampuan muskuler
3. menelan klien
Lakukan kolaborasi untuk
4. pemberian makanan melalui NGT Mengetahui tingkat perkembangan dan
kemajuan dari kemampuan menelan klien
Mulailah untuk memberikan Dengan pemberian makanan melalui NGT
5. makanan per orl setenganh cair, memudahkan nutrisi masuk kebutuhan sehingga
makana lunak ketika pasien dapat kebutuhan nutrisi terpenuhi.
menelan air Makanan lunak atau cairan kental lebih mudah
Lakukan kolaborasi untuk untuk mengendalikannya didalam mulut,
pemberian cairan melalui IV . menurunkan risisko terjadinya aspirasi
6.
Tujuan :
Kriteria Evaluasi :
No Intervensi Rasional
1. Kembangkan bentuk komunikasi klien Dapat membantu klien mudah berkomunikasi,
dengan memulai bahasa isyarat atau mengurangi kebingungan pada klien sehingga
panggilan yang jelas serta mudah klien mampu melakukan komunikasi.
dimengerti.
Bicaralah pada klien dengan suara Klien dengan gangguan pola
2. tidak terlalu keras dan cepat.
komunikasi tidak semuanya
mengalami gangguan pendengaran
sehingga suara yang keras dan terlalu
Latih mengucapkan kata-kata pendek
cepat membuat klien marah karena
3. dan suruh klien mengulanginya dan klien dengan gangguan ini mudah
memberi umpan balik. sensitif.
Agar kemampuan bicara klien kembali
No Intervensi Rasional
Mintalah pasien untuk mengucapkan berfungsi seperti semula, umpan balik dapat
4. suara sederhana seperti sh atau membantu klien untuk mengerti kalimat yang
pus. diucapkannya.
Mengidentifikasi adanya disatria sesuai
komponen motorikdari bicara (seperti lidah,
Kolaborasi : konsultasi ke bagian gerakan bibir, kontrol nafas) yang dapat
speect therapist. mempengaruhi artikulasi dan mungkin juga
5. tidak disertai afasia motorik
Dapat mengetahui kemampuan verbal, motor
sensasi dan kemampuan kognitif dan untuk
melakukan therapi rehabilitasi.
Tujuan :
Kriteria evaluasi :
No Intervensi Rasional
1. Evaluasi adanya gangguan penglihatan, Gangguan pada penglihatan berdampak
catat adanya penurunan lapang negatif terhadap kemampuan klien menerima
pandang, perubahan persepsi. lingkungan dan mempelajari kembali
keterampilan motorik dan meningkatkan
resiko terjadinya cedera.
Dekati pasien dari daerah penglihatan Mencegah klien terkejut.
2.
yang normal, biarkan lampu menyala.
Ciptakan lingkungan yang tidak Menurunkan jumlah stimulus penglihatan
3. membahayakan. yang mungkin dapat menimbulkan
kebingungan terhadap interpretasi lingkungan.
Berikan latihan stimulus panas / dingin, Membantu melatih kembali jaras sensorik
4. tajam / tumpul dan sentuhan. untuk menginterpretasikan persepsi dan
interpretasi stimulasi.
f. Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
tingkat kesadaran.
Tujuan :
Jalan nafas tetap baik dan lancar.
Kriteria evaluasi :
No Intervensi Rasional
1. Ubah posisi semifowler setiap 2 jam Posisi semi fowler dapat mengeluarkan secret
sekali. dan mencegah aspirasi sehingga membuka jalan
nafas dan kebutuhan 02 terpenuhi.
2. Lakukan pengisapan lendir dengan Dengan dilakukannya pengisapan lendir maka
hati-hati selama 10-15 detik. jalan napas akan bersih dan akumulasi secret
dapat dicegah sehingga pernafasan akan tetap
lancar dan efektif.
Dengan melakukan clapping dapat membantu
3. Lakukan fisioterapi dada / clapping. melepaskan secret pada daerah bronchus.
Membantu asupan O2 adekuat dengan
4. Kolaborasi dengan dokter untuk menghindari resiko kesalahan penggunaan
pemberian O2 (terlalu banyak atau terlalu sedikit) dan
komplikasi lanjut
Analisa gas darah dapat menentukan keefektifan
Lakukan kolaborasi dengan tim respirator, keseimbangan cairan asam basa dan
5. analisis dan melaksanakan analisis kebutuhan terapi.
gas darah.
Tujuan :
Kriteria Evaluasi:
No Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan BAK klien Mengetahui tingkat gangguan terhadap
pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK
2. Kolaborasi pemasangan kateter. Dengan pemasangan kateter dapat membantu
pengosongan bladder sehingga retensi urine
dapat dicegah.
No Intervensi Rasional
Memberikan informasi tentang fungsi kandung
3. Observasi haluaran urine kemih dan perkembangan dari fungsi spingter
Akan melatih dan merangsang kontraksi bladder
4. Latih pengosongan bladder secara sehingga klien dapat menahan atau
teratur pada jam-jam tertentu. mengeluarkan urine secara tepat.
Tujuan :
Kriteria evaluasi:
Tujuan :
Kriteria Evaluasi :
- Makan, minum, eliminasi dan personal hygiene terpenuhi.
No Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan dan tingkat Membantu mengantisipasi / merencanakan
kekurangan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan secara individual.
kebutuhan sehari-hari
2. Hindari melakukan sesuatu untuk Pasien mungkin menjadi sangat ketakutan dan
pasien yang dapat dilakukan pasien sangat tergantung meskipun bantuan yang
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai diberikan bermanfaat dalam mencegah
kebutuhan. frustasi.
Tempatkan alat-alat yang dibutuhkan Meningkatkan kemandirian dan mendorong
3. berdekatan dengan klien klien untuk berusaha sesuai dengan
kemampuannya.
Observasi keadaan integritas kulit Penekanan yang terlalu lama beresiko
4. terutama daerah yang menonjol dan terjadinya iskemia, stimulasi sirkulasi
lakukan masase mencegah kerusakan kulit
Berikan umpan balik positif untuk Meningkatkan makna diri, meningkatkan
setiap tindakan yang berhasil kemandirian dan mendorong klien untuk
5. dilakukan. berusaha sesuai dengan kemampuannya.
Kaji ulang kekuatan otot klien Mengetahui kemampuan kekuatan klien dalam
pemenuhan aktivitas
6. Libatkan keluarga dalam memenuhi Memandirikan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan klien (mandi, keramas, sikat kebutuhan personal hygiene klien.
7. gigi dll)
j. Gangguan konsep diri : body image menurun berhubungan dengan adanya parese otot.
Tujuan :
Kriteria evaluasi :
Tujuan :
Kriteria evaluasi :
l. Defisit pengetahuan mengenai kondisi dirinya dan prosedur pengobatan berhubungan dengan
Tujuan :
Kriteria evaluasi :
No Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang keterbatasan saat ini dan Meningkatkan pemahaman dan memberikan
diskusikan rencana kemungkinan harapan pada masa yang akan datang.
kembali aktivitas.
2. Tinjau ulang atau pertegas kembali Aktivitas yang dianjurkan pembatasan dan
pengobatan yang diberikan. Identifikasi kebutuhan obat atau terapi dibuat atas dasar
cara meneruskan program setelah pulang. pendekatan interdisiplin terkoordinasi.
Identifikasi tanda dan gejala yang Menurunkan resiko terjadinya komplikasi.
3. memerlukan kontrol secara medis.
Identifikasi faktor-faktor resiko secara Meningkatkan kesehatan secara umum dan
4. individual. mungkin menurunkan resiko kambuh.
Identifikasi sumber-sumber yang ada di Meningkatkan kemampuan koping dan
5. masyarakat, seperti perkumpulan stroke meningkatkan penanganan di rumah dan
atau program pendukung lainnya. penyesuaian terhadap kerusakan.
Rujuk/tegaskan perlunya evaluasi dengan Kerja sama yang baik pada akhirnya
tim ahli rehabilitasi seperti ahli fisio- diharapkan atau meminimalkan adanya
6. terapi fisik, okupasi dan terapi wicara. gejala sisa atau penurunan neurologis.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, yang menyediakan nilai informasi
mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari
hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. (Hidayat,
A. Azis., 2001:12).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau ada masalah baru atau mungkin terdapat data
klien.