Anda di halaman 1dari 27

MODUL 7

HIDROLIKA SUNGAI

Nama Praktikan : Aprillia Eka Andriani (15715025)

Kelompok/Shift : III/10.30-11.30

Tanggal praktikum : 12 Mei 2017

Tanggal pengumpulan : 21 Mei 2017

PJ Modul : Aji Mustiaji Mahmudin

Asisten yang Bertugas : Aji Mustiaji Mahmudin

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
I. Tujuan
1. Menghitung debit aliran sungai untuk menentukan distribusi kecepatan aliran sungai
2. Menghitung jari-jari hidrolis sungai untuk menentukan penampang sungai
3. Menentukan kecepatan aliran sungai untuk menentukan kontur distribusi diseluruh
penampang sungai.
II. Prinsip Dasar
Prinsip yang digunakan pada praktikum modul hidrolika sungai ini ialah mengukur
persebaran kecepatan aliran sungai dengan membagi lebar ukuran sungai menjadi
beberapa segmen (area velocity method). Dari segmen-segmen tersebut kemudian
dilakukan pengukuran kecepatan alirnya menggunakan pelampung permukaan beserta
kedalamannya. Pengukuran kecepatan alir tiap segmen didasarkan pada waktu yang
digunakan pelampung permukaan untuk meregangkan tali dan kedalaman yang diukur
(Flow area method).
III. Teori Dasar
Sungai merupakan aliran air di permukaan bumi yang mengalir dari hulu ke hilir
menuju danau atau laut yang terjadi secara alamiah. Sumber aliran sungai dapat berasal
dari gletser yang mencair, dari danau atau dari mata air alami. Kebanyakan hulu sungai
berada di daerah dataran tinggi seperti perbukitan atau pegunungan. Aliran air yang
mengalir turun akan semakin banyak karena mendapatkan tambahan sumber air dari
sungai lainnya, dari hujan maupun salju. (Nestor, 2010)

Sungai merupakan bagian penting pada sistem perairan bumi. Sungai merupakan
pembentuk permukaan bumi, yang membawa air dari darat ke laut dalam jumlah yang
besar. Sungai juga mengalirkan limbah dari perumahan, industri dan pertanian. Sumber
aliran sungai pada mulanya berupa air yang jernih. Pada saat mengalir ke hilir, sungai
akan membawa partikel-partikel tanah dan batuan yang disebut endapan. Aliran sungai ini
kemudian akan menyebabkan pengikisan pada penampang sungai. (Nestor, 2010)

Pada umumnya, sistem perairan sungai terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut.
Gambar 3.1 Bagian-bagian Sungai

1. Hulu (River source/headwaters)


Hulu adalah awal mula aliran sungai. Kebanyakan daerah hulu berasal dari mata air
bawah tanah atau danau di pegunungan yang airnya berasal dari salju gunung yang
mencair. Kondisi hulu sangat menentukan kualitas aliran air sampai ke hilir.

2. Saluran (Channel)
Bentuk saluran sungai bergantung dari berapa banyak dan berapa lama air yang
mengalir, bagaimana jenis tanah dan jenis batuan permukaan, dan vegetasi apa saja yang
dilalui. Saluran sungai akan terus berubah sepanjang waktu. Belokan-belokan pada saluran
(meander) disebabkan karena adanya pengikisan saluran pada tikungan sehingga aliran
menjadi membelok.

3. Tepian (riverbank)
Permukaan tanah yang berada di sisi sungai disebut tepian sungai. Pepohonan dan
vegetasi lainnya di tepian sungai biasa disebut sebagai zona riparian. Zona ini
merupakan daerah kaya nutrisi, yang menjadi habitat bagi satwa. Daerah ini juga
memberikan perlindungan pada tanah terhadap erosi saat banjir dan menyaring polusi dari
perkotaan.
4. Dataran Banjir (Floodplains)
Dataran banjir merupakan daerah datar di sebelah sungai, danau dan perairan pesisir
yang secara akan terendam air secara berkala ketika banjir. Dataran banjir menyerap air
luapan sungai sehingga tidak mengalir ke hilir dan mencegah terjadinya banjir dari
limpasan air ke permukiman di hilir sungai.

5. Delta atau Muara


Delta merupakan ujung dari aliran sungai. Di delta sungai, kecepatan aliran sungai
akan berkuran dan aliran air akan menyebar ke segala arah membentuk kipas. Delta
terjadi pada pertemuan sungai dengan laut, danau, atau lahan basah. Saat aliran sungai
menyebar, sungai tidak dapat lagi mengangkut semua pasir dan sedimen yang diambil
sepanjang aliran dari hulu. Sedimen ini mengendap dan membentuk lahan pertanian yang
subur. Delta juga menjadi tempat berkembang biak dan tempat bersarang untuk ratusan
spesies ikan dan burung.

6. Lahan Basah (Wetlands)


Lahan basah adalah lahan yang terendam air dari danau, sungai, samudra, atau mata
air di dekat danau. Lahan basah ada yang selalu basah sepanjang tahun, ada pula yang
mengering pada musim tertentu. Lahan basah menyediakan habitat bagi berbagai jenis
tumbuhan dan hewan dan berfungsi sebagai spons alami yang menyerap dan melepaskan
air limpasan banjir secara perlahan. Satu hektar lahan basah, yang jenuh sampai
kedalaman satu kaki, akan menahan 330.000 galon air setara dengan air yang merendam
tiga belas rumah berukuran rata-rata setinggi paha. Lahan basah juga membantu
menyediakan air bersih secara alami untuk menyaring polusi.

Sungai terbentuk secara alami sesuai dengan topografi, geologi dan hidrologi
kondisi daerah setempat. Dalam perkembangannya, pengaruh demografi, sosial dan
budaya dari penduduk lokal sering membawa dampak terhadap kondisi fisik sungai.
Indonesia memiliki beberapa kondisi topografi, geologi dan hidrologi di seluruh
wilayahnya. Hasil kondisi tersebut di beberapa jenis sungai, dengan fitur dan
karakteristik mereka berbeda dari satu sama lain.

Jenis sungai terbagi menjadi 5 sungai yaitu sungai pasang surut (tidal rivers),
sungai non pasang surut (nontidal rivers), sungai kering (dry rivers), sungai dengan aliran
debris (debris flow rivers) dan sungai bawah tanah (underground rivers). (Sukardi, 2013).
Pengukuran debit dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan debit sesaat. Data
pengukuran debit yang diperoleh dari suatu pos duga air pada kondisi muka air rendah,
sedang dan tinggi selanjutnya digunakan untuk pembuatan grafik hubungan antara tinggi
muka air dengan debit (Rating curve). Penggunaan metode, peralatan dan pemilihan lokasi
pengukuran sangat berpengaruh pada kualitas data pengukuran.

Ada beberapa metode pengukuran debit yang sering digunakan, baik pengukuran
langsung maupun pengukuran tidak langsung, demikian pula peralatan yang digunakan.
Pelaksanaan pengukuran debit aliran saluran sungai dan saluran terbuka ini merupakan
cara langsung menggunakan alat ukur arus dan pelampung. Penggabungan panduan ini
disusun untuk memberikan acuan kepada para pengguna tentang tata cara pengukuran
debit sungai dan saluran terbuka dengan alat ukur arus tipe baling-baling dan pelampung.

Pengukuran dilakukan di beberapa titik dalam suatu penampang aliran, yaitu


dengan beberapa cara berikut:
1. Pengukuran pada satu titik yang umumnya dilakukan jika kedalaman aliran kurang dan
1 meter. Alat ditempatkan pada kedalaman 0.6 H diukur dari muka air.
2. Pengukuran pada beberapa titik, dilakukan pada kedalaman 0.2 H dan 0.8 H diukur dari
muka air. Kecepatan rerata dihitung sebagai berikut.
V =0,5 (V0,2 +V0,8)
3. Pengukuran dengan tiga titik dilakukan pada kedalaman 0.2 H, 0.6 H dan juga pada 0.8
H. Hasilnya dirata-ratakan dengan rumus sebagai berikut.
V = 1/3 (V0,2+V0,6+V0,8)

Beberapa metode pengukuran debit aliran sungai adalah sebagai berikut.


1. Area velocity method
Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan
aliran. Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan
pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan
aliran dapat diukur dengan metode current-meter dan metode apung. Current meter
adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran/arus. Ada 2 tipe current meter yaitu tipe
baling-baling (proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh karena distribusi
kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horisontal, maka
pengukuran kecepatan aliran dengan alat ini tidak cukup pada satu titik. Debit aliran
sungai dapat diukur dengan beberapa metode. Tidak semua metode pengukuran debit
cocok digunakan. Pemilihan metode tergantung pada kondisi (jenis sungai, tingkat
turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai.
Prinsip current meter adalah menghitung kecepatan aliran. Luas penampang basah
ditetapkan berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air. Kedalaman
dapat diukur dengan mistar pengukur, kabel atau tali.
2. Flow area method
Prinsip Flow area method yaitu kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan
kecepatan pelampung (U), luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran
lebar saluran (L) dan kedalaman saluran (D), debit sungai (Q) = A x V atau A = A x k
dimana k adalah konstanta.
3. Metode kontinyu
Pengukuran debit dengan metode kontinyu yaitu current meter diturunkan kedalam
aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant dari permukaan dan setelah
mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama.

Gambar 3.2 Distribusi Kecepatan Aliran

Tata cara pengukuran debit aliran sungai dan saluran terbuka ini diatur dalam SNI
8066:2015, meliputi cara pengukura, peralatan dan sarana penunjang serta persyaratan
teknis dan nonteknis dalam pelaksanaan pengukuran debit aliran sungai dan saluran
terbuka yang telah lazim digunakan di Indonesia. Jenis alat ukur yang dibahas dalam tata
cara ini adalah alat ukur kecepatan aliran tipe baling-baling, pelampung permukaan dan
alat ukur penampang basah.

Dalam aliran yang luas, cepat dan dangkal atau dalam saluran yang sangat
halus, kecepatan maksimum mungkin sering ditemukan pada permukaan bebas.
Kekasaran saluran akan menyebabkan kelengkungan kurva distribusi kecepatan
vertikal meningkat. Di tikungan, kecepatan meningkat sangat besar di sisi luar
cembung, hal ini diakibatkan oleh adanya gaya sentrifugal dari aliran tersebut.
Bertentangan dengan keyakinan umum, angin permukaan memiliki sedikit efek pada
distribusi kecepatan.

Gambar 3.3 Efek Kekasaran terhadap Distribusi Kecepatan di Saluran Terbuka

Pada SNI 03-2414-1991 menjelaskan lama dan periode pengukuran pada


sungai dan saluran terbuka yang dipengaruhi oleh gravitasi. Lama pengukuran debit
tergantung dari perubahan keadaan aliran pada saat pengukuran dilaksanakan.
1. Pada saat aliran rendah pengukuran debit dilaksanakan dua kali dalam sekali
periode waktu pengukuran (bolak-balik di penampang basah yang sama).
2. Pada saat banjir pengukuran debit dilaksanakan satu kali dalam periode waktu
pengukuran.

Periode pelaksanaan pengukuran tergantung dari musim, yang diatur dengan


ketentuan sebagai berikut.
1. Pada musim kemarau pengukuran debit dilaksanakan cukup sekali dalam satu
bulan.
2. Pada musim penghujan pengukuran dilaksanakan berulang kali, paling sedikit 3
kali untuk setiap bulan.
3. Pada musim peralihan paling sedikit 2 kali dalam sebulan.

IV. Data dan Pengolahan


A. Data Awal
1. Nama Sungai : Sungai Cikapundung
2. Koordinat Lokasi : 65552 S 1073629 E
3. Waktu Pengamatan : 08.00 12.00 WIB

Gambar 4.1 Lokasi Pengambilan Data

Tabel 4.1 Data Awal Pengamatan

Segmen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
titik segmen ABC CDE EFG GHI IJK KLM MNO OPQ QRS STU UVW WXY YZAa
titik tengah segmen B D F H J L N P R T V X Z
lebar segmen (x, m) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
kedalaman sisi kiri (Di, m) 0,07 0,34 0,54 0,5 0,59 0,49 0,55 0,53 0,55 0,38 0,78 0,79 0,48
kedalaman sisi kanan (Dii, m) 0,31 0,54 0,5 0,59 0,49 0,55 0,53 0,55 0,38 0,78 0,79 0,48 0,39
kedalaman titik tengah segmen (H, m) 0,2 0,48 0,5 0,5 0,49 0,49 0,51 0,55 0,47 0,72 0,79 0,75 0,45
0.2 H 0,04 0,096 0,1 0,1 0,098 0,098 0,102 0,11 0,094 0,144 0,158 0,15 0,09
0.6 H 0,12 0,288 0,3 0,3 0,294 0,294 0,306 0,33 0,282 0,432 0,474 0,45 0,27
0.8 H 0,16 0,384 0,4 0,4 0,392 0,392 0,408 0,44 0,376 0,576 0,632 0,6 0,36
S (m) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Vp (m/s)
waktu (detik) 0,0000 16,6533 4,5633 3,3167 3,0867 3,2267 2,7567 2,5100 2,7033 2,8600 3,2167 5,0467 7,9600
B. Pengolahan
Untuk mendapatkan variabel-variabel yang akan ditentukan, dilakukan pengolahan
data terhadap data awal sesuai tahapan sebagai berikut. Pengolahan data ini menggunakan
data variabel 0.2H (atau variabel lainnya pada perhitungan pertama). Tahapan dilakukan pada
seluruh variabel 0.6H dan 0.8H, pada setiap segmennya.
1. Menghitung kecepatan putaran propeller (N)
R 0
N= = = 0 rps
t 30
2. Menghitung kecepatan tiap kedalaman tertentu dari dasar (Vh)
0,65 = (0,2085 ) + 0,030
0,65 10,16 = (0,2455 ) + 0,006
Data N hasil perhitungan berada pada rentang 0-1,5, dengan demikian digunakan
rumus konversi pertama.
h = (0,2085 0) + 0,030
h = 0,030 m/s
3. Menghitung kecepatan rata-rata tiap segmen (vri)
.0,2 + 0,8 1
. = ( + . 0,6) . . = 0,0370 /
2 2

4. Menghitung kecepatan permukaan tiap segmen (Vpi)



= = =

5. Menghitung v1
.0,2 + 0,8 0,03 +0,0439
= = = , /
2 2

6. Menghitung eror
1 0,0370 0,0370
1 = .100% = .100% = 0 %
0,0370
0.6 0,0370 0,0370
2 = .100% = .100% = 0 %
0,0370

7. Menghitung luas tiap segmen (Ai)


(+) . (0,07+0,31) . 1
A1 = [ ]=[ ] = 0,1900 m2
2 2

8. Menghitung luas total (Atotal)


= 13
=1 = 6,7350 m
2

9. Menghitung debit tiap segmen (Qi)


Q1 = A1 x vr = 0.1900 x 0,0370 = 0,0007 m3/s
10. Menghitung debit total (Qtotal)
11. = 13
=1 = , /

12. Menghitung panjang melintang (m)


0.5 0.5
= [( )2 + 2 ] = [(0,31 0,07)2 + 12 ] = 1,0284 m
13. Menghitung panjang total (mtotal)
13

= = ,
=1

14. Menghitung jari-jari hidrolis (Rh)


6,7350
Rh = = = ,
13,2026
C. Data Akhir

Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Data

Segmen (i) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Titik segmen ABC CDE EFG GHI IJK KLM MNO OPQ QRS STU UVW WXY YZAa
Titik tengah segmen B D F H J L N P R T V X Z
Lebar segmen (x, m) 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
Jarak ke titik tengah segmen (xh, m) 0,5000 1,5000 2,5000 3,5000 4,5000 5,5000 6,5000 0,5000 1,5000 2,5000 3,5000 4,5000 5,5000
Kedalaman sisi kiri (Di, m) 0,0700 0,3400 0,5400 0,5000 0,5900 0,4900 0,5500 0,5300 0,5500 0,3800 0,7800 0,7900 0,4800
Kedalaman sisi kanan (Dii, m) 0,3100 0,5400 0,5000 0,5900 0,4900 0,5500 0,5300 0,5500 0,3800 0,7800 0,7900 0,4800 0,3900
Kedalaman di titik tengah (H, m) 0,2000 0,4800 0,5000 0,5000 0,4900 0,4900 0,5100 0,5500 0,4700 0,7200 0,7900 0,7500 0,4500
0,2H 0,0400 0,0960 0,1000 0,1000 0,0980 0,0980 0,1020 0,1100 0,0940 0,1440 0,1580 0,1500 0,0900
0,6H 0,1200 0,2880 0,3000 0,3000 0,2940 0,2940 0,3060 0,3300 0,2820 0,4320 0,4740 0,4500 0,2700
0,8H 0,1600 0,3840 0,4000 0,4000 0,3920 0,3920 0,4080 0,4400 0,3760 0,5760 0,6320 0,6000 0,3600
m (m) 1,0284 1,0198 1,0008 1,0040 1,0050 1,0018 1,0002 1,0002 1,0143 1,0770 1,0000 1,0469 1,0040
A (m2) 0,1900 0,4400 0,5200 0,5450 0,5400 0,5200 0,5400 0,5400 0,4650 0,5800 0,7850 0,6350 0,4350
N0,2H (rps) 0,0000 1,9000 1,7333 1,9000 2,0000 2,0333 1,9667 2,0000 1,8667 1,6000 1,6333 0,5333 0,1333
N0,6H (rps) 0,0333 1,7000 1,6000 1,4667 1,6333 1,7000 1,7667 1,0000 1,4000 1,2333 1,2000 0,5667 0,4333
N0,8H (rps) 0,0667 1,2333 0,0000 0,0000 0,5667 1,6333 0,0000 0,4000 1,2000 1,0333 0,0000 0,0000 0,0000
Vp (m/s) 0,0000 0,0600 0,2191 0,3015 0,3240 0,3099 0,3628 0,3984 0,3699 0,3497 0,3109 0,1982 0,1256
V0,2H (m/s) 0,0060 0,4725 0,4315 0,4725 0,4970 0,5052 0,4888 0,4970 0,4643 0,3988 0,4070 0,1369 0,0387
V0,6H (m/s) 0,0142 0,4234 0,3988 0,3661 0,4070 0,4234 0,4397 0,2515 0,3497 0,3088 0,3006 0,1451 0,1124
V0,8H (m/s) 0,0224 0,3088 0,0060 0,0060 0,1451 0,4070 0,0060 0,1042 0,3006 0,2597 0,0060 0,0060 0,0060
Vr (m/s) 0,0142 0,4070 0,3088 0,3026 0,3640 0,4397 0,3436 0,2761 0,3661 0,3190 0,2535 0,1083 0,0674
Er1 (%) 0,0000 4,0215 29,1520 20,9555 11,8022 3,7221 27,9874 8,8933 4,4710 3,2065 18,5584 34,0054 66,8027
Er2 (%) 0,0000 4,0215 29,1520 20,9555 11,8022 3,7221 27,9874 8,8933 4,4710 3,2065 18,5584 34,0054 66,8027
Qsegmen (m^3/s) 0,0027 0,1791 0,1606 0,1649 0,1966 0,2287 0,1855 0,1491 0,1702 0,1850 0,1990 0,0688 0,0293
Qtotal (m^3/s) 1,9194
Atotal (m^2) 6,7350
m total (m) 13,2026
Rh (m) 0,5101

V. Analisis
A. Analisis A
1. Analisis Cara Kerja
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran kedalaman dan kecepatan aliran
sungai untuk sebagai data awal perhitungan variabel-variabel yang akan dicari.
Sebelum memulai pengambilan data, dilakukan analisis terhadap lokasi dan kondisi
sungai, seperti pengukuran suhu awal dan suhu akhir dan koordinat sungai. Tidak
dilakukan perhitungan massa jenis sungai pada percobaan ini, karena data massa jenis
tidak dibutuhkan sebagai data awal untuk menghitung variabel-variabel yang akan
dicari. Namun demikian, tidak seperti pengukuran massa jenis saat percobaan di
laboratorium, suhu awal dan suhu akhir dari hasil pengukuran di lokasi tidak dapat
digunakan untuk menentukan massa jenis air sungai. Hal ini dikarenakan air sungai
tidak hanya terdiri dari air tetapi terdiri dari berbagai jenis fluida dan senyawa-
senyawa terlarut lainnya. Dengan demikian, massa jenis bergantung dengan senyawa
apa saja yang ada di sungai tersebut bukan dari suhu air. Variabel-variabel yang
diukur saat pengambilan data hanya dilakukan satu kali untuk mempersingkat waktu,
tidak seperti pengambilan data di laboratorium yang dilakukan dengan tiga kali
pengulangan (triplo), dengan demikian besar kemungkinan memperoleh galat yang
cukup tinggi pada hasil perhitungan praktikum ini.
Sungai dibagi menjadi 13 segmen yang masing-masing segmennya selebar 1
meter. Kedalaman pada tiap segmen diukur dengan melakukan pengukuran terhadap
sisi kanan, tengah dan kiri segmen. Kemudian dilakukan lagi perhitungan 0.2, 0.6 dan
0.8 kali dari kedalaman tengah segmen, sehingga diperoleh data kedalaman sungai
pada tiap 0.5 meter dari 13 meter lebar sungai. Pengukuran kedalaman sungai
menurut modul dilakukan dari dasar ke permukaan sungai, namun jika melihat SNI
8066, pengukuran sungai dilakukan dari permukaan sungai ke dasar sungai, sehingga
pengukuran kedalaman pada 0.2H, 0.6H dan 0.8H ini disesuaikan dengan SNI 8066.
Kecepatan aliran dilakukan dengan 2 metode yaitu velocity area method dan
Flow area method. Velocity area method dilakukan dengan mengukur kecepatan pada
tiap kedalaman 0.2H, 0.6H dan 0.8H dengan menggunakan propeller. Propeller ini
ditenggelamkan pada kedalaman tertentu, dan baling-baling akan berputar seiring
aliran sungai. Putaran baling-baling dihitung dengan current meter yang terhubung
dengan baling-baling. Current meter akan menunjukkan nilai putaran baling-baling
per satuan waktu. Dalam percobaan ini digunakan waktu 30 detik. Dari data jumlah
putaran tersebut akan diperoleh nilai kecepatan aliran air dengan menggunakan rumus
tertentu.
Flow area method dilakukan dengan menghitung kecepatan pada permukaan
sungai. Kecepatan aliran diperoleh dengan mengukur waktu perpindahan benda
terapung yang dihanyutkan di permukaan sungai pada jarak tertentu. Percobaan ini
menggunakan bola pingpong yang diikat dengan tali sepanjang 1 meter. Perhitungan
waktu menggunakan stopwatch dan dilakukan pada tiap segmen (per 1 meter). Dari
data waktu perpindahan bola pingpong, akan diperoleh nilai kecepatan aliran di
permukaan dengan membagi jarak 1 meter dengan waktu hasil pengukuran.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data hasil pengamatan berupa
variabel-variabel yang dapat dianalisis hubungannya. Hubungan antarvariabel tersebut
yaitu kedalaman terhadap jarak, kecepatan terhadap kedalaman tiap segmen,
kecepatan aktual terhadap bentang sungai dan kontur kecepatan aliran sungai
Dari data pengukuran kedalaman pada sungai, diperoleh kedalaman tiap 0.5
meter. Data ini kemudian dinyatakan dengan grafik kedalaman sungai terhadap lebar
sungai. Grafik ini akan membentuk profil atau bentuk penampang melintang sungai
sebagai berikut.

2. Analisis Grafik
a. Grafik Penampang Melintang Sampel Sungai Cikapundung
Dari data pengukuran kedalaman pada sungai, diperoleh kedalaman tiap 0.5
meter. Data ini kemudian dinyatakan dengan grafik kedalaman sungai terhadap lebar
sungai. Grafik ini akan membentuk profil atau bentuk penampang melintang sungai
sebagai berikut.

Grafik 5.1 Penampang Melintang Sungai Cikapundung


Sumber : Perhitungan pada Ms. Excel
Grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin ke tengah maka akan semakin
dalam. Dapat diamati bahwa pada segmen 1-4,5 terdapat ketidak merataan kedalaman
sehingga membentuk kurva-kurva runcing. Kemudian pada segmen 4,5-6 terdapat
kurva yang melengkung kebawah. Kemudian pada segmen 9,5-12 terdapat kurva yang
melengkung keatas dan sangat derastis. Penampang sungai seperti ini berbeda dengan
keadaan penampang sungai pada umumnya, dimana sungai biasanya semakin ke
tengah akan semakin dalam, yang ditunjukkan seperti gambar penampang sungai
referensi sebagai berikut.

Gambar 5.2 Penampang Melintang Sungai Referensi


Sumber : https://www.americanrivers.org/rivers/discover-your-river/river-
anatomy/
Gundukan di tengah sungai dimungkinkan merupakan endapan pasir dari
material yang terbawa pada aliran sungai, misalnya pasir, tanah, batuan, endapan
organik seperti daun-daun bahkan sampah. Sedimen di dasar sungai ini
mengakibatkan pendangkalan pada sungai, dan membentuk profil penampang sungai
yang tergambar pada grafik. Sedangkan kurva lengkungan yang membuka ke bawah
pada segmen 4,5-6 dimungkinkan karena adanya batu pada sungai. Keberadaan batu
pada sungai ini merupakan hal yang biasa, dasar sungai tidak sepenuhnya kosong,
tentu ada kontur-kontur permukaan bumi yang membentuk penampang sungai.
Kemudian pada segmen 9,5-12 terdapat penurunan permukaan dasar sungai yang
dimungkinkan merupakan bentuk dari palung sungai. Bentuk sungai demikian, dapat
dikaitkan dengan lokasi Sungai Cikapundung yang berada di tengah Kota Bandung,
yang dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan. Keberadaan batu di tengah sungai
dimungkinkan adanya material hasil erupsi gunung berapi bertahun-tahun lalu, yang
jatuh di wilayah yang kini menjadi Sungai Cikapundung.
b. Grafik Persebaran Kecepatan Aliran Sungai
Grafik 5.3 Kecepatan terhadap Kedalaman saat 0.2H, 0.6H dan 0.8H
Sumber : Perhitungan pada Ms. Excel
Grafik diatas menunjukkan distribusi kecepatan aliran pada kedalaman 0.2H,
0.6H, dan 0.8H yang digambarkan dengan titik-titik, pada segmen 1-7. Segmen 1
digambarkan dengan titik ABC, segmen 2 pada titik CDE dan seterusnya. Besarnya
kecepatan pada tiap kedalaman berbeda-beda. Kecepatan maksimum terjadi pada
posisi rentang kedalaman 0,2H-0,6H yakni pada kedalaman 0,4H dan atau 0,5H.
Tidak seperti kedalaman 0,2H dan 0,8H, pada kedalaman 0,2H air masih terpangaruh
gaya gesek dari udara atau atmosfer, sedangkan pada kedalaman diatas 0,6H-0,8H air
sudah terpengaruh oleh gesekan dengan dasar sungai yang gesekannya lebih besar
daripada gesekan udara sehingga cenderung melambat dan atau tak terukur jika
dimasukkan kedalam grafik dan menyebabkan data kecepatan pada kedalaman 0,8H
tidak dapat diplotkan pada grafik.
Kurva yang saling berpotongan dan berhimpitan menunjukkan kecepatan
sungai pada setiap segmennya tidak teratur. Besarnya kecepatan pada kedalaman
tertentu tidak bisa digambarkan dengan kontur kecepatan.
Dari grafik dapat diketahui bahwa segmen 1 s.d 13 menunjukkan kondisi
kecepatan yang ideal dengan keadaan yang seharusnya, dimana kecepatan maksimal
berada pada saat kedalaman 0,2H-0,6H yang ditunjukkan dengan bentuk kurva yang
cenderung melengkung kebawah. Namun, pada segmen 1,6,8,9 menunjukkan keadaan
yang sebaliknya, dimana kecepatan terendahnya terjadi pada kedalaman antara 0,2H-
0,6H ditunjukkan dengan kurva yang melengkung keatas. Hal ini dimungkinkan
karena faktor-faktor kesalahan saat pengambilan data di sungai. Dari grafik diatas
dapat dianalisis bahwa kecepatan yang paling ideal terjadi pada segmen 11 dan 12
dimana kecepatan saat 0,2H lebih besar dibandingkan dengan 0,8H sedangkan pada
segmen 1,2,3,4,5,6,8,9,10,13 kecepatan saat 0,8H lebih besar dibandingkan dengan
0,2H.
Ketidaksesuaian hasil praktikum dengan keadaan yang seharusnya ini
dimungkinkan disebabkan karena adanya faktor-faktor eksternal saat pengambilan
data di lokasi. Pada saat itu di Sungai Cikapundung yang menjadi lokasi pengambilan
data terdapat banyak sampah yang ikut mengalir terbawa arus sungai. Selain itu
terdapat anak-anak yang sedang melakukan kegiatan pemancingan dan bermain
disungai dan menyebabkan terjadinya perubahan arus aliran sugai.
Posisi pengamat ketika melakukan pengukuran kecepatan juga dapat
memengaruhi besarnya kecepatan aliran sungai. Posisi pengamat yang tidak bisa
menyeimbangkan diri ketika pengambilan data juga memengaruhi arus sungai
disekitar alat.ketidakl simbangan ini dipicu pula oleh adanya feses yang tiba-tiba
memasuki area pengukuran arus, sehingga para pengamat cenderung berlari untuk
menghindari adanya feses tersebut, dan merubah profil kecepatan aliran. Kesalahan
ini dapat berupa nilai kecepatan 0.2H dan 0.8H yang terlalu besar, atau karena nilai
nilai kecepatan pada 0.6H yang terlalu kecil.
Grafik 5.4 Kecepatan Aktual terhadap Bentang Sungai
Sumber : perhitungan pada Ms. Excel
Grafik diatas menggambarkan distribusi kecepatan pada selang jarak tertentu
sepanjang sungai. Kurva biru menggambarkan kecepatan hasil perhitungan dengan
flow area method sedangkan kurva merah merupakan kecepatan hasil perhitungan
velocity area method. Pengukuran kecepatan Vp menggambarkan distribusi kecepatan
yang semakin lama semakin cepat dan mencapai puncak pada titik tengah sungai,
kemudian cenderung mengalami penurunan sampai ujung sungai. Hal ini sesuai
dengan keadaan yang seharusnya dimana pada sisi kanan dan sisi kiri sungai terdapat
dinding sungai yang menghambat aliran sungai senhingga kecepatan kecil. Sedangkan
di tengah-tengah sungai tidak ada hambatan sehingga aliran sungai cepat. Namun
pada grafik diatas saat mendekati segmen 5 justru mengalami penurunan, hal ini
disebabkan adanya batu atau gundukan sedimentasi lainnya, seperti yang telah di
jelaskan pada penampang melintang sungai Cikapundung Grafik 5.1 Penampang
Melintang Sungai Cikapundung.
Kecepatan Vr menggambarkan distribusi kecepatan dari ujung sisi kiri
meningkat sampai puncaknya pada segmen 2 kemudian mengalami penurunan dan
kenaikan lagi. Hal ini tidak sesuai literatur dimana seharusnya semakin ke tengah
kecepatan seharusnya semakin meningkat. Berdasarkan kesamaan dengan literatur,
dapat disimpulkan metode yang menunjukkan hasil yang paling mendekati literatur
adalah dengan Flow area method.

Gambar 5.5 Distribusi Kecepatan Sungai berdasarkan Kedalaman


Sumber :
http://www.coolgeography.co.uk/GCSE/AQA/Coursework/Controlled%20assessment.
htm
Pada segmen 5, kecepatan Vp sama dengan Vr karena pengukuran velocity
area dan Flow area pada titik ini cenderung tidak ada bedanya. Pengukuran dilakukan
pada aliran dangkal, dikarenakan adanya batu pada segmen tersebut, sehingga
besarnya kecepatan menunjukkan nilai yang sama.
Velocity area method mengambil data perhitungan kecepatan tidak hanya pada
permukaan, tetapi juga kecepatan pada kedalaman tertentu sesuai SNI yaitu 0.2H,
0.6H dan 0.8H. Dengan demikian, walaupun hasil pengamatannya tidak sesuai dengan
literatur, perhitungan dengan cara ini dinilai lebih akurat dalam menggambarkan
keadaan aliran sungai yang sebenarnya dibandingkan perhitungan dengan Flow area
method.
Berikut merupakan penggambaran kontur kecepatan aliran berdasarkan hasil
pengamatan dengan menggunakan software Surfer 10.
VP

Grafik 5.6 Distribusi Kecepatan (Vp) dan Kontur 2D dan 3D

Sumber : Pengolahan data


Grafik 5.7 Distribusi Kecepatan (Vr) dan Kontur 2D dan 3D

Sumber : Pengolahan data


Dari grafik surfer diatas untuk persebaran kecepatan Vp, mengalami
penurunan tiba tiba pada segmen 6 dikarenakan pada segmen 5 terdapat gundukan dan
atau sedimentasi dan atau pendangkalan sungai sehingga kurvanya menaik dan tiba
tiba menurun. Namun pada segmen 8 grafik kembali mengalami kenaikan karena
seperti yang dapat dilihat kembali pada Grafik 5.1 Penampang Melintang Sungai
Cikapundung terdapat cekungan lancip yang mengakibatkan perubahan profil
permukaan aliran sungai.
Pada persebaran kecepatan aliran sungai Vr, seperti dapat dilihat kembali pada
Grafik 5.4 Kecepatan Aktual terhadap Bentang Sungai kecepatan aliran sungainya
tidak merata dan memengaruhi profil permukaan aliran. Seperti diketahui adanya
anak-anak beserta gangguan eksternal pengamat memengaruhi naik turunnya profil
permukaan aliran. Seperti pada segmen 8 yang mengalami kecepatan derastis, hal ini
disebabkan adanya gangguan eksternal berupa feses yang tiba-tiba lewat sehingga
pengamat berlari dan mengubah riak air sungai.

B. Analisis B

Gambar 5.8 Pengukuran Kecepatan Alir (Flow Area Method)


Sumber : Dokumentasi Internal
Gambar 5.9 Pengukuran Kecepatan Alir (Flow Area Method)
Sumber : Dokumentasi Internal

Gambar 5.10 Pengukuran Kecepatan Alir (Velocity Area Method)


Sumber : Dokumentasi Internal
C. Analisis C
Kesan dan pesan selama praktikum alhamdulillah saya mendapatkan banyak
pengalaman dan kesan yang sangat mengesankan didalam seumur hidup saya. Dengan
berbagai macam modul yang cukup mneguras tenaga. Terimajasih kakak kakak
asisten yang telah membantu dan mencucurkan keringat untuk kami para praktikan.
Pesannya alatnya moihon lebih di perhatikan maintenancenya karena sayang, alat-alat
mahal tapi tidak dijaga dengan baik akhirnya mengganggu jadwal praktikum yang
sempat berubah karena alatnya rusak.

VI. Kesimpulan
1. Penampang melintang sungai semakin ke tengah semakin dalam, dan terdapat batu
pada segmen 5 yang ditunjukkan dengan gambar berikut ini.

Grafik 6.1 Penampang Melintang Sungai Cikapundung


Sumber : Perhitungan pada Ms. Excel
2. Distribusi kecepatan aliran sungai digambarkan dengan kurva dibawah ini. Dimana
kurva biru menggambarkan kecepatan hasil perhitungan dengan flow area method
sedangkan kurva merah merupakan kecepatan hasil perhitungan velocity area method.
Grafik 6.4 Kecepatan Aktual terhadap Bentang Sungai
Sumber : perhitungan pada Ms. Excel

3. Debit sungai hasil praktikum yaitu sebesar Q = 1,860 m3/s


4. Jari-jari hidrolis sungai adalah sebesar Rh = 0,5101 m

VII. Daftar Pustaka


Chow, Ven Te. 1992. Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics).
(Diterjemahkan oleh: E.V. Nensi Rosalina). Jakarta: Erlangga.
https://www.americanrivers.org/rivers/discover-your-river/river-anatomy/ (diakses
pda tanggal 21 Mei 12.15)
http://www.coolgeography.co.uk/GCSE/AQA/Coursework/Controlled%20assessme
nt.htm (diakses pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 03.35)
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0104-66322004000400005
(diakses 21 Mei 2017 14.24)
Nestor, John. 2010. Real World Math: Geography Rivers. Michigan: Cherry Lake
Publishing.
SNI 03-2414-1991. 1991. Tata Cara Pengukuran Debit Aliran Sungai dan
Saluran Terbuka Menggunakan Alat Ukur Arus dan Pelampung. Badan
Standardisasi Nasional.
SNI 8066:2015. 2014. Tata Cara Pengukuran Debit Aliran Sungai dan Saluran
Terbuka Menggunakan Alat Ukur Arus dan Pelampung. Badan Standardisasi
Nasional.
Sukardi, S., Warsito, B., Kisworo, H., & Sukiyoto. 2013. River Management
in Indonesia. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Yayasan Air Adhi Eka,
Japan International Cooperation Agency.

Anda mungkin juga menyukai