Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan Dan Mandiri Di Kota Sawahlunto
Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan Dan Mandiri Di Kota Sawahlunto
PRIMALIA ARWITA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Usaha
Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota
Sawahlunto/Kab. Sijunjung adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Primalia Arwita
NIM H34114018
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
ABSTRACT
PRIMALIA ARWITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola
Kemitraan Dan Mandiri Di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung
Nama : Primalia Arwita
NIM : H34114018
Disetujui oleh
Ir Juniar Atmakusuma, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan
Dan Mandiri Di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung. Shalawat dan salam semoga
selalu tetap tercurahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW, beserta
sahabatnya, keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir masa.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis risiko-risiko apa yang dihadapi
dalam usaha peternakan ayam broiler. Penelitian ini penting dilakukan untuk
melihat sumber-sumber risiko yang berpengaruh pada pendapatan peternak
sehingga dapat merekomendasikan alternatif strategi kepada peternak.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan hasil optimal yang telah dilakukan penulis. Penulis
menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna karena berbagai
keterbatasan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Primalia Arwita
NIM H34114018
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Tabel 1 Konsumsi produk peternakan per kapita per tahun 2009-2011 di Indonesia
Tahun (kg/kapita/tahun)
No. Komoditi Daging Segar
2009 2010 2011
1 Sapi 0.313 0.365 0.417
2 Kerbau 0.000 0.000 0.000
3 Kambing 0.000 0.000 0.052
4 Babi 0.209 0.209 0.261
5 Ayam ras 3.076 3.546 3.650
6 Ayam kampung 0.521 0.626 0.626
7 Unggas lainnya 0.052 0.052 0.052
8 Daging lainnya 0.052 0.052 0.052
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2012)
atau orang yang ahli dalam bidang peternakan untuk mengecek agar hewan ternak
selalu dalam keadaan baik untuk dijual dan dikonsumsi. Risiko selanjutnya dalam
peternakan unggas yaitu kualitas dan mutu bibit ternak serta komoditi yang rawan
terhadap penyakit sehingga mempengaruhi hasil perkembangan ternak kedepan
serta harga jualnya di pasaran.
Salah satu produk peternakan yaitu ayam broiler yang diminati oleh
peternak karena proses pembudidayaannya lebih singkat dibandingkan dengan
ternak sapi, domba, kambing yang hasil utamanya juga berupa daging. Selain itu
dapat juga dilihat minat masyarakat terhadap ayam lebih tinggi dibandingkan
ternak unggas lainnya seperti itik dan burung. Banyaknya daging olahan yang
berasal dari ayam seperti nugget, sosis dan lain-lain sehingga dapat
mempengaruhi permintaan terhadap daging ayam meningkat tiap tahunnya.
Risiko yang sering ditemukan dalam usaha ternak ayam broiler ini adalah
risiko produksi, risiko pasar atau harga dan risiko kebijakan. Pada risiko produksi
dilihat dari tingkat kematian yang disebabkan berbagai sumber.Tingkat kematian
tinggi terutama terjadi pada minggu pertama pemeliharaan. Angka kematian bisa
dilihat sejak umur 1 3 hari. Pada 7 hari pertamasistem imunitas ayam pada
berbagai penyakit dibentuk, yang nantinya akan menentukan tingkat mortalitas
ayam broiler. Jika pada 7 hari pertama sistem imun pada ayam broiler muda tidak
terbentuk sempurna maka daya hidupnya akan rendah, dan angka mortalitas akan
tinggi1. Berikut disajikan pada Tabel 2 data tingkat kematian standar pada ayam
broiler berdasarkan umur.
Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat
dijual, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu
risiko harga yang ditimbulkan adalah berfluktuasinya harga input (bibit DOC,
pakan, obat-obatan) dan harga jual ayam. Risiko yang ditimbulkan oleh
kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu dari
pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha.
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan potensi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang melimpah. Perkembangan
populasi ternak di Sumatera Barat semakin meningkat seiring dengan
1
Tujuh Hari Pertama untuk Memaksimalkan Bobot Panen AyamBroiler.
http://www.pasarpetani.com/2013/04/tujuh-hari-pertama-untuk-memaksimalkan.html. (Diakses 18
Agustus 2013).
3
yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan. Usaha peternakan dapat dijalankan
dengan usaha secara mandiri dan dengan melakukan kerjasama yaitu sistem
kemitraan. Usaha peternakan ayam broiler yang dijalankan dengan tidak
melakukan kemitraan atau disebut peternak mandiri, semua sarana dan prasarana
produksi dipenuhi sendiri oleh peternak. Semua permasalahan dalam kegiatan
peternakan ditanggung secara pribadi oleh peternak tersebut. Begitu juga dengan
risiko yang dihadapi peternak mandiri akan ditanggung secara keseluruhan oleh
peternak tersebut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para peternak ayam broiler dalam
mengurangi risiko yaitu dengan menjalankan kemitraan. Pola kemitraan
merupakan suatu kerjasama antara pengusaha dengan peternak dalam upaya
pengelolaan usaha peternakan. Kerjasama kemitraan ini dapat menciptakan
hubungan saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling memperkuat
antara kedua belah pihak. Dalam hubungan kemitraan ini terdapat adanya
pembagian risiko dan keuntungan yang proposional antara kedua belah pihak.
Peternak ayam broiler Bapak Syafril di /Kab. Sijunjung merupakan salah satu
peternakan plasma yang dikembangkan dengan pola kemitraan inti-plasma dari
PT. Minang Ternak Sejahtera yang merupakan salah satu perusahaan inti yang
cukup besar di Sumatera Barat.
Dalam menjalankan usaha peternakan ini peternak menghadapi berbagai
risiko yang menyebabkan pendapatan pemilik berfluktuatif sehingga risiko
tersebut perlu dianalisa agar peternakan ini dapat terus berjalan di tengah
persaingan usaha yang semakin beragam dengan menjalankan usaha peternakan
yang lebih baik lagi. Pengukuran risiko ini juga dilakukan untuk melihat kepastian
usaha peternakan ayam broiler yaitu kepastian mengenai besarnya kerugian yang
akan dihadapi di masa yang akan datang. Peternak mandiri dan peternak yang
melakukan kemitraan sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan dari
aktivitas bisnis yang dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukannya penelitian
untuk membandingkan besarnya risiko dan pendapatan yang diperoleh dari kedua
peternak, serta merumuskan alternatif strategi yang dapat membantu peternak
dalam meminimalisir risiko yang akan dihadapi.
Perumusan Masalah
Salah satu peternakan ayam broiler yang menjadi plasma dari PT. Minang
Ternak Sejahtera adalah peternakan ayam broiler milik Bapak Syafril yang
berlokasi di Desa Batu Gandang Tanjung Ampalu Kab. Sawahlunto Sijunjung
Provinsi Sumatera Barat dengan kegiatan budidaya yang dilakukan bersifat semi
intensif. Dalam melakukan budidaya, pemilik menyerahkan kegiatan budidaya
pada beberapa tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut menangani 19 000 ekor ayam
yang terbagi atas 4 kandang.
Usaha yang dijalankan Bapak Syafril merupakan usaha peternakan yang
melakukan kerjasama yaitu kemitraan. Peternak melakukan pola kemitraan karena
harga kontrak yang relatif stabil, namun dalam menjalankan usaha ini akan
menghadapi berbagai macam risiko, salah satunya adalah risiko produksi yaitu:
mortalitas, FCR (Feed Convertion Ratio) dan IP (Indeks Prestasi). Mortalitas
merupakan salah satu risiko produksi yang sangat berpengaruh bagi peternak
5
plasma karena tingkat kematian yang tinggi akan menyebabkan jumlah ayam yang
dipanen sedikit sehingga akan mengurangi pendapatan yang diterima. Risiko
produksi selanjutnya adalah FCR yaitu salah satu parameter untuk mengukur
tingkat efisiensi penggunaan pakan, jika FCR yang diperoleh peternak tinggi ini
akan menyebabkan biaya produksi membengkak sehingga dapat menurunkan
pendapatan peternak. Selanjutnya adalah IP adalah parameter yang digunakan
untuk melihat prestasi ayam broiler pada peternakan yang melakukan kemitraan.
Semakin bagus prestasi ayam maka akan semakin efisien penggunaan pakan dan
biaya. Berdasarkan standar pengukuran yang telah ditetapkan oleh perusahaan
maka dapat diukur tingkat risiko yang dihadapi oleh peternakan plasma dan juga
dapat dilihat tingkat fluktuasi pendapatan yang diterimanya.
Peternak plasma juga menghadapi risiko harga (fluktuasi harga jual ayam
berdasarkan bobot ayam yang dipanen). Walaupun sudah melakukan kontrak
dimana harga sudah ditetapkan pada periode kontrak tersebut, tetapi peternak
masih menghadapi risiko harga akibat bobot badan ayam yang tidak seragam pada
saat panen. Dalam kontrak terdapat variasi harga berdasarkan bobot ayam.
Pemanenan ayam disesuaikan dengan kondisi ayam dan juga permintaan
konsumen. Perusahaan inti sangat berperan terhadap penjadwalan panen peternak
plasma, sehingga peternak plasma tidak memiliki kekuatan dalam menetapkan
bobot badan ayam yang dipanen dan harga jual ayam. Peternak plasma harus
mengikuti sistem pemasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti sesuai
dengan permintaan konsumen yang ada pada saat itu.
Risiko produksi yang dihadapi perusahaan dapat diduga dari data produksi
ayam broiler yang berfluktuatif dalam beberapa periode terakhir. Data produksi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
sangat tinggi yaitu mencapai 89.3%, tingginya kematian pada periode ini
disebabkan oleh wabah penyakit yang menyerang peternakan ayam.
Selain melihat tingkat risiko yang dihadapi oleh peternak yang bermitra,
pada penelitian ini dilihat juga risiko yang dihadapi oleh peternak mandiri.
Permasalahan yang dihadapi oleh peternak mandiri dalam usaha beternak ayam
broiler adalah berfluktuasinya harga DOC, harga pakan dan harga obat-obatan
sehingga menyebabkan berfluktuasinya pendapatan yang diperoleh peternak.
Berikut dapat dilihat pada tabel 6 fluktuasi harga DOC dan pakan selama 1
periode pengamatan.
Tabel 6 menunjukkan kenaikan harga DOC yang cukup tinggi pada minggu
keempat disebabkan oleh permintaan DOC yang tinggi sedangkan penawarannya
tetap sehingga terjadi kelangkaan DOC. Untuk kenaikan harga pakan dan obat-
obatan biasanya akan mengikuti jika salah satu sarana produksi tersebut naik.
Berdasarkan kondisi peternakan yang telah dipaparkan di atas, maka beberapa
permasalahan yang diteliti adalah sebagai berikut:
1. Apa saja sumber-sumber risiko pada peternakan ayam broiler di Kota
Sawahlunto/Kab. Sawahlunto Sijunjung?
2. Bagaimana pengaruh risiko produksi dan risiko harga terhadap pendapatan
peternak ayam broiler yang bermitra dan tidak bermitra di Kota
Sawahlunto/Kab. Sawahlunto Sijunjung?
3. Bagaimana alternatif strategi dalam mengatasi risiko produksi pada
peternakan ayam broiler Kota Sawahlunto/Kab. Sawahlunto Sijunjung?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis risiko pada bisnis kemitraan peternakan
ayam broiler yaitu milik peternakan ayam milik Bapak Syafril sebagai salah satu
peternak plasma yang berlokasi di Desa Batu Gandang Tanjung Ampalu Kab.
Sawahlunto Sijunjung dan juga peternak mandiri yang tidak bermitra di Kota
Sawahlunto. Dalam pengukuran risiko produksi dan risiko harga penelitian ini
menggunakan varian, standar deviasi, koefisien varian. Selanjutnya dilakukan
analisis pendapatan untuk melihat seberapa besar pengaruh risiko produksi dan
risiko harga terhadap pendapatan peternak plasma dan peternak mandiri . Dalam
penelitian ini juga akan mengkaji secara deskriptif pengaruh sistem kemitraan
terhadap kegiatan produksi peternak dan perusahaan inti.
8
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Menurut Fadilah (2006)
perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa
1970-an dan mulai populer pada awal tahun 1980-an. Rasyaf (2002) menyatakan
bahwa ada tiga unsur dalam beternak ayam yaitu, unsur produksi, unsur
manajemen, unsur pasar dan pemasaran. Rasyaf menyatakan bahwa satu masa
produksi adalah satu kurun waktu dimana dilakukan produksi atau pembesaran
anak ayam broiler mulai umur sehari hingga siap jual. Di Indonesia, ayam broiler
siap jual dilakukan pada umur 5-6 minggu dengan bobot jual antara 1.4-1.7 kg per
ekor sesuai permintaan konsumen.
Pengetahuan masyarakat mengenai kelebihan budidaya ayam broiler yaitu
waktu budidaya yang relatif lebih singkat dan harga komoditi yang relatif lebih
murah dibanding produk daging lainnya menjadikan usaha ini makin diminati.
Jadi, usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu kegiatan yang paling
cepat dan efisien untuk menghasilkan bahan pangan hewani yang bermutu dan
bernilai gizi tinggi. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya antara lain, laju
pertumbuhan ayam yang lebih cepat dibandingkan dengan komoditas ternak
lainnya, permodalan yang relatif lebih kecil, penggunaan lahan yang tidak terlalu
luas serta kebutuhan dan kesadaran masyarakat meningkat akan kandungan
gizinya.
adalah sekitar 200 meter. Peternakan ini mempunyai sumber mata air yang
cukup dengan sumur yang digunakan untukkebutuhan produksi
usahaternak. Kandang yang dibangun di atas lahan seluas 2.5 ha ini
merupakan kandang yang beralaskan tanah, dan bertingkat dua.
4. Pakan
Pakan merupakan faktor produksi utama dalam proses budidaya ayam
broiler. Pakan memiliki kontribusi paling besar dalam pengeluaran untuk
biaya produksi. Dimana efisiensi penggunaan pakan dapat diukur dengan
nilai Feed Convertion Ratio (FCR). Jika nilai FCR yang dihasilkan lebih
besar dari nilai FCR standar akan menyebabkan rendahnya hasil panen
sehingga berpengaruh terhadap keuntungan.Periode ke-6 dan ke-12 adalah
periode yang menghasilkan nilai FCR terbesar yaitu masing-masing
sebesar 2.31 dan 3.86. Nilai FCR 2.31 dan 3.86 tersebut menunjukkan
bahwa untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup sebesar 1 kg
diperlukan pakan sejumlah 2.31 dan 3.86 kg. Penggunaan pakan yang
tidak efisien ini disebabkan sistem pencernaan ayam tidak bekerja secara
maksimal (Aziz,2009). Tingginya nilai FCR ini menyebabkan biaya
produksi membengkak dan pendapatan bersih yang diterima menurun.
6. Tenaga Kerja
Dalam kegiatan peternakan ayam broiler peran tenaga kerja sangat
penting karena usaha ternak ayam broiler mempunyai kesibukan yang
temporer. Keterampilan dan kedisiplinan tenaga kerja sangat diperlukan,
ini dapat dilihat pada penelitian Pinto (2011) dimana pada peternakan
ayam broiler milik Bapak Restu selama ini anak kandang harus menunggu
perintah dari manajer dalam penentuan jenis obat yang akan dipakai
sekaligus akan memperlambat pemberian obat apabila obat yang akan
dipakai tidak tersedia di kandang. Selain itu kedisplinan anak kandang
dalam menjaga sarana prasarana seperti sumur sebagai sumber air minum
masih kurang baik sehingga hal ini dapat menimbulkan penyakit pada
ayam yang menyebabkan tingkat kematian ayam meningkat.
Pola Kemitraan
Analisis Risiko
diperoleh sebesar 1.12 yang berarti setiap rupiah yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.12 menunjukan bahwa usaha peternakan
Perusahaan X sudah cukup efisien, karena penerimaan tunai yang diperoleh lebih
besar daripada biaya tunai yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis risiko,
nilai return yang diperoleh sebesar Rp 49 747 040.92, dimana nilai tersebut
merupakan rata-rata pendapatan bersih selama 12 periode. Nilai simpangan baku
sebesar Rp 45 549 095.56, artinya nilai risiko yang harus dihadapi sebesar Rp 45
549 095.56 (cateris paribus). Nilai koefisien variasi sebesar 0.93 yang berarti
bahwa risiko yang ditanggung oleh peternak sebesar 93 persen dari pendapatan
bersih rata-rata (return) yang diperoleh. Dari analisis regresi yang digunakan
untuk melihat risiko perusahaan yang dikaji diperoleh faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko yang sangat besar pada perusahaan tersebut adalah fluktuasi
harga DOC, fluktuasi harga pakan, fluktuasi biaya obat, fluktuasi harga ayam,
waktu penjualan dan fluktuasi mortalitas.
Berdasarkan hasil penelitian analisis risiko produksi yang telah dilakukan
Pinto (2011) terdapat 4 jenis sumber risiko produksi yaitu kepadatan ruang,
perubahan cuaca, hama predator dan penyakit. Sumber risiko produksi hama
predator memiliki tingkat probabilitas terbesar yaitu 38.4%, kepadatan ruang
33.7%, penyakit dengan tingkat probabilitas 33% dan yang terkecil adalah
perubahan cuaca sebesar 12.5%. Sedangkan analisis dampak dari sumbersumber
risiko memakai metode VaR dengan tingkat keyakinan 95% adalah sumber risiko
penyakit memberikan dampak terbesar disusul kepadatan ruang, perubahan cuaca
dan hama predator. Oleh karena itu dalam manajemen risiko, setelah
mengidentifikasi sumber risiko dan melakukan pengukuran risiko maka dilakukan
penanganan terhadap risiko. Strategi pengelolaan risiko peternakan ayam broiler
yang dilakukan meliputi dua hal yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi.
Penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Penelitian ini sama-sama meneliti komoditas ayam broiler.
Persamaan dengan penelitian Merina adalah sama-sama menghitung risiko dan
pendapatan usaha. Perbedaannya adalah penelitian Merina menghitung lebih jauh
faktor yang mempengaruhi risiko pendapatan dan penelitian ini akan menganalisis
pengaruh kemitraan terhadap usaha peternakan tersebut. Persamaan penelitian ini
dengan Azis adalah sama-sama menghitung pendapatan dan melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan, sedangkan perbedaannya penelitian ini
melakukan perhitungan pada peternak bermitra dan mandiri. Persamaan penelitian
ini dengan penelitian Pinto adalah sama-sama menganalisis sumber-sumber risiko
produksi dan perbedaannya pada penelitian ini akan membahas lebih lanjut
pengaruh risiko produksi dan harga terhadap peternakan.
Analisis Pendapatan
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Risiko
Pada sebuah aktivitas bisnis baik dalam skala besar maupun dalam skala
kecil, para pelaku bisnis tidak terlepas dari risiko (Fariyanti 2008). Dalam
beberapa literatur risiko dan ketidakpastian sering digunakan secara bersamaan,
yaitu risiko dan ketidakpastian. Namun secara ilmiah risiko dan ketidakpastian
merupakan dua konsep yang berbeda. Robinson dan Barry (1987) menyitir
15
Analisis Risiko
Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu
aktivitas yang dilakukan manusia, termasuk aktivitas agribisnis. Karena dalam
setiap kegiatan, seperti kegiatan budidaya, pasti ada berbagai ketidakpastian
(uncertainty). Faktor ketidakpastian inilah yang kemudian menyebabkan
timbulnya risiko pada suatu kegiatan.
Menurut Kountur (2006), Perusahaan yang mengelola risikonya dengan baik
akan mendapatkan beberapa manfaat antara lain; (a) dapat meningkatkan laba
perusahaan, (b) memungkinkan terhindar dari kebangkrutan yang disebabkan oleh
peristiwa-peristiwa luar biasa, dan (c) memperlancar pencapaian tujuan. Sehingga
Hanafi (2006) mengatakan bahwa secara alamiah setiap orang atau organisasi
dalam sebuah bisnis akan mengelola risiko yang bertujuan menciptakan sistem
atau mekanisme pengelolaan risiko yang bertujuan untuk menghindari perusahaan
dari kerugian dan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pentingnya pengelolaan
risiko menurut Hanafi (2006) dapat dilihat melalui Gambar 1 yang
menggambarkan pandangan lama bahwa dalam kaitannya antara risiko dan tingkat
keuntungan, menganggap bahwa ada hubungan positif antara risiko dengan
tingkat keuntungan, semakin tinggi risiko, akan semakin tinggi tingkat
keuntungan yang diharapkan, jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan,
maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya.
16
Risk
Gambar 1 Hubungan risiko dengan return
Pandangan Lama: Semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan
Sumber : Hanafi (2006)
Kategori Risiko
Beberapa kategori risiko tergantung dari sudut pandang mana kita
melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya
(Kountur 2008):
a. Penyebab timbulnya risiko
b. Akibat yang ditimbulkan
c. Aktivitas yang dilakukan, atau
d. Kejadian yang terjadi
Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk
menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko, juga
berarti suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul yang
disebabkan oleh adanya ketidakpastian (Kountur, 2008). Djohanputro (2006)
mendefinisikan manajemen risiko Corporate merupakan proses terstruktur dan
sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan
alternatif risiko dan dalam memonitoring serta mengendalikan implementasi
penanganan risiko. Sistematika pengelolaan risiko menurut Kountur dapat dilihat
pada Gambar 2
Identifikasi
Risiko
Evaluasi Pengukuran
Risiko
Penanganan
Risiko
Gambar 2 Proses pengelolaan risiko
Sumber: Kountur (2008)
Menurut Kountur (2006), dalam mengelola risiko yang pertama kali harus
dilakukan adalah mengidentifikasi risiko dengan :
yang tidak dapat dikendalikan. Menurut Kountur (2006), jika ada risiko pertama-
tama yang diputuskan adalah apakah akan menghindar atau menghadapi risiko.
Jika kemungkinan konsekuensi dari risiko tersebut besar maka cara yang terbaik
adalah menghindar. Jika risiko tidak dapat dihindari maka risiko tersebut perlu
dihadapi. Jika harus dihadapi maka langkah berikut yang harus dilakukan
meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko dengan cara-cara pencegahan atau
mengurangi kerugian. Pencegahan kerugian dan pengurangan kerugian hanya
dilakukan selama manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan
untuk pencegahan dan pengurangan kerugian. Cara-cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah kerugian yaitu :
1. Perbaikan fasilitas
2. Perbaikan sistem
Sedangkan cara-cara yang dapat dilakukan untuh mengurangi kerugian yaitu:
1. Cara teknis
2. Cara pemisahan
3. Cara penggabungan
Sekiranya risikonya besar dan tidak dapat dicegah atau dikurangi, langkah
selanjutnya yang dapat dilakukan adalah mempersiapkan pendanaan risiko.
Beberapa cara pendanaan risiko yang dapat dilakukan perusahaan yakni :
1. Pengalihan : asuransi, hedging, factorial, leasing, outsorcing dan kontrak
2. Penahanan aktif
3. Penahanan pasif
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data pimer diperoleh dari
hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan, peternak
dan anak kandang. Data primer berisikan tentang teknik pengelolaan risiko atau
manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan maupun peternak. Data ini
diperoleh dari pemilik peternakan, tenaga kerja (anak kandang), dan teknisi
lapang dari perusahaan yang mengetahui dan memahami kondisi peternakan. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang terkait topik
penelitian. Data sekunder tersebut dapat diperoleh dari sumber internal seperti
laporan divisi dalam suatu perusahaan, ringkasan produksi, laporan keuangan dan
akuntansi, laporan studi pemasaran, laporan studi penjualan. Data sekunder dari
sumber eksternal dapat diperoleh buku, artikel, skripsi, jurnal, database online,
Dinas Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan, Balai Penelitian Ternak, Badan
Pusat Statistik (BPS) dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data-data
tersebut berkaitan dengan informasi tentang peternakan ayam broiler di Kota
Sawahlunto dan Kab. Sawahlunto Sijunjung.
Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer yang
diperoleh dengan cara observasi, wawancara, diskusi, dan kuisioner dengan pihak
perusahaan, peternak, dan anak kandang. Observasi dilakukan langsung oleh
peneliti dengan pencatatan secara langsung tentang kegiatan produksi dan risiko
yang dihadapi dalam peternakan ayam broiler. Wawancara dilakukan dengan
24
pihak perusahaan yaitu bagian teknisi lapang (TS), pemilik peternakan, anak
kandang tentang risiko yang biasa muncul/dihadapi oleh peternakan ayam broiler.
Pada penelitian tentang risiko usaha peternakan ayam broiler ini, proses
pengambilan data dilakukan secara sengaja (purposive), sedangkan untuk
pengambilan responden juga dilakukan dengan pendekatan (purposive) dengan
pertimbangan responden memiliki kapabilitas untuk memberikan data-data yang
akurat. Dalam penelitian ini responden yang diambil oleh peneliti dipilih secara
subjektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Responden yang dipilih adalah
orang-orang bagian internal perusahaan seperti pemilik peternakan, anak
kandang, dan teknisi lapangan dari perusahaan inti karena para responden ini
diperkirakan dapat memberikan informasi-informasi dan data-data yang berkaitan
dengan kegiatan dan risiko produksi yang dihadapi perusahaan. Sampel yang
diambil ini bertujuan untuk memperoleh suatu kesimpulan dari tujuan penelitian
yang dilakukan.
Pada penelitian ini dipilih 1 peternak yang bermitra dengan alasan terjadinya
fluktuasi produksi dan pendapatan selama periode pengamatan (10 periode
terakhir) dengan menggunakan data time series. Sedangkan untuk peternak
mandiri data yang digunakan adalah data pada saat pengamatan langsung di lokasi
penelitian atau disebut juga cross section. Untuk pemilihan responden peternak-
peternak mandiri, karena keterbatasan jumlah populasi peternak mandiri yang
tidak terlalu banyak maka peneliti mengambil keseluruhan responden yaitu 7
peternak mandiri yang ada di Kota Sawahlunto /Kab. Sijunjung. Adapun peternak
mandiri yang masih menjalankan usaha peternakan ayam broiler saat ini mulai
berkurang karena persaingan di pasar yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan
besar.
Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dijadikan sebagai acuan
pada penelitian ini. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode
analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9 Proses pengolahan data
Metode
No Tujuan penelitian Jenis data Sumber data
analisis
1 Mengidentifikasi sumber-sumber Data Wawancara, Analisis
risiko pada peternakan ayam Kualitatif kuisioner deskriptif
broiler
2 Menganalisis pengaruh risiko Data Wawancara, Analisis
produksi dan risiko harga terhadap Kuantitatif Laporan divisi, Risiko dan
pendapatan peternakan ayam keuangan, Analisis
broiler pemasaran, Pendapatan
penjualan
perusahaan
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan
alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan untuk
meminimalkan risiko yang mungkin terjadi dan ketidakpastian yang dihadapi.
Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian perusahaan sebagai
pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat
apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Hal
tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan. selain itu,
analisis deskriptif digunakan untuk melihat pearanan pola kemitraan terhadap
usaha yang dijalankan peternak.
( )
= 100%
=
26
Analisis Risiko
Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation)
terhadap return dari suatu aset. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur penyimpangan diantaranya adalah varian (variance), standar deviasi
(standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ukuran-ukuran
tersebut merupakan ukuran statistik. Penjelasan mengenai beberapa ukuran
sebagai berikut:
1. Hasil yang Diharapkan atau Expected Return
Hasil yang diharapkan atau expected return dihitung dari penjumlahan
hasil kali antara peluang kejadian (probability) dengan return berupa
pendapatan bersih dari seluruh periode pengamatan pada peternak plasma
dan peternak mandiri. Secara matematis expected return dapat dituliskan
sebagai berikut:
=
=1
= 1 1 + 2 2 + 3 3 + +
27
Dimana :
Pij = Peluang dari suatu kejadian (i=aset, j=kejadian)
Rij = Return
Ri = Expected return
Dimana :
Ri = Expected Return atau Pendapatan rata-rata (Rp/Periode)
Rij = Pendapatan periode ke-j (Rp/Periode)
n = Jumlah data pengamatan
2. Varian (variance)
Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih
kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari
setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai
berikut (Elton dan Gruber,1995):
2
= ( )2
=1
Rumus variance dari return tersebut dapat juga dituliskan dalam bentuk
sebagai berikut :
2 = 1 (1 1 )2 + 2 (2 2 )2 + 3 (3 3 )2 + + ( )2
Dimana :
i 2 = dari
Pij = Peluang dari suatu kejadian (i=aset, j=kejadian)
Rij = Return
Ri = Expected return
2
2 =1
=
1
Dimana:
i 2 = dari retun
Ri = Expected Return atau Pendapatan rata-rata (Rp/Periode)
Rij = Pendapatan periode ke-j (Rp/Periode)
n = Jumlah pengamatan
= 2
Dimana :
= Simpangan Baku atau Standard Deviation (Rp/Periode)
2 = Ragam atau Variance (Rp/Periode)
Dimana :
CV = Koefisien Variasi atau Coefficient Variation
= Simpangan Baku atau Standard Deviation (Rp/Periode)
Ri = Expected Return atau Pendapatan rata-rata (Rp/Periode)
Semakin besar nilai coefficient variation maka semakin besar risiko yang
dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha.
5. Metode Z-Score
Metode Z-Score adalah metode pengukuran risiko atau kejadian yang
merugikan akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Z-
Score adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai dari
rata-ratanya/standarnya pada distribusi normal. Dengan mengetahui Z-
Score (atau nilaiz) kita dapat mengetahui besarnya kemungkinan suatu
ukuran atau suatu nilaiyang berada lebih besar atau lebih kecil dari rata-
ratanya ataupun dari standarnya.
=
Dimana :
Z = nilai z (atau z-score)
x = suatu nilai
= rata-rata x / nilai standar
s = standar deviasi
L = Ri 2
Keterangan :
L = Batas Bawah Pendapatan (Rp/Periode)
Ri = Expected Return atau Pendapatan rata-rata (Rp/Periode)
= Simpangan Baku atau Standard Deviation (Rp/Periode)
Analisis Pendapatan
TR = Y+L
TC = ( P + D + O) + ( Tk + S + LA+ BL + DL)
Keterangan :
= Pendapatan
TR = Total penerimaan atau Total Revenue (Rp)
TC = Total biaya atau Total Cost (Rp)
Y = Penerimaan dari penjualan ayam (Rp)
L = Penerimaan lain-lain (Rp)
P = Biaya pakan (Rp)
D = Biaya DOC (Rp)
O = Biaya obat-obatan, vitamin, vaksin (Rp)
Tk = Biaya tenaga kerja (Rp)
S = Biaya sekam (Rp)
LA = Listrik & Air (Rp)
BL = Biaya LPG (Rp)
DL = Biaya lain-lain (Rp)
Peternakan ayam broiler ini didirikan oleh Bapak Syafril sendiri pada tahun
2003 dengan menggunakan modal pribadi. Peternak merupakan seorang pebisnis
yang memiliki beberapa bisnis lain selain peternakan ayam broiler. Peternakan
ayam broiler ini merupakan usaha peternakan dengan sistem kerjasama inti-
plasma. Alasan pemilihan usaha dengan melakukan kerjasama inti-plasma untuk
memperoleh kemudahan dalam memperoleh bibit DOC, pakan, obat-obatan dan
melakukan pemasaran. Selain itu juga diberi fasilitas teknisi untuk melihat
perkembangan ayam di kandang. Dengan menjadi plasma, peternak memperoleh
keringanan dalam penyediaan modal produksi, karena sapronak yang
didistribusikan baru akan dibayar ketika sudah dilakukan pemanenan. Dengan
demikian peternak hanya mengeluarkan modal untuk uang muka dan operasional
saja.
Bapak syafril melakukan kerjasama inti-plasma dengan salah satu
perusahaan inti yang cukup besar yaitu PT. Minang Ternak Sejahtera. Alasan
memilih melakukan kerjasama dengan PT tersebut adalah karena pelayanan yang
baik dari pihak perusahaan dan terjalinnya komunikasi yang baik antar pihak.
Bisnis peternakan ayam broiler mulai dijalankan pada tahun 2003 yang memiliki
satu buah kandang kapasitas 5000 ekor ayam. Kemudian pada tahun 2008
membuat 4 buah kandang baru di lokasi yang baru dengan luas lahan 2.5 Ha yang
merupakan lahan pribadi. Pada lokasi yang baru ini, Bapak Syafril mendirikan 4
buah kandang dengan ukuran yang berbeda. Pembuatan 1 buah kandang tersebut
menggunakan biaya cukup besar yaitu Rp 165 000 000, ini dikarenakan lokasi di
daerah berbukit sehingga diperlukan pemerataan lokasi. Kandang dilengkapi
dengan rumah untuk anak kandang, gudang penyimpanan pakan, serta peralatan
kandang seperti tempat pakan dan minum, penghangat kandang, terpal dan juga
fasilitas pengadaan air seperti kran, selang dan ember.
Kegiatan usaha peternakan ayam broiler di kandang yang mulai beroperasi
pada tahun 2009 dengan kapasitas 19 000 ekor ayam yang terbagi kedalam 4
kandang. Pemilik mempercayakan kandang tersebut langsung kepada anak
kandang, namun Bapak Syafril sering datang ke kandang untuk mengontrol
perkembangan ayam. Untuk satu kandang terdiri dari seorang anak kandang
bersama keluarganya, mereka tinggal di rumah yang telah disediakan untuk setiap
32
1. Lokasi Peternakan
Peternakan ayam broiler ini berlokasi di Desa Batu Gandang, Tanjung
Ampalu Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Propinsi Sumatera Barat.
Kabupaten Sijunjung berada pada ketinggian sekitar 118 meter sampai
1335 meter dari permukaan laut. Jarak tempuh lokasi peternakan dari pusat
Kota Sawahlunto sekitar 30 km. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke
lokasi peternakan ini sekitar 45 menit. Peternakan yang dibangun di lahan
seluas 2.5 Ha ini cukup strategis karena mempunyai akses yang mudah
dalam sarana transportasi dan tersedianya sumber air yang cukup yang
bersumber dari sumur dan juga air dari PDAM, selain itu juga letak
peternakan yang cukup jauh dari keramaian.
Peternakan plasma ini memiliki tipe kandang panggung dengan jarak
tinggi kandang dari tanah berkisar 2-2.5 meter. Konstruksi bangunan
kandang terbuat dari kayu dan bambu serta atap dari bahan asbes. Kayu
digunakan sebagai kerangka dan pondasi kandang, untuk bambu
digunakan sebagai alas lantai dan dinding. Tujuan dibuatnya kandang
dengan sistem panggung dikarenakan salah satu persyaratan kerjasama
dengan perusahaan inti. Untuk gudang penyimpanan pakan terbuat dari
beton dan pada bagian atasnya dibuat rumah bagi anak kandang yang
terbuat dari kayu. Gambar kandang ayam peternak plasma dapat dilihat
pada Gambar 4.
ini adalah penghematan dari segi biaya dan juga alur pengambilan
keputusan dapat berlangsung cepat karena langsung dari pemilik terhadap
anak kandang. Dalam usaha peternakan ayam, diperlukan respon yang
cepat dari pimpinan dan juga anak kandang, karena usaha ini sangat rentan
terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena itu diperlukan ketangkasan
seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang tepat. Struktur
organisasi peternakan plasma dapat dilihat pada Gambar 5.
Perusahaan Inti
Pemilik (PT. MTS)
Peternakan
Pengawas
lapang/
Technical
Anak Anak Anak Anak Service (PT.
Kandang Kandang Kandang Kandang MTS)
(Med) (Au) (Apit/Sapri) (Yono)
Proses produksi ayam broiler pada peternakan plasma telah diatur oleh
manajemen perusahaan inti. Untuk setiap satu siklus produksi membutuhkan
waktu sekitar 50-60 hari. Satu siklus produksi ayam broiler dimulai dari persiapan
awal kandang sampai panen. Untuk tahap persiapan awal yang terdiri dari masa
istirahat kandang dan pembersihan kandang membutuhkan waktu sekitar 3
minggu. Sedangkan proses budidaya hingga panen berlangsung sekitar 30-40 hari.
Jumlah siklus produksi maksimal peternakan ayam broiler milik Bapak Syafril
yang dapat dilakukan dalam satu tahun adalah sebanyak enam kali.
Persiapan Kandang
sehingga lantai tetap kering dan tidak lembab, dengan begitu maka ayam
akan terbebas dari kelembaban yang dapat menyebabkan penyakit. Selain
itu sekam tersebut berfungsi untuk pemanas alami bagi DOC dan sebagai
pelindung DOC dari kerusakan pada kaki atau dada DOC.
Proses Budidaya
4. Pemberian vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit dan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap berbagai penyakit. Vaksinasi
yang tepat dan benar dapat dapat mencegah timbulnya penyakit, namun tidak
mampu melindungi 100%. Pemberian vaksin di peternakan plasma biasanya
dilaksanakan pada ayam umur 5, 9-12 dan 18 hari. Vaksin pada ayam 5 hari
adalah vaksin tetelo 1 (ND live) dan diberikan melalui tetes mata. Vaksin
pada umur 9-12 hari adalah vaksin gumboro (IBD Live). Sedangkan vaksin
pada ayam umur 18 hari adalah vaksin tetelo 2 (ND Live) yang diberikan
melalui air minum. Pada peternakan ayam broiler Bapak Syafril ini, program
pemberian vaksin yang dianjurkan oleh perusahaan yaitu pada umur 10 hari
yaitu vaksin melalui minum, namun pemberian vaksin ditunda karena melihat
kondisi cuaca yang sangat panas. Selanjutnya pemberian vaksin direncanakan
akan diberikan pada umur 12 hari, namun karena kondisi ayam yang mulai
terserang flu maka pemberian vaksinasi ditunda sampai kondisi ayam
membaik. Tapi yang terjadi selanjutnya ayam mulai terserang penyakit yang
disebut CRD sehingga vaksinasi tidak jadi dilakukan.
Proses Pemanenan
Pasca panen
minum serta kondisi ayam lebih fokus dan teliti. Serta jangka waktu
produksi yang lebih pendek menh\yebabkan lebih mudahnya dalam
menjaga kebersihan kandang.
Peternak mandiri menggunakan pakan yang diproduksi Charoen
Pokphand yang berjenis Hi-Pro-Vite 311 (crumble) dan Hi-Pro-Vite 511
(pellet). Peternak mandiri membeli DOC, pakan, dan obat-obatan pada
poultry 124 PS Payakumbuh. Peternak melakukan pemesanan via telepon
dan sapronak tersebut akan diantarkan ke tempat peternak. Untuk setiap
periode produksinya, DOC, pakan dan obat-obatan datang perminggu, ini
bertujuan agar persediaan ayam tidak terputus. Dalam menjalankan
budidaya peternak tersebut tidak menggunakan tenaga kerja dari luar,
mereka melakukan budidaya tersebut bersama-sama keluarga, kecuali
Bapak Bujang Paibo dan Bapak Rudi yang menggunakan beberapa tenaga
kerja karena jumlah populasi ayam yang cukup banyak.
Kegiatan produksi yang dijalankan oleh Ibu Mardias, Ibu Rosni, Ibu
Dastati, Bapak Alex dan Bapak Bujang Paibo biasanya berlangsung
selama 18-25 hari. Peternak-peternak mandiri menjual ayam untuk rumah
makan tersebut dengan berat badan rata-rata 0.8 kg atau ayam potong
empat sesuai dengan permintaan pelanggan. Sedangkan Bapak Rudi dan
Bapak Bujang Paibo menjalankan kegiatan produksi selama 25-30 hari.
Peternak-peternak ini langsung memasarkan ayamnya sendiri di pasar atau
kepada pengumpul.
Dalam menjalankan peternakan pastilah menghadapi risiko yang dapat
mempengaruhi keuntungan. Pada 7 peternak mandiri risiko harga sangat
berpengaruh terhadap usaha, karena harga DOC dan pakan cenderung
berfluktuasi sehingga akan mempengaruhi penerimaan peternak. Untuk
risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternak mandiri cukup rendah
dikarenakan kegiatan produksi dilakukan langsung oleh peternak sendiri.
Beberapa sumber risiko produksi yang dihadapi peternak mandiri adalah
cuaca, penyakit, afkir, hama predator dan lain-lain.
Saluran Pemasaran
Peternak Mandiri :
Pengumpul Pengecer Konsumen
Mardias, Rosni, Dastati,
Rudi, Alex, BP 1&2 atau Broker
Pasar/
konsumen
Penelitian ini dilakukan pada peternak plasma yang bekerja sama dengan
pihak perusahaan dalam dalam proses produksi sampai proses panen. Peternakan
ayam broiler Bapak Syafril ini menghadapi berbagai risiko dalam menjalankan
usahanya, diantaranya adalah risiko produksi (yang disebabkan oleh iklim dan
cuaca, penyakit) dan risiko harga. Risiko-risiko tersebut sangat berpengaruh
terhadap produksi peternakan ayam broiler yang menyebabkan berfluktuasinya
keuntungan atau pendapatan bersih yang diperoleh oleh peternak untuk setiap
periodenya. Identifikasi sumber-sumber risiko pada peternakan ini dilakukan
dengan cara pengamatan langsung, wawancara dan menganalisis laporan produksi
peternakan.
Dalam kegiatan budidaya ayam broiler ini keberadaan sumberdaya manusia
yang terdiri dari peternak dan anak kandang. Kedisiplinan dan ketelitian anak
kandang dalam pemeliharaan merupakan salah satu faktor kunci terhadap kegiatan
budidaya tersebut karena teknologi yang digunakan masih sangat sederhana.
Dengan demikian timbulnya beberapa risiko pada bisnis peternakan ayam broiler
ini erat kaitannya dengan keberadaan sumberdaya manusia. SDM disini menjadi
salah satu faktor pendorong timbulnya beberapa sumber risiko produksi, karena
ketidakdisiplinan SDM tersebut tidak memberikan dampak langsung terhadap
kematian ayam, tetapi memberikan kontribusi atas timbulnya sumber risiko
produksi.
Beberapa sumber risiko yang terjadi saling berhubungan dan tidak bisa
dipisah satu sama lain. Maka dari itu sangat diperlukan kejelian dan pengamatan
langsung dalam proses identifikasi untuk menentukan sumber risiko dan seberapa
besar pengaruh sumber risiko tersebut terhadap kematian ayam. Dari pengamatan
selama satu periode pada peternakan ayam broiler Bapak Syafril untuk risiko
produksi pada peternakan tersebut sumber- sumber risiko yang ditemui adalah
cuaca (pada saat pengamatan cuaca di daerah tersebut cukup ekstrem dimana pada
siang hari sangat panas dan malam sangat dingin), penyakit, afkir dan lain-lain.
Dalam suatu bisnis harga merupakan salah satu faktor yang penting untuk
diperhatikan. Karena peternakan ini merupakan salah satu peternak plasma, maka
harga telah ditetapkan sesuai dengan kontrak. Harga input terdiri atas harga DOC,
pakan, obat-obatan dan vitamin. Harga output atau harga jual ayam sangat
beragam sesuai pada harga kontrak, yang mencantumkan harga ayam sesuai bobot
ayam.
45
Risiko Harga
Harhaaa ha
Harga DOC dan Harga Pakan
7.000
6.000
5.000 Harga DOC
4.000 Harga pakan H11
3.000 harga pakan H12
2.000
1.000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 8 Fluktuasi harga DOC dan harga pakan pada peternakan plasma
Gambar 8 menunjukkan bahwa harga input yaitu DOC dan harga pakan
mengalami peningkatan setiap periodenya, namun fluktuasi harga DOC dan harga
pakan relatif stabil selama periode pengamatan. Untuk harga DOC yang harus
dibayar oleh peternak sesuai kontrak kerjasama dengan perusahaan inti adalah
berkisar Rp 4175 5200/ekor dan pakan yang harus dibayar oleh peternak
berkisar antara Rp 6000 6350/kg selama periode pengamatan.
Biaya Obat-obatan
16.000.000
14.000.000
12.000.000
10.000.000
8.000.000
6.000.000 Biaya Obat-obatan
4.000.000
2.000.000
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dan kondisi ayam yang terserang penyakit, sehingga membutuhkan jenis obat-
obatan yang lebih banyak.
Risiko Produksi
Risiko yang dihadapi oleh peternakan ini disebabkan faktor fisik terutama
kondisi alam yang langsung mempengaruhi keadaan kandang seperti kandang
yang basah, panas, atau dingin. Faktor fisik bisa juga berasal dari mahluk alam
seperti kuman, virus, binatang, sehingga menimbulkan penyakit pada ayam
broiler, adapun penyakit yang umum terjadi pada peternakan plasmaadalah
penyakit yang mengganggu sistem pernafasan pada ayam seperti CRD (Cronic
Respiratory Disease) dan ND (New Castle Disease).
Dari pengamatan yang dilakukan langsung pada 4 buah kandang di
peternakan ayam milik Bapak Syafril, sumber-sumber risiko yang dihadapi oleh
peternakan yaitu cuaca, penyakit, afkir dan lain-lain. Berikut uraian dari setiap
risiko produksi pada peternakan plasma.
1. Cuaca
Pancaroba adalah masa peralihan antara dua musim utama di daerah
iklim muson, yaitu antara musim penghujan dan musim kemarau.
Pancaroba antara musim penghujan dan musim kemarau biasa terjadi pada
bulan Maret dan April. Kondisi iklim dan cuaca pada bulan April hingga
Mei merupakan musim peralihan dari musim hujan ke musim
kemarau.Cuaca pada beberapa tahun terakhir ini cukup ekstrem yang
sering berubah-ubah secara tiba-tiba dari panas ke dingin atau hujan, hal
48
2. Penyakit
Penyakit merupakan salah satu penyebab tingginya mortalitas pada
peternakan plasma. Dari hasil wawancara dan pengamatan langsung
dengan pemilik peternakan, anak kandang dan TS dari perusahaan inti,
penyakit yang pernah menyerang peternakan ayam adalah seperti penyakit
Gumboro (Infectious Bursal Disease) , CRD (Cronic Respiratory Disease)
dan ND (New Castle Disease). Penyakit tersebut pada umumnya
disebabkan oleh faktor virus dan bakteri. Selain itu beberapa faktor
penting dalam penyebaran penyakit adalah perubahan temperatur kandang,
perubahan musim, kebersihan kandang dan peralatan pakan dan minum.
Pada peternakan Bapak Syafril, kematian ayam yang disebabkan oleh
penyakit yang cukup signifikan terjadi pada periode ketiga, kesembilandan
kesepuluh. Pada periode ini terjadi antara bulan Maret hingga April,
dimana pada bulan-bulan ini terjadi peralihan musim dari musim hujan ke
musim kemarau. Pada periode ketiga terjadi tingginya mortalitas ayam
yang disebabkan oleh kesalahan vaksinasi oleh siswa magang yang belum
memiliki keterampilan dalam melakukan vaksin. Kemungkinan lainnya
adalah ketidakdisiplinan anak kandang dalam menjaga kebersihan kandang
sehingga timbullah penyakit ND. Dampak dari penyakit tersebut sangat
besar karena menurunkan pendapatan yang diterima peternak bahkan
berdampak kerugian yang cukup besar pada peternak. Oleh karena itu,
perlu penanganan yang tepat terhadap serangan penyakit pada peternakan
ayam broiler Bapak Syafril ini.
Selama pengamatan kebersihan kandang ayam terindikasi menjadi
faktor penyebab seringnya penyakit menyerang ayam pada peternakan ini.
Dari empat kandang di peternakan tersebut, ada beberapa anak kandang
yang sedikit lalai dalam menjaga kebersihan kandang. Kegiatan
membersihkan yaitu pembersihan sekam basah yang seharusnya dilakukan
oleh anak kandang sesering mungkin, jarang dilakukan oleh beberapa anak
kandang. Hal inilah yang menyebabkan munculnya virus atau bakteri yang
menyebabkan ayam terserang penyakit CRD. Selanjutnya kegiatan
pembersihan peralatan kandang seperti tempat pakan dan minum, beberapa
anak kandang jarang terlihat membersihkan peralatan tersebut dan ini
49
3. Afkir
Ayam afkir merupakan salah satu sumber mortalitas pada peternakan
ini yang dilihat dari fisik serta perkembangan ayam. Pada saat DOC
datang, tidak jarang anak kandang menemukan beberapa DOC yang cacat
fisik seperti kaki pincang atau lemah dan buta. Setelah DOC berumur
beberapa hari, hal lain yang ditemukan oleh anak kandang adalah seperti
anak ayam yang tidak mengalami perkembangan secara fisik atau kerdil
padahal ayam tersebut cukup makan, ayam dengan kaki yang lemah dan
kelainan fisik lainnya. Pada kasus ayam kerdil, ini akan mempengaruhi
FCR peternakan, karena dengan jumlah pakan yang sama namun berat
badan yang dihasilkan tidak bertambah sehingga hal ini menyebabkan
peningkatan biaya pakan. Untuk itu peternak akan mensortir ayam tersebut
dan memisahkan ayam tersebut di tempat yang telah disediakan.
4. Lain-lain
Pada peternakan ini permasalahan penyebab kematian ayam yang
ditemukan seperti terlambatnya anak kandang dalam menemukan ayam
yang terjepit pada bambu, sistem kandang yang seperti panggung ini
menyebabkan tingginya risiko kaki ayam atau sayap ayam terjepit pada
bambu. Hal ini bisa menyebabkan kematian ayam karena terlalu lama
dalam keadaan terjepit dan kadang adanya kanibalisme oleh ayam lain.
Selain itu pembersihan sekam juga merupakan salah faktor pendorong
timbulnya penyakit pada ayam, sehingga anak kandang benar-benar harus
memperhatikan hal tersebut. Pada peternakan ini kematian ayam juga ada
yang disebabkan oleh stress karena terkejut mendengar bunyi yang cukup
keras seperti petir, motor dan lain-lain. Berikut data hasil pengamatan
untuk 10 periode terakhir pada peternakan plasma.
sebesar 11.940, 2.002 dan 2.056. Nilai FCR tersebut menunjukkan bahwa untuk
mendapatkan ayam dengan bobot hidup sebesar 1 kg diperlukan pakan sejumlah
11.940 kg, 2.002 kg dan 2.056 kg. Penggunaan pakan yang tidak efisien ini
dikarenakan peternakan yang terserang penyakit sehingga banyak ayam yang
mati. Hal ini menyebabkan kerugian pada sejumlah pakan yang telah diberikan
pada ayam.
Pemanas
Pakan DOC Obat-obatan (LPG) Upah TK Lain-Lain
1 247 635 250 79 325 000 6 238 760 5 820 000 8 000 000 4 000 000 351 019 010
2 296 052 000 79 325 000 8 742 360 5 820 000 8 000 000 4 500 000 402 439 360
3 146 162 500 98 325 000 6 341 940 5 820 000 6 000 000 4 500 000 267 149 440
4 325 205 500 98 800 000 6 589 110 5 820 000 13 000 000 4 500 000 453 914 610
5 262 735 000 98 325 000 10 909 140 5 820 000 7 200 000 4 500 000 389 489 140
6 306 735 000 98 325 000 6 892 780 4 800 000 12 500 000 4 500 000 433 752 780
7 345 158 000 98 325 000 1 633 445 4 800 000 12 000 000 4 500 000 466 416 445
8 357 065 000 98 325 000 9 136 435 5 800 000 12 500 000 4 500 000 487 326 435
9 232 837 000 98 325 000 9 060 000 6 340 000 8 000 000 4 500 000 359 062 000
10 217 734 000 98 325 000 14 417 260 6 340 000 10 000 000 4 500 000 351 316 260
Rata-
rata 273 731 925 94 572 500 7 996 123 5 718 000 9 720 000 4 450 000 396 188 548
Sumber : Peternakan ayam broiler Bapak Syafril (diolah)
2. Penerimaan
Penerimaan yang diterima usaha peternakan ayam broiler ini berfluktuatif
setiap periodenya. Berfluktuasinya penerimaan ini disebabkan oleh hasil panen
yang bevariasi karena berat badan ayam yang berbeda-beda setiap periode, jenis
obat-obatan dan jumlah obat-obatan yang digunakan. Hal lain yang menyebabkan
berfluktuatifnya penerimaan usaha peternakan ini adalah harga kontrak yang bisa
berubah pada waktu tertentu. Penerimaan peternakan ayam broiler Bapak Syafril
ini terdiri dari penerimaan penjualan yang didapat dari perkalian antara berat
badan ayam hidup saat panen dikalikan dengan harga kontrak yang telah
54
disepakati antara peternak dan perusahaan inti dan juga dari bonus FCR dan
mortality (Lampiran 2).Penerimaan usaha peternakan ayam broiler Bapak Syafril
selama periode pengamatan disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 16 Penerimaan peternak plasma
Hasil Panen Harga Bonus
Penjualan Penjualan Total
Rata-rata
Periode Rata- Ayam Pupuk Penerimaan
Jumlah Bobot Ayam
rata FCR Mortality (Rp/Periode) (Rp/Periode) (Rp/Periode)
(ekor) badan (kg) (Rp/kg)
(kg)
1 18 514 26 660.16 1.44 13 730 1 409 120 1 481 820 370 674 937 1 740 000 372 414 937
2 17 857 30 169.88 1.69 13 704 7 982 250 - 423 750 286 2 320 000 426 070 286
3 2017 2026.8 1.00 14 970 - - 30 340 964 2 320 000 32 660 964
4 18 267 34 244.6 1.87 14 274 6 889 150 1 712 230 497 424 816 2 320 000 499 744 816
5 17 218 22 158.8 1.29 14 623 - - 324 031 436 2 320 000 326 351 436
6 18 484 32 387 1.75 14 372 8 145 250 1 620 000 475 257 342 2 320 000 477 577 342
7 17 850 33 658.24 1.89 14 800 8 413 844 - 506 630 008 2 320 000 508 950 008
8 18 540 35 185.8 1.90 14 800 5 277 870 1 759 290 527 787 000 2 320 000 530 107 000
9 16 526 18 349 1.11 15 277 - - 280 313 648 2 320 000 282 633 648
10 14 562 16 742.8 1.15 15 193 - - 254 338 782 2 320 000 256 658 782
Rata-
rata 371 316 922
Sumber : Peternakan ayam broiler Bapak Syafril (diolah)
3. Pendapatan Bersih
Jumlah pendapatan yang bersih yang diperoleh dari usaha peternakan ayam
broiler sangat berfluktuasi setiap periodenya. Jumlah pendapatan yang diterima
peternak juga dipengaruhi oleh sistem kemitraan yang dijalankan peternakan ini.
Berikut disajikan pada tabel perbandingan pendapatan yang diterima peternak
dengan adanya sistem kerjasama inti-plasma.
40000000
30000000
20000000
Pendapatan Bersih
10000000 (Rp/Periode Produksi)
-1000000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
-2000000
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Pada Peternak Plasma
Tabel 19 Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) peternak plasma
Tabel 19 menunjukkan R/C Ratio yang diterima oleh peternak plasma cukup
bervariasi yaitu 6 periode bernilai lebih dari 1 yang menunjukkan usaha
peternakan pada periode tersebut efisien untuk dilaksanakan. Sedangkan 4 periode
lainnya nilai R/C Ratio kurang dari 1, hal ini menunjukkan bahwa pada periode
tersebut usaha peternakan pada periode tersebut mengalami kerugian. R/C Ratio
yang berfluktuasi ini disebabkan oleh berfluktuasinya penerimaan dan biaya
produksi pada usaha peternakan ini.
58
2. Ragam (Variance)
Nilai variance menunjukan bahwa semakin besar nilai variance, maka
semakin besar nilai penyimpangannya, sehingga semakin besar risiko yang
dihadapi dalam kegiatan usaha. Dan semakin kecil nilai variance, maka semakin
kecil penyimpangannya, sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam
kegiatan usaha.
59
dialami oleh peternakan ini adalah tingkat mortalitas yang cukup tinggi yang
disebabkan oleh wabah penyakit, FCR yang tinggi dan bobot rata-rata ayam yang
dihasilkan.
Nilai batas bawah pendapatan (L) yang diterima oleh peternakan plasma
adalah sebesar Rp 28 798 804. Nilai tersebut menunjukan bahwa kemungkinan
risiko terendah atau kerugian terendah yang akan dihadapi usaha peternakan ini
setiap periodenya pada masa yang akan datang adalah sebesar Rp 28 798 804
(ceteris paribus). Nilai batas bawah pendapatan yang diperoleh usaha peternakan
ini sangat besar. Besarnya nilai ini disebabkan karena besarnya nilai standard
deviation yang diperoleh. Besarnya nilai standard deviation disebabkan karena
adanya kerugian sebesar Rp -11 876 180.
Tabel 22, dapat dilihat pada periode pertama bobot rata-rata ayam adalah
1.44 kg dengan umur rata-rata panen 29.72 hari. Pada periode ini FCR 1.542 yang
artinya setiap pemberian pakan 1.542 kg akan menghasilkan ayam dengan bobot
hidup 1 kg. Tingkat kematian yang terjadi di peternakan ini sebesar 2.56%
sehingga dengan rumus Indeks Prestasi produksi yang didapat sebesar 306.17.
Indeks Prestasi produksi periode kedua sampai kesepuluh bisa dilihat dalam tabel
dengan interpretasi data seperti di atas. Indeks Prestasi produksi yang dicapai
selama sepuluh periode pengamatan yang diperoleh berat rata-rata ayam adalah
1.509 kg dengan umur rata-rata saat dipanen selama 30.03 hari, dengan FCR 2.75
yang artinya setiap 2.75 kg pemberian pakan berhasil dikonversi menjadi 1 kg
daging oleh ayam broiler hidup, tingkat kematian rata-rata selama sepuluh periode
pada peternakan ayam ini sebesar 15.86%, sehingga rata-rata Indeks Prestasi
produksi yang diperoleh selama sepuluh periode pengamatan adalah 253.39.
Selama10 periode produksi pada peternakan plasma rata-rata berat badan
yang paling besar adalah 1.9 kg pada periode kedelapan dan paling kecil pada
periode ketiga yaitu 1.0 kg. FCR yang paling tinggi juga pada periode ketiga
mencapai 11.94 persen dan FCR terendah terdapat pada periode pertama yaitu
1.542. Sedangkan untuk tingkat mortalitas yang paling tinggi adalah pada periode
ketiga sebesar 89.39 persen dan tingkat mortalitas terendah pada periode
kedelapan yaitu 2.42 persen. Umur rata-rata panen terlama adalah 33.38 hari yang
terjadi pada periode keempat dan yang paling singkat adalah 24.86 hari pada
periode ketiga. Hasil pengamatan selama 10 periode menunjukkan bahwaIndeks
Prestasi produksi tertinggi pada peternakan plasma adalah adalah 362.57 pada
periode kedelapan dan yang terendah adalah 3.578 pada periode ketiga.
Berdasarkan berat panen panen yang dihasilkan oleh peternakan plasma
maka seharusnya Indeks Prestasi produksi yang didapat oleh peternakan plasma
berdasarkan standar Performance Broiler adalah seperti terlihat pada Tabel 23.
standar dan FCR standar dari perusahaan, maka diperolehlah rata-rata Indeks
Prestasi produksi adalah sebesar 293.61.
Berdasarkan Indeks Prestasi produksi aktual dan Indeks Prestasi produksi
standar pada perusahaan inti, dapat terlihat adanya penyimpangan antara hasil
aktual dengan standar pada peternak plasma. Berikut penyimpangan (selisih)
Indeks Prestasi peternak plasma terhadap Indeks Prestasi standar dapat dilihat
dalam Tabel 24.
Metode Z-Score
Risiko Produksi
Tabel 26 Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) peternak mandiri
mandiri sedangkan harga input pada peternak plasma relatif konstan sesuai
demngan kontrak yang ada.
Pendapatan yang diterima oleh peternak mandiri lebih besar dibandingkan
dengan peternak plasma, hal ini disebabkan karena tingkat mortalitas pada
peternak plasma sangat tinggi karena peternakan terserang penyakit CRD
sehingga mengurangi pendapatan. Pendapatan yang diterima peternak mandiri
adalah sebesar Rp 58 618 500 sedangkan peternak mandiri mengalami kerugian
sebesar Rp -4 465 900. Berikut disajikan dalam tabel biaya produksi dan
pendapatan antara peternak plasma dan peternak mandiri.
(TS). Pada peternak mandiri pihak-pihak yang terlibat langsung peternak sendiri
dan beberapa tenaga kerja dalam keluarga.
Hasil analisa manajemen risiko yang diterapkan peternakan plasma masih
belum efektif dalam hal produksi, ini diindikasikan dengan masih berfluktuatifnya
tingkat mortalitas, tingkat efisiensi penggunaan pakan, tingkat perolehan bobot
badan dan Prestasi produksi yang diperoleh peternakan ayam broiler peternak
plasma. Kegiatan produksi yang intensif dilakukan di awal saja, setelah beberapa
hari proses budidaya berjalan beberapa anak kandang pada peternakan ini mulai
lalai dan kurang disiplin dalam menjalankan proses budidaya.Seperti kontrol
terhadap kebersihan lingkungan kandang, pembersihan sekam yang basah akibat
kotoran ayam dan tumpahan minum ayam sehingga menimbulkan bibit penyakit,
pengontrolan ayam yang seharusnya dilakukan sesering mungkin karena dengan
sistem kandang panggung ini ayam bisa saja terjepit pada lantai bambu.
Selanjutnya dengan kondisi pancaroba saat ini, kecekatan anak kandang dalam hal
pengaturan sirkulasi udara dengan sistem buka tutup tirai sangat penting, namun
masih belum efektif karena kondisi ayam yang kepanasan dan juga terserang
gangguan pada pernafasan karena bau amonia.
Salah satu indikasi kurang efektifnya manajemen risiko produksi adalah
tingginya rata-rata mortalitas yaitu sebesar 15,88 persen. Tingginya mortalitas
menyebabkan menurunnya nilai penjualan berat ayam hidup. Hal ini disebabkan
cuaca, penyakit, ayam afkir dan kondisi lingkungan.Tingkat penggunaan pakan
yang belum efisien merupakan salah satu indikasi belum efektifnya manajemen
risiko produksi pada peternakan plasma. Efisiensi tingkat penggunaan pakan dapat
dilihat dari nilai FCR. Rata-rata nilai FCR pada peternakan ini cukup tinggi yaitu
sebesar 2.752. Tingginya FCR ini dikarenakan pada periode ketiga, keseembilan
dan kesepuluh peternakan terserang penyakit ND, CRD, Gumboro sehingga
menyebabkan banyaknya ayam yang mati. Manajemen risiko harga yang telah
terapkan oleh peternakan plasma adalah dengan melakukan kemitraan inti-plasma.
Namun, pendapatan yang diterima masih berfluktuasi karena bobot badan ayam
yang dihasilkan mempengaruhi harga jual ayam sesuai dengan kontrak yang telah
ada.
Pada 7 peternak mandiri manajemen pengelolaan risiko dalam produksi
sudah sangat baik karena langsung ditangani sendiri oleh pemilik sehingga tingkat
mortalitas sangat rendah. Kegiatan proses produksi yang relatif singkat juga
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya mortalitas. Jadi,
penerapan manajemen pengelolaan risiko produksi pada peternak mandiri tidak
mengalami masalah yang dapat mengurangi pendapatan. Namun pada peternak
mandiri saat ini mereka mengalami masalah risiko harga yang menyebabkan
penurunan pendapatan peternak karena peternak tidak memiliki kekuatan dalam
menentukan harga pasar.
diterapkan oleh usaha peternakan ayam broiler Bapak Syafril terkait dengan
kegiatan budidaya diantaranya adalah :
1. Melakukan pengaturan jadwal kedatangan pakan yang tepat waktu dan tepat
jumlah sehingga tidak perlu melakukan peminjaman pakan dari peternak lain.
2. Menambah fasilitas kandang untuk ayam yang kurang sehat hal ini bertujuan
untuk memisahkan ayam yang kurang sehat. Pembuatan kandang karantina
untuk ayam ini diharapkan dapat mencegah penyebaran penyakit kepada
ayam lainnya.
3. Menambah kipas angin agar sirkulasi udara didalam kandang lebih baik
sehingga bau amonia tidak terlalu tinggi.
4. Memberikan klorin cair secara berkala pada penampungan air agar bakteri
yang ada pada sela-sela selang dan galon air yang sulit terjangkau dapat mati.
5. Melakukan program biosecurity pada manusia, kandang dan lingkungan
peternakan untuk pencegahan penyakit pada ayam dengan melakukan
desinfeksi pada kandang dan lingkungan sekitar kandang sesuai kebutuhan.
6.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Total 1
Keterangan Mg ke-1* Mg ke-4 Total 1 periode Keterangan Mg ke-1* Mg ke-4 periode
Biaya DOC 2,425,000 3,050,000 10,325,000 1. Penjualan ayam potong 4 ( 0,8 kg) 8,296,000 8,820,000 33,708,000
2. Penjualan bagian isi perut ayam &
Biaya pakan - ceker 600,000 700,000 2,500,000
Pakan 311 327,500 348,000 1,330,500 3. Penjualan pupuk 80,000 80,000 320,000
Pakan 511 4,290,000 4,550,000 17,420,000 Total Penerimaan 8,976,000 9,600,000 36,528,000
Biaya serbuk kayu 45,000 45,000 180,000 Total Biaya Produksi 7,448,250 8,364,750 30,709,500
Biaya obat-obatan &
vitamin Total Pendapatan 1,527,750 1,235,250 5,818,500
Total 1
Keterangan Mg ke-1* Mg ke-4 Total 1 periode Keterangan Mg ke-1* Mg ke-4 periode
Biaya DOC 2,425,000 3,050,000 10,325,000 1. Penjualan ayam potong 4 ( 0,8 kg) 8,245,000 8,766,000 33,501,000
Biaya pakan - 2. Penjualan bagian isi perut ayam & ceker 600,000 700,000 2,500,000
Pakan 311 327,500 348,000 1,330,500 3. Penjualan pupuk 80,000 80,000 320,000
Pakan 511 4,290,000 4,550,000 17,420,000 Total Penerimaan 8,925,000 9,546,000 36,321,000
Biaya sekam 45,000 45,000 180,000 Total Biaya Produksi 7,681,750 8,601,250 31,646,500
85
86
Lampiran 3 (Lanjutan)
Analisis biaya produksi dan pendapatan peternak mandiri (Dastati)
Total 1
Keterangan Mg ke-1* Mg ke-4 Total 1 periode Keterangan Mg ke-1* Mg ke-4 periode
Biaya DOC 2,425,000 3,050,000 10,325,000 1. Penjualan ayam potong 4 ( 0,8 kg) 7,565,000 8,010,000 30,705,000
Biaya pakan - 2. Penjualan bagian isi perut & ceker 550,000 600,000 2,250,000
Pakan 311 327,500 348,000 1,330,500 3. Penjualan ayam besar 1,400,000 1,500,000 5,700,000
Pakan 511 4,620,000 4,900,000 18,760,000 Total Penerimaan 9,515,000 10,110,000 38,655,000
Biaya serbuk kayu 55,000 55,000 220,000 Total Biaya Produksi 8,198,000 9,161,000 33,755,000
Biaya obat-obatan &
vitamin Total Pendapatan 1,317,000 949,000 4,900,000
Keterangan Mg ke-1* Mg ke-4 Total 1 periode Keterangan Mg ke-1* Mg ke-4 Total 1 periode
Biaya DOC 2,425,000 3,050,000 10,325,000 1. Penjualan ayam potong 4 ( 0,8 kg) 6,460,000 6,930,000 26,310,000
Biaya serbuk kayu 30,000 30,000 120,000 3. Penjualan pupuk 80,000 80,000 320,000
Biaya obat-obatan &
vitamin - Total Penerimaan 9,790,000 10,510,000 39,880,000
1. Rodalon 8750 8,750 35,000 Total Biaya Produksi 8,425,750 9,019,750 34,297,000
87
88
Lampiran 3 (Lanjutan)
Analisis biaya produksi dan pendapatan peternak mandiri (Rudi)
Keterangan Mg ke-1* Mg ke-4 Total 1 periode Keterangan Mg ke-1* Mg ke-4 Total 1 periode
Biaya DOC 4,850,000 6,100,000 20,650,000 1. Penjualan ayam besar 27,440,000 29,250,000 111,570,000
Biaya pakan 511 14,850,000 15,750,000 60,300,000 2. Penjualan pupuk 75,000 75,000 300,000
Biaya serbuk kayu 40,000 40,000 160,000 Total Penerimaan 27,515,000 29,325,000 111,870,000
Biaya obat-obatan & vitamin - Total Biaya Produksi 22,494,500 24,672,500 91,941,000
89
90
Lampiran 3 (Lanjutan)
Analisis biaya produksi dan pendapatan peternak mandiri (Bujang Paibo 2)
Komponen Biaya Peternakan Ayam Broiler Uraian Komponen Biaya Peternakan Ayam Broiler
Uraian Peternak Plasma Peternak Mandiri
Nilai (Rp) (%) Nilai (Rp) (%)
A. Biaya Tunai A. Biaya Tunai
1. Bibit DOC 98,325,000 1. Bibit DOC 98,400,000
Total Biaya DOC 98,325,000 27.99% Total Biaya DOC 98,400,000 27.12%
2. Pakan 2. Pakan
a. Pakan H11 104,775,000 a. Pakan 311 5,670,000
b. Pakan H12 112,959,000 b. Pakan 511 223,440,000
Total biaya pakan 217.734.000 61.98% Total biaya pakan 229,110,000 63.13%
3. Sekam 1,500,000 3. Sekam/Serbuk kayu 1,070,000
Total Biaya Sekam 1,500,000 0.43% Total Biaya Sekam 1,070,000 0.29%
4. Obat-obatan & Vitamin 4. Obat-obatan & Vitamin
a. Formalin 1,237,500 a. Rodalon & Formandes 240,000
b. Biogreen 715,000 b. Kapur 165,000
c. Quin Abic 330,000 c. Vaksin 438,000
d. Vitamin C 1,040,160 d. Vita bro 593,000
e. Susu Skim 132,000 e. Vita Chick 1,245,000
f. Amilyte 1,072,720 f. Vita Stress 190,500
g. Baytril 4,950,000 g. Therapy 1,274,000
h. Ioguard 608,520 h. Thermezyn 369,000
i. Amcol 2,722,500 i. Koleridin 348,000
j. Enflox 1,210,000 j. Tetra Chlor 55,000
k. Ksb3 398,860
Total Biaya Obat-obatan & Total Biaya Obat-obatan &
14,417,260 4.10% 4,917,500 1.36%
Vitamin Vitamin
5. Tenaga Kerja 10,000,000 2.85% 5. Tenaga Kerja 20,720,000 5.71%
6. Listrik 1,200,000 0.34% 6. Listrik 3,100,000 0.85%
7. Air 500,000 0.14% 7. Air 650,000 0.18%
8. Pemanas (LPG) 6,340,000 1.80% 8. Transportasi 2,600,000 0.72%
9. Biaya lain-lain 1,300,000 0.37% 9. Biaya Lain-Lain 2,324,000 0.64%
TOTAL BIAYA 351,316,260 100,00% TOTAL BIAYA 362,891,500 100.00%
91
92
Lampiran 5 Analisis perbandingan pendapatan peternak plasma dan peternak mandiri
Peternak
Uraian Uraian
Peternak Plasma Mandiri
A. Penjualan Ayam Broiler A. Penjualan Ayam Broiler
Jumlah Total harga
ekor Berat ayam/ekor Total berat ayam (kg) Harga Ayam/kg Total harga jual (Rp) jual (Rp)
1830 0.93 1706.2 15660 26,719,092 1. Penjualan Ayam Potong 4 (0,8kg/ekor) 184,824,000
1512 1.19 1802.8 15180 27,366,504 3. Penjualan bagian isi perut ayam & ceker 11,350,000
1296 1.16 1504.4 15180 22,836,792
1303 1.16 1507.2 15180 22,879,296
1496 1.13 1684.8 15180 25,575,264
1093 1.36 1486.6 14980 22,269,268
2240 1.17 2614 15180 39,680,520
520 1.32 685.4 14980 10,267,292
1280 1.24 1583.4 15070 23,861,838
Total Penjualan Ayam Broiler 254,338,782 Total Penjualan Ayam Broiler 419,400,000
B. Penjualan Pupuk 2,320,000 B. Penjualan pupuk 2,110,000
Total Penerimaan 256,658,782 Total Penerimaan 421,510,000
Total Biaya 351,316,260 Total Biaya 362,891,500
Tambahan Discount Feed atau DOC dari PT 90,191,578 Total Pendapatan Bersih 58,618,500
Total Pendapatan Bersih -4,465,900 R/C Rasio Peternak Mandiri 1.16
R/C Rasio Peternak Plasma 0.73
Lampiran 6 Dokumentasi
Kegiatan Produksi Peternakan Plasma
93
94
Vitamin Obat-Obatan Panen Penyemprotan Kandang
95
96
Foto Ayam Mati
Cuaca Penyakit