Anda di halaman 1dari 80

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN

ARWANA SUPER RED DI PD DIAN ARDYKA,


PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUZAKIR RAHIM

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN SKRIPSI DAN MENGENAI SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red di PD Dian Ardyka, Pontianak,
Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014

Muzakir Rahim
NIM H34114033
ABSTRAK
MUZAKIR RAHIM. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super
red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh NETTI
TINAPRILA.
Sektor perikanan memberikan kontribusi yang penting dalam perekonomian
Indonesia, salah satu contohnnya adalah peningkatan volume ekspor ikan hias
perikanan ikan hias dalam peningkatan pertumbuhan nilai produk domestik
bruto Indonesia. Arwana super red adalah salah satu jenis ikan hias yang masuk
ke dalam komoditi ekspor ikan hias Indonesia tersebut. Komoditi arwana super
red mengalami fluktuasi produksi ditiap tahunnya, hal tersebut menunjukan
bahwa terdapat risiko dalam usaha budi daya arwana super red. Risiko budi
daya arwana super red tersebut juga dihadapi oleh kegiatan pembenihan PD
Dian Ardyka yang merupakan salah satu perusahaan ekspor arwana terbesar di
Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah mencari strategi penanganan sumber
risiko yang tepat dalam produksi benih arwana di PD Dian Ardyka, dengan cara
mengidentifikasi sumber risiko, menganalisis probabilitas sumber risiko,
menganalisis dampak risiko, menganalisis status risiko, dan pembuatan peta
risiko. Hasil penelitian menjelaskan bahwa perusahaan menghadapi kendala
pada umur benih yang muda, serangan penyakit, benih cacat, dan telur pecah
pada benih. Alternatif strategi yang diusulkan dalam menangani sumber risko
tersebut menggunakan pendekatan strategi preventif dan mitigasi.
Keyword : arwana, sumber risiko, strategi

ABSTRACT

MUZAKIR RAHIM. Risk Analysis of Fish Hatchery Production of Arwana


Super red in PD Dian Andyka, Pontianak, West Kalimantan. Guided by Netti
Tinaprila.
Fishery sector contributes an important contribution in economic condition of
Indonesia, one of which is the increase of ornamental fish export volume in
increasing the growth of gross domestic product in Indonesia. Arwana super red
is one of ornamental fish that is put into the category of export comodity in
Indonesia. Arwana super red comodity experiences fluctuation every year. This
shows that there is a risk in the business of arwana super red. This risk is also
faced by PD Dian Ardyka, one of the biggest arwana super red export companies
in Pontianak. The aim of this research was to find the appropriate strategy to
overcome the risk in seed production of arwana super red in PD Dian Ardyka by
identifying the risk source and making the risk map. The result of this research
indicated that the company faced problems when the age of seed was still young.
Moreover, the company also faced problems like disease attact, deformed seed,
and broken egg on the seed. The alternative strategy proposed in the risk source
handling was by using the approach of preventive strategy and mitigation.
Keywords : arwana, risk source, strategy
ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
ARWANA SUPER RED DI PD DIAN ARDYKA,
PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUZAKIR RAHIM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di
PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.
Nama : Muzakir Rahim
NIM : H34114033

Disetujui oleh,

Dr. Ir Netti Tinaprilla, MM.


Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di
PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.
Nama : Muzakir Rahim
NIM : H34114033

Disetujui oleh,

Dr. Ir Ne ti inaprilla, MM.

Pembimbing

Diketahui oleh,

MS

Tanggal Lulus : 1 B MAR 2014


PRAKATA

Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 hingga Januari 2014
ini adalah Analisis Risiko Produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi
Pembenihan Ikan Arwana Super red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan
Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir.Netti Tinaprila, MM
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ardyka
Anggriawan B.B.E.ST dari PD Dian Ardyka selaku direktur dan pemilik
perusahaan, yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda, serta seluruh
saudara dan keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi pembenihan
yang dihadapi PD Dian Ardyka. Analisis risiko produksi juga dilakukan dengan
memberikan alternatif strategi penanganan risiko yang sesuai dengan keadaan
perusahaan.
Segala upaya dan kerja keras dengan optimal telah dilakukan dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak.

Bogor, Maret 2014

Muzakir Rahim
NIM H34114033
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Ikan Arwana Super Red 8
Sumber – Sumber Risiko 9
Metode Analisis Risiko 10
Strategi Pengelolaan Risiko 11
KERANGKA PEMIKIRAN 12
Kerangka Pemikiran Teoritis 12
Konsep Risiko dan Ketidakpastian 13
Sumber – Sumber Risiko 13
Pengukuran Risiko 14
Pemetaan Risiko 15
Strategi Penanganan Risiko 16
Kerangka Pemikiran Operasional 19
METODE PENELITIAN 21
Lokasi Dan Waktu Penelitian 21
Data dan Sumber Data 21
Metode Pengumpulan Data 21
Metode Analisis Data 22
Analisis Kuantitatif 22
Analisis Manajemen Risiko 26
HASIL DAN PEMBAHASAN 27
Gambaran Umum Perusahaan 27
Lokasi Perusahaan 29
Organisasi dan Ketenagakerjaan 29
Proses Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red 30
Pemeliharaan Induk 30
Pemanenan larva/benih 32
Pemeliharaan Benih 32
Analisis Risiko Produksi Pembenihan Arwana Super red 33
Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber Risiko 33
Analisis Probabilitas 38
Analisis Dampak Kerugian Sumber Risiko 40
Pemetaaan Risiko 42
Strategi Penanganan Risiko 44
SIMPULAN DAN SARAN 46
Simpulan 46
Saran 47
DAFTAR PUSTAKA 48
LAMPIRAN 50

DAFTAR TABEL
1 Nilai Produk Domestik Bruto nasional pada sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan berdasarkan harga berlaku tahun
2010-2012 1
2 Jumlah produksi pada kegiatan budi daya dan penangkapan ikan di
Indonesia tahun 2007-2011 2
3 Pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011-2012 3
4 Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko 22
5 Ketenagakerjaan PD Dian Ardyka tahun 2014 30
6 Hasil analisis perbandingan berpasangan sumber risiko PD Dian
Ardyka 36
7 Data produksi PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 38
8 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko PD Dian Ardyka 39
9 Hasil perhitungan dampak risiko (VaR) di PD Dian Ardyka 41
10 Hasil perhitungan status risiko di PD Dian Ardyka 42
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005
(ekor) 4
2 Grafik mortalitas benih arwana di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d
2013 6
3 Peta Risiko 16
4 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan 17
5 Kerangka Pemikiran Operasional 20
6 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif) 26
7 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi) 27
8 Hasil pemetaan risiko di PD Dian Ardyka 43
9 Pemetaan strategi preventif sumber risiko di PD Dian Ardyka 45
10 Pemetaan strategi mitigasi sumber risiko di PD Dian Ardyka 46

LAMPIRAN

1 Matriks berpasangan sumber risiko tiap responden 51


2 Penjumlahan skor total dari data matriks berpasangan tiap responden 52
3 Contoh data historis perusahaan dan cara pencatatan data 53
4 Data produksi kegiatan pembenihan PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d
2013 54
5 Perhitungan hatching rate pada kegiatan pemijahan induk di PD Dian
Ardyka periode produksi tahun 2013 s.d 2014 55
6 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
umur larva muda di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 56
7 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
serangan penyakit di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 57
8 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
cacat/afkir di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 58
9 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
telur pecah di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 59
10 Perhitungan VaR dari sumber risiko umur benih yang muda di PD
Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 60
11 Perhitungan VaR dari sumber risiko serangan penyakit di PD Dian
Ardyka tahun 2012 s.d 2013 61
12 Perhitungan VaR dari sumber risiko cacat/afkir di PD Dian Ardyka
tahun 2012 s.d 2013 62
13 Perhitungan VaR dari sumber risiko telur pecah di PD Dian Ardyka
tahun 2012 s.d 2013 63
14 Foto yang berkaitan dengan penelitian 64
15 Alur produksi benih ikan arwana super red di PD Dian Ardyka 65
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor perikanan memberikan kontribusi yang cukup penting dalam


perekonomian Indonesia. Nilai kontribusi sektor perikanan pada Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia menempati urutan kedua setelah sektor tanaman
bahan makanan diakhir tahun 2012. Nilai kontribusi yang diberikan sektor
perikanan pada PDB Indonesia mencapai angka Rp255.33 triliun, dibandingkan
dengan nilai PDB tanaman bahan makanan yang mencapai angka Rp574.33
triliun, sedangkan sektor lainnya menempati urutan setelah sektor perikanan
dalam nilai PDB Indonesia. Sektor perkebunan menempati urutan ketiga dengan
nilai PDB mencapai Rp159.75 triliun, diikuti sektor peternakan yang menempati
urutan keempat dengan nilai PDB sebesar Rp146.09 triliun dan sektor kehutanan
yang menempati urutan terakhir dengan nilai PDB mencapai Rp54.91 triliun.
Semua penjelasan tersebut didasarkan pada data Tabel 1 PDB Indonesia dari
tahun 2010 hingga akhir tahun 2012.
Tabel 1 Nilai Produk Domestik Bruto nasional pada sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan berdasarkan harga berlaku tahun 2010-2012

Nilai PDB (dalam Rp Milyar) Rata-rata


Lapangan
perubahan
Usaha 2010 2011 2012
(%/tahun)
Tanaman
Bahan 482 377.10 529 968.00 574 330.00 9.12
Makanan
Tanaman
136 048.50 153 709.30 159 753.90 8.45
Perkebunan
Peternakan 119 371.70 129 297.70 146 089.70 10.65
Kehutanan 48 289.80 51 781.30 54 906.50 6.64
Perikanan 199 383.40 226 691.00 255 332.30 13.17
Total 985 470.50 1 091 447.30 1 190 412.40 9.91
Sumber : BPS (2013), diolah

Nilai rata-rata pertumbuhan PDB per tahun pada sektor perikanan lebih
tinggi dibandingkan nilai rata-rata pertumbuhan PDB pada sektor pertanian
lainnya, dengan angka rata-rata pertumbuhan mencapai 13.17 persen per
tahunnya. Pertumbuhan nilai PDB tersebut didukung sebagian besar oleh
peningkatan produksi pada dua sektor perikanan ikan konsumsi, yakni sektor
perikanan tangkap dan sektor perikanan budi daya. Pertumbuhan produksi sektor
perikanan tangkap mengalami pertumbuhan produksi rata-rata sebanyak 6.13
persen pertahunnya sedangkan pertumbuhan produksi pada perikanan budi daya
mengalami peningkatan produksi rata-rata sebesar 26.30 persen per tahunnya.
Penjelasan tersebut dapat dilihat pada tabel 2 peningkatan produksi pada kegiatan
sektor perikanan budi daya dan sektor perikanan tangkap di Indonesia dari tahun
2007-2011.
2

Tabel 2 Jumlah produksi pada kegiatan budi daya dan penangkapan ikan di Indonesia
tahun 2007-2011

Kenaikan
Jenis Produksi
2007 2008 2009 2010 2011 rata-rata
(Ton)
(%/)
Budi daya 3 193 565 3 855 200 4 708 563 6 277 924 7 928 963 26.30
Penangkapan 5 044 737 5 003 115 5 107 971 5 834 418 5 714 271 6.13
Total 8 238 302 8 858 315 9 816 534 11 662 342 13 643 234 16.99
Sumber : DKP (2012), diolah

Pertumbuhan nilai PDB Indonesia pada sektor perikanan didukung juga oleh
pertumbuhan produksi pada sektor perikanan ikan hias di Indonesia. Volume
ekspor ikan hias mencapai peningkatan hingga 11.56 persen pada tahun 2007-
2012 (DKP, 2012). Peningkatan tersebut didukung oleh beberapa faktor
pendukung, seperti luasan areal perairan serta iklim di Indonesia. Luasan perairan
Indonesia sebesar 3.257.483 km2, dari luas areal perairan tersebut terdapat
beranekaragam jenis-jenis ikan hias asli Indonesia yang mencapai ratusan species
akibat oleh iklim tropis di Indonesia. Sebagian besar species ikan hias asli
Indonesia banyak diminati oleh para hobiis dalam negeri maupun luar negeri
karena memiliki keunikan warna dan bentuk tubuh yang indah. Beberapa jenis
ikan hias asli Indonesia yang banyak diminati di pasaran nasional maupun
internasional yaitu ikan arwana, ikan botia, ikan Pelangi (dari Sulawesi/Genus
Telmatherina) dan dari Irian (Genus Melanotaenia). Jenis - jenis tersebut
merupakan ikan asli Indonesia dan bersifat endemik (Kottelat, et al.,1993; Allen,
1995).
Salah satu pendukung pertumbuhan produksi ikan hias di Indonesia lainnya
adalah tingkat permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap ikan hias Indonesia.
Tingkat permintaan pasar ikan hias Indonesia dapat diukur dari laju pertumbuhan
nilai ekspor total ikan hias di Indonesia. Nilai ekspor total ikan hias yang diterima
Indonesia pada tahun 2012 sebesar 21.02 juta US$, nilai ini mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 19.90 juta US$ dengan
persentase peningkatan nilai total ekspor ikan hias mencapai 5.63 persen. Hong
Kong SAR, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura merupakan negara-negara
yang memberikan nilai kontribusi tinggi pada nilai ekspor total ikan hias
Indonesia tersebut. Nilai kontribusi yang diberikan pada masing-masing negara
tersebut antara lain, Hongkong SAR memberikan kontribusi sebesar 3.73 juta
US$, Amerika serikat sebesar 2.68 juta US$, Jepang sebesar 2.40 juta US$, dan
Singapura sebesar 2.4 juta US$. Peningkatan nilai ekspor ikan hias Indonesia
hampir terjadi pada seluruh negara tujuan ekspor ikan hias Indonesia pada periode
tahun 2011-2012, kecuali negara Malaysia, Kanada, dan China yang mengalami
penurunan nilai terhadap ekspor ikan hias Indonesia. Peningkatan persentase nilai
ekspor terhadap beberapa tujuan ekspor ikan hias tersebut mengindikasikan
terdapat peningkatan permintaan ikan hias asli Indonesia yang menjadikan
peluang bisnis atau memunculkan prospek bagi usaha ikan hias asli Indonesia,
sehingga terjadi pertumbuhan produksi yang cukup pesat pada komoditas ikan
hias di Indonesia. Penjelasan uraian di atas dapat dilihat pada tabel 3 tentang
pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011 -2012.
3

Tabel 3 Pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011-2012

Nilai Ekspor (US$ Juta) Perubahan tahun


Negara
2010 2011 2012 2010-2012 (%)
Hong Kong 2.62 2.96 3.73 25.88
SAR
Amerika Serikat 2.21 2.00 2.68 34.05
Jepang 2.77 2.31 2.40 3.68
Singapura 2.77 2.31 2.40 3.68
Malaysia 1.85 1.52 0.79 -48.08
Kanada 0.60 0.87 0.79 -9.09
China 0.27 1.02 0.71 7.22
Asia lainnya 0.68 0.66 0.71 7.22
Jerman 0.50 0.54 0.64 17.97
Australia 0.50 0.37 0.62 68.77
Negara lainnya 5.42 5.35 5.32 0.54
Total 19.77 19.90 21.02 5.63
Sumber : Kementrian Perdagangan, 2012

Ikan arwana super red adalah salah satu spesies ikan asli Indonesia yang
diminati oleh pasar internasional dan menjadi salah satu komoditi yang
memberikan kontribusi pada nilai ekspor ikan hias di Indonesia pada penjelasan
tabel di atas. Tingginya minat dan nilai ekonomis yang diberikan para hobiis
terhadap jenis ikan arwana super red dilihat pada ciri khas dari ikan tersebut,
seperti sisik di sekujur tubuh bewarna merah dengan dasar kuning emas
berkilauan, sisik metalik berhias cincin berkelir emas, warna sirip dayung dan
ekor bewarna merah cerah. (Flona, 2008).
Ikan arwana super red adalah ikan endemik yang hidup pada tepian sungai
yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau, dan entangis. Di
Kalimantan Barat, ikan arwana super red banyak dijumpai di Kabupaten Kapuas
Hulu Kecamatan Slimbau dan danau Sentarum1. Jenis ikan ini adalah jenis ikan
yang dilindungi undang-undang (berdasarkan SK Menteri Pertanian
No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988, Instruksi
Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri Kehutanan
No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999) dan masuk dalam Appendix I
CITIES 2 yang merupakan perjanjian international tentang pengaturan
perdagangan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar serta produk-produknya.
Perjanjian ini didirikan tahun 1973 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1975,
oleh karena itu perdagangan ikan arwana super red tidak boleh berasal dari
penangkapan tetapi harus dari hasil budi daya dan penangkaran.
Pembudidayaan atau penangkaran ikan arwana super red sudah mulai marak
dilakukan di berbagai daerah Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena teknologi
penanganan produksi yang relatif mudah serta kelangsungan hidup yang tinggi
hingga mencapai 90-100 persen (Emillia, 2002), serta memberikan keuntungan
yang cukup tinggi pada pembudidaya ikan hias, karena satu anakan ikan arwana

1
http://aaarwana..blogspot.com/2009/05/arwana-si-ikan-naga.html
2
The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna
4

super red dengan ukuran 7 cm dapat dihargai sekitar 3 juta rupiah di pasaran
internasional.
Salah satu provinsi yang menjadi pusat atau sentra produksi dari kegiatan
penangkaran ikan arwana super red tersebut adalah provinsi Kalimantan Barat.
Diakhir tahun 2010, telah tecatat sebanyak 89 perusahaan penangkar yang
diizinkan melakukan aktivitas perdagangan ikan arwana (Departemen Kehutanan,
2011). Jumlah angka perusahaan penangkar ikan tersebut masih lebih banyak dari
jumlah perusahaan penangkar ikan di provinsi lainnya.
Kegiatan penangkaran ikan arwana super red terbagi atas tiga kegiatan
produksi seperti pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Perusahaan
penangkaran yang ada di Kalimantan Barat melakukan seluruh rangkaian ketiga
proses produksi tersebut dalam satu areal perusahaan. Kegiatan pembenihan
merupakan kegiatan yang terdiri dari proses pemijahan alami ikan arwana,
pemanenan telur, hingga proses pemeliharaan benih dengan ukuran 7-9 cm.
Dilanjutkan dengan kegiatan pendederan yang memeliharan benih dari ukuran 9
cm sampai dengan 15 cm, dan terakhir melakukan kegiatan pembesaran atau
kegiatan penyediaan induk yang dimulai pada saat ikan berumur kurang lebih 1.5
tahun hingga 15 tahun atau batas umur produktifnya (Rahim, 2011).
Kegiatan pembenihan ikan arwana super red memiliki fluktuasi survival
rate (derajat kelansungan hidup) pada tiap tingkatan ukurannya, benih ukuran 7
cm memiliki kisaran survival rate sebesar 50-60 persen dan ukuran 9 cm memiliki
kisaran survival rate sebesar 35-85 persen, sedangkan kegiatan pembesaran
memiliki kisaran fluktuasi survival rate sebesar 90-95 persen (Apin , 2004;
Machmud & Hartono 2008; PT Arwana Indonesia, 2009). Data fluktuasi survival
rate pada tiap tingkatan ukuran menunjukan bahwa kegiatan pembenihan
merupakan kegiatan yang memiliki risiko tertinggi akbiat terdapat banyaknya
fluktuasi survival rate yang terjadi dibandingkan survival rate yang terjadi dalam
kegiatan pembesaran ikan arwana.
Hasil penjualan dari kegiatan pembenihan ikan arwana super red selalu
mengalami perubahan jumlah penjualan ikan arwana tiap tahunnya. Berikut
adalah gambar 1 dari data jumlah ekspor penjualan benih ikan hias arwana super
red.
120000
100000 99381
91666
Jumlah Ekspor

80000 76919
60000 Ekspor Ikan Arwana
52968
40000 38296
20000
0
2001 2002 2003 2004 2005
Tahun

Gambar 1 Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005 (ekor)
Sumber : Departemen Kehutanan tahun 2009
5

Data di atas memperlihatkan terjadinya perubahan atau fluktuasi hasil


penjualan benih yang dihasilkan pada kegiatan pembenihan arwana super red
ditiap tahunnya. Pada tahun 2004 total penjualanan benih mencapai 76 919 ekor,
angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 14 747 ekor dari tahun
sebelumnya, yang mencapai penjualan sebanyak 91 666 ekor pada tahun 2003.
Berdasarkan data pasar ekspor sebelumnya, secara total pasar ikan hias
mengalami pertumbuhan hingga akhir tahun 2011 (termasuk pasar ikan arwana
super red), sehingga dapat disimpulkan fluktuasi penjualan benih arwana tidak
disebabkan oleh adanya fluktuasi pasar, akan tetapi disebabkan karena adanya
fluktuasi produksi. Fluktuasi produksi tersebut menjadi indikasi terjadinya risiko
produksi pada kegiatan pembenihan. Risiko produksi ditimbulkan oleh
penanganan produksi yang menggunakan teknologi sederhana dalam kegiatannya.
Hal ini dikarenakan belum ada teknologi atau penelitian yang melakukan uji coba
kawin suntik dalam mempercepat proses perkawinan pada ikan arwana, sehingga
hasil produksi bergantung pada kondisi kondisi air sungai atau habitat
pembenihan ikan arwana tersebut. Pengontrolan kualitas air menjadi faktor
penting dalam kegiatan usaha pembenihan ikan arwana, sehingga kualitas air yang
baik menjadi faktor pendukung keberhasilan suatu kegiatan pembenihan ikan
arwana, sebaliknya kualitas air yang buruk dapat menimbulkan kerugian dari
usaha pembenihan ikan arwana.
Pembuangan limbah pabrik kelapa sawit dan industri tambang ke aliran
sungai menyebabkan kualitas air sungai di Kalimantan Barat menurun dalam
periode tahun terakhir. Hal tersebut menimbulkan terjadinya penurunan hasil
produksi yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kegiatan
pembenihan ikan arwana super red. Beberapa perusahaan mengalami
kebangkrutan akibat kejadian tersebut, menurut data kementrian kehutanan di
tahun 2011 terdapat jumlah 2 perusahaan penangkar yang mencabut hak ijin
perdagangan ikan arwana akibat usaha yang dijalankan tidak berjalan dengan
baik, sehingga jumlah perusahaan penangkar yang ada pada tahun 2009 berjumlah
87 perusahaan penangkar (Departemen Kehutanan, 2011).
Selain faktor kualitas air, faktor lainnya yang dapat menimbulkan fluktuasi
produksi tersebut adalah pemberian pakan yang tidak memperhatikan nutrisi bagi
induk dan benih, serangan hama dan penyakit, serta kualitas benih yang
dihasilkan, karena benih yang berkualitas buruk/afkir tidak akan dijual kepada
pasar ikan hias yang ada (Rahim, 2011).
Oleh sebab itu analisis risiko produksi pada kegiatan pembenihan perlu
dikaji lebih dalam, agar risiko – risiko yang ada dikegiatan pembenihan tersebut
dapat diidentifikasi dalam upaya meminimalisir risiko untuk mencapai
keuntungan yang maksimum pada usaha kegiatan bisnis di pembenihan ikan
arwana.

Rumusan Masalah

PD. Dian Ardyka merupakan salah satu perusahaan penangkar atau


pembenihan ikan arwana super red di Kalimantan Barat yang cukup besar yang
berlokasi di jalan Transkalimantan gang Kemuning, Kecamatan Sui.Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Perusahaan tersebut merupakan salah
6

satu perusahaan tebesar dari 6 perusahaan eksportir ikan arwana di Kalimantan


Barat, dan atas dasar inilah peneliti memilih perusahaan sebagai rujukan tempat
penelitian dari kajian yang diteliti.
Perusahaan mengalami fluktuasi hasil produksi yang disebabkan oleh
kematian benih pada kegiatan pembenihan di usaha penangkarannya. Tingkat
kematian (mortalitas) benih di perusahaan juga mengalami fluktuasi akibat
sumber risiko yang dihadapinya seperti umur larva yang muda, serangan penyakit,
dan lainnya. Fluktuasi mortalitas benih didapat dari data produksi perusahaan
selama 24 bulan di tahun 2012 dan 2013 (Lampiran 1), seperti yang tertera pada
Gambar 2

Mortalitas Benih Arwana Super Red di PD Dian Ardyka


Tahun 2012 - 2013
60
48,37
50
40,66 37,18
40
33,24
30,23
30 24,52 29,17 Mortalitas Benih (%)
24,18
18,24 22,22
Tahun 2012
23,57
20 15,61 Mortalitas Benih (%)
13,36
14,36 12,86 13,96 Tahun 2013
10 13,99
13,64
13,43
5,56
6,22 2,46
3,43 1,56
0

Gambar 2 Grafik mortalitas benih arwana di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013

Fluktuasi mortalitas benih tersebut menjadi indikasi terjadinya risiko


produksi pada perusahaan, sehingga perusahaan menanggapi risiko tersebut
dengan menciptakan teknologi yang baru untuk meminimalisir risiko produksi
pada usahanya, salah satu contohnya yaitu teknologi water vortex, teknologi
tersebut dapat digunakan sebagai simulator benih yang ada di dalam rahang induk
jantan pada saat benih dierami (Rahim, 2011), namun teknologi water vortex
belum juga mampu mengatasi permasalahan terhadap kerugian yang ditimbulkan
dari risiko produksi yang ada.
Pada awal tahun 2013 perusahaan menghadapi permasalahan dalam
menghadapi ketidaktentuan hasil produksi yang didapat akibat penurunan jumlah
input berupa larva ikan arwana super red. Penurunan tersebut disebabkan oleh
beberapa kejadian merugikan, seperti panen larva yang selalu berumur muda serta
serangan penyakit. Kejadian merugikan tersebut mendorong perusahaan untuk
mencari alternatif strategi penanganan risiko produksi dalam menghadapi sumber
risiko tersebut. Hal tersebut menjadi daya tarik untuk dikaji dan diteliti lebih
dalam mengenai strategi atau upaya yang perlu dilakukan perusahaan dalam
mengendalikan sumber-sumber risiko serta meminimalisir dampak kerugian yang
ditimbulkan.
7

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa


permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :
1. Sumber risiko apa yang terjadi di kegiatan produksi pembenihan ikan
arwana super red di PD. Dian Ardyka?
2. Berapa besar probabilitas dan dampak kerugian yang ditimbulkan dari
sumber-sumber risiko tersebut ?
3. Bagaimana strategi atau upaya yang dilakukan PD Dian Ardyka dalam
mengatasi risiko produksi ikan arwana di perusahaannya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian


ini adalah :
1. Mengidentifikasi sumber risiko produksi pembenihan ikan arwana super red
yang dihadapi oleh PD Dian Ardyka.
2. Menganalisis probabilitas dan dampak kerugian yang ditimbulkan dari
sumber - sumber risiko yang dihadapi PD Dian Ardyka.
3. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko pembenihan
ikan arwana super red di PD Dian Ardyka.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :


1. Sebagai masukan bagi tempat usaha budi daya untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam meminimalisasi risiko yang dihadapi.
2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan.
3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

PD Dian Ardyka memiliki usaha di bidang usaha ikan arwana super red,
golden arwana, banjar red, dan hijau arwana. Komoditas yang dikaji pada
penelitian ini adalah ikan arwana super red. Penelitian ini mengkaji risiko
produksi ikan arwana super red, khusus pada kegiatan produksi ikan yang hanya
mencakup pada tahap pembenihan.
Perhitungan analisis risiko produksi pembenihan yang diteliti hanya
meliputi bagian proses produksi yang dimulai dari pemanenan telur/benih hingga
ke proses pemeliharaan benih. Pemberian ruang lingkup penelitian dilakukan
karena keterbatasan alat serta waktu penelitian.
8

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai aktifitas kegiatan budi daya pembenihan ikan arwana


super red sudah banyak dilakukan di Indonesia, penelitian tersebut menjelaskan
karakteristik serta cara membudi dayakan ikan arwana super red, hal ini
berbanding terbalik dengan penelitian tentang risiko produksi ikan arwana super
red, sehingga penelitian risiko produksi pada ikan arwana super red jarang
ditemukan.
Kesulitan dalam mencari penelitian-penelitian yang berkaitan tentang risiko
produksi ikan arwana menyebabkan kurangnya literatur pendukung yang relevan
dalam melancarkan kegiatan penelitian risiko produksi pembenihan ikan arwana
ini. Penyebab sulitnya literatur didapat dikarenakan kebanyakan para civitas
akademik masih jarang sekali yang mencoba menganalisis risiko produksi pada
kegiatan budi daya arwana, khususnya arwana super red.
Peneliti hanya bisa merujuk pada penelitian-penelitian risiko produksi
komoditas jenis ikan hias lainnya seperti Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada
PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat oleh
Fransmudiyanto Silaban tahun 2011. Penelitian risiko produksi lainnya diambil
dari komoditas non ikan hias, yakni komoditas ikan konsumsi, seperti Analisis
Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di CV.
Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor oleh Titisari Dewiaji
tahun 2011; Manajemen Risiko Operasional Pada Pemasaran Benih Ikan Patin
PT.Mitra Mina Nusantara di Kabupaten Bogor, Jawa Barat oleh Azizah
Purwitasari tahun 2011; serta skripsi yang berjudul Manajemen Risiko Dalam
Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di
PT.Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten ditulis oleh Ana
Lestari tahun 2009.

Ikan Arwana Super Red

Ikan arwana super red merupakan ikan yang hidup di sungai dengan dasar
berbatu-batu, danau, rawa dan perairan umum pada kondisi arus sedang atau
lambat, dan juga mampu hidup di perairan yang sedikit asam (pH 4-6). Arwana
mempunyai kebiasaan menjaga anaknya dalam mulut (mouth breeder) dalam fase
pengembangbiakkan. Fekunditas telur dari arwana berkisar antara 20-60 butir,
banyaknya telur pada arwana berkaitan dengan bobot serta umur pada indukan.
Pengeraman telur dalam mengasuh anakan arwana berlangsung antara 1-2 bulan.
Anakan arwana mempunyai kuning telur yang akan diserap sebagai makanan
dalam waktu 1 bulan sampai ukuran 6-7 cm, setelah itu dilepas induknya karena
dianggap sudah dapat mencari mangsa sendiri. Arwana dewasa dikenal hidup
menyendiri dan agresif menyerang untuk berkelahi. Arwana aktif berenang di
permukaan air pada malam hari untuk mencari mangsa, sedangkan pada siang hari
cenderung tinggal di dasar perairan. Makanan arwana dapat berupa serangga, ikan
kecil, udang-udangan (crustacea), dan tanaman air. Penyebaran arwana super
red, endemik hanya ada di Kalimantan Barat, terdapat di Kapuas Hulu (Sungai
9

Tawang, Sungai Puyam, Sungai Seriang), dan danau-danau di Kalimantan Barat


(Danau Aji, Danau Saih, Danau Maid, Danau Siluk).
Ikan arwana adalah ikan yang dilindungi undang-undang (berdasarkan SK
Menteri Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-
VI/1988, Instruksi Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri
Kehutanan No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999), khusus di Kalimantan
Barat telah dikeluarkan pengumuman Gubernur mengenai perlindungan arwana.
Masuk dalam Red Data Book IUCN tahun 1969 dan tanggal 1 Juli 1975 masuk
daftar Appendix I CITES. Status appendix I CITES pada arwana, menyebabkan
perdagangan arwana ke luar negeri harus memenuhi aturan serta standar
international, sehingga aktivitas penangkaran, perijinan hingga prosedur ekspor
harus memenuhi aturan-aturan yang berlaku.
Perdagangan ke luar negeri pada jenis ikan arwana dapat dilakukan oleh
badan usaha yang telah memiliki izin sebagai pengedar ikan arwana ke luar
negeri, serta melakukan pembuatan berita acara dalam perdagangan yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam-
Departemen Kehutanan, disertai serfifikasi dokumen dari CITIES.
Kegiatan pembenihan pada umumnya, meliputi kegiatan pemeliharaan
induk dan kegiatan pemeliharaan benih. Kegiatan pemeliharaan induk pada
umumnya dilakukan dalam kolam kayu dengan dasar pasir, padat penebaran
induk berkisar 12 m2/ekor dengan bobot tubuh 5 – 8 kg/ekor. Pemberian pakan
dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dengan feeding rate (FR) sebesar 0.4
persen dari biomassa. Pakan yang diberikan berjenis pakan alami berupa udang,
sotong, jangkrik, kecoa, dll. Pemijahan induk dilakukan secara alami dengan sex
ratio (1 ekor jantan : 1 ekor betina). Monitoring perkawinan induk perlu
dilakukkan untuk mengamati tingkah laku ikan arwana yang melakukan
perkawinan dimalam hari. Panen telur dilakukan setelah 7 hari dari
didapatkannya induk ikan yang melakukan perkawinan hasil monitoring malam
tersebut.
Satu dapat induk betina menghasilkan telur sebanyak 20-70 butir telur,
dengan diameter telur sebesar 1.9 cm dan berat telur sebesar 1 gram, besarnya
jumlah telur serta diam bergantung pada umur indukan, induk yang berumur lebih
tua biasanya memiliki diam telur yang lebih besar dari induk muda dan jumlah
telur yang lebih sedikit dibandingkan induk muda. Penetasan telur/hatching rate
(HR) pada arwana pada umumnya sebesar 100 persen dan tingkat kelangsungan
hidup/survival rate (SR) dari larva ke benih sebesar 78 persen.
Pemanenan dilakukan setelah benih mencapai ukuran 7 – 10 cm,
pemanenan dilakukan dengan cara memuasakan benih satu hari sebelum
pengiriman, pengiriman dapat dilakukan pada wadah packing berupa kantong
plastik, dengan memasukan chip serta sertifikat ke dalam box pengiriman (Rahim,
2011).

Sumber – Sumber Risiko

Sumber risiko produksi merupakan sumber atau penyebab munculnya risiko


produksi yang ada dalam kegiatan budi daya. Ketiga dari empat sumber
penelitian risiko produksi terdahulu, menjelaskan bahwa sumber risiko produksi
10

yang banyak ditemui dalam bidang perikanan adalah kondisi perubahan cuaca
atau iklim yang tidak menentu, serangan penyakit dan hama, kualitas pasokan
benih ikan yang kurang baik, serta kualitas sumber daya manusia atau tenaga
kerja yang buruk (Silaban, 2011; Dewiaji, 2011; dan Lestari, 2009). Salah satu
sumber acuan lainnya menjelaskan, bahwa sumber risiko yang ditemui dalam
kegiatan usaha budi daya adalah risiko alam, risiko sumber daya manusia, risiko
teknologi, dan risiko proses (Purwitasari, 2011).
Melihat rujukan penelitian terdahulu tersebut, peneliti berpendapat bahwa
masih ada sumber risiko lainnya yang terdapat dalam kegiatan budi daya
perikanan selain perubahan cuaca, kualitas air, serangan penyakit, kualitas SDM,
dan kualitas benih, sumber risiko lainnya tersebut dapat berupa kualitas pakan
serta kualitas indukan. Peneliti berpendapat bahwa pakan yang baik akan
memberikan nutrisi yang sehat pada ikan, sehingga metabolisme dan produksi
pada ikan dapat berjalan dengan baik, hal tersebut menciptakan bobot dan jumlah
telur yang maksimal. Kualitas induk perlu dijadikan sumber risiko karena kualitas
merupakan kunci dari keberhasilan dalam menciptakan kualitas benih ikan yang
baik, sehingga kualitas induk menjadi risiko sendiri dalam kegiatan budi daya
perikanan.
Semua sumber risiko tersebut dapat terjadi dalam kegiatan penelitian risiko
produksi pembenihan ini, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sumber
risiko yang terjadi terdapat sumber risiko yang baru dan belum dijelaskan pada
penjelasan sebelumnya. Penentuan prioritas sumber risiko yang dilakukan pada
penelitian ini menggunakan analisis perbandingan berpasangan (pairwise
comparison) yang diadopsi dari manajemen strategi, analisis ini dilakukan untuk
membandingan salah satu sumber risiko dengan sumber yang lainnya, hal ini
dilakukan karena peneliti menyadari bahwa kemungkinan data historis yang
didapat belum mampu menjelaskan semua peristiwa risiko/sumber risiko secara
keseluruhan yang terjadi di perusahaan, sehingga dengan dilakukannya uji analisis
perbandingan tersebut dapat mengatasi permasalahan kurang akuratnya data
histosris yang didapat.

Metode Analisis Risiko

Peneliti terdahulu melakukan analisis risiko objek yang ditelitinya melalui


berbagai pendekatan, salah satu pendekatan analisis risiko produksi tersebut dapat
menggunakan analisis ukuran risiko seperti mencari nilai expected return, variasi
atau ragam (variance), standar deviasi atau simpangan baku (standard deviation),
dan koefisien variasi (coefficient variance). Salah satu penelitian terdahulu
melakukan pendekatan ukuran risiko tersebut dengan menambahkan kajian
dampak sumber risiko produksi terhadap pendapatan dengan mengggunakan
metode Value at Risk/ VaR (Silaban, 2011). Di dalam penelitiannya,
penggunanaan ukuran expected return, variance, standard deviation, dan
coefficient variance dipakai untuk membandingkan risiko yang terjadi pada
beberapa komoditas ikan hias yang dibudi dayakan di PT.Taufan Fish Farm,
sehingga didapat nilai-nilai pembanding sebagai tolak ukur penilaian risiko dari
masing-masing komoditas.
11

Sedangkan (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan Lestari, 2009) melakukan


analisis risiko produksi dengan cara menilai probabilitas terhadap sumber-sumber
risiko produksi yang ada di dalam objek penelitian yang ditelitinya, serta
mengukur besarnya dampak yang ditimbulkan dari masing-masing sumber risiko.
Analisis tersebut dilakukan dengan cara metode pengukuran probababilitas
dengan menggunakan metode Z-Score dan pengukuran besarnya dampak sumber
risiko dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Setelah dilakukannya
analisis probabilitas dan dampak risiko dari sumber risiko, hasil dari analisis
probabilitas dan dampak risiko dipakai untuk memetakan risiko sehingga didapat
alternatif penanganan terhadap sumber-sumber risiko yang dihadapi oleh kegiatan
budi daya objek penelitian. Metode penelitian analisis probabilitas dan dampak
risiko sangat tepat dilakukan pada penelitian-penelitian tersebut, karena penelitan-
penelitian tersebut hanya mengkaji satu komoditas yang ada di salah satu
perusahaan, sehingga mendalami pengetahuan tentang sumber-sumber risiko yang
terjadi beserta dampak yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut.
Berdasarkan dua pendekatan analisis risiko tersebut, peneliti mencoba
menggunakan analisis probabilitas serta mengukur dampak risiko yang
ditimbulkan pada usaha pembenihan ikan arwana yang merujuk pada penelitian
terdahulu (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan Lestari, 2009), hal ini
dikarenakan peneliti ingin mengkaji sumber risiko yang terjadi di kegiatan
pembenihan ikan arwana tentunya dengan menambahkan uji coba analisis
perbandingan pada sumber-sumber risiko yang terjadi.

Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko sangat perlu dilakukan agar dapat meminimalisir


dampak dari risiko yang ditimbulkan. Beberapa penelitian terdahulu banyak yang
menggunakan pemetaan risiko sebagai cara untuk mengetahui alternatif pilihan
strategi yang dijalankan oleh perusahaan yang diteliti. Pemetaan risiko dapat
dibuat jika sebelumnya telah mengukur probabilitas risiko dan dampak dari risiko
yang ditimbulkan dari kegiatan penelitian (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan
Lestari, 2009), sedangkan acuan penelitian lainnya (Silaban, 2011) menjelaskan
strategi pengelolaan risiko hanya didapat dari analisis deskriptif yakni melalui
wawancara dan observasi lapangan, sehingga pada kegiatan penelitiannya tidak
terdapat pemetaan risiko yang dapat merumuskan alternatif strategi dengan tepat
bagi perusahaan yang ditelitinya. Berikut hasil dari perumusan alternatif strategi
bagi perusahaan pada masing-masing kegiatan penelitian :
Menurut (Silaban, 2011) strategi yang dilakukan oleh PT. Taufan Fish
Farm dalam meminimalisir risiko produksi pembenihan ikan hias di perusahaan
tersebut dengan cara diversifikasi komoditas yang diproduksi. Fungsi
diversifikasi dilakukan untuk menutupi kegagalan pada salah satu kegiatan
pembenihan satu jenis ikan hias dengan keuntungan komoditas ikan lainnya.
Menurut (Dewiaji, 2011) strategi yang perlu dilakukan dalam kegiatan
produksi lele di CV Jumbo Bintang Lestari adalah dengan menggunakan strategi
preventif dan mitigasi yang diambil dari hasil pemetaan risiko produksi. Strategi
preventif yang dilakukan berupa produksi benih ikan lele dumbo, pengawasan
produksi benih ikan bagi petani mitra, optimalisasi produksi benih,persiapan
12

kolam, pemberian probiotik, pemberian vitamin, penanganan benih tebar,


peningkatan keamanan lokasi budi daya. Sedangkan strategi mitigasi yang
dilakukan adalah menjalin kemitraan dengan pembudi daya benih ikan lele
dumbo, sistem kontrak dengan petani pembenihan, melakukan pengukuran sampel
ikan secara berkala, diversifikasi geografis, dan kerjasama dengan supplier pakan.
Menurut (Purwitasari, 2011) alternatif penanganan risiko operasional yang
terjadi pada PT MMN dilakukan dalam dua strategi penanganan, yaitu preventif
dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya risiko. Risiko alam, dan proses yang berada pada kuadran I dan II
ditangani dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta
mengembangkan sumber daya manusia. Berdasarkan risiko per kejadian, bencana
alam, kelalaian, dan pemilihan kendaraan yang salah berada pada kuadran I
ditangani dengan memperbaiki sistem dan prosedur. Strategi mitigasi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak risiko proses adalah dengan melakukan
diversifikasi. Berdasarkan risiko per kejadian, risiko yang berada pada kuadran II
dan IV adalah kecelakaan dan penanganan tidak dilakukan dengan baik.
Penanganan tidak dilakukan dengan baik dapat ditangani dengan diversifikasi.
Cara mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko
kecelakaan adalah dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Strategi
lain yang digunakan sebagai alternatif strategi yang dilakukan adalah monitor,
prevent at source, low control dan detect and monitor.
Menurut (Lestari, 2009) kuadran yang dapat ditangani dengan strategi
preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran III, yaitu dengan
melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva,
pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan, dan pengepakan benur,
serta pelatihan sumber daya manusia dengan melakukan kontrak pembelian yang
dilakukan oleh pihak perusahaan bersama pihak pemasok pakan. Strategi mitigasi
risiko dilakukan oleh PT.Suri Tani Pemuka untuk menangani risiko pada kuadran
II melalui kegiatan pengendalian penyakit dan kegiatan pengadaan serta perlakuan
induk yang tepat dengan karakteristik induk udang vannamei yang baik.
Dari penjelasan strategi pada masing-masing acuan penelitian, penulis
mencoba untuk merumuskan penelitiannya yang merujuk pada pemetaan risiko
terlebih dahulu (Dewiaji, 2009; Purwitasari, 2011; dan Lestari 2009) agar
alternatif strategi yang didapat lebih akurat dan tepat, dikarenakan penetuan
penanganan strategi menggunakan pemetaan risiko.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam kerangka pemikiran teoritis ini, dijelaskan beberapa teori yang


berkaitan erat dengan topik penelitian yang membahas risiko. Terdapat beberapa
bahasan teori mengenai risiko yang akan diulas dalam kerangka teori ini, seperti
konsep risiko dan ketidakpastian, sumber-sumber risiko, pengukuran risiko, serta
manajemen pengukuran risiko.
13

Konsep Risiko dan Ketidakpastian


Di dalam sebuah kegiatan bisnis, pasti didapatkan beberapa masalah yang
muncul yang mengakibatkan kerugian yang berdampak negatif pada
kelangsungan usaha bisnis, sehingga masalah tersebut perlu ditangani pelaku
kegiatan bisnis untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkannya. Masalah-
masalah yang muncul dalam kegiatan bisnis tersebut seringkali disebut sebagai
risiko atau ketidakpastian oleh para pelaku bisnis, sehingga risiko dan
ketidakpastian sangat erat kaitannya, namun keduanya memiliki makna yang
berbeda.
Risiko (Risk) diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat
menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987;
Harwood et al, 1999; & Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut dapat
diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008) dikarenakan
tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardaker, 1997; Kountur 2008) atau
terdapat beberapa hasil/outcome dari data historis kegiatan terdahulu.
Sedangkan Ketidakpastian sendiri diartikan sebagai peluang suatu kejadian
yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson &
Barry, 1987; Harwood et al, 1999; Kountur, 2006), dimana peluang kejadian
tersebut tidak dapat diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro,
2008) dikarenakan tidak tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardeker,1997;
Kountur, 2008) atau tidak terdapat hasil/outcome dari data historis kegiatan
terdahulu.
Berdasarkan pengertian risiko dan ketidakpastian di atas, maka letak
perbedaan antara risiko dan ketidakpastian terdapat pada bisa atau tidaknya
dilakukan pengukuran kuantitatif terhadap peluang kejadian yang dapat
menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha bisnis, serta ada tidaknya data historis
kegiatan terdahulu berupa hasil/outcome yang menunjang dalam kegiatan
pengukuran tersebut.
Di dalam penelitian ini, konsep risiko dijadikan sebagai acuan dalam
penelitian, adanya peluang kejadian yang merugikan yang dapat diukur
kuantitasnya berdasarkan data historis kegiatan terdahulu merupakan hal mutlak
yang harus ada dalam kegiatan penelitian ini.

Sumber – Sumber Risiko


Risiko yang terjadi di dalam kegiatan suatu usaha beranekaragam jenisnya
dan di tiap jenis risiko tersebut terdapat beberapa sumber atau penyebab yang
menimbulkan munculnya jenis-jenis risiko tersebut. Jenis-jenis risiko yang sering
dihadapi petani atau pelaku bisnis meliputi risiko produksi, risiko kelembagaan,
risiko pasar atau harga, risiko kebijakan, dan risiko finansial (Harwood et al,
1999).
Risiko produksi berkaitan erat dengan peluang kejadian yang merugikan
yang ada pada kegiatan produksi atau operasional suatu usaha. Sumber risiko
atau penyebab munculnya risiko produksi yaitu gagal panen, rendahnya
produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh
serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan
lain sebagainya.
14

Risiko kelembagaan berkaitan erat dengan aturan atau organisasi yang ada
di sekitar usaha dan keberlangsungan kegiatan usaha. Sumber risiko yang
menimbulkan risiko kelembagaan yaitu aturan tertentu yang membuat anggota
suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil
produksinya.
Risiko pasar merupakan peluang kejadian yang dapat menimbulkan
kerugian pada aspek pasar dan harga. Risiko pasar dibagi menjadi dua kategori
baik risiko pasar output maupun risiko pasar input. Sumber risiko atau penyebab
yang dapat menimbulkan risiko pasar output diantaranya yaitu tidak terjualnya
barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga
output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, sedangkan
sumber risiko yang menimbulkan risiko pasar input adalah terjadinya kenaikan
harga input akibat inflasi menyebabkan sulitnya mencari sumber bahan baku yang
terjangkau.
Risiko kebijakan berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah setempat
terhadap usaha yang dilakukan. Sumber risiko yang menyebabkan munculnya
risiko kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat
menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.
Sedangkan risiko finansial merupakan risiko yang berkaitan erat dengan
masalah keuangan yang ada pada usaha atau kegiatan bisnis yang sedang
dijalankan. Sumber risiko yang menimbulkan risiko finansial meliputi adanya
piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi
terhambat, putarna barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi
dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan jenis risiko beserta sumber-sumber risiko yang
dapat menimbulkan risiko pada kegiatan usaha, maka penelitian ini memfokuskan
atau memusatkan ruang lingkupnya terhadap penelitian risiko produksi, sehingga
sumber-sumber risiko yang dapat menyebabkan gagalnya panen seperti rendahnya
produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh
serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan
lain sebagainya, menjadi acuan dasar dalam kegiatan penelitian ini.

Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko perlu dilakukan dalam rangka meminimalisir kerugian
yang didapat, dengan cara mendata serta mengurutkan sumber-sumber risiko yang
terjadi sehingga terbentuk tingkat prioritas yang akan digunakan dalam pemilihan
alternatif atau solusi dalam menghadapi beberapa sumber risiko tersebut.
Pengukuran risiko yang menggunakan cara pengukuran kemungkinan terjadinya
risiko bisa disebut dengan analisis probabilitas. Analisis probabilitas meliputi
pengukuran kejadian yang merugikan dengan pengukuran dampak kerugian yang
ditimbulkan dari kejadian merugikan tersebut. Analisis probbilitas, meliputi
kegiatan pengukuran rata-rata kejadian berisiko, pengukuran nilai standar deviasi
dari kejadian berisiko, penghitungan Z-score dan terakhir pengukuran dampak
risiko dengan menggunakan metode Value at risk (VaR). Pengukuran dampak
risiko ini hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Hasil
analisis probabilitas akan menunjukan tingkat kemungkinan terjadinya suatu
15

sumber risiko beserta tingkat kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko
tersebut (Kountour, 2008).
Pengukuran risiko dapat juga diukur pada pengukuran penyimpangan
(deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995)
terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar
deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga
ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu
ukuran yang lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat
dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard
deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang
diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Hasil keputusan yang
tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan
perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat
membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation.
Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan
dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang
dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan
ukuran coefficient variation, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah
dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return,
return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.

Pemetaan Risiko
Menurut Djohanputro (2008), risiko selalu terkait dengan dua dimensi,
pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua
dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila
risiko tersebut terjadi.
Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat
kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko
terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah
kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk
memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas
dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya
yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan.
Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian
khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka
semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya
untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi
menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama.
Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara ambang
batas (garis) normal sampai daerah tinggi, dengan dampak yang rendah. Risiko
yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan
target perusahaan, tetapi akan terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan
muncul sebagai kenyataan, namun pada umumnya perusahaan mampu dengan
cepat mengatasi dampak yang muncul.
16

Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas tinggi dan tingkat


dampak tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam
prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan
terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.
Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang
rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul
pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu
mengalokasikan sumber dayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun
demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam
kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk
dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal
maupun internal yang signifikan.
Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang
rendah, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran
IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan
tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

Probabilitas (Rp)

Tinggi
Kuadran I Kuadran II
Garis
normal
Kuadran III Kuadran IV
Rendah

Dampak
Rendah Garis Tinggi (Rp)
normal

Gambar 3 Peta Risiko


Sumber : (Kountur, 2008)

Strategi Penanganan Risiko


Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat
ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Fungsi-fungsi
manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko
sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko.
Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada berbagai cara yakni
dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak
pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Salah satu penanganan risiko yang
digunakan pada penelitian ini adalah diversifikasi.
Diversifikasi adalah suatu cara pengurangan risiko dengan cara menyebar
investasi ke beberapa jenis usaha yang dapat meminimalkan risiko kehilangan
semua aset perusahaan bila suatu investasi pada salah satu jenis usaha memburuk,
dalam melakukan perencanaan beberapa jenis investasi tersebut perusahaan
17

penting untuk mempertimbangkan hubungan dan pengaruh investasi tersebut


terhadap tingkat risiko yang akan dihadapai oleh perusahaan, serta pemilihan jenis
investasi tersebut harus didasari pada pengurangan tingkat risiko yang terbaik
dalam menghasilkan tingkat pendapatan yang diinginkan (Barron, 1993).
Sedangkan kelebihan dari diversifikasi sendiri adalah mengurangi risiko,
meminimalkan tenaga kerja, mengurangi penggunaan peralatan dan
meminimalkan biaya, serta keterbatasan yang dimiliki diversifikasi adalah
membutuhkan perlengkapan khusus, membutuhkan keahlian manajerial yang
lebih luas dan teknologi menjadi rumit (Hardwood et al, 1999).
Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara
bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih
risiko-risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang
dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara
meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk
mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju
organisasi bisa dikendalikan. Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses
yang berulang pada setiap periode produksi Gambar 4
PROSES OUTPUT

IDENTIFIKASI
Daftar Risiko
RISIKO

EVALUASI PENGUKURAN
Expected Return
RISIKO

PENANGANAN Usulan (Strategi


RISIKO pengelolaan Risiko)

Keterangan : garis proses


garis hasil (ouput)

Gambar 4 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan


Sumber : Kountur 2006

Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisaan untuk


menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang
potensial) yang menantang perusahaan. Dalam manajemen risiko, pengambil
keputusan perlu mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi perusahaan,
maka selanjutnya risiko tersebut kemudian diukur. Perlunya diukur adalah untuk
menentukan relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan
menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok
untuk menanganinya. Menurut Kountur (2008) ada dua strategi penanganan
risiko yaitu :
18

1. Preventif
Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini
dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur
b. Mengembangkan sumberdaya manusia, dan
c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik
2. Mitigasi
Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksud untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi
dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat
besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi
adalah:
a. Diversifikasi
Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa
tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan
menghabiskan semua asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan
salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam
mengurangi dampak risiko
b. Penggabungan
Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger
menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan
dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan
yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.
c. Pengalihan Risiko
Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko
dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini
bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang
menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain,
diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourching, dan hedging.
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan asset
perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi
kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang
dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah
disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah
cara dimana asset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain.
Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan
menanggung kerugian atas asset tersebut.
Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada
pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka
perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang
melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya.
Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi
dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui
forward contract, future contract, option, dan swap.
19

Kerangka Pemikiran Operasional

PD. Dian Ardyka memiliki lahan seluas 8 Ha untuk memproduksi berbagai


jenis ikan arwana diantaranya ikan arwana super red dan golden arwana yang
dibudi dayakan di dalam media kolam dan akuarium, dengan komoditas utamanya
yakni ikan arwana super red. Dalam menjalankan kegiatan pembenihan ikan
arwana super red, PD Dian Ardyka menghadapi kendala yakni adanya
fluktuasi/perubahan hasil produksi yang menurun akibat dari perubahan kualitas
air secara mendadak, yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca tidak menentu serta
buangan limbah pabrik dari kegiatan perkebunan kelapa sawit. Fluktuasi jumlah
benih di perusahaan juga disebabkan karena terdapat serangan penyakit serta
panen larva yang berumur muda. Perusahaan kesulitan dalam menangani
perubahan hasil produksi yang tidak menentu tersebut, sehingga diperlukan solusi
atau penanganan yang tepat terhadap beberapa kejadian yang merugikan tersebut
dengan menetapkan beberapa alternatif strategi yang harus dijalankan perusahaan.
Untuk menemukan solusi tersebut, penelitian ini perlu dilakukan dengan
mengkaji analisis risiko produksi pembenihan yang dilakukan oleh PD Dian
Ardyka, dengan dimulai melakukan proses pengidentifikasian faktor-faktor
penyebab risiko produksi yang terjadi, kemudian dilanjutkan melakukan analisis
probabilitas dari hasli identifikasi sumber-sumber risiko produksi, dan mengukur
dampak kerugian yang dihasilkan dari sumber risiko produksi tersebut, hasil dari
data probabilitas risiko dan dampak risiko akan digabungkan untuk membentuk
pemetaan risiko yang akan berfungsi untuk panduan atau arahan dalam
menentukan strategi penanganan risiko yang harus dilakukan perusahaan dalam
mengatasi risiko yang terjadi. Untuk lebih jelas pada alur pemikiran operasional
dapat dilihat pada Gambar 5
20

Kegiatan Pembenihan Ikan


Arwana Super red di
PD.Dian Ardyka

Analisis perbandingan
berpasangan sumber-
sumber risiko
(pairwise comparison)

Sumber – Sumber Fluktuasi Hasil


Risiko Produksi Peluang Harga

Penurunan
Kualitas air Analisis
Serangan Dampak
Analisis
penyakit Risiko
Probabilitas
Kualitas pakan Risiko Produksi (Metode
(Z-score)
buruk Value at
Kondisi cuaca risk/VaR)
yang tidak stabil
Sumber daya
manusia yang
kurang
Cacat/afkir
Umur larva muda Pemetaan Risiko
Kualitas induk
buruk
Telur pecah

Strategi Penanganan Risiko

Keterangan

Alur hubungan antar variabel

Alur penggunaan alat penelitian

Alat penelitian yang digunakan

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Operasional


21

METODE PENELITIAN

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PD Dian Ardyka yang berlokasi di jalan


Transkalimantan gang kemuning, Kecamatan Sui Ambawang, Kabupaten Kubu
Raya, Pontianak, Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi didasarkan atas posisi
perusahaan yang merupakan salah satu perusahaan ekspor benih ikan arwana
super red terbesar di Kaliamantan Barat. Selain posisi perusahaan, pemilihan
lokasi di PD Dian Ardyka dilakukan untuk melanjutkan kegiatan penelitian
terdahulu, karena sebelumnya peneliti melakukan tugas akhir untuk
menyelesaikan studi diploma di perusahaan tersebut. Pengumpulan data dari
perusahaan PD Dian Ardyka dilakukan dari bulan Desember tahun 2013 sampai
Januari 2014.

Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari kegiatan pengamatan langsung serta wawancara dengan
pihak perusahaan meliputi keadaan umum perusahaan, manajemen risiko yang
diterapkan perusahaan, kegiatan pembenihan ikan arwana super red itu sendiri
(yang mencakup luas lahan, jumlah produksi, beserta data lainnya). Salah satu
data sekunder yang digunakan atau diambil pada kegiatan penelitian ini adalah
data historis produksi yang berjalan di perusahaan tersebut dari tahun awal tahun
2012 hingga akhir tahun 2013, sedangkan data sekunder lainnya dapat diperoleh
dari buku, artikel, jurnal, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung
kegiatan penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen
Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang
relevan.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke


lapangan, wawancara dan diskusi dengan pemilik perusahaan dan bawahannya
seperti teknisi dan sekretaris perusahaan (dalam kelengkapan data). Teknik
observasi dilakukan untuk melakukan pengamatan pada kegiatan usaha
pembenihan ikan arwana super red yang dilakukan oleh perusahaan PD Dian
Ardyka meliputi proses pembenihan dan strategi penanganan risiko. Teknik
wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengindentifikasi sumber-sumber risiko
yang ada dalam usaha pembenihan ikan hias serta strategi penanganan risiko yang
selama ini dilakukan oleh pihak perusahaan.
Metode pemilihan responden yang digunakan pada kegiatan penelitian ini
adalah metode purposive. Responden dipilih oleh peneliti dengan syarat
merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui jelas produksi dan risiko
yang sering dihadapi perusahaan, sehingga responden tertuju pada bagian
produksi serta pemilik perusahaan di PD Dian Ardyka.
22

Metode Analisis Data


Data dan informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian serta data
pendukung lainnya akan diolah secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif.
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis risiko produksi terhadap hasil
produksi perusahaan yang berfluktuatif (dilihat dari hasil panen) yang dihadapi
oleh PD Dian Ardyka. Sedangkan untuk analisis kualitatif digunakan untuk
mengetahui keadaan atau gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan
manajemen risiko yang diterapkan perusahaan secara pendekatan deskriptif.

Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis
Pengukuran risiko, probabilitas risiko, dan dampak risiko pada kegiatan
pembenihan ikan arwana super red di perusahaan.

1. Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber-Sumber Risiko


Analisis perbandingan berpasangan dilakukan untuk mengukur tingkat
prioritas yang terjadi antar sumber risiko. Hal ini dilakukan apabila data
historis yang didapat belum mencakup semua atau menginterpretasikan
semua sumber risiko yang terjadi di perusahaan. Analisis perbandingan
dilakukan dengan melakukan pembobotan atau penilaian skor pada tiap-tiap
sel yang membandingkan risiko yang satu dengan risiko yang lainnya, uji
ini dapat dilakukan seperti tabel dibawah :
Tabel 4 Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko

Sumber Total
A B ... n Total Skor
Risiko Bobot
A 1 Xij Xij/X
B 1 Xij Xij/X
... 1 ... ...
n 1 n n
Total Xt 1

Tabel di atas memperlihatkan perbandingan antara kolom-kolom sumber


risiko yang dilakukan dengan mengisi skor salah satu kolom sumber risiko
dengan sumber risiko yang lainnya, namun tidak dapat dilakukan penilaian
skor dalam perbandingan kolom sumber risiko yang sama, karena memiliki
pengaruh yang sama (hal ini dapat dilihat pada kolom tabel yang di bold
warna abu-abu). Papan kolom skor disi berdasarkan wawancara beberapa
pihak-pihak yang berkepentingan di perusahaan, seperti : direktur, teknisi
hatchery, dan agen perantara penjualan.
Nilai skor dibuat range sebanyak 10 angka, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1 = Peluang terjadinya kedua sumber risiko sama besar.
2 = Peluang sumber risiko sedikit lebih besar (1-25 persen lebih
besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
3 = Peluang sumber risiko lebih besar (26-50 persen lebih besar)
dari sumber risiko yang dibandingkan
23

4 = Peluang sumber risiko sangat besar (51-75 persen lebih besar)


dari sumber risiko yang dibandingkan
5 = Peluang sumber risiko mutlak besarnya (76- 100 persen lebih
besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
½ = Peluang sumber risiko sedikit lebih kecil (1-25 persen lebih
kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan
1
/3 = Peluang sumber risiko lebih kecil (26-50 persen lebih kecil) dari
sumber risiko yang dibandingkan
¼ = Peluang sumber risiko sangat kecil (51-75 persen lebih kecil)
dari sumber risiko yang dibandingkan
1
/5 = Peluang sumber risiko mutlak kecilnya (76-100 persen lebih
kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan
Penilaian skor yang dilakukan tiap responden dibantu oleh peneliti dengan
memberikan asumsi contoh kasus kematian pada benih ikan arwana
sebanyak 100 ekor yang disebabkan oleh dua sumber risiko yang
dibandingkan. Responden diberi pilihan untuk memilh sumber risiko
berdasarkan kriteria penilaian skor.
Berikutnya nilai skor yang telah diisi tiap responden kemudian ditotalkan
dan diambil bagi dengan jumlah responden (lihat Lampiran 2), sehingga
didapat matriks sumber risiko berpasangan total (dapat dilihat pada tabel 6
bab pembahasan). Nilai kolom matriks berpasangan total dijumlahkan
secara horizontal sehingga didapat nilai Xij dari tiap baris sumber risiko dan
didapat jumlah total skor dari semua baris tabel pada nilai Xt. Selanjutnya
penilaian bobot dilakukan untuk melihat persentase dari tiap-tiap sumber
risiko yang didapat dari masing-masing barisnya dengan rumus
membagikan nilai skor pada tiap baris (Xij) dengan total skor secara
keseluruhan (Xt) sehingga didapat nilai (Xij/Xt). Jika ditotal secara
keseluruhan nilai (Xij/Xt) maka total nilai pembobotan akan bernilai 1, yang
menunjukan peluang dari terjadinya suatu kejadian dari sumber-sumber
risiko yang telah dimasukkan dalam tabel. Hasil penilaian skor pada tabel
di atas adalah penentuan sumber risiko yang dihitung peluang serta dampak
kerugian untuk mendapatkan strategi alternatif penanganan risiko lebih
lanjut, penentuan sumber risiko tersebut didapat dengan cara mengambil
sumber risiko yang memiliki nilai peluang bobot skor melebihi rata- rata
total nilai bobot/nilai hasil pembagian 100 persen dengan jumlah sumber
risiko yang terjadi (Xij/X > n), hal ini dilakukan untuk menilai keakuratan
pemilihan sumber risiko yang akan diteliti, serta keterbatasan dana
perusahaan dalam mengatasi sumber risiko yang terjadi.

2. Analisis Probabilitas Risiko


Penilaian risiko pada yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada
pengukuran probabilitas. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur probabilitas diantaranya adalah dengan menghitung rata-rata
kejadian berisiko, menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko,
dan menghitung Z-score. Hal ini dapat dijelaskan dengan lebih rinci
sebagai berikut :
24

a. Menghitung rata-rata mortalitas


Rumus yang digunakan untuk mengitung rata-rata adalah :

Dimana :
X = Rata-rata mortalitas benih ikan arwana super red
xi = Data mortalitas benih ikan arwana super red per bulan selama
tahun 2012 hingga 2013
n = Jumlah data mortalitas benih arwana selama tahun 2012 hingga
2013
Perhitungan mortalitas benih ikan arwana di PD Dian Ardyka digunakan
dalam penelitian ini dikarenakan jumlah input larva yang masuk dalam
kegiatan produksi perusahaan berbeda tiap bulannya (lihat Lampiran 3).
Perhitungan mortalitas benih tiap bulan dilakukan dengan cara
menggabungkan data kematian benih yang terjadi oleh input-input larva
yang masuk dalam kurun satu bulan sekali, perhitungan tersebut
dilakukan karena input-input larva perusahaan masuk ke dalam kegiatan
produksi tidak beraturan, sehingga perlu dibatasi perhitungan mortalitas
sesuai siklus produksi perusahaan yakni satu bulan siklus produksi.

b. Menghitung nilai standar deviasi


Rumus yang digunakan untuk nilai standar deviasi adalah :

Dimana :
s = Standar deviasi dari rata-rata mortalitas
xi = Jumlah mortalitas benih per bulan dari kejadian berisiko
x = Rata-rata mortalitas benih dari kejadian berisiko
n = Jumlah data
Standar deviasi didapat dari hasil perhitungan rata-rata mortalitas
benih yang terjadi tiap bulan di perusahaan yang diakibatkan dari
sumber risiko tertentu. Hasil perhitungan standar deviasi digunakan
kembali dalam perhitungan z-score.

c. Menghitung nilai standar (z-score) risiko


Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai standar adalah :

Dimana :
z = Nilai Z-score dari kejadian berisiko
y = Batas normal mortalitas benih yang dianggap masih
menguntungkan dan ditentukan perusahaan
25

x = Rata-rata mortalitas benih ditiap sumber risiko


s = Standar deviasi tiap sumber risiko
Perhitungan z-score didapat setelah mendapatkan hasil perhitungan
rata-rata mortalitas benih sumber risiko tertentu dengan standar deviasi
sumber risiko tertentu. Perhitungan z-score dibantu dengan penentuan
batas normal mortalitas benih untuk sumber risiko tertentu yang
ditentukan oleh perusahaan. Penentuan batas normal mortalitas akan
tertera dalam hasil perhitungan di Lampiran.

d. Menghitung probababilitas terjadinya risiko


Setelah nilai Z-score didapat dari hasil perhitungan di atas, maka akan
dilanjutkan pada pencarian probabilitas terjadinya risiko produksi
dengan menggunakan tabel distribusi Z (Normal) sehingga dapat
diketahui tingkat persentase kemungkinan terjadinya kejadian atau
keadaan pada produksi yang mendatangkan kerugian.

3. Pengukuran Dampak Risiko


Pengukuran dampak risiko pada kegiatan penelitian ini menggunakan
metode pengukuran VaR (Value at risk) yang menunjukan besarnya potensi
kerugian dari suatu kejadian yang bisa terjadi pada suatu periode tertentu ke
depan dengan tingkat toleransi error sebesar 5 persen, tentunya pengukuran
dengan metode tersebut didukung dengan data historis yang ada pada
perusahaan PD Dian Ardyka. VaR dihitung dengan rumus berikut :

Dimana :
VaR = Value at risk dari risiko produksi di PD Dian Ardyka selama
tahun 2012 hingga tahun 2013
x = Rata-rata kerugian pada sumber risiko tertentu
z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5%
s = Standar deviasi
n = Banyaknya data
Berbeda dengan perhitungan probabilitas, perhitungan VaR menggunakan
data jumlah kematian benih bukan mortalitas, hal ini dilakukan untuk
mengetahui besaran dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko
tertentu. Perhitungan VaR dalam data historis perusahaan didukung oleh
data harga penjualan benih ikan arwana super red yang terjadi pada periode
tahun 2012 s.d 2013. Data jumlah kematian benih untuk sumber risiko
tertentu tiap bulannya akan dikalikan pada data harga penjualan benih di
periode tersebut, sehingga akan didapat data kerugian yang ditimbulkan dari
sumber risiko tertentu tiap bulannya, yang kemudian hasil tersebut akan
digunakan untuk menentukan rata-rata kerugian serta standar deviasi
kerugian dari sumber risiko tertentu.
26

Analisis Manajemen Risiko


Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan penilaian
pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif, hal tersebut dilakukan
untuk melihat kefektifan manajemen risiko dalam meminimalkan risiko produksi.
Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab
adanya risiko produksi, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani
risiko dan mengevaluasi risiko serta melihat sejauh mana fungsi manajemen risiko
yang diterapkan pada usaha pembenihan ikan arwana super red di PD Dian
Ardyka.
Sebelum penanganan risiko dilakukan, perlu adanya pengidentifikasian status
risiko untuk menentukan proritas dalam penanganan risiko. Status risiko didapat
dari hasil pengkalian probabilitas sumber risiko dengan dampak. Status risiko
tersebut akan digunakan sebagai dasar pembuatan peta risiko, yang akan berguna
dalam pemilihan alternatif strategi dari penanganan risiko dapat dilihat pada
Gambar 6 dan Gambar 7
Setelah risiko dipetakan hal selanjutnya adalah penanganan atau manajemen
risiko pada kegiatan usaha. Umumnya strategi penanganan risiko yang dilakukan
oleh perusahaan dalam menjalankan usaha ada dua, yakni : strategi penghindaran
risiko (preventif) atau strategi mitigasi (meminimalkan terjadinya risiko).
a. Strategi Preventif
Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam
probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko yang tinggi. Penentuan
tinggi atau rendahnya probabilitas didasarkan atas batas normal atau garis
tengah yang membatasi, batas normal probabilitas risiko yang ditolerir
perusahaan tersebut ditentukan oleh direktur perusahaan. Penanganan
risiko pada strategi preventif akan menggeser risiko yang berada pada
kuadran I ke kuadran III dan menggeser risiko pada kuadran II ke kuadran
IV. Penanganan risiko ini dapat dilihat pada Gambar 6 :

Probabilitas (%)

Kuadran I Kuadran II
Tinggi

Rendah Kuadran III Kuadran IV

Rendah Tinggi Dampak


(Rp)

Gambar 6 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif)


27

b. Strategi Mitigasi
Strategi mitigasi dilakukan untuk meminimalisir dampak risiko yang
ditimbulkan pada suatu kejadian, dengan berusaha mengubah risiko yang
berdampak tinggi menjadi berdampak kecil. Penentuan tinggi atau
rendahnya dampak kerugian didasarkan atas batas normal atau garis
tengah yang membatasi, batas normal dampak risiko yang ditolerir
perusahaan ditentukan oleh direktur perusahaan. Strategi ini menggeser
risiko yang berada pada kuadran II ke kuadran I dan menggeser kuadran
IV ke kuadran III. Berikut gambar strategi mitigasi risiko :

Probabilitas (%)

Tinggi Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV


Rendah

Dampak
Rendah Tinggi
(Rp)

Gambar 7 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan PD Dian Ardyka merupakan salah satu perusahaan penangkaran


ikan arwana super red yang cukup besar serta terkenal di pasaran ekpor yang
berada daerah Kalimantan Barat. Perusahaan mulai berdiri dari tahun 1999 oleh
bapak Hermanto Halim dengan luas areal peusahaan sebesar 5000 m2. Lahan
tersebut merupakan lahan yang berbentuk rawa sehingga di awal berdirinya,
perusahaan belum bisa melakukan aktivitas produksinya selama kurun waktu 3
tahun atau lebih tepatnya hingga tahun 2002, karena perusahaan melakukan
konstruksi lahan untuk dijadikan lahan yang siap pakai.
Di awal kegiatan produksi, perusahaan hanya melakukan kegiatan budi daya
ikan banjar red arwana, arwana hijau, serta golden arwana. Perusahaan belum
bisa melakukan kegiatan produksi ikan arwana super red dikarenakan kurangnya
dana investasi dalam melakukan aktivitas budi daya ikan arwana super red.
Seiring berjalan kegiatan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan
mendapatkan peningkatan penerimaan yang cukup besar. Peningkatan
penerimaan yang diterima perusahaan, menyebabkan adanya perluasan lahan serta
28

penambahan komoditas ikan arwana super red, yang menjadi andalan ekspor ikan
hias di perusahaan tersebut.
Penambahan komoditas ikan arwana super red di perusahaan dimulai pada
awal tahun 2004, dengan melakukan perluasan areal perusahaan serta
menyediakan kolam indukan ikan arwana super red. Perluasan areal dilakukan
dengan cara bertahap pada tiap tahunnnya, hingga akhir tahun 2009 luas areal
perusahaan sebesar 8 hektar dengan jumlah kolam indukan arwana mencapai 40
kolam yang masing-masing kolam memiliki dimensi luas sebesar 50 x 12 m2.
Perusahaan mengalami perubahan penerimaan yang begitu besar di akhir
tahun 2004, hal tersebut diakibatkan nilai rupiah terhadap pembelian ikan arwana
banjar red, hijau arwana, serta golden arwana mengalami penurunan. Penurunan
nilai harga pada komoditas-komoditas tersebut diakibatkan mulai banyaknya
produksi terhadap komoditas karena komoditas-komoditas tersebut tergolong
mudah dibudi dayakannya.
Permasalahan perubahan penerimaan perusahaan ditanggapi dengan
melakukan strategi perubahan komoditas utama, dengan menjadikan ikan arwana
super red sebagai komoditas utama dari perusahaan tersebut, sehingga di awal
tahun 2005 kolam - kolam indukan yang telah tersedia diprioritaskan terlebih
dahulu untuk komoditas ikan arwana super red. Prioritas atau strategi tersebut
membuahkan hasil bagi perusahaan, ikan hias arwana super red memberikan hasil
penerimaan perusahaan yang cukup besar serta dari hasil tersebut perusahaan
mampu memperluas areal perusahaan hingga akhir tahun 2009.
Keberhasilan strategi yang dijalankan perusahaan telah menjadikan
perusahaan sebagai perusahaan baru yang menempati peringkat 6 besar dalam
ekspor ikan hias arwana super red di Kalimantan Barat. Perusahaan dikenal
sebagai perusahaan ekspor ikan arwana super red yang berhasil di Kalimantan
Barat, yang turut ikut dalam persaingan pasar ekspor dengan perusahaan-
perusahaan sejenis lainnya, seperti Inti Kapuas Arwana Tbk, Wajuk Inti Lestari,
Bintang Kapuas, dan lainnya.
Keberhasilan perusahaan dalam menjalankan bisnis usahanya juga ditunjang
dalam bentuk strategi kerjasama pada perusahaan-perusahaan sejenis lainnya,
dengan tergabung dalam komunitas Arwana Club Indonesia (ACI) di awal tahun
2005. Kerjasama tersebut dilakukan perusahaan untuk menghindari dari dampak
ketidakstabilan harga, atau permainan makelar-makelar ekspor terhadap produk
ikan hias arwana yang akan dijual oleh perusahaan.
Di bawah kepemimpinan bapak Hermanto Halim perusahaan mengalami
pertumbuhan yang begitu pesat hingga akhir tahun 2009, namun kepemimpinan
bapak Hermanto Halim tidak bertahan lama dikarenakan beliau wafat di akhir
tahun tersebut. Kepemimpinan perusahaan kemudian digantikan oleh anak
sulungnya yang bernama Ardyka Anggriawan, B.B.E.ST, di bawah
kepemimpinan bapak Ardyka perusahaan tidak mengalami perubahan yang besar
pada manajemen produksi dikarenakan masih menggunakan sebagian besar
manajemen produksi peninggalan (alm) bapak Hermanto.
Di awal tahun 2011 perusahaan mengalami penurunan hasil produksi dari
kegiatan usahanya. Penurunan hasil produksi dari kegiatan pembenihan ikan
arwana super red disebabkan karena terjadinya penurunan jumlah panen telur
yang dihasilkan, serta peningkatan mortalitas dari tingkat kelangsungan hidup
benih ikan. Peningkatan mortalitas pada benih ikan di perusahaan diketahui oleh
29

beberapa faktor, seperti faktor umur larva yang dipanen terlalu muda, serangan
hama dan penyakit yang menyerang benih, serta kualitas air yang menurun akibat
kondisi cuaca yang tak menentu. Faktor penurunan produksi yang dihadapi
perusahaan ditanggapi perusahaan dengan mencari strategi alternatif yang tepat
dalam mengatasi penurunan hasil produksi tersebut.

Lokasi Perusahaan
Perusahaan PD. Dian Ardyka berlokasi di gang Kemuning jalan
Transkalimantan, Kecamatan Sui.Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan
Barat. Letak perusahaan tidak terlalu jauh dengan daerah ibu kota provinsi
Kalimantan Barat yaitu Pontianak. Perusahaan terletak di pinggiran sungai
Ambawang yang merupakan anakan atau cabang dari aliran sungai Kapuas, letak
tersebut memberikan kemudahan kepada perusahaan dalam akses suplai air yang
dibutuhkan dalam kegiatan usahanya.
PD Dian Ardyka memiliki luas areal sebesar 8 hektar, yang terdiri dari 7.5
hektar berupa luas areal kolam dan 0.5 hektar berupa bangunan. Areal kolam
perusahaan terdiri dari 40 kolam pemeliharaan induk, kolam penampung air
sungai, jalan setapak, serta parit aliran air input dan output kolam. Dimensi
luasan kolam pemeliharaan induk sebesar 50 x 12 m2 , di kolam pemeliharaan
induk tersebut ditebar indukan-indukan ikan arwana super red yang berumur 2-15
tahun.
Bangunan yang terdapat di perusahaan terdiri dari kantor pimpinan 1 (unit),
rumah tinggal pimpinan PD Dian Ardyka (1 unit), rumah karyawan (1 unit dengan
4 kamar), pos jaga (3 unit), rumah Genset (1 unit), rumah ibadah umat
budha/pekhong (1 unit), rumah mesin (7 unit), hatchery pembenihan ikan arwana
(1 unit), hatchery pembesaran ikan arwana (1 unit), gudang penyimpanan alat (1
unit) serta tambahan satu unit rumah karyawan bertingkat yang sedang dalam
proses pengerjaan disaat penelitian (tahun 2013).

Organisasi dan Ketenagakerjaan


PD Dian Ardyka tidak memiliki keorganisasian yang terstruktur. Semua
kegiatan produksi serta pemasaran diawasi oleh direktur perusahaan. Direktur
perusahaan juga mengelola semua penerimaan dan pengeluaran keuangan
perusahaan, serta melakukan kegiatan pembukuan keuangan dan pembukuan hasil
produksi perusahaan PD Dian Ardyka. Kegiatan pemasaran perusahaan dibantu
oleh salah satu kolega atau partner bisnis dari perusahaan.
PD Dian Ardyka memiliki 20 orang tenaga kerja, yang terdiri dari 8 orang
sebagai penjaga malam dan 12 orang teknisi harian perusahaan. Teknisi harian
sendiri terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya : 2 orang teknisi hatchery, 1
orang teknisi mesin, dan 9 orang teknisi kolam. Adapun jenjang pendidikan bagi
semua pekerja yang dapat dilihat pada tabel 5.
30

Tabel 5 Ketenagakerjaan PD Dian Ardyka tahun 2014

Nama Umur Pendidikan Jabatan


(Tahun)
1. Ardyka Anggriawan 25 S1 Jurusan Teknik Direktur Perusahaan
B.B.E.ST Sipil Belanda
2. A – Pheng 24 SD Teknisi Hatchery
3. A-Kien 24 SMP Teknisi Hatchery
4. Daeng Yudan 35 SMP Teknisi Kolam
5. Tanto 23 SD Teknisi Kolam
6. Sulaeman 35 SD Teknisi Kolam
7. Lung Soal 45 SD Teknisi Kolam
8. Ruslan 45 SD Teknisi Kolam
9. A – Thay 40 SD Teknisi Kolam
10. Abdullah 45 SD Teknisi Kolam
11. Kawi 45 SD Teknisi Kolam
12. Nul 60 SD Teknisi Kolam
13. A – Khong 35 SMP Teknisi Mesin
14. Mustafa 50 Purn. TNI AD Penjaga Malam
15. Effendi 45 Taruna Kepolisian Penjaga Malam
16. Harso 45 Taruna Kepolisian Penjaga Malam
17. Parman 50 SMP Penjaga Malam
18. Deny Saputra 23 SMP Penjaga Malam
19. Ilham 30 SMP Penjaga Malam
20. Hermansa 25 SMP Penjaga Malam
21. Hendra 28 SMP Penjaga Malam

Proses Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red

PD Dian Ardyka menggunakan sistem pemijahan alami pada kegiatan


produksi larva/benih di perusahaannya, serta menggunakan sitstem pemeliharaan
intensif pada kegiatan pemeliharaan benih. Pemijahan alami pada perusahaan
dilakukan dengan cara membiarkan induk ikan arwana berkembangbiak secara
alami tanpa bantuan manusia atau kawin suntik, perusahaan hanya berupaya
menciptakan kondisi induk yang sehat, serta kondisi kolam yang kondusif untuk
bereproduksi bagi induk ikan. Hasil dari kegiatan pemijahan alami perusahaan
tersebut akan dilanjutkan pada kegiatan pemeliharaan benih secara intensif, benih-
benih dipelihara secara khusus di dalam wadah pemeliharaan yang berada pada
hatchery pembenihan, dengan proses pemeliharaan benih selama 50-60 hari.
Proses produksi perusahaan tersebut dilakukan dari kegiatan pemeliharaan induk,
pemanenan larva, hingga pemeliharaan benih, alur produksi dapat dilihat pada
Lampiran 15.

Pemeliharaan Induk
Kualitas induk ikan yang baik akan menghasilkan kualitas benih yang baik,
hal tersebut menjadikan prioritas utama perusahaan dalam kegiatan produksinya.
Kualitas induk menjadi prioritas utama perusahaan dalam menjalankan kegiatan
usahanya, sehingga perusahaan menjadikan kegiatan pemeliharaan induk sebagai
kegiatan awal dalam proses produksinya.
31

Kegiatan pemeliharaan induk di perusahaan terdiri dari kegiatan


pengkarantinaan induk, penebaran induk ke kolam pemeliharaan, pemberian
pakan, pengelolaan kualitas air, dan pengobatan penyakit.
1. Pengkarantinaan induk
Kegiatan pengkarantinaan induk dilakukan sebagai upaya pencegahan
terjadinya kontaminasi penyakit yang dibawa oleh induk ikan dari luar
perusahaan ke dalam kolam pemeliharaaan induk milik perusahaan.
Kegiatan pengkarantinaan induk dilakukan di depan hatchery pembenihan,
tepatnya pada wadah karantina berupa bak air berbentuk persegi yang
berukuran 250 x 125 85 cm3, dengan ketinggian air sebesar 60 cm, serta
instalasi aerasi yang telah terpasang. Penebaran induk pada kegiatan
pengkarantinaan diawali dengan proses aklimatisasi (penyesuaian suhu pada
tubuh ikan) induk ikan dari luar yang akan dimasukan ke dalam bak
karantina, serta pemisahan induk jantan dan induk betina. Induk yang
ditebar dalam kolam bak karantina dipelihara selama 6 minggu, dengan
melakukan kegiatan pemberian obat, pemberian pakan, serta pengelolaan
kualitas air. Pemberian obat dilakukan untuk membunuh patogen (bakteri
yang merugikan) yang menempel pada tubuh induk ikan yang dikarantina,
pemberian obat berlangsung selama 7 hari dari kegiatan pemeliharaan
karantina dengan memberikan obat ke dalam bak karantina berupa
oxytetraxcycline sebesar 10 ppt dan garam ikan sebesar 0.05 ppt tiap
harinya. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari dengan nilai
feeding rate (bobot pakan yang diberikan pada tiap bak karantina) sebesar
0.2 persen dari bobot biomassa induk, dengan pakan berupa kecoa.
Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk menjaga kestabilan suhu dan kadar
pH di dalam bak karantina, kegiatan pengelolaan kualitas air dilakukan
dengan cara penggantian air pada bak karantina induk sebanyak 50 persen
dari ketinggian awal air di bak karantina.
2. Penebaran induk dan pemeliharan induk di kolam
Induk yang telah melalui tahap karantina, ditebar ke dalam kolam
pemeliharaan perusahaan dengan padat tebar induk tiap kolamnya sebanyak
40 ekor induk, serta perbandingan jantan dan betina sebesar 20 ekor jantan
dan 20 ekor betina. Induk yang telah ditebar di kolam pemeliharaan
dipelihara dengan menjalankan kegiatan pemberian pakan serta kegiatan
pengelolaan kualitas air pada kolam. Kegiatan pemberian pakan dilakukan
untuk mempercepat proses matang gonad dan rematurasi (proses pemulihan
pematangan gonad) pada induk ikan, dengan pakan yang diberikan berupa
kodok, kecoa, ataupun udang. Pengelolaan kualitas air pada proses
pemeliharaan dilakukan untuk menjaga kestabilan suhu dan pH di kolam
agar tercipta suasana habitat yang kondusif dalam proses reproduksi induk
ikan, kegiatan tersebut dilakukan dengan cara mengganti air kolam
sebanyak 50 persen dari air ketinggian awal air kolam pada tiap pagi hari.
32

Pemanenan larva
Pemanenan larva merupakan kegiatan awal untuk mendapatkan input larva
yang akan digunakan dalam proses kegiatan pemeliharaan benih di perusahaan.
Kegiatan pemanenan larva dilakukan perusahaan setelah mendapatkan jadwal hari
panen larva dari hasil kegiatan pemantauan malam hari. Pemantauan malam hari
dilakukan dengan cara memutari area kolam pada malam hari dan mengamati
aktivitas serta kondisi induk di dalam kolam, kolam yang siap untuk panen larva
adalah kolam yang terdapat induk dengan kondisi rahang membesar, hal tersebut
dikarenakan induk sedang mengerami telur atau larva benih.
Pemanenan larva dilakukan perusahaan pada pagi hari, pada saat kondisi air
(kadar suhu dan pH air) stabil dengan memeriksa rahang mulut masing-masing
induk dari kolam menggunakan jaring penangkap induk. Larva benih akan
diambil dari rahang mulut induk yang sedang mengerami larvanya, kemudian
larva dimasukan ke dalam kantung plastik dan dibawa ke hatchery pembenihan
untuk mendapatkan pemeliharaan lanjut.

Pemeliharaan Benih
Pemeliharaan benih dilakukan setelah kegiatan pemanenan larva dilakukan.
Kegiatan pemeliharaan benih diawali dengan kegiatan persiapan wadah,
penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, dan pengobatan.
Persiapan wadah pemeliharaan benih dilakukan untuk menghindari kondisi wadah
pemeliharaan yang buruk setelah pemanenan larva benih dilakukan. Persiapan
wadah dilakukan satu hari sebelum dilakukan hari pemanenan larva benih,
persiapan wadah pemeliharaan benih diawali dengan kegiatan pencucian wadah
serta sarana-sarana produksi lainnya. Wadah yang digunakan dalam kegiatan
pemeliharaan benih berupa akuarium berukuran 100 x 60 x 50 cm3. Akuarium
yang telah dicuci kemudian diisi air dengan ketinggian 15 cm dan dipasang
instalasi aerasi untuk siap pakai pada saat kegiatan pemanenan larva benih.
Larva yang telah dipanen pada saat hari pemanenan larva segera ditaruh
kedalam akuarium pemeliharaan benih dengan padat tebar larva per satuan
akuarium sebanyak 25 ekor larva per akuarium. Ukuran larva beranekaragam
berdasarkan umur larva yang dipanen, kisaran umur larva dari hasil pemanenan
berkisar antara 2 minggu s.d 8 minggu (larva yang berumur 4 minggu ke atas
sudah masuk ke dalam fase benih), tidak jarang juga perusahaan mendapatkan
larva yang berumur dibawah 2 minggu.
Larva dipelihara dalam wadah pemeliharaan benih sampai ukuran benih
mencapai ukuran 9 cm (berumur 8 minggu atau lebih) dengan menjaga asupan
nutrisi makanan dan menjaga pengelolaan kualitas suhu dan pH air setiap harinya.
Larva akan mulai diberikan pakan setelah berumur 4 minggu, pada saat kuning
telur yang menempel di perut larva mulai sedikit, sedangkan larva yang berumur
dibawah 4 minggu tidak akan diberi pakan. Pakan yang diberikan berupa pakan
cacing beku, dengan metode pemberian pakan yaitu at satiation (pemberian pakan
sekenyangnya ikan). Pengelolaan kualitas air pada kegiatan pemeliharaan benih
dilakukan dengan cara mengganti air akuarium sebanyak 50 persen dari
ketinggian awal air, serta mencuci kain filter air setiap harinya, hal tersebut
dilakukan perusahaan untuk menjaga kondisi pH dan mineral yang terkandung
pada air akuarium.
33

Analisis Risiko Produksi Pembenihan Arwana Super Red

Perusahaan PD Dian Ardyka mengalami kesulitan dalam menanggapi atau


menghadapi perubahan hasil produksi yang tidak stabil, perubahan hasil risiko
tersebut ditanggapi dalam penyusunan strategi baru dalam penanganan risiko yang
terjadi di perusahaan ditimbulkan dari risiko produksi yang dihadapi perusahaan.
Penyusunan strategi penanganan tersebut dibuat dalam analisis risiko produksi
pembenihan, yang terdiri dari 4 bagian yaitu analisis perbandingan berpasangan
sumber risiko, analisis dampak sumber risiko, pemetaan risiko, dan strategi
penanganan risiko.

Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber Risiko


Hasil wawancara terhadap direktur PD Dian Ardyka, teknisi hatchery
pembenihan, serta perantara penjualan produk perusahaan diketahui bahwa
perusahaan telah mengalami beberapa kejadian yang merugikan yang ditimbulkan
dari beberapa sumber risiko. Sumber risiko yang terjadi pada kegiatan produksi
pembenihan ikan arwana super red di PD Dian Ardyka terdiri dari cuaca yang
tidak menentu, kualitas induk ikan yang buruk, kualitas air sungai yang buruk,
serangan penyakit, umur benih pada larva yang terlalu muda, kondisi benih
cacat/afkir, kualitas pakan yang buruk, human error/kualitas SDM yang rendah,
dan telur pecah pada larva. Sumber risiko tersebut dijelaskan pada bagian berikut:
1. Cuaca yang tidak menentu
Cuaca yang tidak menentu merupakan faktor yang menyebabkan munculnya
risiko. Cuaca yang berubah-ubah akan memberikan dampak pada
perubahan kondisi suhu dan pH air yang tidak stabil di kolam pemeliharaan
induk. Perubahan suhu dan pH air yang mendadak akan menimbulkan
kondisi induk ikan yang stress, kondisi tersebut akan menjadikan induk ikan
mudah terserang penyakit yang berujung pada reproduksi yang lambat atau
bahkan kematian induk ikan. Reproduksi yang lambat akan mempengaruhi
penetasan telur (hatching rate) benih arwana, dalam periode produksi tahun
2012 dan 2013 terjadi fluktuasi hatching rate ditimbulkan oleh beberapa
sumber risiko, salah satunya cuaca yang tidak menentu. Fluktuasi hatching
rate secara umum tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Kualitas induk ikan yang buruk
Kualitas induk ikan menjadi faktor penting dalam menghasilkan benih
berkualitas tinggi. Kualitas induk ikan yang buruk menyebabkan hasil
benih ikan yang berkualitas rendah, benih-benih tersebut akan lebih mudah
dan gampang terserang penyakit, cacat tubuh pada benih, hingga berujung
pada kematian, kematian benih yang terlalu banyak menimbulkan kerugian
terhadap perusahaan. Kualitas induk menjadi faktor penyebab munculnya
sumber risiko dari cacat/afkir pada benih. Berdasarkan penjelasan tersebut
sumber risiko ini perlu diuji seberapa besar peluang dan dampak yang
ditimbulkan dari sumber risiko tersebut.
3. Kualitas air sungai yang buruk
Kualitas air sungai merupakan salah satu faktor terpenting pada kegiatan
perusahaan, hal tersebut dikarenakan air sungai merupakan media yang
sangat diperlukan dalam budi daya perikanan di perusahaan. Kualitas air
34

sungai yang buruk dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha


perusahaan. Kualitas air sungai yang buruk tersebut ditimbulkan dari
kondisi perubahan suhu serta pH secara mendadak, atau bahkan tak jarang
pula kualitas air sungai buruk tersebut ditimbulkan dari kondisi air sungai
yang beracun. Kondisi air sungai yang beracun tersebut ditimbulkan dari
tercampurnya material tambang atau limbah yang bersifat toxic (beracun)
terhadap air sungai, pecampuran material terhadap air sungai terjadi akibat
dari pembuangan limbah penambangan pasir serta pembuangan limbah
kelapa sawit yang sembarangan, hal tersebut dapat menimbulkan kerugian
pada perusahaan jika kondisi air sungai buruk dan beracun masuk ke dalam
wadah kolam pemeliharaan induk. Kualitas air buruk menyebabkan
terjadinya fluktuasi hatching rate, seperti halnya sumber risiko cuaca yang
tidak menentu fluktasi hatching rate yang ditimbulkan oleh kondisi air
buruk belum dapat tergambar secara terperinci namun dipastikan sumber
risiko ini menyebabkan adanya fluktuasi haching rate pada Lampiran 5.
4. Serangan penyakit
Penyakit yang sering muncul pada kegiatan pembenihan di PD Dian Ardyka
merupakan penyakit kembang sisik pada fase pemeliharaan larva/benih
(Rahim, 2011). Penyakit kembang sisik menyebabkan sisik benih/larva
terbuka secara lebar, sehingga kondisi benih rentan terhadap masuknya
bakteri patogen seperti Argulus sp atau seperti pada Lernea sp. Kembang
sisik ditimbulkan dari efek kondisi benih ikan yang stress akibat perubahan
suhu serta pH air secara drastis dan mendadak. Indikasi serangan penyakit
sebagai sumber risiko di perusahaan terdapat fluktuasi mortalitas yang
tertera pada Lampiran 7.
5. Umur larva yang dipanen terlalu muda
Induk jantan arwana mengerami telurnya hingga menjadi benih selama 2
bulan di dalam mulutnya (Machmud dan Hartono, 2008), disaat umur
tersebut benih siap untuk dipanen oleh perusahaan, akan tetapi tidak jarang
juga perusahaan mendapatkan larva yang berumur kurang dari 2 bulan.
Hasil pemanenan larva yang berumur muda (kurang dari 2 bulan) tersebut
telah menjadi salah satu sumber risiko bagi perusahaan, karena umur larva
yang terlalu muda akan rentan terhadap serangan penyakit bahkan
perubahan suhu dan pH air. Berdasarkan hasil wawancara dengan direktur
perusahaan serta teknisi hatchery, larva yang berumur 2 minggu merupakan
fase larva yang sangat tersulit untuk dipelihara, karena pada umur tersebut
kondisi larva hanya berbentuk telur yang dibungkus oleh sel plasma dengan
berisi embrio (satu garis merah memanjang pada kuning telur), sehingga
pada kondisi ini larva sangat rentan terhadap penyakit, perubahan suhu dan
pH air. Kesulitan lain dari pemeliharaan umur larva yang kurang dari 2
minggu disebabkan karena belum tersedianya teknologi perusahaan dalam
menciptakan kondisi yang sama persis seperti rahang mulut induk jantan
dalam proses pengeraman telur atau larva, walaupun ada teknologi water
vortex pada perusahaan pemeliharaan larva/benih berumur kurang dari 2
minggu masih sulit dipelihara. Indikasi adanya sumber risiko pada umur
larva muda terdapat kejadian fluktuasi mortalitas yang ditimbulkan dari
kejadian ini, fluktuasi mortalitas umur larva muda dapat dilihat pada
Lampiran 6
35

6. Kondisi benih cacat/afkir


Kondisi benih cacat/afkir menyebabkan kualitas benih menjadi turun,
sehingga harga jual benih menjadi turun bahkan tidak terjual sama sekali,
selain itu benih cacat tak jarang menimbulkan kematian yang akan
berdampak pada kerugian perusahaan. Kondisi cacat pada benih yang
terjadi di perusahaan berupa cacat morfologi, bagian tubuh benih yang
rawan terhadap cacat adalah badan, sirip dayung, tutup insang, mata,
sungut/kumis, dan ekor. Bagian tubuh tersebut menjadi faktor penentu
dalam kualitas benih ikan arwana super red, benih ikan arwana super red
yang cacat/afkir terdapat memiliki morfologi badan yang bengkok, sirip
dayung yang menghadap ke atas, tutup insang yang terbuka, jumlah mata
yang kurang atau berlebih, pasangan sungut/kumis yang tidak berukuran
sama, serta ekor yang tidak berbentuk seperti kipas. Morfologi benih di atas
menjadikan benih tidak dapat dijual bahkan menyebabkan kematian pada
ikan (khususnya pada kasus benih bengkok), sehingga perusahaan
mengalami kerugian. Bukti kondisi benih cacat/afkir menjadi sumber risiko
bagi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 8 yang menunjukan adanya
fluktuasi mortalitas benih.
7. Kualitas pakan yang buruk
Sebagian besar pakan pada kegiatan pembenihan merupakan pakan alami
yang berasal dari alam, pakan yang digunakan perusahaan berupa kodok,
jangkrik, udang, kecoa. Pakan alami tersebut hampir seluruhnya berhabitat
di lingkungan kurang baik yang dapat membawa bakteri serta penyakit ke
dalam kolam, kadangkala perusahaan mengalami kejadian buruk akibat
lolosnya pakan buruk yang tidak terproses dalam penyaringan pakan,
sehingga muncul penyakit atau bakteri di kolam yang menimbulkan
menurunnya hatching rate pada induk, dan berujung pada kondisi
kurangnya input produksi yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Kondisi tersebut dapat dilihat pada fluktuasi hatching rate yang terjadi di
perusahaan pada Lampiran 5
8. Human error/ kualitas sumber daya manusia yang rendah (SDM)
Kualitas SDM menjadi salah satu faktor penting dalam menjalankan usaha.
Kualitas kinerja SDM yang buruk dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan, khususnya pada PD Dian Ardyka yang pernah mengalami
kerugian besar akibat salah satu sumber risiko ini. Kematian massal pada
induk atau benih ikan pernah terjadi di perusahaan akibat terlambatnya
antisipasi pekerja dalam menangani masalah perubahan kondisi suhu dan
pH air serta serangan penyakit. Kondisi ini merupakan salah satu faktor
penyebab munculnya sumber-sumber risiko lainnya yang terjadi di
perusahaan.
9. Telur pecah pada larva
Larva yang dipanen oleh perusahaan pada umumnya larva ikan yang masih
memiliki kuning telur di perutnya. Kondisi telur yang utuh menjadi
perhatian khusus bagi perusahaan, namun seringkali perusahaaan
menghadapi masalah akibat telur larva yang pecah hingga menimbulkan bau
yang tidak sedap di akuarium. Kondisi telur yang pecah tersebut juga
berpengaruh terhadap kualitas air akuarium akibat tercemarnya air oleh
kuning telur yang pecah, tak jarang akibat pecahnya telur larva tersebut
36

menimbulkan kematian massal pada larva-larva lainnya. Kematian massal


tersebut menjadi kerugian besar yang dihadapi oleh perusahaan. Indikasi
kejadian telur pecah menjadi sumber risiko perusahaan terdapat adanya
fluktuasi mortalitas yang tertera pada Lampiran 9.
Sumber risiko yang telah dijelaskan pada paragraf atas didapat dari hasil
wawancara, namun identifikasi sumber risiko secara deskriptif tersebut dinilai
belum mencapai keakuratan data sumber risiko yang dihadapi perusahaan, sumber
risiko tersebut diuji kembali menggunakan tabel perbandingan berpasangan, agar
mendapatkan 4 jenis sumber risiko yang memiliki nilai peluang serta dampak
kerugian tertinggi berdasarkan penilaian responden di perusahaan (direktur,
teknisi hatchery, dan agen perantara penjualan).
Pengerjaan analisis perbandingan sumber risiko dimulai dari penggunaan
simbol huruf pada masing-masing sumber risiko yang terjadi di perusahaan, hal
tersebut dilakukan untuk mempermudah dalam penilaian skor pada tabel
perbandingan berpasangan sumber risiko. Simbol huruf yang digunakan dimulai
dari huruf A hingga I, berikut adalah simbol dari masing-masing sumber risiko:
sumber risiko Cuaca yang Tidak Menentu diberikan simbol huruf (A); sumber
risiko Kualitas Induk Ikan yang Buruk (B); sumber risiko Kualitas Air Sungai
yang Buruk (C); sumber risiko Serangan Penyakit (D); sumber risiko Umur Larva
yang Muda (E); sumber risiko Kondisi Benih Cacat/Afkir (F); sumber risiko
Kualitas Pakan Buruk (G); sumber risiko Human Error/Kualitas SDM rendah (H);
dan sumber risiko Telur Pecah pada Larva (I).
Tabel 6 merupakan tabel rata-rata hasil penskoran analisis perbandingan
berpasangan yang disi oleh para responden di perusahaan.
Tabel 6 Hasil analisis perbandingan berpasangan sumber risiko PD Dian Ardyka

Sumber Total
A B C D E F G H I Total Rank
Risiko Bobot

A 1 3 ½ 1/3 1/3 1/3 3 3 1/3 11.833 0.097 6


B 1/3 1 1/3 1/3 1/3 1/3 2 ½ 1/3 5.500 0.045 8
C 2 3 1 ½ ½ ½ 2 2 ½ 12.000 0.098 5

D 3 3 2 1 ½ 2 4 4 2 21.500 0.176 2
E 3 3 2 2 1 2 4 4 2 23.000 0.189 1
F 3 3 2 ½ ½ 1 3 3 1/3 16.333 0.134 4

G 1/3 ½ ½ ¼ ¼ 1/3 1 ½ ¼ 3.917 0.032 9


H 1/3 2 ½ ¼ ¼ 1/3 2 1 ¼ 6.917 0.056 7
I 3 3 2 ½ ½ 3 4 4 1 21.000 0.172 3

Total 122.000 1.000


Sumber : PD Dian Ardyka, 2014 (diolah)
37

Keterangan :
Kriteria Penilaian Skor
1 = Peluang terjadinya kedua sumber risiko sama besar.
2 = Peluang terjadinya sumber risiko sedikit lebih besar (1-25 persen lebih
besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
3 = Peluang terjadinya sumber risiko lebih besar (26-50 persen lebih
besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
4 = Peluang terjadinya sumber risiko sangat besar (51-75 persen lebih
besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
5 = Peluang terjadinya sumber risiko mutlak besarnya (76-100 persen
lebih besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
½ = Peluang terjadinya sumber risiko sedikit lebih kecil (1-25 persen lebih
kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan
1
/3 = Peluang terjadinya sumber risiko lebih kecil (26-50 persen lebih kecil)
dari sumber risiko yang dibandingkan
¼ = Peluang terjadinya sumber risiko sangat kecil (51-75 persen lebih
kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan
1
/5 = Peluang terjadinya sumber risiko mutlak kecilnya (76-100 persen
lebih kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan

Pemberian skor pada Tabel 6 diberikan atas dasar kriteria penilaian yang
telah ditulis dalam kuisioner, responden mengisi skor penilaian pada masing-
masing baris (vertikal) sumber risiko dengan membandingkan antar kolom
(horizontal) sumber risiko (lihat Lampiran 1). Satu sumber risiko dibandingkan
dengan beberapa sumber risiko lainnya untuk melihat sumber risiko berbahaya
menurut responden. Sumber risiko yang dipilih dalam pengujian selanjutnya
adalah sumber risiko yang memiliki nilai pembobotan di atas 11.11 persen (nilai
11.11 persen didapat dari hasil perhitungan rata-rata nilai total bobot skor), hal ini
didasarkan atas keakuratan data serta keterbatasan dana bagi perusahaan dalam
menghadapi sumber risiko yang dihadapi (penjelasan dapat dilihat pada bab
metode penelitian).
Hasil Tabel 6 memperlihatkan bahwa empat jenis sumber risiko yang
memiliki nilai pembobotan di atas 11.11 persen adalah : sumber risiko Umur
Larva Muda (E) yang memiliki nilai pembobotan sebesar 18.9 persen, sumber
risiko Serangan Penyakit (D) dengan nilai pembobotan 17.6 persen, sumber risiko
Telur Pecah pada Larva (I) dengan nilai pembobotan sebesar 17.2 persen, dan
sumber risiko Kondisi Benih Cacat/Afkir (F) dengan nilai pembobotan sebesar
13.4 persen. Sumber risiko lainnya yang menempati urutan 4 ke bawah adalah
sumber risiko Kualitas Air Sungai (C) dengan nilai pembobotan sebesar 9.8
persen, sumber risiko Cuaca yang Tidak Menentu (A) dengan nilai pembobotan
sebesar 9.7 persen, sumber risiko Human error (H) dengan nilai pembobotan
sebesar 5.6 persen, sumber risiko Kualitas Induk (B) dengan nilai pembobotan
sebesar 4.5 persen dan terakhir sumber risiko Kualitas Pakan Buruk (G) dengan
nilai pembobotan sebesar 3.2 persen. Berdasarkan tinjauan pusataka terdahulu
perubahan kualitas air (suhu dan pH) merupakan sumber risiko yang paling sering
muncul pada berbagai kasus risiko produksi di bidang perikanan, akan tetapi pada
kasus penelitian risiko produksi pembenihan di PD Dian Ardyka kualitas air tidak
begitu berpengaruh terhadap hasil produksi, hal ini disebabkan perusahaan
mengantasipasi sumber risiko tersebut dengan menggunakan heater/pemanas serta
38

membuat bak tandon air/penampung agar air di treatment dahulu sebelum


digunakan dalam kegiatan produksi.
Kesimpulan uji analisis perbandingan berpasangan tersebut adalah sumber
risiko umur larva yang muda, serangan penyakit, telur pecah, dan kondisi benih
cacat/afkir merupakan sumber risiko yang dinilai responden paling berpeluang
terjadi di perusahaan, sehingga untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
penanganan risiko yang terjadi di perusahaan, keempat sumber risiko tersebut
perlu diteliti lebih lanjut melalui analisis probabilitas serta dampak kerugian
terjadi, dan dijelaskan pada sub bagian berikutnya.

Analisis Probabilitas
Penjelasan analisis probabilitas berkaitan erat dengan peluang suatu
kejadian, pada sub bab sebelumnya sumber risiko yang diteliti dalam penelitian
risiko produksi pembenihan ini adalah sumber risiko umur larva yang muda;
serangan penyakit; kondisi cacat benih/afkir; dan telur pecah pada larva, keempat
sumber risiko tersebut di uji kembali menggunakan analisis probabilitas untuk
mengetahui besaran peluang kejadian masing-masing sumber risiko tersebut.
Hasil analisis probabilitas yang berupa besaran peluang kejadian dari masing-
masing sumber risiko dapat digunakan oleh perusahaan untuk menentukan
prioritas penanganan dalam menghadapi sumber risiko tersebut, sehingga langkah
yang diambil perusahaan dalam menangani risiko tepat sasaran.
Langkah yang dilakukan pada bagian analisis probabilitas ini adalah
mengukur nilai z-score pada keempat sumber risiko tersebut, penghitungan z-
score dihitung berdasarkan mortalitas keseluruhan pada benih ikan yang terlihat
pada Lampiran 6, 7, 8, dan 9. Hasil perhitungan jumlah kematian benih dan
tingkat kematian/mortalitas keseluruhan benih berdasarkan data produksi
perusahaan dari tahun 2012 hingga 2013 dapat dilihat pada Tabel 7:
Tabel 7 Data produksi PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013

Jumlah Ekor per Tahun Total


Keterangan
2012 2013 (ekor)
Benih awal 4268 2994 7262
Kematian 1266 352 1618
Benih Akhir (Benih Awal – Kematian) 5636
Survivl rate (%) 77.72
Mortalitas (%) 22.28

Tabel 7 di atas merupakan perhitungan yang diambil dari data historis milik
perusahaan dari tahun 2012 s.d 2013. Survival rate pada benih dihitung
berdasarkan pembagian jumlah benih akhir dengan benih awal yang terjadi dalam
kurun 2 tahun atau 24 bulan dengan hasil perhitungan survival rate sebesar 77.72
persen. Hasil survival rate tersebut dapat dikurangi dengan 100 persen untuk
mendapatkan nilai mortalitas benih, mortalitas bisa juga didapat dengan cara
membagi jumlah kematian benih (24 bulan) dengan jumlah benih akhir, dan telah
didapat berdasarkan perhitungan bahwa tingkat kematian (mortalitas) benih pada
39

perusahan selama periode 2012 s.d 2013 memiliki nilai kisaran 22.28 persen.
Nilai mortalitas perusahaan sebesar 22.28 persen merupakan nilai yang cukup
baik bagi perusahaan, karena nilai tersebut masih di bawah batas normal kerugian
yang ditolerir perusahaan sebesar 35 persen, tetapi nilai tersebut sedikit jauh dari
ekspektasi tingkat mortalitas perusahaan sebesar 10 persen (hasil wawancara
terhadap direktur perusahaan).
Perhitungan probabilitas pada keempat sumber risiko yang diteliti dapat
dilihat pada Lampiran 6, 7, 8 dan 9. Metode penghitungan probabiltas sudah
dijelaskan pada bagian metode penelitian bab IV, pada sub bab ini hanya ada
penjelasan hasil dari perhitungan. Hasil perhitungan dari analisis probabilitas
pada keempat sumber risiko (Sumber risiko umur benih yang muda, serangan
penyakit, cacat/afkir, dan telur pecah pada larva) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko PD Dian Ardyka

No. Sumber Risiko Probabilitas (%)


1. Umur larva muda 40.90
2. Serangan Penyakit 31.92
3. Cacat/afkir 28.43
4. Telur pecah pada larva 42.86

Hasil perhitungan menunjukan bahwa telur pecah pada larva memiliki nilai
probabilitas tertinggi dibandingkan dengan sumber risiko lainnya. Nilai
probabilitas telur pecah pada larva mencapai 42.86 persen, nilai tersebut diambil
berdasarkan hasil tabel distribusi normal z yang didapat dari nilai z-score sebesar
–0.18 dari batas normal mortalitas benih akibat telur pecah sebesar 2.60 persen
per bulan (hasil wawancara dengan direktur perusahaan) serta rata-rata mortalitas
benih sebesar 3.27 persen per bulan (dapat dilihat pada lampiran 9). Nilai
probabilitas 42.86 persen pada mortalitas benih yang diakibatkan telur pecah
diartikan sebagai nilai peluang mortalitas benih ikan arwana yang kurang dari
2.60 persen per bulan (batas normal) akibat telur pecah, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa mortalitas benih ikan arwana akibat telur pecah yang melebihi
batas 2.60 persen per bulan mencapai tingkat probabilitas sebesar 57.14 persen.
Urutan kedua pada tabel hasil probabilitas sumber risiko adalah kejadian
umur larva muda. Sumber risiko umur larva muda tersebut memiliki nilai
probabilitas mencapai tingkat 40.90 persen, nilai tersebut didasarkan pada z-score
-0.23 (dapat di lihat pada Lampiran 6), z-score dihitung berdasarkan penggunaan
batas normal mortalitas benih akibat umur larva muda 5 persen per bulan (hasil
wawancara dengan direktur perusahaan), serta rata-rata mortalitas benih sebesar
6.87 persen per bulan. Nilai probabilitas 40.90 persen pada mortalias benih yang
diakibatkan umur larva muda diartikan sebagai nilai peluang mortalitas benih ikan
arwana akibat umur larva muda yang kurang dari 5 persen, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa mortalitas benih akibat umur larva muda yang melebihi batas 5
persen per bulan mencapai tingkat probabilitas sebesar 59.10 persen.
Urutan ketiga pada tabel hasil pengukuran probabilitas sumber risiko adalah
kejadian serangan penyakit. Nilai probabilitas pada sumber risiko serangan
penyakit mencapai 31.92 persen, nilai tersebut didasarkan pada z-score -0.47 yang
40

menggunakan batas normal mortalitas benih akibat serangan penyakit sebesar


3.33 persen per bulan (hasil wawancara), serta rata-rata mortalitas benih sebesar
5.63 persen per bulan (dapat dilihat pada Lampiran 7). Nilai probabilitas 31.92
persen pada mortalitas benih yang diakibatkan serangan penyakit diartikan
sebagai nilai peluang mortalitas benih ikan arwana akibat serangan penyakit yang
kurang dari 3.33 persen per bulan (batas normal), sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa mortalitas benih ikan arwana akibat serangan penyakit yang
melebihi batas 3.33 persen per bulan mencapai tingkat probabilitas sebesar 68.08
persen.
Sumber risiko cacat/afkir pada benih menempati urutan terakhir dalam tabel
hasil perhitungan probabilitas, cacat/afkir pada benih memiliki nilai probabilitas
mencapai 28.43 persen, nilai tersebut diambil berdasarkan hasil tabel distribusi
normal z yang didapat dari z-score -0.57 dengan menggunakan batas normal
mortalitas benih akibat cacat/afkir 1.7 persen per bulan (hasil wawancara dengan
direktur perusahaan) serta rata-rata mortalitas benih sebesar 3.38 persen per bulan
(dapat dilihat pada Lampiran 8). Nilai probabilitas 28.43 persen pada mortalitas
benih yang diakibatkan cacat/afkir diartikan sebagai nilai peluang terjadinya
mortalitas benih ikan arwana akibat cacat/afkir yang kurang dari 1.7 persen (batas
normal), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa mortalitas benih ikan arwana
akibat cacat yang melebihi batas 1.7 persen per bulan mencapai tingkat
probabilitas sebesar 71.57 persen.

Analisis Dampak Kerugian Sumber Risiko


Hasil analisis probabilitas perlu didukung kembali oleh analisis dampak
kerugian, agar tujuan perusahaan dalam pemetaan alternatif strategi penanganan
risiko yang tepat tercapai. Analisis dampak kerugian digunakan untuk mengukur
besaran dampak kerugian yang ditimbulkan masing-masing sumber risiko yang
dihadapi dalam bentuk rupiah (Rp). Metode yang digunakan dalam mengukur
dampak dari masing-masing sumber risiko pada penelitian ini adalah metode
penghitungan VaR (penjelasan dapat dilihat pada bagian metode penelitian),
namun hasil dari perhitungan VaR tidak selalu tepat pada kondisi sebenarnya,
sehingga dalam mengatasi hal tersebut ditetapkannya tingkat kepercayaan sebesar
95 persen dengan tingkat error sebesar 5 persen, agar hasil dari perhitungan VaR
mendekati kondisi sebenarnya yang terjadi.
Data yang digunakan dalam metode VaR (value at risk) adalah data
kematian benih PD Dian Ardyka periode 2012 s.d 2013 serta ditambah data
historis harga penjualan dari perusahaan di periode tersebut. Data tersebut
digunakan untuk menentukan rata-rata kerugian yang ditimbulkan oleh masing-
masing sumber risiko tiap bulannya, serta standar deviasi dampak kerugian yang
ditimbulkan sumber risiko tertentu, kemudian dilanjutkan dengan metode
perhitungan VaR yang menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen atau tingkat
error 5 persen. Hasil perhitungan VaR pada keempat sumber risiko yang diteliti
dapat dilihat pada Lampiran 10, 11, 12, dan 13, namun secara keseluruhan hasil
perhitungan VaR dapat dilihat pada Tabel 9.
41

Tabel 9 Hasil perhitungan dampak risiko (VaR) di PD Dian Ardyka

No. Sumber Risiko Dampak Kerugian (Rp)


1. Umur larva yang muda 97 318 988
2. Serangan Penyakit 59 462 308
3. Cacat/afkir 38 509 251
4. Telur pecah pada larva 44 498 837

Tabel 9 memperlihatkan sumber risiko yang memberikan dampak kerugian


terbesar bagi perusahaan adalah umur larva yang muda dengan nilai sebesar Rp 97
318 988, nilai tersebut didapat dari hasil perhitungan VaR yang merujuk data
kematian benih akibat umur larva muda dengan data historis harga yang
mengalami perubahan harga pada tiap tahunnya, dengan hasil rata-rata kerugian
per bulan sebesar Rp 62 054 167 (lihat Lampiran 10). Kesimpulan yang dapat
ditarik dari hasil perhitungan tersebut adalah selama periode 2012 s.d 2013
perusahaan menghadapi kerugian maksimum kematian benih akibat umur larva
sebesar Rp 97 318 988 dengan tingkat kepercayaan 95 persen pada nilai tersebut,
sedangkan 5 persen dianggap bahwa umur benih muda memberikan dampak
kerugian lebih dari Rp 97 318 988.
Sumber risiko yang menempati urutan kedua pada dampak kerugian adalah
serangan penyakit dengan nilai dampak sebesar Rp 59 462 308, nilai tersebut
didapat dari hasil perhitungan VaR yang merujuk data kematian benih akibat
serangan penyakit dengan data historis harga yang mengalami perubahan harga
pada tiap tahunnya, dengan hasil rata-rata kerugian per bulan sebesar Rp 43 275
000 (lihat Lampiran 11). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil perhitungan
tersebut adalah selama periode 2012 s.d 2013 perusahaan menghadapi kerugian
maksimum kematian benih akibat serangan penyakit sebesar Rp 59 462 308
dengan tingkat kepercayaan 95 persen pada nilai tersebut, sedangkan 5 persen
dianggap bahwa serangan penyakit memberikan dampak kerugian lebih dari nilai
kerugian Rp 59 462 308.
Sumber risiko yang menempati urutan ketiga pada tabel hasil dampak
kerugian adalah telur pecah pada larva dengan nilai dampak sebesar Rp 44 498
837, nilai tersebut didapat dari hasil perhitungan VaR yang merujuk data kematian
benih akibat telur pecah dengan data historis harga yang mengalami perubahan
harga pada tiap tahunnya, dengan rata-rata kerugian per bulan sebesar Rp 30 908
333 (lihat Lampiran 13). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil perhitungan
tersebut adalah selama periode 2012 s.d 2013 perusahaan menghadapi kerugian
maksimum kematian benih akibat telur pecah sebesar Rp 44 498 837 dengan
tingkat kepercayaan 95 persen pada nilai tersebut, sedangkan 5 persen dianggap
bahwa telur pecah memberikan dampak kerugian lebih dari Rp 44 498 837.
Sumber risiko yang menempati ukuran akhir dalam hasil tabel perhitungan
dampak adalah sumber risiko cacat/afkir yang memilii nilai dampak sebesar Rp
38 509 251, nilai tersebut didapat dari hasil perhitungan VaR yang merujuk data
kematian benih akibat cacat/afkir dengan data historis harga yang mengalami
perubahan harga pada tiap tahunnya, dengan rata-rata kerugian per bulan sebesar
Rp 29 179 167 (lihat Lampiran 12). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil
perhitungan tersebut adalah selama periode 2012 s.d 2013 perusahaan
menghadapi kerugian maksimum kematian benih akibat cacat pada benih sebesar
42

Rp 38 509 251 dengan tingkat kepercayaan 95 persen pada nilai tersebut,


sedangkan 5 persen dianggap bahwa cacat/afkir pada benih memberikan dampak
kerugian lebih dari Rp 38 509 251.

Pemetaaan Risiko
Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko digabung untuk didapatkan
status risiko pada masing-masing sumber risko. Status risiko digunakan sebagai
dasar penentuan prioritas utama dalam menangani risiko dengan cepat dan efektif.
Keefektifan penanganan risiko bergantung pada strategi yang didapat berdasarkan
hasil pemetaan sumber risiko yang didapat.
Penghitungan status risiko dilakukan dengan cara mengkalikan probabilitas
dan dampak sumber risiko masing-masing. Hasil penghitungan status risiko pada
masing-masing sumber risiko yang terjadi di PD Dian Ardyka dalam periode
tahun 2012 s.d 2013 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil perhitungan status risiko di PD Dian Ardyka


Probabilitas Dampak Status Risiko Prioritas
No. Sumber risiko
(%) (Rp) (Rp)
1. Umur larva muda 40.90 97 318 988 39 803 466 1
2. Serangan penyakit 31.92 59 462 308 18 980 368 3
3. Cacat/afkir 28.43 38 509 251 10 948 179 4
4. Telur pecah pada larva 42.86 44 498 837 19 072 202 2

Tabel 10 memperlihatkan bahwa sumber risiko umur larva muda memiliki


nilai status risiko terbesar dibandingan sumber risiko lainnya. Umur larva yang
muda memiliki nilai status risiko sebesar Rp 39 803 466, artinya dalam periode
tahun 2012 s.d tahun 2013 kerugian yang ditimbulkan dari akibat risiko umur
benih yang muda sebesar Rp 39 803 466. Sumber risiko telur pecah pada larva
menjadi prioritas kedua dalam status risiko, dengan status risiko bernilai Rp 19
072 202 yang memiliki arti PD Dian Ardyka mengalami kerugian Rp 19 072 202
akibat telur pecah dalam periode produksi tahun 2012 s.d 2013. Sumber risiko
serangan penyakit menjadi prioritas ketiga dalam status risiko, dengan status
risiko bernilai Rp 18 980 368 yang memiliki arti PD Dian Ardyka mengalami
kerugian Rp 18 980 368 akibat serangan penyakit dalam periode produksi tahun
2012 s.d 2013. Sumber risiko yang menempati urutan akhir dalam status risiko
adalah sumber risiko cacat/afkir pada benih, dengan status risiko bernilai Rp 10
948 179 yang memiliki arti PD Dian Ardyka mengalami kerugian Rp 10 948 179
akibat cacat/afkir benih dalam periode produksi tahun 2012 s.d 2013. Setelah
nilai status risiko pada sumber risiko telah didapat, langkah berikutnya yang
dilakukan adalah melakukan pemetaan risiko.
Pemetaan risiko terbagi atas empat kuadran yang tebagi antara dua sumbu
vertikal dengan sumbu horizontal (penjelasan metode pemetaan dapat dilihat pada
bagian metode), sumbu horizontal merupakan sumbu dampak kerugian yang
dihadapi PD Dian Ardyka, sedangkan sumbu vertikal menggambarkan
probabilitas dari sumber risiko yang terjadi di PD Dian Ardyka. Diantara masing-
masing sumbu terdapat garis tengah yang menjadi batas normal probabilitas dan
43

dampak sumber risiko. Batas normal probabilitas risiko yang diberikan PD Dian
Ardyka adalah sebesar 35 persen, serta batas normal dampak kerugian sebesar Rp
50 000 000. Pengambilan kedua batas normal tersebut didasarkan atas wawancara
dengan direktur perusahaan, direktur perusahaan memiliki alasan bahwa
perusahaan menghadapi biaya titik impas dari probabilitas risiko sebesar 35
persen serta dampak risiko lebih dari Rp 50 000 000. Hasil pemetaan risiko pada
kasus sumber risiko PD Dian Ardyka periode tahun 2012 s.d 2013 dapat dilihat
pada Gambar 8.

Probabilitas (%)

Kuadran I Kuadran II

Umur Larva Muda


Telur Pecah pada Larva
35
Kuadran III Kuadran IV

Serangan penyakit

Cacat/ Afkir

0 50 000 000 Dampak Kerugian


(Rp)

Gambar 8 Hasil pemetaan risiko di PD Dian Ardyka

Gambar 8 memperlihatkan keempat sumber risiko yang terjadi di PD Dian


Ardyka terpisah pada tiap kuadran yang berbeda. Sumber risiko telur pecah pada
larva masuk ke dalam kuadran I, hal tersebut menjelaskan bahwa telur pecah pada
larva memiliki tingkat probabilitas tinggi pada produksi pembenihan di
perusahaan, namun memiliki dampak kerugian yang cukup rendah pada kegiatan
produksi pembenihan. Sumber risiko umur larva muda masuk pada kuadran II,
hal ini menjelaskan bahwa umur benih muda memiliki tingkat probabilitas serta
dampak risiko yang tinggi pada produksi pembenihan di perusahaan. Sumber
risiko cacat/afkir masuk ke dalam kuadran III, kuadran tersebut menjelaskan
bahwa kondisi cacat/afkir memiliki tingkat probabilitas dan dampak risiko yang
rendah pada produksi pembenihan di perusahaan. Kuadran IV diisi oleh sumber
risiko serangan penyakit, hal ini menjelaskan bahwa serangan penyakit memiliki
tingkat probabilitas rendah pada produksi pembenihan di perusahaan, dengan
dampak kerugian yang cukup rendah pada kegiatan produksi pembenihan. Hasil
44

pemetaan risiko ini, digunakan dalam tahap akhir penelitian ini, yaitu penentuan
strategi penanganan risiko terhadap sumber risiko yang terjadi di PD Dian
Ardyka.

Strategi Penanganan Risiko


Strategi penanganan risiko yang perlu dirumuskan dalam menangani sumber
risiko di PD Dian Ardyka adalah strategi yang didasarkan hasil pemetaan risiko
sebelumnya. Perumusan strategi penanganan risiko dilakukan khusus terhadap
sumber risiko yang terdapat pada kuadran I, II, dan IV, akan tetapi sumber risiko
yang berada pada kuadran III tetap dicari perumusan strategi penanganan
risikonya walaupun hasil probabilitas dan dampak risiko pada kuadran III adalah
rendah.
Hasil pemetaan risiko sebelumnya telah menjelaskan bahwa sumber risiko
yang terdapat pada kuadran I, kuadran II, dan kuadran IV adalah sumber risiko
telur pecah, umur larva muda, dan serangan penyakit. Berdasarkan metode
strategi penanganan risiko (lihat metode penelitian), strategi penanganan risiko
dibagi menjadi dua, yaitu : strategi preventif (pencegahan terhadap terjadinya
risiko) dan strategi mitigasi (pengurangan dampak risiko).
Strategi preventif merupakan strategi pencegahan terjadinya risiko,
pencegahan risiko dapat dilakukan dengan cara mengurangi peluang probabilitas
dari sumber risiko yang memiliki nilai probabilitas tinggi. Strategi preventif
dilakukan dengan cara menggeser kuadran I dan kuadran II ke bagian kuadran III
atau IV, sehingga sumber risiko yang perlu ditangani oleh strategi preventif
adalah sumber risiko telur pecah dan umur benih muda. Strategi pencegahan yang
digunakan dalam menangani sumber risiko telur pecah dapat dirumuskan sebagai
berikut : 1) Memberikan latihan terhadap sumber daya manusia atau teknisi
hatchery dalam menjaga kualitas air akuarium serta ketrampilan mengolah air
akuarium jika kondisi telur pecah tersebut, 2) Memberikan pakan benih secara
teratur dan terkonrol pada saat kondisi benih sudah kehabisan kuning telurnya
(umur 6 s.d 7 minggu) rutin agar benih yang sudah habis kuning telurnya tidak
menyerang benih yang masih memiliki kuning telur, 3) Melakukan tindakan
pergantian media/air secara cepat jika salah satu benih mengalami telur pecah agar
benih yang lainnya tidak mengalami kematian akibat pencemaran air dari kuning
telur yang pecah. Strategi pencegahan berikutnya, yang dapat dirumuskan untuk
menangani kejadian umur larva yang muda adalah : 1) Melakukan monitoring
malam dengan teliti agar penentuan jadwal panen larva awal tidak sering
mengalami kesalahan, 2) Menentukan penjadwalan panen benih awal dengan
ketentuan minimal 6 minggu dari hasil monitoring malam, hal ini dilakukan untuk
mengurangi jumlah larva awal yang berumur muda karena pada dasarnya larva
keluar dari mulut induk secara alami berumur 2 bulan (Apin, 2004), walaupun hal
ini bertentangan dari prinsip perusahaan yang mencari keuntungan dengan
penjadwalan panen 2 minggu setelah penghitungan hari panen hasil monitoring.
Strategi preventif tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
45

Probabilitas (%)

Umur Larva Muda :


Telur Pecah pada Larva :
1. Melakukan monitoring
1. Memberikan latihan
malam dengan teliti
kepada SDM
2. Penjadwalanan panen
2. Memberikan pakan
benih awal 7 minggu dari
secara teratur
hasil monitoring
3. Melakukan tindakan
pergantian air secara
cepat

35

Kuadran III Kuadran IV

0 50 000 000 Dampak Kerugian


(Rp)

Gambar 9 Pemetaan strategi preventif sumber risiko di PD Dian Ardyka

Strategi pencegahan yang perlu dilakukan dalam menghadapi kejadian


sumber risiko cacat/afkir (pada kuadran III) dapat dirumuskan sebagai berikut : 1)
Mengganti induk ikan yang berumur sangat tua (15 tahun ke atas) dengan induk
yang masih berumur kisaran 2 s.d 15 tahun, hal ini dilakukan karena umur induk
15 tahun ke atas memiliki kualitas telur yang kurang baik sehingga menimbulkan
kecacatan pada organ tubuh benih, 2) Memberikan pakan alami yang kaya akan
protein dan nutrisi untuk perkembangan gonad dan kualitas telur ikan arwana
(Emillia, 2002).
Strategi mitigasi adalah strategi pengurangan dampak risiko, strategi ini
digunakan untuk mengurangi dampak kerugian ketika sumber risiko sudah terjadi,
strategi mitigasi tersebut dilakukan dengan cara menggeser kuadran II dan
kuadran IV ke bagian kuadran I atau III, sehingga sumber risiko yang perlu
ditangani oleh strategi mitigasi adalah sumber risiko umur benih muda dan
serangan penyakit. Strategi mitigasi yang digunakan dalam menangani sumber
risiko umur benih dapat dirumuskan sebagai berikut : Memperbahuri fasilitas
water vortex yang dimiliki oleh perusahaan, karena teknologi water vortex yang
dimiliki masih belum dikatakan sempurna karena telur masih menempel pada
dinding akuarium yang menyebabkan timbulnya pecah telur pada larva berumur
muda (Rahim, 2011), oleh karena itu perlu dicari pembaharuan teknologi water
vortex yang dapat membuat telur melayang di wadah pemeliharaan seperti kondisi
saat telur dierami oleh induknya (PT Arwana Indonesia, 2009). Strategi mitigasi
berikutnya, yang dapat dirumuskan untuk menangani masalah serangan penyakit
adalah : 1) Menjaga kualitas air pada kondisi suhu dengan tempratur 26 s.d 27 0C
dan pH dengan kisaran 5 s.d 6, karena kondisi tersebut sangat baik bagi proses
46

penyembuhan penyakit pada benih ikan arwana, 2) Memberikan penanganan awal


pada benih yang terserang penyakit dengan memberikan garam ikan sebanyak 1
ppt dari volume air di akuarium, 3) memberikan obat yang tepat pada penyakit
ikan, pada kasus penyakit mogok makan pada benih ikan dapat obat yang bisa
digunakan dapat berupa sebutir Hobbi Fishes untuk 200 liter air, penyakit
kembang sisik dapat diobati dengan ammonium sulfat (Departemen Kehutanan,
2009), atau bisa juga menggunakan pomate dan dumocycline (Rahim, 20011).
Gambar strategi mitigasi dapat dilihat pada Gambar 10.

Probabilitas (%)

Umur Larva Muda :


Memperbaharui teknologi
water vortex yang dimiliki
Kuadran I perusahaan

35
Serangan penyakit :
1. Menjaga kualitas air
2. Memberikan penanganan awal
Kuadran III pada serangan penyakit
3. Memberikan pengobatan yang
tepat sasaran.

0 50 000 000 Dampak Kerugian


(Rp)

Gambar 10 Pemetaan strategi mitigasi sumber risiko di PD Dian Ardyka

Semua penanganan risiko adalah strategi penanganan yang tepat diterapkan oleh
perusahaan, dan strategi tersebut dibuat berdasarkan tinjauan pustaka terdahulu
yang berkaitan erat dengan proses kegiatan budidaya benih ikan arwana super red.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil analisis risiko produksi kegiatan pembenihan ikan arwana super
red di PD Dian Ardyka, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Perusahaan
menghadapi sumber risiko yang berbeda dengan perusahaan perikanan lainnya,
sumber risiko tersebut adalah umur larva yang muda, serangan penyakit, telur
pecah , serta cacat/afkir; 2) Hasil perhitungan analisis probabilitas menunjukan
bahwa sumber risiko yang memiliki tingkat probabilitas tertinggi di perusahaan
47

adalah telur pecah pada larva dengan nilai probabilitas telur pecah mencapai 42.86
persen. Sumber risiko lainnya seperti umur larva muda yang memiliki nilai
probabilitas 40.90 persen, probabilitas serangan penyakit sebesar 31.92 persen,
dan probabilitas cacat/afkir sebesar 28.43 persen. Sedangkan hasil perhitungan
dampak risiko menunjukan bahwa sumber risiko yang memiliki dampak kerugian
tertinggi adalah umur larva yang muda dengan nilai Rp 97 318 988, diikuti oleh
sumber risiko serangan penyakit yang memiliki nilai dampak sebesar Rp 59 562
308, sumber risiko telur pecah dengan nilai dampak sebesar Rp 44 498 837, dan
sumber risiko yang memiliki nilai dampak terkecil yaitu cacat/afkir dengan nilai
Rp 38 509 251; 3) Berdasarkan hasil pemetaan risiko produksi, sumber risiko
umur larva yang muda memerlukan strategi penanganan risiko secara preventif
dan strategi mitigasi, karena sumber risiko ini memiliki nilai peluang dan dampak
yang tinggi dibandingkan dengan sumber risiko lainnya, sehingga sumber risiko
umur larva muda perlu ditangani secara serius oleh perusahaan. Sumber risiko
telur pecah dan afkir, diatasi dengan penanganan risiko secara preventif, dengan
mengurangi peluang dan dampak. Sumber risiko serangan penyakit ditangani
dengan strategi mitigasi untuk mengurangi nilai dampak kerugian yang
ditimbulkan.

Saran
Berdasarkan hasil dari penyusunan strategi penanganan risiko pada bagian
pembahasan, peneliti memberikan saran kepada perusahaan agar mengatasi
sumber risiko umur larva muda dengan cara melakukan pemanenan larva sekitar 7
minggu dari hasil perkawinan induk (hasil monitoring malam), hal tersebut
dilakukan untuk mengurangi peluang terjadinya umur larva muda. Kualitas
sumber daya manusia juga perlu diperhatikan dan diberi pelatihan dalam
penanganan awal penyakit maupun telur pecah, karena selama pengamatan
langsung para teknisi hatchery jarang memperhatikan kondisi kualitas air.
Berdasarkan pengamatan langsung kondisi yang terjadi di lapangan serta
keterbatasan waktu penelitian, sumber risiko yang dijelaskan pada penelitian ini
masih belum menggambarkan secara keseluruhan kegiatan pembenihan (hanya
terbatas pada ruang lingkup penelitian), sumber risiko pada kegiatan pembenihan
arwana super red perlu diukur dari proses pemeliharaan serta pemijahan telur
induk, hal ini dikarenakan pengukuran risiko pada proses tersebut akan
menggambarkan seluruh sumber risiko yang sesuai kenyataan atau kondisi di
lapangan.
Peneliti memiliki saran untuk penelitian selanjutnya agar melakukan
penelitian risiko produksi pembenihan ikan arwana super red dari proses
pengeluaran telur induk dan pengeraman telur induk, agar dapat melihat risiko
fekunditas (jumlah telur yang dikeluarkan) hingga risiko pada hatching rate
(penetasan telur), sehingga risiko kegiatan pembenihan ikan arwana akan
tergambarkan secara keseluruhan.
48

DAFTAR PUSTAKA

Apin. 2004. Memilih Anakan dan Meningkatkan Kualitas Arwana. Jakarta :


AgroMedia Pustaka
[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia.2013. Statistik Produk Domestik Bruta
Indonesia.2013. Jakarta : Badan Pusat Statistik Indonesia
[DKRI] Departemen Kehutanan Republik Indonesia.2009. Statistik Kehutanan
Indonesia 2009. Jakarta : Departemen Kehutanan Republik Indonesia
[DKRI] Departemen Kehutanan Republik Indonesia.2011. Statistik Kehutanan
Indonesia 2011. Jakarta : Departemen Kehutanan Republik Indonesia
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Statistik Volume
Produksi Ikan Arwana 2012. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia
Dewiaji T. 2011. Analisis Risiko Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) Di CV.Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor
[skripsi]. http://repository.ipb.ac.id [diunduh tanggal 24 Februari 2013]
Djohanputro B. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM.
Emillia, SP. 2002. Mengenal Lebih Dekat Arowana si Naga. PT.Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Elton E. J., M. J. Gruber. 1995. Risk Reduction and Portfolio Size: An Analytical
Solution. Journal of Business 50: 415-37.
Hardaker, J. Brian, Raud B.M. Huirne, and Jock R. Anderson, Coping With Risk
in Agriculture, New York: CAB International, 1997.
Harwood, et al 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research and
Analysis. Agricultural Economic Report No. 774. Market and Trade
Economic Division and Resource Economics Division, Economic Research
Service U.S. Department of Agriculture.
Haryani, G.S. & D.S. Said. 2010. Pemetaan Wilayah Penyebaran Plasma Nutfah
Ikan Hias Endemik/Asli Indonesia Berdasarkan Garis Wallacea. Makalah
Semiloka Ikan Hias. Perhimpunan Ikan Hias Indoensia (PIHI) bekerjasama
dengan Dunia Air Tawar (DAT) Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, 21
April 2010. 15 hal
[Kemendag] Kementrian Perdagangan Indonesia. 2012. Data Ekspor & Impor
Indonesia. http://dipen.kemdag.go.id/app_frontend/admin/ researchcorne/
9081376297877.pdf [diunduh tanggal 6 desember 2013]
Kottelat, M., A.J.Whitten, S.N. Kartikasari, & S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air
Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Pariplus Edition (HK) Ltd.
Bekerjasama dengan Proyek EMDI. Kantor Menteri Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta 293 hal (http://aa-
arwana.blogspot.com/2009/05/arwana-si-ikan-naga.html) [diunduh tanggal
11 Maret 2013]
Kountur R. 2006. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola
Risiko Operasional Perusahaan). Jakarta : PPM.
49

Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta:


PPM.
Lestari A. 2009. Manajemen Risiko Dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT.Suri Tani Pemuka, Kabupaten
Serang, Provinsi Banten [skripsi]. http://repository.ipb.ac.id [diunduh
tanggal 16 Mei 2013]
Machmud, Hartono R. 2008. Arwana Super red dan Golden Red. Jakarta :
Penebar Swadaya
PT Arwana Indonesia. 2009. Buku Pintar Memilih dan Merawat Arwana. Jakarta :
AgroMedia Pustaka
Purwitasari A. 2011 Manajemen Risiko Operasional Pada Pemasaran Benih Ikan
Patin PT.Mitra Mina Nusantara di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi].
http://repository.ipb.ac.id [diunduh tanggal 16 Mei 2013]
Rahim M. 2011. Pembenihan dan Pendederan Ikan Arwana Super red di PD Dian
Ardyka, Kalimantan Barat [Tugas Akhir]. Bogor: Program Diploma, jurusan
Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budi daya, Institut Pertanian
Bogor.
Redaksi Flona. 2008. Flona Serial : Buku Pintar Merawat Arowana. PT Gramedia.
Jakarta.
Robison L.J, Barry P.J. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk.
Macmillan Publisher. London.
Silaban F. 2011. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Pada Pt Taufan Fish Farm Di
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. http://repository.ipb.ac.id
[diunduh tanggal 15 Februari 2013]
The International Union for the Conservation of Nature and Natural Resouces
(IUCN) Rreport. 2000. The World Conservation Union on the Effectiveness
of Trade Measures Contained in The Convetion on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora
50

LAMPIRAN
51

Lampiran 1 Matriks berpasangan sumber risiko tiap responden


Hasil penilaian skor sumber risiko oleh direktur perusahaan PD Dian Ardyka
Sumber
A B C D E F G H I
Risiko
A 4 1/3 1/5 1/4 1/3 3 3 1/4
B 1/3 1/4 1/4 1/2 1/3 1/2 1/3
C 1/3 1/3 1/2 2 2 1/2
D 1/3 3 4 5 2
E 4 4 4 2
F 3 4 1/2
G 1/2 1/4
H 1/2
I

Hasil penilaian skor sumber risiko oleh teknisi hatcehry PD Dian Ardyka
Sumber
A B C D E F G H I
Risiko
A 3 1/2 1/3 1/4 1/3 3 3 1/3
B 1/3 1/3 1/2 1/4 1/2 1/2 1/3
C 1/2 1/2 1/2 3 3 1/3
D 1/2 2 4 3 3
E 2 4 4 2
F 3 2 1/3
G 1/2 1/4
H 1/5
I

Hasil penilaian skor sumber risiko oleh agen perantara PD Dian Ardyka
Sumber
A B C D E F G H I
Risiko
A 2 1/2 1/2 1/2 1/2 3 2 1/4
B 1/3 1/3 1/2 1/2 4 1/3 1/2
C 1/2 1/2 1/2 1/2 2 1/2
D 1/2 2 3 3 2
E 1/2 4 3 2
F 2 2 1/2
G 1/2 1/3
H 1/5
I
52

Lampiran 2 Penjumlahan skor total dari data matriks berpasangan tiap responden
Sumber A B C D E F G H I
Risiko
A (4+ 3 + (1/3 + (1/5 + (1/4 + (1/3 + (3 + 3 (3 + 3 (1/4 +
1 2)/3 ½ + ½) 1/3 + ¼+ 1/3 + + 3) / + 2) 1/3 +
/3 ½) / 3 ½) /3 ½) /3 3 /3 ¼) /3
B * (1/3 + (1/4 + (1/4 + (1/2 + (1/3 + (1/2 + (1/3 +
1 1/3 + 1/3 + ½+ ¼+ ½ ½+ 1/3+
1/3)/3 1/3)/3 ½) /3 ½)/3 +4)/3 1/3)/3 ½)/3
C (1/3 + (1/3 + (1/2 + (2 + 3 (2+ 3 (1/2 +
1 ½+ ½+ ½+ + + 2) 1/3 +
½)/3 ½)/3 ½)/3 ½)/3 /3 ½)/3
D (1/3 + (3 + 2 (4 + 4 (5 + 3 (2 + 3
1 ½+ + 2) /3 +3) /3 +3) /3 + 2) /3
½)/3
E (4 + 2 (4 + 4 (4 + (2 + 2
1 + ½) +4) /3 4+3) + 2) /3
/3 /3
F (3 + 3 (4 + 2 (1/2 +
1 +2) /3 +2) /3 1/3 +
1/2) /3
G (1/2 + (1/4 +
1 ½+ ¼+
½) /3 1/3) /3
H (½+
1 1/5 +
1/5) /3
I
1

*Catatan:
Kolom skor yang kosong diisi oleh peneliti didasarkan atas kebalikan hasil
penilaian skor pada kolom matrik total sumber risiko berpasangan. Misal sumber
risiko B yang dibandingkan pada sumber risiko A (baris B, kolom A) diisi
skornya berdasarkan kebalikan penilaian perbandingan sumber risiko A terhadap
sumber risiko B (baris A, kolom B), hasil penilaian skor sumber risiko A terhadap
sumber risiko B(baris A, kolom B) didapat nilai skor sebesar 3, dengan begitu
nilai sumber risiko B terhadap A (baris B, kolom A) akan diisi oleh peneliti
dengan nilai skor sebesar 1/3. Penilaian skor tersebut akan terus dilakukan pada
tiap kolom yang belum terisi sesuai metode pengisian skor yang telah dijelaskan
pada penjelasan sebelumnya.
53

Lampiran 3 Contoh data historis perusahaan dan cara pencatatan data


Tanggal
Jumlah
Tanggal Kolam panen Jumlah Mati Cacat Keterangan
Akhir
larva
04-Jan 3(D) 04-Jan-12 50 0 0 50 Tebar larva hasil
panen
06-Jan 1 (AM) 06-Jan-12 39 0 0 39 Tebar larva hasil
panen
08-Jan 1 (AM) 06-Jan-12 39 9 0 30 Umur benih kelewat
muda (12 hari) tak
bisa adaptasi 9 ekor
mati
10-Jan 4 (E) 10-Jan-12 18 0 0 18 Tebar larva hasil
panen
5 (E) 10-Jan-12 8 0 0 8 Tebar larva hasil
panen
2 (C) 10-Jan-12 8 0 0 8 Tebar larva hasil
panen
11-Jan 2 (C) 10-Jan-12 8 0 1 7 Cacat dayung
12-Jan 3 (D) 04-Jan-12 50 3 0 47 Sakit kembang sisik
13-Jan 5 (E) 10-Jan-12 8 8 0 0 Mati massal, umur
benih 14 hari
14-Jan 5 (D) 14-Jan-12 26 0 0 26 Tebar larva hasil
panen
15-Jan 5 (D) 14-Jan-12 25 7 0 19 Mati massal, umur
benih 9 hari
17-Jan 4 (E) 10-Jan-12 18 1 0 17 Mati kena kembang
sisik
20-Jan 1 (AM) 20-Jan-12 26 0 1 25 Tebar larva hasil
panen + cacat sirip
caudal 1 ekor
2 (D) 20-Jan-12 18 0 0 18 Tebar larva hasil
panen
2 (E) 20-Jan-12 19 0 0 19 Tebar larva hasil
panen
2 (E) 20-Jan-12 18 0 0 18 Tebar larva hasil
panen
2 (E) 20-Jan-12 13 0 0 13 Tebar larva hasil
panen
26-Jan 1 (AM) 20-Jan-12 25 4 0 21 4 ekor mati borok
akibat serangan
bakteri argulus sp

Catatan :
Input larva awal dihitung berdasarkan jumlah larva yang masuk pada bulan
yang sama
Data kematian benih akan dihitung berdasarkan data jumlah kematian larva
awal yang masuk di bulan yang sama. (Contoh : kematian benih di bulan
januari merupakan kematian benih yang terjadi oleh larva awal di bulan
januari, walaupun larva awal yang masuk di bulan januari mengalami kematian
tidak di bulan januari, karena siklus produksi perusahaan satu bulan
pemeliharaan tiap larva masuk ke hatchery).
54

Lampiran 4 Data produksi kegiatan pembenihan PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d
2013
Jumlah
Jumlah larva Jumlah benih Mortalitas
Periode kematian benih
awal (ekor) akhir (ekor) (%)
(ekor)
Januari 2012 243 34 209 13.99
Februari 2012 306 74 234 24.18
Maret 2012 182 74 108 40.66
April 2012 614 297 317 48.37
Mei 2012 373 124 249 33.24
Juni 2012 367 90 277 24.52
Juli 2012 420 99 311 23.57
Agustus 2012 622 188 434 30.23
September 2012 240 70 170 29.17
Oktober 2012 347 129 218 37.18
November 2012 117 26 91 22.22
Desember 2012 437 61 376 13.96
Januari 2013 329 60 269 18.24
Februari 2013 175 6 169 3.43
Maret 2013 90 5 85 5.56
April 2013 378 59 319 15.61
Mei 2013 225 14 211 6.22
Juni 2013 132 18 114 13.64
Juli 2013 232 31 201 13.36
Agustus 2013 606 87 519 14.36
September 2013 203 5 198 2.46
Oktober 2013 280 36 244 12.86
November 2013 128 2 126 1.56
Desember 2013 216 29 187 13.43
Total (ekor) 7262 1618 5636
Rata – rata 303 67 235
(ekor)
55

Lampiran 5 Perhitungan hatching rate pada kegiatan pemijahan induk di PD


Dian Ardyka periode produksi tahun 2013 s.d 2014
Rata-rata
Larva Jumlah induk Fekunditas
jumlah larva
yang yang telur per Hatching
Periode yang
dihasilkan menghasilkan induk rate (%)*
dihasilkan per
(ekor) larva (ekor) (ekor)
induk (ekor)
Januari 2012 243 11 22 40 55.23
Februari 2012 306 11 28 40 69.55
Maret 2012 182 9 20 40 50.56
April 2012 614 23 27 40 66.74
Mei 2012 373 13 29 40 71.73
Juni 2012 367 13 28 40 70.58
Juli 2012 420 15 28 40 70.00
Agustus 2012 622 20 31 40 77.75
September 2012 240 10 24 40 60.00
Oktober 2012 347 11 32 40 78.86
November 2012 117 5 23 40 58.50
Desember 2012 437 18 24 40 60.69
Januari 2013 329 14 24 40 58.75
Februari 2013 175 6 29 40 72.92
Maret 2013 90 3 30 40 75.00
April 2013 378 15 25 40 63.00
Mei 2013 225 9 25 40 62.50
Juni 2013 132 6 22 40 55.00
Juli 2013 232 8 29 40 72.50
Agustus 2013 606 18 34 40 84.17
September 2013 203 5 41 40 101.50
Oktober 2013 280 11 25 40 63.64
November 2013 128 5 26 40 64.00
Desember 2013 216 7 31 40 77.14
Total 1640.30
Rata-rata 68.35

*Catatan :
Perhitungan hatching rate didapat dari hasil perbandingan antara rata-rata larva
yang dihasilkan per induk dengan fekunditas telur per induk. Nilai fekunditas
telur ditentukan berdasarkan fekunditas normal tiap induk berkisar antara 40 -60
telur per induk ikan arwana (Apin,2004; Machmud & Hartono, 2008; PT Arwana
Indonesia, 2009). Nilai fekunditas normal induk arwana diambil yang paling
terendah yaitu sebesar 40 biji telur per induk.
56

Lampiran 6 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber


risiko umur larva muda di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013

Jumlah benih arwana


Larva awal Mortalitas
Periode mati akibat umur larva
(ekor) (%)
muda (ekor)
Januari 2012 24 243 9.88
Februari 2012 21 306 6.86
Maret 2012 40 182 21.98
April 2012 203 614 33.06
Mei 2012 74 373 19.84
Juni 2012 27 367 7.36
Juli 2012 28 420 6.67
Agustus 2012 19 622 3.05
September 2012 34 240 14.17
Oktober 2012 43 347 12.39
November 2012 0 117 0
Desember 2012 22 437 5.03
Januari 2013 11 329 3.34
Februari 2013 0 175 0
Maret 2013 0 90 0
April 2013 4 378 1.06
Mei 2013 0 225 0
Juni 2013 6 132 4.55
Juli 2013 19 232 8.19
Agustus 2013 16 606 2.64
September 2013 5 203 2.46
Oktober 2013 0 280 0
November 2013 0 128 0
Desember 2013 5 216 2.31
Total (%) 164.84
Rata-rata (%) 6.87
Standar deviasi 8.31
Batas normal / N 5.00
mortalitas benih (%)*
Z -0.23
Nilai pada tabel Z 0.4090
Probabilitas Risiko (%) 40.90

*Catatan :
Nilai batas normal mortalitas benih per bulan akibat umur larva muda didapat dari
hasil perbandingan antara jumlah kematian benih akibat umur benih muda yang
ditoleransi perusahaan sebesar 15 ekor per bulan (hasil wawancara) dengan rata -
rata jumlah larva awal yang dipelihara sebesar 303 ekor per bulan (Lampiran 1),
sehingga nilai batas normal mortalitas umur larva muda sebesar 5 persen.
57

Lampiran 7 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber


risiko serangan penyakit di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013

Jumlah benih arwana


Larva awal Mortalitas
Periode mati akibat serangan
(ekor) (%)
penyakit (ekor)
Januari 2012 9 243 3.70
Februari 2012 10 306 3.26
Maret 2012 5 182 2.74
April 2012 15 614 2.44
Mei 2012 15 373 4.02
Juni 2012 25 367 6.81
Juli 2012 39 420 9.28
Agustus 2012 89 622 14.30
September 2012 14 240 5.83
Oktober 2012 50 347 14.41
November 2012 26 117 22.22
Desember 2012 20 437 4.57
Januari 2013 18 329 5.47
Februari 2013 5 175 2.86
Maret 2013 3 90 3.33
April 2013 21 378 5.56
Mei 2013 5 225 2.22
Juni 2013 8 132 6.06
Juli 2013 7 232 3.02
Agustus 2013 14 606 2.31
September 2013 0 203 0
Oktober 2013 17 280 6.07
November 2013 2 128 1.56
Desember 2013 7 216 3.24
Total (%) 135.33
Rata-rata (%) 5.63
Standar deviasi 4.98
Batas normal / N 3.33
mortalitas benih (%)*
Z -0.47
Nilai pada tabel Z 0.3192
Probabilitas Risiko (%) 31.92

*Catatan :
Nilai batas normal mortalitas benih per bulan akibat serangan penyakit didapat
dari hasil perbandingan antara jumlah kematian benih akibat serangan penyakit
yang ditoleransi perusahaan sebesar 10 ekor per bulan (hasil wawancara) dengan
rata - rata jumlah larva awal yang dipelihara sebesar 303 ekor per bulan
(Lampiran 1), sehingga nilai batas normal mortalitas serangan penyakit sebesar
3.33 persen.
58

Lampiran 8 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko


cacat/afkir di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013

Jumlah benih arwana


Benih Awal Mortalitas
Periode mati akibat cacat/afkir
(Ekor) (%)
(ekor)
Januari 2012 1 243 0.41
Februari 2012 12 306 3.92
Maret 2012 17 182 9.34
April 2012 35 614 5.70
Mei 2012 20 373 5.36
Juni 2012 25 367 6.81
Juli 2012 25 420 5.95
Agustus 2012 22 622 3.53
September 2012 2 240 0.83
Oktober 2012 0 347 0
November 2012 0 117 0
Desember 2012 19 437 4.34
Januari 2013 31 329 9.42
Februari 2013 1 175 0.57
Maret 2013 0 90 0
April 2013 15 378 3.97
Mei 2013 2 225 0.88
Juni 2013 4 132 3.03
Juli 2013 5 232 2.15
Agustus 2013 27 606 4.45
September 2013 0 203 0
Oktober 2013 15 280 5.36
November 2013 0 128 0
Desember 2013 11 216 5.09
Total (%) 81.16
Rata-rata (%) 3.38
Standar deviasi 2.93
Batas normal / N 1.70
mortalitas (%)*
Z -0.57
Nilai pada tabel Z 0.2843
Probabilitas Risiko (%) 28.43

*Catatan :
Nilai batas normal mortalitas benih per bulan akibat cacat/afkir didapat dari hasil
perbandingan antara jumlah kematian benih akibat cacat/afkir yang ditoleransi
perusahaan sebesar 5 ekor per bulan (hasil wawancara) dengan rata - rata jumlah
larva awal yang dipelihara sebesar 303 ekor per bulan (Lampiran 1), sehingga
nilai batas normal mortalitas cacat/afkir sebesar 1.70 persen.
59

Lampiran 9 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko


telur pecah di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013

Jumlah benih arwana Benih Awal Mortalitas


Periode mati akibat telur pecah (ekor)
(ekor)
Januari 2012 0 243 0
Februari 2012 31 306 10.13
Maret 2012 12 182 6.59
April 2012 44 614 7.16
Mei 2012 15 373 4.02
Juni 2012 13 367 3.54
Juli 2012 7 420 1.67
Agustus 2012 58 622 9.32
September 2012 20 240 8.33
Oktober 2012 36 347 10.37
November 2012 0 117 0
Desember 2012 0 437 0
Januari 2013 0 329 0
Februari 2013 0 175 0
Maret 2013 0 90 0
April 2013 19 378 5.02
Mei 2013 7 225 3.11
Juni 2013 0 132 0
Juli 2013 0 232 0
Agustus 2013 30 606 4.95
September 2013 0 203 0
Oktober 2013 4 280 1.43
November 2013 0 128 0
Desember 2013 6 216 2.78
Total (%) 78.45
Rata-rata (%) 3.27
Standar deviasi 3.65
Batas normal / N 2.60
mortalitas benih (%)*
Z -0.18
Nilai pada tabel Z 0.4286
Probabilitas Risiko (%) 42.86

*Catatan :
Nilai batas normal mortalitas benih per bulan akibat telur pecah didapat dari hasil
perbandingan antara jumlah kematian benih akibat telur pecah yang ditoleransi
perusahaan sebesar 8 ekor per bulan (hasil wawancara) dengan rata - rata jumlah
larva awal yang dipelihara sebesar 303 ekor per bulan (Lampiran 1), sehingga
nilai batas normal mortalitas telur pecah sebesar 2.60 persen.
60

Lampiran 10 Perhitungan VaR dari sumber risiko umur benih yang muda di PD
Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013

Jumlah benih arwana Hrga jual Kerugian (Rp)


Periode mati akibat umur (Rp/ekor)
benih muda (ekor)
Januari 2012 24 2 500 000 60 000 000
Februari 2012 21 2 500 000 52 500 000
Maret 2012 40 2 500 000 100 000 000
April 2012 203 2 500 000 507 500 000
Mei 2012 74 2 500 000 185 000 000
Juni 2012 27 2 500 000 67 500 000
Juli 2012 28 2 500 000 70 000 000
Agustus 2012 19 2 500 000 47 500 000
September 2012 34 2 500 000 85 000 000
Oktober 2012 43 2 500 000 107 500 000
November 2012 0 2 500 000 0
Desember 2012 22 2 500 000 55 000 000
Januari 2013 11 2 300 000 25 300 000
Februari 2013 0 2 300 000 0
Maret 2013 0 2 300 000 0
April 2013 4 2 300 000 92 000 000
Mei 2013 0 2 300 000 0
Juni 2013 6 2 300 000 13 800 000
Juli 2013 19 2 300 000 43 700 000
Agustus 2013 16 2 300 000 36 800 000
September 2013 5 2 300 000 11 500 000
Oktober 2013 0 2 300 000 0
November 2013 0 2 300 000 0
Desember 2013 5 2 300 000 11 500 000
Total 1 489 300 000
Rata-rata (Rp) 62 054 167
Standar deviasi 105 022 270.8
Nilai Z (A=5%) 1.645
VaR (Rp) 97 318 988
61

Lampiran 11 Perhitungan VaR dari sumber risiko serangan penyakit di PD Dian


Ardyka tahun 2012 s.d 2013

Jumlah benih arwana


Harga jual
Periode mati akibat serangan Kerugian (Rp)
(Rp/ekor)
penyakit (ekor)
Januari 2012 9 2 500 000 22 500 000
Februari 2012 10 2 500 000 25 000 000
Maret 2012 5 2 500 000 12 500 000
April 2012 15 2 500 000 37 500 000
Mei 2012 15 2 500 000 37 500 000
Juni 2012 25 2 500 000 62 500 000
Juli 2012 39 2 500 000 97 500 000
Agustus 2012 89 2 500 000 222 500 000
September 2012 14 2 500 000 35 000 000
Oktober 2012 50 2 500 000 125 000 000
November 2012 26 2 500 000 65 000 000
Desember 2012 20 2 500 000 50 000 000
Januari 2013 18 2 300 000 41 400 000
Februari 2013 5 2 300 000 11 500 000
Maret 2013 3 2 300 000 6 900 000
April 2013 21 2 300 000 48 300 000
Mei 2013 5 2 300 000 11 500 000
Juni 2013 8 2 300 000 18 400 000
Juli 2013 7 2 300 000 16 100 000
Agustus 2013 14 2 300 000 32 200 000
September 2013 0 2 300 000 0
Oktober 2013 17 2 300 000 39 100 000
November 2013 2 2 300 000 4 600 000
Desember 2013 7 2 300 000 16 100 000
Total 1 038 600 000
Rata-rata (Rp) 43 275 000
Standar deviasi 48 207 470.56
Nilai Z (A=5%) 1.645
VaR (Rp) 59 462 308
62

Lampiran 12 Perhitungan VaR dari sumber risiko cacat/afkir di PD Dian Ardyka


tahun 2012 s.d 2013

Jumlah benih arwana


Harga jual
Periode mati akibat Kerugian (Rp)
(Rp/ekor)
cacat/afkir (ekor)
Januari 2012 1 2 500 000 2 500 000
Februari 2012 12 2 500 000 30 000 000
Maret 2012 17 2 500 000 42 500 000
April 2012 35 2 500 000 87 500 000
Mei 2012 20 2 500 000 50 000 000
Juni 2012 25 2 500 000 62 500 000
Juli 2012 25 2 500 000 62 500 000
Agustus 2012 22 2 500 000 55 000 000
September 2012 2 2 500 000 5 000 000
Oktober 2012 0 2 500 000 0
November 2012 0 2 500 000 0
Desember 2012 19 2 500 000 47 500 000
Januari 2013 31 2 300 000 71 300 000
Februari 2013 1 2 300 000 2 300 000
Maret 2013 0 2 300 000 0
April 2013 15 2 300 000 34 500 000
Mei 2013 2 2 300 000 4 600 000
Juni 2013 4 2 300 000 9 200 000
Juli 2013 5 2 300 000 11 500 000
Agustus 2013 27 2 300 000 62 100 000
September 2013 0 2 300 000 0
Oktober 2013 15 2 300 000 34 500 000
November 2013 0 2 300 000 0
Desember 2013 11 2 300 000 25 300 000
Total 700 300 000
Rata-rata (Rp) 29 179 167
Standar deviasi 27 785 951.71
Nilai Z (A=5%) 1.645
VaR (Rp) 38 509 251
63

Lampiran 13 Perhitungan VaR dari sumber risiko telur pecah di PD Dian Ardyka
tahun 2012 s.d 2013

Jumlah benih arwana


Harga jual
Periode mati akibat telur Kerugian (Rp)
(Rp/ekor)
pecah (ekor)
Januari 2012 0 2 500 000 0
Februari 2012 31 2 500 000 77 500 000
Maret 2012 12 2 500 000 30 000 000
April 2012 44 2 500 000 110 000 000
Mei 2012 15 2 500 000 37 500 000
Juni 2012 13 2 500 000 32 500 000
Juli 2012 7 2 500 000 17 500 000
Agustus 2012 58 2 500 000 145 000 000
September 2012 20 2 500 000 50 000 000
Oktober 2012 36 2 500 000 90 000 000
November 2012 0 2 500 000 0
Desember 2012 0 2 500 000 0
Januari 2013 0 2 300 000 0
Februari 2013 0 2 300 000 0
Maret 2013 0 2 300 000 0
April 2013 19 2 300 000 43 700 000
Mei 2013 7 2 300 000 16 100 000
Juni 2013 0 2 300 000 0
Juli 2013 0 2 300 000 0
Agustus 2013 30 2 300 000 69 000 000
September 2013 0 2 300 000 0
Oktober 2013 4 2 300 000 9 200 000
November 2013 0 2 300 000 0
Desember 2013 6 2 300 000 13 800 000
Total 741 800 000
Rata-rata (Rp) 30 908 333
Standar deviasi 40 473 919.85
Nilai Z (A=5%) 1.645
VaR (Rp) 44 498 837
64

Lampiran 14 Foto yang berkaitan dengan penelitian

Gambar 1 Peneliti (baju


biru-kanan)
dengan Direktur
perusahaan (baju
hijau-kanan)

Gambar 2 dan 3 Kolam induk PD Dian Ardyka

Gambar 4 Umur benih muda Gambar 5 Telur pecah

Gambar 6 Benih mati Gambar 7 Cacat mata dan


dibekukan tubuh bengkok
65

Gambar 8 dan 9 Obat-obatan yang digunakan di perusahaan


66

Lampiran 15 Alur produksi benih ikan arwana super red di PD Dian Ardyka

Pengkarantinaan induk Pemeliharaan induk

Pemanenan larva Monitoring malam

Hasil pemanenan larva Larva dipelihara hingga


dibawa ke hatchery ukuran 7- 9 cm
67

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ibu Kota Jakarta, pada tanggal 17 Desember 1990.


Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis merupakan anak
dari pasangan bapak Drs. H. Inayatullah dan ibu Sufitri. Penulis mengawali
pendidikan formal di TK. Al – Husna selama 2 tahun (1994 – 1996). Tahun 2002
penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Palsigunug Depok,
kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 8 Depok selama tiga tahun
(2002 – 2005), selanjutnya penulis meneruskan pendidikan di SMA Negeri 58
Jakarta dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima
sebagai mahasiswa Diploma III pada program keahlian Teknologi Produksi dan
Manajemen Perikanan Budidaya, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur USMI. Lulus dari program Diploma IPB tahun 2011,
kemudian melanjutkan ke jenjang S1 melalui Program Alih Jenis S1 Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Tahun 2011).
Penulis pernah mendapatkan penghargaan akademik, diantaranya :
Peringkat 10 Siswa Lulusan Terbaik SMP N 8 Depok (2005) dan Penghargaan
Olimpiade Sains Nasional bidang Astronomi Tingkat Pelajar SMA (2007).
Penulis aktif dalam keorganisasian di sekolah maupun kampus, diantaranya :
Menjadi Wakil Ketua OSIS SMP periode 2003-2004, menjadi Anggota OSIS
SMA Bidang Ketuhanan Yang Maha Esa periode 2005-2006, menjadi Kepala
Koordinator OSIS SMA Bidang Ketuhanan Yang Maha Esa periode 2006-2007,
menjadi Magang Anggota BEM Diploma IPB Departemen Sosial dan Politik
Kabinet Diploma Bersatu periode 2007-2008, menjadi Anggota BEM Diploma
IPB Departemen Sosial dan Hubungan Masyarakat Kabinet Persatuan Perjuangan
periode 2008-2009, dan terakhir menjadi Kepala Departemen Kesejahteraan
Mahasiswa BEM Diploma IPB Kabinet Generasi Muda Periode 2009-2010. Di
tahun 2012 s.d 2013 penulis sering menjadi pembawa acara dalam kegiatan-
kegiatan perkumpulan yang diselenggarakan Departemen Agribisnis dan Fakultas
Ekonomi dan Manajemen IPB.

Anda mungkin juga menyukai