Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red Di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.
Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red Di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.
MUZAKIR RAHIM
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN SKRIPSI DAN MENGENAI SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red di PD Dian Ardyka, Pontianak,
Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Muzakir Rahim
NIM H34114033
ABSTRAK
MUZAKIR RAHIM. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super
red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh NETTI
TINAPRILA.
Sektor perikanan memberikan kontribusi yang penting dalam perekonomian
Indonesia, salah satu contohnnya adalah peningkatan volume ekspor ikan hias
perikanan ikan hias dalam peningkatan pertumbuhan nilai produk domestik
bruto Indonesia. Arwana super red adalah salah satu jenis ikan hias yang masuk
ke dalam komoditi ekspor ikan hias Indonesia tersebut. Komoditi arwana super
red mengalami fluktuasi produksi ditiap tahunnya, hal tersebut menunjukan
bahwa terdapat risiko dalam usaha budi daya arwana super red. Risiko budi
daya arwana super red tersebut juga dihadapi oleh kegiatan pembenihan PD
Dian Ardyka yang merupakan salah satu perusahaan ekspor arwana terbesar di
Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah mencari strategi penanganan sumber
risiko yang tepat dalam produksi benih arwana di PD Dian Ardyka, dengan cara
mengidentifikasi sumber risiko, menganalisis probabilitas sumber risiko,
menganalisis dampak risiko, menganalisis status risiko, dan pembuatan peta
risiko. Hasil penelitian menjelaskan bahwa perusahaan menghadapi kendala
pada umur benih yang muda, serangan penyakit, benih cacat, dan telur pecah
pada benih. Alternatif strategi yang diusulkan dalam menangani sumber risko
tersebut menggunakan pendekatan strategi preventif dan mitigasi.
Keyword : arwana, sumber risiko, strategi
ABSTRACT
MUZAKIR RAHIM
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di
PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.
Nama : Muzakir Rahim
NIM : H34114033
Disetujui oleh,
Diketahui oleh,
Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di
PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.
Nama : Muzakir Rahim
NIM : H34114033
Disetujui oleh,
Pembimbing
Diketahui oleh,
MS
Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 hingga Januari 2014
ini adalah Analisis Risiko Produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi
Pembenihan Ikan Arwana Super red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan
Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir.Netti Tinaprila, MM
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ardyka
Anggriawan B.B.E.ST dari PD Dian Ardyka selaku direktur dan pemilik
perusahaan, yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda, serta seluruh
saudara dan keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi pembenihan
yang dihadapi PD Dian Ardyka. Analisis risiko produksi juga dilakukan dengan
memberikan alternatif strategi penanganan risiko yang sesuai dengan keadaan
perusahaan.
Segala upaya dan kerja keras dengan optimal telah dilakukan dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak.
Muzakir Rahim
NIM H34114033
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Ikan Arwana Super Red 8
Sumber – Sumber Risiko 9
Metode Analisis Risiko 10
Strategi Pengelolaan Risiko 11
KERANGKA PEMIKIRAN 12
Kerangka Pemikiran Teoritis 12
Konsep Risiko dan Ketidakpastian 13
Sumber – Sumber Risiko 13
Pengukuran Risiko 14
Pemetaan Risiko 15
Strategi Penanganan Risiko 16
Kerangka Pemikiran Operasional 19
METODE PENELITIAN 21
Lokasi Dan Waktu Penelitian 21
Data dan Sumber Data 21
Metode Pengumpulan Data 21
Metode Analisis Data 22
Analisis Kuantitatif 22
Analisis Manajemen Risiko 26
HASIL DAN PEMBAHASAN 27
Gambaran Umum Perusahaan 27
Lokasi Perusahaan 29
Organisasi dan Ketenagakerjaan 29
Proses Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red 30
Pemeliharaan Induk 30
Pemanenan larva/benih 32
Pemeliharaan Benih 32
Analisis Risiko Produksi Pembenihan Arwana Super red 33
Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber Risiko 33
Analisis Probabilitas 38
Analisis Dampak Kerugian Sumber Risiko 40
Pemetaaan Risiko 42
Strategi Penanganan Risiko 44
SIMPULAN DAN SARAN 46
Simpulan 46
Saran 47
DAFTAR PUSTAKA 48
LAMPIRAN 50
DAFTAR TABEL
1 Nilai Produk Domestik Bruto nasional pada sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan berdasarkan harga berlaku tahun
2010-2012 1
2 Jumlah produksi pada kegiatan budi daya dan penangkapan ikan di
Indonesia tahun 2007-2011 2
3 Pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011-2012 3
4 Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko 22
5 Ketenagakerjaan PD Dian Ardyka tahun 2014 30
6 Hasil analisis perbandingan berpasangan sumber risiko PD Dian
Ardyka 36
7 Data produksi PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013 38
8 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko PD Dian Ardyka 39
9 Hasil perhitungan dampak risiko (VaR) di PD Dian Ardyka 41
10 Hasil perhitungan status risiko di PD Dian Ardyka 42
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005
(ekor) 4
2 Grafik mortalitas benih arwana di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d
2013 6
3 Peta Risiko 16
4 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan 17
5 Kerangka Pemikiran Operasional 20
6 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif) 26
7 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi) 27
8 Hasil pemetaan risiko di PD Dian Ardyka 43
9 Pemetaan strategi preventif sumber risiko di PD Dian Ardyka 45
10 Pemetaan strategi mitigasi sumber risiko di PD Dian Ardyka 46
LAMPIRAN
Latar Belakang
Nilai rata-rata pertumbuhan PDB per tahun pada sektor perikanan lebih
tinggi dibandingkan nilai rata-rata pertumbuhan PDB pada sektor pertanian
lainnya, dengan angka rata-rata pertumbuhan mencapai 13.17 persen per
tahunnya. Pertumbuhan nilai PDB tersebut didukung sebagian besar oleh
peningkatan produksi pada dua sektor perikanan ikan konsumsi, yakni sektor
perikanan tangkap dan sektor perikanan budi daya. Pertumbuhan produksi sektor
perikanan tangkap mengalami pertumbuhan produksi rata-rata sebanyak 6.13
persen pertahunnya sedangkan pertumbuhan produksi pada perikanan budi daya
mengalami peningkatan produksi rata-rata sebesar 26.30 persen per tahunnya.
Penjelasan tersebut dapat dilihat pada tabel 2 peningkatan produksi pada kegiatan
sektor perikanan budi daya dan sektor perikanan tangkap di Indonesia dari tahun
2007-2011.
2
Tabel 2 Jumlah produksi pada kegiatan budi daya dan penangkapan ikan di Indonesia
tahun 2007-2011
Kenaikan
Jenis Produksi
2007 2008 2009 2010 2011 rata-rata
(Ton)
(%/)
Budi daya 3 193 565 3 855 200 4 708 563 6 277 924 7 928 963 26.30
Penangkapan 5 044 737 5 003 115 5 107 971 5 834 418 5 714 271 6.13
Total 8 238 302 8 858 315 9 816 534 11 662 342 13 643 234 16.99
Sumber : DKP (2012), diolah
Pertumbuhan nilai PDB Indonesia pada sektor perikanan didukung juga oleh
pertumbuhan produksi pada sektor perikanan ikan hias di Indonesia. Volume
ekspor ikan hias mencapai peningkatan hingga 11.56 persen pada tahun 2007-
2012 (DKP, 2012). Peningkatan tersebut didukung oleh beberapa faktor
pendukung, seperti luasan areal perairan serta iklim di Indonesia. Luasan perairan
Indonesia sebesar 3.257.483 km2, dari luas areal perairan tersebut terdapat
beranekaragam jenis-jenis ikan hias asli Indonesia yang mencapai ratusan species
akibat oleh iklim tropis di Indonesia. Sebagian besar species ikan hias asli
Indonesia banyak diminati oleh para hobiis dalam negeri maupun luar negeri
karena memiliki keunikan warna dan bentuk tubuh yang indah. Beberapa jenis
ikan hias asli Indonesia yang banyak diminati di pasaran nasional maupun
internasional yaitu ikan arwana, ikan botia, ikan Pelangi (dari Sulawesi/Genus
Telmatherina) dan dari Irian (Genus Melanotaenia). Jenis - jenis tersebut
merupakan ikan asli Indonesia dan bersifat endemik (Kottelat, et al.,1993; Allen,
1995).
Salah satu pendukung pertumbuhan produksi ikan hias di Indonesia lainnya
adalah tingkat permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap ikan hias Indonesia.
Tingkat permintaan pasar ikan hias Indonesia dapat diukur dari laju pertumbuhan
nilai ekspor total ikan hias di Indonesia. Nilai ekspor total ikan hias yang diterima
Indonesia pada tahun 2012 sebesar 21.02 juta US$, nilai ini mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 19.90 juta US$ dengan
persentase peningkatan nilai total ekspor ikan hias mencapai 5.63 persen. Hong
Kong SAR, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura merupakan negara-negara
yang memberikan nilai kontribusi tinggi pada nilai ekspor total ikan hias
Indonesia tersebut. Nilai kontribusi yang diberikan pada masing-masing negara
tersebut antara lain, Hongkong SAR memberikan kontribusi sebesar 3.73 juta
US$, Amerika serikat sebesar 2.68 juta US$, Jepang sebesar 2.40 juta US$, dan
Singapura sebesar 2.4 juta US$. Peningkatan nilai ekspor ikan hias Indonesia
hampir terjadi pada seluruh negara tujuan ekspor ikan hias Indonesia pada periode
tahun 2011-2012, kecuali negara Malaysia, Kanada, dan China yang mengalami
penurunan nilai terhadap ekspor ikan hias Indonesia. Peningkatan persentase nilai
ekspor terhadap beberapa tujuan ekspor ikan hias tersebut mengindikasikan
terdapat peningkatan permintaan ikan hias asli Indonesia yang menjadikan
peluang bisnis atau memunculkan prospek bagi usaha ikan hias asli Indonesia,
sehingga terjadi pertumbuhan produksi yang cukup pesat pada komoditas ikan
hias di Indonesia. Penjelasan uraian di atas dapat dilihat pada tabel 3 tentang
pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011 -2012.
3
Ikan arwana super red adalah salah satu spesies ikan asli Indonesia yang
diminati oleh pasar internasional dan menjadi salah satu komoditi yang
memberikan kontribusi pada nilai ekspor ikan hias di Indonesia pada penjelasan
tabel di atas. Tingginya minat dan nilai ekonomis yang diberikan para hobiis
terhadap jenis ikan arwana super red dilihat pada ciri khas dari ikan tersebut,
seperti sisik di sekujur tubuh bewarna merah dengan dasar kuning emas
berkilauan, sisik metalik berhias cincin berkelir emas, warna sirip dayung dan
ekor bewarna merah cerah. (Flona, 2008).
Ikan arwana super red adalah ikan endemik yang hidup pada tepian sungai
yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau, dan entangis. Di
Kalimantan Barat, ikan arwana super red banyak dijumpai di Kabupaten Kapuas
Hulu Kecamatan Slimbau dan danau Sentarum1. Jenis ikan ini adalah jenis ikan
yang dilindungi undang-undang (berdasarkan SK Menteri Pertanian
No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988, Instruksi
Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri Kehutanan
No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999) dan masuk dalam Appendix I
CITIES 2 yang merupakan perjanjian international tentang pengaturan
perdagangan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar serta produk-produknya.
Perjanjian ini didirikan tahun 1973 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1975,
oleh karena itu perdagangan ikan arwana super red tidak boleh berasal dari
penangkapan tetapi harus dari hasil budi daya dan penangkaran.
Pembudidayaan atau penangkaran ikan arwana super red sudah mulai marak
dilakukan di berbagai daerah Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena teknologi
penanganan produksi yang relatif mudah serta kelangsungan hidup yang tinggi
hingga mencapai 90-100 persen (Emillia, 2002), serta memberikan keuntungan
yang cukup tinggi pada pembudidaya ikan hias, karena satu anakan ikan arwana
1
http://aaarwana..blogspot.com/2009/05/arwana-si-ikan-naga.html
2
The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna
4
super red dengan ukuran 7 cm dapat dihargai sekitar 3 juta rupiah di pasaran
internasional.
Salah satu provinsi yang menjadi pusat atau sentra produksi dari kegiatan
penangkaran ikan arwana super red tersebut adalah provinsi Kalimantan Barat.
Diakhir tahun 2010, telah tecatat sebanyak 89 perusahaan penangkar yang
diizinkan melakukan aktivitas perdagangan ikan arwana (Departemen Kehutanan,
2011). Jumlah angka perusahaan penangkar ikan tersebut masih lebih banyak dari
jumlah perusahaan penangkar ikan di provinsi lainnya.
Kegiatan penangkaran ikan arwana super red terbagi atas tiga kegiatan
produksi seperti pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Perusahaan
penangkaran yang ada di Kalimantan Barat melakukan seluruh rangkaian ketiga
proses produksi tersebut dalam satu areal perusahaan. Kegiatan pembenihan
merupakan kegiatan yang terdiri dari proses pemijahan alami ikan arwana,
pemanenan telur, hingga proses pemeliharaan benih dengan ukuran 7-9 cm.
Dilanjutkan dengan kegiatan pendederan yang memeliharan benih dari ukuran 9
cm sampai dengan 15 cm, dan terakhir melakukan kegiatan pembesaran atau
kegiatan penyediaan induk yang dimulai pada saat ikan berumur kurang lebih 1.5
tahun hingga 15 tahun atau batas umur produktifnya (Rahim, 2011).
Kegiatan pembenihan ikan arwana super red memiliki fluktuasi survival
rate (derajat kelansungan hidup) pada tiap tingkatan ukurannya, benih ukuran 7
cm memiliki kisaran survival rate sebesar 50-60 persen dan ukuran 9 cm memiliki
kisaran survival rate sebesar 35-85 persen, sedangkan kegiatan pembesaran
memiliki kisaran fluktuasi survival rate sebesar 90-95 persen (Apin , 2004;
Machmud & Hartono 2008; PT Arwana Indonesia, 2009). Data fluktuasi survival
rate pada tiap tingkatan ukuran menunjukan bahwa kegiatan pembenihan
merupakan kegiatan yang memiliki risiko tertinggi akbiat terdapat banyaknya
fluktuasi survival rate yang terjadi dibandingkan survival rate yang terjadi dalam
kegiatan pembesaran ikan arwana.
Hasil penjualan dari kegiatan pembenihan ikan arwana super red selalu
mengalami perubahan jumlah penjualan ikan arwana tiap tahunnya. Berikut
adalah gambar 1 dari data jumlah ekspor penjualan benih ikan hias arwana super
red.
120000
100000 99381
91666
Jumlah Ekspor
80000 76919
60000 Ekspor Ikan Arwana
52968
40000 38296
20000
0
2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Gambar 1 Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005 (ekor)
Sumber : Departemen Kehutanan tahun 2009
5
Rumusan Masalah
Gambar 2 Grafik mortalitas benih arwana di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
PD Dian Ardyka memiliki usaha di bidang usaha ikan arwana super red,
golden arwana, banjar red, dan hijau arwana. Komoditas yang dikaji pada
penelitian ini adalah ikan arwana super red. Penelitian ini mengkaji risiko
produksi ikan arwana super red, khusus pada kegiatan produksi ikan yang hanya
mencakup pada tahap pembenihan.
Perhitungan analisis risiko produksi pembenihan yang diteliti hanya
meliputi bagian proses produksi yang dimulai dari pemanenan telur/benih hingga
ke proses pemeliharaan benih. Pemberian ruang lingkup penelitian dilakukan
karena keterbatasan alat serta waktu penelitian.
8
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan arwana super red merupakan ikan yang hidup di sungai dengan dasar
berbatu-batu, danau, rawa dan perairan umum pada kondisi arus sedang atau
lambat, dan juga mampu hidup di perairan yang sedikit asam (pH 4-6). Arwana
mempunyai kebiasaan menjaga anaknya dalam mulut (mouth breeder) dalam fase
pengembangbiakkan. Fekunditas telur dari arwana berkisar antara 20-60 butir,
banyaknya telur pada arwana berkaitan dengan bobot serta umur pada indukan.
Pengeraman telur dalam mengasuh anakan arwana berlangsung antara 1-2 bulan.
Anakan arwana mempunyai kuning telur yang akan diserap sebagai makanan
dalam waktu 1 bulan sampai ukuran 6-7 cm, setelah itu dilepas induknya karena
dianggap sudah dapat mencari mangsa sendiri. Arwana dewasa dikenal hidup
menyendiri dan agresif menyerang untuk berkelahi. Arwana aktif berenang di
permukaan air pada malam hari untuk mencari mangsa, sedangkan pada siang hari
cenderung tinggal di dasar perairan. Makanan arwana dapat berupa serangga, ikan
kecil, udang-udangan (crustacea), dan tanaman air. Penyebaran arwana super
red, endemik hanya ada di Kalimantan Barat, terdapat di Kapuas Hulu (Sungai
9
yang banyak ditemui dalam bidang perikanan adalah kondisi perubahan cuaca
atau iklim yang tidak menentu, serangan penyakit dan hama, kualitas pasokan
benih ikan yang kurang baik, serta kualitas sumber daya manusia atau tenaga
kerja yang buruk (Silaban, 2011; Dewiaji, 2011; dan Lestari, 2009). Salah satu
sumber acuan lainnya menjelaskan, bahwa sumber risiko yang ditemui dalam
kegiatan usaha budi daya adalah risiko alam, risiko sumber daya manusia, risiko
teknologi, dan risiko proses (Purwitasari, 2011).
Melihat rujukan penelitian terdahulu tersebut, peneliti berpendapat bahwa
masih ada sumber risiko lainnya yang terdapat dalam kegiatan budi daya
perikanan selain perubahan cuaca, kualitas air, serangan penyakit, kualitas SDM,
dan kualitas benih, sumber risiko lainnya tersebut dapat berupa kualitas pakan
serta kualitas indukan. Peneliti berpendapat bahwa pakan yang baik akan
memberikan nutrisi yang sehat pada ikan, sehingga metabolisme dan produksi
pada ikan dapat berjalan dengan baik, hal tersebut menciptakan bobot dan jumlah
telur yang maksimal. Kualitas induk perlu dijadikan sumber risiko karena kualitas
merupakan kunci dari keberhasilan dalam menciptakan kualitas benih ikan yang
baik, sehingga kualitas induk menjadi risiko sendiri dalam kegiatan budi daya
perikanan.
Semua sumber risiko tersebut dapat terjadi dalam kegiatan penelitian risiko
produksi pembenihan ini, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sumber
risiko yang terjadi terdapat sumber risiko yang baru dan belum dijelaskan pada
penjelasan sebelumnya. Penentuan prioritas sumber risiko yang dilakukan pada
penelitian ini menggunakan analisis perbandingan berpasangan (pairwise
comparison) yang diadopsi dari manajemen strategi, analisis ini dilakukan untuk
membandingan salah satu sumber risiko dengan sumber yang lainnya, hal ini
dilakukan karena peneliti menyadari bahwa kemungkinan data historis yang
didapat belum mampu menjelaskan semua peristiwa risiko/sumber risiko secara
keseluruhan yang terjadi di perusahaan, sehingga dengan dilakukannya uji analisis
perbandingan tersebut dapat mengatasi permasalahan kurang akuratnya data
histosris yang didapat.
KERANGKA PEMIKIRAN
Risiko kelembagaan berkaitan erat dengan aturan atau organisasi yang ada
di sekitar usaha dan keberlangsungan kegiatan usaha. Sumber risiko yang
menimbulkan risiko kelembagaan yaitu aturan tertentu yang membuat anggota
suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil
produksinya.
Risiko pasar merupakan peluang kejadian yang dapat menimbulkan
kerugian pada aspek pasar dan harga. Risiko pasar dibagi menjadi dua kategori
baik risiko pasar output maupun risiko pasar input. Sumber risiko atau penyebab
yang dapat menimbulkan risiko pasar output diantaranya yaitu tidak terjualnya
barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga
output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, sedangkan
sumber risiko yang menimbulkan risiko pasar input adalah terjadinya kenaikan
harga input akibat inflasi menyebabkan sulitnya mencari sumber bahan baku yang
terjangkau.
Risiko kebijakan berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah setempat
terhadap usaha yang dilakukan. Sumber risiko yang menyebabkan munculnya
risiko kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat
menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.
Sedangkan risiko finansial merupakan risiko yang berkaitan erat dengan
masalah keuangan yang ada pada usaha atau kegiatan bisnis yang sedang
dijalankan. Sumber risiko yang menimbulkan risiko finansial meliputi adanya
piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi
terhambat, putarna barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi
dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan jenis risiko beserta sumber-sumber risiko yang
dapat menimbulkan risiko pada kegiatan usaha, maka penelitian ini memfokuskan
atau memusatkan ruang lingkupnya terhadap penelitian risiko produksi, sehingga
sumber-sumber risiko yang dapat menyebabkan gagalnya panen seperti rendahnya
produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh
serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan
lain sebagainya, menjadi acuan dasar dalam kegiatan penelitian ini.
Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko perlu dilakukan dalam rangka meminimalisir kerugian
yang didapat, dengan cara mendata serta mengurutkan sumber-sumber risiko yang
terjadi sehingga terbentuk tingkat prioritas yang akan digunakan dalam pemilihan
alternatif atau solusi dalam menghadapi beberapa sumber risiko tersebut.
Pengukuran risiko yang menggunakan cara pengukuran kemungkinan terjadinya
risiko bisa disebut dengan analisis probabilitas. Analisis probabilitas meliputi
pengukuran kejadian yang merugikan dengan pengukuran dampak kerugian yang
ditimbulkan dari kejadian merugikan tersebut. Analisis probbilitas, meliputi
kegiatan pengukuran rata-rata kejadian berisiko, pengukuran nilai standar deviasi
dari kejadian berisiko, penghitungan Z-score dan terakhir pengukuran dampak
risiko dengan menggunakan metode Value at risk (VaR). Pengukuran dampak
risiko ini hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Hasil
analisis probabilitas akan menunjukan tingkat kemungkinan terjadinya suatu
15
sumber risiko beserta tingkat kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko
tersebut (Kountour, 2008).
Pengukuran risiko dapat juga diukur pada pengukuran penyimpangan
(deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995)
terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar
deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga
ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu
ukuran yang lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat
dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard
deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang
diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Hasil keputusan yang
tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan
perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat
membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation.
Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan
dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang
dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan
ukuran coefficient variation, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah
dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return,
return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.
Pemetaan Risiko
Menurut Djohanputro (2008), risiko selalu terkait dengan dua dimensi,
pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua
dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila
risiko tersebut terjadi.
Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat
kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko
terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah
kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk
memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas
dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya
yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan.
Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian
khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka
semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya
untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi
menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama.
Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara ambang
batas (garis) normal sampai daerah tinggi, dengan dampak yang rendah. Risiko
yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan
target perusahaan, tetapi akan terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan
muncul sebagai kenyataan, namun pada umumnya perusahaan mampu dengan
cepat mengatasi dampak yang muncul.
16
Probabilitas (Rp)
Tinggi
Kuadran I Kuadran II
Garis
normal
Kuadran III Kuadran IV
Rendah
Dampak
Rendah Garis Tinggi (Rp)
normal
IDENTIFIKASI
Daftar Risiko
RISIKO
EVALUASI PENGUKURAN
Expected Return
RISIKO
1. Preventif
Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini
dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur
b. Mengembangkan sumberdaya manusia, dan
c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik
2. Mitigasi
Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksud untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi
dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat
besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi
adalah:
a. Diversifikasi
Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa
tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan
menghabiskan semua asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan
salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam
mengurangi dampak risiko
b. Penggabungan
Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger
menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan
dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan
yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.
c. Pengalihan Risiko
Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko
dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini
bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang
menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain,
diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourching, dan hedging.
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan asset
perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi
kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang
dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah
disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah
cara dimana asset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain.
Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan
menanggung kerugian atas asset tersebut.
Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada
pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka
perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang
melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya.
Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi
dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui
forward contract, future contract, option, dan swap.
19
Analisis perbandingan
berpasangan sumber-
sumber risiko
(pairwise comparison)
Penurunan
Kualitas air Analisis
Serangan Dampak
Analisis
penyakit Risiko
Probabilitas
Kualitas pakan Risiko Produksi (Metode
(Z-score)
buruk Value at
Kondisi cuaca risk/VaR)
yang tidak stabil
Sumber daya
manusia yang
kurang
Cacat/afkir
Umur larva muda Pemetaan Risiko
Kualitas induk
buruk
Telur pecah
Keterangan
METODE PENELITIAN
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari kegiatan pengamatan langsung serta wawancara dengan
pihak perusahaan meliputi keadaan umum perusahaan, manajemen risiko yang
diterapkan perusahaan, kegiatan pembenihan ikan arwana super red itu sendiri
(yang mencakup luas lahan, jumlah produksi, beserta data lainnya). Salah satu
data sekunder yang digunakan atau diambil pada kegiatan penelitian ini adalah
data historis produksi yang berjalan di perusahaan tersebut dari tahun awal tahun
2012 hingga akhir tahun 2013, sedangkan data sekunder lainnya dapat diperoleh
dari buku, artikel, jurnal, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung
kegiatan penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen
Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang
relevan.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis
Pengukuran risiko, probabilitas risiko, dan dampak risiko pada kegiatan
pembenihan ikan arwana super red di perusahaan.
Sumber Total
A B ... n Total Skor
Risiko Bobot
A 1 Xij Xij/X
B 1 Xij Xij/X
... 1 ... ...
n 1 n n
Total Xt 1
Dimana :
X = Rata-rata mortalitas benih ikan arwana super red
xi = Data mortalitas benih ikan arwana super red per bulan selama
tahun 2012 hingga 2013
n = Jumlah data mortalitas benih arwana selama tahun 2012 hingga
2013
Perhitungan mortalitas benih ikan arwana di PD Dian Ardyka digunakan
dalam penelitian ini dikarenakan jumlah input larva yang masuk dalam
kegiatan produksi perusahaan berbeda tiap bulannya (lihat Lampiran 3).
Perhitungan mortalitas benih tiap bulan dilakukan dengan cara
menggabungkan data kematian benih yang terjadi oleh input-input larva
yang masuk dalam kurun satu bulan sekali, perhitungan tersebut
dilakukan karena input-input larva perusahaan masuk ke dalam kegiatan
produksi tidak beraturan, sehingga perlu dibatasi perhitungan mortalitas
sesuai siklus produksi perusahaan yakni satu bulan siklus produksi.
Dimana :
s = Standar deviasi dari rata-rata mortalitas
xi = Jumlah mortalitas benih per bulan dari kejadian berisiko
x = Rata-rata mortalitas benih dari kejadian berisiko
n = Jumlah data
Standar deviasi didapat dari hasil perhitungan rata-rata mortalitas
benih yang terjadi tiap bulan di perusahaan yang diakibatkan dari
sumber risiko tertentu. Hasil perhitungan standar deviasi digunakan
kembali dalam perhitungan z-score.
Dimana :
z = Nilai Z-score dari kejadian berisiko
y = Batas normal mortalitas benih yang dianggap masih
menguntungkan dan ditentukan perusahaan
25
Dimana :
VaR = Value at risk dari risiko produksi di PD Dian Ardyka selama
tahun 2012 hingga tahun 2013
x = Rata-rata kerugian pada sumber risiko tertentu
z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5%
s = Standar deviasi
n = Banyaknya data
Berbeda dengan perhitungan probabilitas, perhitungan VaR menggunakan
data jumlah kematian benih bukan mortalitas, hal ini dilakukan untuk
mengetahui besaran dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko
tertentu. Perhitungan VaR dalam data historis perusahaan didukung oleh
data harga penjualan benih ikan arwana super red yang terjadi pada periode
tahun 2012 s.d 2013. Data jumlah kematian benih untuk sumber risiko
tertentu tiap bulannya akan dikalikan pada data harga penjualan benih di
periode tersebut, sehingga akan didapat data kerugian yang ditimbulkan dari
sumber risiko tertentu tiap bulannya, yang kemudian hasil tersebut akan
digunakan untuk menentukan rata-rata kerugian serta standar deviasi
kerugian dari sumber risiko tertentu.
26
Probabilitas (%)
Kuadran I Kuadran II
Tinggi
b. Strategi Mitigasi
Strategi mitigasi dilakukan untuk meminimalisir dampak risiko yang
ditimbulkan pada suatu kejadian, dengan berusaha mengubah risiko yang
berdampak tinggi menjadi berdampak kecil. Penentuan tinggi atau
rendahnya dampak kerugian didasarkan atas batas normal atau garis
tengah yang membatasi, batas normal dampak risiko yang ditolerir
perusahaan ditentukan oleh direktur perusahaan. Strategi ini menggeser
risiko yang berada pada kuadran II ke kuadran I dan menggeser kuadran
IV ke kuadran III. Berikut gambar strategi mitigasi risiko :
Probabilitas (%)
Dampak
Rendah Tinggi
(Rp)
penambahan komoditas ikan arwana super red, yang menjadi andalan ekspor ikan
hias di perusahaan tersebut.
Penambahan komoditas ikan arwana super red di perusahaan dimulai pada
awal tahun 2004, dengan melakukan perluasan areal perusahaan serta
menyediakan kolam indukan ikan arwana super red. Perluasan areal dilakukan
dengan cara bertahap pada tiap tahunnnya, hingga akhir tahun 2009 luas areal
perusahaan sebesar 8 hektar dengan jumlah kolam indukan arwana mencapai 40
kolam yang masing-masing kolam memiliki dimensi luas sebesar 50 x 12 m2.
Perusahaan mengalami perubahan penerimaan yang begitu besar di akhir
tahun 2004, hal tersebut diakibatkan nilai rupiah terhadap pembelian ikan arwana
banjar red, hijau arwana, serta golden arwana mengalami penurunan. Penurunan
nilai harga pada komoditas-komoditas tersebut diakibatkan mulai banyaknya
produksi terhadap komoditas karena komoditas-komoditas tersebut tergolong
mudah dibudi dayakannya.
Permasalahan perubahan penerimaan perusahaan ditanggapi dengan
melakukan strategi perubahan komoditas utama, dengan menjadikan ikan arwana
super red sebagai komoditas utama dari perusahaan tersebut, sehingga di awal
tahun 2005 kolam - kolam indukan yang telah tersedia diprioritaskan terlebih
dahulu untuk komoditas ikan arwana super red. Prioritas atau strategi tersebut
membuahkan hasil bagi perusahaan, ikan hias arwana super red memberikan hasil
penerimaan perusahaan yang cukup besar serta dari hasil tersebut perusahaan
mampu memperluas areal perusahaan hingga akhir tahun 2009.
Keberhasilan strategi yang dijalankan perusahaan telah menjadikan
perusahaan sebagai perusahaan baru yang menempati peringkat 6 besar dalam
ekspor ikan hias arwana super red di Kalimantan Barat. Perusahaan dikenal
sebagai perusahaan ekspor ikan arwana super red yang berhasil di Kalimantan
Barat, yang turut ikut dalam persaingan pasar ekspor dengan perusahaan-
perusahaan sejenis lainnya, seperti Inti Kapuas Arwana Tbk, Wajuk Inti Lestari,
Bintang Kapuas, dan lainnya.
Keberhasilan perusahaan dalam menjalankan bisnis usahanya juga ditunjang
dalam bentuk strategi kerjasama pada perusahaan-perusahaan sejenis lainnya,
dengan tergabung dalam komunitas Arwana Club Indonesia (ACI) di awal tahun
2005. Kerjasama tersebut dilakukan perusahaan untuk menghindari dari dampak
ketidakstabilan harga, atau permainan makelar-makelar ekspor terhadap produk
ikan hias arwana yang akan dijual oleh perusahaan.
Di bawah kepemimpinan bapak Hermanto Halim perusahaan mengalami
pertumbuhan yang begitu pesat hingga akhir tahun 2009, namun kepemimpinan
bapak Hermanto Halim tidak bertahan lama dikarenakan beliau wafat di akhir
tahun tersebut. Kepemimpinan perusahaan kemudian digantikan oleh anak
sulungnya yang bernama Ardyka Anggriawan, B.B.E.ST, di bawah
kepemimpinan bapak Ardyka perusahaan tidak mengalami perubahan yang besar
pada manajemen produksi dikarenakan masih menggunakan sebagian besar
manajemen produksi peninggalan (alm) bapak Hermanto.
Di awal tahun 2011 perusahaan mengalami penurunan hasil produksi dari
kegiatan usahanya. Penurunan hasil produksi dari kegiatan pembenihan ikan
arwana super red disebabkan karena terjadinya penurunan jumlah panen telur
yang dihasilkan, serta peningkatan mortalitas dari tingkat kelangsungan hidup
benih ikan. Peningkatan mortalitas pada benih ikan di perusahaan diketahui oleh
29
beberapa faktor, seperti faktor umur larva yang dipanen terlalu muda, serangan
hama dan penyakit yang menyerang benih, serta kualitas air yang menurun akibat
kondisi cuaca yang tak menentu. Faktor penurunan produksi yang dihadapi
perusahaan ditanggapi perusahaan dengan mencari strategi alternatif yang tepat
dalam mengatasi penurunan hasil produksi tersebut.
Lokasi Perusahaan
Perusahaan PD. Dian Ardyka berlokasi di gang Kemuning jalan
Transkalimantan, Kecamatan Sui.Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan
Barat. Letak perusahaan tidak terlalu jauh dengan daerah ibu kota provinsi
Kalimantan Barat yaitu Pontianak. Perusahaan terletak di pinggiran sungai
Ambawang yang merupakan anakan atau cabang dari aliran sungai Kapuas, letak
tersebut memberikan kemudahan kepada perusahaan dalam akses suplai air yang
dibutuhkan dalam kegiatan usahanya.
PD Dian Ardyka memiliki luas areal sebesar 8 hektar, yang terdiri dari 7.5
hektar berupa luas areal kolam dan 0.5 hektar berupa bangunan. Areal kolam
perusahaan terdiri dari 40 kolam pemeliharaan induk, kolam penampung air
sungai, jalan setapak, serta parit aliran air input dan output kolam. Dimensi
luasan kolam pemeliharaan induk sebesar 50 x 12 m2 , di kolam pemeliharaan
induk tersebut ditebar indukan-indukan ikan arwana super red yang berumur 2-15
tahun.
Bangunan yang terdapat di perusahaan terdiri dari kantor pimpinan 1 (unit),
rumah tinggal pimpinan PD Dian Ardyka (1 unit), rumah karyawan (1 unit dengan
4 kamar), pos jaga (3 unit), rumah Genset (1 unit), rumah ibadah umat
budha/pekhong (1 unit), rumah mesin (7 unit), hatchery pembenihan ikan arwana
(1 unit), hatchery pembesaran ikan arwana (1 unit), gudang penyimpanan alat (1
unit) serta tambahan satu unit rumah karyawan bertingkat yang sedang dalam
proses pengerjaan disaat penelitian (tahun 2013).
Pemeliharaan Induk
Kualitas induk ikan yang baik akan menghasilkan kualitas benih yang baik,
hal tersebut menjadikan prioritas utama perusahaan dalam kegiatan produksinya.
Kualitas induk menjadi prioritas utama perusahaan dalam menjalankan kegiatan
usahanya, sehingga perusahaan menjadikan kegiatan pemeliharaan induk sebagai
kegiatan awal dalam proses produksinya.
31
Pemanenan larva
Pemanenan larva merupakan kegiatan awal untuk mendapatkan input larva
yang akan digunakan dalam proses kegiatan pemeliharaan benih di perusahaan.
Kegiatan pemanenan larva dilakukan perusahaan setelah mendapatkan jadwal hari
panen larva dari hasil kegiatan pemantauan malam hari. Pemantauan malam hari
dilakukan dengan cara memutari area kolam pada malam hari dan mengamati
aktivitas serta kondisi induk di dalam kolam, kolam yang siap untuk panen larva
adalah kolam yang terdapat induk dengan kondisi rahang membesar, hal tersebut
dikarenakan induk sedang mengerami telur atau larva benih.
Pemanenan larva dilakukan perusahaan pada pagi hari, pada saat kondisi air
(kadar suhu dan pH air) stabil dengan memeriksa rahang mulut masing-masing
induk dari kolam menggunakan jaring penangkap induk. Larva benih akan
diambil dari rahang mulut induk yang sedang mengerami larvanya, kemudian
larva dimasukan ke dalam kantung plastik dan dibawa ke hatchery pembenihan
untuk mendapatkan pemeliharaan lanjut.
Pemeliharaan Benih
Pemeliharaan benih dilakukan setelah kegiatan pemanenan larva dilakukan.
Kegiatan pemeliharaan benih diawali dengan kegiatan persiapan wadah,
penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, dan pengobatan.
Persiapan wadah pemeliharaan benih dilakukan untuk menghindari kondisi wadah
pemeliharaan yang buruk setelah pemanenan larva benih dilakukan. Persiapan
wadah dilakukan satu hari sebelum dilakukan hari pemanenan larva benih,
persiapan wadah pemeliharaan benih diawali dengan kegiatan pencucian wadah
serta sarana-sarana produksi lainnya. Wadah yang digunakan dalam kegiatan
pemeliharaan benih berupa akuarium berukuran 100 x 60 x 50 cm3. Akuarium
yang telah dicuci kemudian diisi air dengan ketinggian 15 cm dan dipasang
instalasi aerasi untuk siap pakai pada saat kegiatan pemanenan larva benih.
Larva yang telah dipanen pada saat hari pemanenan larva segera ditaruh
kedalam akuarium pemeliharaan benih dengan padat tebar larva per satuan
akuarium sebanyak 25 ekor larva per akuarium. Ukuran larva beranekaragam
berdasarkan umur larva yang dipanen, kisaran umur larva dari hasil pemanenan
berkisar antara 2 minggu s.d 8 minggu (larva yang berumur 4 minggu ke atas
sudah masuk ke dalam fase benih), tidak jarang juga perusahaan mendapatkan
larva yang berumur dibawah 2 minggu.
Larva dipelihara dalam wadah pemeliharaan benih sampai ukuran benih
mencapai ukuran 9 cm (berumur 8 minggu atau lebih) dengan menjaga asupan
nutrisi makanan dan menjaga pengelolaan kualitas suhu dan pH air setiap harinya.
Larva akan mulai diberikan pakan setelah berumur 4 minggu, pada saat kuning
telur yang menempel di perut larva mulai sedikit, sedangkan larva yang berumur
dibawah 4 minggu tidak akan diberi pakan. Pakan yang diberikan berupa pakan
cacing beku, dengan metode pemberian pakan yaitu at satiation (pemberian pakan
sekenyangnya ikan). Pengelolaan kualitas air pada kegiatan pemeliharaan benih
dilakukan dengan cara mengganti air akuarium sebanyak 50 persen dari
ketinggian awal air, serta mencuci kain filter air setiap harinya, hal tersebut
dilakukan perusahaan untuk menjaga kondisi pH dan mineral yang terkandung
pada air akuarium.
33
Sumber Total
A B C D E F G H I Total Rank
Risiko Bobot
D 3 3 2 1 ½ 2 4 4 2 21.500 0.176 2
E 3 3 2 2 1 2 4 4 2 23.000 0.189 1
F 3 3 2 ½ ½ 1 3 3 1/3 16.333 0.134 4
Keterangan :
Kriteria Penilaian Skor
1 = Peluang terjadinya kedua sumber risiko sama besar.
2 = Peluang terjadinya sumber risiko sedikit lebih besar (1-25 persen lebih
besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
3 = Peluang terjadinya sumber risiko lebih besar (26-50 persen lebih
besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
4 = Peluang terjadinya sumber risiko sangat besar (51-75 persen lebih
besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
5 = Peluang terjadinya sumber risiko mutlak besarnya (76-100 persen
lebih besar) dari sumber risiko yang dibandingkan
½ = Peluang terjadinya sumber risiko sedikit lebih kecil (1-25 persen lebih
kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan
1
/3 = Peluang terjadinya sumber risiko lebih kecil (26-50 persen lebih kecil)
dari sumber risiko yang dibandingkan
¼ = Peluang terjadinya sumber risiko sangat kecil (51-75 persen lebih
kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan
1
/5 = Peluang terjadinya sumber risiko mutlak kecilnya (76-100 persen
lebih kecil) dari sumber risiko yang dibandingkan
Pemberian skor pada Tabel 6 diberikan atas dasar kriteria penilaian yang
telah ditulis dalam kuisioner, responden mengisi skor penilaian pada masing-
masing baris (vertikal) sumber risiko dengan membandingkan antar kolom
(horizontal) sumber risiko (lihat Lampiran 1). Satu sumber risiko dibandingkan
dengan beberapa sumber risiko lainnya untuk melihat sumber risiko berbahaya
menurut responden. Sumber risiko yang dipilih dalam pengujian selanjutnya
adalah sumber risiko yang memiliki nilai pembobotan di atas 11.11 persen (nilai
11.11 persen didapat dari hasil perhitungan rata-rata nilai total bobot skor), hal ini
didasarkan atas keakuratan data serta keterbatasan dana bagi perusahaan dalam
menghadapi sumber risiko yang dihadapi (penjelasan dapat dilihat pada bab
metode penelitian).
Hasil Tabel 6 memperlihatkan bahwa empat jenis sumber risiko yang
memiliki nilai pembobotan di atas 11.11 persen adalah : sumber risiko Umur
Larva Muda (E) yang memiliki nilai pembobotan sebesar 18.9 persen, sumber
risiko Serangan Penyakit (D) dengan nilai pembobotan 17.6 persen, sumber risiko
Telur Pecah pada Larva (I) dengan nilai pembobotan sebesar 17.2 persen, dan
sumber risiko Kondisi Benih Cacat/Afkir (F) dengan nilai pembobotan sebesar
13.4 persen. Sumber risiko lainnya yang menempati urutan 4 ke bawah adalah
sumber risiko Kualitas Air Sungai (C) dengan nilai pembobotan sebesar 9.8
persen, sumber risiko Cuaca yang Tidak Menentu (A) dengan nilai pembobotan
sebesar 9.7 persen, sumber risiko Human error (H) dengan nilai pembobotan
sebesar 5.6 persen, sumber risiko Kualitas Induk (B) dengan nilai pembobotan
sebesar 4.5 persen dan terakhir sumber risiko Kualitas Pakan Buruk (G) dengan
nilai pembobotan sebesar 3.2 persen. Berdasarkan tinjauan pusataka terdahulu
perubahan kualitas air (suhu dan pH) merupakan sumber risiko yang paling sering
muncul pada berbagai kasus risiko produksi di bidang perikanan, akan tetapi pada
kasus penelitian risiko produksi pembenihan di PD Dian Ardyka kualitas air tidak
begitu berpengaruh terhadap hasil produksi, hal ini disebabkan perusahaan
mengantasipasi sumber risiko tersebut dengan menggunakan heater/pemanas serta
38
Analisis Probabilitas
Penjelasan analisis probabilitas berkaitan erat dengan peluang suatu
kejadian, pada sub bab sebelumnya sumber risiko yang diteliti dalam penelitian
risiko produksi pembenihan ini adalah sumber risiko umur larva yang muda;
serangan penyakit; kondisi cacat benih/afkir; dan telur pecah pada larva, keempat
sumber risiko tersebut di uji kembali menggunakan analisis probabilitas untuk
mengetahui besaran peluang kejadian masing-masing sumber risiko tersebut.
Hasil analisis probabilitas yang berupa besaran peluang kejadian dari masing-
masing sumber risiko dapat digunakan oleh perusahaan untuk menentukan
prioritas penanganan dalam menghadapi sumber risiko tersebut, sehingga langkah
yang diambil perusahaan dalam menangani risiko tepat sasaran.
Langkah yang dilakukan pada bagian analisis probabilitas ini adalah
mengukur nilai z-score pada keempat sumber risiko tersebut, penghitungan z-
score dihitung berdasarkan mortalitas keseluruhan pada benih ikan yang terlihat
pada Lampiran 6, 7, 8, dan 9. Hasil perhitungan jumlah kematian benih dan
tingkat kematian/mortalitas keseluruhan benih berdasarkan data produksi
perusahaan dari tahun 2012 hingga 2013 dapat dilihat pada Tabel 7:
Tabel 7 Data produksi PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013
Tabel 7 di atas merupakan perhitungan yang diambil dari data historis milik
perusahaan dari tahun 2012 s.d 2013. Survival rate pada benih dihitung
berdasarkan pembagian jumlah benih akhir dengan benih awal yang terjadi dalam
kurun 2 tahun atau 24 bulan dengan hasil perhitungan survival rate sebesar 77.72
persen. Hasil survival rate tersebut dapat dikurangi dengan 100 persen untuk
mendapatkan nilai mortalitas benih, mortalitas bisa juga didapat dengan cara
membagi jumlah kematian benih (24 bulan) dengan jumlah benih akhir, dan telah
didapat berdasarkan perhitungan bahwa tingkat kematian (mortalitas) benih pada
39
perusahan selama periode 2012 s.d 2013 memiliki nilai kisaran 22.28 persen.
Nilai mortalitas perusahaan sebesar 22.28 persen merupakan nilai yang cukup
baik bagi perusahaan, karena nilai tersebut masih di bawah batas normal kerugian
yang ditolerir perusahaan sebesar 35 persen, tetapi nilai tersebut sedikit jauh dari
ekspektasi tingkat mortalitas perusahaan sebesar 10 persen (hasil wawancara
terhadap direktur perusahaan).
Perhitungan probabilitas pada keempat sumber risiko yang diteliti dapat
dilihat pada Lampiran 6, 7, 8 dan 9. Metode penghitungan probabiltas sudah
dijelaskan pada bagian metode penelitian bab IV, pada sub bab ini hanya ada
penjelasan hasil dari perhitungan. Hasil perhitungan dari analisis probabilitas
pada keempat sumber risiko (Sumber risiko umur benih yang muda, serangan
penyakit, cacat/afkir, dan telur pecah pada larva) dapat dilihat pada Tabel 8.
Hasil perhitungan menunjukan bahwa telur pecah pada larva memiliki nilai
probabilitas tertinggi dibandingkan dengan sumber risiko lainnya. Nilai
probabilitas telur pecah pada larva mencapai 42.86 persen, nilai tersebut diambil
berdasarkan hasil tabel distribusi normal z yang didapat dari nilai z-score sebesar
–0.18 dari batas normal mortalitas benih akibat telur pecah sebesar 2.60 persen
per bulan (hasil wawancara dengan direktur perusahaan) serta rata-rata mortalitas
benih sebesar 3.27 persen per bulan (dapat dilihat pada lampiran 9). Nilai
probabilitas 42.86 persen pada mortalitas benih yang diakibatkan telur pecah
diartikan sebagai nilai peluang mortalitas benih ikan arwana yang kurang dari
2.60 persen per bulan (batas normal) akibat telur pecah, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa mortalitas benih ikan arwana akibat telur pecah yang melebihi
batas 2.60 persen per bulan mencapai tingkat probabilitas sebesar 57.14 persen.
Urutan kedua pada tabel hasil probabilitas sumber risiko adalah kejadian
umur larva muda. Sumber risiko umur larva muda tersebut memiliki nilai
probabilitas mencapai tingkat 40.90 persen, nilai tersebut didasarkan pada z-score
-0.23 (dapat di lihat pada Lampiran 6), z-score dihitung berdasarkan penggunaan
batas normal mortalitas benih akibat umur larva muda 5 persen per bulan (hasil
wawancara dengan direktur perusahaan), serta rata-rata mortalitas benih sebesar
6.87 persen per bulan. Nilai probabilitas 40.90 persen pada mortalias benih yang
diakibatkan umur larva muda diartikan sebagai nilai peluang mortalitas benih ikan
arwana akibat umur larva muda yang kurang dari 5 persen, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa mortalitas benih akibat umur larva muda yang melebihi batas 5
persen per bulan mencapai tingkat probabilitas sebesar 59.10 persen.
Urutan ketiga pada tabel hasil pengukuran probabilitas sumber risiko adalah
kejadian serangan penyakit. Nilai probabilitas pada sumber risiko serangan
penyakit mencapai 31.92 persen, nilai tersebut didasarkan pada z-score -0.47 yang
40
Pemetaaan Risiko
Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko digabung untuk didapatkan
status risiko pada masing-masing sumber risko. Status risiko digunakan sebagai
dasar penentuan prioritas utama dalam menangani risiko dengan cepat dan efektif.
Keefektifan penanganan risiko bergantung pada strategi yang didapat berdasarkan
hasil pemetaan sumber risiko yang didapat.
Penghitungan status risiko dilakukan dengan cara mengkalikan probabilitas
dan dampak sumber risiko masing-masing. Hasil penghitungan status risiko pada
masing-masing sumber risiko yang terjadi di PD Dian Ardyka dalam periode
tahun 2012 s.d 2013 dapat dilihat pada Tabel 10.
dampak sumber risiko. Batas normal probabilitas risiko yang diberikan PD Dian
Ardyka adalah sebesar 35 persen, serta batas normal dampak kerugian sebesar Rp
50 000 000. Pengambilan kedua batas normal tersebut didasarkan atas wawancara
dengan direktur perusahaan, direktur perusahaan memiliki alasan bahwa
perusahaan menghadapi biaya titik impas dari probabilitas risiko sebesar 35
persen serta dampak risiko lebih dari Rp 50 000 000. Hasil pemetaan risiko pada
kasus sumber risiko PD Dian Ardyka periode tahun 2012 s.d 2013 dapat dilihat
pada Gambar 8.
Probabilitas (%)
Kuadran I Kuadran II
Serangan penyakit
Cacat/ Afkir
pemetaan risiko ini, digunakan dalam tahap akhir penelitian ini, yaitu penentuan
strategi penanganan risiko terhadap sumber risiko yang terjadi di PD Dian
Ardyka.
Probabilitas (%)
35
Probabilitas (%)
35
Serangan penyakit :
1. Menjaga kualitas air
2. Memberikan penanganan awal
Kuadran III pada serangan penyakit
3. Memberikan pengobatan yang
tepat sasaran.
Semua penanganan risiko adalah strategi penanganan yang tepat diterapkan oleh
perusahaan, dan strategi tersebut dibuat berdasarkan tinjauan pustaka terdahulu
yang berkaitan erat dengan proses kegiatan budidaya benih ikan arwana super red.
Simpulan
Dari hasil analisis risiko produksi kegiatan pembenihan ikan arwana super
red di PD Dian Ardyka, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Perusahaan
menghadapi sumber risiko yang berbeda dengan perusahaan perikanan lainnya,
sumber risiko tersebut adalah umur larva yang muda, serangan penyakit, telur
pecah , serta cacat/afkir; 2) Hasil perhitungan analisis probabilitas menunjukan
bahwa sumber risiko yang memiliki tingkat probabilitas tertinggi di perusahaan
47
adalah telur pecah pada larva dengan nilai probabilitas telur pecah mencapai 42.86
persen. Sumber risiko lainnya seperti umur larva muda yang memiliki nilai
probabilitas 40.90 persen, probabilitas serangan penyakit sebesar 31.92 persen,
dan probabilitas cacat/afkir sebesar 28.43 persen. Sedangkan hasil perhitungan
dampak risiko menunjukan bahwa sumber risiko yang memiliki dampak kerugian
tertinggi adalah umur larva yang muda dengan nilai Rp 97 318 988, diikuti oleh
sumber risiko serangan penyakit yang memiliki nilai dampak sebesar Rp 59 562
308, sumber risiko telur pecah dengan nilai dampak sebesar Rp 44 498 837, dan
sumber risiko yang memiliki nilai dampak terkecil yaitu cacat/afkir dengan nilai
Rp 38 509 251; 3) Berdasarkan hasil pemetaan risiko produksi, sumber risiko
umur larva yang muda memerlukan strategi penanganan risiko secara preventif
dan strategi mitigasi, karena sumber risiko ini memiliki nilai peluang dan dampak
yang tinggi dibandingkan dengan sumber risiko lainnya, sehingga sumber risiko
umur larva muda perlu ditangani secara serius oleh perusahaan. Sumber risiko
telur pecah dan afkir, diatasi dengan penanganan risiko secara preventif, dengan
mengurangi peluang dan dampak. Sumber risiko serangan penyakit ditangani
dengan strategi mitigasi untuk mengurangi nilai dampak kerugian yang
ditimbulkan.
Saran
Berdasarkan hasil dari penyusunan strategi penanganan risiko pada bagian
pembahasan, peneliti memberikan saran kepada perusahaan agar mengatasi
sumber risiko umur larva muda dengan cara melakukan pemanenan larva sekitar 7
minggu dari hasil perkawinan induk (hasil monitoring malam), hal tersebut
dilakukan untuk mengurangi peluang terjadinya umur larva muda. Kualitas
sumber daya manusia juga perlu diperhatikan dan diberi pelatihan dalam
penanganan awal penyakit maupun telur pecah, karena selama pengamatan
langsung para teknisi hatchery jarang memperhatikan kondisi kualitas air.
Berdasarkan pengamatan langsung kondisi yang terjadi di lapangan serta
keterbatasan waktu penelitian, sumber risiko yang dijelaskan pada penelitian ini
masih belum menggambarkan secara keseluruhan kegiatan pembenihan (hanya
terbatas pada ruang lingkup penelitian), sumber risiko pada kegiatan pembenihan
arwana super red perlu diukur dari proses pemeliharaan serta pemijahan telur
induk, hal ini dikarenakan pengukuran risiko pada proses tersebut akan
menggambarkan seluruh sumber risiko yang sesuai kenyataan atau kondisi di
lapangan.
Peneliti memiliki saran untuk penelitian selanjutnya agar melakukan
penelitian risiko produksi pembenihan ikan arwana super red dari proses
pengeluaran telur induk dan pengeraman telur induk, agar dapat melihat risiko
fekunditas (jumlah telur yang dikeluarkan) hingga risiko pada hatching rate
(penetasan telur), sehingga risiko kegiatan pembenihan ikan arwana akan
tergambarkan secara keseluruhan.
48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
51
Hasil penilaian skor sumber risiko oleh teknisi hatcehry PD Dian Ardyka
Sumber
A B C D E F G H I
Risiko
A 3 1/2 1/3 1/4 1/3 3 3 1/3
B 1/3 1/3 1/2 1/4 1/2 1/2 1/3
C 1/2 1/2 1/2 3 3 1/3
D 1/2 2 4 3 3
E 2 4 4 2
F 3 2 1/3
G 1/2 1/4
H 1/5
I
Hasil penilaian skor sumber risiko oleh agen perantara PD Dian Ardyka
Sumber
A B C D E F G H I
Risiko
A 2 1/2 1/2 1/2 1/2 3 2 1/4
B 1/3 1/3 1/2 1/2 4 1/3 1/2
C 1/2 1/2 1/2 1/2 2 1/2
D 1/2 2 3 3 2
E 1/2 4 3 2
F 2 2 1/2
G 1/2 1/3
H 1/5
I
52
Lampiran 2 Penjumlahan skor total dari data matriks berpasangan tiap responden
Sumber A B C D E F G H I
Risiko
A (4+ 3 + (1/3 + (1/5 + (1/4 + (1/3 + (3 + 3 (3 + 3 (1/4 +
1 2)/3 ½ + ½) 1/3 + ¼+ 1/3 + + 3) / + 2) 1/3 +
/3 ½) / 3 ½) /3 ½) /3 3 /3 ¼) /3
B * (1/3 + (1/4 + (1/4 + (1/2 + (1/3 + (1/2 + (1/3 +
1 1/3 + 1/3 + ½+ ¼+ ½ ½+ 1/3+
1/3)/3 1/3)/3 ½) /3 ½)/3 +4)/3 1/3)/3 ½)/3
C (1/3 + (1/3 + (1/2 + (2 + 3 (2+ 3 (1/2 +
1 ½+ ½+ ½+ + + 2) 1/3 +
½)/3 ½)/3 ½)/3 ½)/3 /3 ½)/3
D (1/3 + (3 + 2 (4 + 4 (5 + 3 (2 + 3
1 ½+ + 2) /3 +3) /3 +3) /3 + 2) /3
½)/3
E (4 + 2 (4 + 4 (4 + (2 + 2
1 + ½) +4) /3 4+3) + 2) /3
/3 /3
F (3 + 3 (4 + 2 (1/2 +
1 +2) /3 +2) /3 1/3 +
1/2) /3
G (1/2 + (1/4 +
1 ½+ ¼+
½) /3 1/3) /3
H (½+
1 1/5 +
1/5) /3
I
1
*Catatan:
Kolom skor yang kosong diisi oleh peneliti didasarkan atas kebalikan hasil
penilaian skor pada kolom matrik total sumber risiko berpasangan. Misal sumber
risiko B yang dibandingkan pada sumber risiko A (baris B, kolom A) diisi
skornya berdasarkan kebalikan penilaian perbandingan sumber risiko A terhadap
sumber risiko B (baris A, kolom B), hasil penilaian skor sumber risiko A terhadap
sumber risiko B(baris A, kolom B) didapat nilai skor sebesar 3, dengan begitu
nilai sumber risiko B terhadap A (baris B, kolom A) akan diisi oleh peneliti
dengan nilai skor sebesar 1/3. Penilaian skor tersebut akan terus dilakukan pada
tiap kolom yang belum terisi sesuai metode pengisian skor yang telah dijelaskan
pada penjelasan sebelumnya.
53
Catatan :
Input larva awal dihitung berdasarkan jumlah larva yang masuk pada bulan
yang sama
Data kematian benih akan dihitung berdasarkan data jumlah kematian larva
awal yang masuk di bulan yang sama. (Contoh : kematian benih di bulan
januari merupakan kematian benih yang terjadi oleh larva awal di bulan
januari, walaupun larva awal yang masuk di bulan januari mengalami kematian
tidak di bulan januari, karena siklus produksi perusahaan satu bulan
pemeliharaan tiap larva masuk ke hatchery).
54
Lampiran 4 Data produksi kegiatan pembenihan PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d
2013
Jumlah
Jumlah larva Jumlah benih Mortalitas
Periode kematian benih
awal (ekor) akhir (ekor) (%)
(ekor)
Januari 2012 243 34 209 13.99
Februari 2012 306 74 234 24.18
Maret 2012 182 74 108 40.66
April 2012 614 297 317 48.37
Mei 2012 373 124 249 33.24
Juni 2012 367 90 277 24.52
Juli 2012 420 99 311 23.57
Agustus 2012 622 188 434 30.23
September 2012 240 70 170 29.17
Oktober 2012 347 129 218 37.18
November 2012 117 26 91 22.22
Desember 2012 437 61 376 13.96
Januari 2013 329 60 269 18.24
Februari 2013 175 6 169 3.43
Maret 2013 90 5 85 5.56
April 2013 378 59 319 15.61
Mei 2013 225 14 211 6.22
Juni 2013 132 18 114 13.64
Juli 2013 232 31 201 13.36
Agustus 2013 606 87 519 14.36
September 2013 203 5 198 2.46
Oktober 2013 280 36 244 12.86
November 2013 128 2 126 1.56
Desember 2013 216 29 187 13.43
Total (ekor) 7262 1618 5636
Rata – rata 303 67 235
(ekor)
55
*Catatan :
Perhitungan hatching rate didapat dari hasil perbandingan antara rata-rata larva
yang dihasilkan per induk dengan fekunditas telur per induk. Nilai fekunditas
telur ditentukan berdasarkan fekunditas normal tiap induk berkisar antara 40 -60
telur per induk ikan arwana (Apin,2004; Machmud & Hartono, 2008; PT Arwana
Indonesia, 2009). Nilai fekunditas normal induk arwana diambil yang paling
terendah yaitu sebesar 40 biji telur per induk.
56
*Catatan :
Nilai batas normal mortalitas benih per bulan akibat umur larva muda didapat dari
hasil perbandingan antara jumlah kematian benih akibat umur benih muda yang
ditoleransi perusahaan sebesar 15 ekor per bulan (hasil wawancara) dengan rata -
rata jumlah larva awal yang dipelihara sebesar 303 ekor per bulan (Lampiran 1),
sehingga nilai batas normal mortalitas umur larva muda sebesar 5 persen.
57
*Catatan :
Nilai batas normal mortalitas benih per bulan akibat serangan penyakit didapat
dari hasil perbandingan antara jumlah kematian benih akibat serangan penyakit
yang ditoleransi perusahaan sebesar 10 ekor per bulan (hasil wawancara) dengan
rata - rata jumlah larva awal yang dipelihara sebesar 303 ekor per bulan
(Lampiran 1), sehingga nilai batas normal mortalitas serangan penyakit sebesar
3.33 persen.
58
*Catatan :
Nilai batas normal mortalitas benih per bulan akibat cacat/afkir didapat dari hasil
perbandingan antara jumlah kematian benih akibat cacat/afkir yang ditoleransi
perusahaan sebesar 5 ekor per bulan (hasil wawancara) dengan rata - rata jumlah
larva awal yang dipelihara sebesar 303 ekor per bulan (Lampiran 1), sehingga
nilai batas normal mortalitas cacat/afkir sebesar 1.70 persen.
59
*Catatan :
Nilai batas normal mortalitas benih per bulan akibat telur pecah didapat dari hasil
perbandingan antara jumlah kematian benih akibat telur pecah yang ditoleransi
perusahaan sebesar 8 ekor per bulan (hasil wawancara) dengan rata - rata jumlah
larva awal yang dipelihara sebesar 303 ekor per bulan (Lampiran 1), sehingga
nilai batas normal mortalitas telur pecah sebesar 2.60 persen.
60
Lampiran 10 Perhitungan VaR dari sumber risiko umur benih yang muda di PD
Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013
Lampiran 13 Perhitungan VaR dari sumber risiko telur pecah di PD Dian Ardyka
tahun 2012 s.d 2013
Lampiran 15 Alur produksi benih ikan arwana super red di PD Dian Ardyka
RIWAYAT HIDUP