Anda di halaman 1dari 1

PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK

ETIKA PROFESI
TUGAS 3
BANGUNAN HOTEL MELANGGAR ATURAN DI BULUNGAN, KALTARA LINTANG MANIK ORO, S. Ars |16515024

FAKTA KASUS BANGUNAN DI TANJUNG SELOR


Izin mendirikan bangunan (IMB) yang telah dikantongi pemilik bangunan empat lantai di Jalan
Sudirman, diakui Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu
(BPMPT) Bulungan Kamaluddin, memang diterbitkan pihaknya. Hanya saja, kata dia, saat pengurusan
IMB dak ada tambahan kanopi yang melewa garis sempadan bangunan (GSB). Karena itu, pihaknya
pun telah memberikan ga kali surat teguran kepada pemilik bangunan yang informasinya bakal
dijadikan hotel.
Ketua DPRD Bulungan Syarwani mengatakan, ada kelemahan yang dilakukan pengusaha hotel karena
menambah bangunan di luar IMB yang diterbitkan.Para pelaku usaha harusnya mengacu pada IMB.
Ke ka gambar diberikan kepada pemerintah daerah untuk diterbitkan IMB, tentu bekerja sesuai gambar
dan peraturan yang telah berlaku, tegasnya. Apalagi bangunan itu dak memiliki lahan parkir. Apabila
menggunakan trotoar sebagai lahan parkir, dia pun menyatakan hal itu sangat mengganggu hak pejalan
kaki.
IMB sudah dibekukan sehingga pemilik hotel dak boleh melakukan ak vitas sampai membongkar
sendiri tambahan bangunan sesuai IMB yang diterbitkan, ujarnya, .Dia pun melihat bangunan
tambahan berupa kanopi di gedung yang informasinya akan dijadikan hotel, itu telah melewa GSB. Itu
KEC. TANJUNG SELOR kesalahan pemilik hotel. Sehingga saat ini IMB-nya kita tahan dulu dan hotel itu pun dak bisa
beroperasi, tegasnya.
Untuk memutuskan pencabutan sementara, ada tahapan yang dilalui. Setelah surat teguran tak
mendapat tanggapan dari pemilik bangunan. Dijelaskan, surat teguran pertama dilayangkan dengan
batas waktu sepekan. Ke ka surat teguran pertama dak ada tanggapan, maka diberikan surat teguran
kedua. Dengan beberapa kali surat teguran diberikan, maka memutuskan untuk pencabutan sementara.
Bangunan hotel tersebut telah melanggar peraturan daerah (perda) nomor 7 tahun 2012 tentang Garis
Sempadan Bangunan.

PELANGGARAN PERATURAN KISI-KISI PERATURAN


KASUS PELANGGARAN 1
PELANGGARAN ATURAN TERKAIT
Bangunan dengan fungsi sebagai hotel ini melanggar IMB karena perbedaan desain pada
DESAIN TERBANGUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN DAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
saat mengajukan IMB dengan desain yang terbangun. TIDAK SESUAI DENGAN IMB
Bagian Kedua
Perizinan
Perda yang dilanggar: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 Pasal 5
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan oleh Bupa atau pejabat yang
TENTANG IZIN DAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN PASAL 4 ,PASAL 12 ditujuk, ditujukan untuk menjamin :
a. kesehatan, keselamatan, kenyamanan, dan keamanan pemilik atau pengguna
bangunan;
b. keter ban dan keselamatan masyarakat serta lingkungannya;
KASUS PELANGGARAN 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN DAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
SUN SHADING MELEWATI BAB III
BANGUNAN TETANGGA KETENTUAN ADMINISTRASI Pasal 12
Pembuatan sun shading pada bagian sisi samping bangunan yang melewa batas Bagian Pertama
Umum
Garis Sempadan Bangunan (GSB)

dengan bangunan tetangga. Pasal 4


c. menghen kan atau menutup kegiatan yang dilakukan dalam bangunan yang dak
(4) Untuk lebar sungai yang kurang dari 5 (lima) meter, letak garis sempadan adalah
sekurang-kurangnya 10 meter dihitung dari tepi jalan / pagar.
Perda yang dilanggar: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN sesuai dengan fungsi yang ditetapkan sesuai perizinan sampai dengan yang
bersangkutan mempertanggungjawabkan atas bangunan memenuhi persyaratan
(5) Letak GSB terluar pada bagian samping yang berbatasan dengan tetangga bilamana
dak ditentukan lain adalah minimal 2 meter dari batas kapling atau atas dasar
NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN DAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Pasal 5 Ayat (3) yang ditetapkan. kesepakatan dengan tetangga yang saling berbatasan.
d. memerintahkan untuk melakukan perbaikan terhadap bangunan atau bagian (6) Letak GSB terluar pada bagian belakang yang berbatasan dengan tetangga bilamana
bangunan, mendirikan bangunan dan pekarangan atau lingkungan untuk dak ditentukan lain adalah minimal 2 meter dari batas kapling atau atas dasar
pencegahan terhadap gangguan kesehatan dan atau keselamatan manusia dan kesepakatan dengan tentangga yang saling berbatasan.
lingkungan;

KASUS PELANGGARAN 3 BALKON MELEWATI GSB PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, PAGAR, SUNGAI, DAN PANTAI
BAB II BAB III
GARIS SEMPADAN BANGUNAN (GSB) GARIS SEMPADAN PAGAR (GSPg)
Balkon pada lantai 2 melewa batas sempadan bangunan. Pasal 3
(1) Sebagai usaha pengamanan jalan ditetapkan GSB berdasarkan fungsi jalan pada
(3) GSPg sebagai pedoman penataan bangunan ditentukan sebagai berikut :
a. Jalan Arteri Primer 10 meter dari as jalan ;
Perda yang dilanggar: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 07 TAHUN 2012 kanan kiri jalan.
(2) Batas GSB ditetapkan dan diukur dari as jalan ke sebelah kanan dan kiri jalan.
BAB IV
GARIS SEMPADAN SUNGAI (GSS)
TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, PAGAR, SUNGAI, DAN PANTAI BAB II Pasal 3, BAB III (3) Jarak GSB sebagai pedoman penataan bangunan ditentukan sebagai berikut : Pasal 7
a. Jalan Arteri Primer 20 meter dari as jalan ; (3) Pada kawasan diluar perkotaan apabila dak ditentukan lain
ayat(3) BAB IV Pasal 7 GSS/kanal/danau GSB diukur dari tepi sungai/danau bagian terluar ke
bangunan dengan jarak :
b. 5 (lima) meter untuk sungai bertanggul permanen;
KASUS PELANGGARAN 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS
TIDAK MENYEDIAKAN PARKIR DAN DITEPI JALAN UMUM
Bangunan ini dak menyediakan kebutuhan lahan parkir untuk pengguna bangunan. LAHAN PARKIR BAB XIV
PENGELOLAAN DAN PENETAPAN LOKASI
Perda yang dilanggar: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 Pasal 16
(1) Se ap orang yang memarkir kendaraan wajib menempatkannya pada tempat parkir
yang telah ditentukan.
TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DAN DITEPI JALAN (2) Lokasi tempat-tempat parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan lebih
lanjut oleh Bupa .
UMUM BAB XIV PENGELOLAAN DAN PENETAPAN LOKASI Pasal 16 (3) Pengelolaan Tempat Parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Instansi yang ditunjuk atau yang secara teknis menanganinya.
(4) Penetapan lokasi tempat-tempat parkir dengan memperha kan :
a. Rencana Tata Ruang Kota ;
b. Keselamatan dan Kelancaran arus Lalu Lintas ;
c. Kebersihan dan Keindahan Lingkungan ;
d. Kemudahan Bagi Pengguna Jasa

Anda mungkin juga menyukai