Anda di halaman 1dari 17

DEPRESI PASCA PERSALINAN

8 12% wanita pasca persalinan akan menampakkan tanda tanda depressi dalam
5 bulan pertama pasca persalinan.

Resiko tinggi mengalami kejadian ini :

1. Ibu berusia < 16 tahun


2. Riwayat keluarga dengan depresi atau pernah menderita depresi
3. Depresi pada masa hamil
4. Masalah hubungan keluarga pada masa remaja
5. Tidak ada dukungan dari pasangan selama kehamilan , persalinan
6. Merawat bayi sendirian tanpa keluarga atau teman
7. Pengalaman negatif saat berhubungan dengan tenaga kesehatan selama
kehamilan
8. Riwayat komplikasi kehamilan

PSIKOSIS PASCA PERSALINAN

1 3% wanita mengalami kejadian psikosis pasca persalinan dalam bentuk manik


atau depresi naun ada juga yang diselingi dengan episode skisofrenik

Gangguan ini dapat terjadi secara mendadak pada hari 5 15 pasca


persalinan. Pada awalnya pasien merasa bingHome
Kontak
Layanan
Profil Penulis
Artikel Psikologi Klinis Perkembangan dan Sosial

Entries RSS | Comments RSS

SELAMAT DATANG.

kami ucapkan selamat datang di kumpulan artikel. silahkan anda baca baca
artikel artikel harapan kami mudah mudahan tulisan tulisan ini dapat
bermanfaat untuk kami dan tentunya bagi para pembaca. wassalam, admin
Setiyo Purwanto, S. Psi, MSi. 0271-757.757.1

artikel terbaru
o Kreativitas Verbal
o Kecemasan menghadapi menopause
o Sikap Kerja Perawat
o Depresi Postpartum
o Kualitas Pelayanan Keperawatan
o kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
o menopouse dan insomnia
o Menopause
o konversi agama 3
o konversi agama 2
o Konversi Agama 1
o SKIZOFRENIA
o AUTISME (bahan kuliah)
o PENERAPAN TERAPI BACK IN CONTROL (BIC) PADA ANAK
ADHD (ATTENTION DEFICITS HIPERACTIVITY DISORDER)
o PENERAPAN TERAPI BERMAIN BAGI PENYANDANG AUTISME (3)
KOMENTAR
o V3 on Kecemasan menghadapi menopause
o Emil on kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
o agus s on kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
o nelly on SKIZOFRENIA
o nuri on PENERAPAN TERAPI BACK IN CONTROL (BIC) PADA
ANAK ADHD (ATTENTION DEFICITS HIPERACTIVITY DISORDER)
o triwahjono on Kontak
o nasrul on kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
o riris on kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
o ipech on Depresi Postpartum
o grace on Kontak
Top Clicks
o setiyo.wordpress.com

Depresi Postpartum

Posted on December 29, 2007 by klinis

1. Pengertian Kecenderungan depresi postpartum


Menurut Sudarsono (1997), kecenderungan adalah hasrat, keinginan yang selalu
timnbul berulang-ulang. Sedangkan Anshari (1996), berpendapat bahwa
kecenderungan merupskan susunan atau disposisi untuk berkelakuan dalam cara
yang benar.
haplin (1995), mengartikan kecenderungan sebagai satu set atau satu susunan
sikap untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Soekanto (1993), menyatakan
kecenderungan merupakan suatu dorongan yang muncul dari dalam individu secara
inharen menuju suatu arah tertentu untuk menunjukkan suka atau tidak suka kepada
suatu objek.
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan,
baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan
kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan
mental yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah
depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja,
dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini
selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada
mereka sendiri. Hadi (2004), menyatakan secara sederhana dapat dikatakan bahwa
depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada
harapan lagi.
Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus
asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu,
pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut
Kartono menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan
dan keresahan, perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau
kecenderungan bunuh diri.
Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu
atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh.
Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu
yakin tidak melakukan apa pun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa
pun yang dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil yang muncul.
Individu yang mengalami depresi sering merasa dirinya tidak berharga dan merasa
bersalah. Mereka tidak mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat membuat
keputusan. Individu yang mengalami depresi selalu menyalahkan diri sendiri,
merasakan kesedihan yang mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab. Mereka
mempersepsikan diri sendiri dan seluruh alam dunia dalam suasana yang gelap dan
suram. Pandangan suram ini menciptakan perasaan tanpa harapan dan
ketidakberdayaan yang berkelanjutan (Albin, 1991).
Depresi menurut Kaplan dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
Sebagian perempuan menganggap bahwa masamasa setelah melahirkan adalah
masamasa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara
emosional. Gangguangangguan psikologis yang muncul akan mengurangi
kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak
dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau
berupa serangan yang sangat berat selama berbulanbulan atau bertahun tahun
lamanya.
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum
adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.
angguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV,
gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam gangguan mood dan onset gejala
adalah dalam 4 minggu pascapersalinan.
da 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity blues,
postpartum depression dan postpartum psychosis (Ling dan Duff, 2001).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Paltiel (Koblinsky dkk, 1997), bahwa
ada 3 golongan gangguan psikis pascasalin yaitu postpartum blues atau sering
disebut juga sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan yang bersifat
sementara. Postpartum depression yaitu depresi pasca persalinan yang berlangsung
sampai berminggu minggu atau bulan dan kadang ada diantara mereka yang tidak
menyadari bahwa yang sedang dialaminya merupakan penyakit. Postpartum
psychosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa yang sangat berat karena
bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu kambuh gangguan kejiwaannya
setiap pasca melahirkan.
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt (Regina
dkk, 2001), depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari
dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan
kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Masih
menurut Pitt (Regina dkk, 2001) tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi.
Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan
sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut
dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat
disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut
terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut
neurosa depresi atau depresi postpartum.
Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya
akumulasi stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi
adalah pengalaman yang negatif ketika semua persoalan tamapak tidak
terpecahkan. Persoalan juga tidak akan terpecahkan dengan berpikir lebih positif,
tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat dikendalikan.
Masih menurut Duffet-Smith, faktor kunci dalam depresi pasca persalinan adalah
kecapaian yang menjadi kelelahan total. Kepercayaan diri ibu dapat luntur jika ibu
merasa tidak mampu menanganinya dan menjadi frustasi karena kelemahan
fisiknya.
Inwood (Regina dkk, 2001) menghubungkan fenomena depresi postpartum dengan
gangguan perasaan mayor seperti kesedihan, perasaan tidak mampu, kelelahan,
insomnia dan anhedonia. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sloane dan
Bennedict (1997), depresi postpartum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan,
mungkin seorang ibu baru akan merasa benar benar tidak berdaya dan merasa
serba kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan
keluarganya, tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu.
Depresi pascalahir dapat berlangsung sampai 3 bulan atau lebih dan berkembang
menjadi depresi lain yang lebih berat atau lebih ringan. Gejalanya sama saja tetapi
disamping itu ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan
kemampuannya sebagai seorang ibu (Wilkinson, 1995).
Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem
psikis sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu
yang dapat berlangsung berbulan bulan. Sloane dan Bennedict (1997)
menyatakan bahwa depresi postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa
setelah melahirkan dan berlangsung terus 1 2 minggu.
LlewellynJones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis
pada masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah
melahirkan. Wanita yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara
sosial dan emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian
hidupnya.
erdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah
gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama
masa setelah melahirkan dan berlangsung terus menerus sampai 6 bulan bahkan
sampai satu tahun.
2. Faktor faktor penyebab depresi postpartum
Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi postpartum tidak berbeda
secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional. Suasana
sekitar kehamilan dan kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus
timbulnya gangguan emosional.
Nadesul (1992), penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah
adanya ketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan
kehamilan dan persalinan. Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang
dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut,
yang mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang
overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan
dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan
terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan
seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan
munculnya gejala depresi.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh LlewellynJones (1994), karakteristik
wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum adalah : wanita yang
mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga
yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau
orangorang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang
berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya kurang
komunikasi dan informasi, wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.
Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi postpartum
sebagai berikut :
a. Faktor konstitusional. Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas
adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta
apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih
banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues
karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau
dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia
akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b. Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya
gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik
dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan
hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari
diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada
keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat
setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
c. Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir
kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan
pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan
baik antara ibu dan anak.
d. Faktor sosial. Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang
tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu ibu, selain kurangnya
dukungan dalam perkawinan.
Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya depresi
pascasalin dipengaruhi oleh faktor :
1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat
kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu
cepat atau terlalu lambat.
2. Karakteristik ibu, yang meliputi :
a. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi
seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini
mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu.
Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali
dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
b. Faktor pengalaman. Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang
dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi
pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa
peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi
yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari
kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami
krisis setelah kelahiran bayi pertama.
c. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan
sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki
dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran
mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anakanak mereka (Kartono,
1992).
d. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta
intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar
trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula
trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
menghadapi depresi pascasalin.
e. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat
kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya
sedikit banyak berkurang.

erdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab depresi


postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena adanya
ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu.

3. Gejala gejala depresi postpartum


Depresi merupakan gangguan yang betulbetul dipertimbangkan sebagai
psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang
berakhir dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul bersamaan dengan
gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul
sebagai keluhan umum seperti : sukar tidur, merasa bersalah, kelelahan, sukar
konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh diri.
enurut Vandenberg (dalam Cunningham dkk, 1995), menyatakan bahwa keluhan
dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan
depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan adalah pikiran pikiran ingin
bunuh diri, wahamwaham paranoid dan ancaman kekerasan terhadap anak
anaknya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ling dan Duff (2001), bahwa gejala depresi
postpartum yang dialami 60 % wanita hampir sama dengan gejala depresi pada
umumnya. Tetapi dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum, depresi
postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain :
a. Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi mimpi yang
menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
b. Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang
mendasarinya seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang
terjadi dalam hidup manusia.
. Phobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang
tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu
irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan
kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah
Caesar akan merasakan emosi yang bermacammacam. Keadaan ini dimulai
dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita
yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula
untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan
peralatan operasi dan jarum (Duffet-Smith, 1995).
d. Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena
dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya
sebagian besar tidak diketahuinya.
e. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali
penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari
persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar
merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya
pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu
dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu (Santrock, 2002).
f. Perubahan mood.
enurut Sloane dan Bennedict (1997), menyatakan bahwa depresi postpartum
muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih murung,
perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia,
menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa
depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel
dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta
mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan
bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benarbenar memusuhi
bayinya.
Menurut Nevid dkk (1997), depresi postpartum sering disertai gangguan nafsu
makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan untuk
mempertahankan konsentrasi atau perhatian.
Kriteria diagnosis spesifik depresi postpartum tidak dimasukkan di dalam DSM-IV,
dimana tidak terdapat informasi yang adekuat untuk membuat diagnosis spesifik.
Diagnosis dapat dibuat jika depresi terjadi dalam hubungan temporal dengan
kelahiran anak dengan onset episode dalam 4 minggu pasca persalinan.
Menurut DSM IV, simptomsimptom yang biasanya muncul pada episode
postpartum antara lain perubahan mood, labilitas mood dan sikap yang berlebihan
terhadap bayi. Wanita yang menderita depresi postpartum sering mengalami
kecemasan yang sangat hebat dan sering panik.
Meskipun belum ada kriteria diagnosis spesifik dalam DSM-IV, secara karakteristik
penderita depresi postpartum mulai mengeluh kelelahan, perubahan mood, memiliki
episode kesedihan, kecurigaan dan kebingungan serta tidak mau berhubungan
dengan orang lain. Selain itu, penderita depresi postpartum memiliki perasaan tidak
ingin merawat bayinya, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya
sendiri atau keduanya.
Gejala depresi pascasalin ini memang lebih ringan dibandingkan dengan psikosis
pascasalin. Meskipun demikian, kelainankelainan tersebut memiliki potensi untuk
menimbulkan kesulitan atau masalah bagi ibu yang mengalaminya (Kruckman dalam
Yanita dan Zamralita, 2001).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejalagejala depresi
postpartum antara lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang dialami,
kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau
berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau
dirinya sendiri atau keduanya.

DAFTAR PUSTAKA

Albin, R. S. 1991. Emosi : Bagaimana Mengenal, Menerima dan Mengarahkannya.


Yogyakarta : Kanisius.

American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders. Fourth Edition (Text Revision). Washington, DC : American Psychiatric
Assosiation (APA).

Anshari, H. 1996. Kamus Psychologi. Jakarta : Arcan.


Arikunto, S. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi III.
Jakarta : Gramedia.

Asari, Y. 2005. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kestabilan Emosi


Dalam Menghadapi Kelahiran Anak Pertama. Skripsi. (tidak diterbitkan). Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Azwar, S. 1996. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Liberty.

_______. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Chaplin, C.P. 1995. Kamus Lengkap Psikologi. Yogyakarta. Liberty.

Cunningham, F. G, Macdonald, P. C dan Gant, N. F. 1995. Williams Obstetrics.


Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Duffet-Smith, T. 1995. Persalinan dengan Bedah Caesar. Jakarta : Arcan.

Erikania, J. 1999. Mengenal Post Partum Blues. Nakita. 8 Mei 199. No. 05/1.
Halaman 6. Jakarta : PT Kinasih Satya Sejati.

Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta : Tugu

Hadi, S. 1990. Metodologi Research II. Yogyakarta : Andi offset.

Hinton, J. 1989. Depresi dan Perawatannya. Jakarta : Dian Rakyat.

Ibrahim, Z. 2002. Psikologi Wanita. Bandung : Pustaka Hidayah.

Kaplan, H. I dan Sadock, B. J. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita : Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan Nenek. Jilid
Dua. Bandung : Mandar Maju.

. 2002. Patologi Sosial 3. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

LlewellynJones, D. 1994. Fundamental of Obstetrics and Gynecology. Sixth Edition.


Barcelona : Mosby.
Ling, F. W, dan Duff, P. 2001. Obstetrics and Gynecology. New York : Mc Graw
Hill Companies.

Malonda, B. F. 1999. Sosial Budaya, Gangguan Emosi dan Fisik Pasca Salin
Masyarakat Pedesaan Sumedang. Diakses 29 September 2004. www.tempo.co.id/
medika arsip/ 122002/ art-2.htm.

Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional.

Monks, F. J, Knoers, A. M. P, dan Rahayu, S. 1988. Psikologi Perkembangan.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nadesul, H. 1992. Seri Kesehatan Keluarga Hippocrates. Jakarta : Arcan.


Nevid, J. S dan Rathus, S. A. 1997. Abnormal Psychology in Changing World. Third
edition. USA : Prentice-Hall Inc.

Paltiel, F. K. 1997. Kesehatan Jiwa Wanita : Suatu Perspektif Global. Dalam


Koblinsky, M, Timyan, J dan Gay, J. (ed). Kesehatan Wanita : Sebuah Perspektif
Global. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Regina, Pudjibudojo, J. K dan Malinton, P. K. 2001. Hubungan Antara Depresi


Postpartum Dengan Kepuasan Seksual Pada Ibu Primipara. Anima Indonesian
Psychological Journal. Vol. 16. No. 3. 300 314.

Santrock, J .W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jilid I. Jakarta : Erlangga.


Sloane, P. D, dan Benedict, S. 1997. Petunjuk Lengkap Kehamilan. Jakarta : Mitra
Utama.

Soekanto. 1993. Kamus Sosiologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Steiner, M. 2005. Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric Disorder.


Diakses 17 April 2005. Http//www.psychdirect.com/women/PMS.htm.

Sudarsono. 1997. Kamus Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.

Suparlan, YB, Rachmanto, W, dan Pardiman, S. 1990. Kamus Istilah Kependudukan


dan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Kanisius.
Wiknjosastro, H, Saifudin, BR, dan Rachimhadhi, T. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Wilkinson, G. 1992. Buku Pintar Kesehatan : Depresi. Jakarta : Arcan.

www.bluerider.com/wordseach/primipara. Primipara.

www.ivillage.co.uk/pregnancyandbaby/tools.pregnancy_gloss. Look Up Any Word In


Our Glossary.

www.Jawaban.com. Urutan Kelahiran.

Yanita, A, dan Zamralita. 2001. Persepsi Perempuan Primipara Tentang Dukungan


Suami Dalam Usaha Menanggulangi Gejala Depresi pascasalin. Phronesis. Vol.3.
No : 5. 34 50.

Like
Be the first to like this post.

Filed under: setiyo purwanto

Kualitas Pelayanan Keperawatan Sikap Kerja Perawat

5 Responses

1.

Etiana, on February 12, 2008 at 5:21 am said:

Bagaimana cara dalam pengukuran penelitian psikologi?


Saya adalah seorang mahasisiwi kesehatan masyarakat semester akhir, dan
saya tertarik untuk melakukan penelitian (dalam rangka tugas akhir)tentang
kondisi emosional ibu pasca melahirkan (yang lebih dikenal dengan baby
blues).
Apakah saya cukup menilai gejala baby blues dengan skala nominal (ada
gejala atau tidak ada gejala) atau ordinal (misal: sangat cemas, cemas cukup
cemas, tidak cemas, dan sangat tidak cemas dengan melakukan skoring
pada kuesionair)dan dengan metode wawancara.
Apakah hal ini cukup valid?
Adakah rujukan pengklasifikasian gejala emosional ibu pasca melahirkan?
Buku atau alamat website manakan yang dapat saya jadikan rujukan?
Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Saya sangat berterima kasih jika ada yang memberi informasi melalui email
saya di: ana_aljembery@yahoo.com

2.

dewi, on March 24, 2008 at 10:54 am said:

Seperti Ettiana pengirim e_mail sebelumya, saya juga meneliti tentang


depresi pospartum. saya ingin menanyakan bagaimana cara pengukuran atau
alat ukur dari depresi postpartum tersebut.
Saya berharap e_mail saya dibalas secepatnya ke alamat e_mail saya
dhewhai@yahoo.com
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih banyak sebelumnya telah
membantu saya.

3.

ipi, on April 15, 2008 at 7:41 am said:

Seperti Ettiana dan dewi pengirim e_mail sebelumya, saya juga meneliti
tentang depresi pospartum. saya ingin menanyakan bagaimana cara
pengukuran atau alat ukur dari depresi postpartum tersebut.
Saya dianjurkan memakai skorring BDI, apakah efektif?
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih banyak sebelumnya telah
membantu saya

4.

yanti, on July 20, 2008 at 3:55 am said:


ada nd cara mengatasi deperesi post partum pada ibu remaja atau yang
menikah karena kecelakaan, trims, saya tg jwabanya..

Email (required) (Not published)

Name (required)

Website

Notify me of follow-up comments via email.

INFORMASI KEGIATAN ILMIAH

off

Anda pengunjung ke
o 323,939 terimakasih atas kunjungannya
Blogroll
o artikel kuliah pak setiyo
o foto kegiatan
o terapi sholat pak setiyo
o UMS pabelan
kalender

December 2007
M T W T F S S
Aug Jan
1 2
December 2007
M T W T F S S
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31

Arsip artikel

Blog at WordPress.com. Theme: Digg 3 Column by WP Designer.

Follow

Follow Artikel Psikologi Klinis Perkembangan dan Sosial

Get every new post delivered to your Inbox.

Enter email ad

Powered by WordPress.com

sung , cemas, tidak dapat tidur dan sedih. Delusi ( merasa bahwa anaknya
mengalami sesuatu yang berbahaya ) atau halusinasi terjadi dengan cepat.

Pasien harus segera memperoleh perawatan secara profesional.

Anda mungkin juga menyukai