Anda di halaman 1dari 20

1

IDENTITAS DAN USULAN PENILITIAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul
Analisa perhitungan cadangan batubara di Analisa Perhitungan Cadangan Batubara Di
PT. Prolindo Cipta Nusantara Dengan Metode Cross Section Desa Sebamban Baru
Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

2. Pengusul
a. Nama : Angga Giri Aji
b. NIM : DBD 111 0096
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Pertambangan
e. Institusi : Universitas Palangka Raya
f. No. Hanphone/Telp. Rumah : 085252876511
g. E-mail : anggagiria@gmail.com

3. Lokasi Penilitian : PT. Prolindo Cipta Nusantara

Palangka Raya, November 2016

Angga Giri Aji

A. Judul Tugas Akhir :


Analisa perhitungan cadangan batubara di PT. Prolindo Cipta Nusantara Dengan
Metode Cross Section Desa Sebamban Baru Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah
Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan
2

B. Bidang Ilmu :
Teknik Pertambangan
C. Latar Belakang
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan paska tambang.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaraan atau produktivitas penambangan
ialah masalah perhitungan cadangan pada studi kelayakan sehingga di ketahui layak
atau tidaknya daerah tersebut untuk di tambang. Dimana jika hasil menunjukan lokasi
tersebut layak untuk di tambang, maka akan di lanjutkan ke proses atau tahap
selanjutnya. Jika hasil menunjukan dearah tersebut tidak layak untuk di tambang maka
segala kegiatan akan di hentikan karena dapat merugikan perusaan jika segala kegiatan
terus di lanjutkan. Oleh karena itu perlu adanya perhitungan cadangan agar pihak
perusahaan tidak mengalami kerugian karena menambang di daerah yang tidak
ekomonis untuk di tambang. Berdasarkan dari latar belakang tersebut sehingga penulis
tertarik mengambil judul Tugas Akhir Analisa perhitungan cadangan batubara di PT.
Prolindo Cipta Nusantara Dengan Metode Cross Section Desa Sebamban Baru
Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui jumlah cadangan batubara di PT. Prolindo Cipta Nusantara Dengan
Metode Cross Section.
2. Mengetahui layak atau tidak daerah Izin Usaha Pertambangan PT. Prolindo Cipta
Nusantara untuk di tambang.
3. Mengetahui tonase batubara dan ketebalan overburden.
4. Mengetahui maksimun striping ratio.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
3

Penelitian ini diharapkan bisa untuk membantu pengusaha pertambangan


mengetahui layak atau tidak daerah tersebut untk di tambang.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini di harapkan bisa untuk memperluas wawasan mengenai bidang
pertambangan, khususnya tentang perhitungan cadangan batubara.
3. Bagi Jurusan Teknik Pertambangan
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi untuk diadakan penelitian
selanjutnya tentang pemetaan geologi untuk menentukan daerah prospek.
F. Rumusan Masalah
Permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa ketebalan minimum batubara di PT. Prolindo Cipta Nusantara?


2. Berapa maksimun ketebalan overburden ?
3. Berapa nilai maksimum striping ratio ?
4. Berapa nilai maksimum kemiringan batubara?
5. Layak atau tidak sumberdaya di PT. Prolindo Cipta Nusantara?

G. Batasan Masalah

Dalam Tugas Akhir ini, penulis membuat batasan masalah yang dibahas adalah sesuai
dengan judul dan tujuan Tugas Akhir :
1. Penilitian dilakukan pada Izin Usaha Pertambangan di PT. Prolindo Cipta
Nusantara
2. Membahas perhitungan cadangan batubara dengan metode Cross Section.
3. Tidak membahas kandungan batubara.

H. Dasar Teori

1. Perhitungan Cadangan
Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan
batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batu bara ini dibagi
dalam kelas-kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang
ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara
kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi
cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.
4

Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya


batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang
pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.
Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat
keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung
dua aspek, yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara yaitu:
a. Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)
Sumber daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei
tinjau.
Sejumlah kelas sumber daya yang belum ditemukan yang sama dengan
cadangan batubara yg diharapkan mungkin ada di daerah atau wilayah
batubara yang sama dibawah kondisi geologi atau perluasan dari
sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya, sumberdaya berada pada
daerah dimana titik-titik sampling dan pengukuran serat bukti untuk
ketebalan dan keberadaan batubara diambil dari distant outcrops,
pertambangan, lubang-lubang galian, serta sumur-sumur. Jika eksplorasi
menyatakan bahwa kebenaran dari hipotesis sumberdaya dan
mengungkapkan informasi yg cukup tentang kualitasnya, jumlah serta rank,
maka mereka akan di klasifikasikan kembali sebagai sumber daya
teridentifikasi (identified resources).
b. Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource)
Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap
penyelidikan prospeksi.
Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh sehingga penilaian
dari sumber daya tidak dapat diandalkan. Daerah sumber daya ini
ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas
data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam
daerah antara 1,2 km 4,8 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan
ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau
lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm atau lebih.
c. Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
5

Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap
eksplorasi pendahuluan.
Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran
secara relistik dari ketebalan, kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu
batubara dan dengan alasan sumber daya yang ditafsir tidak akan
mempunyai variasi yang cukup besar jika eksplorasi yang lebih detail
dilakukan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan
tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling
berdasarkan bukti gteologi dalam daerah antara 0,4 km 1,2 km. termasuk
antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sib bituminus
dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.
d. Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)
Sumber daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah
peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap
eksplorasi rinci.Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk
diandalkan untuk melakukan penafsiran ketebalan batubara, kualitas,
kedalaman, dan jumlah batubara insitu. Daerah sumber daya ini ditentukan
dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik
pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4 km.
Termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub
bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150
cm.
6

2. Aspek-Aspek Dalam Evaluasi Cadangan


Evaluasi cadangan batubara ini merupakan pekerjaan (tahap) lanjutan dari hasil
Pemodelan Sumberdaya Batubara. Pada tahapan ini mulai diterapkan
(diidentifikasikan) batasan-batasan teknis maupun ekonomis yang dapat menjadi
pembatas dari model sumberdaya batubara yang telah diterapkan (dimodelkan)
sebelumnya. Selain itu, pada tahapan ini diharapkan telah dapat dikuantifikasi
jumlah batubara yang realistis dan layak yang dapat diperoleh melalui
penambangan dengan metoda & sistem penambangan yang dipilih sesuai dengan
model sumberdaya yang telah diketahui. Secara umum, aspek-aspek penting yang
akan diuraikan & dipelajari adalah sebagai berikut :
a. Penentuan & pemilihan pit potensial
b. Konsep nisbah kupas (stripping ratio)
c. Faktor-faktor pembatas dan losses
d. Metode-metode perhitungan cadangan batubara
e. Konsep optimasi jumlah cadangan tertambang.

Beberapa pengertian/definisi dasar yang berhubungan dengan evaluasi


cadangan batubara (diadopsi dari : geological survey circular 891, 1983) adalah :

a) Coal (batubara) : suatu batuan yang dapat terbakar yang tersusun


lebih dari 50% berat (lebih dari 70% volume) material karbonan
(carbonaceous), termasuk inherent moisture yang terbentuk material
(bagian) tumbuhan yang telah mengalami kompaksi, perubahan
fisik-kimia oleh panas & tekanan dalam skala waktu geologi.
b) Coal bed (seam) : seluruh lapisan (batubara dan parting) yang
terdapat diantara batas roof (atap) dan floor (lantai).
c) Bone coal (bone) : impure coal yang mengandung banyak lempung
atau material-material detrital berukuran halus dan kadang-kadang
dikonotasikan dengan istilah silty coal atau shally coal atau sandy
coal.
d) Impure coal (coaly) : suatu batubara (coal) yang mengandung lebih
dari 33% berat abu dan dapat diasosiasikan sebagai parting dalam
suatu lapisan (seam) batubara.
e) High ash coal : batubara yang mengandung lebih dari 15% abu
dalam basis as-received.
f) High sulfur coal : batubara yang mengandung lebih dari 3% sulfur
dalam basis as-received.
7

g) Recoverable coal : batubara yang dapat/bisa diekstrak dari suatu


lapisan batubara pada saat penambangan. Term Recoverable ini
biasanya dikombinasikan dengan sumberdaya (resources) bukan
dengan cadangan (reserve).
h) Mineable coal : kapasitas (jumlah) cadangan batubara yang dapat
ditambang (tertambang) pada kondisi teknologi penambangan
sekarang, dengan telah mempertimbangkan faktor lingkungan,
hukum & perundang-undangan serta peraturan yang berlaku
(legalitas), serta kebijakan pemerintah yang diterapkan.

Untuk ketebalan, penyebaran lapisan batubara, serta evaluasi cadangan,


beberapa catatan khusus yang perlu diperhatikan adalah

a. Suatu penentuan ketebalan batubara belum dapat dikatakan komplit


(valid) jika :
a) Pengukuran tebal dilakukan pada singkapan dimana batuan
disekitarnya memperlihatkan gejala slumping,
b) Pengukuran tebal dilakukan pada suatu singkapan batubara
yang lapuk (tidak segar),
c) Pengukuran tebal dilakukan pada titik bor yang tidak
menembus dengan baik roof & floor lapisan batubara,
d) Pengukuran tebal dilakukan pada daerah yang diketahui
mengalami erosi bidang pada roof/floor lapisan batubara,
e) Pengukuran tebal dilakukan dengan cara membuat channel
pada suatu lapisan batubara, namun diketahui lapisan
tersebut telah mengalami perubahan letak (perpindahan) atau
pada bongkah.
b. Tingkat keyakinan geologi terhadap model sumberdaya yang
dikonstruksi :
a) Jarak antar titik informasi,
b) Konsep dalam pengkorelasian batubara,
c) Tingkat ketelitian (detil) dalam mengidentifikasikan struktur
geologi.
c. Derajat kelayakan ekonomis suatu pembukaan tambang batubara
dipengaruhi oleh :
a) Ketebalan lapisan batubara & overburden,
b) Rank dan kualitas batubara,
c) Biaya (cost) penambangan,
d) Perkiraan harga jual batubara,
e) serta perkiraan (target) keuntungan.
8

3. Penentuan dan Pemilihan Pit


Penentuan & pemilihan pit potensial merupakan sebagai langkah awal dalam
melakukan evaluasi cadangan batubara. Penentuan pit potensial ini diperlukan
untuk dapat memperkirakan/memprediksi suatu areal sumberdaya batubara yang
potensial untuk nantinya akan dikembangkan menjadi suatu lokasi pit
penambangan. Data-data awal yang diperlukan merupakan data-data yang
diperoleh/dihasilkan pada saat melakukan model sumberdaya, yaitu :
a. Peta topografi : untuk mengetahui (melihat) variasi topografi
(terutama daerah tinggian lembah).
b. Peta geologi lokal : untuk mengetahui variasi litologi, pola sebaran &
kemenerusan lapisan batubara, serta pola struktur geologi.
c. Peta iso-ketebalan : untuk mengetahui variasi ketebalan dari batubara,
sehingga jika disyaratkan ketebalan minimum yang akan dihitung, maka
peta ini dapat digunakan sebagai faktor pembatas.
d. Peta elevasi top (atap / roof) batubara ; untuk mengetahui pola kemenerusan
lapisan batubara.

Langkah awal yang dilakukan untuk penentuan pit potensial ini adalah membuat
(mengkonstruksi) peta iso-overburden, yaitu dengan cara melakukan overlay
antara peta struktur roof (elevasi top) batubara dengan peta topografi (Gambar
2.1). Nilai kontur pada peta iso-overburden merupakan refleksi dari ketebalan
overburden. Peta iso-overburden secara umum (gamblang) dapat menggambarkan
(merefleksikan) kondisi sebaran batubara terhadap variasi topografi pada areal
tertentu.
4. Konsep Nisbah Kupas (Stripping Ratio)
Ketebalan lapisan batubara dan ketebalan tanah penutup (overburden) merupakan
faktor utama yang mengontrol kelayakan suatu pembukaan tambang batubara.
Pengetahuan jumlah (kuantitas) batubara dan jumlah batuan penutup yang harus
dipindahkan untuk mendapatkan perunit batubara sesuai dengan metoda
penambangan merupakan konsep dasar dari Nisbah Kupas (Stripping Ratio).
Secara umum, Stripping Ratio (SR) didefinisikan sebagai Perbandingan jumlah
volume tanah penutup yang harus dipindahkan untuk mendapatkan satu ton
batubara.
Faktor rank, kualitas, nilai kalori, dan harga jual menjadi sangat penting dalam
perumusan nilai Stripping Ratio. Batubara dengan harga jual yang tinggi akan
memberikan Nisbah Kupas yang lebih baik daripada batubara dengan harga jual
yang rendah. Dalam pemodelan sumberdaya, faktor ini dapat direfleksikan
9

sebagai dasar untuk perhitungan (penaksiran) jumlah cadangan batubara. Dalam


Geological Survei Circular 891, 1983., ada beberapa konsep mendasar yang dapat
dipahami, antara lain :
a. Ketebalan batubara minimum yang dapat diperhitungkan sebagai cadangan:
a) Untuk batubara antrasit & bituminous : ketebalan minimum adalah 70
cm dengan kedalaman maksimum 300 m.
b) Untuk batubara sub-bituminous : ketebalan minimum adalah 1,5 m
dengan kedalaman maksimum 300 m.
c) Untuk lignit : ketebalan minimum adalah 1,5 m dengan kedalaman
maksimum 150 m. Kedalaman maksimum ini telah memasukkan
pertimbangan jika penambangan diteruskan dengan metoda
penambangan bawah tanah.
b. Interval ketebalan overburden yang disarankan untuk pelaporan perhitungan
cadangan, adalah :
a) Tonase batubara dengan ketebalan overburden 0 30 m,
b) Tonase batubara dengan ketebalan overburden 30 60 m,
c) Tonase batubara dengan ketebalan overburden 60 150 m,
c. Recovery factor : suatu angka yang menyatakan perolehan batubara yang
dapat ditambang (dengan metoda stip mining, auger mining, atau
underground mining) terhadap jumlah cadangan yang telah diperhitungkan
sebelumnya.
5. Faktor-Faktor Pembatas Dalam Penentuan Cadangan Tertambang
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa tidak mungkin akan diperoleh
cadangan tertambang 100% dari cadangan insitu, dimana akan terjadi dilution
sepanjang tahap penambangan. Sebelum mulai menghitung suatu nilai cadangan
tertambang, maka ada 2 (dua) faktor utama yang harus dikuantifikasi, yaitu
Faktor Pembatas Cadangan dan Faktor Losses.
a. Faktor-faktor pembatas suatu cadangan
a) Minimum ketebalan lapisan batubara, hal ini berhubungan dengan
teknik penambangan & stripping ratio, maksimum ketebalan tanah
penutup, hal ini berhubungan dengan nilai stripping ratio.
b) Maksimum stripping ratio, hal ini berhubungan dengan nilai atau
tingkat kelayakan penambangan.
c) Maksimum kemiringan lapisan batubara, hal ini akan berhubungan
dengan teknologi penambangan dan nilai stripping ratio.
d) Minimum (%) yield proses untuk mendapatkan batubara bersih, yaitu
kalau diperkirakan akan dilakukan proses pencucian.
e) Maksimum kandungan abu, yaitu sesuai dengan standar pasar yang
akan dimasuki.
10

f) Maksimum kandungan sulfur, yaitu sesuai dengan standar pasar yang


akan dimasuki.
g) Batasan alamiah geografis, yaitu berhubungan dengan
batasanbatasan alam yang harus diperhatikan, seperti adanya sungai
besar, daerah konservasi alam, atau adanya jalan negara, atau adanya
suatu areal tertentu yang tidak mungkin dipindahkan.
h) Batasan alamiah geologi, yaitu berhubungan dengan batasanbatasan
geologi, seperti adanya sesar, intrusi, dll.
b. Faktor Losses
Yaitu faktor-faktor kehilangan cadangan akibat tingkat keyakinan geologi
maupun akibat teknis penambangan. Beberapa faktor losses adalah :
a) Geological Losses, yaitu faktor kehilangan akibat adanya variasi
ketebalan, parting, maupun pada saat pengkorelasian lapisan batubara.
b) Mining Losses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan,
seperti faktor alat, faktor safety, dll.
c) Processing Losses, yaitu faktor kehilangan (recovey/yield) akibat
diterapkannyametoda pencucian batubara atau kehilangan pada proses
lanjut di Stockpile.
Faktor-faktor pembatas pada umumnya sudah cukup jelas. Dalam penerapannya,
faktor-faktor pembatas tersebut akan menjadi Pit Limit dalam panambangan.
Sedangkan faktor-faktor losses diterapkan pada saat proses perhitungan cadangan,
dan dapat dikuantifikasi besar nilai losses tersebut. Berikut akan diuraikan contoh
cara pengkuantifikasian faktor losses tersebut.
a. Geological Losses
Biasanya untuk kemudahan, langsung diambil nilai umum yaitu 5 - 10%.
Namun dapat juga dengan memperhatikan pola variasi ketebalan batubara,
yaitu dengan bantuan analisis statistik. Parameter statistik yang dapat
digunakan adalah :
a) standard deviasi,
b) koefisien variasi, atau standard error
b. Mining Losses
Secara umum, untuk metoda Strip Mining digunakan mining losses sebesar
10%, sedangkan untuk tambang bawah tanah digunakan mining losses
sebesar 40-50% yaitu (metoda Long Wall mempunyai Recovery 60-70%,
metoda Room & Pillar mempunyai Recovery 50-60%), untuk auger mining
digunakan mining losses sebesar 60-70% (atau Recovery 30-40% sesuai
dengan spesifikasi perlatannya). Untuk metoda Strip Mining (open pit),
kadang-kadang juga digunakan pendekatan ketebalan lapisan yang akan
11

ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof & 10 cm pada floor. Jika ketebalan


lapisan hanya 1 m, maka Mining Losses = 20%., sedangkan jika ketebalan
lapisan adalah 2 m maka Mining Losses = 10%., dan jika ketebalan lapisan
adalah 5 m maka Mining Losses = 4%. Processing Losses (yield), sangat
tergantung pada hasil uji ketercucian (washability test), dimana harga
perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji tersebut.

6. Perhitungan Cadangan Batubara


Batubara merupakan endapan dengan tingkat homogenitas yang tinggi, maka
untuk perhitungan cadangan dapat diterapkan metoda konvensional (klasik)
dengan tingkat ketelitian yang cukup baik. Untuk tujuan praktis, metoda
penampang dapat diterapkan untuk perhitungan jumlah cadangan tertambang.
7. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang
Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda penampang
ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan membuat
penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model endapan
pada daerah tersebut. Pada masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui)
luas batubara dan luas overburden. Volume batubara & overburden dapat
diketahui dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut.
Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu)
penampang, atau 2 (dua) penampang, atau 3 (tiga) penampang, atau juga dengan
rangkaian banyak penampang:
a. Dengan menggunakan 1 (satu) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa 1 penampang mempunyai


daerah pengaruh hanya terhadap penampang yang dihitung saja .
Persamaan :
Volume = (A x d1) + (A x d2)
Keterangan :
A = luas overburden
d1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1
d2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2
Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh penampang
tersebut. Jika penampang tunggal tersebut merupakan penampang korelasi
lubang bor, maka akan merefleksikan suatu bentuk poligon dengan jarak
pengaruh penampang sesuai dengan daerah pengaruh titik bor (poligon)
tersebut.
12

b. Dengan menggunakan 2 (dua) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal di
antara 2 penampang tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah variasi
(perbedaan) dimensi antara kedua penampang tersebut. Jika tidak terlalu
berbeda, maka dapat digunakan rumus mean area & rumus kerucut
terpancung, tetapi jika perbedaannya terlalu besar maka digunakan rumus
obelisk.
c. Dengan menggunakan 3 (tiga) penampang
Metoda 3 (tiga) penampang ini digunakan jika diketahui adanya variasi
(kontras) pada areal di antara 2 (dua) penampang, maka perlu ditambahkan
penampang antara untuk mereduksi kesalahan. Untuk menghitungnya
digunakan rumus prismoida:

Keterangan :
S1 & S2 = luas penampang ujung
m = luas penampang tengah
L = jarak antara S1 & S2
V = volume
d. Metode USGS 1984

Data yang digunakan dalam penghitungan hanya berupa data singkapan,


maka metode yang digunakan untuk penghitungan sumber daya daerah
penelitian adalah metode Circular (USGS).
Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat dihitung dengan
Keterangan :
Tonnase batubara = A x B x C
dimana:
A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau meter
B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton.
C = area batubara dalam acre atau hektar
13

Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam


perhitungan sumber daya batubara. Bila lapisan batubara memiliki
kemiringan yang berbeda-beda, maka perhitungan dilakukan secara
terpisah.

a. Kemiringan 00 100
Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus
Tonnase = ketebalan batubara x berat jenis batubara x area batubara
b. Kemiringan 100 300
Untuk kemiringan 100 300, tonase batubara harus dibagi dengan
nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.
c. Kemiringan > 300
Untuk kemiringan > 300, tonase batubara dikali dengan nilai cosinus
kemiringan lapisan batubara.
e. Metode Mean Area
Metode ini memerlukan data primer berupa: data titik bor, data kualitas
batubara, overallslope, lebar mineflor, striping ratio, geogicall loose,
mining recovery, processing recovery. Sedangkan data sekunder berupa :
peta topografi skala 1 : 4000, peta geologi daerah penelitian skala 1 :
100000, geologi lokal. Metode mean area ini terdiri dari beberapa langkah
yang harus dilakukan, meliputi: pembuatan penampang log bor, penentuan
kedudukan batubara, pembuatan iso struktur top dan bottom batubara,
pembuatan cropline, pembuatan peta kualitas batubara (kalori, sulfur dan
ash), perhitungan cadangan yang meliputi : pembuatan sayatan, pembuatan
penampang, perhitungan tonase serta striping ratio. Pembuatan garis
sayatan dan penampang sayatan menggunakan bantuan software autocad
land development dimana jarak tiap penampang 20 m. Perhitungan volume
batubara dan overburden menggunakan metode mean area, yaitu dengan
mencari volume dari batubara, yang diperoleh dari rata-rata (mean) luas
area dikalikan dengan jarak penampang, selanjutnya didapatkan tonase dari
batubara dengan mengkalikan volume dengan berat jenis batubara, faktor
geologi, mining recovery, dan processeding recovery. Sehingga diperoleh
nilai dari Striping ratio yaitu perbandingan antara volume overburden
dengan cadangan batubara.
14

Gambar 2.7 Penampang menggunakan metode Mean Area

Dalam perhitungannya digunakan metode mean area yang merupakan


rumus paling sederhana untuk menghitung volume yang terletak diantara
dua buah penampang yang sejajar dengan luas S1 dan S2 serta jarak L.
Pada metode penampang standar ini, rumus mean area yang digunakan
adalah sebagai berikut :

( S1 + S 2 ) ( S 2 +S 3 ) ( S +S )
V= L1 + L2 +.. . ..+ n1 n LN
2 2 2

Keterangan :
L1, L2, L3,, Ln = jarak antar penampang (m).
S1, S2, S3,., Sn = luas setiap penampang (m2).
Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus diatas karena
perhitungan volumebatubara dihitung perblok. Jenis perhitungan ini, dapat
pula dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini bila mempunyai
jarak yang sama :
V = (S1 + S2) L + (S2 + S3) L + (S3 + S4) L (Sn-1 + Sn) L
2 2 2 2
V = ((S1 + S2) + (S2 + S3) + (S3 + S4) + (Sn-1 + Sn) ) L/2
Maka :
V = (S1 + 2S2 +2S3 + +2 Sn-1 + Sn )L/2
Sedangkan perhitungan luas pada mean are yang menghitung volume
antara 2 buah penampang dengan kondisi S1 < 0,5 S2, maka perhitungan
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

S S
V = {S1 + S2 + ( 1 2 ) }L/3
f. Metode Cross Section
Masih sering dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari perhitungan.
Hasil perhitungan secara manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding
untuk mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih dengan
menggunakan komputer.
15

Perhitungan dengan metode penampang standar ini adalah membagi


endapan mineral menjadi blok blok dengan interval tertentu dengan jarak
yang sama atau berbeda sesuai dengan keadaan geologi dan kemajuan
penambangan. Adapun cara pembuatan blok dari metode sayatan yaitu blok
penambangan dibatasi oleh dua penampang atau sayatan dan sebuah bidang
permukaan yang tidak teratur, selain itu penampang atau sayatan dibuat
secara sejajar (lihat gambar 3.1). Pada metode sayatan standar terdapat
prosedur untuk menentukan volume endapan tersebut yaitu, melakukan
perkalian dengan jarak antar sayatan untuk memperoleh volume dan
perhitungan tonase batubara.

Gambar 3.1 Metode Penampang Tegak (Cross Section)

Rumus prismoida :
V = (S1 + 4M + S2) L .........................................
6
Keterangan :
S1,S2 = Luas penampang ujung
M = Luas penampang tengah
L = Jarak antara S1 dan S2
V = Volume

Rumus kerucut terpancung :


Keterangan :
S1 = Luas penampang atas
S2 = Luas penampang alas
L = Jarak antar S1 dan S2
V = Volume

Rumus luas rata-rata (mean area)


16

Keterangan :
S1,S2 = Luas penampang
L = Jarak antar penampang
V = Volume cadangan

Untuk menghitung luas penampang digunakan penggabungan metode


simpson 1/3 dan simpson 3/8.
Lsimp1/3 = h/3 (f0+fn) + h/3 (4f1+4f3+4f5+...+4fn-1) + h/3 (2f2+2f4+2f6+...+2fn-2)
h/3 (f0+fn) + 4h/3 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 2h/3 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp1/3 = h/3 ( f0 + 4 f ganjil + 2 f genap + fn )
Lsimp3/8 = h/8 (f0+fn) + h/8 (3f1+3f3+3f5+...+3fn-1) + h/8 (3f2+3f4+3f6+...+3fn-2)
h/8 (f0+fn) + 3h/8 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 3h/8 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp3/8 = h/8 ( f0 + 3 f ganjil + 3 f genap + fn )

Sedangkan, untuk menghitung tonase digunakan rumus :


T = V x Bj
Keterangan :
T = Tonase (Ton)
V = Volume (m3 )
Bj = Berat Jenis (Ton/m3)

g. Metode Isoline (Metode Kontur)

Metoda ini dipakai untuk digunakan pada endapan batubara dimana


ketebalan dan kadar mengecil dari tengah ke tepi endapan.
Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luas daerah yang terdapat
di dalam batas kontur, kemudian mempergunakan prosedur-prosedur yang
umum dikenal.
Kadar rata-rata dapat dihitung dengan cara membuat peta kontur, kemudian
mengadakan weighting dari masing-masing luas daerah dengan contour
grade.

Keterangan :

o : Kadar minimum

: Harga interval kadar antar kontur

Ao : Luas kontur dengan kadar o


17

A1 : Luas kontur dengan kadar o +

A2 : Luas kontur dengan kadar o + 2

An : Luas kontur dengan kadar o + n

h. Metode Krigging
Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau simulasi dari
suatu variabel terregional (regionalized variable) yang memakai pendekatan
bahwa data yang dianalisis dianggap sebagai suatu realisasi dari suatu
variabel acak (random variable), dan keseluruhan variable acak dalam
daerah yang dianalisis tersebut akan membentuk suatu fungsi acak dengan
menggunakan model struktural variogram atau kovariogram (Dr. Ir.
Rukmana Nugraha Adhi, 1998).
Kriging adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang paling bagus
untuk mengestimasi kadar blok karena menghasilkan varians estimasi
minimum BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). (Dr. Ir. Totok
Darijanto, 2003). Kriging diambil dari nama seorang pakar geostatistik dari
Afrika Selatan yaitu D.G Krige yang telah banyak memikirkan hal tersebut
sejak tahun 50an. Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai
dengan geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram.
Bobot yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada hubungannya secara
langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini
hanya tergantung pada konfigurasi conto di sekitar blok serta model
variogramnya. Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang
terlalu kompleks untuk suatu komoditi tertentu. Hal ini sangat bermanfaat
jika dilakukan pada penentuan cadangan-cadangan yang mineable dengan
kadar-kadar di atas cut off grade.
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan
sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh
dari persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan
kadar conto yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung
pada konfigurasi conto di sekitar blok serta model variogramnya.
18

I. Metode Penilitian
Metode yang akan dilakukan dalam pengambilan data yang dibutuhkan untuk
keperluan penyelesaian penulisan laporan tugas akhir ini adalah :
1. Studi Literatur
Kegiatan ini dilakukan dengan mempelajari teori-teori dan data-data yang
berhubungan dengan penelitian ini.
2. Data Lapangan Primer
Jenis kegiatan ini mencakup pengamatan langsung dari lapangan berupa peta
kondisi lapangan, Pengukuran struktur Geologi yang terdiri dari pengukuran
strike dan dip dan perhitungang cadangan.

3. Data Lapangan Sekunder


a. Peta Topografi
b. Geologi regional dan curah hujan
c. Letak dan kedalaman seam batubara
d. Kemiringan seam batubara
e. Tebal seam batubara
f. Literatur dan buku referensi
g. Jurnal
4. Analisa Data
Data-data yang diperoleh diolah dengan analisa matematis dan statistik serta
disajikan dalam bentuk tabel, dan perhitungan penyelesaian.
Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengukur Strike dan Dip
b. Analisis data singkapan batubara
c. Pembuatan penampang arah singkapan batubara
d. Menghitung tebal singkapan batubara
5. Penyusunan laporan
Penyusunan laporan dilakukan dengan bimbingan secara berkala dan
pembuatan laporan secara sistematis.
19

J. Bagan Alir Penilitian


Analisa perhitungan cadangan batubara di Analisa Perhitungan Cadangan Batubara Di PT. Prolindo
Cipta Nusantara Dengan Metode Cross Section Desa Sebamban Baru Kecamatan Angsana
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

Studi Literatur Rumusan Masalah


Kegiatan ini dilakukan dengan mempelajari teori-teori
1. Berapa ketebalan minimum batubara PT. Prolindo Cipta
dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini.
Nusantara ?

Observasi Lapangan 2. Berapa maksimun ketebalan overburden ?


1. Pengamatan langsung kondisi lapangan
2. Kegiatan Oksplorasi 3. Berapa nilai maksimum striping ratio ?
3. Kondisi Singkapan
Akuisisi Data
4. Berapa nilai maksimum kemiringan batubara?
5. Layak atau tidak sumberdaya di PT. Prolindo Cipta Nusantara
Data Sekunder :
untuk di tambang?
Data Primer :
1. Data curah hujan
1. Ketebalan dan Kedalaman Batubara dan Overburden
2. Peta kesampaian daerah
2. Luas Area Batubara 3. Peta geologi regional daerah
3. Volume Batubara dan Volume Overburden penelitian
4. Peta layout tambang

Pengolahan Data :
1. Mengukur Strike dan Dip
2. Analisis data singkapan batubara
3. Pembuatan penampang arah singkapan batubara
4. Menghitung tebal singkapan batubara
Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

K. Waktu Pelaksanaan Penilitian Tugas Akhir


Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan selama 2 bulan dan dimulai november
Desember 2016. Lama dan waktu pelaksanaan penelitian ini dapat berubah sesuai
dengan ketentuan dan kebijakan perusahaan.
URAIAN November Desember
No. II III IV
KEGIATAN II III IV I

1 Orientasi Lapangan

2 Pengambilan Data
20

3 Pengolahan Data

3 Pembuatan Laporan

4 Konsultasi Laporan

L. DAFTAR PUSTAKA

Yoni, (2007), Laporan Akhir Geoteknik, PT. United Coal Indonesia.


Yoni, (2007), Laporan Akhir Hidrogeologi, PT. United Coal Indonesia.
Yoni,(2007), Laporan Akhir Studi Kelayakan Pertambangan Batubara, PT. United Coal
Indonesia.
Adisoma G, (1998), Pengantar Perencanaan Tambang, Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum Departemen Pertambangan Dan Energi.
Adisoma G, (1998), Perencanaan Berdasarkan Waktu, Teknik Pertambangan Institut
Teknologi Bandung.
Arif I, (1998), Dasar-Dasar Perencanaan Tambang, Teknik Pertambangan Institut
Teknologi Bandung.
Arif I, (1996), Tambang Terbuka, Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung.
Sukandarrumidi, (2011), Pemetaan Geologi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai