MENGHADAP KABAH
1. Apabila anda wahai Muslim ingin menunaikan shalat, menghadaplah ke Kabah
(qiblat) dimanapun anda berada, baik shalat fardlu maupun shalat sunnah, sebab ini
termasuk diantara rukun-rukun shalat, dimana shalat tidak sah tanpa rukun ini.
2. Ketentuan menghadap qiblat ini tidak menjadi keharusan lagi bagi seorang yang
sedang berperang pada pelaksanaan shalat khauf saat perang berkecamuk dahsyat.
* Dan tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang tidak sanggup seperti orang yang sakit
atau orang yang dalam perahu, kendaraan atau pesawat bila ia khawatir luputnya waktu.
* Juga tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang shalat sunnah atau witir sedang ia
menunggangi hewan atau kendaraan lainnya. Tapi dianjurkan kepadanya jika hal ini
memungkinkan supaya menghadap ke qiblat pada saat takbiratul ikhram, kemudian setelah
itu menghadap ke arah manapun kendaraannya menghadap.
3. Wajib bagi yang melihat Kabah untuk menghadap langsung ke porosnya, bagi yang tidak
melihatnya maka ia menghadap ke arah Kabah.
4. Apabila shalat tanpa menghadap qiblat karena mendung atau ada penyebab lainnya
sesudah melakukan ijtihad dan pilihan, maka shalatnya sah dan tidak perlu diulangi.
5. Apabila datang orang yang dipercaya saat dia shalat, lalu orang yang datang itu
memberitahukan kepadanya arah qiblat maka wajib baginya untuk segera menghadap ke arah
yang ditunjukkan, dan shalatnya sah.
2. BERDIRI
6. Wajib bagi yang melakukan shalat untuk berdiri, dan ini adalah rukun, kecuali bagi :
* Orang yang shalat khauf saat perang berkecamuk dengan hebat, maka dibolehkan baginya
shalat di atas kendaraannya.
* Orang yang sakit yang tidak mampu berdiri, maka boleh baginya shalat sambil
duduk dan bila tidak mampu diperkenankan sambil berbaring.
* Orang yang shalat nafilah (sunnah) dibolehkan shalat di atas kendaraan atau sambil duduk
jika dia mau, adapun ruku dan sujudnya cukup dengan isyarat kepalanya, demikian pula
orang yang sakit, dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah dari rukunya.
7. Tidak boleh bagi orang yang shalat sambil duduk meletakkan sesuatu yang agak tinggi
dihadapannya sebagai tempat sujud. Akan tetapi cukup menjadikan sujudnya lebih rendah
dari rukunya -seperti yang kami sebutkan tadi- apabila ia tidak mampu meletakkan dahinya
secara langsung ke bumi (lantai).
9. Dibolehkan juga shalat di kapal laut atau pesawat sambil duduk bila khawatir akan jatuh.
10. Boleh juga saat berdiri bertumpu (memegang) pada tiang atau tongkat karena faktor
ketuaan atau karena badan yang lemah.
11. Dibolehkan shalat lail (sholat malam-red) sambil berdiri atau sambil duduk meski tanpa
udzur (penyebab apapun), atau sambil melakukan keduanya. Caranya; ia shalat membaca
dalam keadaan duduk dan ketika menjelang ruku ia berdiri lalu membaca ayat-ayat yang
masih tersisa dalam keadaan berdiri. Setelah itu ia ruku lalu sujud. Kemudian ia melakukan
hal yang sama pada rakaat yang kedua.
12. Apabila shalat dalam keadaan duduk, maka ia duduk bersila atau duduk dalam
bentuk lain yang memungkinkan seseorang untuk beristirahat.
14. Tapi yang lebih utama jika sekali waktu shalat sambil memakai sandal dan sekali waktu
tidak memakai sandal, sesuai yang lebih gampang dilakukan saat itu, tidak membebani diri
dengan harus memakainya dan tidak pula harus melepasnya. Bahkan jika kebetulan telanjang
kaki maka shalat dengan kondisi seperti itu, dan bila kebetulan memakai sandal maka shalat
sambil memakai sandal. Kecuali dalam kondisi tertentu (terpaksa).
15. Jika kedua sandal dilepas maka tidak boleh diletakkan di samping kanan akan tetapi
diletakkan di samping kiri jika tidak ada di samping kirinya seseorang yang shalat, jika ada
maka hendaklah diletakkan di depan kakinya, hal yang demikianlah yang sesuai dengan
perintah dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
16. Dibolehkan bagi imam untuk shalat di tempat yang tinggi seperti mimbar dengan tujuan
mengajar manusia. Imam berdiri di atas mimbar lalu takbir, kemudian membaca dan ruku
setelah itu turun sambil mundur sehingga memungkinkan untuk sujud ke tanah di depan
mimbar, lalu kembali lagi ke atas mimbar dan melakukan hal yang serupa di rakaat
berikutnya.
(tambahan-red)
17. Wajib shalat menghadap tabir pembatas, dan tiada bedanya baik di masjid maupun selain
masjid, di masjid yang besar atau yang kecil, berdasarkan kepada keumuman sabda Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Janganlah shalat melainkan menghadap pembatas, dan jangan biarkan seseorang
lewat di hadapanmu, apabila ia enggan maka perangilah karena sesungguhnya ia bersama
pendampingnya. (Maksudnya syaitan).
18. Wajib mendekat ke pembatas karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan
hal itu.
19. Jarak antara tempat sujud Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan tembok yang
dihadapinya seukuran tempat lewat domba. maka barang siapa yang mengamalkan hal itu
berarti ia telah mengamalkan batas ukuran yang diwajibkan.
20. Wajib pembatas dibuat agak tinggi dari tanah sekadar sejengkal atau dua jengkal
berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Jika seorang diantara kamu meletakkan di hadapannya sesuatu setinggi ekor pelana
(sebagai pembatas) maka shalatlah (menghadapnya), dan jangan ia pedulikan orang yang
lewat di balik pembatas.
21. Dan ia menghadap ke pembatas secara langsung, karena hal itu yang termuat dalam
konteks hadits tentang perintah untuk shalat menghadap ke pembatas. Adapun bergeser dari
posisi pembatas ke kanan atau ke kiri sehingga membuat tidak lurus menghadap langsung ke
pembatas maka hal ini tidak sah.
22. Boleh shalat menghadap tongkat yang ditancapkan ke tanah atau yang sepertinya, boleh
pula menghadap pohon, tiang, atau isteri yang berbaring di pembaringan sambil berselimut,
boleh pula menghadap hewan meskipun unta.
23. Tidak boleh shalat menghadap ke kubur, larangan ini mutlak, baik kubur para nabi
maupun selain nabi.
24. Tidak boleh lewat di depan orang yang sedang shalat jika di depannya ada pembatas,
dalam hal ini tidak ada perbedaan antara masjid Haram atau masjid-masjid lain, semua sama
dalam hal larangan berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Andaikan orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui akibat
perbuatannya maka untuk berdiri selama 40, lebih baik baginya dari pada lewat di depan
orang yang sedang shalat. Maksudnya lewat di antara shalat dengan tempat sujudnya.
25. Tidak boleh bagi orang yang shalat menghadap pembatas membiarkan seseorang lewat di
depannya berdasarkan hadits yang telah lalu.
Artinya : Jika seseorang diantara kamu shalat menghadap sesuatu pembatas yang
menghalanginya dari orang lain, lalu ada yang ingin lewat di depannya, maka hendaklah ia
mendorong leher orang yang ingin lewat itu semampunya (dalam riwayat lain : cegahlah dua
kali) jika ia enggan maka perangilah karena ia adalah syaithan.
download gratis kajian MP3 Tatacara Sholat yang Benar | Sifat Sholat
Nabi di :
26. Boleh maju selangkah atau lebih untuk mencegah yang bukan mukallaf yang lewat di
depannya seperti hewan atau anak kecil agar tidak lewat di depannya.
27. Di antara fungsi pembatas dalam shalat adalah menjaga orang yang shalat menghadapnya
dari kerusakan shalat disebabkan yang lewat di depannya, berbeda dengan yang tidak
memakai pembatas, shalatnya bisa terputus bila lewat di depannya wanita dewasa, keledai,
atau anjing hitam.
3. NIAT
28. Bagi yang akan shalat harus meniatkan shalat yang akan dilaksanakannya serta
menentukan niat dengan hatinya, seperti fardhu zhuhur dan ashar, atau sunnat zhuhur dan
ashar. Niat ini merupakan syarat atau rukun shalat. Adapun melafazhkan niat dengan lisan
maka ini merupakan bidah, menyalahi sunnah, dan tidak ada seorangpun yang menfatwakan
hal itu di antara para ulama yang ditokohkan oleh orang-orang yang suka taqlid (fanatik
buta).
4. TAKBIR
29. Kemudian memulai shalat dengan membaca. Allahu Akbar (Artinya : Allah Maha
Besar). Takbir ini merupakan rukun, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
30. Tidak boleh mengeraskan suara saat takbir di semua shalat, kecuali jika menjadi imam.
31. Boleh bagi muadzin menyampaikan (memperdengarkan) takbir imam kepada jamaah
jika keadaan menghendaki, seperti jika imam sakit, suaranya lemah atau karena banyaknya
orang yang shalat.
32. Mamum tidak boleh takbir kecuali jika imam telah selesai takbir.
36. Kemudian meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri sesudah takbir, ini merupakan
sunnah (ajaran) para nabi-nabi Alaihimus Shallatu was sallam dan diperintahkan oleh Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam kepada para sahabat beliau, sehingga tidak boleh
menjulurkannya.
37. Meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan di atas pergelangan dan
lengan.
41. Hendaklah berlaku khusu dalam shalat dan menjauhi segala sesuatu yang dapat
melalaikan dari khusu seperti perhiasan dan lukisan, janganlah shalat saat berhadapan
dengan hidangan yang menarik, demikian juga saat menahan berak dan kencing.
43. Tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, karena menoleh adalah curian yang dilakukan oleh
syaitan dari shalat seorang hamba.
Artinya : Maha Suci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, kedudukan-Mu sangat
agung, dan tidak ada sembahan yang hak selain Engkau.
Perintah ber-istiftah telah sah dari Nabi, maka sepatutnya diperhatikan untuk diamalkan.
artinya:
Atau kadang-kadang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga membaca dalam sholat
fardhu:
yang artinya:
Aku hadapkan wajahku kepada Pencipta seluruh langit dan bumi dengan penuh kepasrahan
dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku
semata-mata untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sesuatu pun yang menyekutui-Nya.
Demikianlah aku diperintah dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim. Ya
Allah, Engkaulah Penguasa, tiada Ilah selain Engkau semata-mata. [Engkau Mahasuci dan
Mahaterpuji], Engkaulah Rabbku dan aku hamba-Mu, aku telah menganiaya diriku dan aku
mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah semua dosaku. Sesungguhnya hanya Engkaulah
yang berhak mengampuni semua dosa. Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang paling baik,
karena hanya Engkaulah yang dapat memberi petunjuk kepada akhlaq yang terbaik dan
jauhkanlah diriku dari akhlaq buruk. Aku jawab seruan-Mu, sedang segala keburukan tidak
datang dari-Mu. [Orang yang terpimpin adalah orang yang Engkau beri petunjuk]. Aku
berada dalam kekuasaan-Mu dan akan kembali kepada-Mu, [tiada tempat memohon
keselamatan dan perlindungan dari siksa-Mu kecuali hanya Engkau semata]. Engkau
Mahamulia dan Mahatinggi, aku mohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah)
5. QIRAAH (BACAAN)
46. Kemudian wajib berlindung kepada Allah Taala, dan bagi yang meninggalkannya
mendapat dosa.
artinya:
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari semburannya
(yang menyebabkn gila), dari kesombongannya, dan dari hembusannya (yang
menyebabkan kerusakan akhlaq).
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni,
Hakim dan dishahkan olehnya serta oleh Ibnu Hibban dan Dzahabi).
artinya:
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
dari setan yang terkutuk
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad
hasan).
49. Kemudian membaca basmalah (bismillah) di semua shalat secara sirr (tidak
diperdengarkan).
MEMBACA AL-FAATIHAH
50. Kemudian membaca surat Al-Fatihah sepenuhnya termasuk bismillah, ini adalah rukun
shalat dimana shalat tak sah jika tidak membaca Al-Fatihah, sehingga wajib bagi orang-orang
Ajm (non Arab) untuk menghafalnya.
Subhaanallah, wal hamdulillah walaa ilaha illallah, walaa hauwla wala quwwata illaa
billah.
Artinya : Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada sembahan yang haq selain Allah,
serta tidak ada daya dan kekuatan melainkan karena Allah.
52. Didalam membaca Al-Fatihah, disunnahkan berhenti pada setiap ayat, dengan cara
membaca. (Bismillahir-rahmanir-rahiim) lalu berhenti, kemudian membaca.
(Alhamdulillahir-rabbil aalamiin) lalu berhenti, kemudian membaca. (Ar-rahmanir-rahiim)
lalu berhenti, kemudian membaca. (Maaliki yauwmiddiin) lalu berhenti, dan demikian
seterusnya. Demikianlah cara membaca Nabi Shallallahu alaihi wa sallam seluruhnya.
Beliau berhenti di akhir setiap ayat dan tidak menyambungnya dengan ayat sesudahnya
meskipun maknanya berkaitan.
53. Boleh membaca (Maaliki) dengan panjang, dan boleh pula (Maliki) dengan pendek.
BACAAN MAMUM
54. Wajib bagi mamum membaca Al-Fatihah di belakang imam yang membaca sirr (tidak
terdengar) atau saat imam membaca keras tapi mamum tidak mendengar bacaan imam,
demikian pula mamum membaca Al-Fatihah bila imam berhenti sebentar untuk memberi
kesempatan bagi mamum yang membacanya. Meskipun kami menganggap bahwa
berhentinya imam di tempat ini tidak tsabit dari sunnah.
55. Disunnahkan sesudah membaca Al-Fatihah, membaca surat yang lain atau beberapa ayat
pada dua rakaat yang pertama. Hal ini berlaku pula pada shalat jenazah.
56. Kadang-kadang bacaan sesudah Al-Fatihah dipanjangkan kadang pula diringkas karena
ada faktor-faktor tertentu seperti safar (bepergian), batuk, sakit, atau karena tangisan anak
kecil.
57. Panjang pendeknya bacaan berbeda-beda sesuai dengan shalat yang dilaksanakan. Bacaan
pada shalat subuh lebih panjang daripada bacaan shalat fardhu yang lain, setelah itu bacaan
pada shalat dzuhur, pada shalat ashar, lalu bacaan pada shalat isya, sedangkan bacaan pada
shalat maghrib umumnya diperpendek.
58. Adapun bacaan pada shalat lail lebih panjang dari semua itu.
59. Sunnah membaca lebih panjang pada rakaat pertama dari rakaat yang kedua.
60. Memendekkan dua rakaat terakhir kira-kira setengah dari dua rakaat yang pertama.
62. Disunnahkan pula menambahkan bacaan surat Al-Fatihah dengan surat-surat lain pada
dua rakaat yang terakhir.
63. Tidak boleh imam memanjangkan bacaan melebihi dari apa yang disebutkan di dalam
sunnah karena yang demikian bisa-bisa memberatkan mamum yang tidak mampu seperti
orang tua, orang sakit, wanita yang mempunyai anak kecil dan orang yang mempunyai
keperluan.
64. Bacaan dikeraskan pada shalat shubuh, jumat, dua shalat ied, shalat istisqa, khusuf dan
dua rakaat pertama dari shalat maghrib dan isya. Dan dikecilkan (tidak dikeraskan) pada
shalat dzuhur, ashar, rakaat ketiga dari shalat maghrib, serta dua rakaat terakhir dari shalat
isya.
65. Boleh bagi imam memperdengarkan bacaan ayat pada shalat-shalat sir (yang tidak
dikeraskan).
66. Adapun witir dan shalat lail bacaannya kadang tidak dikeraskan dan kadang dikeraskan.
67. Sunnah membaca Al-Quran secara tartil (sesuai dengan hukum tajwid) tidak terlalu
dipanjangkan dan tidak pula terburu-buru, bahkan dibaca secara jelas huruf perhuruf. Sunnah
pula menghiasi Al-Quran dengan suara serta melagukannya sesuai batas-batas hukum oleh
ulama ilmu tajwid. Tidak boleh melagukan Al-Quran seperti perbuatan Ahli Bidah dan tidak
boleh pula seperti nada-nada musik.
68. Disyariatkan bagi mamum untuk membetulkan bacaan imam jika keliru.
6. RUKU
69. Bila selesai membaca, maka diam sebentar menarik nafas agar bisa teratur.
70. Kemudian mengangkat kedua tangan seperti yang telah dijelaskan terdahulu pada
takbiratul ihram.
72. Lalu ruku sedapatnya agar persendian bisa menempati posisinya dan setiap anggota
badan mengambil tempatnya. Adapun ruku adalah rukun.
CARA RUKU
74. Mensejajarkan punggung dan meluruskannya, sehingga jika kita menaruh air di
punggungnya tidak akan tumpah. Hal ini wajib.
75. Tidak merendahkan kepala dan tidak pula mengangkatnya tapi disejajarkan dengan
punggung.
Artinya : Segala puji bagi Allah yang Maha Agung. tiga kali atau lebih.
78. Termasuk sunnah untuk menyamakan panjangnya rukun, diusahakan antara ruku berdiri
dan sesudah ruku, dan duduk diantara dua sujud hampir sama.
Syamiallahu-liman hamidah.
Artinya : Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya. adapun hukumnya wajib.
83. Lalu berdiri dengan tegak dan tenang sampai seluruh tulang menempati posisinya. Ini
termasuk rukun.
Artinya : Ya tuhan kami bagi-Mu-lah segala puji. Hukumnya adalah wajib bagi setiap
orang yang shalat meskipun sebagai imam, karena ini adalah wirid saat berdiri, sedang tasmi
(ucapan Samiallahu liman hamidah) adalah wirid itidal (saat bangkit dari ruku sampai
tegak).
85. Menyamakan panjang antara rukun ini dengan ruku seperti dijelaskan terdahulu.
7. SUJUD
86. Lalu mengucapkan Allahu Akbar dan ini wajib.
89. Apabila sujud -dan ini adalah rukun- bertumpu pada kedua telapak tangan serta
melebarkannya.
94. Mengangkat kedua lengan dari lantai dan tidak meletakkannya seperti cara anjing.
Hukumnya adalah wajib.
101. Wajib berlaku tegak ketika sujud, yaitu tertumpu dengan seimbang pada semua anggota
sujud yang terdiri dari : Dahi termasuk hidung, dua telapak tangan, dua lutut dan ujung-ujung
jari kedua kaki.
102. Barangsiapa sujud seperti itu berarti telah thumaninah, sedangkan thumaninah ketika
sujud termasuk rukun juga.
Artinya : Maha Suci Rabbku yang Maha Tinggi diucapkan tiga kali atau lebih.
104. Disukai untuk memperbanyak doa saat sujud, karena saat itu doa banyak dikabulkan.
105. Menjadikan sujud sama panjang dengan ruku seperti diterangkan terdahulu.
106. Boleh sujud langsung di tanah, boleh pula dengan pengalas seperti kain, permadani,
tikar dan sebagainya.
108. Kemudian mengangkat kepala sambil takbir, dan hukumnya adalah wajib.
110. Lalu duduk dengan tenang sehingga semua tulang kembali ke tempatnya masing-
masing, dan ini adalah rukun.
112. Menegakkan kaki kanan (sifat duduk seperti No. 111 dan 112 ini disebut Iftirasy).
Rabbigfirlii, Rabbigfilii.
Artinya : Ya Allah ampunilah aku, ampunilah aku.
SUJUD KEDUA
121. Melakukan pada sujud ini apa-apa yang dilakukan pada sujud pertama.
DUDUK ISTIRAHAT
122. Setelah mengangkat kepala dari sujud kedua, dan ingin bangkit ke rakaat yang kedua
wajib takbir.
124. Duduk sebentar di atas kaki kiri seperti duduk iftirasy sebelum bangkit berdiri, sekadar
selurus tulang menempati tempatnya.
RAKAAT KEDUA
125. Kemudian bangkit rakaat kedua -ini termasuk rukun- sambil menekan ke lantai dengan
kedua tangan yang terkepal seperti tukang tepung mengepal kedua tangannya.
126. Melakukan pada rakaat yang kedua seperti apa yang dilakukan pada rakaat pertama.
127. Akan tetapi tidak membaca pada rakaat yang kedua ini doa iftitah.
DUDUK TASYAHUD
129. Setelah selesai dari rakaat kedua duduk untuk tasyahud, hukumnya wajib.
130. Duduk iftirasy seperti diterangkan pada duduk diantara dua sujud.
132. Meletakkan tangan kanan sampai siku di atas paha dan lutut kanan, tidak diletakkan jauh
darinya.
134. Tidak boleh duduk sambil bertumpu pada tangan, khususnya tangan yang kiri.
MENGGERAKKAN TELUNJUK DAN MEMANDANGNYA
135. Menggenggam jari-jari tangan kanan seluruhnya, dan sewaktu-waktu meletakkan ibu
jari di atas jari tengah.
139. Menggerakkan telunjuk sambil berdoa dari awal tasyahud sampai akhir.
Artinya : Segala penghormatan bagi Allah, shalawat dan kebaikan serta keselamatan atas
Nabi dan rahmat Allah serta berkat-Nya. Keselamatan atas kita dan hamba-hamba Allah yang
shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad hamba dan rasul-Nya.
145. Sesudah itu bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dengan
mengucapkan :
146. Dapat juga diringkas sebagai berikut : Allahumma shalli alaa muhammad, wa alaa ali
muhammad, wabaarik alaa muhammadiw waalaa ali muhammadin kamaa shallaiyta
wabaarikta alaa ibraahiim waalaa ali ibraahiim, innaka hamiidum majiid.
147. Kemudian memilih salah satu doa yang disebutkan dalam kitab dan sunnah yang paling
disenangi lalu berdoa kepada Allah dengannya.
(tambahan-red) Dari Abu Hurairah berkata; berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam :
Apabila kamu telah selesai bertasyahhud maka hendaklah berlindung kepada Allah dari
empat (4) hal, dia berkata:
artinya: Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, siksa kubur, fitnahnya
hidup dan mati serta fitnahnya Al-Masiihid Dajjaal.
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim dengan lafadhz Muslim)
148. Kemudian takbir, dan hukumnya wajib. Dan sunnah bertakbir dalam keadaan duduk.
150. Kemudian bangkit ke rakaat ketiga, ini adalah rukun seperti sebelumnya.
151. Seperti itu pula yang dilakukan bila ingin bangkit ke rakaat yang ke empat.
152. Akan tetapi sebelum bangkit berdiri, duduk sebentar di atas kaki yang kiri (duduk
iftirasy) sampai semua tulang menempati tempatnya.
153. Kemudian berdiri sambil bertumpu pada kedua tangan sebagaimana yang dilakukan
ketika berdiri ke rakaat kedua.
154. Kemudian membaca pada rakaat ketiga dan keempat surat Al-Fatihah yang merupakan
satu kewajiban.
155. Setelah membaca Al-Fatihah, boleh sewaktu-waktu membaca bacaan ayat atau lebih dari
satu ayat.
156. Disunatkan untuk qunut dan berdoa untuk kaum muslimin karena adanya satu musibah
yang menimpa mereka.
162. Apabila telah selesai membaca doa qunut lalu bertakbir untuk sujud.
164. Tempatnya sebelum ruku, hal ini berbeda dengan qunut nazilah.
165. Mengucapkan doa berikut : Allahummah dinii fiiman hadayit, wa aafiinii fiiman
aafayit, watawallanii fiiman tawallayit, wa baariklii fiimaa athayit, wa qinii syarra
maaqadhayit, fainnaka taqdhii walaa yuqdhaa alayika wainnahu laayadzillu maw waalayit
walaa yaizzu man aadayit, tabaarakta rabbanaa wataalayit laa manjaa minka illaa ilayika.
Artinya : Ya Allah tunjukilah aku pada orang yang engkau tunjuki dan berilah aku afiat pada
orang yang Engkau beri afiat. Serahkanlah aku pada orang yang berwali kepada-Mu, berilah
aku berkah pada apa yang Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan yang
Engkau tetapkan, karena Engkau menetapkan, dan tidak ada yang menetapkan untukku. Dan
sesungguhnya tidak akan hina orang yang berwali kepada-Mu, dan tidak akan mulia orang
yang memusuhi-Mu, Engkau penuh berkah, Wahai Rabb kami dan kedudukan-Mu sangat
tinggi, tidak ada tempat berlindung kecuali kepada-Mu.
166. Doa ini termasuk doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
diperbolehkan karena tsabit dari para shahabat radiyallahu anhum.
169. Melakukan pada tasyahud akhir apa yang dilakukan pada tasyahud awal.
170. Selain duduk di sini dengan cara tawaruk yaitu meletakkan pangkal paha kiri ke tanah
dan mengeluarkan kedua kaki dari satu arah dan menjadikan kaki kiri ke bawah betis kanan.
173. Menutup lutut kiri dengan tangan kiri yang bertumpu padanya.
174. Wajib pada tasyahud akhir bershalawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
sebagaimana lafadz-lafadznya yang telah kami sebutkan pada tasyahud awal.
175. Kemudian berlindung kepada Allah dari empat perkara, dan mengucapkan :
Allahumma inii auwdzubika min adzaabi jahannam, wa min adzaabil qabri wa min fitnatil
mahyaa wal mamaati wa min tsarri fitnatil masyihid dajjal.
Artinya : Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam dan dari siksa kubur, dan
dari fitnah orang yang hidup dan orang yang mati serta dari keburukan fitnah masih ad-
dajjal.
176. Kemudian berdoa untuk dirinya dengan doa yang nampak baginya dari doa-doa
tsabit dalam kitab dan sunnah, dan doa ini sangat banyak dan baik. Apabila dia tidak
menghafal satupun dari doa-doa tersebut maka diperbolehkan berdoa dengan apa yang
mudah baginya dan bermanfaat bagi agama dan dunianya.
SALAM DAN MACAM-MACAMNYA
177. Memberi salam ke arah kanan sampai terlihat putih pipinya yang kanan, hal ini adalah
rukun.
178. Dan ke arah kiri sampai terlihat putih pipinya yang kiri meskipun pada shalat jenazah.
179. Imam mengeraskan suaranya ketika salam kecuali pada shalat jenazah.
* Pertama mengucapkan
* Ketiga mengucapkan
PENUTUP
Saudaraku seagama.
Inilah yang terjangkau bagiku dalam meringkas sifat shalat nabi Shallallahu alaihi wa sallam
sebagai satu usaha untuk mendekatkannya kepadamu sehingga engkau mendapatkan satu
kejelasan, tergambar dalam benakmu, seakan-akan engkau melihatnya dengan kedua belah
matamu. Apabila engkau melaksanakan shalatmu sebagaimana yang aku sifatkan kepadamu
tentang shalat nabi Shallallahu alaihi wa sallam, maka aku mengharapkan kepada Allah
Subhanahu wa Taala agar menerima shalatmu, karena engkau telah melaksanakan satu
perbuatan yang sesuai dengan perkataan nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Setelah itu satu hal jangan engkau lupakan, agar engkau menghadirkan hatimu dan khusyu
ketika melakukan shalat, karena itu tujuan utama berdirinya sang hamba di hadapan Allah
Subahanahu wa Taala, dan sesuai dengan kemampuan yang ada padamu dari apa yang aku
sifatkan tentang kekhusuan serta mengikuti cara shalat nabi Shallallahu alaihi wa sallam,
sehingga engkau mendapatkan hasil diharapkan sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh
Allah Subhanahu wa Taala dengan firman-Nya.
Pada halaman ini Saya buat untuk rekan2 yang ingin memperdalam Sholat
Fardhu dengan meyakini dimana Sholat merupakan sebuah Media (ritual)
berkomunikasi antara Mahluk dengan Sang Pencipta Allah Swt. dan
dikhususkan juga bagi rekan2 yang mualaf.
Sehingga Sholat terdeskripsi tidak hanya dengan menbunyikan Surah atau
pun Doa, akan tetapi dengan mengerti, meyakini, berkomunikasi memohon
penuh dengan kekhusyukan kepada Tuhan YME
Semoga posting ini dapat mengantarkan kita semua ke dalam Ridho Allah
Swt. dan lebih serta kurangnya saya mohonkan bimbingan bantuan dari
saudara2 sekalian terimakasih.
DOA IFTITAH
AL-FATIHAH
ARRAHMAANIR RAHIIM.
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
MAALIKIYAUMIDDIIN.
Penguasa Hari Pembalasan.
SUJUD
TASYAHUD AKHIR
pengertian
Shalat secara bahasa berarti berdoa. dengan kata lain, sholat secara bahasa
mempunyai arti mengagungkan. Sedangkan pengertian shalat menurut syara
adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ucapan di sini adalah bacaan-bacaan
al-Quran, takbir, tasbih, dan doa. Sedang yang dimaksud dengan perbuatan
adalah gerakan-gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku, sujud, duduk, dan
gerakan-gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.
syarat-syarat sholat
1. beragama islam
7. menghadap kiblat
rukun sholat
1. niat
2. takbiratul ihram
3. berdiri tegak bagi yang berkuasa ketika sholat fardu.boleh sambil duduk atau berbaring bgi
yang sedang sakit
Tata Cara sholat haruslah sesuai dengan yang diajarkan oleh junjungan kita, Nabi Muhammad saw.
Sebuah hadits yang masyhur, Rasulullah bersabda: Shalat lah kamu sekalian sebagaimana melihatku
shalat. Cara Sholat yang benar telah banyak dibahas dalam berbagai macam buku baik buku fikih
maupun buku yang secara khusus membahas cara sholat.
Salah satu kewajiban seorang muslim adalah mendirikan sholat lima waktu
(fardhu). Sholat fardhu merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima, sehingga
bagaimanapun keadaannya, seorang muslim tidak boleh meninggalkannya.
Bahkan saat seorang muslim tidak bisa menggerakan tangan dan kakinya, selama
dia masih sadar, sholat ini tetap tidak boleh ditinggalkan.
Pada dasarnya semua sholat baik yang fardhu maupun sunnah itu memiliki tata-
gerakan yang sama, kecuali pada shalat jenazah dan shalat gerhana.
Bila tidak mampu maka boleh duduk, bila tidak bisa duduk maka dengan berbaring
dan jika tidak mampu menggerakkan anggota badan maka boleh dengan isyarat.
lihat pada gambar no 1
Mengangkat tangan ketika takbir bisa dilakukan dengan salah satu dari tiga
keadaan: --sebelum ucapan takbir, bersamaan dengan ucapan takbir,
sesudah ucapan takbir.
Jari jemari tangan saat takbir dirapatkan, namun tidak digenggam dan jari
jemari menghadap ke atas.
Meletakkan telapak tangan di atas punggung telapak kiri atau pergelangan atau di
lengan bawah tangan kiri atau tangan menggenggam tangan kiri dan posisi kedua
tangan di dada.
lihat pada gambar no 3
Membaca Al Fatihah
Membaca salah satu surat atau ayat-ayat alquran yang anda hafal
Bangkit dari ruku' (i'tidal), dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu
atau kedua telinga, dengan mengucapkan "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH"
Melakukan sujud Sambil bertakbir. Saat sujud membaca 'SUBHANA RABBIYAL A'LA"
3x.lihat pada gambar no 9
Bangkit dari sujud sambil bertakbir lalu duduk iftirasy(duduk diantara dua sujud),
duduk dengan bertumpu pada telapak kaki kiri dengan telapak kaki kanan
ditegakan.(lihat pada gambar no 10 dan 11)
Setelah itu bangkit dari sujud seraya mengucapkan takbir, lalu duduk sebentar,
setelah itu berdiri dengan bertumpu pada tangan.lihat pada gambar no 12
Inilah yang disebut dengan satu rakaat. Jika sholat yang kita kerjakan adalah sholat
dhuhur, ashar dan isya' (4 rakaat), pada rakaat kedua setelah sujud kedua
dilanjutkan dengan duduk tasyahud awal dan pada rakaat terakhir kita duduk
tasyahud akhir dan salam.
Duduk tasyahud awal caranya seperti duduk iftirosy (duduk diantara dua sujud).
Membaca Bacaan Tasyahud dan Sholawat.
Berkata Abdullah : Kami apabila shalat di belakang nabi shallallahu alaihi wa sallam keselamatan atas
jibril dan mikail keselamatan atas si fulan dan si fulan maka rasulullah berpaling kepada kami. Lalu
beliau shallallahu alaihi wa sallam berkata : sesungguhnya Allah itu As-salam maka apabila shalat
hendaklah kalian itu mengucapkan:
Doa Tasyahud:
Dari Kaab bin Ujrah berkata : Maukah aku hadiahkan kepadamu sesuatu ? Sesungguhnya Nabi
shallallahu alaihi wa sallam datang kepada kami, maka kami berkata : Ya Rasulullah kami sudah tahu
bagaimana cara mengucapkan salam kepadamu, lantas bagaimana kami harus bershalawat
kepadamu? Beliau berkata : ucapkanlah:
Duduk tasyahud akhir adalah dengan bertawaruk, yaitu menegakan telapak kaki
kanan dan menempatkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan dengan
menjadikan lantai sebagai tempat bertumpu.
kemudian salam
Salam sebagai tanda berakhirnya gerakan sholat, dilakukan dalam posisi duduk tasyahhud akhir
setelah membaca doa minta perlindungan dari 4 fitnah atau tambahan doa lainnya.
Kunci sholat adalah bersuci, pembukanya takbir dan penutupnya (yaitu sholat)
adalah mengucapkan salam.
(Hadits dikeluarkan dan disahkan oleh Al Imam Al-Hakim dan Adz-Dzahabi)
Caranya
Dengan menolehkan wajah ke kanan seraya mengucapkan doa salam kemudian
ke kiri.
Dari Amir bin Saad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi shallallahu alaihi
wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga terlihat
putih pipinya.
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu
Majah)
Dari Alqomah bin Wa-il, dari bapaknya, ia berkata: Aku sholat bersama Nabi
shallallahu alaihi wa sallam maka beliau membaca salam ke sebelah kanan
(menoleh ke kanan): As Salamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh. Dan
kesebelah kiri: As Salamualaikum Wa Rahmatullahi.
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Sahabat ummi, banyak di antara kita memperselisihkan perbedaan tata cara shalat antara
lelaki dan perempuan. Dalam fiqih Islam, apakah memang ada perbedaan yang cukup
signifikan mengenai perbedaan tersebut?
Sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara tata cara shalat laki-laki dan shalat
wanita, karena tidak ada dalilnya, karena pernyataan yang terdapat dalam hadist adalah
bersifat umum yakni sabda Nabi Muhammad saw:
Atas dasar itulah Syaikh Ibnu Baz menyatakan Sunnah Nabi menyatakan hendaklah kaum
wanita menunaikan shalat sebagaimana lelaki menunaikannya, baik dalam rukuk, sujud dan
mengeraskan bacaan.
Meski demikian, menurut ulama lain menyebutkan ada beberapa bagian tatacara dalam shalat
di mana lelaki dan perempuan memang berbeda, yakni dalam hal:
Bahwasanya Nabi SAW pernah melewati dua orang perempuan yang sedang shalat, maka
beliau bersabda: Apabila kamu berdua sujud, maka rapatkanlah sebagian daging (bagian
tubuh) ke lantai. Dengan demikian, terlihat tatacara antara lelaki dan perempuan dalam hal
ini memanglah tak sama.
-Seluruh tubuh wanita saat shalat adalah aurat, selain wajah dan telapak tangannya. Abu
Daud meriwayatkan dari Ummu Salamah, jika dia pernah bertanya pada Nabi Muhammad
saw:
Bolehkah wanita shalat dengan memakai baju dan tutup kepala saja, tanpa kain? Jawab
Nabi: (Boleh), apabila baju itu panjang, menutupi punggung telapak kakinya.
Sedang bagi laki-laki yang dimaksud aurat adalah antara pusar dan lututnya, maka untuk laki-
laki saat shalat tertutup dari tubuhnya hanya antara pusat dan lututnya saja misalnya, maka
shalatnya sah. Namun alangkah baiknya jika lelaki memakai pakaian saat shalat, pakaian
sopan dan sewajarnya.
Bagaimana dengan hukum wanita melakukan adzan atau iqamah? Wanita hanya disunahkan
iqamat (untuk jamaah wanita saja, imamnya juga wanita, pen), namun jika harus adzan maka
suaranya diharapkan sangat rendah. Ini bukan makruh, namun merupakan dzikir dan
mendapat pahala karenanya, namun jika suaranya ditinggikan adzannya, maka menjadi
makruh. Jika khawatir timbulkan fitnah dengan suara muadzinnya maka hukumnya haram.
Hal ini memang berbeda dengan lelaki, Beda dengan lelaki, mengumandangkan adzan dan
iqamah adalah sunah dikala hendak lakukan shalat fardhu. Sama halnya jika waita tersebut
saat menjadi imam apakah bacaannya boleh keras?
Dalam shalat, wanita harus merendahkan suaranya jika ada lelaki yang bukan muhrimnya,
agar tak terjadi fitnah, hal ini disarikan dalam al Ahzab ayat 32, dimana wanita dilarang
berbicara menunduk yakni lemah gemulai agar lelaki yang mempunyai penyakit hati tidak
menganggu, atau berpikiran negatif.
Jika imam lupa dengan gerakan atau salah gerakan dalam shalat, bagaimana cara wanita
mengingatkan atau membenarkannya? Dalam mengingatkan imam didalam shalat yang
terlupa gerakan, atau salah gerakan maka wanita boleh bertepuk tangan dengan memukulkan
tangan kanannya pada punggung telapak tangan kiri.
Hal ini berbeda dengan lelaki Dan jika lelaki, disunahkan membaca tasbih dengan suara
keras, saat akan mengingatkan. Hal ini menurut riwayat Bukhari dan Muslim dari Saad bin
Sahal ra, bahwa Rasulullah bersabda:
Barangsiapa ragu-ragu karena sesuatu dalam shalatnya, maka hendaklah ia bertasbih, maka
ia mendapat perhatian. Dan adapun bertepuk tangan hanyalah bagi wanita.
Shalat diharapkan menjalankan shalat dengan khusuk dan sebaiknya wanita wajib menjauhi
dari hal-hal yang menyibukan diri dari kekhusukan dalam menjalankan shalat, ataupun
segala sesuatu yang menganggunya, seperti mengerjakan shalat disuatu tempat yang ada
lukisannya sebagai hiasan, atau diderpan cermin, demikian Syaikh ibnu Baz menjelaskan.
Mengenai shalat dengan dua siku di tempat sujud, Syaikh Ibnu Baz menjelaskan Disunahkan
seorang wanita yang sedang shalat fardhu atau shalat sunah untuk mengangkat kedua sikunya
serta bertumpu kepada kedua telapak tangannya saat sujud.
Hal ini dilakukan secara berurutan atau terus menerus/ tidak berselang. Misalnya mengusap
hidung, menggaruk badan secara terus-menerus. Jika satu gerakan terus menerus, dan
berselang agak lama, maka shalatnya tidak batal, karena dua kali gerakan yang terus-
menerus.
Referensi:
Candra Nila Murti Dewojati, 2013, 202 Tanya Jawab Fikih Wanita, Penerbit Al Maghfirah,
Jakarta
Disunnatkan bagi wanita agar tidak menyamai lelaki dalam lima perkara sebagai
berikut:
Bahwasanya Nabi SAW pernah melewati dua orang perempuan yang sedang
shalat, maka beliau bersabda: Apabila kamu berdua sujud, maka rapatkanlah
sebagian daging (bagian tubuh) ke lantai. Karena dalam hal itu, perempuan tidak
sama dengan lelaki.
Kedua: Wanita harus merendahkan suaranya bila ada lelaki yang bukan
muhrimnya. Jadi, dalam shalat jahiriyah pun tidak perlu mengeraskan suaranya,
agar jangan terjadi fitnah. Allah Taala berfirman:
Sedang menurut lafazh Muslim: Nabahu, yang arinya terkena sesuatu yang perlu
diberitahukan.
Keempat: semua tubuh wanita adalah aurat, selain wajah dan telapak tangannya,
sebagaimana pernah kami terangkan.
Tafsir yang masyhur menurut kebanyakan Ulama (Jumhur) ialah, bahwa yang
dimaksud perhiasan adalah tempat-tempatnya. Sedang yang biasa nampak dari
wanita ialah wajah dan telapak tangannya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir: 3/283).
Sedang Abu Daud (640) dan lainnya meriwayatkan dari Ummu Salamah RA,
bahwa dia pernah bertanya kepada Nabi SAW:
Bolehkah wanita shalat dengan memakai baju dan tutup kepala saja, tanpa
kain? Jawab Nabi: (Boleh), apabila baju itu panjang, menutupi punggung
telapak kakinya.
Jelas, bahwasanya apabila baju itu dapat menutupi punggung telapak kaki di kala
berdiri dan ruku, maka sudah pasti ia akan menjuntai di kala sujud, dan menutupi
bagian bawah telapak kaki, karena di waktu itu wanita merapatkan bagian-bagian
tubuhnya. (Lihat pembahasan tentang Syarat-syarat shalat).
Adapun bagi laki-laki, auratnya ialah antara pusat dan lututnya. Jadi, sekiranya dia
shalat, sedang yang tertutup dari tubuhnya hanya antara pusat dan lututnya saja,
maka shalatnya sah.
Apa yang di atas dua lutut, termasuk aurat. Dan apa yang di bawah pusat juga
termasuk aurat.
Bahwa Jabir shalat dengan memakai secarik kain, dan berkata: Pernah aku
melihat Nabi SAW shalat dengan memakai secarik kain.
Jabir shalat dengan memakai secarik kain yang telah dia ikat dari arah
tengkuknya.
Al-Izar, pada umumnya berupa kain penutup bagian tengah tubuh, yakni antara
pusat dan lutut dan sekitarnya.
Kelima: bagi wanita hanya disunnatkan iqamat, tidak disunnatkan adzan. Tetapi,
kalau dia adzan dengan suara rendah, maka tidak makruh, dan itu merupakan
dzikir yang mendapat pahala karenanya. Adapun kalau adzan itu dikumandangkan
dengan suara tinggi, maka makruh. Dan jika dikhawatirkan terjadinya fitnah, maka
haram.
Lain dengan lelaki. Anda telah tahu, bahwa bagi lelaki adzan adalah sunnah di kala
hendak melakukan tiap-tiap shalat fardhu.
12 Kesalahan Yang Sering Terjadi Dalam Mendirikan
Shalat
19 Juli 2011 pukul 4:05
Shalat adalah tiang agama dan rukun Islam yang kedua, dia adalah ibadah yang
pertama kali akan dipertanggung jawabkan oleh seorang hamba di hadapan Allah
SWT pada hari kiamat. Maka wajib bagi setiap muslim memperhatikan pelaksanaan
shalat ini sebgaimana yang telah diperintakan oleh Nabi Muhammad SAW dan dengan
tata cara yang telah dijelaskan oleh beliau.
Diriwyatkan dari Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya dari hadits Malik bin Al-Huwairits
bahwa Nabi bersabda:
"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat[1].
"Amalan hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat
adalah shalat, apabila baik maka baiklah seluruh amalnya dan apabila
rusak maka rusaklah seluruh amalnya.[2]
Lalu, apakah cara shalat yang kita lakukan sudah benar seperti yang dicontohkan Rasulullah?
Apakah cara berdiri, cara takbiratul ikhram, cara mengangkat tangan, cara sedekap, cara
ruku, cara sujud, cara duduk antara, cara duduk tahyat awal, cara duduk tahyat akhir, cara
salam, kefashihan seluruh bacaan, pemahaman arti gerak dan bacaan sudah pernah diuji
kebenarannya? Jika belum pernah diuji bagaimana kita yakin bahwa cara shalat kita sudah
benar?
Didalam shalat terdapat beberapa kesalahan yang sering terjadi pada orang yang
melakasanakan shalat.
Perkara ini saya ingatkan guna memenuhi hak Allah Taala dan menunaikan kewajiban
memberikan nasehat, diantara kesalahan tersebut adalah:
Jika kita ingin shalat dengan cara shalat Nabi, pakailah sutrah! Inilah sabdanya:
Janganlah kalian shalat kecuali dengan menghadap sutrah dan
janganlah kalian biarkan seorangpun lewat di hadapanmu (HR
Muslim).
Sutrah adalah benda pembatas shalat, letaknya di depan orang shalat atau agak ke kiri/kanan,
sejauh 3 hasta (120 cm) dari tempat berdiri. Tinggi sutrah minimal 1 hasta, jarak antara siku
dengan ujung jari tengah (40 cm).
Dinding
Punggung orang
Tiang
Mimbar
Adapun saat di lapangan, Nabi pernah menggunakan tombak, barang bawaan, pelana kuda,
pohon dll sebagai sutrahnya. Saat Rasulullah shalat di rumah (shalat sunnah tentunya), beliau
pernah menggunakan tempat tidur sebagai sutrahnya.
Dalam shalat berjamaah, sutrah cukup pada imam. Makmum baris pertama tidak perlu lagi
menggunakan sutrah.
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa Jika salah seorang dari kalian shalat menghadap
sutrah, hendaklah ia mendekatinya sehingga setan tidak memutus shalatnya (HR
Ahmad, Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Thabrani, Hakim, Baihaqi).
Maksud mendekatinya adalah, jarak orang shalat dengan sutrah tidak terlalu jauh, tapi
hanya seukuran 3 hasta.
Dan beliau Rasulullah SAW berdiri dekat dengan sutrah, dengan jarak
tiga hasta (HR Bukhari, Ahmad).
Jadi, jika ada orang shalat tidak memakai sutrah dikhawatirkan akan terputus atau batal
shalatnya oleh ulah setan. Inilah rahasia sutrah rahasia shalat Nabi. Ayo, sempurnakan
shalat kita dengan memakai sutrah
Berdiri dalam shalat, cara berdiri yang tidak biasa. Ya, bukan berdiri biasa! Karena dalam
shalat, anda harus berdiri dengan kedua tapak kaki menghadap kiblat. Tidak serong kanan-
kiri seperti yang sering kita lihat.!!
Yang dimaksud menghadap kiblat di sini adalah badan dan jari-jari kakinya.
Fungsinya? Agar shalat menjadi sempurna!
Simak hadits berikut:
Lurus dan rapatkan shaf kalian, karena lurus dan rapatnya shaf adalah
bagian dari kesempurnaan tegaknya shalat (HR Bukhari, Muslim).
Ya betul, hadits ini seringkali dibaca oleh imam menjelang shalat berjamaah di masjid.
Berdiri dengan cara biasa (serong kanan-kiri), akan menghasilan shaf yang tidak rapat. Untuk
memperoleh shaf yang lurus rapat, tentu cara berdirinya harus spesial, yaitu kedua tapak
kakinya menghadap kiblat, sehingga barisan shaf bisa rapat.
Sudah jelas, yang dimaksud menghadap kiblat di sini adalah badan dan jari-jari kakinya. Jadi,
berdiri dengan kedua tapak/jari-jari kaki menghadap kiblat ini juga berlaku jika kita shalat
sendiri (shalat sunnah).
Inilah cara shalat nabi, bukan berdiri biasa. Berdirilah dengan kedua tapak kaki menghadap
kiblat, dan.. rasakan bedanya!
Ketika Rasulullah SAW shalat, beliau menundukkan kepala dan pandangan matanya
diarahkan ke tanah[tempat sujud].
Lihatlah salah satu pengakuan Iblis laknatullah kepada Baginda Rasulullah SAW ketika
mengganggu orang sholat:
"Jika ia menang atasku, aku tinggalkan dia sampai ketika mengerjakan shalat
aku katakan kepadanya, Lihatlah kiri-kanan, lalu ia menengok. Saat itu aku
usap wajahnya dengan tanganku dan aku cium antara kedua matanya dan aku
katakan kepadanya, Aku telah menyuruh apa yang tidak baik selamanya.Dan
engkau sendiri tahu wahai Muhammad, siapa yang sering menoleh dalam
shalatnya, Allah akan memukul wajahnya.
Ketika Rasulullah SAW shalat, beliau mengangkat kedua tangan dengan meluruskan jari-
jarinya, beliau tidak merenggangkannya dan tidak mengepalkannya (HR Abu Daud, Al
Hakim)
Beliau Rasulullah SAW sujud meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua daun
telinganya persis seperti saat beliau melakukan takbiratul ikhram. (HR Abu Dawud, Nasai)
Dari Barra bin Azib RA, ia berkata: Ketika Rasulullah SAW takbiratul
ihram, aku melihat kedua tangannya diangkat sampai ibu jarinya
berdekatan dengan kedua daun telinga. (HR Ahmad)
Sewaktu Abdullah bin Umar RA shalat, ia membaca takbir sambil mengangkat kedua
tangannya... Oleh Ibnu Umar hadits ini dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. (HR Bukhari)
Ketika mendirikan shalat, Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya terlebih dahulu
sehingga sejajar dengan pundaknya, setelah itu baru beliau SAW melafalkan takbir. (HR
Bukhari)
Abu Qilabah melihat Malik bin Khuwairits sewaktu shalat ia membaca takbir terlebih dahulu
kemudian mengangkat kedua tangannya... Begitulah Rasulullah SAW melakukan shalat. (HR
Muslim)
Ringkasan: A n g k a t T a n g a n
S e d e k a p yang benar:
Rasullah SAW meletakkan telapak tangan kanannya pada punggung telapak kirinya, atau
pada pergelangan tangan kirinya, atau pada lengan kirinya (HR Abu Dawud, Nasai)
Dan Rasulullah SAW telah menjadikan orang yang mencuri di dalam shalatnya sebagai
pencuri yang paling keji dibanding pencuri harta. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam
kitab musnadnya dari hadits Abi Qotadah RA bahwa Nabi bersabda:
"Orang yang paling buruk adalah orang yang mencuri dari shalatnya.
Para shahabat bertanya: Wahai Rasulullah bagaimanakan seseorang mencuri dari shalatnya?.
Beliau bersabda:
Adapun pada waktu bersujud, sebagaian orang yang bersujud tidak melatakkan keningnya
dengan benar pada alasnya, sebgaian orang mengangkat kedua telapak kakinya dari
dudukannya (lantai). Dan diriwaytkan oleh Imam Bukhari dari hadits riwayat Ibnu Abbas bin
Abdul Muththalib bahwa Nabi bersabda:
Hadits ini menerangkan tentang anggota sujud yang tujuh, dan seharusnya bagi orang yang
mengerjakan shalat untuk bersujud pada anggota tubuh tersebut.
Beliau Rasulullah SAW sujud meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua daun
telinganya persis seperti saat beliau melakukan takbiratul ikhram. (HR Abu Dawud, Nasai)
Ketika Rasulullah SAW sujud, beliau meletakkan kedua tangannya ke tanah terlebih dahulu
sebelum meletakkan kedua lututnya (HR Ibnu Khuzaimah, Daruquthni, Hakim)
Jika salah seorang kalian hendak sujud, janganlah berlutut sebagaimana berlututnya unta,
tapi hendaknya meletakkan kedua tangannya sebelum lututnya (HR Abu Dawud, Ahmad,
An-Nasai)
Ketika kalian bersujud maka letakkanlah kedua telapak
tanganmu dan angkatlah kedua lenganmu(HR Muslim)
Aisyah ra berkata: Ketika aku mencari Rasul SAW ternyata kudapati ia sedang sujud
dengan merapatkan tumitnyadan jari-jari kakinya menghadap kiblat(HR Hakim, Ibnu
Khuzaimah)
Rasulullah SAW memerintahkan agar kita meletakkan kedua tangan sewaktu sujud
dan menegakkan telapak kaki kita (HR Tirmidzi)
Beliau SAW meletakkan kedua tangannya sejajar kedua daun telinganyapersis seperti
saat beliau melakukan takbiratul ikhram (HR Nasai, Abu Dawud)
Beliau SAW meletakkan kedua telapak tangannya hingga sejajar kedua pundaknya(HR
Tirmidzi, Abu Dawud)
Ringkasan Sujud :
Sebelum bangkit ke rakaat berikutnya, Rasulullah SAW duduk istirahat sebentar (seperti
duduk antara 2 sujud), kemudian bangkit menuju rakaat berikutnya
Beliau SAW duduk dengan sempurna (duduk istirahat) di atas kaki kirinya dengan lurus,
hingga setiap tulang kembali ke tempatnya (HR Bukhari, Abu Dawud)
Ketika duduk tasyahud, Rasulullah SAW meletakkan telapak tangan kanannya pada paha
kanan dan tangan kiri pada paha kirinya (HR Muslim); dalam riwayat lain : di atas lutut.
Ketika beliau menudingkan jari telunjuknya, beliau meletakkan ibu jari di atas jari
tengahnya(HR Muslim)
Terkadang beliau mengaitkan kedua jari tersebut seperti lingkaran (HR Abu Dawud, Nasai,
Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban)
Beliau SAW membentangkan telapak tangan kirinya di atas lutut yang kiri, dan beliau SAW
menggenggam semua jemari tangan kanannya dan menudingkan jari telunjuknya ke arah
kiblat. Dan beliau melemparkan pandangannya ke arah jari telunjuknya.(HR Muslim,
Ibnu Khuzaimah)
DudukTasyahudAkhir
Punggung tapak kaki kiri menempel ke lantai, ujung kaki kiri dan
kaki kanan berada di satu sisi. (HR Bukhari)
Salam
Diantara kesalahan yang sering terjadi pada orang yang mengerjakan shalat adalah tidak
thumaninah di dalam shalat. Dia adalah salah satu rukun shalat, di mana shalat tidak sah
tanpa mengerjkannya.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Zaid bin Wahb bahwa dia
berkata:
"Hudzaifah pernah melihat seorang lelaki yang shalat tanpa menyempurnakan ruku
dan sujud, maka dia menegur: Engkau belum shalat dan jika engkau mati dalam
keadaan seperti ini maka engkau mati tidak dalam fitrah yang telah ditetapkan oleh
Allah terhadap Nabi Muhammad SAW.[8]
Hadits ini menjelaskan tentang wajibnya thumaninah dalam ruku dan sujud dan
melalaikannya bisa mengakibatkan batalnya shalat, sebab Hudzaifah berkata: Engkau belum
shalat. Hal ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW kepada orang yang
buruk dalam shalatnya, sebagaimana dijelaskan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim
dari hadits Abu Hurairah RA bahwa Nabi memasuki mesjid dan seorang lelaki masuk setelah
beliau, lalu mengerjakan shalat. Selesai shalat kemudian lelaki tersebut mengucapkan salam
kepada Rasulullah SAW dan beliau menegurnya:
"Kembalilah dan shalatlah sebab engkau belum shalat. Akhirnya, dia
kembali dan shalat seperti sebelumnya kemudian dia mendatangi Nabi
dan mengucapkan salam kepada beliau dan Nabi Muhammad SAW tetap
mengatakan: Kembalilah dan shalatlah sebab sesungguhnya engkau
belum shalat. Beliau menegurnya sampai tiga kali. Lalu lelaki itu
bertanya: Demi Zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran aku tidak
bisa melakukan yang lebih baik dari selain itu. Maka ajarkanlah aku!.
Maka Nabi bersabda: Apabila engkau mendirikan shalat maka
bertakbirlah, kemudian bacalah dari bacaan Al-Quran yang mudah
bagimu, kemudian rukulah sehingga engkau benar-benar thumaninah
dalam ruku, kemudian tegaklah sehingga engkau benar-benar berdiri
tegak, kemudian bersujudlah sehingga engkau benar-benar tenang dalam
bersujud, kemudian bangkitlah dari sujud sehingga dirimu tenang duduk
antara dua sujud, dan kerjakanlah hal itu dalam seluruh rangkaian
shalatmu.[9]
Dan di anatara kesalahan yang sering terjadi adalah mendahului imam. Dan terdapat
larangan yang sangat jelas dari Nabi Muhammad SAW tentang masalah ini. Diriwayatkan
oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik RA berkata: Rasulullah SAW
shalat bersama kita pada suatu hari lalu pada saat beliau telah selesai shalat beliau
menghadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda:
Diriwayatkan oleh Imam Bukahri dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari
Abi Hurairah RA bahwa Nabi bersabda:
"Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam takut jika
Allah mengganti kepalanya dengan kepala himar?.[11]
Di antara kesalahan yang sering terjadi adalah bahwa sebagaian orang apabila imam telah
salam pada salam yang pertama, dan dia sedang mengqadha shalatnya (karena masbuq)
maka dia tidak menunggu sehingga imam selesai pada salam yang kedua, dia bangkit secara
langsung untuk menyempurnakan sisa rekaat, dan ini adalah perbuatan yang salah. Yang lebih
utama agar seseorang menunggu sehingga imam selesai mengerjakan salam yang kedua.[13]
Di antara kesalahan yang sering terjadi adalah shalat dengan menggunakan pakaian yang
menjulur melebihi mata kaki. Dan menjulurkan pakian melebihi mata kaki dilarang secara
umum. Berdasarkan sabada Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim didalam kitab shahihnya
dari hadits riwayat Abu Dzar RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersbda:
"Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat
kelak dan tidak pula dilihat serta tidak disucikan, dan bagi mereka azab
yang pedih". Rasulullah SAW menyebutkannya tiga kali.
Abu Dzar berkata: "Mereka akan kecewa dan merugi, siapakah mereka
wahai Rasulullah?"
Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang isbal, orang yang menyebut-
nyebut pemberiannya, dan orang yang menjual barang dagangannya
dengan sumpah yang dusta.[14]
Diriwayatkan oleh Imam Bukahri di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah
bahwa Nabi bersabda: "Apa yang menjulur di bawah mata kaki dari kain
adalah api neraka.[15]
Sebagian ahlul ilmi mempertegas masalah ini, yaitu apabila seseorang isbal pada waktu
shalat, sebab di antara syarat sah shalat adalah menutup aurat dan orang yang isbal telah
menutup auratnya dengan pakaian yang haram maka dengan demikian shalatnya dalam
kondisi bahaya.
*****
Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal r.a. dari Ibn Abbas r.a. [dalam Kisah Dialog Rasulullah
SAW Dengan Iblis];
Jika ia menang atasku, maka aku kirim satu syaithan yang membuatnya lupa
waktu shalat.
Jika ia menang atasku, aku tinggalkan dia sampai ketika mengerjakan shalat
aku katakan kepadanya, Lihatlah kiri-kanan, lalu ia menengok. Saat itu aku
usap wajahnya dengan tanganku dan aku cium antara kedua matanya dan aku
katakan kepadanya, Aku telah menyuruh apa yang tidak baik selamanya.
Dan engkau sendiri tahu wahai Muhammad, siapa yang sering menoleh dalam
shalatnya, Allah akan memukul wajahnya.
Jika ia menang atasku dalam hal shalat, ketika shalat sendirian, aku
perintahkan dia untuk tergesa-gesa. Maka ia mencucuk shalat seperti ayam
mematuk biji-bijian dengan tergesa-gesa. Jika ia menang atasku, maka ketika
shalat berjamaah aku cambuk dia dengan lijam [cambuk] lalu aku angkat
kepalanya sebelum imam mengangkat kepalanya. Aku letakkan ia hingga
mendahului imam. Kamu tahu bahwa siapa yang melakukan itu, batal-lah
shalatnya dan Allah akan mengganti kepalanya dengan kepala keledai pada
hari kiyamat nanti.
Jika ia masih menang atasku, aku perintahkan dia untuk mengacungkan jari-
jarinya ketika shalat sehingga dia mensucikan aku ketika ia sholat. Jika ia
masih menang, aku tiup hidungnya sampai dia menguap. Jika ia tidak menaruh
tangan di mulutnya, syaithan masuk ke dalam perutnya dan dengan begitu ia
bertambah rakus di dunia dan cinta dunia. Dia menjadi pendengar kami yang
setia.
Aku katakan kepadanya, Shalat tidak wajib atasmu. Shalat hanya diwajibkan
atas orang-orang yang mendapatkan nimat dari Allah. Aku katakan kepada
orang yang sakit : Tinggalkanlah shalat, sebab ia tidak wajib atasmu. Shalat
hanya wajib atas orang yang sehat, karena Allah berkata : Tidak ada halangan
bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu
memahaminya. (QS. 24:61) Tidak ada dosa bagi orang yang sakit. Jika kamu
sembuh, kamu harus shalat yg diwajibkan. Sampai dia mati dalam keadaan
kafir. Jika dia mati dan meninggalkan shalat ketika sakit, dia bertemu Tuhan
dan Tuhan marah kepadanya.
Wahai Muhammad, jika aku bohong dan ngawur, maka mintalah kepada
Tuhan untuk membuatku jadi debu...!!!
HADIST QUDSY TENTANG SHALAT;
Tidak semua orang yang shalat itu bershalat. Aku hanya menerima shalatnya
orang yang merendahkan diri kepada keagunganKu, yang menahan hawa
nafsunya dari perbuatan haram yang Aku larang dan tidak terus-menerus
bermaksiat terhadapKu, yang memberi makan kepada mereka yang lapar dan
memberi pakaian kepada orang yang telanjang, mengasihi orang yang terkena
musibah dan menampung orang asing. Semua itu dilakukan semata-mata
karena Aku.
"Aku lindungi dia dengan pendekatan kepadanya dan Aku menyuruh para
Malaikat menjaganya. BagiKu dia sebagai surga Firdaus yang belum tersentuh
dan tidak berobah keadaannya.
(HR. Ad-Dailami)
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada baginda Nabi kita, Muhammad SAW juga kepada keluarga dan
seluruh orang yang mengikuti beliau.