Anda di halaman 1dari 4

KONSEP PERAN SUAMI

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP PERAN SUAMI

PENGERTIAN
Peran adalah harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga,
komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi dimulai
tepat setelah lahir. Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat (Kurniawan, 2008).

Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap
istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian
membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan, 2007).
Berkenaan dengan peran suami tersebut dapat dijelaskan berdasarkan teori peran suami
dari Gottlieb adalah informasi verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata yang diberikan
oleh orang-orang yang akrab dengan subyek atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya
(Wijayakusuma, 2008).
Peran suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang
ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan
rumah tangga, membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan moral dan
emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya.
Di Indonesia, iklim paternalistik dan otoritarian yang sangat kuat, turut menjadi faktor
yang membebani peran ibu bekerja, karena masih terdapat pemahaman bahwa pria tidak boleh
mengerjakan pekerjaan wanita, apalagi ikut mengurus masalah rumah tangga. Masalah rumah
tangga adalah kewajiban sepenuhnya seorang istri. Masalah yang kemudian timbul akibat
bekerjanya sang istri, sepenuhnya merupakan kesalahan dari istri dan untuk itu ia harus
bertanggung jawab menyelesaikannya sendiri (Wijayakusuma, 2008).

BENTUK PERAN SUAMI

a. Menyimak Informasi tentang kehamilan


Menyimak informasi tentang kehamilan dapat membantu suami dalam mengontrol
perubahan fisik dan psikologis ibu selama hamil. Jika suami menginginkan jenis perawatan yang
diinginkan selama hamil, suami perlu mencari informasi dan mendiskusikan kehamilan dengan
tenaga kesehatan. Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah,
koran, tabloid, tenaga kesehatan, atau situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui akar
masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang dalam menjalani kehamilan yang sehat. Ibu jadi
tahu mana yang sesuai dengan kondisinya atau tidak. Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari
tahu tentang kehamilan, tidak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat
mengganggu kondisi psikis (Nolan, 2004).

b. Kontrol
Kontrol bisa dilakukan pada dokter atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa menanyakan
tentang kondisi dirinya dan bayi dalam kandungan. Biasanya, bila ibu perlu penanganan lebih
serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu untuk menemui psikolog atau psikiater yang
dapat membantu kestabilan emosi. Mengantar ibu kontrol ke dokter, ini penting karena suami
harus tahu apa yang terjadi pada istri. Kalau ada keluhan-keluhan dan informasi-informasi
penting seputar kehamilan suami juga harus tahu, agar lebih memahami apa yang dirasakan
oleh sang istri. Antenatal care merupakan salah satu tindakan skrining pada ibu hamil untuk
mencegah komplikasi selama kehamilan dan persalinan nanti (Yohana, 2008).

c. Perhatian Suami
Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi ibu. Misalnya,
ibu bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan agar
merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan. Suami dapat memberikan perhatian
terhadap keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil. Perhatian suami dapat dilihat dari
membantu ibu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengelus dan memijat punggung
ibu. Mengelus perut yang menunjukkan perhatian pada ibu dan bayi yang dapat membangun
kestabilan emosi (Yohana, 2008).

d. Jalin Komunikasi
Komunikasi sangat dibutuhkan untuk membantu hubungan dengan ibu hamil.
Komunikasi yang baik yaitu dengan dua arah dimana suami tidak mendominan semua
pembicaraan. Setiap ada masalah suami meminta pendapat ibu untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Jangan pernah menutupi perubahan dan keluhan yang terjadi pada saat kehamilan,
tetapi komunikasikan dengan suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan
mampu memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama
suami, sangat berpengaruh terhadap kekhawatiran ibu dalam menjalani kehamilan. Sebaliknya,
perasaan ibu yang dipendam sendiri tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh
dan masalah ibu jadi berkepanjangan (Nolan, 2004).

e. Perhatikan Kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk
perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan dan memperhatikan
asupan gizi. Suami siaga harus siap ketika sewaktu-waktu istri mengalami keluhan sehubungan
dengan kehamilannya. Suami yang tenang bisa membuat istri jadi ikut tenang. Suami siaga
harus lebih perhatian mengingatkan dan membantu istrinya untuk kontrol teratur, mengingatkan
waktu untuk kunjungan ulang.(Yohana, 2008)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PERAN SUAMI


Menurut Kurniawan (2008) menyangkut struktur kekuasaan keluarga, ada faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan peran suami meliputi:
a. Kelas sosial
Fungsi dari peran suami tentu dipengaruhi oleh tuntutan kepentingan dan kebutuhan
yang ada dalam keluarga suami sebagai kepala rumah tangga diwajibkan harus siap dengan
tanggung jawab yang di embannya.

b. Bentuk keluarga
Keluarga dengan orang tua tunggal jelas berbeda dengan orang yang masih lengkap,
demikian juga antara keluarga inti dengan keluarga besar yang beragam dalam pengambilan
keputusan dan kepentingan akan rawan konflik peran, semakin banyak keluarga semakin
banyak pula yang membantu kita dalm berfikir, keputusan keluarga lebih baik dari keputusan
individu.

c. Latar belakang keluarga


1). Kesadaran dan kebiasaan keluarga
Kesadaran merupakan titik temu atau equilibrium dari berbagai pertimbangan dan
perbandingan yang menghasilkan keyakinan. Kebiasaan yang meningkatkan kesehatan yaitu :
tidur teratur, sarapan setiap hari, tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak makan
sembarangan, olah raga, pengontrolan berat badan, segala bentuk kegiatan keluarga dimulai
dan dikat oleh suatu kebiasaan dan tradisi oleh pendahulunya .
2). Sumber daya keluarga
Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan seseorang sebagai
imbalan atas semua yang telah dilakukan dengan tenaga atau pikiran seseorang terhadap orang
lain atau organisasi lain. Dalam pendapatan ada 2 metode yang dilakukan yaitu : KFM
(Kebutuhan Fisik Minimum) dan KHM (Kebutuhan Hidup Minimum), segala sesuatu dalam
keluarga akan dihargai jika semua pelaksanaanya dimumulai dengan niat dan kerja keras demi
keluarganya pula.

3). Siklus keluarga


Sesuai dengan fungsi keluarga yang sedang dialami juga merupakan hal yang dapat
mempengaruhi peran karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan. Di dalam siklus keluarga
peran anggota berbeda misalnya ibu berperan sebagai asah, asuh dan asih, ayah sebagai
pencari nafkah dan anak tugasnya adalah belajar dan menuntut ilmu.

CARA PENGUKURAN PERAN


Menurut Azwar (2005), pengukuran peran dapat dilakukan dengan menggunakan Skala
Likert, dengan kategori sebagai berikut:

Pernyataan Positif/Pernyataan Negatif Nilai


Sangat Setuju : SS 4
Setuju : S 3
Tidak Setuju :TS 2
Sangat Tidak Setuju :STS 1

Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual adalah membandingkan skor
tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana responden tersebut termasuk.
Perbandingan relatif ini menghasilkan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang
favorabel dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Perbandingan tersebut harus dinyatakan
dalam satuan deviasi standar kelompok, artinya mengubah skor individual menjadi skor standar
atau baku. hasil interpretasi digunakan untuk mengelompokkan peran responden termasuk
dalam berperan bila nilai skor :Tresponden > Mean T dan tidak berperan apabila nilai skor :
Tresponden Mean T (Azwar, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

1. Ananta. 2009. Permasalah Pada Kehamilan Muda. Jakarta : Rineka Cipta


2. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta
3. Azwar. 2005. Sikap Manusia. Jakarta : EGC
4. Dinkes Jatim. 2009. Standar Pelayanan Minimal. http://www.dinkes-jatim.com.
Diakses tanggal 15 Maret 2010
5. Dinkes Jombang. 2009. Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Jombang.
http://www.dinkes.jombang.go.id. Diakses tanggal 15 Maret 2010
6. Firdaus. 2006. Tingginya Angka Kematian Di Dunia. http://www.nakita.com.id
diakses tanggal 15 Maret 2010
7. Hamilton. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
8. Harymawan. 2007. Mandeteksi Tanda Bahaya Kehamilan. http://www.info-
pult.com.id diakses tanggal 10 Maret 2010
9. Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
10. Hidayat. 2009. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika
11. Kurniawan. 2008. Bahaya Yang Sering Terjadi Pada Kehamilan Muda.
http://www.info-cyber-neth.com.id diakses tanggal 15 Maret 2010
12. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
13. Nolan. 2004. Kehamilan Dan Melahirkan. Jakarta : EGC
14. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT. Rineka Cipta
15. Nursalam, 2008. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
16. Putriazka. 2007. Kesehatan Reproduksi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
17. Rachmat. 2007. Komplikasi Kehamilan Risiko Tinggi (High Risk). http://www.info-
wikipedia.com.id diakses pada tangal 4 Maret 2010
18. Rusmi, 2006. Perilaku Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta
19. Rochjati. 2003. Skrining Antenatal Care Dan Komplikasi Kehamilan. Surabaya :
Unair Press
20. Sugiyono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
21. Suririnah. 2008. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester I. http://www.kes-
pro.com.id diakses tanggal 15 Maret 2010
22. Tiran. 2007. Kehamilan Dan Permasalahannya. Jakarta : EGC
23. Utami. 2008. Panduan Kehamilan Sehat. Yogyakarta : Dian Press
24. Wijayakusuma. 2008. Peran Suami Dalam Mendeteksi Tanda Kehamilan.
http://www.ciberindo-aditama. Diakses tyanggal 19 Maret 2010
25. Yohana. 2008. Peran Suami Dalam Membantu Istri. http://www.info-sehat.com
diakses tanggal 02 April 2010
Diposkan oleh dr. Suparyanto, M.Kes di 06.38

Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


Label: TINJAUAN PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

Anda mungkin juga menyukai